Anda di halaman 1dari 2

3. Para Sahabat yang Banyak Menerima Pelajaran dari Nabi saw.

Para sahabat yang banyak memperoleh pelajaran dari Nabi saw.


dapat dibedakan menjadi kelompok sebagai beriikut:
a. Yang mula-mula masuk Islam atau yang dikenal dengan sebutan as-
Sabiqun al-Awwalun, seperti Khulafaurrasyidin dan Abdullah ibn
Mas’ud.
b. Yang selalu berada disamping Nabi saw. dan bersungguh-sungguh
menghafalnya, seperti Abu Hurairah dan yang mencatat seperti
Abdullah ibn Amr ibn Ash, Ali ibn Abi Thalib, dan Anas ibn Malik.
c. Yang hidupnya sesudah Nabi saw., dapat menerima hadits dari sesama
sahabat. Seperti Anas ibn Malik dan Abdullah ibn Abbas. Yang
merupakan sahabat yang secara sungguh-sungguh mengikuti majelis
Nabi saw., banyak bertanya kepada sahabat lain meskipun dari sudut
usia tergolong jauh dari masa hidup Nabi.
d. Yang erat hubungannya dengan Nabi saw., yaitu ummuhat al-
Mu’minin, seperti Aisyah dan Ummu Salamah.
Menurut catatan Adz-Dzahaby, ada 31 orang shahaby yang banyak
meriwayatkan hadits diantaranya Aisyah, Ummu Salamah, dan
Khulafaurrasyidin.
Pegangan Sahabat dalam Menghafal Hadits
Para sahabat dalam menerima hadits Nabi saw., berpegang kepada
kekuatan hafalannya, yakni menerimanya dengan jalan hafalan bukan jalan
menulis. Rasulullah memerintahkan kepada para sahabatnya untuk
menghafal, menyampaikan dan menyebar luaskan hadits-hadist. Nabi saw.
tidak hanya memerintahkan, namun beliau juga banyak memberikan spirit
melalui doa-doanya, dan tidak jarang juga Nabi menjanjikan kebaikan
akhirat bagi mereka yang menghafal hadits dan menyampaikannya pada
orang lain. Para sahabat dapat secara langsung memperoleh hadits dari
Rasulullah saw. sebagai sumber hadits.
Dapat diketahui bahwa sahabat-sahabat Rasul yang dapat menulis
jumlahnya sangat sedikit sekali. Akan tetapi, mereka mempunyai
kemampuan hafalan yang luar biasa, karena menghafal merupakan budaya
bangsa Arab yang telah diwarisinya. Mereka mendengar dengan hati-hati
apa yang Nabi saw. sabdakan. Lalu tergambarlah lafal atau makna itu
dalam dzihn (benak) mereka. Mereka melihat apa yang Nabi kerjakan.
Mereka mendengar pula dari orang yang mendengarnya sendiri dari Rasul.
Karena tidak semua sahabat pada setiap waktu dapat menghadiri majelis
Nabi, maka mereka meghafal hadits dan menyampaikannya kepada orang
lain secara hafalan pula.
Tempat yang dijadikan Nabi dalam menyampaikan hadits sangat
fleksibel, tidak hanya di majelis. Terkadang hadits disampaikan ketika
Nabi bertemu dengan sahabatnya di Masjid, pasar, ketika dalam
perjalanan, dan terkadang juga di rumah Nabi sendiri. Ada beberapa cara
Rasulullah saw. dalam menyampaikan hadits kepada sahabat, yaitu melalui
majelis ilmu, melalui istri-istri Nabi, dan melalui ceramah atau pidato
ditempat terbuka. Hanya beberapa orang sahabat saja yang mencatat hadits
yang ditulis di lembaran-lembaran (sahifah) yang didengarnya dari Nabi
saw., seperti Abdullah ibn Amr ibn Ash dengan lembarannya diberi nama
al-Sahifah al-Shadiqah, dinamakan demikian karena ia menulis apa yang
ia dengar secara langsung dari Rasulullah sendiri, sehingga
periwayatannya di percaya kebenarannya. Begitu juga dengan Ali ibn Abi
Thalib dan Anas ibn Malik keduanya sama-sama memiliki catatan hadits.

Anda mungkin juga menyukai