Anda di halaman 1dari 4

KISAH TELADAN SAHABAT NABI

Kamis, 14 Februari 2013


Abu Hurairah

Abu Hurairah

Saya yakin sebagian besar kaum muslimin sudah sering mendengar nama sahabat
Nabi ini yang juga merupakan tokoh masyhur dalam masalah periwayatan hadits. Dia hidup
bergaul dengan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam pergaulannya ini, ia
memanfaatkan secara penuh untuk menggali dan merekam persoalan-persoalan agama yang
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sampaikan.
Dilahirkan 19 tahun sebelum Hijrah. Namanya sebelum Islam Abd Syams sedangkan
nama Islamnya adalah Abdur Rahman. Berasal daripada qabilah ad-Dusi di Yaman. Gelaran
Abu HurairahRA adalah kerana kegemarannya bermain dengan anak kucing. Diceritakan
pada suatu masa ketika Abu Hurairah RA bertemu Rasullullah S.A.W. dia ditanyai apa
yang ada dalam lengan bajunya. “ Wahai Abdur Rahman apa yang ada di dalam lengan
bajumu itu?” Apabila dia menunjukkan anak kucing yang ada dalam lengan bajunya lantas
dia digelar Abu Hurairah RA oleh Rasullullah S.A.W. Semenjak itu dia lebih suka dikenali
dengan gelaran Abu Hurairah RA. Abu Hurairah RA memeluk Islam pada tahun 7 Hijrah.
Setelah masuk Islam, pemuda Ad-Dausy ini pergi ke Madinah menemui Nabi dan berkhidmat
untuk Rasulullah sepenuh hati. Dia tinggal bersama ahli shuffah di beranda Masjid Nabawi.
Tiap waktu dia bisa shalat di belakang Nabi dan mendengarkan pelajaran berharga dari Nabi.
Abu Hurairah punya ibu yang sudah tua dan sangat disayanginya. Dia ingin ibunya
memeluk Islam, tapi menolak bahkan mencela Rasulullah SAW. Abu Hurairah sangat sedih.
Dia pergi menemui Rasulullah sambil menangis. “Mengapa engkau menangis, wahai Abu
Hirra?” sapa Nabi. Abu Hurairah menjelaskan apa yang menyebabkan hatinya sedih,
sambil meminta Rasul mendoakan ibunya. Lalu Nabi berdoa agar ibu Abu Hurairah terbuka
hatinya untuk menerima Islam. Suatu hari Abu Hurairah menemui ibunya. Sebelum
membuka pintu dia mendengar suara gemericik air, kemudian terdengar suara ibunya.
“Tunggu di tempatmu, Nak!”. Setelah dipersilakan masuk, Abu Hurairah kaget tatkala
ibunya langsung menyambut dengan ucapan dua kalimat syahadat. Alangkah bahagianya
Abu Hurairah, keinginannya tercapai. Segera dia kembali menemui Rasulullah. “Dulu aku
menangis karena sedih, sekarang aku menangis karena gembira.”
Sewaktu masih sakit, sebelum meninggal, Abu Hurairah, sahabat Nabi yang mulia
ini, sempat menangis. Air matanya meleleh, membasahi janggutnya.
Sahabatnya bertanya, mengapa ia menangis? “Aku tak menangis karena dunia, tetapi
karena jauhnya perjalanan, sedikitnya perbekalan, dan aku tak tahu ke mana perjalananku
ini akan berakhir; ke surga atau neraka?” Abu Hurairah berdoa, “Ya Allah sesungguhnya
aku amat mencintai pertemuan dengan-Mu. Semoga Engkau juga mencintai pertemuan
denganku. Sekiranya Engkau berkenan, kumohon pertemuan ini bisa segera berlangsung.”
Tak lama berselang, Abu Hurairah pun pergi, menghadap Allah, meninggalkan alam yang
fana ini. (Ibn Rajab, Jami` al-`Ulum wa al-Hikam).
Abu Hurairah memang istimewa. Ia bersama Nabi SAW hampir sepanjang
hayatnya. Karena tidak terlalu sibuk berbisnis, ia banyak belajar dan menimba ilmu dari
Nabi, melebihi sahabat lainnya.
Kisah Ummi Ma’bad Sang Pengembala Kambing
Peristiwa itu terjadi ketika Nabi muhammad berhijrah dari Makkah ke Madinah
Berserta Abu Bakar dan dua orang sahabnya yang lain yaitu, amr bin fuhairah
Abdullah bin Uraiqit. Pada suatu hari ketika tengah melintasi padang pasir,Nabi da
ketiga sahabatnya melihat perkemahan. Nabi pun mendekatinya untuk meminta atau
membeli makanan. Kedatangan mereka disambut oleh seorang wanita pengembala
kambing yang bernama Ummi Ma’bad. Wanita itu bersama suaminya yaitu abu
Ma’bad memang sengaja berkemah di padang pasir untuk membantu para kabilah
yang lalu lalang, dengan imbalan uang atau pu barang.

Nabi dan sahabatnya dalam keadaan lapar dan haus saat itu sehingga
bermaksud hendak membeli daging dan kurma pada Ummi Ma’bad. Akan tetapi
seluruh kambing sedang dibawa untuk dikembalakan oleh suaminya. Sedangkan
persediaan kurma telah habis,alhasil tidak ada lagi makanan yang dapat dibeli oleh
nabi. Ketika itu,Ummi Ma’bad tidak mengetahui bahwa laki-laki yang ada
dihdapannya adalah seorang nabi utusan Allah. Ia menyangka,kalau nabi
Muhammad hanyalah seorang kabilah yang sedang dalam perjalanan.

Saat itu,tiba-tiba mata nabi terpaku pada seekor kambing kurus yang
tertambang di tepi kemah. “ apakah kambing itu mempunyai susu untuk di perah?”
tanya nabi. “kambing itu terlalu lemah dan kurus tuan,tidak mungkin ia menghasilkan
susu” jawab Ummi ma’bad. Dalam hati ia merasa sedih karena tidak dapat
membantu taunya yang dalaam kesulitan. Akan tetapi, nabi membalas “tidak
mengapa, kiranya saya diperbolehkan untuk mencoba memerahnya?”.”jika tuan
berfikir ia mempunyai susu maka perahlah” demikian ujar Ummi Ma’bad.

Maka atas seizin Ummi Ma’bad, nabi pun mendekati kambing tersebut untuk
diperah. Nabi mengusap kambing tersebut dengan perlahan-lahan. Lalu beliau
berdo’a, membaca nama Allah dan mulai memerah. Atas izin Allah, kambing yang
kurus itu mengeluarkan susu.nabi pun mengumpulkan susu tersebut, lalu
memberikannya pada Ummi ma’bad dan ketiga sahabatnya.setelah ketiga
sahabatnya kenyang,barulah nabi meminum sisanya.

Kemudian nabi memerah kambing tersebut sekali lagi, untuk diserahkan


kepada Ummi Ma’bad sebagai bekal dirinya yang ditinggal suaminya mengembala
kambing. Tak lama kemudian, nabi dan sahabat mengucap terimakasih.lalu
melanjutkan perjalanan ke Madinah. Tidak lama kemudian suaminya Abu Ma’bad
pulang bersama kambing-kambingnya yang digembalakannya. Terlihat kambing-
kambing tersebut kurus karena tidak mendapatkan makanan yang baik. Ketika
memasuki kemah ia terheran melihat ada semangkuk susu kambing segar. Abu
Ma’bad pun menanyakan perihal susu tersebut kepada istrinya. Ummi Ma’bad lalu
menceritakan peristiwa yang baru saja terjadi. Dia menyatakan kekagumannya
kepada nabi Muhammad. Dia menceritakan bahwa tangan nabi penuh dengan
berkah, karna mampu memerah susu dari kambing yang sangat kurus. “ ceritakan
padaku mengenai paras orang itu” ujar Abu ma’bad.” Ia orang yang bersih, wajahnya
bercahaya dan tingkah lakunya sangat baik.” Kata Ummi Ma’bad. “ dia sangat
tenang apa bila berdiam diri. Apabial berkata, dia terlihat berwibawa. Sahabt-
sahabatnya sangat patuh padanya, jika ia bercakap pada mereka, mereka
mendengar dan mematuhinya” lanjut ummi Ma’bad.

Abu Ma’bad kagum mendengarnya,” demi Allah, itu lelaki quraisy yang
disebut-sebut di kota Makkah. Aku memang bercita-cita hendak mengkutinya. Jiak
ada peluang,maka aku akan lakukan” demikianlah ujar Abu Ma’bad. Mendengar kata
suaminya,Ummi Ma’bad langsung menyiapkan perbekalan untuk berangkat ke
Madinah menyusul nabi.

Anda mungkin juga menyukai