Anda di halaman 1dari 4

Nabi Muhammad SAW Sebelum Diangkat Menjadi Nabi

dan Rasul
Oleh: Mochamad Bugi
alhikmah.ac.id - Siapa mukmin yang tidak rindu ingin bertemu dengan Rasulullah saw. Jika
bertemu, pasti kita ingin memeluknya. Seperti apa ciri fisik Rasulullah saw.?
Ciri Fisik Rasulullah SAW
Ali bin Abi Thalib r.a. memerinci ciri fisik Rasulullah saw., Nabi Muhammad saw. tidak terlalu
tinggi dan tidak pula terlalu pendek. Berpostur indah di kalangan kaumnya, tidak terlalu gemuk
dan tidak pula terlalu kurus. Perawakannnya bagus sebagai pria yang tampan. Badannya tidak
tambun, wajah tidak bulat kecil, warna kulitnya putih kemerah-merahan, sepasang matanya
hitam, bulu matanya panjang. Tulang kepalanya dan tulang antara kedua pundaknya besar, bulu
badannya halus memanjang dari pusar sampai dada. Rambutnya sedikit, kedua telapak tangan
dan telapak kakinya tebal.
Apabila berjalan tidak pernah menancapkan kedua telapak kakinya, beliau melangkah dengan
cepat dan pasti. Apabila menoleh, beliau menolehkan wajah dan badannya secara bersamaan. Di
antara kedua bahunya terdapat tanda kenabian dan memang beliau adalah penutup para nabi.
Beliau adalah orang yang paling dermawan, paling berlapang dada, paling jujur ucapannya,
paling bertanggung jawab dan paling baik pergaulannya. Siapa saja yang bergaul dengannya
pasti akan menyukainya.
Setiap orang yang bertemu Rasulullah saw. pasti akan berkata, Aku tidak pernah melihat orang
yang sepertinya, baik sebelum maupun sesudahnya. Begitulah Rasulullah saw. di mata
khalayak, sebah beliau berakhlah sangat mulia seperti yang digambarkan Al-Quran, Dan
sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (Al-Qalam: 4)
Nasab Rasulullah SAW
Nasabnya adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthallib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin
Quraisy bin Kilab. Rasulullah saw. memiliki silsilah yang berujung pada Adnan anak keturunan
Nabi Ismail a.s. Semuanya dikenal sebagai orang-orang yang mulia dan shalih. Tak heran jika
Rasulullah saw. adalah anak Adam yang paling mulia kehormatan dan paling utama nasabnya.
Aku adalah manusia pilihan dari di antara manusia pilihan dari di antara manusia pilihan.
Rasulullah saw. adalah putra semata wayang Abdullah, anak terakhir Abdul Muthallib. Abdul
Muthalllib pernah bernazar, jika dikaruniai 10 anak lelaki, ia akan menyembelih satu orang di
antaranya untuk Allah. Ketika diundi, keluarlah nama Abdullah. Ketika Abdul Muthallib akan
memenuhi nazarnya, kaumnya bermusyawarah dan menawarkan kepadanya agar menebus putra
bungsunya itu dengan 100 ekor unta atau serata dengan diat 10 orang budak.

Abdullah wafat saat Rasulullah saw. masih dalam kandungan Aminah, ibunya. Aminah adalah
anak Wahab bin Abdu Manaf bin Zuhrah bin Kilab. Rasulullah saw. lahir di hari Senin, 12
Rabiul Awal tahun Gajah. Aminah mengirimkan bayinya ke Abdul Muthallib. Lantas Abdul
Muthallib membawa bayi yang dinamainya Muhammad itu berthawaf mengelilingi Kabah.
Tahun Gajah
Tahun Gajah, apa maksudnya? Di tahun kelahiran Rasulullah saw. ada peristiwa besar di
Mekkah. Abrahah Al-Habsyi seorang panglima perang kebangsaan Habasyah (Ethiopia)
berkuasa di sebagai Gubernur Yaman di bawah pemerintahan Raja Najasyi, Raja Habasyah. Ia
membangun sebuah gereja besar yang diberi nama Al-Qallais. Abrahah ingin gerejanya itu
menjadi kiblat seluruh bangsa Arab.
Seorang pria dari Bani Kinanah mendengar obsesi Abrahah itu. Ia pergi ke Yaman dan
menyelinap ke dalam gereja itu di malam hari. Ia buang air besar kemudian membuang
kotorannya di kiblat gereja itu.
Mengetahui itu, Abrahah marah. Ia bersumpah akan pergi ke Mekkah dan menghancurkan
Kabah. Abrahah mengerahkan tentara dan pasukan gajahnya. Namun, perjalanan pasukan gajah
ini terhenti di Mina. Allah swt. membinasakan pasukan itu dengan mengirimkan serombongan
Burung Ababil yang melemparkan kerikil mematikan. Tahun terjadinya peristiwa itu dinamakan
Tahun Gajah.
Ibu Susu Rasulullah SAW
Sudah menjadi tradisi kalangan terpandang Arab, bayi-bayi mereka disusui oleh murdiat (para
wanita yang menyusui bayi). Rasulullah saw. ditawarkan kepada murdiat dari Bani Saad yang
sengaja datang ke Mekkah mencari bayi-bayi yang masih menyusu dengan harapan mendapat
bayaran dan hadiah. Tapi mereka menolak karena Rasulullah saw. anak yatim. Namun Halimah
Sadiyah tidak mendapatkan seroang bayi pun yang akan disusui. Karena itu, agar pulang tanpa
tangan hampa, ia mengambil Rasulullah saw. yang yatim itu sebagai anak susuannya.
Keberadaan Muhammad mungil memberi berkah kepada keluarga Halimah, bahkan bagi
kabilahnya. Setelah dua tahun, Halimah membawa Muhammad kecil mengunjungi ibunya.
Karena sadar bahwa keberadaan Muhammad kecil memberi berkah kepada kampungnya,
Halimah memohon Aminah agar Muhammad kecil diizinkan tinggal kembali bersama Bani
Saad. Aminah setuju.
Muhammad cilik dikembalikan ke Mekkah setelah terjadi peristiwa pembelahan dada. Dua
malaikat datang menghampiri Rasulullah saw. dengan membawa bejana dari emas berisi es.
Mereka membelah dada Rasulullah saw. dan mengeluarkan hatinya. Hati itu dibedah dan
dikeluarkan gumpalan darah yang berwarna hitam. Kemudian dicuci dengan es. Setelah itu
dikembalikan seperti semula. Halimah khawatir dengan keselamatan Muhammad cilik. Ia dan
suaminya sepakat mengembalikan Muhammad kecil kepada ibunya.
Aminah dan Abdul Muthallib Wafat

Muhammad kecil pun tinggal bersama ibunya. Ketika berusia 6 tahun, Muhammad cilik dibawa
ibunya mengunjungi paman-pamannya dari Bani Adi bin Najjar di Yatsrib (yang kemudian hari
berubah nama menjadi Madinah). Dalam perjalanan ini Aminah wafat di Abwa dan dikuburkan
di sana.
Kemudian Muhammad cilik diasuh kakeknya, Abdul Muthallib. Namun tak berlangsung lama,
hanya 2 tahun. Abdul Muthallib wafat ketika Rasulullah saw. berusia 8 tahun. Rasulullah saw.
kemudian diasuh oleh pamannya, Abu Thalib.
Perjalanan ke Syam
Abu Thalib pergi berdagang ke Syam. Keponakannya, Muhammad, ikut serta. Kafilah dagang ini
tiba di Kampung Busra. Mereka bertemu dengan seorang pendeta bernama Bahira.
Bahira tahu tentang ajaran Nasrani dan ia paham betul tentang ciri dan sifat Rasul terakhir yang
diberitakan oleh Nabi Isa a.s. Bahira melihat ada tanda-tanda kenabian pada diri Muhammad,
keponakan Abu Thalib. Ia menasihati Abu Thalib agar segera membawa pulang keponakannya
dan waspada dengan orang-orang Yahudi.
Menikah Dengan Khadijah
Ketika berusia 25 tahun, Rasulullah saw. pergi ke Syam membawa barang dagangan milik
Khadijah. Rasulullah saw. ditemani pembantu pria kepercayaan Khadijah bernama Maisaroh.
Maisaroh memberi informasi kepada Khadijah tentang sifat-sifat Rasulullah saw.
Kemudian setelah kembali ke Mekkah, Muhammad muda menikah dengan Khadijah. Saat
dinikahi Muhammad muda, Khadijah bersatus janda. Dari pernikahan ini Muhammad dan
Khadijah mendapatkan beberapa orang anak. Ada riwayat yang mengabarkan Rasulullah saw.
dikaruniai 2 orang anak lelaki dari Khadijah, yaitu Qasim dan Abdullah. Namun keduanya
meninggal sebelum beliau diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Rasulullah saw. juga mendapat
anak-anak perempuan dari Khadijah, yaitu Zainab, Ruqayyah, dan Ummi Kulsum. Mereka
mengamalkan Islam dan meninggal sebelum Rasulullah wafat. Sedangkan putri bungsu
Rasulullah saw. dari Khadijah adalah Fathimah. Fathimah meninggal 6 bulan setelah Rasulullah
saw. wafat.
Berkhalwat di Gua Hira
Sebelum diangkat menjadi Nabi dan Rasul, Muhammad suka menyendiri di Gua Hira. Ini
dikarenakan ia begitu membenci paganisme, agama kaumnya, dan setiap perbuatan keji yang
dilakukan kaumnya. Di Gua Hira Muhammad beribadah kepada Rabbnya.
Membangun Kabah
Ketika Muhammad menginjak usia 35 tahun, orang-orang Quraisy berkumpul untuk membangun
kembali Kabah yang rusak. Saat proses peletakan kembali Hajar Aswad, para kabilah Quraisy
bersengketa. Mereka masing-masing merasa paling berhak melakukannya. Selisih pendapat ini
sampai pada puncaknya. Mereka siap saling berperang.

Tapi, akhirnya mereka sepakat untuk menjadikan orang yang pertama kali masuk dari pintu
masjid sebagai hakim yang memutus perkara mereka. Dan orang yang muncul pertama kali dari
masjid adalah Muhammad. Mereka serempak mengatakan, Ini dia Al-Amin. Kami ridha
dengannya!
Kemudian Muhammad meminta sehelai selendang, lalu ia ambil hajar Aswad dan meletakkannya
dengan tangannya sendiri. Setiap kabilah hendaknya mengambil sisi-sisi selendang ini lalu
angkatlah bersama-sama, begitu katanya kemudian. Setelah diangkat hingga dekat dengan
tempatnya, Muhammad mengangkat dan meletakkan dengan tangannya sendiri Hajar Aswad di
tempat yang seharusnya. Dan pembangunan itu pun selesai dengan semua kabilah merasa
senang. (dkw)

Anda mungkin juga menyukai