Anda di halaman 1dari 5

Nama: Mutiara Lubis

Matkul: Sirah Nabawiyyah

RANGKUMAN SIRAH NABAWI SEBELUM RASULULLAH LAHIR HINGGA


MENIKAH DENGAN KHADIJAH

Kaum-kaum bangsa Arab sebelum Rasulullah ada yaitu terdiri dari 3 kaum, yang
pertama kaum ba’idah yaitu kaum bangsa arab kuno (bangsa raksasasa), kedua kaum arabiah
yaitu kaum bangsa arab dengan garis keturunan Ya’rub Yasjub bin Qahthan, ketiga kaum
musta’ribah yaitu kaum bangsa arab dengan garis keturunan nabi Ismail. Kaum Rasulullah
sendiri adalah kaum musta’ribah karena kaum ini merupakan garis keturunan nabi Islail atau
biasa disebut Arab Adnaniyah.

Keyakinan atau kepercayaan bangsa Arab sebelum adanya Rasulullah adalah mengikuti
dakwah nabi Ismail yaitu menyembah Allah dan mentauhidkan Nya serta menganut din Nya,
hingga lama kelamaan ada beberapa hal ajaran dari nabi Ismail yang mereka lupakan. Sehingga
suatu saat muncullah Amr bin Luhay pemimpin Bani Khuza’ah yang tumbuh dengan perbuatan
ma’ruf sehingga ia dikenal dan diberikan julukan oleh masyarakat pada saat itu adalah ulama
besar dan wali yang dimuliakan. Kemudian datanglah Amr bin Luhay ini kesuatu daerah yang
bernama Syam kemudian ia melihat masyarakat di sana menyembah berhala dan ia menganggap
perbuatan mereka tidak salah maka dari itu Amr bin Luhay inilah yang membawa patung berhala
pertama kali ke dalam ka’bah kemudian menyeruh masyarakatnya untuk menyembah berhala
tersebut yang dinamai dengan berhala Hubal. Di antara berhala yang paling tua dinamakan
Manat di Musyallal, sebuah kawasan di tepi lau merah, dekat Qudaid. Lata di Tha’if dan Uzza di
Wadi Nakhlah. Dan konon katanya Amr nbin Luhay ini dibantu oleh khadam (bangsa jin) untuk
memindahkan berhala-berhala tersebut.

Kondisi masyarakat arab di masa jahiliyah, yang pertama kondisi sosialnya pada tingkat
bangsawan perempuan sangat dihormati dan memiliki peran penting baik dalam perdamaian
maupun pertempuran. Sedangkan di tingkat orang biasa perempuan memiliki kedudukan yang
sangat di rendahkan, di mana saat itu masih ada system satu perempuan bias dipakai oleh
beberapa lelaki secara bergilir dan perempuan tidak punya hak untuk menolak. Kedua kondisi
ekonominya bersumber atau mengandalkan pemasukan dari perdagangan. Ketiga kondisi
moralnya masyarakat pada zaman jahiliyah adalah baik menurut mereka yang mana mereka
memiliki kemurahan hati dengan membagikan harta-harta mereka kepada yang lain, namun harta
tersebut diperoleh salah satunya dari berjudi, dan juga mereka memiliki sifat yang sangat
menjunjung tinggi harga dirinya, namun dengan cara yang berlebihan yaitu tidak mau dianggap
salah dalam artian egois dan masih banyak lagi moral mereka yang baik menurut mereka.

Nasab rasulullah terbagi menjadi 3 klasifikasi, yang pertama disepakati oleh oleh Ahlus
Siyar wa al-Ansab (para sejarawan dan ahli nasab) bahwa nasab nabi dari bapaknya Abdullah
hingga pada Adnan. Kedua yang masih diperselisihkan yaitu Abdullah hingga pada Ibrahim.
Ketiga yang tidak diragukan lagi bahwa di dalamnya terdapat riwayat yang tidak shahih yaitu
dari Abdullah hingga nabi Adam.

Nasab pertama yang paling kuat bertuliskan Muhammad bin Abdullah bin Abdul
Muththalib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay
bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas
bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan.

Keluarga besar Rasulullah yaitu Hasyim yang merupakan ayah dari Abdul Muththalib,
Abdul Muththalib merupakan ayah dari Abdullah dan Abdullah merupakan ayah dari nabi
Muhammad. Hasyim merupakan orang yang menyediakan air minum (siqayah) dan makanan
(rifadah) untuk orang yang berhaji karena beliau dikenal sebagai orang yang berkecukupan,
kemudian beliau meninggal di Ghaza. Sedangkan Abdul Muththalib adalah anak dari Hasyim ini
diberikan tanggung jawab untuk meneruskan penanganan siqayah dan rifadah yang sebelumnya
diberikan kepada saudaranya Hasyim yang bernama Al-Muththalib. Sedangkan Abdullah adalah
anak dari Abdul Muththalib yang sangat disayangi olehnya namun Abdullah inilah yang
rencananya dinazarkan oleh Abdul Muththalib untuk menjadi kurban yang akan disembelih
dihadapan patung Hubal. Maka ketika genap 10 anaknya Abdul Muththalib maka ialah
mengundinya dengan menuliskan nama anak-anaknya di anak panah dan keluarlah nama
Abdullah, dan ketika hendak dikurbankan datanglah orang-orang yang tidak setuju dengan hal
tersebut namun Abdul Muththalib mengatakan “terus bagaimana dengan nazar ku ini” maka
oaring-orang yang menghalanginya tersebut memberikan saran agar datang ke dukun wanita
yang terkenal di daerah mereka, dan dukun tersebut mengatakan untuk menjejerkan 10 nama
unta dan nama Abdullah namun tetap saja yang keluar adalah nama Abdullah, maka dukun
tersebut mengatakan bahwa tambahlah 10 unta lagi jika belum juga maka tambahlah lagi hingga
Rabb mu ridho, dan akhirnya pada saat yang ke 100 ekor unta barulah jatuh undian tersebut pada
nama unta. Kemudian Abdullah dijodohkan oleh bapaknya dengan seorang perempuan yang
bernama Aminah binti Wahab bin Abdu Manaf bin Zuhrah bin Kilab. Aminah ini adalah
perempuan yang sangat diidolakan pada saat itu dan mempunyai nasab atau martabat yang baik.
Kemudian Abdullah dikirim oleh ayahnya yaitu Abdul Muththalib ke Madinah untuk
mengukumpulkan (membeli) kurma dan beliau meninggal di Madinah. Menurut versi lainnya
Abdullah sedang berpergian untuk berdagang di Syam kemudian singgah di Madinah dan dalam
kondisi sakit beliau akhirnya meninggal di sana dan di kuburkan di Dar an-Nabighah al-Ja’di.
Ada yang mengatakan beliau meninggal sebelum Rasulullah Lahir dan ada juga yang
mengatakan beliau meninggal 2 bulan setelah kelahiran Rasulullah.

Rasulullah dilahirkan di tengah kabilah besar, Bani Hasyim di kota Makkah pada hari
senin, tanggal 9 rabi’ul awal tahun gajah. Di saat Rasulullah lahir terdapat beberapa tanda
diantaranya ibundanya saat melahirkan Rasulullah beliau melihat cahaya dari kemaluannya hal
ini diriwayatkan oleh imam Ahmad, ad-Darimi dan periwayat lainnya. Tanda-tanda selanjutnya
yaitu jatuhny empat belas beranda istana kekaisaran Persia, padamnya api yang biasa disembah
oleh kaum Majusi, dan robohnya gereja-gereja di sekitar Danau Sawah, riwayat tersebut dilansir
oleh ath-Thabari, al-Baihaqi, dan lainnya namun tidak memiliki sanad yang valid. Setelah
Rasulullah lahir ibundanya mengutus orang untuk memberitahukan kakeknya yaitu Abdul
Muththalib, kemudian dengan bersemangat datanglah kakeknya untuk mengambilnya, setelah itu
beliau di bawa ke Ka’bah untuk berdoakan dan bersyukur kepada Allah, kemudian beliau diberi
nama Muhammad, dan beliau juga di khitan di hari ketujuh kelahirannya.

Perempuan pertama yang menyusui Rasulullah setelah ibundanya yaitu seorang budak
yang bernama Tsuwaibah yang merupakan budak dari Abu Lahab. Kemudian perempuan yang
terakhir menyusui Rasulullah bernama Halimah binti Abu Dzuaib, Halimah merupakan seorang
perempuan dari kabilah Bani Sa’ad bin Bakr yang merupakan garis keturunan Hawazin (garis
keturunan Adnan). Pada saat itu di kabilah Bani Sa’ad sedang mengalami musim paceklik, I
mana mereka tidak mempunyai apa-apa lagi dan kekurangan penghasil makanan deperti usu dari
untanya dan yang lainnya. Dan juga di dukung dengan tradisi saat itu adalah menyususi anak
mereka dengan oranglain agar menghindari tertularnya penyakit iklim perkotaan atau untuk
membentuk pertahanan tubuh bayi. Saat Halimah dan para perempuan penyusu lainnya pergi
untuk mecari penghasilan dengan menawarkan jasa menyusui kepada bayi, dan saat itu Halimah
datang terakhir dan hanya menyisahkan Rasulullah, bayi yang belum mendapat ibu susuan
karena mereka mengethaui bahwa Rasulullah adalah anak yatim, mereka tidak memilih
Rasulullah dengan alasan mereka tidak akan dibayar dengan cukup karena bapaknya telah
meninggal. Hingga tiba mereka akan kembali ke kabilahnya Halimah terpaksa untuk mengambil
Rasulullah sebagai anak susuannya daripada tidak ada sama sekali yang ia bawa pulang. Setelah
itu, Halimah menyusui Rasulullah di pangkuannya hingga Rasulullah kenyang, dan tak lama
kemudian muncullah berbagai keberkahan di dalam keluarga Halimah salah satunya untanya
yang awalnya tidak menghasilkan susu sama sekali setelah Rasulullah menjadi anak susuan
Halimah unta tersebut menghasilkan banyak susu. Setelah disusui dan dirawat oleh Halimah
sampai umurnya 2 tahun, di mana saatnya Rasulullah dikembalikan oleh Halimah kepada
ibundanya Aminah, namun Halimah memohon agar merawat Rasulullah lebih lama lagi karena
keberkahan-keberkahan yang mereka rasakan saat bersama Rasulullah, Aminah pun
mengizinkannya. Hingga saatnya suatu saat Rasulullah tengah bermain bersama teman-temannya
dan datanglah malaikat Jibril kemudian membela dada Rasulullah dan mengeluarkan segumpal
darah dari jantungnya kemudian malaikat Jibril mencuci jantung beliau dengan air zamzam di
baskom emas, teman-temannya yang melihat hal tersebut melaporkan kepada Halimah bahwa
Rasulullah tidak sadarkan diri (meninggal), Halimahpun ketakutan dan khawatir, dan saat sampai
ternyata Rasulullah baik-baik saja dengan bekas jahitan di dadanya. Sejak kejadian saat itu
Halimah mengembalikan Rasulullah kepada ibundanya karena merasa khawatir.

Rasulullah kemudian kembali ke pangkuan ibundanya dan dirawat hingga beliau berumur
enam tahun, dan saat itu Aminah merasa perlu mengunjungi makam suaminya di Yatsrib,
Madinah bersama Rasulullah. Setelah sebulan di sana beliau pulang dari makam suaminya, dan
dipertengahan jalan beliau sakit parah dan akhirnya meninggal di suatu tempat yang bernama
Abwa’ yang terletak antara Makkah dan Madinah. Kemudian Rasulullah dibawa kembali ke
Makkah oleh kakeknya Abdul Muththalib, di mana rasa sayang kakeknya semakin bertambah
kepada Rasulullah ditambah dengan adanya musibah yang menggores lagi luka lama yang belum
sembuh total. Abdul Muththalib sangat menyayangi cucunya itu hingga berjanji untuk tak
membuatnya merasa kesepian lagi, hingga mementingkan urusan Rasulullah daripada anak-
anaknya. Saat Rasulullah berumur 18 tahun 2 bulan 10 hari, kakeknya meninggal dunia di kota
Makkah. Sebelum meninggal Abdul Muththalib merasa bahwa Rasulullah lebih baik dirawat
oleh pamannya yang bernama Abu Thalib. Abu Thalib menjalankan amanah yang diberikan
ayahnya dengan sebaik-baiknya. Abu Thalib bahkan mendahulukan kepentingan Rasulullah
daripada anak-anaknya, mengistimewakan Rasulullah dengan pernghormatan dan penghargaan,
perlakuan pamannya ini berlaku hingga Rasulullah berusia diatas 40 tahun, bahkan pamannya
membentangkan perlindungan untuknya, menjalin persahabat ataupun mengobarkan peperangan
demi membelanya.

Ketika Rasulullah berusia 12 tahun pamannya mengajaknya untuk ikut serta dalam
perjalanan berdagang ke suatu tempat bernama Bushra yang masih wilayah negeri Syam. Ketika
itu Syam masih mengandung undang-undang Romawi. Di negeri Syam inilah Rasulullah
bertemu dengan seorang Rahib (pendeta) yang bernama Bahira, dan ketika romobngan
Rasulullah dan pamannya tiba di tempat itu Rahib ini memberhentikannya yang sebelumnya
belum pernah dilakukan, saat itu rahib bertemu dengan Rasulullah dan mengatakan bahwa dialah
utusan Allah (Nabi), diutus oleh Allah sebagai Rahmatan lil’alamin. Kemudian Rahib pun
memberitahukan ke Abu Thalib untuk memulangkan Rasulullah agar tidak dilihat dan tidak
ditangkap oleh orang-orang romawi.

Di masa muda Rasulullah, beliau habiskan untuk bekerja keras walaupun beliau belum
mempunyai pekerjaan tetap. Beliau saat itu bekerja sebagai pengembala kambing, bahkan
mengembalakan kambing milik penduduk Makkah dengan upah harian sebesar beberapa qirath
(bagian dari uang dinar). Selain itu juga pada umur 25 tahun, beliau pergi berdagang ke negeri
Syam dengan modal dari Khadijah. Khadijah binti Khuwailid adalah seorang saudagar wanita
keturunan bangsawan dan kaya raya. Khadijah mempekerjakan tenaga laki-laki dan
menggunakan system bagi hasil sebagai keuntungan untuk mereka nantinya. Hingga tiba masa di
mana kejujuran bicara, amanah, dan akhlak Rasulullah yang mulia sampai diketahui oleh
Khadijah, ia pun menyelidiki beliau. Hingga ia terpanah dengan betapa amanahnya Rasulullah
terhadap hartanya Khadijah yang diserahkan kepadanya dan juga keberkahan dari hasil
perdagangannya yang sebelumnya belum pernah didapati oleh Khadijah. Serta Khadijah
mendapat informasi dari budaknya Maisarah tentang budi pekerti Rasulullah yang sangat manis,
sifat-sifat yang mulia, ketajaman berpikir, cara bicara yang jujur, dan cara hidup yang penuh
dengan amanah, maka Khadijah pun merasa telah menemukan apa yang didamba-dambakan
sebelumnya (calon pendamping hidup). Padahal telah banyak sebelumnya dari para pemuka dan
kepala suku yang sangat ingin menikahi Khadijah, namun semuanya ia tolak.

Khadijah pun curhat kepada temannya yang bernama Nufaisah binti Munyah perihal laki-
laki yang didambakannya. Setelah mendengarkan curhatan hati Khadijah, Nufaisah bergegas
untuk menemui Rasulullah dan memberitahukan rahasia Khadijah tentangnya dan Nufaisah
menyarankan kepada Rasulullah untuk menikahi Khadijah, dengan kemudian Rasulullah pun
setuju dan merundingkannya dengan paman-pamannya. Dan akhirnya keluarga Rasulullah pun
mendatangi paman Khadijah untuk melamarnya, setelah itu tidak berapa lama pernikahan pun
dilangsungkan, akad tersebut dihadiri oleh Bani Hasyim dan para pemimpin suku Mudhar.
Pernikahannya tersebut dilangsungkan 2 bulan setelah Rasulullah pulang dari negeri Syam.
Khadijah saat dinikahi oleh Rasulullah telah berumur 40 tahun, ia adalah wanita terhormat
nasabnya, paling banyak hartanya, cerdas otaknya di kalangan kaumnya. Ia adalah wanita
pertama yang dinikahi oleh Rasulullah dan tak pernah memadunya dengan wanita lain selama
Khadijah masih hidup.

Semua putra-putri Rasulullah berasal dari pernikahannya dengan Khadijah kecuali


Ibrahim. Nama-nama putra putri dari pernikahnnya dengan Khadijah adalah:

1. Al-Qasim
2. Zainab
3. Ruqayyah
4. Ummu Kultsum
5. Fathimah
6. Abdullah (julukannya adalah ath-Thayyib [yang baik], dan ath-Thahir [yang suci])

Semua putra Rasulullah meninggal di masa kanak-kanak sedangkan putri-putri


Rasulullah semuanya hidup pada masa islam dan memeluk islam serta ikut juga berhijrah, namun
semuanya meninggal semasa Rasulullah masih hidup kecuali Fathimah yang meninggal setelah 6
bulan wafatnya Rasulullah.

Anda mungkin juga menyukai