Anda di halaman 1dari 26

LIBERALISME DAN SOSIALISME SEBAGAI

PERJUANGAN MORAL

DISUSUN OLEH:
Kelompok 4 EM-A
Irawaty Pakpahan 141170036
Theresia Omiwa Oktariani 141180011
Muhammad Nalendra Ariefani 141180105
Faza Nashihah 141180151
Anggi Ragil Khristanti 141180200

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN “VETERAN”
YOGYAKARTA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa penulis juga mengucapkan
terima kasih atas bantuan semua pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya, terkhusus kepada Bapak
Hery Sutanto, DRS.MM yang telah memberikan kami arahan untuk
menyelesaikan tugas ini.

Harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki makalah
ini agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, penulis yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca.

Yogyakarta, 8 Oktober 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masalah keadilan muncul antara lain dalam kaitan dengan milik.
Tentang itu liberalisme dan sosialisme mempunyai pandangan yang sangat
berbeda. Liberalisme menekankan milik pribadi sebagai salah satu hak
manusia yang terpenting. Sosialisme berpendapat bahwa milik tidak boleh
dibatasi pada kepentingan individu saja, melainkan mempunyai fungsi
sosial. Perjuangan ideologis antara liberalisme dan sosialisme selama abad
ke-19 dan ke-20 sebagian besar menghasilkan tatanan sosial ekonomi
dunia sekarang dan dengan jelas mempunyai aspek-aspek etis.

Liberalisme dan sosialisme sebagai dua ideology yang untuk


sebagian besar menentukan keadaan di bidang ekonomi-politik selama
abad ke-19 dan ke-20. Liberalisme menekankan hak untuk mempunyai
milik pribadi sebagai suatu kegiatan dasar bagi setiap manusia, sedangkan
sosialisme menilai masyarakat diatur tidak adil, terutama karena lembaga
milik pribadi. Namun tentunya hal tersebut merupakan garis besar saja.
Pada kenyatannya di berbagai negara, liberalism dan sosialisme
mempunyai sejarahnya sendiri yang tidak selalu melintasi pola-pila yang
sama. Oleh karena pada makalah ini kami akan membahas liberalism dan
sosialisme sebagai pejuang moral lebih lanjut.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian liberalisme dan sosialisme dari tinjauan historis?
2. Bagaimana pertentangan dan perdamaian antara liberalisme dan
sosialisme?
3. Apa arti dari kapitalisme dan demokratisasi?
4. Apa arti dari etika pasar bebas?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Memahami pengertian liberalisme dan sosialisme dari tinjauan historis.
2. Mengetahui pertentangan dan perdamaian antara liberalisme dan
sosialisme.
3. Mengetahui arti dari kapitalisme dan demokratisasi.
4. Memahami arti dari etika pasar bebas.
BAB II
PEMBAHASAN

A. TINJAUAN HISTORIS
1. John Locke dan Milik Pribadi
Menurut Locke, manusia memiliki tiga hak kodrat yaitu: “life,
freedom, and property”. Yang paling penting adalah hak atas milik
karena kehidupan dan kebebasan kita miliki juga.
Pekerjaan adalah legitimasi setiap milik. Manusia
menginvestasikan tenaga kerjanya dalam suatu hal dan dengan
demikian hal itu dilepaskan dari keadaan tidak bertuan dan menjadi
milik si pekerja itu.
2. Adam Smith dan Pasar Bebas
Adam Smith memerangi “merkantilisme” yang menandai Inggris
pada waktu itu: peraturan dan regulasi berlebihan tentang perdagangan
yang banyak dikeluarkan oleh pemerintah Inggris.
Dengan menerima pasar bebas, Smith menerima juga kompetisi
sebagai cara yang efisien untuk mewujudkan kebebasan di bidang
ekonomi.
3. Marxisme dan Kritiknya atas Milik Pribadi
Marxisme merupakan ajaran sosial-ekonomi-politik yang sangat
kompleks dan tidak mudah untuk disingkatkan tanpa
mengorbankancukuup banyak unsur yang sebenarnya hakiki juga.
Marxisme sebagai kritik atas teori liberalisitis tentang milik yang
juga merupakan usaha untuk menyajikan suatu alternatif. Usaha itu
meliputi dua aspek:
Aspek ilmiah: ilmu pengetahuan selalu berbicara tentang hukum-
hukum tetap dan atas dasar hukum-hukum itu dapat dilakukan
prediksi, artinya kita dapat meramalkan apa yang akan terjadi, jika
beberapa syarat terpenuhi.
Aspek etis: kapitalisme tidak saja adalah suatu sistem yang terbukti
akan sirna, tetapi juga merupakan sistem yang harus ditolak karena
tidak manusiawi, karena mengeksploitasi dan memperbudak manusia.
Marxisme menolak kepemilikan pribadi atas kapital, sebab yang
memiliki kapital dengan sendirinya memiliki juga sarana-sarana
produksi

B. PERTENTANGAN DAN PERDAMAIAN ANTARA LIBERALISME


DAN SOSIALISME
1. Liberalisme
Inti pemikiran liberalisme tekanannya pada kebebasan individual.
Negara harus menjaga agar para warganya beserta miliknya tetap
dalam keadaan aman sehingga tidak akan terjadi tindakan yang
meresahkan masyarakat. Selain itu negara memberi kesempatan
seluas-luasnya kepada warganya untuk menjalankan kebebasannya
sendiri.
Pasar bebas adalah pengertian pokok bagi pemikiran liberalistis di
bidang ekonomi. Relasi-relasi ekonomis harus berjalan menurut
hukum penawaran-permintaan. Keadaan ekonomi paling baik akan
tercapai bila mekanisme pasar bisa menentukan segala-galanya.
2. Sosialisme
Jika liberalisme menempatkan individu diatas masyarakat, maka
sosialisme menempatkan masyarakat diatas individu. Sosialisme
memandang manusia sebagai makhluk sosial atau sebagai sesama yang
hidup bersama orang lain. Liberalisme lebih cenderung melihat
manusia sebagai individu yang mempunyai kebebasan masing-masing.
Masyarakat yang diatur secara liberalistis ditandai egoisme,
sedangkan masyarakat yang diatur secara sosialistis ditandai solidaritas
atau kesetiakawanan. Kalau liberalisme menekankan hak atas milik
pribadi, maka sosialisme ingin mengatur lembaga milik sedemikian
rupa sehingga dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat.
a. Sosialisme Komunistis
Sosialisme Komunistis menolak milik pribadi. Yang tidak
boleh menjadi milik pribadi adalah sarana-sarana produksi. Seperti
tanah dan pabrik. Sarana-sarana produksi ini harus menjadi milik
kolektif untuk seluruh masyarakat.
Dengan amat tepat sistem ekonomi komunistis sering
disebut sebagai planned economy (ekonomi berencana). Di negara-
negara komunis, ekonomi direncanakan dengan ketat dari atas.
Harga jual, besarnya gaji atau upah, volume produksi, dan semua
faktor ekonomi lain dikomando oleh pemerintah. Ekonomi
komunistis adalah kebalikan dari sistem ekonomi pasar bebas
b. Sosialisme Demokratis
Sosialisme demokratis juga menempatkan masyarakat di
atas individu. Berbeda dengan komunisme, mereka tidak bersedia
mengorbankan sistem pemerintahan demokratis yang mereka
anggap sebagai sebuah perolehan modern yang sangat berharga.
Salah satu program pokok bagi pemerintah sosialistis
adalah nasionalisasi industri yang penting – artinya industri yang
dibutuhkan oleh industri lain, dan di lain pihak industri yang
menguasai hajat orang banyak.
Usaha sosialisme demokratis yang lain adalah memperbaiki
kesejahteraan kaum pekerja melalui perundang-undangan sosial.
Kesejahteraan dan keselamatan kerja ditingkatkan. Ditentukan
syarat-syarat untuk memberhentikan para pekerja. Ditetapkan upah
minimum. Dibangun sistem jaminan sosial untuk mereka yang
sudah tidak bisa bekerja lagi karena sakit atau sudah tua. Welfare
state yang modern sebagian besar dihasilkan oleh perjuangan
sosialisme demokratis.
3. Kekuatan dan Kelemahan
Kekuatan Liberalisme adalah bahwa milik pribadi diakui sebagai
cara penting untuk mewujudkan kebebasan pribadi. Kelemahan
Liberalisme utama adalah bahwa mereka kurang memperhatikan nasib
kaum miskin dan orang yang kurang beruntung dalam perjuangan
hidup, seperti kaum buruh dalam masyarakat berindustri.
Kekuatan Sosialisme adalah mereka menemukan dimensi
transindividual dari milik. Milik selalu mempunyai suatu fungsi sosial
dan tidak pernah boleh dibatasi pada kepentingan pribadi saja.
Kelemahan Sosialisme adalah keenyataan bahwa ekonomi yang
direncanakan dari atas ternyata tidak bisa berhasil. Jika barang yang
dimiliki bersama, tanggung jawab kurang dirasakan.
4. Menuju Perdamaian
Liberalisme dan sosialisme dapat dilihat sebagai dua ideologi
antagonis yang berjuang merebut hegemoni di panggung politik
ekonomi selama kira-kira satu setengah abad. Sekarang dua ideologi
ini mencapai titik perdamaian. Keseimbangan antara dua ideologi
sudah tercipta dengan memanfaatkan kekuatan masing-masing dan
mengesampingkan kelemahannya. Saat pergantian abad, liberalisme
dan sosialisme dua-duanya gagal dan serentak juga berhasil, dua-
duanya kalah dan serentak juga menang. Situasi ini mencuat di negara
industri di mana pertentangan historis antara liberalisme dan
sosialisme berlangsung sekian lama.
Sosialisme gagal karena harus mengakui keunggulan sistem
ekonomi pasar bebas. Dalam abad ke-20 terdapat dua sistem ekonomi
yang sangat berbeda, yaitu ekonomi pasar bebas atau ekonomi
kapitalis di negara industri yang sudah maju dan ekonomi komunistis
di Uni Soviet dan satelitnya sejak revolusi komunistis 1917 dan
kemudian di Cina. Ekonomi komunistis yang direncanakan dan
dikomando dari atas mengalami kegagalan total. Ekonomi perencanaan
pusat – sosialisme total – disertai absensi segala control demokratis,
menghasilkan inefesiensi, salah urus, sikap acuh tak acuh, kemalasan,
kekosongan motivasi, hambatan birokratis, dan korupsi yang semakin
melumpuhkan sektor perekonomian. Kondisi kerja dan kepuasan kerja
kaum buruh pada umumnya rendah. Keadaan kaum buruh di negara
kapitalis jauh lebih baik daripada komunis.
Sosialisme demokratis belum mati, tetapi mengalami banyak
kesulitan dan kehilangan arah. Di negara industri, serikat buruh dalam
keadaan lesu dan jumlah anggota menurun drastis. Penyebab utamanya
adalah cita-cita kaum buruh sebagian besar sudah tercapai. Tuntutan
yang lebih banyak akan terbentur dengan ketahanan ekonomi.
Menuntut upah lebih tinggi lagi atau pengurangan jam kerja bisa
berakibat negatif bagi perekonomian keseluruhan karena mempersulit
posisi konkurensi terhadap negara lain. Sosialisme demokratis
sekarang mencari jalan baru, seperti di Inggris Tony Blair dengan
“New Labour” ingin akrab dengan dunia bisnis. Nasionalisasi industri
penting sudah dicoret sebagai tema pokok dalam program
pemerintahan sosialis-demokratis karena perusahaan yang
dinasionalisasi terbukti tidak efisien.
Sosialisme juga serentak berhasil karena negara industri modern
sudah menjadi welfare state atau negara kesejahteraan. Dengan
welfare state, negara memasang sebuah social safety net atau jaring
pengaman sosial. Mereka yang tertimpa musibah seperti kehilangan
pekerjaan atau jatuh sakit tidak akan terlantar, tetapi ditampung dalam
jaring pengaman sosial yang dipasang oleh negara. Negara
kesejahteraan mewujudkan sebuah gagasan etis yang selalu sudah
menggerakkan sosialisme, yaitu perhatian untuk kaum buruh dan
mereka yang kecil serta sial dalam perjuangan hidup. Negara jaminan
sosial dalam negara kesejahteraan dibangun demi kepentingan mereka
yang minimal beruntung.
Dalam negara kesejahteraan, semua orang yang tidak mempunyai
pendapatan sendiri (karena sakit, menganggur, berumur tua) berhak
untuk mendapat tunjangan sosial. Sistem ini dihayati sebagai
pelaksanaan hak sosial para warga negara. Sistem welfare state
didasarkan atas solidaritas antara angkatan kerja dan mereka yang
tidak bisa bekerja (lagi) karena sakit, menganggur, sudah tua. Sistem
ini paling berhasil di negara Eropa Barat.
Sistem negara kesejahteraan bisa dilihat sebagai koreksian sosial
atas akibat negatif ekonomi pasar bebas, seperti pengangguran
mendadak. Jaminan sosial yang terwujud dalam negara kesejahteraan
merupakan sistem yang bagus. Tetapi, bukan berarti bahwa sosialisme
demokratis telah berhasil. Negara kesejahteraan diliputi banyak
kesulitan dan sistemnya tetap rapuh karena sangat kompleks. Kesulitan
yang dialami di antaranya sebagai berikut :
a. Tanggung jawab pribadi warga negara banyak berkurang.
Semuanya ditanggung negara. Sistem jaminan sosial bisa
mengakibatkan sikap boros, misalnya di bidang kesehatan.
Orang lebih cepat pergi ke dokter, dokter lebih cepat menulis
resep, dan pasien lebih cepat mengambil obat di apotek karena
semuanya diganti oleh negara. Untuk mencegah terjadinya
pemborosan, sudah ada negara kesejahteraan yang mewajibkan
pasien membayar sendiri sebagiannya bila mengambil obat
dengan resep baru.
b. Negara kesejahteraan sebetulnya dibangun atas solidaritas
antara angkatan kerja dan mereka yang tidak bekerja lagi, tetapi
dengan adanya negara kesejahteraan, solidaritas tradisional
hilang. Yang dimaksud adalah solidaritas antara saudara,
tetangga, masyarakat sekampung. Orang yang tertimpa
musibah seperti penyakit atau kehilangan pekerjaan tidak lagi
perlu dibantu oleh saudara atau kenalan lain karena tertampung
oleh jaring pengaman sosial yang dipasang negara. Hal ini
masih diperkuat oleh tendensi indivualisme yang semakin
bertambah. Keluarga inti tinggal sendiri dan jarang bertemu
dengan saudara.
c. Kesulitan yang mengancam kelangsungan negara kesejahteraan
adalah pembiayaannya. Mereka yang tidak bekerja berjumlah
semakin besar dan jaminan sosial mereka harus dibayar dengan
premi sosial dari angkatan kerja yang semakin kecil jumlahnya.
Maka, harus dicari jalan keluarnya untuk mengurangi
pengeluaran jaminan sosial dengan membiayai sistem jaminan
sosial dengan tidak membebankan lagi pekerjaan melainkan
konsumsi (dengan semacam Pajak Pertambahan Nilai yang
baru). Keuntungannya ialah masyarakat sebagai keseluruhan
akan membiayai sistem jaminan sosial. Tetapi perubahan
seradikal itu akan menimbulkan banyak konsekuensi yang
harus dipikirkan.
d. Sistem negara kesejahteraan mulai disalahgunakan. Banyak
karyawan pura-pura sakit dan gaji mereka dibayar terus. Jika
menganggur, banyak orang memilih terus menerima tunjangan
penganggur daripada mencari pekerjaan baru. Penyalahgunaan
seperti itu dilarang, tetapi sulit untuk dipantau dan diberantas.
Selalu ada kontrol atas penerimaan tunjangan sosial, tetapi
kontrol ini tidak cukup. Menjalankan kontrol yang lebih efektif
dan intensif dengan menambah jumlah inspektur sosial berarti
juga membuat sistem menjadi lebih mahal.
Hal yang berlaku bagi sosialisme, berlaku juga untuk liberalisme.
Dalam situasi akhir abad ke-20 di negara industri yang sudah maju
liberalisme juga gagal dan serentak juga berhasil. Liberalisme kalah
karena harus meninggalkan prinsip dasarnya yaitu Laissez faire atau
non-intervensi dari negara. Dengan adanya welfare state, campur
tangan negara dalam bidang sosial politik justru menjadi besar. Tetapi
campur tangan itu bertujuan membantu mereka yang minimal
beruntung. Liberalisme boleh mencatat kemenangan yang gemilang,
yaitu diakuinya keunggulan sistem ekonomi pasar. Ekonomi pasar
bebas menjalankan fungsi koordinasi yang melebihi kepandaian
pemerintah. Semua faktor ekonomi mencapai keseimbangan yang jauh
lebih bagus ketimbang direncanakan oleh pemerintah. Keunggulan
sistem ekonomi pasar bebas terutama mencuat dengan meyakinkan
setelah runtuhnya sistem ekonomi komunistis. Sejak saat itu, globalisasi
pasar menjadi tendensi yang tidak terbendung lagi. Buktinya adalah
European Union (EU), APEC, AFTA.

C. KAPITALISME DAN DEMOKRATISASI


Sampai sekarang dilukiskan perjuangan yang berlangsung Antara
liberalism dan sosialisme sebagai dua ideology yang mendominasi kancah
politik-ekonomi selama kira-kira satu setengah abad. Dalam hal ini, kami
terutama memfokuskan pandangan mereka tentang hal milik. Beberapa
kali sudah dipakai juga istilah “kapitalisme”. Ada cukup banyak
pengarang yang mempertentangkan sosialisme dengan kapitalisme, bukan
dengan liberalisme. Karena itu, pertanyaan muncul : bagaimana hubungan
antara liberalisme dan kapitalisme. Kapitalisme merupakan pengertian
yang sangat tidak jelas dan diberi isi yang berbeda - beda. Konotasi
negatifnya terutama berasal dari kritik Karl Marx yang membuat studi
besar berjudul Das Kapital (Kapital) dalam tiga jilid (jilid pertama keluar
pada 1867 ; jilid kedua dan ketiga terbit sesudah meninggalnya dan
disunting oleh Friedrich Engels). Kapitalisme di sini kita mengerti sebagai
praktek ekonomi (bukan suatu teori) dan sekaligus sebagai sistem sosial
yang ditandai oleh adanya kelas , yaitu kelas kapitalis dan kelas proletar.
Ideologi di belakang kapitalisme adalah liberalisme, yang dapat
menjelaskan tiga unsur hakikinya : lembaga milik pribadi, pencarian
untung, dan kompetisi dalam sistem ekonomi pasar bebas. Motor
penggerak bagi sistem kapitalisme adalah akumulasi kapital. Melalui cara
berproduksi industri, modal dimanfaatkan untuk memperoleh laba sebesar
- besarnya, yang kemudian diinvestasikan lagi dalam usaha produktif
sehingga dapat menghasilkan kekayaan lebih besar lagi , dan seterusnya.
Cara berproduksi padat modal ini menghasilkan kuasa ekonomis yang
sangat besar, kadang - kadang sampai posisi monopoli, walaupun
monopoli sebenarnya bertentangan dengan prinsip - prinsip liberalisme .
Kekuatan kapitalisme ini berbarengan dengan penghisapan terhadap kaum
buruh. Menurut Karl Marx, keadaan kaum buruh ini akan semakin
memburuk terus menerus .
Setelah alternatifnya lenyap dengan keruntuhan komunisme sekitar
1989, apakah sekarang kapitalisme tinggal sendiri? Dan apakah
konsekuensinya untuk aspek - aspek negatifnya? Dapatkah dunia bertahan
hidup sesudah kemenangan kapitalisme? Inilah pertanyaan yang
mencemaskan banyak orang dalam menghadapi situasi baru sejak tahun
1990 - an. Misalnya , bagaimana akibatnya untuk lingkungan hidup bila
nanti Asia dan Amerika Selatan mencapai taraf kemakmuran yang sama
seperti Amerika Serikat dan Eropa Barat? Khususnya Amerika Serikat kini
menggunakan energi yang berlimpah - limpah. Pada taraf global, situasi
lingkungan hidup sudah tidak tertahankan jika seluruh dunia menggunakan
energi dalam kuantitas yang sama besar. Di Amerika Serikat setiap 1,7
orang memiliki satu mobil. Di Cina ada satu mobil per 680 orang. Sulit
untuk dibayangkan bagaimana keadaan lingkungan hidup kelak bila Cina
dan semua negara berkembang lain mencapai taraf kemajuan yang sama
seperti Amerika Serikat .
Di sini tidak mungkin dibahas masalah kapitalisme dengan tuntas.
Hanya ada satu aspek yang mudah di soroti lebih khusus. Pada akhir tahun
1980-an bukan saja kapitalisme menang dengan sistem ekonomi pasar
bebasnya. Yang ikut menang adalah demokrasi sebagai sistem politik yang
melatarbelakangi ekonomi bebas. Sistem ekonomi berencana di Uni Soviet
dan Cina dijalankan dalam rangka totalitarianisme dan diktatur dengan
cara yang pasti tidak akan disetujui pencetus sistem komunistis seperti
Karl Marx dan Friedrich Engels. Banyak orang berpendapat bahwa
hubungan antara kapitalisme dan demokrasi tidak kebetulan. Dengan
runtuhnya sistem ekonomi komunistis, negara-negara bekas Uni Soviet
langsung memeluk sistem politik demokrasi (tentu masih disertai aneka
macam kesulitan). Cina belum sampai di situ dan dunia di sana
perkembangan selanjutnya dalam hal ini. Tetapi, jika kita mempelajari
keberhasilan negara-negara pasar oleh menunggu bagaimana . industri
Barat, sulit untuk disangkal bahwa demokrasi. dapat berfungsi sebagai
koreksian atas segi-segi negatif dari kuasa ekonomis yang terwujud dalam
kapitalisme. Kapitalisme mengakibatkan ketidaksamaan. Sistem
kapitalisme dapat menghasilkan tokoh seperti Bill Gates yang dalam
waktu relatif singkat berhasil menempati kedudukan sebagai orang terkaya
di dunia. Sebaliknya, demokrasi cenderung memajukan persamaan. Dalam
konteks demokratis, semua warga negara dianggap sederajat dan orang
terkaya pun hanya diberi satu suara (one person one vote). Keputusan
demokratis adalah keputusan rata-rata semua warga negara. Kaum buruh
dan semua kelompok lain dapat memperjuangkan kepentingannya, asalkan
tahu membentuk organisasi yang efektif seperti serikat buruh dan partai
politik.
Demokratisasi dalam ekonomi yang dijalankan secara kapitalistis
di negara- industri Barat merupakan fenomena yang sangat menarik. Kami
menyebut beberapa contoh. Pertama, sistem pemerintahan demokratis
berhasil mengoreksi beberapa ekses kapitalisme. Selaku salah satu contoh
yang paling jelas kita dapat ingat saja terbentuknya welfare state yang
dihasilkan oleh perjuangan demokratis, terutama oleh partai-partai sosialis.
Pengangguran atau penyakit mendadak tidak lagi akan mencelakakan para
pekerja. Contoh terkenal lainnya adalah undang- undang antikartel dan
anti-monopoli yang dimiliki beberapa negara melalui proses demokratis.
Contoh lain lagi adalah dihilangkannya perbedaan sosial terlalu besar
melalui perpajakan progresif. Contoh yang tidak kalah pentingnya adalah
perlindungan lingkungan hidup. Tentu saja dalam hal ini masih banyak
harus dikerjakan, tetapi rupanya demokrasi merupakan jaminan paling
baik negara untuk mengimbangi keserakahan ekonomi termasuk juga
lingkungan hidup dan generasi-generasi yang yang bersedia
mengorbankan apa saja, akan datang. Negara- negara komunis dalam hal
ini justru mempunyai reputasi yang sangạt jelek.
Kedua, antagonisme antara kelas-kelas seperti dimengerti oleh
marxisme, dalam sistem pemerintahan demokratis cukup teratasi. Kaum
pekerja tidak lagi berpolarisasi dengan kaum majikan karena mereka
menyadari mempunyai banyak kepentingan bersama. Di Belanda,
misalnya, ada badan di mana wakil-wakil dari organisasi-organisasi
majikan dan organisasi-organisasi pekerja berunding tentang semua
masalah yang muncul: de Stichting van de Arbeid. Dan lebih penting lagi,
di Belanda ada Dewan Sosial-Ekonomis (de Sociaal-Economische Raad)
yang memainkan peranan berpengaruh sebagai badan penasihat untuk
pemerintah dan parlemen di bidang sosial-ekonomi. Dewan ini terdiri atas
33 anggota: 11 anggota diangkat oleh organisasi-organisasi majikan, 11
lagi oleh organisasi-organisasi pekerja, dan 11 juga oleh negara (kelompok
terakhir ini adalah. pakar yang independen di bidangnya seperti ilmu
ekonomi, ilmu sosial, dan lain-lain). Struktur perundingan ini ditemukan
juga pada taraf perusahaan. Di Belanda banyak pabrik atau perusahaan lain
mempunyai dewan perusahaan (ondernemingsraad), yang terdiri atas
semua unsur yang membentuk perusahaan dan di mana para pekerja
memegang peranan penting. Walaupun masih agak terbatas, di Indonesia
juga kita sudah mengenal yang disebut perundingan tripartit di mana
terlibat unsur pemerintah, unsur pengusaha, dan unsur pekerja.
Ketiga, fenomena yang barangkali paling menarik adalah
pemilikan sarana produksi yang semakin merata. Karl Marx dulu
berpendapat bahwa kekuaran ekonomis akan berkonsentrasi dalam tangan
segelintir orang saja. Dan untuk sebagian hal itu memang terjadi. Kita
ingat saja akan timbulnya korporasi-korporasi multinasional yang raksasa
sejak tahun 1950-an. Tetapi, ada tendensi lain lagi yang sekarang cukup
kuat. Melalui saham, perusahaan publik dimiliki oleh semakin banyak
orang, sampai-sampai para karyawan memiliki saham perusahaan di mana
mereka bekerja. Contoh yang menarik adalah Inggris sejak pemerintahan
Margaret Thatcher. Ketika ekonomi Inggris dalam keadaan parah sesudah
sekian tahun pemerintahan sosialis, pemerintah konservatif Thatcher
melontarkan sebagai salah satu program pokoknya privatisasi atas
perusahaan-perusahaan negara. Mula- mula, program ini menemui banyak
skeptisisme, namun akhirnya harus diakui sangat berhasil dalam
menggairahkan kembali ekonomi Inggris. John Moore yang selama
sepuluh tahun duduk dalam pemerintahan Thatcher pantas dibaca ekstra
kritis! juga dengan program privatisasi itu terjadi pemilikan saham yang
luas sekali. Kalau dulu pemilik saham hanya kelompok sangat terbatas,
sekarang saham dimiliki oleh -jutaan, orang Inggris yang biasa. Pada tahun
1979, hanya 7 persen dari penduduk Inggris memiliki saham (artinya,
orang kaya), sedangkan pada tahun 1991 jumlah itu sudah melebihi 25
persen. Dan sesudah itu pemilikan saham tersebar lebih lebar lagi dalam
masyarakat. Salah satu contoh khusus adalah British Telecom, perusahaan
negara di bidang telekomunikasi yang bernilai 4 miliar pound sterling.
Ketika perusahaan ini mau go public, para pakar finansial
mengestimasikan bahwa pasaran hanya ada kapasitas untuk saham baru
bernilai 2 miliar pound sterling. Walau begitu, tetap terjadi pengeluaran
saham paling besar yang pernah terlihat dalam sejarah. Dengan
mempromosikannya ke publik biasa, semua saham terjual, bahkan emisi
ini menjadi oversubscribed sampai 9 kali lipat.26) Yang lebih menarik lagi
adalah bahwa para karyawan British Telecom sendiri berminat untuk
memiliki sahamnya. Sampai 96 persen karyawan membeli saham
perusahaan mereka sendiri. Saham perusahaan negara Inggris lain yang
diprivatisasikan juga dibeli oleh karyawannya. Pada British Aerospace 89
persen karyawan membeli sahamnya, pada Associated British Ports 90%,
pada Amersham dan Cable & Wireless 99 persen. Ini tentu suatu
perkembangan yang sangat bagus karena para pekerja ikut memiliki
perusahaannya. Serentak juga mereka ikut mengambil bagian dalam risiko
bisnis bila dunia ekonomis mengalami kelesuan. Hal ini pun harus dinilai
positif, selama risiko itu dalam batas yang wajar.
Di negara-negara Eropa Barat lainnya dan juga di Amerika Serikat
kita menyaksikan gejala yang sama. Saham-saham semakin menjadi milik
masyarakat luas. Dengan demikian, wajah kapitalisme berubah radikal dan
berbeda jauh dengan gambaran yang dilukiskan dulu oleh Karl Marx serta
kritisi kapitalisme lainnya. Ini tentu tidak boleh dimengerti seolah-olah
kapitalisme tidak mempunyai segi- segi negatif lagi. Salah satu kritik
mendasar atas kebijakan pemerintahan Margaret Thatcheradalah bahwa
golongan miskin tidaksempatberpartisipasi dalam kemajuan ekonomi yang
menyeluruh. Sebaliknya, keadaan mereka malah memburuk. Kalau antara
1979 dan 1990 rumah tangga Inggris mengalami perbaikan pendapatan
real rata-rata 36 persen, sepuluh persen terbawah dari masyarakat justru
mengalami penurunan pendapatan 1,4 persen dan sepuluh persen
berikutnya tidak mengalami perbaikan atau penurunan." masih menandai
banyak negara kapitalistis, khususnya Amerika Serikat. Tentu saja tidak
perlu kita mencita-citakan pemerataan kekayaan yang egalitarian, tetapi
perbedaan terlalu besar tidak bisa diterima secara moral. Rupanya
demokrasi merupakan jalan terbaik untuk mewujudkan pemerataan
pendapatan dan kekayaan itu, khususnya demokrasi di mana sosialisme
demokratis memegang pengarun penting sebab demokrasi belum terwujud
dengan baik bila prinsip berjalan dengan konsekuen. Solidaritas
merupakan prinsip lain lagi yang kalah pentingnya.
Bagaimana relėvansi semuanya ini untuk Indonesia? "Di Indonesia
kapitalisme dalam teori mendapat nama jelek, walaupun dalam praktek
ekonomi unsur- unsur kapitalisme selalu kuat". Kalimat ini sudah ditulis
tahun 1983. Sesudah itu tendensi kapitalistis dalam pembangunan
ekonomi Indonesia bertambah besar lagi. Lapangan golf yang mewah dan
penggusuran penduduk miskin demi pembangunan nasional menjadi
simbol dari corak pembangunan ekonomi ini. Kebijakan yang menekankan
"pertumbuhan kekayaan dulu, baru pemerataan" tidak bisa menghindari
terjadinya kesenjangan sosial. Rupanya kelemahan terbesar dari era
Soeharto adalah kurangnya kontrol demokratis atas tendensi kapitalistis
pembangunan.

D. ETIKA PASAR BEBAS


Pasar yang sempurna adalah yang tidak membutuhkan moralitas.
Dengan pasar sempurna dimaksudkan pasar dimana kompetisi Berjalan
dengan sempurna. Pasar sempurna berjalan seperti sistem komputer.
Pertimbangan moral tidak berperan didalamnya, moral baru diperlukan
bila pasar gagal atau mempunyai kekurangan.
Dari sudut pandang akademis, pada kenyataannya kompetisi dalam
pasar tidak pernah sempurna. Salah satu alasannya adalah externalities,
yaitu faktor-faktor yang mempunyai makna ekonomis tetapi tidak
diikutsertakan dalam perhitungan nya. Sebagai contohnya adalah sumber
daya alam yang terbatas dan bisa habis kapan saja namun kita tidak
mengetahui konsekuensi perbuatan kita terhadapnya. Contoh real-nya
adalah Industri Modern tidak menyadari efek negatif Polusi yang
disebabkan dan kini pun banyak aspek lingkungan hidup yang belum
diintegrasikan dalam perhitungan ekonomis.  alasan lain mengapa
kompetisi dalam pasar tidak sempurna adalah bahwa tidak semua orang
menduduki tingkatan yang sama agar dapat memainkan perannya masing-
masing di pasar.
Pada kenyataannya, proses dalam pasar selalu disertai kegagalan
dan kekurangan. Sistem pasar bebas bisa dijalankan secara tetap
merupakan sistem ekonomi yang paling unggul, hal ini karena menjamin
efisiensi ekonomi dengan cara yang paling memuaskan. Efisiensi
merupakan kata kunci dalam pasar bebas. Yang dimaksud dalam hal ini
adalah kemampuan untuk menghasilkan barang dan jasa yang terbanyak
dan berkualitas terbaik atas biaya rendah.
Peran etika dalam semuanya ini tampak dari dua segi titik pertama,
dari segi keadilan sosial, semua peserta dalam kompetisi di pasar diberikan
kesempatan yang sama. Kedua, etika sangat dibutuhkan sebagai jaminan
agar kompetisi berjalan dengan baik dari sudut pandang moral tuntutan
moral bisa dirumuskan dengan cara positif dan negatif. Secara positif
kompetisi harus berjalan dengan Fair dan secara negatif dalam kompetisi
orang tidak boleh merugikan orang lain.
Semua peserta dalam pasar bebas harus berlaku dengan fair,
kejujuran merupakan tuntutan etis yang sangat penting. Sebagai contoh
yang sering terjadi di masyarakat ketika produsen madu mengklaim bahwa
madu yang mereka jual adalah madu murni namun pada kenyataannya
madu tersebut dicampur oleh gula. Contoh lain seperti peternak ayam yang
menjual ayam dengan mengklaim bahwa ayam mereka adalah ayam
organik namun pada kenyataannya ayam tersebut disuntik. 
Kompetisi dalam pasar bebas harus fair seperti kompetisi dalam
olahraga. Kompetisi dalam olahraga sering disebut sebagai zero sum
artinya jika salah satu menang yang lain kalah. Dalam bisnis kadang
terjadi hal seperti itu. Contohnya, tender. Pemenang tender hanya bisa satu
orang atau perusahaan titik tetapi dalam bisnis tidak selalu demikian malah
harus dikatakan pada umumnya tidak demikian. Dalam konteks bisnis
tidak begitu banyak situasi zero sum tetapi lebih banyak situasi win-win
solution. Karena itu dalam bisnis kompetisi tidak bertentangan dengan
kerjasama. Kompetisi bertentangan dengan monopoli atau Oligopoli,
tetapi tidak dengan kerelaan untuk bekerjasama dengan pihak lain.
Sebaliknya kompetisi dalam bisnis menuntut adanya kerjasama. Kompetisi
selalu dilatarbelakangi suatu Kerangka kerja sama dan tidak bisa
dijalankan dengan baik jika tidak didasarkan atas kerjasama. Dalam bisnis
mutual benefit sering menjadi suatu nilai etis yang khusus kedua belah
pihak memperoleh manfaat dengan kegiatan bisnis.
Dirumuskan secara negatif, dapat dikatakan bahwa kompetisi
dalam bisnis tidak boleh merugikan orang lain. Sebagaimana sudah
ditekankan oleh Adam Smith kepentingan diri tidak sama dengan egoisme
dan tidak boleh menjadi egoisme. Kepentingan diri menjadi egoisme jika
pebisnis tidak segan mengorbankan orang lain kepada kepentingannya.
Kalau hal itu terjadi bisnis menjadi tidak etis.
Orang yang terjun ke pasar bebas dengan sendirinya harus
menyetujui aturan-aturan main yang berlaku di situ. Jika ia berhasil
memproduksi dengan efisien bisa saja perusahaannya tidak bertahan
hidup. Lembaga bangkrut merupakan hal yang wajar dalam sistem
ekonomi pasar bebas. Diinamika pasar bebas mengakibatkan pebisnis
tidak pernah akan tenang dan selalu harus siap menghadapi perubahan titik
di Indonesia pernah terjadi suatu kasus, contohnya perusahaan minuman
segar yang disebut Limun yang berada sekitar 1970-an. Ketika korporasi
multinasional yang besar seperti coca-cola Pepsi, dan Seven Up mulai
memproduksi soft drink di Indonesia, tidak ada pasar lagi untuk
perusahaan Limun yang tradisional. Membuka ekonomi untuk modal luar
negeri salah satu langkah pasar bebas yang mempunyai akibat tidak
terhindarkan seperti itu. Dalam konteks ekonomi setelah beberapa tahun
bisa tumbuh juga perusahaan minuman ringan baru seperti teh botol yang
saat ini masih berjaya. Dapat diramalkan, sifat dinamis dari bisnis akan
bertambah terus sejauh globalisasi berkembang. Dinamika pasar ini
terutama merepotkan untuk perusahaan-perusahaan besar namun bagi
perusahaan kecil dan menengah mempunyai fleksibilitas lebih besar
sehingga dapat lebih mudah untuk menanggapi situasi pasar yang berubah.
Oleh karena itu Pemerintah yang bersangkutan wajib menyiapkan jaring
pengaman sosial dan tindakan korektif untuk mengimbangi efek negatif
dan memberatkan dari sistem pasar bebas.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Inti pemikiran liberalisme tekanannya pada kebebasan individual.
Sedangkan, sosialisme menempatkan masyarakat diatas individu.
2. Liberalisme dan sosialisme dapat dilihat sebagai dua ideologi
antagonis yang berjuang merebut hegemoni di panggung politik
ekonomi selama kira-kira satu setengah abad. Sekarang dua ideologi
ini mencapai titik perdamaian.
3. Kapitalisme sebagai praktek ekonomi (bukan suatu teori) dan
sekaligus sebagai sistem sosial yang ditandai oleh adanya kelas , yaitu
kelas kapitalis dan kelas proletar.
4. Di Indonesia kapitalisme dalam teori mendapat nama jelek, walaupun
dalam praktek ekonomi unsur- unsur kapitalisme selalu kuat.

B. SARAN
Penulis menyadari sepenuhnya jika makalah ini masih banyak kesalahan
dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, untik memperbaiki makalah ini
penulis meminta kritik yang membangun dari pembaca.
Supporting Article

Kasus Fintech
Salah satu perusahaan fintech belum lama ini mempermalukan seorang
nasabahnya secara tidak etis di berbagai media daring dengan memajang foto
wanita dengan di lengkapi kata-kata yang sangat tidak senonoh. Kompas.com
memberitakan dengan judul "Fintech yang Umumkan Nasabah "Siap Digilir"
Sudah Diblokir"
Peristiwa yang terjadi di Solo Jawa Tengah ini dialami oleh seorang wanita
berinisial YI, yang tergiur untuk mencoba menggunakan fasilitas pinjaman online
dari sebuah perusahaan fintech. Namun karena dia terlambat mengembalikan
pinjaman itu, maka perusahaan ini menagih dan menyebarkan pemberitaan yang
sangat melukai hari nasabahnya itu.
Walaupun si nasabah ini sudah memberitahukan kepada perusahaan akan
keterlambatan itu, dan bukan tidak mau mengembalikan pinjaman tersebut. YI
menyesalkan foto dirinya disebar ke media sosial dengan diimbuhi tulisan tidak
senonoh yang menyatakan bahwa dia rela digilir untuk membayar utangnya. Ia
mengaku mengenal fasilitas pinjaman online itu melalui pesan pendek yang dia
terima. "SMS yang berisi promosi pinjaman utang yang menjanjikan kemudahan,"
katanya.
Walaupun pihak aparat kepolisiaan sangat cepat bergerak dan bahkan perusahaan
fintech ini sudah dibekukan aplikasinya dan sedang diburu siapa-sapa saja orang
yang ada dibelakang pengelolaannya. Namun, dampak dari peristiwa ini telah
melukai nasabah yang seharusnya di jaga dengan baik. Dan telah menjadi trauma
di tengah-tengah masyarakat bisnis dan industri.
Juga di ketahui kalau perusahaan fintech yang menghina nasabahnya itu termasuk
ilegal, artinya belum mendapatkan izin dari pihak Ototitas Jasa Keuangan atau
OJK yang mempunyai kewenangan mengawasi dan mengendalikan industri
pembiayaan ini.
Critical Review
1. Kasus Pelanggaran Etika Bisnis Yang Dilakukan Oleh Perusahaan Fintech
Kepada Nasabahnya
Salah satu perusahaan fintech belum lama ini mempermalukan seorang
nasabahnya secara tidak etis di berbagai media daring dengan memajang
foto wanita dengan di lengkapi kata-kata yang sangat tidak senonoh.
Kompas.com memberitakan dengan judul "Fintech yang Umumkan
Nasabah "Siap Digilir" Sudah Diblokir".
Peristiwa yang terjadi di Solo Jawa Tengah ini dialami oleh seorang
wanita berinisial YI, yang tergiur untuk mencoba menggunakan fasilitas
pinjaman online dari sebuah perusahaan fintech. Namun karena dia
terlambat mengembalikan pinjaman itu, maka perusahaan ini menagih dan
menyebarkan pemberitaan yang sangat melukai hari nasabahnya itu.
2. Analisis Masalah
Sebenarnya, belum ada definisi baku tentang Fintech. Namun, National
Digital Research Centre atau NDRC mendefinisikan Fintech sebagai
istilah yang dapat digunakan untuk menyebut inovasi dalam bidang jasa
keuangan atau finansial.
Inovasi ini bisa juga disebut dengan inovasi finansial yang diberi sentuhan
teknologi modern. Tapi, bisa juga dengan arti segmen di dunia start up
yang membantu untuk memaksimalkan dalam penggunaan teknologi
untuk mengubah, mempertajam atau mempercepat berbagai aspek
pelayanan keuangan. Jadi, dari mulai metode pembayaran hingga transfer
dana, pengumpulan dana, pinjaman bahkan sampai pada pengelolaan aset
bisa kemudian dipercepat dan dipersingkat dengan menggunakan
teknologi.
Permasaalahan etika yang dilakukan oleh perusahaan Fintech di Solo ini
adalah mempermalukan karyawannya dengan cara menyebarkan foto sang
nasabah di internet dengan keterangan kalimat yang tidak senonoh dan
tentunya melanggar etika bisnis. Hal ini tentu mendapat perhatian yang
cukup besar dari halayak umum. Sang nasabah yang berinisial YI ini
merasa sangat dirugikan dengan adanya pemberitaan ini. Permasalahan
bermula dari sang nasabah melakukan pinjaman online di salah satu
Fintech, namun karena terlambat mengembalikan uang pinjaman tersebut
kemudian perusahaan melakukan hal yang sangat melanggar etika
berbisnis.
3. Penyelesaian Masalah yang Dilakukan Perusahaan Fintech
Berdasarkan keterangan yang ada di dalam berita ini, perusahaan belum
melakukan tindakan apapun, seperti penghapusan foto yang telah mereka
sebarluasakan atau pu sekedar permintaan maaf kepada pelanggan yang
telah mereka permalukan.
Pihak aparat kepolisiaan sangat cepat bergerak dan bahkan perusahaan
fintech ini sudah dibekukan aplikasinya dan sedang diburu siapa-sapa saja
orang yang ada dibelakang pengelolaannya. Namun, dampak dari
peristiwa ini telah melukai nasabah yang seharusnya di jaga dengan baik.
Dan telah menjadi trauma di tengah-tengah masyarakat bisnis dan industri.
4. Pasal-Pasal yang Dilanggar Perusahaan Fintech
Perusahaan fintech yang melakukan pelanggaran berupa penyeberan data
pribadi dapat dikenakan Pasal 32 juncto (jo) Pasal 48 UU No. 11 Tahun
2008 Juncto UU No. 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (ITE). Kemudian, pengancaman perusahaan fintech terhadap
nasabah dapat dijerat dengan Pasal 368 Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) dan Pasal 29 jo Pasal 45B UU ITE.
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, yang dapat disimpulkan adalah bahwa perusahaan
Fintech di Solo telah melakukan penggaran etika bisnis kepada nasabahnya.
Selain itu, perusahaan ini tidak melakukan tindakan apapun seperti permintaan
maaf atau pun penghapusan foto yang telah mereka sebarluaskan. Dengan
tindakan demikian, perusahaan Fintech ini telah melakukan pelanggaran terhadapa
UU ITE.
DAFTAR PUSTAKA

Bertens,Kees. 2013. Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta: PT. Kanisius


Yogyakarta
https://www.kompasiana.com/rizkyraya/5e1951e7d541df70c16103c2/maraknya-
pelanggaran-etika-bisnis-di-bumn

Anda mungkin juga menyukai