PERJUANGAN MORAL
DISUSUN OLEH:
Kelompok 4 EM-A
Irawaty Pakpahan 141170036
Theresia Omiwa Oktariani 141180011
Muhammad Nalendra Ariefani 141180105
Faza Nashihah 141180151
Anggi Ragil Khristanti 141180200
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masalah keadilan muncul antara lain dalam kaitan dengan milik.
Tentang itu liberalisme dan sosialisme mempunyai pandangan yang sangat
berbeda. Liberalisme menekankan milik pribadi sebagai salah satu hak
manusia yang terpenting. Sosialisme berpendapat bahwa milik tidak boleh
dibatasi pada kepentingan individu saja, melainkan mempunyai fungsi
sosial. Perjuangan ideologis antara liberalisme dan sosialisme selama abad
ke-19 dan ke-20 sebagian besar menghasilkan tatanan sosial ekonomi
dunia sekarang dan dengan jelas mempunyai aspek-aspek etis.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian liberalisme dan sosialisme dari tinjauan historis?
2. Bagaimana pertentangan dan perdamaian antara liberalisme dan
sosialisme?
3. Apa arti dari kapitalisme dan demokratisasi?
4. Apa arti dari etika pasar bebas?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Memahami pengertian liberalisme dan sosialisme dari tinjauan historis.
2. Mengetahui pertentangan dan perdamaian antara liberalisme dan
sosialisme.
3. Mengetahui arti dari kapitalisme dan demokratisasi.
4. Memahami arti dari etika pasar bebas.
BAB II
PEMBAHASAN
A. TINJAUAN HISTORIS
1. John Locke dan Milik Pribadi
Menurut Locke, manusia memiliki tiga hak kodrat yaitu: “life,
freedom, and property”. Yang paling penting adalah hak atas milik
karena kehidupan dan kebebasan kita miliki juga.
Pekerjaan adalah legitimasi setiap milik. Manusia
menginvestasikan tenaga kerjanya dalam suatu hal dan dengan
demikian hal itu dilepaskan dari keadaan tidak bertuan dan menjadi
milik si pekerja itu.
2. Adam Smith dan Pasar Bebas
Adam Smith memerangi “merkantilisme” yang menandai Inggris
pada waktu itu: peraturan dan regulasi berlebihan tentang perdagangan
yang banyak dikeluarkan oleh pemerintah Inggris.
Dengan menerima pasar bebas, Smith menerima juga kompetisi
sebagai cara yang efisien untuk mewujudkan kebebasan di bidang
ekonomi.
3. Marxisme dan Kritiknya atas Milik Pribadi
Marxisme merupakan ajaran sosial-ekonomi-politik yang sangat
kompleks dan tidak mudah untuk disingkatkan tanpa
mengorbankancukuup banyak unsur yang sebenarnya hakiki juga.
Marxisme sebagai kritik atas teori liberalisitis tentang milik yang
juga merupakan usaha untuk menyajikan suatu alternatif. Usaha itu
meliputi dua aspek:
Aspek ilmiah: ilmu pengetahuan selalu berbicara tentang hukum-
hukum tetap dan atas dasar hukum-hukum itu dapat dilakukan
prediksi, artinya kita dapat meramalkan apa yang akan terjadi, jika
beberapa syarat terpenuhi.
Aspek etis: kapitalisme tidak saja adalah suatu sistem yang terbukti
akan sirna, tetapi juga merupakan sistem yang harus ditolak karena
tidak manusiawi, karena mengeksploitasi dan memperbudak manusia.
Marxisme menolak kepemilikan pribadi atas kapital, sebab yang
memiliki kapital dengan sendirinya memiliki juga sarana-sarana
produksi
A. KESIMPULAN
1. Inti pemikiran liberalisme tekanannya pada kebebasan individual.
Sedangkan, sosialisme menempatkan masyarakat diatas individu.
2. Liberalisme dan sosialisme dapat dilihat sebagai dua ideologi
antagonis yang berjuang merebut hegemoni di panggung politik
ekonomi selama kira-kira satu setengah abad. Sekarang dua ideologi
ini mencapai titik perdamaian.
3. Kapitalisme sebagai praktek ekonomi (bukan suatu teori) dan
sekaligus sebagai sistem sosial yang ditandai oleh adanya kelas , yaitu
kelas kapitalis dan kelas proletar.
4. Di Indonesia kapitalisme dalam teori mendapat nama jelek, walaupun
dalam praktek ekonomi unsur- unsur kapitalisme selalu kuat.
B. SARAN
Penulis menyadari sepenuhnya jika makalah ini masih banyak kesalahan
dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, untik memperbaiki makalah ini
penulis meminta kritik yang membangun dari pembaca.
Supporting Article
Kasus Fintech
Salah satu perusahaan fintech belum lama ini mempermalukan seorang
nasabahnya secara tidak etis di berbagai media daring dengan memajang foto
wanita dengan di lengkapi kata-kata yang sangat tidak senonoh. Kompas.com
memberitakan dengan judul "Fintech yang Umumkan Nasabah "Siap Digilir"
Sudah Diblokir"
Peristiwa yang terjadi di Solo Jawa Tengah ini dialami oleh seorang wanita
berinisial YI, yang tergiur untuk mencoba menggunakan fasilitas pinjaman online
dari sebuah perusahaan fintech. Namun karena dia terlambat mengembalikan
pinjaman itu, maka perusahaan ini menagih dan menyebarkan pemberitaan yang
sangat melukai hari nasabahnya itu.
Walaupun si nasabah ini sudah memberitahukan kepada perusahaan akan
keterlambatan itu, dan bukan tidak mau mengembalikan pinjaman tersebut. YI
menyesalkan foto dirinya disebar ke media sosial dengan diimbuhi tulisan tidak
senonoh yang menyatakan bahwa dia rela digilir untuk membayar utangnya. Ia
mengaku mengenal fasilitas pinjaman online itu melalui pesan pendek yang dia
terima. "SMS yang berisi promosi pinjaman utang yang menjanjikan kemudahan,"
katanya.
Walaupun pihak aparat kepolisiaan sangat cepat bergerak dan bahkan perusahaan
fintech ini sudah dibekukan aplikasinya dan sedang diburu siapa-sapa saja orang
yang ada dibelakang pengelolaannya. Namun, dampak dari peristiwa ini telah
melukai nasabah yang seharusnya di jaga dengan baik. Dan telah menjadi trauma
di tengah-tengah masyarakat bisnis dan industri.
Juga di ketahui kalau perusahaan fintech yang menghina nasabahnya itu termasuk
ilegal, artinya belum mendapatkan izin dari pihak Ototitas Jasa Keuangan atau
OJK yang mempunyai kewenangan mengawasi dan mengendalikan industri
pembiayaan ini.
Critical Review
1. Kasus Pelanggaran Etika Bisnis Yang Dilakukan Oleh Perusahaan Fintech
Kepada Nasabahnya
Salah satu perusahaan fintech belum lama ini mempermalukan seorang
nasabahnya secara tidak etis di berbagai media daring dengan memajang
foto wanita dengan di lengkapi kata-kata yang sangat tidak senonoh.
Kompas.com memberitakan dengan judul "Fintech yang Umumkan
Nasabah "Siap Digilir" Sudah Diblokir".
Peristiwa yang terjadi di Solo Jawa Tengah ini dialami oleh seorang
wanita berinisial YI, yang tergiur untuk mencoba menggunakan fasilitas
pinjaman online dari sebuah perusahaan fintech. Namun karena dia
terlambat mengembalikan pinjaman itu, maka perusahaan ini menagih dan
menyebarkan pemberitaan yang sangat melukai hari nasabahnya itu.
2. Analisis Masalah
Sebenarnya, belum ada definisi baku tentang Fintech. Namun, National
Digital Research Centre atau NDRC mendefinisikan Fintech sebagai
istilah yang dapat digunakan untuk menyebut inovasi dalam bidang jasa
keuangan atau finansial.
Inovasi ini bisa juga disebut dengan inovasi finansial yang diberi sentuhan
teknologi modern. Tapi, bisa juga dengan arti segmen di dunia start up
yang membantu untuk memaksimalkan dalam penggunaan teknologi
untuk mengubah, mempertajam atau mempercepat berbagai aspek
pelayanan keuangan. Jadi, dari mulai metode pembayaran hingga transfer
dana, pengumpulan dana, pinjaman bahkan sampai pada pengelolaan aset
bisa kemudian dipercepat dan dipersingkat dengan menggunakan
teknologi.
Permasaalahan etika yang dilakukan oleh perusahaan Fintech di Solo ini
adalah mempermalukan karyawannya dengan cara menyebarkan foto sang
nasabah di internet dengan keterangan kalimat yang tidak senonoh dan
tentunya melanggar etika bisnis. Hal ini tentu mendapat perhatian yang
cukup besar dari halayak umum. Sang nasabah yang berinisial YI ini
merasa sangat dirugikan dengan adanya pemberitaan ini. Permasalahan
bermula dari sang nasabah melakukan pinjaman online di salah satu
Fintech, namun karena terlambat mengembalikan uang pinjaman tersebut
kemudian perusahaan melakukan hal yang sangat melanggar etika
berbisnis.
3. Penyelesaian Masalah yang Dilakukan Perusahaan Fintech
Berdasarkan keterangan yang ada di dalam berita ini, perusahaan belum
melakukan tindakan apapun, seperti penghapusan foto yang telah mereka
sebarluasakan atau pu sekedar permintaan maaf kepada pelanggan yang
telah mereka permalukan.
Pihak aparat kepolisiaan sangat cepat bergerak dan bahkan perusahaan
fintech ini sudah dibekukan aplikasinya dan sedang diburu siapa-sapa saja
orang yang ada dibelakang pengelolaannya. Namun, dampak dari
peristiwa ini telah melukai nasabah yang seharusnya di jaga dengan baik.
Dan telah menjadi trauma di tengah-tengah masyarakat bisnis dan industri.
4. Pasal-Pasal yang Dilanggar Perusahaan Fintech
Perusahaan fintech yang melakukan pelanggaran berupa penyeberan data
pribadi dapat dikenakan Pasal 32 juncto (jo) Pasal 48 UU No. 11 Tahun
2008 Juncto UU No. 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (ITE). Kemudian, pengancaman perusahaan fintech terhadap
nasabah dapat dijerat dengan Pasal 368 Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) dan Pasal 29 jo Pasal 45B UU ITE.
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, yang dapat disimpulkan adalah bahwa perusahaan
Fintech di Solo telah melakukan penggaran etika bisnis kepada nasabahnya.
Selain itu, perusahaan ini tidak melakukan tindakan apapun seperti permintaan
maaf atau pun penghapusan foto yang telah mereka sebarluaskan. Dengan
tindakan demikian, perusahaan Fintech ini telah melakukan pelanggaran terhadapa
UU ITE.
DAFTAR PUSTAKA