Oleh:
SUMARNI
B1D 014 265
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIERSITAS MATARAM
MATARAM
2020
USULAN PRAKTIK KERJA LAPANG
Oleh:
SUMARNI
B1D 014 265
MENGETAHUI MENYETUJUI:
Program Studi Peternakan Pembimbing,
Ketua,
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
sehingga kami dapat menyusunnya dengan saksama dan semoga dapat bermanfaat
bagi khalyak pembaca dari hasil laporan PKL kami.
2
3. Fakultas dapat terbantukan dengan adanya UMKM kerupuk kulit di
seganteng cakra selatan Kota Mataram sebagai wadah tambahan untuk
mahasiswa mengembangkan kreatifitasnya dalam melakukan proses
pembuatan kerupuk kulit.
3
BAB II
KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
4
Adapun visi-misi dari UMKM Gapoktan Seganteng Jaya adalah:
1. Visi : SEGANTENG JAYA BERIUK MAJU
2. Misi :
1. Berswadaya untuk sesama dalam saling merangkul anatar masyarakat
kalangan menengah kebawah.
2. Menjalin hubungan kerja sama yang baik antar kelomok (pedagang
dan produsen)
3. Mengedepankan kualitas produk yang berdaya saing di pasaran dan
konsumen.
5
proses pemanasan dan tidak tercemar bau yang menyengat akibat
kotoran sapi yang belum di bersihkan serta untuk kenyamanan
pekerja dalam melakukan pemisahan kulit dengan lemak yang
menempel pada bawah kulit.
6. Melakukan pemotongan kulit sapi menjadi 2 bagian. Tujuannya
agar mempermudah proses pemisahan kulit sapi dari lemak yang
menempel di bawah kulit.
7. Melakukan pemisahan kulit sapi dari lemak yang menempel di
bawah kulit sapi. Lalu sedikit demi sedikit limbah berupa lemak
di taruh dalam bakul kecil. Tujuannya untuk mempermudah
proses pemisahan kulit dengan lemak dan tentunya limbah
tersebut terjual dengan harga Rp. 20.000/kg di ambil langsung
oleh pembeli pada hari tersebut.
8. Menyiram dengan air kulit yang telah dikatakan selesai proses
pemisahan dengan lemak yang menempel. Tujuannya agar
terlihat lemak yang masih menempel pada kulit, apabila masih
ada maka proses pemisahan kulit dengan lemak akan di
lanjkutkan sampai tuntas.
9. Membungkus limbah (lemak) tersebut dengan kantong plastik
sesuai kebutuhan. Tujuannya untuk mempermudah dalam
penimbangan dan pengambilan oleh pembeli.
10. Membersihkan tempat pemisahan kulit dengan lemak tersebut
dengan air mengalir. Tujuannnya untuk menjaga kebersihan.
11. Tahap selanjutnya adalah memanaskan kulit sapi dalam
jambangan.
6
atau bak besar berisikan air penuh sebagai tempat pendinginan
kulit yang sudah lapuk. .
2. Memasukkan kulit 2 -3 bagian kulit yang sudah bersih dari
lemak dan kotoran sapi ke dalam jambangan berisikan air yang
telah di panaskan. Suhu yang di gunakan saat pemanasan ±50
C◦. Tujuannya untuk menjaga kemungkinan kulit sapi akan
mengecil atau mengkerut dalam proses pengadukan atau
penggoncangan.
3. Mengaduk atau penggoncangan dengan gerakan satu arah
memutar arah kiri/ kanan agar kulit mudah lapuk dari bulu yang
menempel pada kulit, menggunakan tongkat bambu utuh
berdiameter 5cm dengan panjang 1,7m, tujuannya agar kulit
tersebut mudah memutar saat penggulingan di atas bambu dan
dapat memepermudah pengecekan apakah kulit sudah lapuk atau
tidak, dari pada itu waktu yang di butuhkan saat pemanasan ±
10-15 menit.
4. Melihat kondisi kulit menggunakan tongkat bambu utuh dengan
mengangkatnya perlahan lalu di cek menggunakan tangan
apakah sudah lapuk atau tidak. Biasanya kulit tersebut
terkelupas dengan bulunya, dengan kondisi ini kulit tersebut
dapat dikatakan sudah layak untuk di bersihkan dari bulunya.
Perhatiakn juga bagian kulit yang biasanya belum lapuk
keseluruhan yaitu bagian tebal (kulit bagian leher). Usahakan
bagian kulit tersebut lebih lama dipanaskan untuk
melapukkannya.
5. Mengangkat kulit tersebut satu per satu dan di masukkan
kedalam tong besar berisikan air penuh untuk di dinginkan.
Tujuannya agar kulit mudah dalam melakukan pemisahan kulit
dengan bulunya.
7
c. Proses memisahkan kulit dengan bulu (pengerotan)
1. Menyiapkan alat pengkerot dan bahan yang akan dibersihkan
dari bulu serta menyediakan bak besar berisikan air sebagai
tempat pencucian kulit setelah dikerot.
2. Mengambil kulit yang sudah dingin dan meletakkannya di atas
beton melebar 1m x 3,5m dengan merata arah memanjang antara
leher dengan ekor. Tujuannya untuk mempermudah pengerotan.
3. Melakukan pengerotan dengan arah memanjang atau maju
dengan menekan sedikit, sambil mendorongnya pelan-pelan
untuk mendapatkan hasil yang baik. Usahakan kulit tersebut
sampai bersih jangan sampai ada bulu yang masih tersisia.
Biasanya bulu pada kulit sapi yang paling sulit di bersihkan
yaitu pada bagia leher, kaki, dan pinggirnya, sehingga untuk
melakukan pengerotan butuh kesabaran dan ketelitian.
4. Melakukan pembersihan bagian rambut yang tidak terpisah
menggunakan pisau yang tidak begitu tajam, tujuannya agar
tidak merobek kulit sapi.
5. Merendam lagi kulit yang sudah di bersihkan dari bulu ke bak
berisikan air, untuk pengecekan lagi apakah kulit sudah bersih
dari bulunya atau tidak.
6. Apabila sudah bersih, lalu menggantungnya untuk meneteskan
air yang ada, tujuannya untuk mempermudah proses dalam
pemotongan kecil-krcil (penyayatan/ ngerarit).
8
3. Melakukan penyayatan memanjangan mengikuti panjang kulit
tersedia, dengan lebar penyayatan 0,5-1,2 cm atau sesuai
permintaan pemilik usaha dan hasil sayatan membiarkan
langsung terjatuh di atas teras tempat melakukan penyayatan
untuk mempermudah pengambilan dalam proses pencampuran
dengan bumbu.
4. Tahap selanjutnya pencampuran kulit yang telah di sayat dengan
bumbu.
9
f. Proses penjemuran
1. Menyiapkan bambu memanjang untuk di sangkutkan pada tali
dengan ketinggian sebahu ukuan orang dewasa.
2. Mengambil kulit yang sudah siap di jemur untuk peletakan di
atas bambu dengan jarak penjemuran 2-5 cm. Usahakan
penjemuran dalam keadaan cuaca panas.
3. Mendiamkan kulit selama 2-3 hari tergantung cuacanya.
4. Apabila cuaca mendung, kulit tersebut di openkan, apabila
sudah cuaca baik lalu di jemur kembali sampai kering.
5. Tahap selanjutnya pengambilan kulit sudah kering.
10
i. Proses pemanasan kulit untuk di jadikan setengah mateng
(aluman)
1. Menyiapkan alat penggoreng 1 set kapasitas 200 kg, kulit
keering 90 kg, dan minyak goreng 120 kg.
2. Menuangkan minyak goreng sebanyak 120kg ke dalam wajan
besar.
3. Kemudian memasukkan kulit kering yang sudah di potong
sebanyak 90 kg = ±9 bakul plastik dan mengaduknya
menggunakan sutil kayu selama 4 jam dengan temperatur 60-70
◦C naik turun dengan jeda 30 menit.
4. Apabila bahan sudah mengapung di permukaan minyak maka
itu dikatakan aluman. Ingat kulit kering tidak menyerap minyak
selama 4 jam, tujuannya hanya perendaman kulit kering selama
4 jam untuk di jadikan aluman.
5. Mengambilnya menggunakan penyaring kawat besar dengan
pelan-pelan, lalu memasukkan di dalam bakul kayu dengan alas
ember alumunium, tujuannya untuk mendinginkan sebelum
masuk plastik. Pendinginan berlangsung selama 1 hari (24 jam),
teknik tersebut tujuannya untuk aluman yang akan di masukkan
dalam plastik. Begitu seterusnya sampai aluman habis di
dinginkan dan setelah dingin di masukkannya ke pelastik.
6. Tahap selanjutnya untuk penggorengan jadi kerupuk kulit.
11
Menuangkan minyak goreng sebamyak 120kg dalam wajan
dipanaskan dengan suhu 75-100 ◦C selama 30 menit.
Lalu menuangkan aluman sebanyak 90kg tersebut ke dalam
wajan lalu mengaduknya sampai merata selama 2 jam.
Apabiala kerupuk sudah matang (naik ke permukaan
minyak). Lalu mengambilnya mengguanakan penyaring dan
tiriskan sebentar, lalu masukkan aluman tersebut ke dalam
bakul sampai penuh, dan dinginkan selama ± 2 menit.
Kerupuk kulit siap dimasukkan ke dalam plastik besar
kapasitas 3 kg.
Mengikatnya menggunakan tali rapia apabila sudah penuh.
Lalu melakukan proses pengemasan.
2. Aluman langsung di goreng apabila sudah melewati proses
pembuatan aluman (perendaman kulit kering selama 4 jam).
Mengaduknya sampai merata selama ±2 jam, tujuannnya
untuk mendapatkan pemerataan terhadap aluman secara
menyeluruh.
Apabiala kerupuk sudah matang (naik ke permukaan
minyak). Lalu mengambilnya mengguanakan penyaring dan
tiriskan sebentar, lalu masukkan aluman tersebut ke dalam
bakul sampai penuh, dan dinginkan selama ± 2 menit.
Kerupuk kulit siap dimasukkan ke dalam plastik besar
kapasitas 3 kg.
Mengikatnya menggunakan tali rapia apabila sudah penuh.
Lalu melakukan proses pengemasan.
12
2. Merek (label).
3. Lampu sumbu (ublik) atau lilin.
4. Gunting.
5. Steples kecil dan isinya.
6. Korek api.
7. Box besar ukuran 1mx50cmx60cm dan box ranjang ukuran
90x40x50 (cm).
8. Tali rapia.
9. Timbangan kapasitas 3 kg.
a. Bahan bahan yang di gunakan
1. Kerupuk kulit yang sudah matang dengan kriteria kerupuk yang
baik. seperti : renyah, tidak berminyak, dan tidak pahit.
2. Masako.
3. Bumbu buatan sendiri.
2. Menyalakan lilin atau lampu sumbu (ublik) dengan korek api
3. Membuka tali ikatan kerupuk pada pelastik pembungkus, lalu
menaburkan masako sedikit demi sedikit 1 saset.
4. Memasukkan kerupuk kulit tersebut ke dalam kemasan kecil
ukuran 12x15 atau 8x15(sesuai permintaan reseler ).
5. Merekatkan kemasan pelastik pada lilin atau lampu sumbu (ublik).
6. Pengepakan kerupuk kulit dengan pelastik ukuran 20x30. Masing-
masing 6 pcs untuk ukuran plastik 12x15 dan 10 pcs untuk ukuran
pelastik 8x15.
7. Memasukkan 1 lebel Melati Indah ke dalam plastik tiap
pengepakan.
8. Melipat bagian pelastik yang masih tersisa bagian atas, lalu
melakukan steples dengan teknik bagian tengah terlebih dahulu,
setelah itu di steples bagian kiri-kanan pinggirnya (3x steples).
9. Selanjutnya melakukan proses pemasaran.
13
2.3.2.2 Proses pemasaran
Berikut adalah proses pemasaran yang ada di kelompok melati
indah :
1. Menggunakan media online (Whats-App dan Facebook) dan of line
(Reseler dan Sewa Ruko Sebagai Tempat Jualan Kerupuk Kulit
Sapi).
2. Menjangkau toko oleh-oleh dan pedagang kaki lima yang di bantu
oleh reseler (pesan antar) di seputaran Kota Mataram, Lombok
Barat, KLU, dan Lombok Tengah.
Kelompok Melati Indah juga memiliki rantai pemasaran yang
mampu menjangkau konsumen, yaitu :
1. Produsen - (pengepul, reseler, dan pedagang)
Pengepul - (pedagang, Reseler, dan Konsumen)
Reseler - (Pedagang, dan Konsumen)
Pedagang - Konsumen
2. Konsumen, pedagang, reseler, dan pengepul langsung mengambil
ke Produsen untuk di kelola dengan sendiri sendiri.
3. Produsen – pengemas
Pengemas (reseler dan konsumen)
Reseler – (konsumen, dan {toko oleh-oleh, mini market, dan
warung makan} )
Toko oleh-oleh, mini market, dan warung makan – konsumen.
2. Fixed cost (biaya tetap misal penyusutan peralatan, sewa lahan dan
bangunan.
3. Variabel cost (biaya variabel atau biaya tidak tetap misal bahan
baku, tenaga kerja, listrik dan bahan bakar.
14
Total hasil penjualan – biaya produksi
NR=TR-TC
Dimana:NR (net Revenue) = pendapatan/keuntungan bersih
TR (Total Revenue) = total pendapatan
TC (Total cost) = total biaya produksi (biaya tetap+biaya
produksi).
15
LAMPIRAN
Lampiran 1 :
Biodata Pribadi
Nama : SUMARNI
NIM : B1D 014 265
Tempat dan Tanggal Lahir : Ntori,17 agustus 1995
Agama : Islam
Jurusan : Ilmu Peternakan
Program Studi : S1 Ilmu Peternakan
Fakultas : Peternakan
Universitas : Universitas Mataram
IPK : 2.65
Alamat : Dusun buwuh desa mambalan kec.gunungsari
16
JADWAL KEGIATAN
1 Persiapan
PKL
2 Pelaksanaan
3 Penyusunan
Laporan
4 Evaluasi
17