Anda di halaman 1dari 19

USULAN PRAKTIK KERJA LAPANG

Manajemen Pengolahan Kerupuk Kulit Sapi Bali dan Pemasaran Pada


Kelompok Melati Indah Kelurahan Seganteng Cakra Selatan Kota
Mataram

Oleh:
SUMARNI
B1D 014 265

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIERSITAS MATARAM
MATARAM
2020
USULAN PRAKTIK KERJA LAPANG

Manajemen Pengolahan Kerupuk Kulit Sapi Bali dan Pemasaran Pada


Kelompok Melati Indah Kelurahan Seganteng Cakra Selatan Kota
Mataram

Oleh:
SUMARNI
B1D 014 265

Usulan Praktik Kerja Lapang


Diserahkan untuk Keperluan Penyelesaian Pendidikan
pada Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Mataram

MENGETAHUI MENYETUJUI:
Program Studi Peternakan Pembimbing,
Ketua,

Dr. Ir. I Wayan Wariata. M.Si Ir. Maya Nachida., MP


NIP. 196112311987031016 NIP. 195812311994022001

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Populasi ternak sapi di Indonesia telah tersebar ke seluruh pelosok
pedesaan dan mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Selama 5 tahun
terakhir, dari tahun 2014-2016, mengalami peningkatan sekitar 14%. Menurut
BPS Pusat (2016), NTB termasuk salah satu Provinsi di Indonesia yang memiliki
potensi ternak sapi cukup besar, memiliki populasi terbanyak ke-4 yaitu 1.092.719
ekor setelah Jawa Timur 4.407.807 ekor, Jawa Tengah 1.674.573 ekor, dan
Sulawesi Selatan 1.366.665 ekor. Populasi ternak di NTB, tersebar di Pulau
Lombok 478.772 ekor dan di Pulau Sumbawa 613.947 ekor.
Ternak sapi yang di potong di daerah NTB sendiri sebanyak 57.396 ekor,
yang tersebar di Kota Mataram 11.846 ekor, Lombok Timur 10.451 ekor, dan
Lombok Tengah 9.335 ekor, Sumbawa Besar 5.164 ekor, Sumbawa Barat 2.904
ekor, dan Kota Bima 2.100 ekor. Melihat dari data pemotongan di atas
diperkirakan sekitar 57.396 lembar kulit sapi yang akan terproduksi. Produksi
kulit ini merupakan potensi bahan baku industri pembuatan kerupuk kulit. Kondisi
tersebut merupakan asal mula akan tumbuhnya usaha-usaha kerupuk kulit di
Pulau Lombok.
Menurut BPS Kota Matarm 2016 UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah)
yang ada di kota matarm mencapai 41 unit usaha, diantaranya produsen kerupuk
kulit tercatat 16 UKM, 16 UKM tersebut terbagi menjadi 7 unit usaha berstatus
UD (Unit Dagang), 7 unit usaha berstatus Kelomok , dan 2 unit usaha berstatus
Independen (usaha sendiri).
Dengan adanya UMKM tersebut kami sebagai mahasiswa Fakultas
Peternakan Universitas Matarm telah mengikuti proses pembuatan sampai
pemasaran kerupuk kulit, karena kami mengikuti proses tersebut dalam rangka
menyelesaikan tugas PKL untuk di laporkan. Judul PKL yang kami ambil adalah
Manajemen Pengolahan Kerupuk Kulit Sapi Bali dan Pemasaran Pada
Kelompok Melati Indah Kelurahan Seganteng Cakra Selatan Kota
Mataram. Alhamdulillah kami telah menyelesaikannya dengan tepat waktu,

1
sehingga kami dapat menyusunnya dengan saksama dan semoga dapat bermanfaat
bagi khalyak pembaca dari hasil laporan PKL kami.

1.2 Tujuan Praktik Kerja Lapang


1. Membangkitkan semangat jiwa entrepreneur melalui media Pemasaran dan
Produksi Kerupuk Kulit Sapi.
2. Mengedepankan entrepreneur menjadi bagian dari semangat jiwa usia
muda.
3. Menjaga silaturrohim dan kerjasama yang baik antar Fakultas Peternakan
Unram dengan masyarakat penegak UMKM di wilayah Kota Mataram.

1.3 Manfaat PKL (Praktik Kerja Lapangan).


a. Manfaat Mahasiswa PKL
1. Mahasiswa dapat menambah ilmu penegetahuan dan menyelesaikan
kewajiban untuk memenuhi syarat perkuliahan.
2. Mahasiswa dapat membagi informasi kepada mahasisw dan dosen
civitas akademika fakultas peternakan universitas mataram.
3. Mahasiswa dapat mengembangkan kreatifitasnya sebagai enterpreneur
usia muda.
b. Manfaat Bagi Produsen Kerupuk Kulit Sapi
1. Dapat terbantukan dalam proses pengolahan kerupuk kulit sapi.
2. Dapat terbantukan dalam pendataan masuknya kulit mentah.
3. Dapat terbantukan dalam proses pemasaran dan bertambahnya outlet
atau pelanggan baru.
4. Memeperoleh kerjasama dengan baik oleh fakultas peternakan
universitas mataramn melalui interaksi mahasiswa PKL kerupuk kulit.
c. Manfaat Bagi Fakultas
1. Fakultas dapat memperoleh data dari perusahaan secara menyeluruh
oleh mahasiswa PKL kerupuk kulit sapi.
2. Fakultas dapat membangun relasi lebih kuat dengan UMKM yang ada
di wilayah kota mataram salah satunya produsen kerupuk kulit.

2
3. Fakultas dapat terbantukan dengan adanya UMKM kerupuk kulit di
seganteng cakra selatan Kota Mataram sebagai wadah tambahan untuk
mahasiswa mengembangkan kreatifitasnya dalam melakukan proses
pembuatan kerupuk kulit.

3
BAB II
KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

2.1 Waktu dan Lokasi Kegiatan PKL


Kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini telah dilaksanakan pada tanggal 20
Agustus 2019 sampai tanggal 21 September 2019 dan telah mencapai 200 jam
kerja efektif dan telah kami lakasanakan di Kelompok Melati Indah Jln. Beak
Ganggas Gang Melati No.2 Kelurahan Seganteng Cakra Selatan Kota Mataram.
Nama UMKM tempat kami PKL adalah Gapoktan Seganteng Jaya berdiri
pada tahun 2011 sampai sekarang. UMKM Seganteng Jaya di ketuai oleh
Bokhari, Sekertaris Taufikurrahman, dan Bndahara syamsul hadi, dengan
adanya UMKM ini mampu sebagai penyuplay makanan dan memiliki 3 kelompok
usaha. Di antaranya 3 jenis kelompok usaha tersebut : (1) Kelompok Melati
Indah beranggotakan 20 orang (produksi kerupuk kulit), (2) Kelompok Spook
Angen beranggotakan 15 orang (produksi dendeng), dan (3) Kelompok Kerupuk
Ceker beranggotakan 15 orang (produksi kerupuk ceker ayam). Dari ketiga
kelompok usaha tersebut di ketuai langsung oleh bapak Taufikkurrahman dan
merupakan sekertaris pada UMKM Gapoktan Seganteng Jaya. Melati Indah
merupakan jenis usaha yang bergerak di bidang produksi dan pemasaran dan
mempunyai 4 macam devisi sebagai berikut :
1. Devisi Pengepul Bahan,
2. Devisi Produksi,
3. Devisi Pengemasan, dan
4. Devisi Pemasaran.
Setiap devisi beranggotakan 3 orang kecuali devisi produksi yang
beranggotakan 4 orang. Produk yang di hasilkan sudah di kenal sampai ke luar
negeri, seperti Negara Australia, Malaysia, Arab Saudi dan Singapura. Atas
pencapaian tersebut, kelompok usaha rumahan ini sudah mendapatkan sertifikat
dari pemerintah dan berlabelkan halal sehingga layak untuk di komersialkan
produknya.

2.2 VISI-MISI UMKM GAPOKTAN SEGANTENG JAYA :

4
Adapun visi-misi dari UMKM Gapoktan Seganteng Jaya adalah:
1. Visi : SEGANTENG JAYA BERIUK MAJU
2. Misi :
1. Berswadaya untuk sesama dalam saling merangkul anatar masyarakat
kalangan menengah kebawah.
2. Menjalin hubungan kerja sama yang baik antar kelomok (pedagang
dan produsen)
3. Mengedepankan kualitas produk yang berdaya saing di pasaran dan
konsumen.

2.3 MACAM – MACAM KEGIATAN PKL


Adapun kegiatan yang kami laksanakan pada saat Praktik Kerja
Lapangan (PKL)

2.3.1 Manajemen Produksi Kerupuk Kulit Sapi


Berikut adalah teknik manajemen produksi kerupuk kulit sapi yang
telah kami temukan pada saat PKL, yaitu :
a. Proses persiapan kulit utuh.
1. Menyiapkan timbangan gantung, pisau, bakul (tempat menaruh
lemak di bawah kulit) dan alat tulis (pembukuan).
2. Melakukan transaksi jual beli dan tanya jawab terhadap
pedagang berapa banyak/ total kulit yang di bawa ke lokasi
Produksi/ PKL. Lalu mencatatnya berapa jumlah kulit jantan/
betina sekaligus cek kualitas kulit yang baru dateng, apakah
layak (baik) atau tidak (busuk).
3. Melakukan penimbangan kulit tersebut , lalu mencatat hasil
penimbangan.
4. Melakukan penyiraman untuk membersihan kulit dari kotoran
yang menempel pada bulu kulit sapi
5. Melakukan penyiraman tempat pemisahan kulit dari kotoran
maupun dari lemak yang menempel di bawah kulit. Tujuannya
menghilangkan bau kotoran sapi dan untuk mempermudah

5
proses pemanasan dan tidak tercemar bau yang menyengat akibat
kotoran sapi yang belum di bersihkan serta untuk kenyamanan
pekerja dalam melakukan pemisahan kulit dengan lemak yang
menempel pada bawah kulit.
6. Melakukan pemotongan kulit sapi menjadi 2 bagian. Tujuannya
agar mempermudah proses pemisahan kulit sapi dari lemak yang
menempel di bawah kulit.
7. Melakukan pemisahan kulit sapi dari lemak yang menempel di
bawah kulit sapi. Lalu sedikit demi sedikit limbah berupa lemak
di taruh dalam bakul kecil. Tujuannya untuk mempermudah
proses pemisahan kulit dengan lemak dan tentunya limbah
tersebut terjual dengan harga Rp. 20.000/kg di ambil langsung
oleh pembeli pada hari tersebut.
8. Menyiram dengan air kulit yang telah dikatakan selesai proses
pemisahan dengan lemak yang menempel. Tujuannya agar
terlihat lemak yang masih menempel pada kulit, apabila masih
ada maka proses pemisahan kulit dengan lemak akan di
lanjkutkan sampai tuntas.
9. Membungkus limbah (lemak) tersebut dengan kantong plastik
sesuai kebutuhan. Tujuannya untuk mempermudah dalam
penimbangan dan pengambilan oleh pembeli.
10. Membersihkan tempat pemisahan kulit dengan lemak tersebut
dengan air mengalir. Tujuannnya untuk menjaga kebersihan.
11. Tahap selanjutnya adalah memanaskan kulit sapi dalam
jambangan.

b. Proses pemanasan kulit


1. Menyiapkan alat pemanas satu set (jambangan diameter 1 m2
tinggi 85cm) berisikan air 1/3 jambangan dan memanaskannya
lebih awal selama 30 menit dengan suhu kisaran 70-80 C◦
tujuannya untuk efisiensi waktu dan menyiapkan gentong besar

6
atau bak besar berisikan air penuh sebagai tempat pendinginan
kulit yang sudah lapuk. .
2. Memasukkan kulit 2 -3 bagian kulit yang sudah bersih dari
lemak dan kotoran sapi ke dalam jambangan berisikan air yang
telah di panaskan. Suhu yang di gunakan saat pemanasan ±50
C◦. Tujuannya untuk menjaga kemungkinan kulit sapi akan
mengecil atau mengkerut dalam proses pengadukan atau
penggoncangan.
3. Mengaduk atau penggoncangan dengan gerakan satu arah
memutar arah kiri/ kanan agar kulit mudah lapuk dari bulu yang
menempel pada kulit, menggunakan tongkat bambu utuh
berdiameter 5cm dengan panjang 1,7m, tujuannya agar kulit
tersebut mudah memutar saat penggulingan di atas bambu dan
dapat memepermudah pengecekan apakah kulit sudah lapuk atau
tidak, dari pada itu waktu yang di butuhkan saat pemanasan ±
10-15 menit.
4. Melihat kondisi kulit menggunakan tongkat bambu utuh dengan
mengangkatnya perlahan lalu di cek menggunakan tangan
apakah sudah lapuk atau tidak. Biasanya kulit tersebut
terkelupas dengan bulunya, dengan kondisi ini kulit tersebut
dapat dikatakan sudah layak untuk di bersihkan dari bulunya.
Perhatiakn juga bagian kulit yang biasanya belum lapuk
keseluruhan yaitu bagian tebal (kulit bagian leher). Usahakan
bagian kulit tersebut lebih lama dipanaskan untuk
melapukkannya.
5. Mengangkat kulit tersebut satu per satu dan di masukkan
kedalam tong besar berisikan air penuh untuk di dinginkan.
Tujuannya agar kulit mudah dalam melakukan pemisahan kulit
dengan bulunya.

7
c. Proses memisahkan kulit dengan bulu (pengerotan)
1. Menyiapkan alat pengkerot dan bahan yang akan dibersihkan
dari bulu serta menyediakan bak besar berisikan air sebagai
tempat pencucian kulit setelah dikerot.
2. Mengambil kulit yang sudah dingin dan meletakkannya di atas
beton melebar 1m x 3,5m dengan merata arah memanjang antara
leher dengan ekor. Tujuannya untuk mempermudah pengerotan.
3. Melakukan pengerotan dengan arah memanjang atau maju
dengan menekan sedikit, sambil mendorongnya pelan-pelan
untuk mendapatkan hasil yang baik. Usahakan kulit tersebut
sampai bersih jangan sampai ada bulu yang masih tersisia.
Biasanya bulu pada kulit sapi yang paling sulit di bersihkan
yaitu pada bagia leher, kaki, dan pinggirnya, sehingga untuk
melakukan pengerotan butuh kesabaran dan ketelitian.
4. Melakukan pembersihan bagian rambut yang tidak terpisah
menggunakan pisau yang tidak begitu tajam, tujuannya agar
tidak merobek kulit sapi.
5. Merendam lagi kulit yang sudah di bersihkan dari bulu ke bak
berisikan air, untuk pengecekan lagi apakah kulit sudah bersih
dari bulunya atau tidak.
6. Apabila sudah bersih, lalu menggantungnya untuk meneteskan
air yang ada, tujuannya untuk mempermudah proses dalam
pemotongan kecil-krcil (penyayatan/ ngerarit).

d. Proses pemotongan kecil-kecil (penyayatan/ ngerarit)


1. Menyiapkan pisau 2 pisau (tajam dan tumpul), tujuannya agar
mudah mempertajam dengan kedua pisau tersebut dan tempat
penyayatan berupa kayu memanjang sebagai alas kulit yang
akan di sayat.
2. Mengambil kulit yang sudah bersih untuk melakukan
penyayatan dengan menaruh di atas alas yang tersedia.

8
3. Melakukan penyayatan memanjangan mengikuti panjang kulit
tersedia, dengan lebar penyayatan 0,5-1,2 cm atau sesuai
permintaan pemilik usaha dan hasil sayatan membiarkan
langsung terjatuh di atas teras tempat melakukan penyayatan
untuk mempermudah pengambilan dalam proses pencampuran
dengan bumbu.
4. Tahap selanjutnya pencampuran kulit yang telah di sayat dengan
bumbu.

e. Proses pencammpuran kulit dengan bumbu


1. Menyiapkan bumbu yang sudah di blender dengan campuran
(bawang putih, garam 3 genggam, micin harga Rp. 500.00 ,
masako harga Rp. 1.000) : 25kg kulit mentah.
2. Menyiapkan wadah ember sedang sebagai tempat bumbu yang
siap di gunakan beserta sendok nasi.
3. Mengambil kulity ang tersayat secukupnya untuk di campurkan
dengan bumbu di atas teras pencampuran di lapisi keramik.
4. Mengambil bumbu secukupnya 2-3 sendok nasi, dengan
meletakkan bumbu di atas kulit yang akan di bumbukan
secukupnya.
5. Melakukan pencampuran kulit dengan bumbu menggunakan
tangan sampai merata, sampai kulit yang ada habis di
bumbukan. Karena dengan di bumbukan kulit tersebut dapat
menyimpan cita rasa bumbu apabila sudah dimatangkan.
6. Mendiamkan selama 15 menit kulit yang sudah di bumbukan.
7. Melakukan pemisahan dengan mengulur kulit tersebut dengan
memanjang agar mudah dalam penjemuran.
8. Mengikat bagian tengah kulit yang telah di ulurkan, agar
mempermudah pengambilan saat penjemuran dan memasukkan
dalam bak besar atau sedang untuk mengangkutnya ke tempat
penjemuran.
9. Tahap selanjutnya melakukan penjemuran.

9
f. Proses penjemuran
1. Menyiapkan bambu memanjang untuk di sangkutkan pada tali
dengan ketinggian sebahu ukuan orang dewasa.
2. Mengambil kulit yang sudah siap di jemur untuk peletakan di
atas bambu dengan jarak penjemuran 2-5 cm. Usahakan
penjemuran dalam keadaan cuaca panas.
3. Mendiamkan kulit selama 2-3 hari tergantung cuacanya.
4. Apabila cuaca mendung, kulit tersebut di openkan, apabila
sudah cuaca baik lalu di jemur kembali sampai kering.
5. Tahap selanjutnya pengambilan kulit sudah kering.

g. Proses pengambilan kulit kering jemur matahari


1. Mengambil kulit sudah kering dengan cara menyatukan dengan
kulit lainnya dengan ukuran satu ikat pinggang orang dewasa
atau ukuran pelukan orang dewasa dan mengikatnya dengan
kulit tersebut.
2. Menaruhnya di tempat yang kering dan teduh untuk
menghindari hujan.
3. Menumpukkan hasil penjemuran tersebut dengan rapi, untuk
episiensi pengambilan apabila kulit akan di potong.
4. Tahap selanjutnya pemotongan kulit.

h. Proses pemotongan kulit sapi yang sudah kering


1. Menyiapkan tempat pemotongan berupa kayu bundar setinggi
lutut orang dewasa, bangku, bakul, dan parang.
2. Membersihkan areal pemotongan agar tidak tercampur dengan
benda lain.
3. Mengambil kulit kering yang sudah dalam ikatan 2-3 ikat.
4. Melakuan pemotongan dengan ukuran 10 cm.
5. Selanjutnya pengangkutan potongan kulit tersebut menggunakan
bakul.
6. Tahap selanjutnya pemanasan kulit di atas jambangan besar.

10
i. Proses pemanasan kulit untuk di jadikan setengah mateng
(aluman)
1. Menyiapkan alat penggoreng 1 set kapasitas 200 kg, kulit
keering 90 kg, dan minyak goreng 120 kg.
2. Menuangkan minyak goreng sebanyak 120kg ke dalam wajan
besar.
3. Kemudian memasukkan kulit kering yang sudah di potong
sebanyak 90 kg = ±9 bakul plastik dan mengaduknya
menggunakan sutil kayu selama 4 jam dengan temperatur 60-70
◦C naik turun dengan jeda 30 menit.
4. Apabila bahan sudah mengapung di permukaan minyak maka
itu dikatakan aluman. Ingat kulit kering tidak menyerap minyak
selama 4 jam, tujuannya hanya perendaman kulit kering selama
4 jam untuk di jadikan aluman.
5. Mengambilnya menggunakan penyaring kawat besar dengan
pelan-pelan, lalu memasukkan di dalam bakul kayu dengan alas
ember alumunium, tujuannya untuk mendinginkan sebelum
masuk plastik. Pendinginan berlangsung selama 1 hari (24 jam),
teknik tersebut tujuannya untuk aluman yang akan di masukkan
dalam plastik. Begitu seterusnya sampai aluman habis di
dinginkan dan setelah dingin di masukkannya ke pelastik.
6. Tahap selanjutnya untuk penggorengan jadi kerupuk kulit.

j. Proses penggorengan aluman menjadi kerupuk kulit


Penggorengan aluman melalui 2 cara yaitu :
1. Aluman dalam plastik untuk di jadikan kerupuk kulit utuh
 Menyiapkan alat dan bahan.
 Terlebih dahulu aluman di siapkan sebanyak 270 kg, baru di
mulai penggorengan. karena penggorengan sekali memakan
waktu 4 jam untuk 90kg kulit aluman + 2 jam untuk menjadi
kerupuk kulit.

11
 Menuangkan minyak goreng sebamyak 120kg dalam wajan
dipanaskan dengan suhu 75-100 ◦C selama 30 menit.
 Lalu menuangkan aluman sebanyak 90kg tersebut ke dalam
wajan lalu mengaduknya sampai merata selama 2 jam.
 Apabiala kerupuk sudah matang (naik ke permukaan
minyak). Lalu mengambilnya mengguanakan penyaring dan
tiriskan sebentar, lalu masukkan aluman tersebut ke dalam
bakul sampai penuh, dan dinginkan selama ± 2 menit.
 Kerupuk kulit siap dimasukkan ke dalam plastik besar
kapasitas 3 kg.
 Mengikatnya menggunakan tali rapia apabila sudah penuh.
 Lalu melakukan proses pengemasan.
2. Aluman langsung di goreng apabila sudah melewati proses
pembuatan aluman (perendaman kulit kering selama 4 jam).
 Mengaduknya sampai merata selama ±2 jam, tujuannnya
untuk mendapatkan pemerataan terhadap aluman secara
menyeluruh.
 Apabiala kerupuk sudah matang (naik ke permukaan
minyak). Lalu mengambilnya mengguanakan penyaring dan
tiriskan sebentar, lalu masukkan aluman tersebut ke dalam
bakul sampai penuh, dan dinginkan selama ± 2 menit.
 Kerupuk kulit siap dimasukkan ke dalam plastik besar
kapasitas 3 kg.
 Mengikatnya menggunakan tali rapia apabila sudah penuh.
 Lalu melakukan proses pengemasan.

2.3.2 Manajemen Pemasaran Kerupuk Kulit Sapi


Berikut adalah beberapa teknik manajemen pemasaran mulai dari
persiapan sampai pemasaran.
2.3.2.1 Proses Pengepakan
1. Menyediakan alat dan bahan seperti.
1. Plastik ukuran 20x30, 12x15, dan 8x15 (cm).

12
2. Merek (label).
3. Lampu sumbu (ublik) atau lilin.
4. Gunting.
5. Steples kecil dan isinya.
6. Korek api.
7. Box besar ukuran 1mx50cmx60cm dan box ranjang ukuran
90x40x50 (cm).
8. Tali rapia.
9. Timbangan kapasitas 3 kg.
a. Bahan bahan yang di gunakan
1. Kerupuk kulit yang sudah matang dengan kriteria kerupuk yang
baik. seperti : renyah, tidak berminyak, dan tidak pahit.
2. Masako.
3. Bumbu buatan sendiri.
2. Menyalakan lilin atau lampu sumbu (ublik) dengan korek api
3. Membuka tali ikatan kerupuk pada pelastik pembungkus, lalu
menaburkan masako sedikit demi sedikit 1 saset.
4. Memasukkan kerupuk kulit tersebut ke dalam kemasan kecil
ukuran 12x15 atau 8x15(sesuai permintaan reseler ).
5. Merekatkan kemasan pelastik pada lilin atau lampu sumbu (ublik).
6. Pengepakan kerupuk kulit dengan pelastik ukuran 20x30. Masing-
masing 6 pcs untuk ukuran plastik 12x15 dan 10 pcs untuk ukuran
pelastik 8x15.
7. Memasukkan 1 lebel Melati Indah ke dalam plastik tiap
pengepakan.
8. Melipat bagian pelastik yang masih tersisa bagian atas, lalu
melakukan steples dengan teknik bagian tengah terlebih dahulu,
setelah itu di steples bagian kiri-kanan pinggirnya (3x steples).
9. Selanjutnya melakukan proses pemasaran.

13
2.3.2.2 Proses pemasaran
Berikut adalah proses pemasaran yang ada di kelompok melati
indah :
1. Menggunakan media online (Whats-App dan Facebook) dan of line
(Reseler dan Sewa Ruko Sebagai Tempat Jualan Kerupuk Kulit
Sapi).
2. Menjangkau toko oleh-oleh dan pedagang kaki lima yang di bantu
oleh reseler (pesan antar) di seputaran Kota Mataram, Lombok
Barat, KLU, dan Lombok Tengah.
Kelompok Melati Indah juga memiliki rantai pemasaran yang
mampu menjangkau konsumen, yaitu :
1. Produsen - (pengepul, reseler, dan pedagang)
 Pengepul - (pedagang, Reseler, dan Konsumen)
 Reseler - (Pedagang, dan Konsumen)
 Pedagang - Konsumen
2. Konsumen, pedagang, reseler, dan pengepul langsung mengambil
ke Produsen untuk di kelola dengan sendiri sendiri.
3. Produsen – pengemas
 Pengemas (reseler dan konsumen)
 Reseler – (konsumen, dan {toko oleh-oleh, mini market, dan
warung makan} )
 Toko oleh-oleh, mini market, dan warung makan – konsumen.

2.3.3 Menghitung biaya


Berikut biaya-biaya yang akan dihitung selama PKL yaitu:

1. Total cost (biaya total)

2. Fixed cost (biaya tetap misal penyusutan peralatan, sewa lahan dan
bangunan.

3. Variabel cost (biaya variabel atau biaya tidak tetap misal bahan
baku, tenaga kerja, listrik dan bahan bakar.

2.3.4 Menghitung pendapatan kotor


Cara menghitung pendapatan kotor yaitu :

14
Total hasil penjualan – biaya produksi

Sedangkan biaya-biaya tetap dan biaya variabel lainnya diabaikan.

2.3.5 Menghitung Pendapatan atau keuntungan

Selama pkl kami menghitung pendapatan atau keuntungan dengan


rumus sebagai berikut:

NR=TR-TC
Dimana:NR (net Revenue) = pendapatan/keuntungan bersih
TR (Total Revenue) = total pendapatan
TC (Total cost) = total biaya produksi (biaya tetap+biaya
produksi).

2.3.6 Kegiatan Insidental atau diluar kegiatan yang di lakukan


selama Praktik Kerja Lapangan (PKL).
Berikut adalah kegiatan insidental yang kami lakukan selama
Praktik Kerja Lapangan (PKL).
1. Membersihkan saluran limbah hasil produksi dengan membongkar
pipa aliran air secara keseluruhan. Di lakukan selama 3 hari selama
praktik kerja lapang.
Kegiatan tersebut merupakan kegiatan satu kali selama pemilik
produksi dalam melakukan perbaikan alat-alat yang ada. Sehingga
aliran air ini salah satu perbaikan alat guna memperlancar aliran
air.
2. Membersihkan alat-alat produksi 1x seminggu. Tujuannya untuk
menjaga kebersihan alat dan merawat alat agar tidak mengalami
kerusakan dalam waktu ya ng cepat.

15
LAMPIRAN

Lampiran 1 :

Biodata Pribadi

Nama : SUMARNI
NIM : B1D 014 265
Tempat dan Tanggal Lahir : Ntori,17 agustus 1995
Agama : Islam
Jurusan : Ilmu Peternakan
Program Studi : S1 Ilmu Peternakan
Fakultas : Peternakan
Universitas : Universitas Mataram
IPK : 2.65
Alamat : Dusun buwuh desa mambalan kec.gunungsari

16
JADWAL KEGIATAN

NO Kegiatan Waktu Pelaksanaan

Agustus September Oktober November

1 Persiapan
PKL

2 Pelaksanaan

3 Penyusunan
Laporan

4 Evaluasi

17

Anda mungkin juga menyukai