SKRIPSI
Oleh:
MUTMA INNA
NIM. D1A1 13 149
SKRIPSI
Oleh:
MUTMA INNA
NIM. D1A1 13 149
MUTMA INNA
NIM. D1A1 13149
iii
iv
v
ABSTRAK
vi
ABSTRACT
Mutma Inna (D1A1 13 149) Analysis of The Added Value of The Banana
Sale (Case Study in Home Industry “Kejar Usaha Lestari” at Pallimae Village,
Poleang District, Bombana Regency). Under the guidance of Laode Geo and
Abdul Gafaruddin.
This research aims; (1) to describe process diversity in the processing of
banana into banana sale; (2) to know how much the added value resulting from
the processing of bananas. The location of this research is at home industry
“Kejar Usaha Lestari” at Pallimae Village, Poleang District, Bombana
Regency.This location was chosen by purposive, sampling in whiel the owner of
the business became respondent of the research. The primary data was collected
through direct interview using a questionnaire. The data is processed using
Hayami, et all 1987. The results showed that(1) processing of banana into banana
sale in “Kejar Usaha Lestari” has developed because it has provided four kind of
tastes banana sale, that is fresh banana sale, white sugar flavored banana sale,
brown sugar flavored banana , and peanuts flavored; (2) the added value
produced in “Kejar Usaha Lestari” approximately, that is fresh banana sale Rp
11.878,67 a kilogram, peanuts flavored banana sale Rp 11.284,16 a kilogram,
white sugar flavored banana sale Rp 10.054,16, brown sugar flavored banana Rp
11.817,49.
vii
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian (SP) pada
Kendari
hambatan dan tantangan yang dihadapi sebagi bentuk dari wujud pembelajaran
sosial secara akedemis. namun hambatan dan tantangan tersebut dapat teratasi
berkat motivasi dan kejasama dari berbagai pihak, maka penulis mengucapkan
terimaksih kepada Ayahanda Darwis Lengu dan Ibunda Dalmia atas perhatian
dan do’anya kepada penulis serta ucapan terima kasih juga ditunjukkan kepada
viii
5. Staf pengelola Fakultas Agribisnis yang telah banyak membantu administrasi
Indra Setiawan, Ramadan, Ridwan, Waode fifi Sofiani Siregar, Yuni Kartika
serta yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, terimakasih atas
Suniar, Maya Sri Anggreni, Merlin, Rosmin Zaenal, Reynaldi, Edy Syaputra,
ix
pengalaman yang luar biasa dan senantiasa memberikan semangat kepada
12. Om Sukirman dan Bunda Yana yang telah membeikan pengalam yang sangat
melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dan
semoga hasil ini dapat bermanfaat bagi pembangunan ilmu pengetahuan, bangsa
dan agama.
Penulis
x
DAFTAR ISI
xi
G.Konsep Operasional ..........................................................................................33
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xv
I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
merupakan suatu upaya yang sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan,
mudah rusak, sehingga perlu langsung dikonsumsi atau diolah terlebih dahulu.
Industri pengolahan tersebut berupa industri besar dan menengah, industri kecil
pertanian, sehingga keduanya tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Salah satu
hubungan itu adalah usaha pembuatan sale pisang dengan ketersediaan buah
sebagai bahan baku, salah satu buah yang digunakan sebagai bahan baku Sale
salah satu negara yang menanam pisang yang penting pula di Asia. Pusat Produksi
pisang terdapat di Sumatera, Jawa, dan Bali. Daerah-daerah ini beriklim hangat
dan lembab, mulai dari 27.5°C di dataran rendah, dan 20 °C di atas ketinggian
1000 mdpl. Kelembaban relatifnya di daerah ini bervariasi antara 60-95% dengan
Sektor pertanian memberikan konstribusi 33,20%. Potensi ini juga dilihat dari
sektor pertanian (49,72%) dari total penduduk yang berumur 15 tahun keatas
(www.slideshare.net.,2011).
maka pemasaran buah pisang tidak hanya dilakukan didaerah tersebut. saluran
pemasarannya sudah sampai keluar kota, seperti daerah kota kendari dan kota
bau-bau. dengan hal tersebut di indikasi bahwa harga dari buah pisang akan
yang dijual keluar daerah akan mengalami perubahan harga dikarenakan sudah
termaksud biaya pengiriman. Harga pisang di kota kendari dijual dengan kisaran
sebagai makanan yang dapat dikomsumsi dalam keadaan segar atau masak
maupun yang diolah terlebih dahulu dalam penyajiannya. Buah pisang berpotensi
sebagai sumber pangan dalam sudut peninjauan ,aspek pasca panen dan tehnik
pengolahannya.
(1) dapat meningkatkan nilai tambah dari hasil pertanian yang diproses;
Pallimae, pisang memiliki prospek kedepan yang cukup baik untuk mengisi
saing produk pisang daerah maka diperlukan pengolahan produk pisang agar
dapat memperoleh nilai tambah dan keuntungan. Produk utama tanaman pisang
Kondisi seperti diatas merupakan peluang besar serta menjadi awal mula
Salah satu cara memberikan nilai tambah terhadap komoditi buah pisang
yang berlimpah di Desa Pallimae yaitu dengan pengolahan pisang menjadi sale
pisang, dengan begitu selain akan menyerap tenaga kerja juga akan memberika
nilai tambah terhadap komoditi buah pisang dibanding apabila dijual langsung
Sale pisang adalah makanan hasil olahan dari buah pisang yang disisir
tipis kemudian dijemur. Sale ini bisa langsung dimakan atau digoreng dengan
tepung terlebih dahulu. selain itu, saat ini sale pisang mempunyai beberapa varian
rasa seperti keju, rasa gula merah, gula pasir dan kacang dan produk pisang sale
Sale juga dikenal dengan nama dempo pisang, dempo pisang berasal dari
bahasa daerah yaitu bahasa daerah Bugis yang berarti pisang yang dikeringkan,
5
nama dempo pisang lebih dikenal dari pada sale khususnya di daerah Sulawesi
Tenggara.
Lestari” mengolah dempo pisang menjadi sale pisang segar dan sale pisang
dan adanya potensi pasar. Jika dikelola dengan baik, maka tidak tertutup
kemungkinan produk ini menjadi salah satu produk khas Kabupaten Bombana
teknologi yang masih sederhana. Pada proses pengolahan sale pisang, sinar
matahari sangat diperlukan dalam tahap pengeringan agar kadar air buah pisang
menurun. Selain itu, ketersediaan bahan baku buah pisang sangat dipengaruhi oleh
musim. Jenis pisang yang digunakan untuk pengolahan sale pisang adalah pisang
Raja.
Hal tersebut yang menjadi dasar untuk mengetahui lebih lanjut mengenai
nilai tambah dari pisang sebagai bahan baku sale pisang segar dan sale pisang
Analisis nilai tambah diperlukan untuk mengetahui besarnya nilai tambah yang
diberikan sale pisang pada pisang sebagai bahan baku sehingga bisa diketahui
Industri Rumahtangga “Kejar Usaha Lestari 2” yang mulai berdiri pada tahun
2010 walaupun nama kedua industri tersebut sama tetapi pemilik usaha tersebut
berbeda, dimana pemilik industri rumah tangga “kejar usaha lestari” masih
yang digunakan adalah modal sendiri tanpa ada sangkut pautnya terhadap industri
“Kejar Usaha Lestari” yang dimiliki muh.yasin karena industri tersebut lebih
berpengalaman dalam menjalankan usaha yaitu lama usaha yang dijalankan sudah
15 tahun, dan produksi yang dilakukan untuk menghasilkan sale pisang lebih
banyak setiap sekali pengolahan. dari pada Industri Rumahtangga “Kejar Usaha
penulis termotivasi untuk mengkaji lewat penelitian Nilai Tambah Sale Pisang Di
B. Rumusan Masalah
2) Berapa nilai tambah yang dihasilkan dalam pengelolaan sale pisang pada
C. Tujuan Penelitian
Pallimae.
Desa Pallimae.
D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi peneliti selanjutnya sebagai bahan referensi untuk kajian dari segi
A. agribisnis
production on the farm, and the storage, processing, and distributions of farm
berikut :
konsumen akhir “.
adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan
dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya
Agribisnis sebagai suatu sistem memiliki tiga subsistem utama yaitu : (1)
subsistem off farm hulu atau penyediaan sarana produksi, (2) subsistem on farm
atau budidaya, dan (3) subsistem off farm hilir atau agroindustri dan pemasaran,
(4) Subsistem jasa pendukung (supporting system). Disamping itu untuk dapat
jasa pendukung. Keempat subsistem ini akan menjadi bagian yang integral dari
kimia pupuk dan pestisida dan mesin-mesin pertanian, industri pembibitan dan
dan mengolah komoditas primer yang dihasilkan oleh subsektor usahatani (down-
dalam subsektor ini juga kegiatan perdagangan dan pendistribusian produk olahan
pedesaan (Badan Agribisnis, 1995). Selain faktor prasarana diperlukan juga iklim
sosial politik, sosial ekonomi, dan sosial budaya yang kondusif bagi bekerj
B. Agroindustri
baku yang berasal dari tumbuhan atau hewan (Austin, 1992). Proses pengolahan
pengemasan dan distribusi. Sifat proses dan tingkat transformasi dapat bervariasi
sekarang dan akan datang tentu saja prospeknya sangat cerah, sehingga
strategi pembangunan agroindustri harus menjadi pilihan utama dan tidak bisa
ditawar-tawar lagi. Hal ini disebabkan oleh usaha peningkatan kesempatan kerja,
meningkatkan nilai tambah, (b) menghasilkan produk yang dapat dipasarkan atau
digunakan atau dimakan, (c) meningkatkan daya simpan, dan (d) menambah
kegiatan yang berpengaruh terhadap sektor pertanian dan pelaku usaha untuk
Agroindutri menjadi salah satu pilihan, karena sektor pertanian masih merupakan
produk primer ke produk olahan sekaligus budaya kerja bernilai tambah rendah
menjadi budaya kerja industrial modern yang menciptakan nilai tambah tinggi
(Suryana,2005).
C. Nilai Tambah
satu konsep yang sering digunakan membahas pengolahan komoditi ini adalah
dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor teknis dan faktor pasar. Faktor teknis
yang mempengaruhi adalah kapasitas produk, jumlah bahan baku yang digunakan
dan tenaga kerja, sedangkan faktor pasar yang mempengaruhi adalah harga
output, upah tenaga kerja, harga bahan baku dan nilai input lain.
Tujuan dari analisis nilai tambah adalah untuk mengukur balas jasa yang
diterima pelaku sistem (pengolah) dan kesempatan kerja yang dapat diciptakan
oleh sistem tersebut. Nilai tambah dipengaruhi oleh faktor teknis dan non teknis
13
(faktor pasar). Faktor teknis terdiri dari jumlah dan kualitas bahan baku serta input
bahan baku, harga jual output , upah tenaga kerja, modal investasi, informasi
pasar dan nilai input lain (selain bahan bakar). Dengan demikian fungsi dari nilai
tambah menurut Hayami et all (1987) yang menggambarkan imbalan bagi tenaga
Keterangan:
K = Kapasitas produksi (Kg)
B = Bahan baku yang digunakan (Kg)
T = Tenaga kerja yang digunakan (HOK)
U = Upah tenaga kerja (Rp)
H = Harga output (Rp/Kg)
h = Harga bahan baku
L = Nilai input lain
Nilai tambah (value added) adalah besar nilai output di kurangi dengan
nilai input. Dimana input yang di maksud adalah bahan buku, bahan penolong,
jasa industri, dan jasa non industri , sedangkan output merupakan nilai keluaran
Nilai tambah diartikan sebagai (1) besarnya output suatu usaha setelah
dikurangi pengeluaran/biaya antaranya ; (2) jumlah nilai akhir suatu produk yang
14
bertambah pada setiap tahapan produksi; (3) nilai output dikurangi dengan input
bahan baku yang dibeli dan nilai depresiasi yang disisikan oleh perusahaan. Nilai
tambah merupakan selisih nilai penjualan dikurangi harga bahan baku dan
Pisang (Musa paradisiaca L) adalah salah satu jenis buah yang digemari
oleh sebagian besar penduduk dunia. Rasanya enak, kandungan gizinya tinggi,
mudah didapat dan harga relatif murah. Sunaryo (1985) menjelaskan bahwa di
indonesia tanaman pisang dapat tumbuh subur disegala daerah, baik dataran tinggi
atau dataran rendah dari yang beriklim basah maupaun yang beriklim kering.
yang mutunya sangat baik . karenanya, dalam pemasaran ada beberapa tingkat
mutu pisang. selain dipasarkan dalam bentuk segar juga dipasarkan dalam bentuk
olahan yang umum di perdagangkan ialah sale segar dan sale goreng, keripik
pisang, dodol pisang, tepung pisang untuk makanan bayi dan sirup pisang.
(1) Pisang yang dimakan buahnya setelah masak atau dikenal dengan pisang
meja, klon pisang ini disebut Gross Michel (Ambon Putih, Ambon kuning),
Rajasereh, dan pisang Barangan, jenis pisang tersebut tergolong grup AAA.
15
Grup lain yang termasuk pisang meja adalah grup AAB (pisang Rajabulu)
(2) Pisang yang dimakan setelah direbus atau digoreng terlebih dahulu atau pisang
olahan (plantain), klon yang termasuk pisang olahan adalah pisang Tanduk,
pisang Kapas, pisang Nangka, pisang Usuk, pisang Kepok Putih Dan pisang
(3) Pisang yang berbiji, klon pisang ini digunakan buah mudanya untuk penyedap
rasa, dan ada juga yang dimakan jika sudah masak, kelompok pisang ini
Tanaman pisang terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan buah. Akarnya
berupa akar serabut yang berpangkal pada umbi batang. Akar terbanyak terdapat
dalam tanah. Akar yang berada di bagian samping umbi batang tumbuh ke
meter. Batang pisang terletak dalam tanah berupa umbi batang. Batang yang
berdiri tegak di atas tanah merupakan batang semu yang terbentuk dari pelepah
daun panjang yang saling menelangkup dan menutupi dengan kuat dan kompak
sehingga dapat berdiri tegak seperti batang tanaman. Tinggi batang semu berkisar
antara 3,5 sampai 7,5 meter tergantung jenisnya. Daun pisang letaknya tersebar,
helaian daun berbentuk lanset memanjang dan bagian bawah berlilin yang
diperkuat oleh tangkai daun yang panjangnya antara 30 sampai 40 cm. Bunga
pisang berkelamin satu, berumah satu dalam satu tandan. Daun penumpu bunga
16
berjejal rapat dan tersusun secara spiral. Daun pelindung berwarna merah tua,
mengusahakan agar para petani tidak selalu menjual produk mereka dalam
keadaan segar akan tetapi berusaha juga untuk mengelolanya menjadi berbagai
dihasilkan maka secara otomatis tingkat keuntungan yang di peroleh petani akan
dikalangan petani. Pisang merupakan salah satu produk pertanian yang harga
jualnya relatif murah. Untuk itu perlu dilakukan pengolahan untuk meningkatkan
nilai tambahnya.
industri. Hal tersebut karena kemudahan dalam mendapatkan bahan baku, serta
berbagai produk dapat diolah dari buah pisang sehingga dapat meningkatkan nilai
makanan yang dibuat dari buah pisang matang yang diawetkan dengan cara
pengeringan. Sale ini mempunyai rasa yang khas dengan daya simpan cukup
17
lama. Mutu sale sangat dipengaruhi oleh warna, rasa, aroma dan daya simpannya,
serta yang paling utama mutu sale tergantung jenis pisang, tidak semua jenis
cara diolah menjadi sale pisang segar dan sale pisang goreng beberapa macam
varian rasa seperti rasa kacang, gula pasir, dan gula merah.
berikut:
2) Bahan penunjang : minyak goreng, gula pasir, gula merah, kacang, terigu, dan
lain-lainnya.
b. Peralatan
1) Pisau dan talenan. Alat ini digunakan untuk mengupas dan membelah buah
pisang.
dijemur.
c. Cara Pembuatan
1) Pengupasan
18
2) Penyimpanan
Setelah itu, pisang di peram dulu 1 malam dalam sebuah wadah (baskom) agar
3)Penjemuran.
4)Penggorengan.
Pisang sale segar dapat digoreng. Terlebih dahulu pisang sale dicelupkan
ke dalam adonan tepung beras. Adonan ini terdiri dari campuran tepung beras (1
bagian), air (4 bagian), garam (secukupnya) dan (secukupnya) dan sebagai bahan
untuk mebuat beberapa macam varian rasa dapat juga di tambah seperti kacang ,
gula merah dan gula pasir yang akan menambahkan cita rasa yang berbeda.
Setelah itu, dempo pisang digoreng dengan minyak panas (170°C) sampai garing.
5)Pengemasan.
sale (dempo pisang) segar dan sale (dempo pisang) goreng dikemas
didalam parsel plastik yang dilapisi plastik bening sebagai pembukus awal.
Lestari” Di Desa Pallimae telah berkembang menjadi salah satu sentra pengolahan
pisang menjadi dempo pisang karena di dukung oleh kondisi geografis yang
19
sesuai untuk pembudidayaan pisang. Selain itu juga, pengolahan pisang di Desa
lain usaha pengolahan sale pisang adalah prosesnya yang tidak menimbulkan
pencemaran lingkungan karena limbah proses produksi dempo pisang berupa kulit
rumah tangga di bidang pangan indonesia terbuka sangat luas, hal ini
dimungkinkan karena adanya dukungan faktor internal yang kuat. Faktor internal
rusak sehingga tidak dapat disimpan dalam waktu yang lama. Untuk
daya saing simpan dan sekaligus juga untuk meningkatkan pendapatan petani.
20
musim, sehingga hal ini akan mempengaruhi harga jual. pada saat tertentu
produk akan melimpah sehingga harga jual akan menurun drastis. Dalam
kondisi seperti ini lebih menguntungkan bila produk yang dihasilkan petani
mempunyai volume yang besar per satuan harga sehingga memerlukan biaya
produk jadi.
yang dilakukan oleh subsistem kedua dan ketiga dari sistem agribisnis dengan
F. Biaya Produksi
ruginya suatu usaha, dikatakan untung apabila nilai produksi yang diperoleh lebih
besar dari biaya produksi yang dikeluarkan atau mencapai jumlah penerimaan
Biaya produksi menurut sifatnya dapat dibagi menjadi dua yaitu biaya
tunai (cast cost) dan biaya yang diperhitungkan (non cast cost). Biaya tunai adalah
semua biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran faktor produksi dan upah tenaga
untuk pembayaran input. Hal ini disebabkan besarnya pendapatan yang diterima
petani tidak saja ditentukan oleh besarnya biaya produksi yang dihasilkan
(Kartosoepoetra, 1988) .
pemakaian faktor-faktor produksi yang berupa bahan baku, tenaga kerja, serta
mesin dan peralatan untuk menghasilkan sutau produk tertentu. Komponen biaya
produksi tersebut terdiri dari biaya bahan dan biaya tenaga kerja langsung yang
biaya variabel, serta biaya penggunaan mesin dan peralatan yang diklasifikasikan
(depresiasi) mesin dan peralatan dalam bentuk biaya overhead pabrik, dan dapat
hubungannya dengan produk terbagi dua yaitu (1) biaya produk (product cost)
mmemproduksi produk (2) biaya periode (period cost) merupakan biaya yang
diidentifikasi dengan interval tertentu, karena biaya ini tidak diperlukan untuk
memperoleh produk. Dan berdasarkan perilaku biaya dibedakan atas dua yaitu :
(1) biaya tetap ( fixed cost) adalah biaya yamh jumlah totalnya sampai tingkat
kegiatan tertentu relative tetap dan tidak berpengaruh oleh perubahan volume
volume kegiatan; (2) biaya variabel (variabel cost) adalah biaya yang jumlah
memproduksi barang dan jasa yang tidak dapat dihindari dan diduga sebelumnya,
dan jasa yang nantinya akan diperhitungkan sebagai bahan dari harga pokok.
G. Penerimaan
dihasilkan dengan harga jual. Pendapatn bersih (net farm income) adalah selisih
antara pendapatan usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga tani dari
23
adalah ukuran hasil perolehan total sumberdaya yang digunakan dalam usahatani,
sedangkan yang dimaksud dengan pengeluaran total usahatani adalah nilai semua
masukan yang habis dipakai atau dikeluarkan dalam produksi, tetapi tidak
mengolah sendiri hasil pertaniannya untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik
yang harganya relatif tinggi dan akhirnya juga akan mendatangkan total
penerimaan tunai dan non tunai. penerimaan tunai adalah dalam bentuk hasil
1. Penerimaan tunai dari penjualan hasil usaha dan segala keuntungan yang
3. Penerimaan atau penghasilan bukan tunai, seperti perubahan nilai ternak atau
4. Penerimaan dari sumber luar usaha, seperti upah kerja dan bunga.
H. Pendapatan
warga adalah hasil penjualan dari faktor-faktor yang dimilikinya kepada sektor
produksi. Dalam arti sederhana pendapatan dapat pula diartikan sebagai total
dikarenakan penambahan modal dari pemilik atau bukan hutang namun melainkan
melalui penjulan barang dan/atau jasa terhadap pihak lain, sebab pendapatan
tersebut bisa dikatakan sebagai kontra perstasi yang didapatkan atas jasa-jasa yang
dua tujuan utama dari analisis pendapatan yaitu: (1) menggambarkan dari
(Normative analysis).
memberikan bantuan untuk mengukur apakah kegiatan usahataninya pada saat ini
berhasil atau tidak. suatu usaha tani dikatakan sukses, kalau situasi pendapatan
(1) Cukup untuk membayar semua pembelian sarana produksi, peralatan usahatani
pada pembelian,
(3) Cukup untuk membayar upah tenaga kerja yang dibayarkan untuk bentuk upah
(4) Ada tabungan untuk investasi pengembangan usahatani , dana persiapan dihari
tua,
(5) Ada dana yang cukup untuk pendidikan keluarga dan melaksanakan ibadah ,
I. Penelitian Terdahulu
Valentina (2009) dengan judul Analisis Nilai Tambah Ubi Kayu Sebagai
keuntungan, efisiensi dan nilai tambah dari usaha pengolahan ubi kayu menjadi
bahwa keuntungan yang diterima dari usaha pengolahan ubi kayu menjadi keripik
singkong dalam satu kali proses produksi pada anggota KUB Wanita Tani
Makmur dari ubi kayu mentah sampai keripik singkong ½ jadi sebesar Rp
10.375,61. Sedangkan pada KUB Wanita Tani Makmur keuntungan yang diterima
dari keripik singkong ½ jadi sampai matang (keripik singkong) sebesar Rp.
1.610.418,99.
Penelitian yang dilakukan oleh Alkim (2012) dengan judul Analisis Nilai
Kendari. Terlihat bahwa nilai tambah yang terbentuk oleh kegiatan pengolahan
yang diberikan terhadap bahan baku yang diolah. Pada pengolahan rumput laut
mentah menjadi dodol rumput laut siap saji oleh pengusaha, dengan menggunakan
teknologi sederhana dan dilakukan secara manual telah dapat menciptakan nilai
Medika dkk (2013) dengaan judul Analisis Pendapatan Dan Nilai Tambah
Keripik Nangka Pada Industri Rumah Tangga Tiara Di Kota Palu. Tujuan dari
penelitian ini untuk mengetahui besarnya nilai tambah yang diperoleh dari
pengolahan buah nangka menjadi keripik nangka pada industri rumah tangga
Tiara di Kota Palu. Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis dengan analisis
menunjukan bahwa penerimaan yang diperoleh industri rumah tangga Tiara dalam
memproduksi keripik nangka selama Bulan Juli Tahun 2012 sebesar Rp.
58.500.000, pendapatan sebesar Rp. 36.307.614,25 dan nilai tambah sebesar Rp.
33.169/kg.
Penelitian yang dilakukan oleh Mubarok (2015) dengan judul analisis nilai
tambah keragaam pengolahan pisang menjadi keripik dan sale pisang di industri
dari pengadaan bahan baku pisang dan pengolahan pisang. Nilai tambah dari
Nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan pisang menjadi sale pisang adalah
Rp 3.217,91/kg.
Jawa Tengah. Tujuan dari penelitian adalah untuk menguraikan aktivitas utama
dan aktivitas pendukung pada sistem rantai dari Torakur Bandungan serta
menjadi torakur. Penelitian ini menggunakan alat analisis dari Porter untuk rantai
J. Kerangka Pikir
meningkatkan nilai tambah, (b) menghasilkan produk yang dapat dipasarkan atau
digunakan atau dimakan, (c) meningkatkan daya simpan, dan (d) menambah
kegiatan yang berpengaruh terhadap sektor pertanian dan pelaku usaha untuk
sedangkan konsumsi berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Untuk itu
Ditinjau dari segi ekonomi, pengolahan hasil pertanian dapat meningkatkan nilai
nilai tambah bagi pisang itu sendiri. Sementara itu, untuk menghasilkan produk
dempo pisang tersebut diperlukan faktor-faktor produksi lain mulai dari tenaga
bagian dari proses dempo pisang. Nilai tambah didapatkan dari nilai produk akhir
29
dikurangi biaya antara (intermediate cost) yang terdiri dari biaya bahan baku dan
bahan penolong dalam melakukan proses produksi. Produk adalah segala sesuatu
yang dapat ditawarkan ke suatu pasar untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan
(Kotler 2002). Harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termaksud
barang dan jasa dan lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan
mengolah sendiri hasil pertaniannya untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik
yang harganya relatif tinggi dan akhirnya juga akan mendatangkan total
Nilai tambah diartikan sebagai (1) besarnya output suatu usaha setelah
dikurangi pengeluaran/biaya antaranya ; (2) jumlah nilai akhir suatu produk yang
bertambah pada setiap tahapan produksi; (3) nilai output dikurangi dengan input
bahan baku yang dibeli dan nilai depresiasi yang disisikan oleh perusahaan. Nilai
tambah merupakan selisih nilai penjualan dikurangi harga bahan baku dan
berdasarkan landasan teori dan dan kajian terhadap peenlitian sebelumnya, maka
permasalaha yang akan dianalisis dalam peenlitian ini dapat digambarkan dalam
Penerimaan
Nilai tambah
penelitian dilakukan secara purposive, yaitu pemilihan dengan cara sengaja karena
alasan untuk mengetahui seberapa besar nilai tambah yang dihasilkan pengolahan
pisang menjadi sale (dempo pisang). Kegiatan penelitian ini dilakukan selama
B. Identitas Responden
dalam penelitian ini adalah pengolah sale pisang pada Industri Rumahtangga
memiliki hubungan dengan penelitian ini, yaitu kantor badan Pusat Statistik
sebagai berikiut:
E. Variabel Penelitian
goreng , biaya produksi (bahan baku, harga produk, dan sumbangan input
lain), nilai produk, nilai tambah, rasio nilai tambah, tenaga kerja (upah bagian
F. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis nilai
tambah. Dari hasil perhitungan akan dihasilkan perkiraan nilai tambah (Rp/bulan)
G. Konsep Operasional
1) Responden yaitu pelaku usaha yang memproduksi dari bentuk buah pisang
2) Umur responden yaitu usai dihitung sejak lahir sampai pada saat penelitian
dilaksanakan(tahun).
3) Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah di ikuti atau
dilalui responden /lama pendidikan ( Tidak Tamat SD, SD, SMP, SMA).
34
4) Jumlah tanggungan keluarga adalah semua orang yang berada dalam rumah
responden (jiwa).
usahannya (tahun).
6) Bahan baku adalah bahan dasar dempo pisang yaitu pisang raja yang
7) Hasil produksi adalah buah pisang telah diolah menjadi dempo pisang (kg).
8) Tenaga kerja adalah jumlah dari semua tenaga kerja yang dicurahkan pada
10) Koefisien tenaga kerja adalah perbandingan antara tenaga kerja dan bahan
11) Harga produk rata-rata adalah perbandingan antara nilai penjualan (total
12) Biaya produksi adalah keseluruhan nilai yang dikeluarkan oleh pengusaha
13) Upah rata-rata adalah perbandingan antara jumlah upah yang dibayarkan
15) Sumbangan input lain adalah perbandingan antara total biaya yang dilakukan
untuk pembelian input lain dengan bahan baku yang digunakan dalam
produksi (Rp/kg).
16) Nilai produk adalah perkalian antara faktor konversi dengan harga produk
rata-rata (Rp/kg).
17) Biaya bahan baku adalah nilai dari seluruh input usaha pengolahan sale pisang
18) Harga adalah besarnya nilai tukar uang terhadap produksi pengolahan pisang
19) Nilai tambah adalah perubahan wujud melalui proses dari pisang gelondongan
20) Rasio nilai tambah adalah hasil dari nilai tambah dibagi produksi (%).
21) Penerimaan adalah hasil dari perkalian anatara jumlah produk yang dihasilkan
22) Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan dengan semua biaya yang
(Rp/bulan).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
mencakup: profil usaha, keadaan lokasi, permodalan, bahan baku, letak geografis
dan luas wilayah, keadaan iklim, keadaan demografi dan tata guna lahan.
1. Profil Usaha
kapasitas produksi semakin tinggi maka lokasi usaha tersebut berpindah tempat.
Pada saat awal usaha tersebut berjalan, produk yang dikembangkan adalah sale
sale pisang segar, sale pisang gula pasir, dodol beras ketan gula merah, dodol
Pada awal tahun 2005 muncul rasa produk baru berupa sale pisang rasa
kacang dan sale pisang rasa gula merah, tetapi pada tahun tersebut juga produksi
dodol dihentikan karena mahalnya bahan baku untuk pembuatan dodol dan
tersebut. Pada tahun 2006 usaha sempat berhenti beberapa bulan tepatnya pada
bulan mei sampai agustus dikarenakan memiliki masalah keluarga dan membuka
dengan hanya menjual dirumahnya saja. Namun seiring berjalannya waktu dan
luas lagi dengan menawarkan ke kios-kios luar desa dan pedagang dipasar untuk
2. Keadaan Lokasi
pemiliknya, dengan luas bangunan 10x15 m². tetapi, pemilik mempunyai gudang
untuk menyimpan bahan baku dengan luas 2x2 m², yang letaknya 1 meter dari
tempat pengolahan, selain itu pemilih memiliki lokasi penjumuran pisang menjadi
sale pisang yang sekitar 2x3 m², dimana lokasinya berada dibelakang rumah
pemilik usaha tersebut. Tempat bangunan tersebut adalah tanah milik sendiri
mulai dari rumah atau tempat produksi, gudang penyimpanan bahan baku dan
lokasi untuk penjemuran bahan baku. dengan luas keseluruhan tempat tersebut
Minyak goreng yang telah dipakai itu langsung dibuang. Limbah padat berupa
kulit pisang menjadi makanan ternak yang dimiliki pengusaha. Keadaan ini
limbah padat.
38
b. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang digunakan usaha pengolahan sale pisang ini sebanyak 3
orang 1 laki-laki dan 2 perempuan. Tenaga kerja tersebut pada umumnya kerabat
dekat ataupun saudara sendiri yang berada di daerah sekitar lokasi usaha. Para
pekerja terdiri dari satu orang tenaga ahli (berpengalaman) dan dua orang tenaga
bantu. Upah tenaga kerja tergantung pada sedikit banyaknya bahan baku yang
akan diproduksi dan upah rata-rata yang diperoleh dalam sehari adalah sebesar
Rp. 28.844, 18 perhari pada tahun 2017. Para pekerja pada umumnya memulai
produksi pada pukul 08.00 wita dan berakhir pada pukul 16.00 wita. Namun
waktu tersebut tidak mutlak karena lamanya produksi dipengaruhi oleh jumlah
3. Permodalan
Usaha pengolahan sale pisang ini dimulai pada tahun 2002 dengan
menggunakan modal yang berasal dari pemilik atau modal sendiri. Modal awal
yang digunakan kurang lebih sekitar Rp. 6.000.000, Pendirian bangunan tempat
dengan saat ini tidak menggunakan modal tambahan dari manapun. Hal ini dapat
dilakukan karena pengusaha dapat memperoleh bahan baku pisang dari pedagang
terlebih dahulu pisang yang dibutuhkan untuk produksi langsung dari importir.
39
Pembayaran akan dilakukan pada saat pengusaha akan mengambil kembali bahan
4. Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam produksi sale pisang ini terdiri dari
bahan baku utama dan bahan baku penolong. Bahan baku utama adalah pisang
raja. Sedangkan bahan baku penolong antara lain yaitu minyak goreng, gula
psair,gula merah, kacang, tepung terigu, dan telur ayam. Bahan baku diperoleh
Pembayaran untuk pembelian bahan baku utama dilakukan dengan sistem ambil-
bayar. Sedangkan pembayaran untuk bahan baku penolong dilakukan dengan cash
wilayah: 10,72 Km2, yang terdiri dari lima dusun yaitu: Dusun Tomampu Barat,
Dusun Tomampu Timur, Dusun Pallimae I, Dusun Pallimae II, dan Dusun
Pallimae III. Desa Pallimae berjarak +_ 79 km dari ibu Kota Kabupaten dan 2km
dari ibu Kota Kecamatan, dengan letak geografis antara 80-170 m diatas
6. Keadaan Iklim
Desa Pallimae memiliki iklim yang sama dengan daerah-daerah lain di
Kecamatan Poleang. Hal ini di karenakan Desa Pallimae berada pada wilayah
dataran dengan curah hujan berkisar kurang lebih 150 mm/tahun dan suhu rata-
rata berkisar antara 290C - 310C. Selain ini daerah ini juga memiliki dua musim
memiliki dua musim dalam setahun, yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Musim hujan biasanya berlangsung antara bulan Oktober sampai Maret, dimana
angin barat yang bertiup dari Benua Asia dan Samudra Pasifik banyak
mengandung uap air, sehingga terjadi musim hujan. Sebaliknya musim kemarau
berlangsung antara bulan April sampai September, dimana angin timur bertiup
7. Keadaan Demografi
a. Jumlah Penduduk
bangsa. jumlah penduduk yang besar apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai
bangsa.
Penduduk yang berada didesa palliame pada tahun 2016 berjumlah 1.353
jiwa yang terdiri atas laki-laki 651 jiwa dan perempuan 702 jiwa, dengan jumlah
b. Komposis Penduduk
1) Berdasarkan Umur
beberapa klasifikasi umur yakni nol sampai empat belas tahun, lima belas sampai
lima puluh lima tahun, dan lima puluh lima tahun keatas. untuk lebih jelasnya
Tabel 2 berikut:
berada pada umur produktif yaitu 815 jiwa atau (60,24%). Hal ini berarti sebagian
besar penduduk desa pallimae adalah penduduk yang siap bekerja karena poduktif
hampir sebahagian besar kawasan Desa Pallimae adalah kawasan pertania. Petani
berjumlah 320 jiwa (68,79%), PNS sebanyak 44 jiwa (9,47%), Peternak sebanyak
(3,22%), dan jumlah mata pencaharian yang terkecil adalah TNI/POLRI yang
desa pallimae berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel berikut:
yang Putus Sekolah sebanyak 7 jiwa (0,70%) , Buta Huruf sebanyak 3 jiwa
pola dan komposisi penggunaan lahan di Desa Pallimae terbagi atas beberapa
Fasilitas Umum dan Pemukiman Warga. Rincian mengenai jenis dan luas
Tabel 5. Data Jenis dan Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Desa Pallimae ,
Tahun 2016
perkebunan coklat seluas 400 ha (36,66%) , lahan untuk pemukiman warga 120
lahan terkecil adalah perkebunan mente seluas 25 ha (2,29%), dan lahan fasilitas
umum seluas 1,030 ha (1,00%), dari luas keseluruhan wilayah daratan Desa
Pallimae.
Desa Pallimae cukup luas. Hal ini mengindikasikan bahwa komoditas perkebunan
B. Hasil Penelitian
1. Identitas Responden
a. Umur Responden
Pada umumnya orang yang relatif lebih muda lebih dinamis dalam
yang berusia lebih tua mempunyai cara berusaha yang lebih matang dan
Pusat Statistik (2002) dalam Zani M. 2011 yakni penduduk usia kerja yaitu
penduduk yang berumur antara 10 – 64 tahun dan penduduk bukan usia kerja
yaitu penduduk yang berumur dibawah 10 tahun dan lebih dari 64 tahun. Hasil
pisang menjadi sale pisang dan tergolong memiliki usia lebih dinamis dalam
b. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidkan yang relatif tinggi dan umur yang muda menyebabkan
sesorang lebih cenderung dinamis yang tercermin melalui cara kerja, pola pikir
dan mudah tidaknya dalam menerima informasi. Menurut Zani M. (2011) Tingkat
pendidikan formal merupakan salah satu aspek yang menentukan kemampuan dan
cara berfikir petani dan pedagang dalam mengelola usahanya. Semakin tinggi
serta cara berfikir akan berfikirnya akan semakin formal. Dengan demikian akan
sehingga pengolah tersebut lebih dapat mengatasi masalah secara logis dan
pengolah sudah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang sangat baik terkait
kebutuhan keluarga, baik itu kebutuhan pangan, sandang dan papan. Dari sekian
jumlah jiwa yang harus dibiayai hidupnya. Jumlah beban ini terdiri dari
yang demikian, maka diharapakan sebagian anggota keluarga sudah berada pada
usia produktif, sehingga dapat menjadi sumber tenaga kerja untuk membantu
C. Pembahasan
1. Karakteristik Usaha
penggunaan peralatan, biaya bahan baku, bahan penunjang, jumlah dan upah
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan sale pisang di peroleh dari
digunakan karena bentuk ukuran pisang yang besar dan bila di olah menjadi
dempo pisang rasa yang di hasilkan oleh pisang raja lebih bagus dari pada pisang
lain. Dan bahan penunjang yang digunakan juga di dapatkan dari pasar Boepinang
dimana pengolah sengaja membeli bahan penunjang dipasar tersebut, karna harga
yang didapatkan lebih murah dari pada pasar-pasar lain yang ada disekitar
Kecamatan Poleang.
proses pengolahan buah pisang menjadi sale pisang yaitu buah pisang sebagai
bahan baku utama dan tepung terigu, gula pasir, gula merah, kacang, telur, serta
100 kg buah pisang, bahan penunjang (tepung terigu, gula pasir, gula merah,
kacang, telur, serta minyak goreng) yang di butuhkan adalah tepung terigu 1kg,
gula pasir 1kg, gula merah 2kg, kacang 1liter, telur 3biji, dan minyak goreng
49
2liter. Jumlah bahan tambahan atau penunjang ini bisa disesuaikan menurut bahan
Menurut Zulkifli (2012) bahan baku merupakan bahan mentah yang diolah
Ketersediaan bahan baku secara cukup dan keberlanjutan akan menjamin suatu
b. Penggunaan Peralatan
Perencanaan pengadaan peralatan dari bahan baku yang efektif dan efisien
meningkatkan hasil dan keuntungan bagi usaha pengolahan sale pisang. Rincian
Rumahtangga “Kejar Usaha Lestari” di Desa Pallimae dapat dilihat pada Tabel 6
sebagai berikut:
kompor hock, wajan, loyang, pisau, tampah, suntil, mixer dan hekter. Berdasarkan
hasil penelitian nilai penyusutan peralatan dalam setiap bulan yaitu lemari kaca
1.666,67 umur ekonomis 2 tahun, mixer Rp 6.666,67 umur ekonomis 5 tahun dan
hekter Rp 250 dengan umur ekonomis 5 tahun. Jadi nilai penyusutan dari seluruh
Biaya bahan baku adalah nilai dari seluruh input usaha pengolahan sale
Menurut Riadi (2012) biaya bahan baku (direct material cost) merupakan biaya
bahan yang secara langsung digunakan dalam produksi untuk mewujudkan suatu
macam produk jadi yang siap untuk dipasarkan. untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Tabel 7 Biaya bahan baku yang digunakan industri rumah tangga “kejar
Tabel 7 menunjukkan bahwa ada delapan belas kali proses produksi dalam
satu bulan di Industri Rumahtangga “Kejar Usaha Lestari”. Dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa biaya bahan baku yang dikeluarkan oleh pengolah sale
pisang adalah sebesar Rp 2.000/kg. Dalam satu bulan ( delapan belas kali proses
produksi) bahan baku yang digunakan adalah 1.200 kg, dengan rata-rata 50-100
kg/proses produksi. Besarnya biaya bahan baku yang dikeluarkan tergantung dari
jumlah bahan baku yang digunakan. sehingga biaya yang dikeluarkan oleh
pengolah untuk biaya bahan baku selama satu bulan adalah sebesar Rp. 2.400.000
d. Bahan Penunjang
yang turut membentuk produk sale (dempo pisang). Biaya bahan penunjang yang
digunakan dalam proses pengolahan pisang menjadi dempo pisang pada Industri
Rumahtangga “Kejar Usaha Lestari” di Desa Pallimae dapat dilihat pada tabel 9
berikut ini:
produksi lain yang diperlukan pada setiap proses produksi. Tabel 8 menunjukkan
menggunakan bahan penunjang berupa minyak goreng, gula pasir, gula merah,
kacang, tepung terigu, telur ayam , mika, plastik pelapis dan minyak tanah.
bahan penunjang Rp/Kg bahan baku adalah sebesar minyak tanah Rp 200, minyak
goreng Rp 466,67, gula pasir Rp 208,33, gula merah Rp 125, kacang Rp 200,
tepung terigu Rp 100, telur ayam Rp 66,67, mika Rp 281,67,dan plastik pelapis
53
Rp 62,5. Jadi jumlah nilai bahan penunjang yang dikeluarkan dalam sekali proses
Total biaya bahan penunjang yang dikeluarkan dalam satu bulan yaitu
240.000, tepung terigu sebesar Rp 12.000, telur ayam sebesar Rp 80.000, mika
bahan penunjang yang dikeluarkan oleh pengolah dalam satu bulan adalah sebesar
Rp 2.053.000.
tenaga kerja. Skala usaha akan mempengaruhi besar kecilnya tenaga kerja dan
jenis tenaga kerja yang dibutuhkan. tenaga kerja merupakan salah satu faktor
jasa dari usaha yang dilakukan yaitu upah. upah merupakan harga untuk jasa yang
telah diberikan oleh seseorang kepada orang lain, sesuai kespakatan antara orang
itu sebagai pemberi jasa dengan orang lain sebagai penerima jasa.
(1986) upah ialah suatu penerimaan sebagai suatu imbalan dari pemberian kerja
kepada penerima kerja untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah dan akan
kemanusiaan dan produksi dinyatakan atau nilai dalam bentuk uang yang
atas suatu perjanjian kerja antara pemberi kerja dan penerima kerja.
Lestari” mepunyai tenaga kerja sebanyak 3 orang. Dari jumah tersebut, tenaga
kerja merupakan anggota keluarga sendiri yang terdiri dari kaka dan kemenakan.
Para pekerja ini tidak setiap hari melakukan proses produksi. hasil penelitian
menunjukkan bahwa kisaran kerja dalam satu bulan produksi adalah 162 jam
dengan jumlah harian kerja (hk) sebnyak 60,75hk/bulan. untuk lebuh jelasnya
Sistem upah yang diterapkan pada usaha pengolahan sale pisang sangat
produk yang dihasilkan, maka upah yang diterima pekerja semakin tinggi.
Karennya upah ini menjadi pendorong utama atau intensif bagi pekerja untuk
menghasilkan produk dalam jumlah yang banyak, untuk melihat jumlah upah
tenaga kerja yang dihasilkan pekerja industri rumah tangga “Kejar Usaha Lestari”
No Hasil produksi per Upah bahan Jumlah upah Tenaga Total upah Hari Upah rata-
produksi proses produksi (kg) baku/kg per pekerja Kerja pekerja kerja rata
(Rp/Orang) (Rp/TK) (hk) (Rp/hk)
1 2 3 4=2x3 5 6=4x5 7 8=6/7
1 25,5 1.000 25.500 3 76.500 3,375 22.666,67
2 25 1.000 25.000 3 75.000 3,375 22.222,22
3 51 1.000 51.000 3 153.000 3,375 45.373,66
4 22,5 1.000 22.500 3 67.500 3,375 20.000
5 54 1.000 54.000 3 162.000 3,375 48.000
6 24 1.000 24.000 3 72.000 3,375 21.333,33
7 23,7 1.000 23.700 3 71.100 3,375 21.066,67
8 23 1.000 23.000 3 69.000 3,375 20.444,44
9 52 1.000 52.000 3 156.000 3,375 46.222,22
10 25 1.000 25.000 3 75.000 3,375 22.222,22
11 52 1.000 52.000 3 156.000 3,375 46.222,22
12 24 1.000 24.000 3 72.000 3,375 21.333,33
13 24,3 1.000 24.300 3 72.900 3,375 21.600
14 26 1.000 26.000 3 78.000 3,375 23.111,11
15 53 1.000 53.000 3 159.000 3,375 47.111,11
16 25 1.000 25.000 3 75.000 3,375 22.222,22
17 25 1.000 25.000 3 75.000 3,375 22.222,22
18 52 1.000 52.000 3 156.000 3,375 46.222,22
Jumlah 607 18.000 607.000 54 1.839.000 60,75 519.195,86
(∑ )
Rata- 33,72 1.000 33.722,22 3 101.116,67 3,375 28.844,18
rata (X)
Sumber: Data primer diolah, 2017
dihitung per bulan (delapan belas kali proses produksi) yaitu sebesar Rp 18.000
tenaga kerja yang dikeluarkan oleh pemilik usaha pengolahan sale pisang 3
produksi.
56
f. Produksi
pendapatan kotor dalam bentuk fisik dari suatu proses produksi (Zulkifli, 2012).
atau menambah nilai guna suatu benda dan oleh segala kegiatan yang ditujukkan
untuk memuaskan orang lain lewat pertukaran. Produksi adalah sebuah proses
sumberdaya atau jasa-jasa produksi dalam pembuatan barang atau jasa (produk).
pisang menjadi sale pisang yang dinyatakan dalam kilogram (kg). Hasil penelitian
Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa jumlah tiap satu kali produksi
baku yang sama memiliki hasil yang berbeda, hal ini dapat dipengaruhi oleh
kualitas bahan baku yang digunakan dan juga produk yang dihasilkan dikonsumsi
oleh keluarga.
Dari hasil produksi sale pisang 607 kg maka hasil produksi tersebut di bagi
menjadi empat varian rasa. Adapun hasil produksi sale pisang empat varian rasa
dalam satu bulan proses produksi dapat dilihat pada tabel 11 berikut:
58
Tabel 11. Hasil Produksi Sale Pisang Per Varian Rasa Selama Satu Bulan
No Bahan Baku Hasil produksi sale pisang per varian rasa Hasil
Produksi Yang (kg) produksi
Digunakan Segar Kacang Gula Pasir Gula sale pisang
(kg) Merah (kg)
1 50 3 7 10,5 5 25,5
2 50 4 6 9 6 25
3 100 7 15 20 9 51
4 50 3 5 10,5 4 22,5
5 100 9 11 18 16 54
6 50 4 4 9 7 24
7 50 4 7 6 6,7 23,7
8 50 3 7 9 4 23
9 100 8 15 20 9 52
10 50 3 7 10 5 25
11 100 10 11 18 13 52
12 50 4 6 10 4 24
13 50 3 6 10 5,3 24,3
14 50 4 7 10 5 26
15 100 9 15 14 15 53
16 50 5 5 7 8 25
17 50 4 7 9 5 25
18 100 9 9 21 13 52
Jumlah 1.200 96 150 221 140 607
Sumber: Data primer diolah, 2017
Dapat dilihat pada tabel diatas dalam setiap hasil produksi sale (dempo
pisang) dalam satu bulan (18 kali proses produksi) memiliki hasil yang berbeda-
beda untuk produksi masing-masing sale pisang empat varian rasa. Dalam satu
(384mika) dalam satu kg hasil produksi sale segar 4 mika, sale pisang kacang
yang dihasilkan sebanyak 150 kg (600 mika) dalam satu kg hasil produksi sale
kacang 4 mika, sale pisang gula pasir yang dihasilkan sebanyak 221 kg(884
mika) dalam satu kg 4 mika, sale pisang rasa gula merah dihasilkan sebanyak 140
kg(560 mika) dalam satu kg 4 mika. Dapat dilihat bahwa hasil produksi sale
59
pisang rasa gula pasir yang paling banyak dibuat dalam satu bulan dikarenakan
minat konsumen yang lebih banyak meminati rasa gula pasir tersebut.
Lestari” tersebut tentunya memberi keuntungan yang cukup besar, Tabel berikut
yang cukup besar pada setiap tahunnya. Keuntungan yang paling tinggi pada
dempo pisang segar maupun dempo pisang goreng yang diolah oleh Industri
manfaat dari memiliki atau menggunakan suatu produk atau jasa. Dengan
demikian bagi seorang produsen harga adalah faktor utama yang harus
60
Hal ini sejalan dengan pendapat Valentina (2009) yang menyatakan bahwa
harga adalah nilai barang atau jasa yang diungkapkan dalam satuan rupiah (Rp)
atau satuan nilai uang lainnya, sedangkan harga jual adalah nilai yang dibebankan
kepada pembeli atau pemakai barang atau jasa, dalam hal ini harga jual
merupakan suatu yang dapat digunakan untuk mendapatkan sejumlah barang atau
jasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga sale (dempo pisang) pada saat
penelitian adalah dempo pisang segar Rp 6.000/2,5ons, dempo pisang rasa gula
merah Rp 7.000/2,5ons, dempo pisang rasa gula pasir Rp 7.000/2,5ons dan dempo
sampai kepada konsumen akhir. Pemasaran yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah distribusi yang dilalui produk sale pisang dari pengolah sampai konsumen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam setiap kali proses produksi, produk
Kecamatan Poleang.
Usaha Lesatari”
(dempo pisang) segar hingga sale (dempo pisang) goreng Industri Rumahtangga
Penyediaan Bahan
Baku
Pengupasan
Penyimpanan pertama
(diperam)
Penjemuran
Penyimpanan Kedua
(diperam)
Pembuatan Adonan
Varian Rasa Sale
a. Kacang
Penggorengan b. Gula Pasir
c. Gula Merah
Pengemasan
Bahan yang disediakan adalah buah pisang raja yang sudah setengah
matang, setiap sekali pengolahan bahan baku pisang yang digunakan adalah 100
sisir.
2) Pengupasan
dikupas, kemudian dibelah dua memanjang. Jika pisang berukuran besar, pisang
3) Penyimpanan
Setelah itu, pisang di peram dulu 1 malam dalam sebuah wadah (baskom)
agar mendapatkan hasil kematangan yang baik. kematangan yang baik yang
4)Penjemuran
yang akan dilakukan adalah menjemur Pisang tersebut, yaitu diletakkan di atas
alat penjemur biasa di sebut tampah, lama penjemuran di lakukan sesuai dengan
kondisi cuaca, bila kondisi cuaca bagus penjemuran bisa hanya dilakukan 1-2 hari
63
saja, tetapi bila cuaca tidak memungkinkan atau buruk maka dilakukan
penjemuran sampai 3 hari. Tetapi bila dalam proses penjemuran tidak baik
dilakukan atau terlalu lama maka akan membawa rasa yang tidak bagus lagi
5) penyimpanan kedua
sudah bagus dan dapat diambil maka akan dilakukan pemeraman yang kedua
selama 1 malam lagi, agar hasil dari pisang tersebut lebih bagus bila diolah
selanjutnya. Pisang tersebut sudah dapat dikatakan sale pisang segar dan dapat
6) pembuatan adonan
menjadi tiga macam rasa sale pisang goreng, tentunya dari pembuatan adonan
akan sedikit berbeda juga, sebagai berikut cara pembuatan adonan dari tiga
dengan telur sebanyak 3 biji lalu di mixer lagi sampai adonan tersebut
merata.
64
3. Lalu didalam adonan tersebut akan di campurkan lagi gula pasir sebanyak
2. Lalu dicampur telur 2 biji di dalam adonan tadi dan mixer hingga merata
lagi
3. Gula merah yang sudah diparut dicampur didalam adonan lalu aduk
1. Adonan rasa kacang ini tidak menggunakan terigu , telur dan air. tetapi
hanya cukup melelehkan gula merah menjadi agak kental saja lalu
7)Penggorengan
dicelupkan ke dalam adonan dari tiga macam rasa yang sudah tersedia. minyak
goreng yang digunakan dalam sekali menggoreng bisa 3 liter, dempo pisang segar
digoreng diminyak yang suhu 170°C hingga garing. setelah itu dapat disebut
8)Pengemasan.
dimasukan kedalam mika yang di lapisi plastik bening untuk pelapis pertama
dengan harga Rp 6.000 untuk dempo pisang segar, Rp 7.000 dempo pisang rasa
65
gula merah dan gula pasir dan Rp 8.000 dempo pisang rasa kacang per mika.
Daya tahan dempo pisang yang telah digoreng dapat bertahan sekitar 1 bulan dan
masih layak dikomsumsi atau tidak berbau melalui proses penyimpanan yang
dilakukan dengan baik. Dan untuk sale pisang segar bisa bertahan hingga 6 bulan
3. Nilai Tambah
Nilai tambah merupakan nilai yang ditambahkan kepada barang dan jasa,
yang dipakai pada unit produksi dalam proses produksi sebagai biaya antara nilai
yang ditambahkan ini sama dengan balas jasa atas ikut sertanya faktor produksi
Bila komponen biaya antara yang digunakan nilainya semakin besar, maka
nilai tambah produk tersebut akan semakin kecil. begitu pula sebaliknya , jika
biaya diantaranya semakin kecil, maka nilai tambah produk akan semakin besar
(Makki et al, 2001). Perhitungan nilai tambah pengolahan sale pisang bertujuan
untuk mengetahui penambahan nilai dari proses pengolahan bahan baku menjadi
dempo pisang.
Nilai tambah dihitung dari selisih antara nilai output (penerimaan) dan
nilai input (biaya total) yang dikeluarkan dalam proses pengolahan. Seluruh
komponen anaisis diukur dan dinyatakan dalam satuan kilogram (1 kg) bahan
baku.
bahan baku yang dibentuk oleh kegiatan pengolahan. Berikut gambaran mengenai
66
besarnya nilai tambah yang di peroleh pengolahan sale pisang per varian rasa
Tabel 13. Hasil Analisis Nilai Tambah Pengolahan Sale pisang Segar Industri
Rumahtangga“Kejar Usaha Lestari”di Desa Pallimae Metode Hayami, et
all (1987)
Kisaran hari kerja berlangsung selama 3,375 hari kerja, sehingga hari kerja
yang dicurahkan oleh 3 orang tenaga kerja adalah 60,75 hari kerja sebulan. Faktor
bahan baku yang digunakan bernilai 0,55 sale segar,. Artinya untuk setiap satu kg
pisang gelondongan yang diolah akan diperoleh 0,55 kg sale pisang segar.
Koefisien tenaga kerja diperoleh dari rasio antara jumlah hari kerja dengan bahan
baku yang diolah. Hasil perhitunga diperoleh dengan koefisien tenaga kerja
sebesar 0,18 yang diartikan bahwa setiap tenaga kerja dalam satu hari kerja
Sumbangan iput lain atau bahan penunjang bernilai Rp 281,33/kg bahan baku.
Nilai produk merupakan perkalian antara faktor konversi dengan harga produk,
baku. angka ini merupakan selisih antara nilai produk dengan harga bahan baku
dan sumbangan iput lain. Rasio nilai tambah nilai produk sebesar 83,88%.
Artinya, untuk setipa 10.000 nilai produk akan diperoleh nilai tambah Rp 8.388.
Nilai tambah menunjukkan nilai yang besar. Hal ini disebabkan tingginya nilai
produk, sementara harga bahan baku dan sumbangan input lain tidak begitu besar.
Sedangkan bagian tenaga kerja adalah rasio antara imbalan tenaga kerja dengan
nilai tambah yang juga bernilai 89,84%. Artinya, untuk nilai tambah sebesar
diperoleh dari proses pengolahan ini sebesar Rp 1.206,35/kg bahan baku. Angka
ini diperoleh dari nilai tambah dikurangi imbalan terhadap terhadap tenaga kerja.
Dan tingkat keutungan yang 8,51%. artinya untuk nilai produksi sebesar Rp
Tabel 14. Hasil Analisis Nilai Tambah Pengolahan Sale pisang kacang Industri
Rumahtangga“Kejar Usaha Lestari”di Desa Pallimae Metode Hayami, et
all (1987)
Kisaran hari kerja berlangsung selama 3,375 hari kerja, sehingga hari kerja
yang dicurahkan oleh 3 orang tenaga kerja adalah 60,75 hari kerja sebulan. Faktor
bahan baku yang digunakan bernilai 0,53 sale kacang,. Artinya untuk setiap satu
Koefisien tenaga kerja diperoleh dari rasio antara jumlah hari kerja dengan bahan
baku yang diolah. Hasil perhitunga diperoleh dengan koefisien tenaga kerja
sebesar 0,12 yang diartikan bahwa setiap tenaga kerja dalam satu hari kerja
Sumbangan iput lain atau bahan penunjang bernilai Rp 1.435,84/kg bahan baku.
Nilai produk merupakan perkalian antara faktor konversi dengan harga produk,
angka ini merupakan selisih antara nilai produk dengan harga bahan baku dan
sumbangan iput lain. Rasio nilai tambah nilai produk sebesar 76,65%. Artinya,
untuk setipa Rp 10.000 nilai produk akan diperoleh nilai tambah Rp 7.665. Nilai
tambah menunjukkan nilai yang besar. Hal ini disebabkan tingginya nilai produk,
sementara harga bahan baku dan sumbangan input lain tidak begitu besar.
kerja dengan upah rata-rata yang nilainya Rp 5.191,95/kg bahan baku. Sedangkan
bagian tenaga kerja adalah rasio antara imbalan tenaga kerja dengan nilai tambah
yang juga bernilai 46,01%. artinya untuk nilai tambah sebesar Rp 10.000 akan di
proses pengolahan ini sebesar Rp 6.092,21/kg bahan baku. Angka ini diperoleh
dari nilai tambah dikurangi imbalan terhadap terhadap tenaga kerja. Dan tingkat
keutungan yang diperoleh 41,38%. artinya untuk nilai produksi sebesar Rp 10.000
Tabel 15. Hasil Analisis Nilai Tambah Pengolahan Sale pisang gula pasir Industri
Rumahtangga“Kejar Usaha Lestari”di Desa Pallimae Metode Hayami, et
all (1987)
Kisaran hari kerja berlangsung selama 3,375 hari kerja, sehingga hari kerja
yang dicurahkan oleh 3 orang tenaga kerja adalah 60,75 hari kerja sebulan. Faktor
bahan baku yang digunakan bernilai 0,55 sale gula pasir. Artinya untuk setiap satu
Koefisien tenaga kerja diperoleh dari rasio antara jumlah hari kerja dengan bahan
baku yang diolah. Hasil perhitunga diperoleh dengan koefisien tenaga kerja
sebesar 0,10 yang diartikan bahwa setiap tenaga kerja dalam satu hari kerja
Harga produk dempo pisang gula pasir adalah Rp 28.000/kg bahan baku.
Sumbangan iput lain atau bahan penunjang bernilai Rp 1.385,84/kg bahan baku.
Nilai produk merupakan perkalian antara faktor konversi dengan harga produk,
baku. angka ini merupakan selisih antara nilai produk dengan harga bahan baku
dan sumbangan input lain. Rasio nilai tambah nilai produk sebesar 74,80%.
Artinya, untuk setipa Rp 10.000 nilai produk akan diperoleh nilai tambah
Rp 7.480. Nilai tambah menunjukkan nilai yang besar. Hal ini disebabkan
tingginya nilai produk, sementara harga bahan baku dan sumbangan input lain
kerja dengan upah rata-rata yang nilainya Rp 3.749,74/kg bahan baku. Sedangkan
bagian tenaga kerja adalah rasio antara imbalan tenaga kerja dengan nilai tambah
yang juga bernilai 37,29%. artinya untuk nilai tambah sebesar Rp 10.000 akan di
proses pengolahan ini sebesar Rp 6.304,42/kg bahan baku. Angka ini diperoleh
dari nilai tambah dikurangi imbalan terhadap terhadap tenaga kerja. Dan tingkat
Tabel 16.Hasil Analisis Nilai Tambah Pengolahan Sale pisang gula merah Industri
Rumahtangga“Kejar Usaha Lestari”di Desa Pallimae Metode Hayami, et
all (1987)
Kisaran hari kerja berlangsung selama 3,375 hari kerja, sehingga hari kerja
yang dicurahkan oleh 3 orang tenaga kerja adalah 60,75 hari kerja sebulan. Faktor
bahan baku yang digunakan bernilai 0,59 sale gula merah. Artinya untuk setiap
satu kg pisang gelondongan yang diolah akan diperoleh 0,59 kg sale pisang.
Koefisien tenaga kerja diperoleh dari rasio antara jumlah hari kerja dengan bahan
baku yang diolah. Hasil perhitunga diperoleh dengan koefisien tenaga kerja
sebesar 0,12 yang diartikan bahwa setiap tenaga kerja dalam satu hari kerja
28.000/kg bahan baku. Sumbangan iput lain atau bahan penunjang bernilai Rp
1.302,51/kg bahan baku. Nilai produk merupakan perkalian antara faktor konversi
baku. angka ini merupakan selisih antara nilai produk dengan harga bahan baku
dan sumbangan iput lain. Rasio nilai tambah nilai produk sebesar 78,15%.
Artinya, untuk setipa Rp 10.000 nilai produk akan diperoleh nilai tambah Rp
7.815. Nilai tambah menunjukkan nilai yang besar. Hal ini disebabkan tingginya
nilai produk, sementara harga bahan baku dan sumbangan input lain tidak begitu
besar.
kerja dengan upah rata-rata yang nilainya Rp 6.634,16/kg bahan baku. Sedangkan
bagian tenaga kerja adalah rasio antara imbalan tenaga kerja dengan nilai tambah
yang juga bernilai 56,13%. artinya untuk nilai tambah sebesar Rp 10.000 akan di
proses pengolahan ini sebesar Rp 5.182,84/kg bahan baku. Angka ini diperoleh
dari nilai tambah dikurangi imbalan terhadap terhadap tenaga kerja. Dan tingkat
keutungan yang diperoleh 34,27%. artinya untuk nilai produksi sebesar Rp 10.000
pengolahan sale pisang dari empat varian rasa mendapatkan nilai tambah yang
6.307,42 dan tingkat keuntungan sebesar 46,93%. Dempo gula merah menciptkan
.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
penelitian ini:
memiliki empat macam varian rasa dan harga yang berbeda pula pada setiap
varian rasa, yaitu Rp 6.000 sale pisang segar , Rp 8.000 sale pisang kacang,
Rp 7.000 sale pisang gula merah dan Rp 7.000 sale pisang gula pasir.
rasa per kilogram bahan baku yaitu sebesar sale pisang segar Rp
10,054,16 dan sale pisang gula merah Rp 11.817,49. Jadi nilai tambah yang
tercipta dari kegiatan pengolahan dari keempat rasa sale pisang ini cukup
pengolahan ini dinilai masih relatif kecil. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah
B. Saran
produsen.
3. Agar meningkatkan mutu produk sale pisang dan memperbaiki kemasan agar
4. Perlu adanya campur tangan pemerintah daerah dalam pemasaran sale pisang,
Alkim, 2012. Analisis nilai tambah dan kelayakan finansial usaha pengelolaan
rumput laut pada kelompok tani tunas bahari di kelurahan bungkutoko
kecamatan abeli kota kendari. Universitas haluoleo. kendari (tidak
dipublikasikan)
Andherta, B.M. 2015. Analisis Nilai Tambah Tomat Rasa Kurma Pada Torakur
Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Departemen
Agribisnis Fakultas Ekonomi Dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Antarlina,S.S., Z. Hikmah, S. Lesmayati, dan D.I. Saderi. 2004. (T. Riyan Hidayat
,. 2009) . Pengkajian Pascapanen Pengolahan Berbagai Jenis Buah
Kerabat Mangga Spesifik Kalimantan Selatan. Pengkajian BPTP
Kalimantan Selatan, .Banjarbaru.
Darmawan, T., dan Masroh, A .H., 2004. Pentingnya Nilai Tambah Produk
Pangan.https://id.wikipedia.org/wiki/2010/04/Produksi_pisang_di_Indo
nesia di akses pada 20 november 2016.
http://budipurnomoagung.blogspot.co.id/2013/04/biaya-dan-penerimaan.html
diakses pada 19 Desember 2016
................. ....... ,1986. Manajemen Perupahan Pada Perusahaan. Media Aksara. Jakarta.
Mubarok. 2015. jurnal Analisis nilai tambah dan margin pemasaran pisang
menjadi olahan pisang. Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Djuanda Bogor.
Nurmedika, Marhawati. M, dan Max. N.A. 2013. jurnal Analisis Pendapatan Dan
Nilai Tambah Keripik Nangka Pada Industri Rumah Tangga Tiara Di
Kota Palu. Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Tadulako,
Palu.
Prayitno. H. Dan L. Arsyad 1987. Petani desa dan kemiskinan BFE. Yogyakarta
Rahim. A. dan D.R.D. Hastuti. 2007. Pengantar teori dan kasus ekonomika
pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta.
79
Tuwo. A. 2011. Ilmu Usahatani: Teori Dan Aplikasi Menuju Sukses. Unhalu
Press. Kendari
Valentina. O. 2009 Analisis Nilai Tambah Ubi Kayu Sebagai Bahan Baku Keripik
Singkong Di Kabupaten Karanganyar. Jurusan Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret
Zani M, 2011. Analisis Nilai Tambah Dan Efisiensi Pemasaran Kacang Mete Di
Sulawesi Tenggara. Program Pascasarjana Jurusan Agribisnis,
Universitas Haluoleo, Kendari. (Tidak Dipublikasikan).
lampiran-lampiran
81
Lampiran 1.
RIWAYAT HIDUP
Kendari pada tahun 2007 dan tamat tahun 2010, kemudian melanjutkan
pendidikan di SMK Negeri 4 kendari pada tahun 2010 dan tamat tahun 2013.
setelah tamat SMK penulis diterima di perguruan tinggi di Universitas Halu Oleo
Lampiran 2.
Umur : 45 tahun
Berapa kali proses produksi dalam sebulan : Delapan Belas Kali (18)
84
Lampiran 5. Biaya Bahan Baku Industri Rumah Tangga “Kejar Usaha Lestari” Di
Desa Palliame Tahun 2017
Lampiran 7. Jumlah Jam Dan Hari Kerja Tenaga Kerja Pengolah dempo Pisang
Industri Rumah Tangga “Kejar Usaha Lestari” di Desa Pallimae Tahun
2017
Lampiran 8. Jumlah Upah Pengolah Sale Pisang Industri Rumah Tangga “Kejar Usaha Lestari” di Desa Pallimae Tahun 2017
No produksi Hasil produksi per Upah bahan Jumlah upah Tenaga Kerja Total upah Hari kerja (hk) Upah rata-rata (Rp/hk)
proses produksi (kg) baku/kg per pekerja pekerja
(Rp/Orang) (Rp/TK)
1 2 3 4=2x3 5 6=4x5 7 8=6/7
1 25,5 1.000 25.500 3 76.500 3,375 22.666,67
2 25 1.000 25.000 3 75.000 3,375 22.222,22
3 51 1.000 51.000 3 153.000 3,375 45.373,66
4 22,5 1.000 22.500 3 67.500 3,375 20.000
5 54 1.000 54.000 3 162.000 3,375 48.000
6 24 1.000 24.000 3 72.000 3,375 21.333,33
7 23,7 1.000 23.700 3 71.100 3,375 21.066,67
8 23 1.000 23.000 3 69.000 3,375 20.444,44
9 52 1.000 52.000 3 156.000 3,375 46.222,22
10 25 1.000 25.000 3 75.000 3,375 22.222,22
11 52 1.000 52.000 3 156.000 3,375 46.222,22
12 24 1.000 24.000 3 72.000 3,375 21.333,33
13 24,3 1.000 24.300 3 72.900 3,375 21.600
14 26 1.000 26.000 3 78.000 3,375 23.111,11
15 53 1.000 53.000 3 159.000 3,375 47.111,11
16 25 1.000 25.000 3 75.000 3,375 22.222,22
17 25 1.000 25.000 3 75.000 3,375 22.222,22
18 52 1.000 52.000 3 156.000 3,375 46.222,22
Jumlah 607 12.000 607.000 54 1.839.000 60,75 519.195,86
(∑ )
Rata-rata (X) 33,72 1.000 33.722,22 3 101.116,67 3,375 28.844,18
87
Lampiran 9. Hasil Produksi Sale Pisang Industri Rumah Tangga “Kejar Usaha
Lestari” Di Desa Pallimae Tahun 2017
Lampiran 10. Hasil Produksi Sale Pisang Per Varian Rasa Industri Rumah Tangga
“Kejar Usaha Lestari” Di Desa Pallimae Tahun 2017
No Bahan Baku Hasil produksi sale pisang per varian rasa Hasil
Produksi Yang (kg) produksi
Digunakan Segar Kacang Gula Pasir Gula sale pisang
(kg) Merah (kg)
1 50 3 7 10,5 5 25,5
2 50 4 6 9 6 25
3 100 7 15 20 9 51
4 50 3 5 10,5 4 22,5
5 100 9 11 18 16 54
6 50 4 4 9 7 24
7 50 4 7 6 6,7 23,7
8 50 3 7 9 4 23
9 100 8 15 20 9 52
10 50 3 7 10 5 25
11 100 10 11 18 13 52
12 50 4 6 10 4 24
13 50 3 6 10 5,3 24,3
14 50 4 7 10 5 26
15 100 9 15 14 15 53
16 50 5 5 7 8 25
17 50 4 7 9 5 25
18 100 9 9 21 13 52
Jumlah 1.200 96 150 221 140 607
89
Lampiran 11. Biaya Variabel Per Bulan Industri Rumah Tangga “Kejar Usaha
Lestari” 2017
No Keterangan Harga
(Rp)
1 Penerimaan usaha sale pisang
Total produksi
a. Sale pisang segar = 96kg (384 mika) x 6.000 2.304.000
b. Sale pisang rasa kacang = 150kg (600 mika) x 8.000 4.800.000
c. Sale pisang rasa gula pasir= 221kg (884 mika) x 7.000 5.188.000
d. Sale pisang rasa gula merah=140kg (560 mika) x 7.000 3.920.000
Jumlah total penerimaan produksi 16.212.000
2 Biaya produksi
a. biaya bahan baku 2.400.000
b. biaya penyusutan 28.770,83
c. biaya bahan penunjang 2.053.000
d. biaya tenaga kerja 1.839.000
e. biaya listrik 100.000
Biaya total 6.420.770,83
3 Pendapatan bersih/keuntungan 9.791.229,17
(penerimaan-biaya produksi)
Lampiran 13.
Kuisioner Penelitian
Nama Usaha :
Lokasi Usaha :
Nomor Situ :
Nomor Siup :
Nama :
Pendidikan :
Umur :
Pengalaman Usaha :
Suku :
No.Hp :
2 Istri
3 Anak
4 Anak
5 Anak
L=laki-laki, P=peremepuan
91
C. CURAHAN WAKTU
a. Ya b. Tidak
3. Dalam melakukan produksi sale pisang, jam berapa anda mulai bekerja?
D. IDENTITAS USAHA
a. Ya b. Tidak
a. Ya b. Tidak
5. berapa lama dicicil :................ tahun, dan berapa cicilannya per bulan:
RP. ..........................
2 Kompor
3 Wajan
4 Loyang
5 Baskom
92
6 Pisau
7 Talenan
8 Tamapah
10
11
12
7. Jumlah bahan baku dan bahan penunjang yang anda gunakan dalam
melakukan proses produksi sale pisang selam bulan desember?
1 Buah pisang
2 Minyak goreng
3 Tepung terigu
4 Telur
5 Gula pasir
6 Gula merah
7 Kacang
8 Mika
9 Minyak tanah
10
11
12
13
93
14
15
16
17
..........................................................................................................................
9. Berapa biaya transportasi yang dikeluarkan dalam membeli bahan baku dan
bahan penunjang tersebut selama satu bulan?.........................................
12. Berapa biaya listrik yang dibayarkan untuk keperluan pengolahan sale pisang?
Rp ....................................
14. Biasanya tenaga kerja tersebut mulai bekerja mengolah sale pisang jam
berapa? jam ................ dan selesai jam berapa? jam ............
15. berapa jumlah bahan baku pisang ( buah pisang) yang mereka habiskan
selama jam tersebut?............
a) Dari Pemerintah?
b) Dari Masyarakat?
c) Dari Keluarga?
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
3. Apa harapan anda, terutama dari pemrintah terkait dengan usaha yang anda
jalankan ? .............................................................................................................
G. LAIN-LAIN
2. Jika ya, apakah anda tau cara membuat pembukuan keuangan usaha yang
baik?......................................................................................................................
...............................
.........................................................................................................
.....................................................
.......................................................................................................
11. Kalau tidak digunakan lagi, sisa minyak penggorengan digunaka untuk apa?
.........................................................................................................................
12. Apakah anda mengetahui bahwa penggunaan minyak goreng yang berulang-
ulang atau minyak bekas “ berbahaya”? a. Ya b. Tidak
96
Lampiran 14
Dokumentasi Penelitian
Bahan yang digunkan untuk pengolahan sale pisang di Industri Rumah Tangga
“Kejar Usaha Lestari”
Proses Pengolahan Pisang Menjadi Sale Pisang Industr Rumah Tangga “Kejar
Usaha Lestari”
Penyimpanan kedua (diperam) pisang tersebut sudah bisa dikatakan sale segar dan
langsung bisa dikemas.
101
Penggorengan Ketiga Varian Rasa (Kacang Gula Merah Dan Gula Pasir)
gula merah dilelehkan dimasukan dempo yang sudah ditaburi kacang selagi
digoreng dan dicampur gula masih panas
yang sudah leleh