Anda di halaman 1dari 120

ANALISIS NILAI TAMBAH SALE PISANG

(Studi kasus industri Rumahtangga ‘’ Kerja Usaha Lestari’’ Di Desa Pallimae


Kecamatan Poleang Kabupaten Bombana)

SKRIPSI

Oleh:

MUTMA INNA
NIM. D1A1 13 149

JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
ANALISIS NILAI TAMBAH SALE PISANG
(Studi kasus industri Rumahtangga ‘’ Kerja Usaha Lestari’’ Di Desa Pallimae
Kecamatan Poleang Kabupaten Bombana)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakutas Pertanian


Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian
Di Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo

Oleh:

MUTMA INNA
NIM. D1A1 13 149

JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-


BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI
ATAU LEMBAGA MANA PUN. APABILA DIKEMUDIAN HARI TERBUKTI
ATAU DAPAT DIBUKTIKAN BAHWA SKRIPSI INI HASIL JIPLAKAN,
MAKA SAYA BERSEDIA MENERIMA SANKSI SESUAI PERATURAN
YANG BERLAKU.

Kendari, 17 April 2016

MUTMA INNA
NIM. D1A1 13149

iii
iv
v
ABSTRAK

Mutma Inna (D1A1 13 149). Analisis Nilai Tambah Sale Pisang


(Studi Kasus Industri Rumahtangga “Kejar Usaha Lestari” Di Desa Pallimae
Kecamatan Poleang Kabupaten Bombana). dibawah bimbingan Laode Geo dan
Abdul Gafaruddin.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan keragaman proses


pengolahan pisang menjadi sale pisang; (2) mengetahui besarnya nilai tambah
yang dihasilkan dalam pengolahan sale pisang. Penelitian ini dilakukan di industri
rumahtangga “Kejar Usaha Lestari” di Desa Pallimae Kecamatan Poleang
Kabupaten Bombana pada bulan januari 2016 – maret 2017. Lokasi penelitian ini
dipilih secara purposive, dimana pemilik usaha yang menjadi responden dalam
penelitian ini yang berjumlah satu orang. pengumpulan data primer dilakukan
melalui wawancara lansung menggunakan kuesioner. Data diolah menggunakan
metode Hayami,et all 1987. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) proses
keragaman pengolahan pisang menjadi sale pisang industri rumah tangga “kejar
usaha lestari” sudah berkembang karena sudah ada empat macam rasa yang
tersedia yaitu sale pisang segar, sale pisang rasa gula pasir, sale pisang rasa gula
merah dan sale pisang rasa kacang; (2) Nilai tambah yang dihasilkan oleh industri
rumah tangga “kejar usaha lestari” dari masing-masing rasa sale pisang adalah
sale segar Rp. 11.878,67 per kilogram, sale kacang Rp 11.284,16 per kilogram
,sale gula pasir Rp 10.054,16 per kilogram dan sale gula merah Rp 11.817,49 per
kilogram.
.

Kata kunci: Pisang, Sale Pisang, Keragaman Pengolahan, Nilai Tambah

vi
ABSTRACT

Mutma Inna (D1A1 13 149) Analysis of The Added Value of The Banana
Sale (Case Study in Home Industry “Kejar Usaha Lestari” at Pallimae Village,
Poleang District, Bombana Regency). Under the guidance of Laode Geo and
Abdul Gafaruddin.
This research aims; (1) to describe process diversity in the processing of
banana into banana sale; (2) to know how much the added value resulting from
the processing of bananas. The location of this research is at home industry
“Kejar Usaha Lestari” at Pallimae Village, Poleang District, Bombana
Regency.This location was chosen by purposive, sampling in whiel the owner of
the business became respondent of the research. The primary data was collected
through direct interview using a questionnaire. The data is processed using
Hayami, et all 1987. The results showed that(1) processing of banana into banana
sale in “Kejar Usaha Lestari” has developed because it has provided four kind of
tastes banana sale, that is fresh banana sale, white sugar flavored banana sale,
brown sugar flavored banana , and peanuts flavored; (2) the added value
produced in “Kejar Usaha Lestari” approximately, that is fresh banana sale Rp
11.878,67 a kilogram, peanuts flavored banana sale Rp 11.284,16 a kilogram,
white sugar flavored banana sale Rp 10.054,16, brown sugar flavored banana Rp
11.817,49.

Keyword: banana, banana sale, diversity of processes, added value

vii
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian (SP) pada

Jurusan/Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo

Kendari

penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini memiliki banyak

hambatan dan tantangan yang dihadapi sebagi bentuk dari wujud pembelajaran

sosial secara akedemis. namun hambatan dan tantangan tersebut dapat teratasi

berkat motivasi dan kejasama dari berbagai pihak, maka penulis mengucapkan

terimaksih kepada Ayahanda Darwis Lengu dan Ibunda Dalmia atas perhatian

dan do’anya kepada penulis serta ucapan terima kasih juga ditunjukkan kepada

Bapak Dr.Laode Geo, Ms sebagai pembimbing I dan Bapak Abdul Gafaruddin,

Sp., M.Si sebagi pembimbing II yang banyak memberikan pengarahan dalam

penyusunan skripsi ini.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada :

1. Rektor Universitas Halu Oleo Kendari

2. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo Kendari.

3. Ketua Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo Kendari.

4. Dosen pengajar Fakultas Agribisnis yang telah banyak memberikan dukungan

dan bimbingan selama mengikuti pendidikan..

viii
5. Staf pengelola Fakultas Agribisnis yang telah banyak membantu administrasi

penulis dalam menyelesaikan studi.

6. Kepada saudaraku Daniati yang telah merawat, menjaga dan memberikan

motivasinya selama ini.

7. Kepada responden penelitian Bapak Muhaamad Yasin dan seluruh anggota

keluarga yang telah bersedia meluangkan waktu dan mengizinkan melakukan

penelitian ditempat usahanya.

8. Sahabat-sahabat seperjuangan Tendri Nur Aisyah, Wandi Patriawan, Tri Utari,

Indra Setiawan, Ramadan, Ridwan, Waode fifi Sofiani Siregar, Yuni Kartika

Sari, Muhammad Syarif, Indah Pratiwi Maseleng, Irman, Ichal Endriansyah

serta yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, terimakasih atas

semua bantuannya, motivasi, dukungan moril, kekompakan dan kenangannya.

9. Rekan-rekan Angatan 2013 Agribisnis C dan Sosial Ekonomi Pertanian (Sep)

Genap/Ganjil terimakasih untuk semangat serta motivasi yang diberikan dan

telah hadir untuk memberikan warna dalam hari-hari penulis selama

menempuh bangku perkuliahan.

10. Sahabat-sahabat yang setia menemani Febri Wulandari, Nurdiana, Riska

Darmawati, Zurya Hikmah dan Sari Reskyanti, terimakasih sudah

memberikan semangat dan motivasi selama ini.

11. Teman-teman KKN Tematik Desa Wumbubangka 2016 Theresia Marung,

Suniar, Maya Sri Anggreni, Merlin, Rosmin Zaenal, Reynaldi, Edy Syaputra,

Ismanto Indra.A , Dzul Apriadin, Sahrun, Rinaldi Rusdin, Zudrajat , Faisal

Jamaludin Dan Muhammad Taufik yang memberikan banyak cerita dan

ix
pengalaman yang luar biasa dan senantiasa memberikan semangat kepada

penulis, terimakasih untuk semuanya.

12. Om Sukirman dan Bunda Yana yang telah membeikan pengalam yang sangat

berkesan dan memenerima dirumahnya layak seorang anak kandung selama

KKN di Desa Wumbubangka kepada penulis, terimakasih untuk semuanya.

Akhirnya penulis berdoa semoga Allah SWT selalu melindungi dan

melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dan

semoga hasil ini dapat bermanfaat bagi pembangunan ilmu pengetahuan, bangsa

dan agama.

Kendari, 17 April 2017

Penulis

x
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i


HALAMAN JUDUL ............................................................................................ ii
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN PANITIA UJIAN ............................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................................v
ABSTRAK ........................................................................................................... vi
ABSTRACT ......................................................................................................... vii
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................ viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1

A. Latar Belakang ...................................................................................................1


B. Rumusan Masalah ..............................................................................................7
C. Tujuan penelitian ................................................................................................7
D. Kegunaan Penelitian ...........................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................8


A. Agribisnis ...........................................................................................................8
B. Agroindustri ......................................................................................................11
C. Nilai Tambah ....................................................................................................12
D. Tanaman Pisang (Musa Paradisiaca L) ...........................................................14
E. Pengolahan Sale Pisang ....................................................................................16
F. Biaya Produksi ..................................................................................................20
G. Penerimaan .......................................................................................................22
H. Pendapatan .......................................................................................................24
I. Penelitian Terdahulu ..........................................................................................26
J. Kerangka Pikir ...................................................................................................28

BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................31


A.Waktu Dan Lokasi Penelitian ...........................................................................31
B.Identitas Responden ...........................................................................................31
C.Jenis Dan Sumber Data ......................................................................................31
D.Tehnik Pengumpulan Data ................................................................................32
E.Variabel Penelitian .............................................................................................32
F.Analisis Data ......................................................................................................32

xi
G.Konsep Operasional ..........................................................................................33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................36


A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................................36
1. Profil Usaha .................................................................................................36
2. Keadaan Lokasi ...........................................................................................37
A. Tanah Dan Bangunan .............................................................................37
B. Tenaga Kerja ..........................................................................................38
3. Permodalan ..................................................................................................38
4. Bahan Baku .................................................................................................39
5. Letak Geografis Dan Luas Wilayah ............................................................39
6. Keadaan Iklim .............................................................................................40
3. Keadaan Demografi ....................................................................................40
A. Jumlah Penduduk ..................................................................................40
B. Komposisi Penduduk .............................................................................41
1) Berdasarkan Umur .............................................................................41
2) Berdasarkan Mata Pencahrian ...........................................................41
3) Berdasrkan Tingkat Pendidikan .........................................................43
4) Tata Guna Lahan ................................................................................44
B. Hasil Penelitian .................................................................................................45
1. Identitas Responden .....................................................................................45
A. Umur Responden .....................................................................................45
B. Tingkat Pendidikan ..................................................................................46
C. Pengalaman Berusaha Responden Pengolah Sale
Pisang .......................................................................................................46
D. Jumlah Tanggungan Keluarga .................................................................47
C. Pembahasan ......................................................................................................48
1. Karakteristik Usaha ......................................................................................48
A. Penyediaan Bahan Baku ..........................................................................48
B. Penggunaan Peralatan ..............................................................................49
C. Biaya Bahan Baku ...................................................................................50
D. Biaya Bahan Penunjang ..........................................................................52
E. Jumlah Dan Upah Tenaga Kerja ..............................................................53
F. Produksi ...................................................................................................56
G. Harga Jual Dan Pemasaran Produk Sale Pisang ......................................59
2. Proses Keragaman Pengolahan Sale Pisang Industri
Rumah Tangga “Kejar Usaha Lestari” .............................................................60
3. Nilai Tambah .....................................................................................................65

V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................75


A. Kesimpulan ......................................................................................................75
B. Saran .................................................................................................................76

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................77


LAMPIRAN .........................................................................................................80

xii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Analisis Data Metode Hayami et all 1987 ......................................................33


2. Penduduk Desa Pallimae Kecamatan Poleang Kabupaten Bombana
Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2016 ....................................................41
3. Penduduk Desa Pallimae Kecamatan Poleang Kabupaten Bombana
Berdasarkan Mata Pencahrian Tahun 2016 .....................................................42
4. Penduduk Desa Pallimae Kecamatan Poleang Kabupaten Bombana
Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2016 ................................................43
5. Jenis dan Luas Lahan Desa Pallimae Kecamatan Poleang Kabupaten
Bombana Berdasarkan Penggunaan Lahan .....................................................44
6. Peralatan Yang Digunakan Industri Rumah Tangga “Kejar Usaha
Lestari” Desa Pallimae Tahun 2016 ................................................................49
7. Biaya Bahan Baku Industri Rumah Tangga “Kejar Usaha Lestari”
Desa Pallimae Tahun 2016 ..............................................................................51
8. Bahan Penunjang Penunjang Yang Digunakan Industri Rumah
Tangga “Kejar Usaha Lestari” Desa Pallimae Tahun 2016 ............................52
9. Jumlah Upah Tenaga Kerja Industri Rumah Tangga “Kejar Usaha
Lestari” Desa Pallimae Tahun 2016 ...............................................................55
10. Hasil Produksi Sale Pisang Industri Rumah Tangga “Kejar Usaha
Lestari” Desa Pallimae Tahun 2016 ...............................................................57
11. Hasil Produksi Sale Pisang Per Varian Rasa Industri Rumah Tangga
“Kejar Usaha Lestari” Desa Pallimae Tahun 2016 .........................................58
12. Keuntungan Industri Rumahtangga “Kejar Usaha Lestari” ...........................59
13. Hasil Analisis Nilai tambah Sale Pisang Segar Metode Hayami Industri
Rumah Tangga “Kejar Usaha Lestari” Desa Pallimae
Tahun 2016 ...................................................................................................66
14. Hasil Analisis Nilai tambah Sale Pisang kacang Metode Hayami Industri
Rumah Tangga “Kejar Usaha Lestari” Desa Pallimae
Tahun 2016 ....................................................................................................68
15. Hasil Analisis Nilai tambah Sale Pisang gula pasir Metode Hayami Industri
Rumah Tangga “Kejar Usaha Lestari” Desa Pallimae
Tahun 2016 ....................................................................................................70
16. Hasil Analisis Nilai tambah Sale Pisang merah Metode Hayami Industri
Rumah Tangga “Kejar Usaha Lestari” Desa Pallimae
Tahun 2016 ....................................................................................................72

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Skema Kerangka Pikirpenelitian .....................................................................30


2. Skema Pengolahan Sale Pisang Industri Rumah Tangga
“Kejar Usaha Lestari” Desa Pallimae tahun ...................................................61

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Riwayat Hidup ................................................................................................81


2. Peta Lokasi Penelitian .....................................................................................82
3. Identitas Responden Penggelola Sale Pisang Industri Rumah Tangga
“Kejar Usaha Lestari” Desa Pallimae Tahun 2017 ..........................................83
4. Biaya Penyusutan Peralatan Industri Rumah Tangga “Kejar Usaha Lestari”
Desa Palliame Perbulan Tahun 2017 .............................................................84
5. Jumlah Biaya Bahan Baku Industri Rumah Tangga “Kejar Usaha Lestari”
Desa Palliame Perbulan Tahun 2017 .............................................................84
6. Jumlah Biaya Bahan Penunjang Kerja Industri Rumah Tangga “Kejar Usaha
Lestari” Desa Palliame Perbulan Tahun 2017 ...............................................85
7. Jumlah Jam Dan Harian Kerja Tenaga Kerja Industri Rumah Tangga“Kejar
Usaha Lestari” Desa Palliame Perbulan Tahun 2017 ....................................85
8. Jumlah Upah Tenaga Kerja Industri Rumah Tangga “Kejar Usaha Lestari”
Desa Palliame Perbulan Tahun 2017 .............................................................86
9. Jumlah Hasil Produksi Sale Pisang Industri Rumah Tangga “Kejar Usaha
Lestari” Desa Palliame Perbulan Tahun 2017 ...............................................87
10. Hasil Produksi Sale Pisang Pervarian Rasa Industri Rumah Tangga “Kejar
Usaha Lestari” Desa Palliame Perbulan Tahun 2017 ....................................88
11. Jumlah Biaya Variabel Industri Rumah Tangga “Kejar Usaha Lestari”
Desa Palliame Perbulan Tahun 2017 .............................................................89
12. Jumlah keuntungan Industri Rumah Tangga “Kejar Usaha Lestari”
Desa Palliame ..................................................................................................89
12. Kuisioner Penelitian ........................................................................................90
13. Dokumentasi Penelitian ..................................................................................96

xv
I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis dan

agroindustri pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis

merupakan suatu upaya yang sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan,

yaitu menarik dan mendorong munculnya industri baru di sektor pertanian,

menciptakan struktur perekonomian yang tangguh, efisien dan fleksibel,

menciptakan nilai tambah, meningkatkan penerimaan devisa, menciptakan

lapangan kerja dan memperbaiki pembagian pendapatan.

Komoditi pertanian pada umumnya dihasilkan sebagai bahan mentah dan

mudah rusak, sehingga perlu langsung dikonsumsi atau diolah terlebih dahulu.

Proses pengolahan dapat meningkatkan guna bentuk komoditi-komoditi pertanian.

pengolahan pangan sangat penting bagi meningkatnya nilai komoditi pertanian.

Industri pengolahan tersebut berupa industri besar dan menengah, industri kecil

maupun industri skala rumah tangga (Darmawan et.al., 2004).

Sektor industri mempunyai hubungan yang sangat erat dengan sektor

pertanian, sehingga keduanya tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Salah satu

hubungan itu adalah usaha pembuatan sale pisang dengan ketersediaan buah

sebagai bahan baku, salah satu buah yang digunakan sebagai bahan baku Sale

pisang yaitu pisang raja.


2

Indonesia dikenal sebagai produsen pisang nomor 7 di dunia. Pisang

merupakan komoditas yang paling banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia,

karena sekitar 45% konsumsi buah-buahan adalah pisang. Indonesia merupakan

salah satu negara yang menanam pisang yang penting pula di Asia. Pusat Produksi

pisang terdapat di Sumatera, Jawa, dan Bali. Daerah-daerah ini beriklim hangat

dan lembab, mulai dari 27.5°C di dataran rendah, dan 20 °C di atas ketinggian

1000 mdpl. Kelembaban relatifnya di daerah ini bervariasi antara 60-95% dengan

persebaran hujan tahunan 1200-4250 mm. Produksi pisang di indonesia 70%

bearsal dari pekarangan (wikipedia, 2013).

Tanaman piasang di Sulawesi Tenggara berkonstribusi terhadap produksi

nasional sebesar 15,18 % . Sebagian besar tanaman pisang di Sulawesi Tenggara

berada dilahan kering. Potensi pertanian Sulawesi Tenggara ditujukan dalam

struktur perekonomian, dimana sektor ini merupakan sektor yang mempunyai

peran besar dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Sektor pertanian memberikan konstribusi 33,20%. Potensi ini juga dilihat dari

besarnya presentase penduduk yang bekerja pada lapangan pekerjaan utamanya di

sektor pertanian (49,72%) dari total penduduk yang berumur 15 tahun keatas

(www.slideshare.net.,2011).

Di Kabupaten Bombana tanaman pisang cukup banyak dibudidayakan

khususnya di daerah Kecamatan Poleang yang menjadi sentra penghasil pisang

terbesar di Kabupaten Bombana dimana sebagian masyarakat membudidayakan

tanaman pisang di area pekarangan rumah dan perkebunan.


3

Dilihat dari banyaknya jumlah produksi pisang di kecamatan poleang,

maka pemasaran buah pisang tidak hanya dilakukan didaerah tersebut. saluran

pemasarannya sudah sampai keluar kota, seperti daerah kota kendari dan kota

bau-bau. dengan hal tersebut di indikasi bahwa harga dari buah pisang akan

meningkat dengan banyaknya minat konsumen, harga buah pisang dipasarkan di

kecamatan poleang sekitar Rp 20.000- Rp 25.000 perikat. Ketika buah pisang

yang dijual keluar daerah akan mengalami perubahan harga dikarenakan sudah

termaksud biaya pengiriman. Harga pisang di kota kendari dijual dengan kisaran

Rp 25.000- Rp 30.000 perikat, sedangkan di kota bau-bau dengan harga

Rp 30.000- Rp 35.000 perikat.

Tanaman Pisang (Musa paradisiaca, L) merupakan buah yang dikenal

sebagai makanan yang dapat dikomsumsi dalam keadaan segar atau masak

maupun yang diolah terlebih dahulu dalam penyajiannya. Buah pisang berpotensi

sebagai sumber pangan dalam sudut peninjauan ,aspek pasca panen dan tehnik

pengolahan yang dilakukan oleh masyarakat dalam keragaman cara

pengolahannya.

Pengolahan hasil pertanian merupakan komponen kedua dalam kegiatan

agribisnis setelah komponen produksi pertanian Menurut Soekartawi (2005)

bahwa pengelolaan hasil pertanian penting karena pertimbangan diantaranya:

(1) dapat meningkatkan nilai tambah dari hasil pertanian yang diproses;

(2)meningkatkan kualitas hasil;

(3) meningkatkan penyerapan tenaga kerja;

(4) meningkatkan keterampilan produsen;


4

(5) meningkatkan pendapatan produsen.

Sebagai komoditi yang banyak di tanaman di Poleang khususnya Desa

Pallimae, pisang memiliki prospek kedepan yang cukup baik untuk mengisi

peluang pasar lokal, nasional maupun internasional. Untuk mendapatkan daya

saing produk pisang daerah maka diperlukan pengolahan produk pisang agar

dapat memperoleh nilai tambah dan keuntungan. Produk utama tanaman pisang

adalah buah pisang.

Kondisi seperti diatas merupakan peluang besar serta menjadi awal mula

berdirinya Industri Rumhatangga “Kejar Usaha Lestari” untuk mulai merintis

usaha pengolahan sale pisang pada tahun 2002.

Salah satu cara memberikan nilai tambah terhadap komoditi buah pisang

yang berlimpah di Desa Pallimae yaitu dengan pengolahan pisang menjadi sale

pisang, dengan begitu selain akan menyerap tenaga kerja juga akan memberika

nilai tambah terhadap komoditi buah pisang dibanding apabila dijual langsung

tanpa proses pengolahan.

Sale pisang adalah makanan hasil olahan dari buah pisang yang disisir

tipis kemudian dijemur. Sale ini bisa langsung dimakan atau digoreng dengan

tepung terlebih dahulu. selain itu, saat ini sale pisang mempunyai beberapa varian

rasa seperti keju, rasa gula merah, gula pasir dan kacang dan produk pisang sale

sudah menembus pasar internasional (http://endangrachmawati, 2013).

Sale juga dikenal dengan nama dempo pisang, dempo pisang berasal dari

bahasa daerah yaitu bahasa daerah Bugis yang berarti pisang yang dikeringkan,
5

nama dempo pisang lebih dikenal dari pada sale khususnya di daerah Sulawesi

Tenggara.

Usaha pengolahan sale pisang Industri Rumahtangga“Kejar Usaha

Lestari” mengolah dempo pisang menjadi sale pisang segar dan sale pisang

goreng. Menjadi salah satu kegiatan yang potensial dikembangkan karena

dukungan ketersediaan bahan baku di lokasi, kemudahan dalam proses produksi,

dan adanya potensi pasar. Jika dikelola dengan baik, maka tidak tertutup

kemungkinan produk ini menjadi salah satu produk khas Kabupaten Bombana

yang dapat diangkat dengan sentuhan inovasi dan diversifikasi produk.

Usaha sale pisang di Indusrti Rumahtangga“ Kejar Usaha Lestari”yang

berada di Desa Pallimae Kecamatan Poleang Kabupaten Bombana tentunya

memiliki beberapa kendala. Proses produksi produk ini umumnya menggunakan

teknologi yang masih sederhana. Pada proses pengolahan sale pisang, sinar

matahari sangat diperlukan dalam tahap pengeringan agar kadar air buah pisang

menurun. Selain itu, ketersediaan bahan baku buah pisang sangat dipengaruhi oleh

musim. Jenis pisang yang digunakan untuk pengolahan sale pisang adalah pisang

Raja.

Hal tersebut yang menjadi dasar untuk mengetahui lebih lanjut mengenai

nilai tambah dari pisang sebagai bahan baku sale pisang segar dan sale pisang

goreng pada Industri Rumahtangga“Kejar Usaha Lestari” di Desa Pallimae.

Analisis nilai tambah diperlukan untuk mengetahui besarnya nilai tambah yang

diberikan sale pisang pada pisang sebagai bahan baku sehingga bisa diketahui

apakah usaha yang dijalankan tersebut efisien dan memberikan keuntungan.


6

Di Desa Palliame sebenarnya memiliki industri rumattangga lain yang

mengolah pisang menjadi sale pisang, nama industri rumahtangga Tersebut

Industri Rumahtangga “Kejar Usaha Lestari 2” yang mulai berdiri pada tahun

2010 walaupun nama kedua industri tersebut sama tetapi pemilik usaha tersebut

berbeda, dimana pemilik industri rumah tangga “kejar usaha lestari” masih

memiliki hubungan keluarga, tepatnya yang melakukan pengolahan sale pisang

Industri Rumahtangga “Kejar Usaha Lesatri 2” ialah kemenakannya, dan modal

yang digunakan adalah modal sendiri tanpa ada sangkut pautnya terhadap industri

rumahtangga kejar usaha lestari yang dimiliki Muh.Yasin.

Alasan mengapa dijadikannya lokasi penelitian Industri Rumahtangga

“Kejar Usaha Lestari” yang dimiliki muh.yasin karena industri tersebut lebih

berpengalaman dalam menjalankan usaha yaitu lama usaha yang dijalankan sudah

15 tahun, dan produksi yang dilakukan untuk menghasilkan sale pisang lebih

banyak setiap sekali pengolahan. dari pada Industri Rumahtangga “Kejar Usaha

Lestari” yang satu.

Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas dan melihat pentingnya

sektor agribisnis ini dalam meningkatkan pendapatan pelaku usaha untuk

memanfaatkan bahan baku yang cukup berlimpah untuk melakukan produksi

pengolahan dempo pisang di Industri Rumahtangga“Kejar Usaha Lestari”, maka

penulis termotivasi untuk mengkaji lewat penelitian Nilai Tambah Sale Pisang Di

Desa pallimae Kecamatan Poleang Kabupaten Bombana ( Studi Kasus Industri

Rumahtangga ” Kejar Usaha Lestari”).


7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang maka yang menjadi permasalahan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Bagaimana proses keragaman pengolahan pisang menjadi sale pisang Di

Industri Rumahtangga “Kejar Usaha Lestari” Di Desa Pallimae?

2) Berapa nilai tambah yang dihasilkan dalam pengelolaan sale pisang pada

Industri Rumahtangga “Kejar Usaha Lestari” Didesa Pallimae?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk :

1) Untuk mendeskrpsikan keragaaman produk pengolahan pisang menjadi

sale dempo di Industri Rumahtangga “Kejar Usaha Lestari” Di Desa

Pallimae.

2) Untuk mengetahui besarnya nilai tambah yang dihasilkan dalam

pengelolahan sale pisang di Industri Rumahtangga “Kejar Usaha Lestari”

Desa Pallimae.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

1. Bagi peneliti selanjutnya sebagai bahan referensi untuk kajian dari segi

lain pada komoditi yang sama sale pisang.

2. Bahan informasi bagi pengusaha sale pisang sebagai pertimbangan dalam

upaya pengembangan usahanya.

3. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah atau organisasi sosial yang

membina dan mengembangkan pengelolaan pisang di Desa Pallimae.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. agribisnis

Agribisnis pertama kali dikenal di Amerika Serikat pada tahun 1955,

ketika Davis (Suparta, 2001) menggunakan istilah agribisnis dalam makalahnya

yang disampaikan pada Boston Conference on Distribution. Kemudian Davis dan

Golberg menulis buku untuk memasyarakatkan agribisnis dengan judul A

Conception of Agribussiness pada tahun 1957 di Harvard University, dan

memberikan pengertian agribisnis sebagai berikut : ...Agribusiness is the sum total

of all operation involved in the manufacture and distribution of farm supplies,

production on the farm, and the storage, processing, and distributions of farm

commodities and items made from them “.

Downey dan Erickson (1992) juga memberikan batasan agribisnis sebagai

berikut :

“ Agribisnis meliputi keseluruhan kegiatan manajemen bisnis mulai dari

perusahaan yang menghasilkan sarana produksi untuk usahatani, proses produksi

pertanian, serta perusahaan yang menangani pengolahan, pengangkutan,

penyebaran, penjualan secara borongan maupun penjualan eceran produk kepada

konsumen akhir “.

Konsep agribisnis sebagaimana dikemukakan oleh John H. Davis dan Ray

Golberg (Suparta, 2001) bahwa agribisnis meliputi keseluruhan kegiatan

manajemen bisnis mulai dari perusahaan yang menghasilkan sarana produksi

untuk usahatani, proses produksi pertanian, serta perusahaan yang menangani


9

pengolahan, pengangkutan, penyebaran, penjualan secara borongan maupun

penjualan eceran produk kepada konsumen akhir.

Menurut Arsyad (Soekartawi, 1994) yang dimaksudkan dengan agribisnis

adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan

dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya

dengan pertanian dalam arti luas.

Agribisnis sebagai suatu sistem memiliki tiga subsistem utama yaitu : (1)

subsistem off farm hulu atau penyediaan sarana produksi, (2) subsistem on farm

atau budidaya, dan (3) subsistem off farm hilir atau agroindustri dan pemasaran,

(4) Subsistem jasa pendukung (supporting system). Disamping itu untuk dapat

beroperasinya ketiga susbsistem utama tersebut diperlukan adanya satu subsistem

jasa pendukung. Keempat subsistem ini akan menjadi bagian yang integral dari

satu sistem agribisnis secara utuh (Departemen pertanian, 2001).

Subsistem agribisnis hulu merupakan keseluruhan kegiatan ekonomi untuk

memproduksi dan mendistribusikan sarana produksi yang akan dibutuhkan dalam

proses produksi usahatani (up-stream agribusiness). Misalnya : industri agro-

kimia pupuk dan pestisida dan mesin-mesin pertanian, industri pembibitan dan

pembenihan (Departemen Pertanian, 2001).

Subsistem on farm merupakan subsektor usahatani merupakan kegiatan

pertanian primer yaitu kegiatan yang menggunakan sarana produksi yang

disediakan oleh subsektor agribisnis hulu untuk menghasilkan komoditas

pertanian primer (on farm agribusiness) (Departemen pertanian, 2001).


10

Subsistem agribisnis hilir merupakan kegiatan ekonomi yang memasarkan

dan mengolah komoditas primer yang dihasilkan oleh subsektor usahatani (down-

stream agribusiness). Produk olahan tersebut dapat berbentuk produk antara

(intermediate product) maupun produk akhir (finished product). Termasuk ke

dalam subsektor ini juga kegiatan perdagangan dan pendistribusian produk olahan

tersebut (Departemen Pertanian, 2001).

Subsistem jasa pendukung merupakan kegiatan untuk mendukung

operasional ketiga subsistem utama tersebutdi atas (supporting system). Termasuk

ke dalam subsektor ini adalah industri keuangan, infrastruktur, penelitian dan

pengembangan, pendidikan pertanian,pelatihan pertanian, penyuluhan pertanian,

konsultasi agribisnis, kebijaksanaan pemerintah yang meliputi : kebijaksanaan

mikro, regional, makro, perdagangan internasional (Departemen Pertanian, 2001).

Keempat subsistem tersebut akan dapat menjalankan fungsi dan perananya

apabila berada dalam lingkungan yang menyediakan berbagai sarana dan

prasarana, yakni: prasarana jalan, transportasi, pengairan, pengendalian,

pengamanan, dan konservasi yang menjadi syarat bagi lancarnya proses

transformasi produktif yang diselenggarakan dunia usaha dan masyarakat

pedesaan (Badan Agribisnis, 1995). Selain faktor prasarana diperlukan juga iklim

sosial politik, sosial ekonomi, dan sosial budaya yang kondusif bagi bekerj

anya dunia usaha (Departemen Pertanian, 2001).


11

B. Agroindustri

Agroindustri adalah operasi-operasi pengolahan yang memproses bahan

baku yang berasal dari tumbuhan atau hewan (Austin, 1992). Proses pengolahan

meliputi transformasi dan pengawetan secara fisik atau kimia, penyimpanan,

pengemasan dan distribusi. Sifat proses dan tingkat transformasi dapat bervariasi

mulai dari pencucian, sortasi, pemotongan atau penggilingan, pencampuran,

pemasakan hingga proses yang menyebabkan perubahan kimia dan tekstur.

Agroindustri berbasis pada sumberdaya lokal, pada era globalisasi

sekarang dan akan datang tentu saja prospeknya sangat cerah, sehingga

dimungkinkan akan menjadi leading sector. Pembangunan pertanian ke depan,

strategi pembangunan agroindustri harus menjadi pilihan utama dan tidak bisa

ditawar-tawar lagi. Hal ini disebabkan oleh usaha peningkatan kesempatan kerja,

peningkatan ekspor, pertumbuhan, pemerataan, pengentasan kemiskinan dan

ketahanan nasional dapat terjamin, sehingga agroindustri harus dipandang sebagai

salah satu sumber pertumbuhan ekonomi utama Indonesia.

Menurut Hicks (1995), agroindustri adalah kegiatan dengan ciri: (a)

meningkatkan nilai tambah, (b) menghasilkan produk yang dapat dipasarkan atau

digunakan atau dimakan, (c) meningkatkan daya simpan, dan (d) menambah

pendapatan dan keuntungan produsen. Agroindustri merupakan salah satu

kegiatan yang berpengaruh terhadap sektor pertanian dan pelaku usaha untuk

meningkatkan kesejahteraan di bidang ekonomi sosial masyarakat.


12

Agroindutri menjadi salah satu pilihan, karena sektor pertanian masih merupakan

sektor mata pencahrian utama penduduk, penyumbang terbesar dalam produk

domestik bruto (PDB). Kegiatan agroindustri merupakan bagian intergal dari

pembangunan sektor pertanian. Efek agroindustri mampu mentransformasikan

produk primer ke produk olahan sekaligus budaya kerja bernilai tambah rendah

menjadi budaya kerja industrial modern yang menciptakan nilai tambah tinggi

(Suryana,2005).

C. Nilai Tambah

Komoditi pertanian pada umumnya dihasilkan sebagai bahan mentah dan

mudah rusak (perishable), sehingga perlu langsung dikonsumsi. Proses

pengolahan hasil pertanian dapat meningkatkan guna komoditi pertanian. Salah

satu konsep yang sering digunakan membahas pengolahan komoditi ini adalah

nilai tambah. ada dua cara menghitung nilai tambah:

(1) Nilai untuk pengolahan dan;

(2) Nilai tambah untuk pemasaran.

Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tambah untuk pengolahan dapat

dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor teknis dan faktor pasar. Faktor teknis

yang mempengaruhi adalah kapasitas produk, jumlah bahan baku yang digunakan

dan tenaga kerja, sedangkan faktor pasar yang mempengaruhi adalah harga

output, upah tenaga kerja, harga bahan baku dan nilai input lain.

Tujuan dari analisis nilai tambah adalah untuk mengukur balas jasa yang

diterima pelaku sistem (pengolah) dan kesempatan kerja yang dapat diciptakan

oleh sistem tersebut. Nilai tambah dipengaruhi oleh faktor teknis dan non teknis
13

(faktor pasar). Faktor teknis terdiri dari jumlah dan kualitas bahan baku serta input

penyerta, kualitas produk, penerapan teknologi, kapasitas produksi meliputi harga

bahan baku, harga jual output , upah tenaga kerja, modal investasi, informasi

pasar dan nilai input lain (selain bahan bakar). Dengan demikian fungsi dari nilai

tambah menurut Hayami et all (1987) yang menggambarkan imbalan bagi tenaga

kerja, modal dan manajemen sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:

Nilai tambah = f (K, B, I, U, H, h, L)

Keterangan:
K = Kapasitas produksi (Kg)
B = Bahan baku yang digunakan (Kg)
T = Tenaga kerja yang digunakan (HOK)
U = Upah tenaga kerja (Rp)
H = Harga output (Rp/Kg)
h = Harga bahan baku
L = Nilai input lain

Dari hasil perhitungan tersebut akan dihasilkan keterangan sebagai berikut:

1. Perkiraan nilai tambah (Rp)

2. Rasio nilai tambah (%)

3. Imbalan bagi tenaga kerja (Rp)

4. Imbalan bagi modal dan manajemen (Rp)

Nilai tambah (value added) adalah besar nilai output di kurangi dengan

nilai input. Dimana input yang di maksud adalah bahan buku, bahan penolong,

jasa industri, dan jasa non industri , sedangkan output merupakan nilai keluaran

yang di hasilkan dari proses industri .

Nilai tambah diartikan sebagai (1) besarnya output suatu usaha setelah

dikurangi pengeluaran/biaya antaranya ; (2) jumlah nilai akhir suatu produk yang
14

bertambah pada setiap tahapan produksi; (3) nilai output dikurangi dengan input

bahan baku yang dibeli dan nilai depresiasi yang disisikan oleh perusahaan. Nilai

tambah merupakan selisih nilai penjualan dikurangi harga bahan baku dan

pengeluaran-pengeluaran lainnya yang bersifat internal (Darius, 2011).

D. Tanaman Pisang (Musa paradisiaca L)

Pisang (Musa paradisiaca L) adalah salah satu jenis buah yang digemari

oleh sebagian besar penduduk dunia. Rasanya enak, kandungan gizinya tinggi,

mudah didapat dan harga relatif murah. Sunaryo (1985) menjelaskan bahwa di

indonesia tanaman pisang dapat tumbuh subur disegala daerah, baik dataran tinggi

atau dataran rendah dari yang beriklim basah maupaun yang beriklim kering.

Daerah penyebarannya hampir diseluruh indonesia dengan sentra produksi

terbesar dipulau jawa.

Pemasaran buah pisang didalam negeri sangat baik, mengingat harga

pisang relatif murah. Tentunya golongan menengah diatas mengkomsumsi pisang

yang mutunya sangat baik . karenanya, dalam pemasaran ada beberapa tingkat

mutu pisang. selain dipasarkan dalam bentuk segar juga dipasarkan dalam bentuk

olahan yang umum di perdagangkan ialah sale segar dan sale goreng, keripik

pisang, dodol pisang, tepung pisang untuk makanan bayi dan sirup pisang.

Varietas pisang yang telah dibudidayakan di Indonesia adalah:

(1) Pisang yang dimakan buahnya setelah masak atau dikenal dengan pisang

meja, klon pisang ini disebut Gross Michel (Ambon Putih, Ambon kuning),

Ambon Jepang (Chinesse atau Giant cavendish), pisang Susu, pisang

Rajasereh, dan pisang Barangan, jenis pisang tersebut tergolong grup AAA.
15

Grup lain yang termasuk pisang meja adalah grup AAB (pisang Rajabulu)

dan grup AA (pisang Mas);

(2) Pisang yang dimakan setelah direbus atau digoreng terlebih dahulu atau pisang

olahan (plantain), klon yang termasuk pisang olahan adalah pisang Tanduk,

pisang Kapas, pisang Nangka, pisang Usuk, pisang Kepok Putih Dan pisang

Bangka, kelompok ini termasuk grup AAB dan ABB;

(3) Pisang yang berbiji, klon pisang ini digunakan buah mudanya untuk penyedap

rasa, dan ada juga yang dimakan jika sudah masak, kelompok pisang ini

adalah ABB, terdiri dari pisang Batu atau pisang Klutuk.

Tanaman pisang terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan buah. Akarnya

berupa akar serabut yang berpangkal pada umbi batang. Akar terbanyak terdapat

di bagian bawah tanah yang tumbuh sampai kedalaman 75 sampai 150 cm di

dalam tanah. Akar yang berada di bagian samping umbi batang tumbuh ke

samping atau mendatar. Perkembangan akar samping bisa mencapai 4 sampai 5

meter. Batang pisang terletak dalam tanah berupa umbi batang. Batang yang

berdiri tegak di atas tanah merupakan batang semu yang terbentuk dari pelepah

daun panjang yang saling menelangkup dan menutupi dengan kuat dan kompak

sehingga dapat berdiri tegak seperti batang tanaman. Tinggi batang semu berkisar

antara 3,5 sampai 7,5 meter tergantung jenisnya. Daun pisang letaknya tersebar,

helaian daun berbentuk lanset memanjang dan bagian bawah berlilin yang

diperkuat oleh tangkai daun yang panjangnya antara 30 sampai 40 cm. Bunga

pisang berkelamin satu, berumah satu dalam satu tandan. Daun penumpu bunga
16

berjejal rapat dan tersusun secara spiral. Daun pelindung berwarna merah tua,

berlilin dan mudah rontok dengan panjang 10 sampai 25 cm.

E. Pengolahan Sale Pisang

Salah satu solusi untuk meningkatkan kesejahteraan petani adalah dengan

mengusahakan agar para petani tidak selalu menjual produk mereka dalam

keadaan segar akan tetapi berusaha juga untuk mengelolanya menjadi berbagai

produk olahan. Dengan melakukan pengolahan terhadap produk segar yang

dihasilkan maka secara otomatis tingkat keuntungan yang di peroleh petani akan

meningkat dengan sendirinya. Untuk itu diperlukan beberapa strategi khusus

untuk mengatasi masalah pemasaran dan teknologi produksi yang tepat

dikalangan petani. Pisang merupakan salah satu produk pertanian yang harga

jualnya relatif murah. Untuk itu perlu dilakukan pengolahan untuk meningkatkan

nilai tambahnya.

Buah pisang (Musa paradisiaca, L) sangat prospektif sebagai bahan baku

industri. Hal tersebut karena kemudahan dalam mendapatkan bahan baku, serta

berbagai produk dapat diolah dari buah pisang sehingga dapat meningkatkan nilai

tambah dan keuntungan. Pengolahan berbagai produk olahan dapat meningkatkan

penganekaragam pangan serta memberikan alternatif dalam memasarkan produk

(buah segar atau produk olahan).

Antarlina,.2004. mengemukakan bahwa Sale pisang merupakan jenis

makanan yang dibuat dari buah pisang matang yang diawetkan dengan cara

pengeringan. Sale ini mempunyai rasa yang khas dengan daya simpan cukup
17

lama. Mutu sale sangat dipengaruhi oleh warna, rasa, aroma dan daya simpannya,

serta yang paling utama mutu sale tergantung jenis pisang, tidak semua jenis

pisang enak diolah menjadi sale.

Cara pengolahan yang dilakukan di Industri Rumahtangga “Kejar Usaha

Lestari” Di Desa Pallimae Kecamatan Poleng Kabupaten Bombana yaitu dengan

cara diolah menjadi sale pisang segar dan sale pisang goreng beberapa macam

varian rasa seperti rasa kacang, gula pasir, dan gula merah.

Proses pembuatan sale pisang dilakukan melalui tahap-tahap sebagai

berikut:

a. Penyediaan bahan yang akan digunakan

1) Bahan baku: buah pisang yang telah matang.

2) Bahan penunjang : minyak goreng, gula pasir, gula merah, kacang, terigu, dan

lain-lainnya.

b. Peralatan

1) Pisau dan talenan. Alat ini digunakan untuk mengupas dan membelah buah

pisang.

2) Baskom. Alat ini digunakan sebagai wadah penyimpanan pisang sebelum

dijemur.

3) Tampah. Alat ini digunakan sebagai wadah dalam penjemuran pisang.

4) Wajan, kompor, sube-sube, dan lain-lain sebagai alat dalam proses

penggorengan sale pisang segar menjadi sale pisang goreng.

c. Cara Pembuatan

1) Pengupasan
18

Pisang dikupas, kemudian dibelah dua memanjang. Jika pisang berukuran

besar, pisang dapat dibelah 4 memanjang.

2) Penyimpanan

Setelah itu, pisang di peram dulu 1 malam dalam sebuah wadah (baskom) agar

mendapatkan hasil kematangan yang baik.

3)Penjemuran.

Pisang tersebut diletakkan di atas tampah, kemudian dijemur beberapa hari

sesuai dengan kondisi cuaca.

4)Penggorengan.

Pisang sale segar dapat digoreng. Terlebih dahulu pisang sale dicelupkan

ke dalam adonan tepung beras. Adonan ini terdiri dari campuran tepung beras (1

bagian), air (4 bagian), garam (secukupnya) dan (secukupnya) dan sebagai bahan

untuk mebuat beberapa macam varian rasa dapat juga di tambah seperti kacang ,

gula merah dan gula pasir yang akan menambahkan cita rasa yang berbeda.

Setelah itu, dempo pisang digoreng dengan minyak panas (170°C) sampai garing.

Produk yang diperoleh disebut pisang sale goreng.

5)Pengemasan.

sale (dempo pisang) segar dan sale (dempo pisang) goreng dikemas

didalam parsel plastik yang dilapisi plastik bening sebagai pembukus awal.

Pengolahan dempo pisang Di Industri Rumah Tangga “Kejar Usaha

Lestari” Di Desa Pallimae telah berkembang menjadi salah satu sentra pengolahan

pisang menjadi dempo pisang karena di dukung oleh kondisi geografis yang
19

sesuai untuk pembudidayaan pisang. Selain itu juga, pengolahan pisang di Desa

Pallimae sebagian besar masih skala kecil.

Pengolahan sale pisang memberikan dampak positif terutama bagi

masyarakat disekitar antara lain berupa penyediaan lapangan kerja. Keunggulan

lain usaha pengolahan sale pisang adalah prosesnya yang tidak menimbulkan

pencemaran lingkungan karena limbah proses produksi dempo pisang berupa kulit

pisang dapat di manfaat kan sebagai bahan makanan ternak.

Menurut Masyhuri (2000) peluang pengembangan industri kecil dan

rumah tangga di bidang pangan indonesia terbuka sangat luas, hal ini

dimungkinkan karena adanya dukungan faktor internal yang kuat. Faktor internal

yang memperkuat pengembangan industri pangan adalah:

1) Besarnya jumlah penduduk yang menjadi pasar produksi industri pangan.

2) Tingkat pendaptan masyarakat yang semakin meningkat mendorong

permintaan akan produk pangan olahan.

3) Cukup tersediaanya sebagian bahan baku produksi di dalam negeri.

4) Cukup tersediannya tenaga kerja dengan upah yang relatif rendah.

5) Kapasitas produksi beberapa usaha industri pangan yang masih di tingkatkan.

Dalam berusaha di sektor pertanian khususnya tanaman pangan perlu di

perhatiakan berbagai sifat khusus sebagai berikut:

1) Mudah rusak (perishable): pada umumnya produk tanaman pangan mudah

rusak sehingga tidak dapat disimpan dalam waktu yang lama. Untuk

mengatasi hal ini perlu penanganan atau pengolahan untuk memperpanjang

daya saing simpan dan sekaligus juga untuk meningkatkan pendapatan petani.
20

2) Musiman (seasonal):produk tanaman pangan kebanyakan tergantung pada

musim, sehingga hal ini akan mempengaruhi harga jual. pada saat tertentu

produk akan melimpah sehingga harga jual akan menurun drastis. Dalam

kondisi seperti ini lebih menguntungkan bila produk yang dihasilkan petani

diolah terlebih dahulu dan dijual bila harga sudah membaik.

3) Mempunyai volume yang besar (bulky): umumnya komoditi tanaman pangan

mempunyai volume yang besar per satuan harga sehingga memerlukan biaya

yang relatif besar dalam transformasi dan penyimpanan. Untuk itu

penanganan pasca panen seperti sortasi dilahan dan pengolahan menjadi

produk jadi.

Agroindustri adalah salah satu cabang industri yang mempunyai kaitan

erat dan langsung dengan pertanian. Keterkaitan menghasilkan produk pertanian

yang dilakukan oleh subsistem kedua dan ketiga dari sistem agribisnis dengan

industri yang berlangsung kedepan dan kebelakang.

Industri yang menghasilakan arena produksi seperti pupuk, pestisida,alat

dan mesin pertanian disebut agroindustri hulu. Sedangkan industri yang

melakukan pengelolaan seperti pengolahan pisang gelondongan menjadi sale

pisang disebut agroindustri hilir.

F. Biaya Produksi

Pada hakikatnya kegiatan produksi, petani selalu memperhitungkan untung

ruginya suatu usaha, dikatakan untung apabila nilai produksi yang diperoleh lebih

besar dari biaya produksi yang dikeluarkan atau mencapai jumlah penerimaan

yang setinggi-tingginya dari setiap cabang usahatani dengan pengeluaraan yang


21

serendah-rendahnya. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan oleh seorang

petani dalam proses produksi untuk menghasilkan suatu produk.

Biaya produksi menurut sifatnya dapat dibagi menjadi dua yaitu biaya

tunai (cast cost) dan biaya yang diperhitungkan (non cast cost). Biaya tunai adalah

semua biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran faktor produksi dan upah tenaga

kerja. Sedangkan biaya yang diperhitungkan adalah biaya yang dipergunakan

untuk pembayaran input. Hal ini disebabkan besarnya pendapatan yang diterima

petani tidak saja ditentukan oleh besarnya biaya produksi yang dihasilkan

(Kartosoepoetra, 1988) .

Biaya produksi adalah pengeluaran-pengeluaran yang tidak dapat dihindari

tetapi dapat diperkirakan, dalam menghasilkan suatu barang. Besarnya biaya

produksi ini merupakan besarnya pembebanan yang diperhitungkan atas

pemakaian faktor-faktor produksi yang berupa bahan baku, tenaga kerja, serta

mesin dan peralatan untuk menghasilkan sutau produk tertentu. Komponen biaya

produksi tersebut terdiri dari biaya bahan dan biaya tenaga kerja langsung yang

diklasifikasikan sebagai biaya langsung, dan dapat pula dikelompokkan sebagai

biaya variabel, serta biaya penggunaan mesin dan peralatan yang diklasifikasikan

sebagai biaya tidak langsung yang diperhitungkan melalui biaya penyusutan

(depresiasi) mesin dan peralatan dalam bentuk biaya overhead pabrik, dan dapat

pula dikelompokkan sebagai biaya tetap.

Penggolongan biaya menurut Hermanto (2003) yaitu berdasarkan

hubungannya dengan produk dan berdasarkan perilaku biaya. Berdasarkan


22

hubungannya dengan produk terbagi dua yaitu (1) biaya produk (product cost)

biaya langsung merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh atau

mmemproduksi produk (2) biaya periode (period cost) merupakan biaya yang

diidentifikasi dengan interval tertentu, karena biaya ini tidak diperlukan untuk

memperoleh produk. Dan berdasarkan perilaku biaya dibedakan atas dua yaitu :

(1) biaya tetap ( fixed cost) adalah biaya yamh jumlah totalnya sampai tingkat

kegiatan tertentu relative tetap dan tidak berpengaruh oleh perubahan volume

kegiatan sedangkan biaya perunitnya berubah-ubah berbanding terbalik dengan

volume kegiatan; (2) biaya variabel (variabel cost) adalah biaya yang jumlah

totalnya berubah-ubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan sedangkan

biaya per unitnya tidak berubah.

Adikusumo (2005) memberikan pendapat tentang biaya adalah

pengorbanan nilai yang memberikan sumbangan yang berfaedah untuk

memproduksi barang dan jasa yang tidak dapat dihindari dan diduga sebelumnya,

pengorbanan mana yang kalau dihubungkan dengan proses produksi dapat

ditentukan secara kuantitatif. Pengorbanan itu merupakan biaya yang dikorbankan

untuk memproduksi barang ekonomis yang bertujuan untuk memproduksi barang

dan jasa yang nantinya akan diperhitungkan sebagai bahan dari harga pokok.

G. Penerimaan

Penerimaan adalah hasil perkalian antara banyaknya produk yang

dihasilkan dengan harga jual. Pendapatn bersih (net farm income) adalah selisih

antara pendapatan usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga tani dari
23

penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri

atau pinjaman yang diinvestasikan dalam usahatani. Pendapatan kotor usahatani

adalah ukuran hasil perolehan total sumberdaya yang digunakan dalam usahatani,

sedangkan yang dimaksud dengan pengeluaran total usahatani adalah nilai semua

masukan yang habis dipakai atau dikeluarkan dalam produksi, tetapi tidak

termaksud tenagakerja keluarga petani.(https://id.wikipedia.)

Soekartawi (2005) menyatakan bahwa, total penerimaan dalam usahatani

diperoleh dari produksi. Bila keadaan memungkinkan, maka sebaiknya petani

mengolah sendiri hasil pertaniannya untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik

yang harganya relatif tinggi dan akhirnya juga akan mendatangkan total

penerimaan yang lebih besar.

Penerimaan adalah hasil penjualan produk didalam usah maupun diluar

usaha (perusahaan). penerimaan yang diperoleh produsen dapat berupa

penerimaan tunai dan non tunai. penerimaan tunai adalah dalam bentuk hasil

penjualan produk usaha (perusahaan) yang diterima langsung oleh responden

(pengusaha). sedangkan penerimaan non tunai merupakan produksi usaha

(perusahaan) yang dikomsumsi oleh responden/pihak perusahaan dalam bentuk

natural bukan dalam bentuk uang tunai, (Soeharjo, 2000)

Kadarsan (1995) menguraikan jenis penerimaan sebagai berikut:

1. Penerimaan tunai dari penjualan hasil usaha dan segala keuntungan yang

berhubungan dengan kegiatan usaha.


24

2. Penerimaan dalam bentuk natural, seperti konsumsi komoditi yang dihasilkan

usaha atau nilai sewa dari rumah pengusaha yang dimilikinya.

3. Penerimaan atau penghasilan bukan tunai, seperti perubahan nilai ternak atau

barang milik perusahaan.

4. Penerimaan dari sumber luar usaha, seperti upah kerja dan bunga.

5. Penerimaan yang tidak terselesaikan.

H. Pendapatan

Komaruddin (2001) mengemukakan bahwa pendapatan adalah uang atau

materi atau gabungan keduanya yang timbul dari penggunaan faktor-faktor

produksi. Boediono (2002) mengatakan bahwa pendapatan atau income seseorang

warga adalah hasil penjualan dari faktor-faktor yang dimilikinya kepada sektor

produksi. Dalam arti sederhana pendapatan dapat pula diartikan sebagai total

penerimaan produksi setelah dikurangi dengan semua biaya (pengeluaran).

Menurut Kusnadi dalam buku “Akuntansi Keuangan Menengah

(Intermediate): Prinsip, Prosedur, dan Metode“ (2000) Pendapatan merupakan

penambahan aktiva yang dapat mengakibatkan bertambahnya modal namun bukan

dikarenakan penambahan modal dari pemilik atau bukan hutang namun melainkan

melalui penjulan barang dan/atau jasa terhadap pihak lain, sebab pendapatan

tersebut bisa dikatakan sebagai kontra perstasi yang didapatkan atas jasa-jasa yang

sudah diberikan kepada pihak lain.


25

Analisis pendapatan mempunyai kegunaan bagi petani dan pengusaha. ada

dua tujuan utama dari analisis pendapatan yaitu: (1) menggambarkan dari

keadaan sekarang atau kegiatan usaha (Positive analysis), dan (2)

menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan

(Normative analysis).

Tuwo (2011) menguraikan bagi seorang petani analisis pendapatan

memberikan bantuan untuk mengukur apakah kegiatan usahataninya pada saat ini

berhasil atau tidak. suatu usaha tani dikatakan sukses, kalau situasi pendapatan

yang memenuhi syarat-syarat berikut:

(1) Cukup untuk membayar semua pembelian sarana produksi, peralatan usahatani

termaksud biaya angkutan dan biaya administrasi yang mungkin melekat

pada pembelian,

(2) Cukup untuk membayar bunga modal yang ditanamkan , termaksud

pembayaran sewa tanah dan pembayaran dana depresi modal,

(3) Cukup untuk membayar upah tenaga kerja yang dibayarkan untuk bentuk upah

lainnya untuk tenaga kerja yang tidak diupah,

(4) Ada tabungan untuk investasi pengembangan usahatani , dana persiapan dihari

tua,

(5) Ada dana yang cukup untuk pendidikan keluarga dan melaksanakan ibadah ,

sumbangan ,sosial , zakat , sedekah dan pajak pembangunan. analisis


26

pendapat usahatani memerlukan dua keterangan pokok yaitu keadaan

penerimaan dan keadaan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan.

I. Penelitian Terdahulu

Valentina (2009) dengan judul Analisis Nilai Tambah Ubi Kayu Sebagai

Bahan Baku Keripik Singkong Di Kabupaten Karanganyar (Kasus Pada Kub

Wanita Tani Makmur). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya

keuntungan, efisiensi dan nilai tambah dari usaha pengolahan ubi kayu menjadi

keripik singkong di Kabupaten Karanganyar. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa keuntungan yang diterima dari usaha pengolahan ubi kayu menjadi keripik

singkong dalam satu kali proses produksi pada anggota KUB Wanita Tani

Makmur dari ubi kayu mentah sampai keripik singkong ½ jadi sebesar Rp

10.375,61. Sedangkan pada KUB Wanita Tani Makmur keuntungan yang diterima

dari keripik singkong ½ jadi sampai matang (keripik singkong) sebesar Rp.

1.610.418,99.

Penelitian yang dilakukan oleh Alkim (2012) dengan judul Analisis Nilai

Tambah Dan Kelayakan Finansial Usaha Pengelolahan Rumput Laut Pada

Kelompok Tani Tunas Bahari Dikelurahan Bungukutoko Kecamatan Abeli Kota

Kendari. Terlihat bahwa nilai tambah yang terbentuk oleh kegiatan pengolahan

dipengaruhi pula oleh tingkat teknologi yang digunakan dan perlakuan-perlakuan

yang diberikan terhadap bahan baku yang diolah. Pada pengolahan rumput laut

mentah menjadi dodol rumput laut siap saji oleh pengusaha, dengan menggunakan

teknologi sederhana dan dilakukan secara manual telah dapat menciptakan nilai

tambah sebesar RP 92.930 per kg bahan baku.


27

Medika dkk (2013) dengaan judul Analisis Pendapatan Dan Nilai Tambah

Keripik Nangka Pada Industri Rumah Tangga Tiara Di Kota Palu. Tujuan dari

penelitian ini untuk mengetahui besarnya nilai tambah yang diperoleh dari

pengolahan buah nangka menjadi keripik nangka pada industri rumah tangga

Tiara di Kota Palu. Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis dengan analisis

pendapatan dan analisis nilai tambah metode Hayami. Hasil penelitian

menunjukan bahwa penerimaan yang diperoleh industri rumah tangga Tiara dalam

memproduksi keripik nangka selama Bulan Juli Tahun 2012 sebesar Rp.

58.500.000, pendapatan sebesar Rp. 36.307.614,25 dan nilai tambah sebesar Rp.

33.169/kg.

Penelitian yang dilakukan oleh Mubarok (2015) dengan judul analisis nilai

tambah keragaam pengolahan pisang menjadi keripik dan sale pisang di industri

kecil “Srikandi” Kelurahan Dangdeur, Kecamatan Subang. Hasil penelitian

menunjukkan keragaan agroindustri sale pisang Industri Kecil “Srikandi” terdiri

dari pengadaan bahan baku pisang dan pengolahan pisang. Nilai tambah dari

pengolahan pisang menjadi keripik pisang adalah Rp 2.607,53/kg.

Nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan pisang menjadi sale pisang adalah

Rp 3.217,91/kg.

Penelitian dilakukan oleh Muhamad (2015) dengan judul Analisis Nilai

Tambah Tomat Rasa Kurma Pada Torakur Bandungan, Kabupaten Semarang,

Jawa Tengah. Tujuan dari penelitian adalah untuk menguraikan aktivitas utama

dan aktivitas pendukung pada sistem rantai dari Torakur Bandungan serta

menganalisis besarnya nilai tambah dan pendistribusian nilai tambah terhadap


28

pemilik faktor-faktor produksi yang dihasilkan melalui usaha pengolahan tomat

menjadi torakur. Penelitian ini menggunakan alat analisis dari Porter untuk rantai

nilai dan metode Hayami untuk alat analisis nilai tambah.

J. Kerangka Pikir

Menurut Hicks (1995), agroindustri adalah kegiatan dengan ciri: (a)

meningkatkan nilai tambah, (b) menghasilkan produk yang dapat dipasarkan atau

digunakan atau dimakan, (c) meningkatkan daya simpan, dan (d) menambah

pendapatan dan keuntungan produsen. Agroindustri merupakan salah satu

kegiatan yang berpengaruh terhadap sektor pertanian dan pelaku usaha untuk

meningkatkan kesejahteraan di bidang ekonomi sosial masyarakat. Industri

Rumahtangga”Kejar Usaha Lestari” adalah salah satu contoh pelaku usaha

agroindustri sale pisang.

Salah satu sifat produk pertanian adalah mudah rusak (perishable)

sedangkan konsumsi berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Untuk itu

upaya memenuhi konsumsi antara lain melalui pengolahan hasil pertanian.

Ditinjau dari segi ekonomi, pengolahan hasil pertanian dapat meningkatkan nilai

tambah yaitu, meningkatkan daya awet komoditas pertanian dan memberikan

keuntungan bagi pengolah.

Proses pengolahan pisang menjadi sale (dempo pisang) akan memberikan

nilai tambah bagi pisang itu sendiri. Sementara itu, untuk menghasilkan produk

dempo pisang tersebut diperlukan faktor-faktor produksi lain mulai dari tenaga

kerja, peralatan produksi, bahan-bahan tambahan, dan lain-lain yang merupakan

bagian dari proses dempo pisang. Nilai tambah didapatkan dari nilai produk akhir
29

dikurangi biaya antara (intermediate cost) yang terdiri dari biaya bahan baku dan

bahan penolong dalam melakukan proses produksi. Produk adalah segala sesuatu

yang dapat ditawarkan ke suatu pasar untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan

(Kotler 2002). Harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termaksud

barang dan jasa dan lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan

atau penggunaan suatu barang atau jasa (Tjiptono 2000).

Soekartawi (2005) menyatakan bahwa, total penerimaan dalam usahatani

diperoleh dari produksi. Bila keadaan memungkinkan, maka sebaiknya petani

mengolah sendiri hasil pertaniannya untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik

yang harganya relatif tinggi dan akhirnya juga akan mendatangkan total

penerimaan yang lebih besar.

Nilai tambah diartikan sebagai (1) besarnya output suatu usaha setelah

dikurangi pengeluaran/biaya antaranya ; (2) jumlah nilai akhir suatu produk yang

bertambah pada setiap tahapan produksi; (3) nilai output dikurangi dengan input

bahan baku yang dibeli dan nilai depresiasi yang disisikan oleh perusahaan. Nilai

tambah merupakan selisih nilai penjualan dikurangi harga bahan baku dan

pengeluaran-pengeluaran lainnya yang bersifat internal (Darius, 2011).

berdasarkan landasan teori dan dan kajian terhadap peenlitian sebelumnya, maka

permasalaha yang akan dianalisis dalam peenlitian ini dapat digambarkan dalam

kerangka pemikiran sebagai berikut:


30

Industri Rumah Tangga


“Kejar Usaha Lestari”

Pengolahan sale pisang

 Sale Pisang Segar


 Sale Pisang Goreng Rasa Kacang
 Sale Pisang Goreng Rasa Gula
Merah
 Sale Pisang Goreng Rasa Gula
Pasir

 Bahan Baku Harga produk


 Bahan Penunjang
 Peralatan  Sale Pisang Segar
 Tenaga Kerja  Sale Pisang Goreng Rasa
 Dan Lain-Lain Kacang
 Sale Pisang Goreng Rasa Gula
Merah
 Sale Pisang Goreng Rasa Gula
Pasir

Penerimaan

Nilai tambah

Gambar 1. Kerangka pikir


III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Industri Rumahtangga “Kejar Usaha Lestari”

di Desa Pallimae, Kecamatan Poleang, Kabupaten Bombana. Pengambilan lokasi

penelitian dilakukan secara purposive, yaitu pemilihan dengan cara sengaja karena

alasan untuk mengetahui seberapa besar nilai tambah yang dihasilkan pengolahan

pisang menjadi sale (dempo pisang). Kegiatan penelitian ini dilakukan selama

bulan januari sampai bulan maret 2017 .

B. Identitas Responden

Pengambilan responden dilakukan dengan sengaja (purposive). responden

dalam penelitian ini adalah pengolah sale pisang pada Industri Rumahtangga

“Kejar Usaha Lestari” berjumlah satu orang.

C. Jenis Dan Sumber Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data primer

dan data sekunder.

1) Data primer, diperoleh melalui wawancara dengan pihak terkait berdasarkan

kuesioner yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan secara

lisan pada pengolah dempo pisang sebagai responden untuk mendapatkan

jawaban ,tanggapan, dan informasi yang diperlukan peneliti.


32

2) Data skunder, dipeloreh melalui pencatatan pada instansi terkait yang

memiliki hubungan dengan penelitian ini, yaitu kantor badan Pusat Statistik

Provinsi Sulawesi Tenggara dan Kantor Desa Pallimae.

D. Tehnik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikiut:

1) Metode wawancara yaitu metode tanya jawab dengan menggunakan kuesioner.

2) Kepustakaan yaitu metode pengumpulan data pada literatur-literatur yang ada.

E. Variabel Penelitian

Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Identitas responden meliputi umur, tingkat pendidikan, pengalaman berusaha,

dan tanggungan keluarga

2) Karakteristik usaha meliputi proses pengolahan pisang menjadi dempo pisang

goreng , biaya produksi (bahan baku, harga produk, dan sumbangan input

lain), nilai produk, nilai tambah, rasio nilai tambah, tenaga kerja (upah bagian

tenaga kerja), dan pendapatan.

F. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis nilai

tambah. Dari hasil perhitungan akan dihasilkan perkiraan nilai tambah (Rp/bulan)

dan keuntugan (Rp/bulan).


33

Tabel 1. Perhitungan Nilai Tambah Menurut Metode Hayami

No Output, Input Dan Harga Kode


1 Hasil/produksi (Kg/proses produksi) 1
2 Bahan baku (Kg/proses produksi) 2
3 Tenaga kerja (HOK/proses produksi) 3
4 Faktor konversi = (1)/(2) 4
5 Koefisien tenaga kerja = (3)/(2) 5
6 Harga produk rata-rata (Rp/kg) 6
7 Upah rata-rata (Rp/HOK/Produksi) 7
Pendaptan Dan Keuntungan
8 Harga bahan baku (Rp/kg) 8
9 Sumbangan input lain (Rp/kg) 9
10 Nilai produk = (4) x (6) (Rp/kg) 10
11 a. nilai tambah = (10) – (8) – (9) (Rp/kg) 11a
b. rasio nilai tambah = (11a/10) (%) 11b
12. a. imbalan tenaga kerja = (5 x 7) (Rp/kg) 12a
b. bagian tenaga kerja = (12a/11a) (%) 12b
13. a. Keuntungan (11a -12a) (Rp) 13a
b. Tingkat keuntungan (13a/10) (%) 13b
Sumber : Hayami, et all 1987 .

G. Konsep Operasional

Konsep operasional adalah pengertian, batasan, dan ruang lingkup

penelitian ini guna memudahkan pemahaman dalam menganalisa data yang

berhubugan dengan penarikan kesimpulan dari hasil-hasil pengamatan variabel

yag ada, yaitu:

1) Responden yaitu pelaku usaha yang memproduksi dari bentuk buah pisang

gelondongan hingga menjadi sale (dempo pisang).

2) Umur responden yaitu usai dihitung sejak lahir sampai pada saat penelitian

dilaksanakan(tahun).

3) Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah di ikuti atau

dilalui responden /lama pendidikan ( Tidak Tamat SD, SD, SMP, SMA).
34

4) Jumlah tanggungan keluarga adalah semua orang yang berada dalam rumah

atau diluar rumah tetapi kehidupannya dibiayai atau ditanggung oleh

responden (jiwa).

5) Pengalaman mengolah usaha adalah lama responden melakukan kegiatan

usahannya (tahun).

6) Bahan baku adalah bahan dasar dempo pisang yaitu pisang raja yang

digunakan dalam pengolahan (kg).

7) Hasil produksi adalah buah pisang telah diolah menjadi dempo pisang (kg).

8) Tenaga kerja adalah jumlah dari semua tenaga kerja yang dicurahkan pada

pengolahan sale pisang (hk).

9) Faktor konversi adalah perbandingan anatara hasil produksi dengan bahan

baku yag digunakan kegiatan produksi.

10) Koefisien tenaga kerja adalah perbandingan antara tenaga kerja dan bahan

baku yang digunakan dalam proses produksi.

11) Harga produk rata-rata adalah perbandingan antara nilai penjualan (total

penjualan) dengan jumlah produk yang dijual (Rp/bulan).

12) Biaya produksi adalah keseluruhan nilai yang dikeluarkan oleh pengusaha

selama melakukan kegiatan usaha pengolahan sale pisang (Rp/bulan).

13) Upah rata-rata adalah perbandingan antara jumlah upah yang dibayarkan

kepada tenaga kerja (Rp/bulan).

14) Harga bahan baku adalah harga pembelian pisang (Rp/kg).


35

15) Sumbangan input lain adalah perbandingan antara total biaya yang dilakukan

untuk pembelian input lain dengan bahan baku yang digunakan dalam

produksi (Rp/kg).

16) Nilai produk adalah perkalian antara faktor konversi dengan harga produk

rata-rata (Rp/kg).

17) Biaya bahan baku adalah nilai dari seluruh input usaha pengolahan sale pisang

yang diukur dengan rupiah (Rp).

18) Harga adalah besarnya nilai tukar uang terhadap produksi pengolahan pisang

pada saat penelitian (Rp/kg).

19) Nilai tambah adalah perubahan wujud melalui proses dari pisang gelondongan

yang diolah lebih lanjut menjadi dempo pisang (Rp/kg).

20) Rasio nilai tambah adalah hasil dari nilai tambah dibagi produksi (%).

21) Penerimaan adalah hasil dari perkalian anatara jumlah produk yang dihasilkan

dengan harga produk (Rp).

22) Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan dengan semua biaya yang

digunakan dalam pengolahan pisang menjadi dempo pisang goreng

(Rp/bulan).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Gambaran umum daerah penelitian yang diuraikan dalam penelitian

mencakup: profil usaha, keadaan lokasi, permodalan, bahan baku, letak geografis

dan luas wilayah, keadaan iklim, keadaan demografi dan tata guna lahan.

1. Profil Usaha

Usaha industri rumahtangga “kejar usaha lestari” didirikan pada tahun

2002 oleh Muh.Yasin dan merupakan usaha perorangan. Usaha Industri

Rumahtangga ini berada di Desa Pallimae Kecamatan Poleang Kabupaten

Bombana. Usaha ini sebelumnya berada dirumah ibu Muh.Yasin Di Desa

Mulaeno Kecamatan Poleang Tengah Kabupaten Bombana. Namun karena

kapasitas produksi semakin tinggi maka lokasi usaha tersebut berpindah tempat.

Pada saat awal usaha tersebut berjalan, produk yang dikembangkan adalah sale

pisang dan dodol. Diantaranya :

sale pisang segar, sale pisang gula pasir, dodol beras ketan gula merah, dodol

beras ketan gula psair.

Pada awal tahun 2005 muncul rasa produk baru berupa sale pisang rasa

kacang dan sale pisang rasa gula merah, tetapi pada tahun tersebut juga produksi

dodol dihentikan karena mahalnya bahan baku untuk pembuatan dodol dan

hampir tidak memiliki keuntungan bila terus melanjutkan pembuatan dodol

tersebut. Pada tahun 2006 usaha sempat berhenti beberapa bulan tepatnya pada

bulan mei sampai agustus dikarenakan memiliki masalah keluarga dan membuka

kembali produksi usahanya pada agustus 2006 dan sampai sekarang.


37

Penjualan pada awal pendirian usaha tersebut masih dilakukan sendiri

dengan hanya menjual dirumahnya saja. Namun seiring berjalannya waktu dan

pemikiran yang berkembang, maka pengusaha memilih pemasaran produk lebih

luas lagi dengan menawarkan ke kios-kios luar desa dan pedagang dipasar untuk

menjual sale pisang tersebut.

2. Keadaan Lokasi

a. Tanah dan Bangunan

Tempat produksi pengolahan sale pisang masih menyatu dengan rumah

pemiliknya, dengan luas bangunan 10x15 m². tetapi, pemilik mempunyai gudang

untuk menyimpan bahan baku dengan luas 2x2 m², yang letaknya 1 meter dari

tempat pengolahan, selain itu pemilih memiliki lokasi penjumuran pisang menjadi

sale pisang yang sekitar 2x3 m², dimana lokasinya berada dibelakang rumah

pemilik usaha tersebut. Tempat bangunan tersebut adalah tanah milik sendiri

mulai dari rumah atau tempat produksi, gudang penyimpanan bahan baku dan

lokasi untuk penjemuran bahan baku. dengan luas keseluruhan tempat tersebut

adalah 14x20 m². Pengusaha tidak menyediakan tempat pembuangan limbah.

Minyak goreng yang telah dipakai itu langsung dibuang. Limbah padat berupa

kulit pisang menjadi makanan ternak yang dimiliki pengusaha. Keadaan ini

menunjukkan bahwa pengusaha tidak melakukan pengolahan limbah cair maupun

limbah padat.
38

b. Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang digunakan usaha pengolahan sale pisang ini sebanyak 3

orang 1 laki-laki dan 2 perempuan. Tenaga kerja tersebut pada umumnya kerabat

dekat ataupun saudara sendiri yang berada di daerah sekitar lokasi usaha. Para

pekerja terdiri dari satu orang tenaga ahli (berpengalaman) dan dua orang tenaga

bantu. Upah tenaga kerja tergantung pada sedikit banyaknya bahan baku yang

akan diproduksi dan upah rata-rata yang diperoleh dalam sehari adalah sebesar

Rp. 28.844, 18 perhari pada tahun 2017. Para pekerja pada umumnya memulai

produksi pada pukul 08.00 wita dan berakhir pada pukul 16.00 wita. Namun

waktu tersebut tidak mutlak karena lamanya produksi dipengaruhi oleh jumlah

bahan baku yang diolah dalam satu hari.

3. Permodalan

Usaha pengolahan sale pisang ini dimulai pada tahun 2002 dengan

menggunakan modal yang berasal dari pemilik atau modal sendiri. Modal awal

yang digunakan kurang lebih sekitar Rp. 6.000.000, Pendirian bangunan tempat

usaha mengeluarkan biaya sebesar Rp.1.000.000, peralatan mengeluarkan biaya

sebesar Rp. 3.500.000,-. Untuk pembelian pisang dan perlengkapan lainnya

membutuhkan biaya kurang lebih Rp. 1.500.000,-. Keberlangsungan usaha sampai

dengan saat ini tidak menggunakan modal tambahan dari manapun. Hal ini dapat

dilakukan karena pengusaha dapat memperoleh bahan baku pisang dari pedagang

dengan sistem ambil-bayar. Artinya, pengusaha pengusaha dapat memperoleh

terlebih dahulu pisang yang dibutuhkan untuk produksi langsung dari importir.
39

Pembayaran akan dilakukan pada saat pengusaha akan mengambil kembali bahan

baku pisang untuk produksi yang akan datang.

4. Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan dalam produksi sale pisang ini terdiri dari

bahan baku utama dan bahan baku penolong. Bahan baku utama adalah pisang

raja. Sedangkan bahan baku penolong antara lain yaitu minyak goreng, gula

psair,gula merah, kacang, tepung terigu, dan telur ayam. Bahan baku diperoleh

dengan melakukan pembelian secara langsung dan umumnya berlangsung

seminggu empat kali, ataupun tergantung jumlah banyaknya permintaan.

Pembayaran untuk pembelian bahan baku utama dilakukan dengan sistem ambil-

bayar. Sedangkan pembayaran untuk bahan baku penolong dilakukan dengan cash

atau tidak meminjam.

5. Letak Geografis Dan Luas Wilayah

Desa Pallimae merupakan induk Desa Kecamatan Poleang dengan luas

wilayah: 10,72 Km2, yang terdiri dari lima dusun yaitu: Dusun Tomampu Barat,

Dusun Tomampu Timur, Dusun Pallimae I, Dusun Pallimae II, dan Dusun

Pallimae III. Desa Pallimae berjarak +_ 79 km dari ibu Kota Kabupaten dan 2km

dari ibu Kota Kecamatan, dengan letak geografis antara 80-170 m diatas

permukaan laut dengan batas wilayah:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Laboea


 Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Mattirowalie
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Teluk Bone
 Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Boepinang
40

6. Keadaan Iklim
Desa Pallimae memiliki iklim yang sama dengan daerah-daerah lain di

Kecamatan Poleang. Hal ini di karenakan Desa Pallimae berada pada wilayah

dataran dengan curah hujan berkisar kurang lebih 150 mm/tahun dan suhu rata-

rata berkisar antara 290C - 310C. Selain ini daerah ini juga memiliki dua musim

memiliki dua musim dalam setahun, yaitu musim hujan dan musim kemarau.

Musim hujan biasanya berlangsung antara bulan Oktober sampai Maret, dimana

angin barat yang bertiup dari Benua Asia dan Samudra Pasifik banyak

mengandung uap air, sehingga terjadi musim hujan. Sebaliknya musim kemarau

berlangsung antara bulan April sampai September, dimana angin timur bertiup

dari Australia tidak banyak mengandung uap air, sehingga menyebabkan

terjadinya musim kemarau. Namun, kadangkala dijumpai musim penghujan dan

musim kemarau yang berkepanjangan.

7. Keadaan Demografi

a. Jumlah Penduduk

Pada hakikatnya penduduk merupakan salah satu modal pembangunan

bangsa. jumlah penduduk yang besar apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai

tenaga kerja produktif yang berkualitas akan merupakan modal pembangunan

yang handal dan dapat mendatangkan keuntungan bagi usaha pembangunan

bangsa.

Penduduk yang berada didesa palliame pada tahun 2016 berjumlah 1.353

jiwa yang terdiri atas laki-laki 651 jiwa dan perempuan 702 jiwa, dengan jumlah

kepala keluarga sebanyak 388 KK.


41

b. Komposis Penduduk

1) Berdasarkan Umur

Di Desa Palliame, komposisi penduduk berdasarkan umur terbagi dari

beberapa klasifikasi umur yakni nol sampai empat belas tahun, lima belas sampai

lima puluh lima tahun, dan lima puluh lima tahun keatas. untuk lebih jelasnya

keadaan penduduk berdasarkan kelompok umur di Desa Pallimae dilihat pada

Tabel 2 berikut:

Tabel 2. Jumlah Penduduk di Desa Pallimae berdasarkan Kelompok Umur, Tahun


2016

No Kelompok umur Jumlah (jiwa) Presentase (%)


1 0-14 460 34
2 15-55 815 60,24
3 55 keatas 78 5,76
Jumlah 1.353 100
Sumber : Data Monografi Desa Pallimae, 2016

Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di desa pallimae

berada pada umur produktif yaitu 815 jiwa atau (60,24%). Hal ini berarti sebagian

besar penduduk desa pallimae adalah penduduk yang siap bekerja karena poduktif

tidaknya umur seseorang akan berpengaruh terhadap kemampuan bekerja, pola

berfikir dan tingkat respon terhadap sesuatu.

2) Berdasarkan Mata Pencaharian

Pada dasarnya masyarakat di desa pallimae hidup disektor pertanian,

penduduknya mempunyai mata pencahrian yang berdeda –beda seperti: Buruh

Tani, Petani, Pedagang, Peternak, Tukang, Guru, PNS, Bidang/Perawat, Penjahit,


42

Pensiunan, TNI/POLRI, Perangkat Desa dan Swasta. kesemuannya itu merupakan

sarana untuk memperoleh pendapatan berdasarkan mata pencahrian guna

memenuhi kebutuhan hidup masyarakat Desa Pallimae. Untuk lebih jelas

mengenai keadaan penduduk Desa Pallimae berdasarkan mata pencahrian dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. Jumlah Penduduk Desa Pallimae berdasarkan Mata Pencaharian, Tahun


2016

No Jenis Mata Pencaharian jumlah (jiwa) Presentase (%)


1. Buruh Tani 20 4,30
2. Petani 320 68,79
3. Pedagang 20 4,30
4. Peternak 22 4,74
5. PNS 44 9,47
6. TNI/POLRI 6 1,30
7. Swasta 18 3,88
8. Nelayan 15 3,22
Jumlah 465 100
Sumber : Data Monografi Desa Pallimae, 2016

Berdasarkan Tabel 3, menunjukkan bahwa penduduk desa pallimae

sebagian besar bermata pencaharian yang terbesar adalah petani. Dikarenakan

hampir sebahagian besar kawasan Desa Pallimae adalah kawasan pertania. Petani

berjumlah 320 jiwa (68,79%), PNS sebanyak 44 jiwa (9,47%), Peternak sebanyak

22 jiwa (4,74%), Buruh Tani sebanyak 20 jiwa (4,30%), Pedagang sebanyak 20

jiwa (4,30%), Swasta sebanya 18 jiwa (3,88%), Nelayan sebanyak 15 jiwa

(3,22%), dan jumlah mata pencaharian yang terkecil adalah TNI/POLRI yang

hanya sebanyak 6 jiwa (1,30%).


43

3) Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Secara keseluruhan, penduduk Desa Pallimae mempunyai tingkat

pendidikan yang berbeda-beda. Untuk lebih jelasnya mengenai keadaan penduduk

desa pallimae berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 4. Penduduk Desa Pallimae berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2016

No Tingkat Pendidikan Jumalah (Jiwa) Presentase(%)


1. Putus Sekolah 7 0,70
2. Buta Huruf 3 0,30
3. TK 55 5,51
4. SD/MI 215 21,56
5. SLTP/MTS 250 25,08
6. SLTA/MA/SMK 315 31,60
7. DIPLOMA/SARJANA 152 15,25
Jumlah 997 100
Sumber : Data Monografi Desa Pallimae, 2016

Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa penduduk Desa Pallimae sebagian ada

yang Putus Sekolah sebanyak 7 jiwa (0,70%) , Buta Huruf sebanyak 3 jiwa

(0,30%), menamatkan pendidikan TK 5 jiwa (5,51%), menamatkan pendidikan

SD/MI sebanyak 215 jiwa (21,56%), menamatkan pendidikan SLTP/MTS

sebanyak 250 jiwa (25,08%), menamatkan pendidikan SLTA/MA/SMK sebanyak

315 jiwa (31,60%), dan menamatkan pendidikan perguruan tinggi

DIPLOMA/SARJANA sebanyak 152 jiwa (15,25%) dari total penduduk.

Hal ini menunjukkan sebagian besar penduduk Desa Pallimae telah

menempuh pendidikan formal, sehingga dapat memudahkan untuk menyampaikan

dan menerima informasi dalam usaha pengembangan dan peningkatan usahanya.


44

4) Tata Guna Lahan

Berdasarkan data Kantor Desa Pallimae Tahun 2016 menunjukkan bahwa

pola dan komposisi penggunaan lahan di Desa Pallimae terbagi atas beberapa

jenis yaitu Perkebunan Coklat, Perkebunan Kelapa, Perkbunan Mente, Empang ,

Fasilitas Umum dan Pemukiman Warga. Rincian mengenai jenis dan luas

penggunaan lahan di Desa Pallimae dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Data Jenis dan Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Desa Pallimae ,
Tahun 2016

No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Presentase(%)


1. Perkebunan Coklat 400 36,66
2. Perkebunan Kelapa 500 45,82
3. Perkebunan Mente 25 2,29
4. Empang 45 4,12
5. Fasilitas Umum 1,030 1,00
6. Pemukiman Warga 120 10,11
Jumlah 1091,03 100
Sumber : Data Monografi Desa Pallimae, 2016

Tabel 5 menunjukkan bahwa panggunaan lahan yang terluas didesa

pallimae adalah perkebunan kelapa seluas 500 ha (45,82%), lahan untuk

perkebunan coklat seluas 400 ha (36,66%) , lahan untuk pemukiman warga 120

ha (10,11%), disusul lahan untuk empang 45 ha (4,12%), selanjutnya penggunaan

lahan terkecil adalah perkebunan mente seluas 25 ha (2,29%), dan lahan fasilitas

umum seluas 1,030 ha (1,00%), dari luas keseluruhan wilayah daratan Desa

Pallimae.

Data tersebut menunjukan bahwa lahan untuk tanaman perkebunan di

Desa Pallimae cukup luas. Hal ini mengindikasikan bahwa komoditas perkebunan

cukup dominan diusahakan oleh penduduk di Desa Pallimae.


45

B. Hasil Penelitian

1. Identitas Responden

Identitas responden pengolah sale pisang meliputi: umur, tingkat

pendidikan, pengalaman berusaha, dan tanggungan keluarga.

a. Umur Responden

Pada umumnya orang yang relatif lebih muda lebih dinamis dalam

bertindak, mempunyai kemampuan fisik yang kuat dan mempunyai keberanian

dalam mengambil suatu keputusan serta berani mengambil resiko terhadap

kegagalan dalam melaksanakan usaha didalam keluarganya. Sedangkan orang

yang berusia lebih tua mempunyai cara berusaha yang lebih matang dan

berpengalaman serta lebih berhati-hati dalam bertindak.

Pengelompokan umur dalam penelitian berdasarkan klasifikasi dari Badan

Pusat Statistik (2002) dalam Zani M. 2011 yakni penduduk usia kerja yaitu

penduduk yang berumur antara 10 – 64 tahun dan penduduk bukan usia kerja

yaitu penduduk yang berumur dibawah 10 tahun dan lebih dari 64 tahun. Hasil

penelitian menunjukkan umur responden pengolah pisang menjadi dempo pisang

adalah 45 tahun. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa responden penelitian

termaksud kategori penduduk usia kerja dalam melakukan usaha pengolahan

pisang menjadi sale pisang dan tergolong memiliki usia lebih dinamis dalam

bertindak, mempunyai kemampuan fisik yang kuat dan keberanian dalam

mengambil suatu keputusan serta berani mengambil resiko terhadap kegagalan

dalam melakukan usaha.


46

b. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidkan yang relatif tinggi dan umur yang muda menyebabkan

sesorang lebih cenderung dinamis yang tercermin melalui cara kerja, pola pikir

dan mudah tidaknya dalam menerima informasi. Menurut Zani M. (2011) Tingkat

pendidikan formal merupakan salah satu aspek yang menentukan kemampuan dan

cara berfikir petani dan pedagang dalam mengelola usahanya. Semakin tinggi

pendidikan formal responden, maka pengetahuan dan wawasannya semakin luas

serta cara berfikir akan berfikirnya akan semakin formal. Dengan demikian akan

mempercepat proses adopsi inovasi dan informasi dalam upaya mengembangkan

usaha yang dikelolanya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengolah memiliki tingkat

pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA). Pendidkan formal diharapkan dapat

mendukung dalam menyerap berbagai informasi tentang kegiatan yang terkait

dengan nilai tambah maupun bidang usaha.

c. Pengalaman Berusaha Responden Pengolah Sale Pisang

Menurut Soehardjo dan Patong (1984), Ada tiga kriteria pengalaman

dalam menjalankan suatu usaha, yaitu cukup berpengalaman 5 – 10 tahun,

berpengalaman lebih dari 10 tahun dan kurang dari 5 tahun kurang

berpengalaman. Semakin lama seorang pengolah aktif dalam kegiatan usaha

maka semakin banyak pula pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh,

sehingga pengolah tersebut lebih dapat mengatasi masalah secara logis dan

rasional dibandingkan pengolah yang belum atau kurang berpengalaman.


47

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman responden pengolah

adalah 15 tahun (berpengalaman), Hal ini menunjukkan bahwa responden

pengolah sudah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang sangat baik terkait

nilai tambah dan bidang usaha.

d. Jumlah Tanggungan Keluarga

Responden penelitian melakukan kegiatan sehari-hari dengan berbagai

aktivitas yang bertujuan untuk memperoleh pendapatan untuk memenuhi

kebutuhan keluarga, baik itu kebutuhan pangan, sandang dan papan. Dari sekian

banyak kebutuhan-kebutuhan tersebut mendorong mereka untuk beraktivitas

semaksimal mungkin. Tanggungan keluarga merupakan motivasi seseorang untuk

berusaha agar bisa menghidupi keluarganya. Beban tanggungan disini adalah

jumlah jiwa yang harus dibiayai hidupnya. Jumlah beban ini terdiri dari

suami/istri, jumlah anak dan keluarga yang menumpang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga responden

pengolah sale pisang adalah 3 orang. keadaan tersebut menggambarkan bahwa

responden pengolah termaksud keluarga sedang. dengan jumlah anggota keluarga

yang demikian, maka diharapakan sebagian anggota keluarga sudah berada pada

usia produktif, sehingga dapat menjadi sumber tenaga kerja untuk membantu

responden pengolah dalam mengelola usahanya.

Konsekuensi besarnya jumlah anggota keluarga yang demikian tentunya

berdampak pada alokasi pendapatan responden yang cukup besar untuk

memenuhi kebutuhan keluarga baik untuk komsumsi maupun untuk kepentingan

lain seperti pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya.


48

C. Pembahasan

1. Karakteristik Usaha

Karakteristik usaha yang meliputi: penyediaan bahan baku, biaya dan

penggunaan peralatan, biaya bahan baku, bahan penunjang, jumlah dan upah

tenaga kerja, produksi dan harga penjualan.

a. Penyediaan Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan sale pisang di peroleh dari

pedagang pisang sekitar Desa Pallimae. Pisang yang digunakan di Industri

Rumahtangga “Kejar Usaha Lastari” adalah pisang raja, pisang tersebut

digunakan karena bentuk ukuran pisang yang besar dan bila di olah menjadi

dempo pisang rasa yang di hasilkan oleh pisang raja lebih bagus dari pada pisang

lain. Dan bahan penunjang yang digunakan juga di dapatkan dari pasar Boepinang

dimana pengolah sengaja membeli bahan penunjang dipasar tersebut, karna harga

yang didapatkan lebih murah dari pada pasar-pasar lain yang ada disekitar

Kecamatan Poleang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan-bahan yang digunakan dalam

proses pengolahan buah pisang menjadi sale pisang yaitu buah pisang sebagai

bahan baku utama dan tepung terigu, gula pasir, gula merah, kacang, telur, serta

minyak goreng sebagai bahan penunjang.

Adapun pemakaian sebagia berikut : dalam setiap proses produksi untuk

100 kg buah pisang, bahan penunjang (tepung terigu, gula pasir, gula merah,

kacang, telur, serta minyak goreng) yang di butuhkan adalah tepung terigu 1kg,

gula pasir 1kg, gula merah 2kg, kacang 1liter, telur 3biji, dan minyak goreng
49

2liter. Jumlah bahan tambahan atau penunjang ini bisa disesuaikan menurut bahan

baku yang digunakan.

Menurut Zulkifli (2012) bahan baku merupakan bahan mentah yang diolah

dan dapat dimanfaatkan sebagai sarana produksi dalam suatu agroindustri.

Ketersediaan bahan baku secara cukup dan keberlanjutan akan menjamin suatu

perusahaan untuk bisa berproduksi dalam waktu yang relatif lama.

b. Penggunaan Peralatan

Perencanaan pengadaan peralatan dari bahan baku yang efektif dan efisien

dapat menjadikan kegiatan produksi berjalan dengan lancar dan dapat

meningkatkan hasil dan keuntungan bagi usaha pengolahan sale pisang. Rincian

biaya penggunaan peralatan pada usaha pengolahan sale pisang di Industri

Rumahtangga “Kejar Usaha Lestari” di Desa Pallimae dapat dilihat pada Tabel 6

sebagai berikut:

Tabel. 6 Penggunaan Peralatan Selama Satu Bulan


No Jenis Jumlah Harga Jumlah Umur Nilia
Peralatan (Unit) (Rp) (Biaya) Ekonomis Penyusutan
(Tahun) (Rp/Bulan)
1. Lemari 2 1.500.000 3.000.000 30 8.333,33
Kaca
2. Kompor 2 200.000 400.000 15 2.222,22
Hock
3. Wajan 2 90.000 180.000 5 3.000
4. Loyang 5 20.000 100.000 2 4.166,67
5 Pisau 3 10.000 30.000 2 1.250,
6 Tampah 7 25.000 175.000 12 1.215,27
7 Sutil 2 20.000 40.000 2 1.666,67
8 Mixer 1 400.000 400.000 5 6.666,67
9 Hekter 1 15.000 15.000 5 250,00
Total Penyusutan Peralatan Per Bulan 28.770,83
Sumber: data primer diolah, 2017
50

Peralatan merupakan alat produksi yang digunakan dalam setiap proses

produksi. Tabel 6 menunjukkan bahwa dalam setiap bulan peralatan yang

digunakan dalam proses produksi mengalami penyusutan, di Industri

Rumahtangga” Kejar Usaha Lestari “ menggunakan peralatan berupa lemari kaca,

kompor hock, wajan, loyang, pisau, tampah, suntil, mixer dan hekter. Berdasarkan

hasil penelitian nilai penyusutan peralatan dalam setiap bulan yaitu lemari kaca

Rp 8.333,3 dengan umur ekonomis 30 tahun penggunaan peralatan, kompor hock

Rp 2.222,22 dengan umur ekonomis 15 tahun, wajan Rp 3.000 umur ekonomis

5 tahun, loyang Rp 4.166,67 umur ekonomis 2 tahun, pisau Rp 1.250,00 umur

ekonomis 2 tahun, tampah Rp 1.215,27 umur ekonomis 12 tahun, sutil Rp

1.666,67 umur ekonomis 2 tahun, mixer Rp 6.666,67 umur ekonomis 5 tahun dan

hekter Rp 250 dengan umur ekonomis 5 tahun. Jadi nilai penyusutan dari seluruh

peralatan yang di gunakan di Industri Rumahtangga” Kejar Usaha Lestari” selama

satu bulan sebesar Rp 28.770,83

c. Biaya Bahan Baku

Biaya bahan baku adalah nilai dari seluruh input usaha pengolahan sale

pisang yang dikeluarkan oleh Industri Rumahtangga “Kejar Usaha Lestari”.

Menurut Riadi (2012) biaya bahan baku (direct material cost) merupakan biaya

bahan yang secara langsung digunakan dalam produksi untuk mewujudkan suatu

macam produk jadi yang siap untuk dipasarkan. untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada Tabel 7 Biaya bahan baku yang digunakan industri rumah tangga “kejar

usaha lestari” selama satu bulan.


51

Tabel 7. Biaya Bahan Baku Selama Satu Bulan

No Bahan Baku Yang Harga per Bahan Jumlah Biaya Bahan


Produksi Digunakan (kg) Baku per kg Baku Yang Digunakan
(Rp) (Rp/ Proses Produksi)
1 50 2.000 100.000
2 50 2.000 100.000
3 100 2.000 200.000
4 50 2.000 100.000
5 100 2.000 200.000
6 50 2.000 100.000
7 50 2.000 100.000
8 50 2.000 100.000
9 100 2.000 200.000
10 50 2.000 100.000
11 100 2.000 200.000
12 50 2.000 100.000
13 50 2.000 100.000
14 50 2.000 100.000
15 100 2.000 200.000
16 50 2.000 100.000
17 50 2.000 100.000
18 100 2.000 20.0000
Jumlah 1200 36.000 2.400.000
Sumber: Data primer diolah, 2017

Tabel 7 menunjukkan bahwa ada delapan belas kali proses produksi dalam

satu bulan di Industri Rumahtangga “Kejar Usaha Lestari”. Dari hasil penelitian

menunjukkan bahwa biaya bahan baku yang dikeluarkan oleh pengolah sale

pisang adalah sebesar Rp 2.000/kg. Dalam satu bulan ( delapan belas kali proses

produksi) bahan baku yang digunakan adalah 1.200 kg, dengan rata-rata 50-100

kg/proses produksi. Besarnya biaya bahan baku yang dikeluarkan tergantung dari

jumlah bahan baku yang digunakan. sehingga biaya yang dikeluarkan oleh

pengolah untuk biaya bahan baku selama satu bulan adalah sebesar Rp. 2.400.000

dengan rata-rata Rp 100.000 - Rp 200.000/proses produksi.


52

d. Bahan Penunjang

Bahan penunjang yang dimaksud adalah bahan-bahan diluar bahan baku

yang turut membentuk produk sale (dempo pisang). Biaya bahan penunjang yang

digunakan dalam proses pengolahan pisang menjadi dempo pisang pada Industri

Rumahtangga “Kejar Usaha Lestari” di Desa Pallimae dapat dilihat pada tabel 9

berikut ini:

Tabel.8 Biaya Bahan Penunjang Yang Digunakan Selama Satu Bulan

No Bahan penunjang Volume Satuan Harga(Rp/kg Jumlah (Rp)


Bahan Baku)
1. Minyak tanah 30 Liter 200 240.000
2. Minyak goreng 35 Liter 466,67 560.000
3. Gula pasir 25 Liter 208,33 250.000
4. Gula merah 25 Biji 125 150.000
5. Kacang 15 Liter 200 240.000
6. Tepung terigu 20 Liter 100 120.000
7. Telur ayam 2 Rak 66,67 80.000
8. Mika 26 Lusin 281,67 338.000
9. Plastik pelapis 15 Meter 62,5 75.000
Jumah biaya bahan penunjang 1.710,84 2.053.000
Sumber: Data primer diolah, 2017

Menurut pendapat Valentina (2009) bahan penunjang merpakan faktor

produksi lain yang diperlukan pada setiap proses produksi. Tabel 8 menunjukkan

bahwa produksi dempo pisang di Industri Rumahtangga“Kejar Usaha Lestari”

menggunakan bahan penunjang berupa minyak goreng, gula pasir, gula merah,

kacang, tepung terigu, telur ayam , mika, plastik pelapis dan minyak tanah.

Berdasarkan hasil penelitian biaya yang dikeluakan oleh pengolah untuk

bahan penunjang Rp/Kg bahan baku adalah sebesar minyak tanah Rp 200, minyak

goreng Rp 466,67, gula pasir Rp 208,33, gula merah Rp 125, kacang Rp 200,

tepung terigu Rp 100, telur ayam Rp 66,67, mika Rp 281,67,dan plastik pelapis
53

Rp 62,5. Jadi jumlah nilai bahan penunjang yang dikeluarkan dalam sekali proses

produksi per kilogram bahan baku adalah sebesar Rp 1.710,84.

Total biaya bahan penunjang yang dikeluarkan dalam satu bulan yaitu

minyak tanah sebesar Rp 240.000, minyak goreng sebesar Rp 560.000, gula

pasir sebesar Rp 250.000 , gula merah sebesar Rp 150.000, kacang sebesar Rp

240.000, tepung terigu sebesar Rp 12.000, telur ayam sebesar Rp 80.000, mika

sebesar Rp 338.000 dan plastik pelapis sebesar Rp 75.000. Total keseluruhan

bahan penunjang yang dikeluarkan oleh pengolah dalam satu bulan adalah sebesar

Rp 2.053.000.

e. Jumlah Dan Upah Tenaga Kerja

Setiap usaha yang akan dilaksanakan pasti memerlukan tenaga kerja

(Soekartawi, 1993) penggunaan tenaga kerja dinyatakan oleh besarnya curah

tenaga kerja. Skala usaha akan mempengaruhi besar kecilnya tenaga kerja dan

jenis tenaga kerja yang dibutuhkan. tenaga kerja merupakan salah satu faktor

produksi yang digunakan dalam proses produksi.

Dalam proses produksi tenaga kerja memperoleh pendapatan sebagai balas

jasa dari usaha yang dilakukan yaitu upah. upah merupakan harga untuk jasa yang

telah diberikan oleh seseorang kepada orang lain, sesuai kespakatan antara orang

itu sebagai pemberi jasa dengan orang lain sebagai penerima jasa.

Menurut Dewan Penelitian Perupahan Nasional dalam Kartasaputra

(1986) upah ialah suatu penerimaan sebagai suatu imbalan dari pemberian kerja

kepada penerima kerja untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah dan akan

dilakukan, berfungsi sebagai jaminan kelangsungan hidup yang layak bagi


54

kemanusiaan dan produksi dinyatakan atau nilai dalam bentuk uang yang

ditetapkan menurut suatu persetujuan, undang-undang dan peraturan dibayarkan

atas suatu perjanjian kerja antara pemberi kerja dan penerima kerja.

Usaha pengolahan dempo pisang di industri rumahtangga “Kejar Usaha

Lestari” mepunyai tenaga kerja sebanyak 3 orang. Dari jumah tersebut, tenaga

kerja merupakan anggota keluarga sendiri yang terdiri dari kaka dan kemenakan.

Para pekerja ini tidak setiap hari melakukan proses produksi. hasil penelitian

menunjukkan bahwa kisaran kerja dalam satu bulan produksi adalah 162 jam

dengan jumlah harian kerja (hk) sebnyak 60,75hk/bulan. untuk lebuh jelasnya

dapat dilihat pada lampiran 7.

Sistem upah yang diterapkan pada usaha pengolahan sale pisang sangat

berhubungan dengan jumlah produk yang dihasilkan. Semakin banyak jumlah

produk yang dihasilkan, maka upah yang diterima pekerja semakin tinggi.

Karennya upah ini menjadi pendorong utama atau intensif bagi pekerja untuk

menghasilkan produk dalam jumlah yang banyak, untuk melihat jumlah upah

tenaga kerja yang dihasilkan pekerja industri rumah tangga “Kejar Usaha Lestari”

dapat dilihat pada Tabel 9 berikut:


55

Tabel 9. Jumlah Upah Tenaga Kerja Perbulan

No Hasil produksi per Upah bahan Jumlah upah Tenaga Total upah Hari Upah rata-
produksi proses produksi (kg) baku/kg per pekerja Kerja pekerja kerja rata
(Rp/Orang) (Rp/TK) (hk) (Rp/hk)
1 2 3 4=2x3 5 6=4x5 7 8=6/7
1 25,5 1.000 25.500 3 76.500 3,375 22.666,67
2 25 1.000 25.000 3 75.000 3,375 22.222,22
3 51 1.000 51.000 3 153.000 3,375 45.373,66
4 22,5 1.000 22.500 3 67.500 3,375 20.000
5 54 1.000 54.000 3 162.000 3,375 48.000
6 24 1.000 24.000 3 72.000 3,375 21.333,33
7 23,7 1.000 23.700 3 71.100 3,375 21.066,67
8 23 1.000 23.000 3 69.000 3,375 20.444,44
9 52 1.000 52.000 3 156.000 3,375 46.222,22
10 25 1.000 25.000 3 75.000 3,375 22.222,22
11 52 1.000 52.000 3 156.000 3,375 46.222,22
12 24 1.000 24.000 3 72.000 3,375 21.333,33
13 24,3 1.000 24.300 3 72.900 3,375 21.600
14 26 1.000 26.000 3 78.000 3,375 23.111,11
15 53 1.000 53.000 3 159.000 3,375 47.111,11
16 25 1.000 25.000 3 75.000 3,375 22.222,22
17 25 1.000 25.000 3 75.000 3,375 22.222,22
18 52 1.000 52.000 3 156.000 3,375 46.222,22
Jumlah 607 18.000 607.000 54 1.839.000 60,75 519.195,86
(∑ )
Rata- 33,72 1.000 33.722,22 3 101.116,67 3,375 28.844,18
rata (X)
Sumber: Data primer diolah, 2017

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil upah kerja untuk pekerja

dihitung per bulan (delapan belas kali proses produksi) yaitu sebesar Rp 18.000

dengan rata-rata Rp 1.000/kg, upah kerja satu bulan yaitu sebesar Rp

607.000/pekerja dengan rata-rata Rp 33.722,22/proses produksi, sehingga biaya

tenaga kerja yang dikeluarkan oleh pemilik usaha pengolahan sale pisang 3

pekerja adalah sebesar Rp 1.839.000/ bulan dengan rata-rata Rp 101.116,67/proses

produksi.
56

f. Produksi

Produksi adalah segala kegiatan yang ditunjukkan untuk menciptakan dan

menambahkan keragaman makna barang dan jasa. Produksi merupakan

pendapatan kotor dalam bentuk fisik dari suatu proses produksi (Zulkifli, 2012).

Menurut Partidirejo (1985) produksi adalah segala kegiatan untuk menciptakan

atau menambah nilai guna suatu benda dan oleh segala kegiatan yang ditujukkan

untuk memuaskan orang lain lewat pertukaran. Produksi adalah sebuah proses

kombinasi dan koordinasi material dan kekuatan-kekuatan(input,faktor,

sumberdaya atau jasa-jasa produksi dalam pembuatan barang atau jasa (produk).

Produksi merupakan hasil akhir yang diperoleh dari proses pengolahan

pisang menjadi sale pisang yang dinyatakan dalam kilogram (kg). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa untuk memenuhi permintaan pelanggan, dalam satu bulan

pengolah melakukan pengolahan sebanyak 18 kali produksi dengan hasil produksi

yang sama tiap satu kali produksi.

Adapun kegiatan produksi pada pengolahan pisang menjadi dempo pisang

di Industri Rumahtangga “Kejar Usaha Lestari” di Desa Palliame dapat di lihat

pada Tabel 10 berikut:


57

Tabel 10. Hasil Produksi Sale Pisang Selama Satu Bulan

Proses Bahan Baku Yang Hasil Produksi Per Proses


No.
Produksi Digunakan (Kg) Produksi(Kg)
1 1 50 25,5
2 2 50 25
3 3 100 51
4 4 50 22,5
5 5 100 54
6 6 50 24
7 7 50 23,7
8 8 50 23
9 9 100 52
10 10 50 25
11 11 100 52
12 12 50 24
13 13 50 24,3
14 14 50 26
15 15 100 53
16 16 50 25
17 17 50 25
18 18 100 52
Jumlah 1200 607
Sumber: Data primer diolah, 2017

Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa jumlah tiap satu kali produksi

berbeda-beda. Berdasarkan hasil penelitian, produksi dengan menggunakan bahan

baku yang sama memiliki hasil yang berbeda, hal ini dapat dipengaruhi oleh

kualitas bahan baku yang digunakan dan juga produk yang dihasilkan dikonsumsi

oleh keluarga.

Dari hasil produksi sale pisang 607 kg maka hasil produksi tersebut di bagi

menjadi empat varian rasa. Adapun hasil produksi sale pisang empat varian rasa

dalam satu bulan proses produksi dapat dilihat pada tabel 11 berikut:
58

Tabel 11. Hasil Produksi Sale Pisang Per Varian Rasa Selama Satu Bulan

No Bahan Baku Hasil produksi sale pisang per varian rasa Hasil
Produksi Yang (kg) produksi
Digunakan Segar Kacang Gula Pasir Gula sale pisang
(kg) Merah (kg)
1 50 3 7 10,5 5 25,5
2 50 4 6 9 6 25
3 100 7 15 20 9 51
4 50 3 5 10,5 4 22,5
5 100 9 11 18 16 54
6 50 4 4 9 7 24
7 50 4 7 6 6,7 23,7
8 50 3 7 9 4 23
9 100 8 15 20 9 52
10 50 3 7 10 5 25
11 100 10 11 18 13 52
12 50 4 6 10 4 24
13 50 3 6 10 5,3 24,3
14 50 4 7 10 5 26
15 100 9 15 14 15 53
16 50 5 5 7 8 25
17 50 4 7 9 5 25
18 100 9 9 21 13 52
Jumlah 1.200 96 150 221 140 607
Sumber: Data primer diolah, 2017

Dapat dilihat pada tabel diatas dalam setiap hasil produksi sale (dempo

pisang) dalam satu bulan (18 kali proses produksi) memiliki hasil yang berbeda-

beda untuk produksi masing-masing sale pisang empat varian rasa. Dalam satu

bulan proses produksi sale pisang segar yang dihasilkan sebanyak 96 kg

(384mika) dalam satu kg hasil produksi sale segar 4 mika, sale pisang kacang

yang dihasilkan sebanyak 150 kg (600 mika) dalam satu kg hasil produksi sale

kacang 4 mika, sale pisang gula pasir yang dihasilkan sebanyak 221 kg(884

mika) dalam satu kg 4 mika, sale pisang rasa gula merah dihasilkan sebanyak 140

kg(560 mika) dalam satu kg 4 mika. Dapat dilihat bahwa hasil produksi sale
59

pisang rasa gula pasir yang paling banyak dibuat dalam satu bulan dikarenakan

minat konsumen yang lebih banyak meminati rasa gula pasir tersebut.

Dalam produksi yang dilakukan di Industri Rumahtangga “Kejar Usaha

Lestari” tersebut tentunya memberi keuntungan yang cukup besar, Tabel berikut

menunjukkan keuntungan yang diperoleh dari hasil produksi selama 5 tahun

terakhir di industri rumahtangga “kejar usaha lestari”:

Tabel 12. Keuntungan Produk 5 Tahun Terkahir Industri Rumahtangga “Kejar


Usaha Lestari” 2017

No Tahun Keuntungan (Rp)


1. 2012 36.000.000
2. 2013 39.600.000
3. 2014 48.000.000
4. 2015 56.400.000
5. 2016 59.133.000
Sumber: Industri Rumahtangga Kejar Usaha Lestari, 2017

Dapat dilihat pada Tabel 12 bahwa setiap tahunnya keuntungan yang

diperoleh Industri Rumahtangga “Kejar Usaha Lestari” mengalami peningkatan

yang cukup besar pada setiap tahunnya. Keuntungan yang paling tinggi pada

tahun 2016 dengan keuntungan sebesar Rp 59.133.000/tahun, ditahun 2016

tingginya keuntungan dikarenakan meningkatnya minat konsumen terhadap

dempo pisang segar maupun dempo pisang goreng yang diolah oleh Industri

Rumahtangga “Kejar Usaha Lestari” di Desa Palliame.

g. Harga Jual dan Pemasaran Produk Sale (dempo Pisang)

Harga merupakan jumlah nilai yang ditukarkan oleh pedagang dengan

manfaat dari memiliki atau menggunakan suatu produk atau jasa. Dengan

demikian bagi seorang produsen harga adalah faktor utama yang harus
60

diperhatikan, karena harga memegang peran penting dalam menetukkan besar

kecilnya keuntungan yang akan diperoleh.

Hal ini sejalan dengan pendapat Valentina (2009) yang menyatakan bahwa

harga adalah nilai barang atau jasa yang diungkapkan dalam satuan rupiah (Rp)

atau satuan nilai uang lainnya, sedangkan harga jual adalah nilai yang dibebankan

kepada pembeli atau pemakai barang atau jasa, dalam hal ini harga jual

merupakan suatu yang dapat digunakan untuk mendapatkan sejumlah barang atau

jasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga sale (dempo pisang) pada saat

penelitian adalah dempo pisang segar Rp 6.000/2,5ons, dempo pisang rasa gula

merah Rp 7.000/2,5ons, dempo pisang rasa gula pasir Rp 7.000/2,5ons dan dempo

pisang rasa kacang Rp 8.000/2,5ons.

Pemasaran merupakan distribusi yang dilalui suatu produk dari produsen

sampai kepada konsumen akhir. Pemasaran yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah distribusi yang dilalui produk sale pisang dari pengolah sampai konsumen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam setiap kali proses produksi, produk

sale pisang yang dihasilkan kemudian di pasarkan langsung di daerah sekitar

Kecamatan Poleang.

2.Proses Keragaman Pengolahan Sale Pisang Industri Rumahtangga “Kejar

Usaha Lesatari”

Pada setiap industri pastinya akan memiliki proses pengolahan sale

(dempo pisang) yang sedikit berbeda, di Industri Rumahtangga “Kejar Usaha

Lestari” melakukan proses pengolahan masih sangat sederhana di karenakan

masih menggunakan cara manual dalam setiap proses pengolahanya.


61

Berikut ini adalah tahapan-tahapan dalam mengolah pisang menjadi sale

(dempo pisang) segar hingga sale (dempo pisang) goreng Industri Rumahtangga

“Kejar Usaha Lestari” dapat dilihat pada gambar 2 berikut:

Penyediaan Bahan
Baku

Pengupasan

Penyimpanan pertama
(diperam)

Penjemuran

Penyimpanan Kedua
(diperam)

Sale Pisang Segar

Pembuatan Adonan
Varian Rasa Sale
a. Kacang
Penggorengan b. Gula Pasir
c. Gula Merah

Pengemasan

Gambar 2. Proses Keragaman Pengolahan


62

Proses pengolahan dempo pisang di industri rumah tangga “kejar usaha

lestari memiliki 4 macam pengolahan dempo pisang, adapun tahapan tersebut

adalah sebagai berikut:

1) Penyediaan Bahan Baku

Bahan yang disediakan adalah buah pisang raja yang sudah setengah

matang, setiap sekali pengolahan bahan baku pisang yang digunakan adalah 100

sisir.

2) Pengupasan

Pisang yang sudah memenuhi kriteria ( pisang yang setengah matang)

dikupas, kemudian dibelah dua memanjang. Jika pisang berukuran besar, pisang

dapat dibelah 4 memanjang.

3) Penyimpanan

Setelah itu, pisang di peram dulu 1 malam dalam sebuah wadah (baskom)

agar mendapatkan hasil kematangan yang baik. kematangan yang baik yang

dimaksud seperti pisang tersebut mengeluarkan cairan seperti madu

dipermukaannnya bila diperam.

4)Penjemuran

Kemudian setelah pisang diperam cukup bagus maka proses selanjutnya

yang akan dilakukan adalah menjemur Pisang tersebut, yaitu diletakkan di atas

alat penjemur biasa di sebut tampah, lama penjemuran di lakukan sesuai dengan

kondisi cuaca, bila kondisi cuaca bagus penjemuran bisa hanya dilakukan 1-2 hari
63

saja, tetapi bila cuaca tidak memungkinkan atau buruk maka dilakukan

penjemuran sampai 3 hari. Tetapi bila dalam proses penjemuran tidak baik

dilakukan atau terlalu lama maka akan membawa rasa yang tidak bagus lagi

seperti akan sedikit terasa asam sale pisang tersebut.

5) penyimpanan kedua

Yang dimaksud penyimpanan kedua adalah setelah pisang yang dijemur

sudah bagus dan dapat diambil maka akan dilakukan pemeraman yang kedua

selama 1 malam lagi, agar hasil dari pisang tersebut lebih bagus bila diolah

selanjutnya. Pisang tersebut sudah dapat dikatakan sale pisang segar dan dapat

langsung dikemas disebuah mika atau kemasannya.

6) pembuatan adonan

Dempo pisang segar tersebut akan dibuatkan adonan terlebih dahulu

sebelum digoreng. di Industri Rumahtangga “Kejar Usaha Lestari” mengolah

menjadi tiga macam rasa sale pisang goreng, tentunya dari pembuatan adonan

akan sedikit berbeda juga, sebagai berikut cara pembuatan adonan dari tiga

macam rasa untuk sekali pembuatan 100 kg :

A. Adonan Sale (dempo pisang) Rasa Gula Pasir

1. Terigu ½ kg dicampurkan dengan air secukupnya lalu mixer.

2. Kemudian setelah terigu tersebut sudah mengental maka akan dicampur

dengan telur sebanyak 3 biji lalu di mixer lagi sampai adonan tersebut

merata.
64

3. Lalu didalam adonan tersebut akan di campurkan lagi gula pasir sebanyak

1 kg dan di aduk menggunakan sendok hingga merata.

b. Adonan Sale pisang Rasa Gula Merah

1. Terigu ½ kg dicampur dengan air secukupnya lalu di mixer hinnga merata

sampai terigu tersebut memili tekstur yang kental.

2. Lalu dicampur telur 2 biji di dalam adonan tadi dan mixer hingga merata

lagi

3. Gula merah yang sudah diparut dicampur didalam adonan lalu aduk

menggunakan sendok hingga merata.

c. Adonan Sale (dempo pisang) Rasa Kacang

1. Adonan rasa kacang ini tidak menggunakan terigu , telur dan air. tetapi

hanya cukup melelehkan gula merah menjadi agak kental saja lalu

menaburi menggunakan kacang goreng yang sudah dihaluskan.

7)Penggorengan

Pisang dempo segar dapat digoreng. Terlebih dahulu pisang dempo

dicelupkan ke dalam adonan dari tiga macam rasa yang sudah tersedia. minyak

goreng yang digunakan dalam sekali menggoreng bisa 3 liter, dempo pisang segar

digoreng diminyak yang suhu 170°C hingga garing. setelah itu dapat disebut

dempo pisang goreng.

8)Pengemasan.

Sebelum dikemas dempo pisang goreng didinginkan terlebih dahulu , lalu

dimasukan kedalam mika yang di lapisi plastik bening untuk pelapis pertama

dengan harga Rp 6.000 untuk dempo pisang segar, Rp 7.000 dempo pisang rasa
65

gula merah dan gula pasir dan Rp 8.000 dempo pisang rasa kacang per mika.

Daya tahan dempo pisang yang telah digoreng dapat bertahan sekitar 1 bulan dan

masih layak dikomsumsi atau tidak berbau melalui proses penyimpanan yang

dilakukan dengan baik. Dan untuk sale pisang segar bisa bertahan hingga 6 bulan

dengan cara penyimpanan yang baik.

3. Nilai Tambah

Nilai tambah merupakan nilai yang ditambahkan kepada barang dan jasa,

yang dipakai pada unit produksi dalam proses produksi sebagai biaya antara nilai

yang ditambahkan ini sama dengan balas jasa atas ikut sertanya faktor produksi

dalam proses produksi.

Bila komponen biaya antara yang digunakan nilainya semakin besar, maka

nilai tambah produk tersebut akan semakin kecil. begitu pula sebaliknya , jika

biaya diantaranya semakin kecil, maka nilai tambah produk akan semakin besar

(Makki et al, 2001). Perhitungan nilai tambah pengolahan sale pisang bertujuan

untuk mengetahui penambahan nilai dari proses pengolahan bahan baku menjadi

dempo pisang.

Nilai tambah dihitung dari selisih antara nilai output (penerimaan) dan

nilai input (biaya total) yang dikeluarkan dalam proses pengolahan. Seluruh

komponen anaisis diukur dan dinyatakan dalam satuan kilogram (1 kg) bahan

baku.

Hal ini dilakukan agar diketahui besarnya pertambahan nilai dari 1 kg

bahan baku yang dibentuk oleh kegiatan pengolahan. Berikut gambaran mengenai
66

besarnya nilai tambah yang di peroleh pengolahan sale pisang per varian rasa

yang disajikan pada Tabel berikut ini:

Tabel 13. Hasil Analisis Nilai Tambah Pengolahan Sale pisang Segar Industri
Rumahtangga“Kejar Usaha Lestari”di Desa Pallimae Metode Hayami, et
all (1987)

No Output, Input Dan Harga Hasil


1 Hasil/produksi (Kg/proses produksi) 10
2 Bahan baku (Kg/proses produksi) 18
3 Tenaga kerja (Hk/proses) 3,375
4 Faktor konversi = (1)/(2) 0,55
5 Koefisien tenaga kerja = (3)/(2) 0,18
6 Harga produk (Rp/kg) 24.000
7 Upah rata-rata (Rp/hk) 28.844,18
Pendaptan Dan Keuntungan
8 Harga bahan baku (Rp/kg) 2.000
9 Sumbangan input lain (Rp/kg) 281,33
10 Nilai produk = (4) x (6) (Rp/kg) 14.160
11 a. nilai tambah = (10) – (8) – (9) (Rp/kg) 11.878,67
b. rasio nilai tambah = (11a/10) (%) 83,88
12. a. imbalan tenaga kerja = (5 x 7) (Rp/kg) 10.672,32
b. bagian tenaga kerja = (12a/11a) (%) 89,84
13. a. Keuntungan (11a -12a) (Rp/kg) 1.206,35
b. Tingkat keuntungan (13a/10) (%) 8,51

Kisaran hari kerja berlangsung selama 3,375 hari kerja, sehingga hari kerja

yang dicurahkan oleh 3 orang tenaga kerja adalah 60,75 hari kerja sebulan. Faktor

konversi merupakan perbandingan antara hasil yang diperoleh adalah sebanyak

bahan baku yang digunakan bernilai 0,55 sale segar,. Artinya untuk setiap satu kg

pisang gelondongan yang diolah akan diperoleh 0,55 kg sale pisang segar.

Koefisien tenaga kerja diperoleh dari rasio antara jumlah hari kerja dengan bahan

baku yang diolah. Hasil perhitunga diperoleh dengan koefisien tenaga kerja

sebesar 0,18 yang diartikan bahwa setiap tenaga kerja dalam satu hari kerja

maupun mengolah bahan baku sebanyak 0,18 kg.


67

Harga produk dempo pisang segar adalah Rp 24.000/kg bahan baku.

Sumbangan iput lain atau bahan penunjang bernilai Rp 281,33/kg bahan baku.

Nilai produk merupakan perkalian antara faktor konversi dengan harga produk,

dan bernilai Rp 14.160/kg bahan baku.

Nilai tambah pengolahan dempo pisang sebesar Rp 11.878,67/kg bahan

baku. angka ini merupakan selisih antara nilai produk dengan harga bahan baku

dan sumbangan iput lain. Rasio nilai tambah nilai produk sebesar 83,88%.

Artinya, untuk setipa 10.000 nilai produk akan diperoleh nilai tambah Rp 8.388.

Nilai tambah menunjukkan nilai yang besar. Hal ini disebabkan tingginya nilai

produk, sementara harga bahan baku dan sumbangan input lain tidak begitu besar.

Imbalan tenaga kerja merupakan hasil perkalian antara koefisien tenaga

kerja dengan upah rata-rata yang nilainya Rp 10.672,32/kg bahan baku.

Sedangkan bagian tenaga kerja adalah rasio antara imbalan tenaga kerja dengan

nilai tambah yang juga bernilai 89,84%. Artinya, untuk nilai tambah sebesar

Rp 10.000 akan di alokasikan ke tenaga kerja sebesar Rp 8.984. Keuntungan yang

diperoleh dari proses pengolahan ini sebesar Rp 1.206,35/kg bahan baku. Angka

ini diperoleh dari nilai tambah dikurangi imbalan terhadap terhadap tenaga kerja.

Dan tingkat keutungan yang 8,51%. artinya untuk nilai produksi sebesar Rp

10.000, maka keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 851.


68

Tabel 14. Hasil Analisis Nilai Tambah Pengolahan Sale pisang kacang Industri
Rumahtangga“Kejar Usaha Lestari”di Desa Pallimae Metode Hayami, et
all (1987)

No Output, Input Dan Harga Hasil


1 Hasil/produksi (Kg/proses produksi) 15
2 Bahan baku (Kg/proses produksi) 28
3 Tenaga kerja (Hk/proses produksi) 3,375
4 Faktor konversi = (1)/(2) 0,53
5 Koefisien tenaga kerja = (3)/(2) 0,12
6 Harga produk rata-rata (Rp/kg) 32.000
7 Upah rata-rata (Rp/hk) 28.844,18
Pendaptan Dan Keuntungan
8 Harga bahan baku (Rp/kg) 2.000
9 Sumbangan input lain (Rp/kg) 1.435,84
10 Nilai produk = (4) x (6) (Rp/kg) 14.720
11 a. nilai tambah = (10) – (8) – (9) (Rp/kg) 11.284,16
b. rasio nilai tambah = (11a/10) (%) 76,65
12. a. imbalan tenaga kerja = (5 x 7) (Rp/kg) 5.191,95
b. bagian tenaga kerja = (12a/11a) (%) 46,01
13. a. Keuntungan (11a -12a) (Rp/kg) 6.092,21
b. Tingkat keuntungan (13a/10) (%) 41,38

Kisaran hari kerja berlangsung selama 3,375 hari kerja, sehingga hari kerja

yang dicurahkan oleh 3 orang tenaga kerja adalah 60,75 hari kerja sebulan. Faktor

konversi merupakan perbandngan antara hasil yang diperoleh adalah sebanyak

bahan baku yang digunakan bernilai 0,53 sale kacang,. Artinya untuk setiap satu

kg pisang gelondongan yang diolah akan diperoleh 0,53 kg dempo pisang.

Koefisien tenaga kerja diperoleh dari rasio antara jumlah hari kerja dengan bahan

baku yang diolah. Hasil perhitunga diperoleh dengan koefisien tenaga kerja

sebesar 0,12 yang diartikan bahwa setiap tenaga kerja dalam satu hari kerja

maupun mengolah bahan baku sebanyak 0,12 kg.


69

Harga produk sale pisang kacang adalah Rp 32.000/kg bahan baku.

Sumbangan iput lain atau bahan penunjang bernilai Rp 1.435,84/kg bahan baku.

Nilai produk merupakan perkalian antara faktor konversi dengan harga produk,

dan bernilai Rp 14.720/kg bahan baku.

Nilai tambah pengolahan sale pisang sebesar Rp 11.284,16/kg bahan baku.

angka ini merupakan selisih antara nilai produk dengan harga bahan baku dan

sumbangan iput lain. Rasio nilai tambah nilai produk sebesar 76,65%. Artinya,

untuk setipa Rp 10.000 nilai produk akan diperoleh nilai tambah Rp 7.665. Nilai

tambah menunjukkan nilai yang besar. Hal ini disebabkan tingginya nilai produk,

sementara harga bahan baku dan sumbangan input lain tidak begitu besar.

Imbalan tenaga kerja merupakan hasil perkalian antara koefisien tenaga

kerja dengan upah rata-rata yang nilainya Rp 5.191,95/kg bahan baku. Sedangkan

bagian tenaga kerja adalah rasio antara imbalan tenaga kerja dengan nilai tambah

yang juga bernilai 46,01%. artinya untuk nilai tambah sebesar Rp 10.000 akan di

alokasikan ke tenaga kerja sebesar Rp 4.601. Keuntungan yang diperoleh dari

proses pengolahan ini sebesar Rp 6.092,21/kg bahan baku. Angka ini diperoleh

dari nilai tambah dikurangi imbalan terhadap terhadap tenaga kerja. Dan tingkat

keutungan yang diperoleh 41,38%. artinya untuk nilai produksi sebesar Rp 10.000

maka keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 4.138.


70

Tabel 15. Hasil Analisis Nilai Tambah Pengolahan Sale pisang gula pasir Industri
Rumahtangga“Kejar Usaha Lestari”di Desa Pallimae Metode Hayami, et
all (1987)

No Output, Input Dan Harga Hasil


1 Hasil/produksi (Kg/proses produksi) 20
2 Bahan baku (Kg/proses produksi) 36
3 Tenaga kerja (Hk/proses produksi) 3,375
4 Faktor konversi = (1)/(2) 0,55
5 Koefisien tenaga kerja = (3)/(2) 0,10
6 Harga produk rata-rata (Rp/kg) 28.000
7 Upah rata-rata (Rp/hk) 28.844,18
Pendaptan Dan Keuntungan
8 Harga bahan baku (Rp/kg) 2.000
9 Sumbangan input lain (Rp/kg) 1.385,84
10 Nilai produk = (4) x (6) (Rp/kg) 13.440
11 a. nilai tambah = (10) – (8) – (9) (Rp/kg) 10.054,16
b. rasio nilai tambah = (11a/10) (%) 74,80
12. a. imbalan tenaga kerja = (5 x 7) (Rp/kg) 3.749,74
b. bagian tenaga kerja = (12a/11a) (%) 37,29
13. a. Keuntungan (11a -12a) (Rp/kg) 6.307,42
b. Tingkat keuntungan (13a/10) (%) 46,93

Kisaran hari kerja berlangsung selama 3,375 hari kerja, sehingga hari kerja

yang dicurahkan oleh 3 orang tenaga kerja adalah 60,75 hari kerja sebulan. Faktor

konversi merupakan perbandngan antara hasil yang diperoleh adalah sebanyak

bahan baku yang digunakan bernilai 0,55 sale gula pasir. Artinya untuk setiap satu

kg pisang gelondongan yang diolah akan diperoleh 0,55 kg dempo pisang.

Koefisien tenaga kerja diperoleh dari rasio antara jumlah hari kerja dengan bahan

baku yang diolah. Hasil perhitunga diperoleh dengan koefisien tenaga kerja

sebesar 0,10 yang diartikan bahwa setiap tenaga kerja dalam satu hari kerja

maupun mengolah bahan baku sebanyak 0,10 kg.


71

Harga produk dempo pisang gula pasir adalah Rp 28.000/kg bahan baku.

Sumbangan iput lain atau bahan penunjang bernilai Rp 1.385,84/kg bahan baku.

Nilai produk merupakan perkalian antara faktor konversi dengan harga produk,

dan bernilai Rp 13.440/kg bahan baku.

Nilai tambah pengolahan dempo pisang gula pasir Rp 10.054,16/kg bahan

baku. angka ini merupakan selisih antara nilai produk dengan harga bahan baku

dan sumbangan input lain. Rasio nilai tambah nilai produk sebesar 74,80%.

Artinya, untuk setipa Rp 10.000 nilai produk akan diperoleh nilai tambah

Rp 7.480. Nilai tambah menunjukkan nilai yang besar. Hal ini disebabkan

tingginya nilai produk, sementara harga bahan baku dan sumbangan input lain

tidak begitu besar.

Imbalan tenaga kerja merupakan hasil perkalian antara koefisien tenaga

kerja dengan upah rata-rata yang nilainya Rp 3.749,74/kg bahan baku. Sedangkan

bagian tenaga kerja adalah rasio antara imbalan tenaga kerja dengan nilai tambah

yang juga bernilai 37,29%. artinya untuk nilai tambah sebesar Rp 10.000 akan di

alokasikan ke tenaga kerja sebesar Rp 3.729. Keuntungan yang diperoleh dari

proses pengolahan ini sebesar Rp 6.304,42/kg bahan baku. Angka ini diperoleh

dari nilai tambah dikurangi imbalan terhadap terhadap tenaga kerja. Dan tingkat

keutungan yang diperoleh 46,93%. artinya untuk nilai produksi sebesar

Rp 10.000, maka keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 4.693.


72

Tabel 16.Hasil Analisis Nilai Tambah Pengolahan Sale pisang gula merah Industri
Rumahtangga“Kejar Usaha Lestari”di Desa Pallimae Metode Hayami, et
all (1987)

No Output, Input Dan Harga Hasil


1 Hasil/produksi (Kg/proses produksi) 16
2 Bahan baku (Kg/proses produksi) 27
3 Tenaga kerja (Hk/proses produksi) 3,375
4 Faktor konversi = (1)/(2) 0,59
5 Koefisien tenaga kerja = (3)/(2) 0,12
6 Harga produk rata-rata (Rp/kg) 28.000
7 Upah rata-rata (Rp/hk) 28.844,18
Pendaptan Dan Keuntungan
8 Harga bahan baku (Rp/kg) 2.000
9 Sumbangan input lain (Rp/kg) 1.302,51
10 Nilai produk = (4) x (6) (Rp/kg) 15.120
11 a. nilai tambah = (10) – (8) – (9) (Rp/kg) 11.817,49
b. rasio nilai tambah = (11a/10) (%) 78,15
12. a. imbalan tenaga kerja = (5 x 7) (Rp/kg) 6.634,16
b. bagian tenaga kerja = (12a/11a) (%) 56,13
13. a. Keuntungan (11a -12a) (Rp/kg) 5.182,84
b. Tingkat keuntungan (13a/10) (%) 34,27

Kisaran hari kerja berlangsung selama 3,375 hari kerja, sehingga hari kerja

yang dicurahkan oleh 3 orang tenaga kerja adalah 60,75 hari kerja sebulan. Faktor

konversi merupakan perbandngan antara hasil yang diperoleh adalah sebanyak

bahan baku yang digunakan bernilai 0,59 sale gula merah. Artinya untuk setiap

satu kg pisang gelondongan yang diolah akan diperoleh 0,59 kg sale pisang.

Koefisien tenaga kerja diperoleh dari rasio antara jumlah hari kerja dengan bahan

baku yang diolah. Hasil perhitunga diperoleh dengan koefisien tenaga kerja

sebesar 0,12 yang diartikan bahwa setiap tenaga kerja dalam satu hari kerja

maupun mengolah bahan baku sebanyak 0,12 kg.


73

Harga produk dempo pisang empat macam varian rasa adalah Rp

28.000/kg bahan baku. Sumbangan iput lain atau bahan penunjang bernilai Rp

1.302,51/kg bahan baku. Nilai produk merupakan perkalian antara faktor konversi

dengan harga produk, dan bernilai Rp 15.120/kg bahan baku.

Nilai tambah pengolahan dempo pisang sebesar Rp 11.817,49/kg bahan

baku. angka ini merupakan selisih antara nilai produk dengan harga bahan baku

dan sumbangan iput lain. Rasio nilai tambah nilai produk sebesar 78,15%.

Artinya, untuk setipa Rp 10.000 nilai produk akan diperoleh nilai tambah Rp

7.815. Nilai tambah menunjukkan nilai yang besar. Hal ini disebabkan tingginya

nilai produk, sementara harga bahan baku dan sumbangan input lain tidak begitu

besar.

Imbalan tenaga kerja merupakan hasil perkalian antara koefisien tenaga

kerja dengan upah rata-rata yang nilainya Rp 6.634,16/kg bahan baku. Sedangkan

bagian tenaga kerja adalah rasio antara imbalan tenaga kerja dengan nilai tambah

yang juga bernilai 56,13%. artinya untuk nilai tambah sebesar Rp 10.000 akan di

alokasikan ke tenaga kerja sebesar Rp 5.613. Keuntungan yang diperoleh dari

proses pengolahan ini sebesar Rp 5.182,84/kg bahan baku. Angka ini diperoleh

dari nilai tambah dikurangi imbalan terhadap terhadap tenaga kerja. Dan tingkat

keutungan yang diperoleh 34,27%. artinya untuk nilai produksi sebesar Rp 10.000

maka keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 3.427.


74

Berdasarkan hasil analisis, nilai tambah yang tercipta dari kegiatan

pengolahan sale pisang dari empat varian rasa mendapatkan nilai tambah yang

berbeda-beda, yang di sebabkan karena penggunaan bahan baku, hasil produksi

dan bahan penunjang yang berbeda-beda pula pada setiap rasa.

Sale pisang segar menciptakan nilai tambah sebesar Rp 11.878,67/kg

dengan keuntungan Rp 1.206,35/kg dan tingkat keuntungan sebesar 8,51%.

Dempo kacang menciptakan nilai tambah sebesar Rp 11.284,16/kg dengan

keuntungan Rp 6.092,21/kg dan tingkat keuntungan 39,91%. Dempo gula pasir

menciptakan nilai tambah sebesar Rp 10.054,16/kg dengan keuntungan Rp

6.307,42 dan tingkat keuntungan sebesar 46,93%. Dempo gula merah menciptkan

nilai tambah sebesar Rp 11.817,49/kg dengan keuntungan Rp 5.182,84/kg dan

keuntungan yang di peroleh adalah sebesar 34,27%.

.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan dalam

penelitian ini:

1. Keragaman pengolahan sale pisang di industri Rumahtangga“Kejar Usaha

Lestari” di Desa Pallimae memiliki empat macam proses dikarenakan

memiliki empat macam varian rasa dan harga yang berbeda pula pada setiap

varian rasa, yaitu Rp 6.000 sale pisang segar , Rp 8.000 sale pisang kacang,

Rp 7.000 sale pisang gula merah dan Rp 7.000 sale pisang gula pasir.

2. Pengolahan dempo pisang industri rumahtangga“Kejar Usaha Lestari” di Desa

Pallimae menghasilkan nilai tambah yang berbeda-beda dalam setiap varian

rasa per kilogram bahan baku yaitu sebesar sale pisang segar Rp

11.878,67/kg, sale pisang kacang Rp 11,284,16, sale pisang gula pasir Rp

10,054,16 dan sale pisang gula merah Rp 11.817,49. Jadi nilai tambah yang

tercipta dari kegiatan pengolahan dari keempat rasa sale pisang ini cukup

besar dan dapat menguntungkan bagi pengolah sale pisang Industri

Rumahtangga“Kejar Usaha Lestari”. Walaupun demikian kegiatan

pengolahan ini dinilai masih relatif kecil. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah

tenaga kerja pengolahan sale pisang masih sangat minim.


76

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka saran yang dapat diajukan

adalah sebagai berikut:

1. Diharapkan responden sebaiknya melakukan proses produksi yang lebih efisien

agar nilai tambah dan keuntungan semakin meningkat.

2. Pengolahan sale pisang sedapat mungkin dijaga kualitas produknya oleh

produsen.

3. Agar meningkatkan mutu produk sale pisang dan memperbaiki kemasan agar

dapat memperluas pasar.

4. Perlu adanya campur tangan pemerintah daerah dalam pemasaran sale pisang,

dengan cara mengangkat isu-isu tentang produk unggulan daerah Kabupaten

Bombana khususnya daerah Kecamatan Poleang seperti sale pisang.


DAFTAR PUSTAKA

Adikusumo, S., 2005.. Kalkulasi harga pokok . tarsito. Bandung.

Alkim, 2012. Analisis nilai tambah dan kelayakan finansial usaha pengelolaan
rumput laut pada kelompok tani tunas bahari di kelurahan bungkutoko
kecamatan abeli kota kendari. Universitas haluoleo. kendari (tidak
dipublikasikan)

Andherta, B.M. 2015. Analisis Nilai Tambah Tomat Rasa Kurma Pada Torakur
Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Departemen
Agribisnis Fakultas Ekonomi Dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Antarlina,S.S., Z. Hikmah, S. Lesmayati, dan D.I. Saderi. 2004. (T. Riyan Hidayat
,. 2009) . Pengkajian Pascapanen Pengolahan Berbagai Jenis Buah
Kerabat Mangga Spesifik Kalimantan Selatan. Pengkajian BPTP
Kalimantan Selatan, .Banjarbaru.

Bishop,C.E. dan Toussaint, 2004. Pengantar analisis ekonomi pertanian.


Terjemahan wisnuaji. Universitas gajahmada. Yogyakarta

Darius, 2011. Nilai Tamnbah. http://berusahatani.blogspot.com/2011/03/nilai-


tambah.html, diakses pada tanggal 20 november 2016.

Darmawan, T., dan Masroh, A .H., 2004. Pentingnya Nilai Tambah Produk
Pangan.https://id.wikipedia.org/wiki/2010/04/Produksi_pisang_di_Indo
nesia di akses pada 20 november 2016.

Hayami.Y., Kawagae,T., Morooka,Y. dan Siregar,M. 1987. Agricultural


marketing and processing in upland java, A prespective from A sunda
village. CGPRT Centre. Bogor.

Hermanto. 2003. Pemasaran hasil pertanian. Griya pratama surabaya.

Hick.1995. Studi Tentang ciri-ciri agroindustri. Tesis. ITB Central Library.


Bandung.http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptu
mm-gdl-s1-2003-anisah9872-455 diakses 5 april 2017

http://budipurnomoagung.blogspot.co.id/2013/04/biaya-dan-penerimaan.html
diakses pada 19 Desember 2016

http://jurnalapapun.blogspot.co.id/2015/02/ pengertian -produksi -menurut-para-


ahli.html. diakses pada 22 november 2016.
78

http://jokosuhartorsugiyatno. blogspot.co.id/2016/05/ materi- penerimaan -dan-


pendistribusian.html akses pada 25 november 2016.

http://www.kajianpustaka.com/2012/11/biaya-produksi.html. di akses pada 25


november 2016.

Kadarsan. H. 1995. Keuangan Pertanian Dan Pembiayaan Perusahaan Agribisnis.


Cetakan Kedua. PT. Gramedia. Jakarta.

Kartasapoetra, G., 1998. Pengantar ekonomi produksi pertanian. Bina aksara.


Jakarta.

................. ....... ,1986. Manajemen Perupahan Pada Perusahaan. Media Aksara. Jakarta.

Kotler, P (2002). Manajemen Pemasaran I, Edisi millennium, Penerbit


Prenhalindo, Jakarta.

Kusnadi dalam buku “Akuntansi Keuangan Menengah (Intermediate): Prinsip,


Prosedur, dan Metode“ .2000. pendapatan
.http://www.gurupendidikan.com/pengertian-pendapatan-menurut-para-
ahli-beserta-jenisnya/#

Makki. M. F. et al. 2001, Nilai Tambah Agroindustri Pada Sistem Agribisnis


Kedelai. Kalimantan Selatan.

Masyhuri. 2000. Pengembangan agroindustri melalui penelitian dan


pengembangan produk yang insentif dan berkesinambungan. Dalam
jurnal agroekonomi vol vii/no 1 juni/ 2000.

Mubarok. 2015. jurnal Analisis nilai tambah dan margin pemasaran pisang
menjadi olahan pisang. Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Djuanda Bogor.

Nurmedika, Marhawati. M, dan Max. N.A. 2013. jurnal Analisis Pendapatan Dan
Nilai Tambah Keripik Nangka Pada Industri Rumah Tangga Tiara Di
Kota Palu. Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Tadulako,
Palu.

Partidirejo , A. 1985. Perhitungan Pendapatan Nasional. LP3ES. Jakarta.

Prayitno. H. Dan L. Arsyad 1987. Petani desa dan kemiskinan BFE. Yogyakarta

Rahim. A. dan D.R.D. Hastuti. 2007. Pengantar teori dan kasus ekonomika
pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta.
79

Riadi M, 2012 Biaya Produksi. Kajian Pustaka. Jakarta.

Slideshre. 2014. www.slideshare.net/septianraha/penelitian-pisang di akses 22


November 2016.

Soeharjo. A Dan Patong D, 1984. Sendi-Sendi Pokok Ilmu Usahatani. Universitas


Hasanuddin. Ujung Pandang.

Soeharjo. A. 2000. Sendi-Sendi Pokok Usahatani . Jurussan Ilmu Sosial Ekonomi


Pertanian. Fakultas Pertanian . Institut Pertanian Bogor.

Sokartawi, 1993. Agribisnis, Teori dan Aplikasinya. Rajawali Press. Jakarta

,2005. Agribisnis teori dan aplikasinya. Raja grafindo persada .


jakarta http://www.amazine.co/23785/sejarah-pisang-asal-dan -kisah-
penyebaran-buah-pisang/ diakses 23 november 2016.

................. ... .2005. Analisis Usahatani. UI-Press. jakarta.

Sunaryono. 1985. Pengendalian jenis-jenis tanaman buah-buahan dan bercocok


tanam buah-buahan penting di indonesia. Sinar baru, bandung.

Suryana. 2005. Arah strategi dan program pembangunan petanian. Departemen


pertanian. Jakarta.

Tjiptono, F. 2000. Pemasaran Strategik. Andi. Yogyakarta.

Tuwo. A. 2011. Ilmu Usahatani: Teori Dan Aplikasi Menuju Sukses. Unhalu
Press. Kendari

Valentina. O. 2009 Analisis Nilai Tambah Ubi Kayu Sebagai Bahan Baku Keripik
Singkong Di Kabupaten Karanganyar. Jurusan Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret

Wikipedia. 2013. Wikipedia.org/wiki/Pendapatan. Diakses pada 25 November


2016.

Zani M, 2011. Analisis Nilai Tambah Dan Efisiensi Pemasaran Kacang Mete Di
Sulawesi Tenggara. Program Pascasarjana Jurusan Agribisnis,
Universitas Haluoleo, Kendari. (Tidak Dipublikasikan).

Zulkifli, 2012. Analisis Pendapatan Dan Nilai Tambah Pada Agroindustri


Keripik Ubikayu di Kecamatan Tanah Luas Kabupaten Aceh Utara.
Universitas Malikussaleh. Aceh Utara.
80

lampiran-lampiran
81

Lampiran 1.

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Kendari, 7 Oktober 1995. penulis

merupakan anak ke dua dari dua bersaudara, dari

pasangan Darwis Lengu dan Dalmia.

Jenjang pendidikan formal yang pernah

ditempuh adalah di SDN 3 Poasia pada tahun 2001 dan

tamat 2007, kemudian melanjutkan kependidikan menengah pertama SMPN 10

Kendari pada tahun 2007 dan tamat tahun 2010, kemudian melanjutkan

pendidikan di SMK Negeri 4 kendari pada tahun 2010 dan tamat tahun 2013.

setelah tamat SMK penulis diterima di perguruan tinggi di Universitas Halu Oleo

(UHO) tahun 2013, di Fakultas Pertanian , Jurusan Agribisnis dengan Program

Studi Sosial Ekonomi Pertanian (SEP) melalui jalur SLMPTN.


82

Lampiran 2.

PETA LOKASI PENELITIAN


83

Lampiran 3. Identitas Responden Pengolah Industri Rumah Tangga “Kejar Usaha


Lestari” di Desa Pallimae Tahun 2017

Nama : Muhammad Yasin

Umur : 45 tahun

Pendidikan Formal : SMA

Jumlah anggota keluarga :3

Pengalaman berusaha : 15 tahun

Berapa kali proses produksi dalam sebulan : Delapan Belas Kali (18)
84

Lampiran 4. Biaya Penyusutan Peralatan Pengolahan Sale Pisang Industri Rumah


Tangga “Kejar Usaha Lestari” Di Desa Pallimae Tahun 2017
No Jenis Jumlah Harga (Rp) Jumlah Umur Nilia
Peralatan (Unit) (Biaya) Ekonomis Penyusutan
(Tahun) (Rp/Bulan)
1. Lemari 2 1.500.000 3.000.000 30 8.333,33
Kaca
2. Kompor 2 200.000 400.000 15 2.222,22
Hock
3. Wajan 2 90.000 180.000 5 3.000
4. Loyang 5 20.000 100.000 2 4.166,67
5 Pisau 3 10.000 30.000 2 1.250,
6 Tampah 7 25.000 175.000 12 1.215,27
7 Sutil 2 20.000 40.000 2 1.666,67
8 Mixer 1 400.000 400.000 5 6.666,67
9 Hekter 1 15.000 15.000 5 250,00
Total Penyusutan Peralatan Per Bulan 28.770,83

Lampiran 5. Biaya Bahan Baku Industri Rumah Tangga “Kejar Usaha Lestari” Di
Desa Palliame Tahun 2017

No Bahan Baku Yang Harga per Bahan Jumlah Biaya Bahan


Produksi Digunakan (kg) Baku per kg Baku Yang Digunakan
(Rp) (Rp/ Proses Produksi)
1 50 2.000 100.000
2 50 2.000 100.000
3 100 2.000 200.000
4 50 2.000 100.000
5 100 2.000 200.000
6 50 2.000 100.000
7 50 2.000 100.000
8 50 2.000 100.000
9 100 2.000 200.000
10 50 2.000 100.000
11 100 2.000 200.000
12 50 2.000 100.000
13 50 2.000 100.000
14 50 2.000 100.000
15 100 2.000 200.000
16 50 2.000 100.000
17 50 2.000 100.000
18 100 2.000 20.0000
jumlah 1200 kg 36.000 2.400.000
85

Lampiran 6. Biaya Bahan Penunjang Yang Dikeluarkan Industri Rumah Tangga


“Kejar Usaha Lestari” di Desa Pallimae Tahun 2017
No Bahan penunjang Volume Satuan Harga(Rp/kg Jumlah (Rp)
Bahan Baku)
1. Minyak tanah 25 Liter 166,67 200.000
2. Minyak goreng 30 Liter 400 480.000
3. Gula pasir 20 Liter 166,67 200.000
4. Gula merah 20 Biji 100 120.000
5. Kacang 15 Liter 200 240.000
6. Tepung terigu 15 Liter 75 90.000
7. Telur ayam 1 Rak 37,5 45.000
8. Mika 22 Lusin 238,33 286.000
9. Plastik pelapis 10 Meter 41,67 50.000
Jumah biaya bahan penunjang 1.425,84 1.711.000

Lampiran 7. Jumlah Jam Dan Hari Kerja Tenaga Kerja Pengolah dempo Pisang
Industri Rumah Tangga “Kejar Usaha Lestari” di Desa Pallimae Tahun
2017

No Proses Jam kerja Tenaga Total jam Harian kerja


produksi (jam) kerja kerja (jam) (hk)
1 2 3 4 5=3x4 6
1 1 9 3 27 3,375
2 1 9 3 27 3,375
3 1 9 3 27 3,375
4 1 9 3 27 3,375
5 1 9 3 27 3,375
6 1 9 3 27 3,375
7 1 9 3 27 3,375
8 1 9 3 27 3,375
9 1 9 3 27 3,375
10 1 9 3 27 3,375
11 1 9 3 27 3,375
12 1 9 3 27 3,375
13 1 9 3 27 3,375
14 1 9 3 27 3,375
15 1 9 3 27 3,375
16 1 9 3 27 3,375
17 1 9 3 27 3,375
18 1 9 3 27 3,375
Jumlah 18 162 54 486 60,75
86

Lampiran 8. Jumlah Upah Pengolah Sale Pisang Industri Rumah Tangga “Kejar Usaha Lestari” di Desa Pallimae Tahun 2017
No produksi Hasil produksi per Upah bahan Jumlah upah Tenaga Kerja Total upah Hari kerja (hk) Upah rata-rata (Rp/hk)
proses produksi (kg) baku/kg per pekerja pekerja
(Rp/Orang) (Rp/TK)
1 2 3 4=2x3 5 6=4x5 7 8=6/7
1 25,5 1.000 25.500 3 76.500 3,375 22.666,67
2 25 1.000 25.000 3 75.000 3,375 22.222,22
3 51 1.000 51.000 3 153.000 3,375 45.373,66
4 22,5 1.000 22.500 3 67.500 3,375 20.000
5 54 1.000 54.000 3 162.000 3,375 48.000
6 24 1.000 24.000 3 72.000 3,375 21.333,33
7 23,7 1.000 23.700 3 71.100 3,375 21.066,67
8 23 1.000 23.000 3 69.000 3,375 20.444,44
9 52 1.000 52.000 3 156.000 3,375 46.222,22
10 25 1.000 25.000 3 75.000 3,375 22.222,22
11 52 1.000 52.000 3 156.000 3,375 46.222,22
12 24 1.000 24.000 3 72.000 3,375 21.333,33
13 24,3 1.000 24.300 3 72.900 3,375 21.600
14 26 1.000 26.000 3 78.000 3,375 23.111,11
15 53 1.000 53.000 3 159.000 3,375 47.111,11
16 25 1.000 25.000 3 75.000 3,375 22.222,22
17 25 1.000 25.000 3 75.000 3,375 22.222,22
18 52 1.000 52.000 3 156.000 3,375 46.222,22
Jumlah 607 12.000 607.000 54 1.839.000 60,75 519.195,86
(∑ )
Rata-rata (X) 33,72 1.000 33.722,22 3 101.116,67 3,375 28.844,18
87

Lampiran 9. Hasil Produksi Sale Pisang Industri Rumah Tangga “Kejar Usaha
Lestari” Di Desa Pallimae Tahun 2017

Proses Bahan Baku Yang Hasil Produksi Per Proses


No.
Produksi Digunakan (Kg) Produksi(Kg)
1 1 50 25,5
2 2 50 25
3 3 100 51
4 4 50 22,5
5 5 100 54
6 6 50 24
7 7 50 23,7
8 8 50 23
9 9 100 52
10 10 50 25
11 11 100 52
12 12 50 24
13 13 50 24,3
14 14 50 26
15 15 100 53
16 16 50 25
17 17 50 25
18 18 100 52
Jumlah 1200 607
88

Lampiran 10. Hasil Produksi Sale Pisang Per Varian Rasa Industri Rumah Tangga
“Kejar Usaha Lestari” Di Desa Pallimae Tahun 2017
No Bahan Baku Hasil produksi sale pisang per varian rasa Hasil
Produksi Yang (kg) produksi
Digunakan Segar Kacang Gula Pasir Gula sale pisang
(kg) Merah (kg)
1 50 3 7 10,5 5 25,5
2 50 4 6 9 6 25
3 100 7 15 20 9 51
4 50 3 5 10,5 4 22,5
5 100 9 11 18 16 54
6 50 4 4 9 7 24
7 50 4 7 6 6,7 23,7
8 50 3 7 9 4 23
9 100 8 15 20 9 52
10 50 3 7 10 5 25
11 100 10 11 18 13 52
12 50 4 6 10 4 24
13 50 3 6 10 5,3 24,3
14 50 4 7 10 5 26
15 100 9 15 14 15 53
16 50 5 5 7 8 25
17 50 4 7 9 5 25
18 100 9 9 21 13 52
Jumlah 1.200 96 150 221 140 607
89

Lampiran 11. Biaya Variabel Per Bulan Industri Rumah Tangga “Kejar Usaha
Lestari” 2017

No Keterangan Harga
(Rp)
1 Penerimaan usaha sale pisang
Total produksi
a. Sale pisang segar = 96kg (384 mika) x 6.000 2.304.000
b. Sale pisang rasa kacang = 150kg (600 mika) x 8.000 4.800.000
c. Sale pisang rasa gula pasir= 221kg (884 mika) x 7.000 5.188.000
d. Sale pisang rasa gula merah=140kg (560 mika) x 7.000 3.920.000
Jumlah total penerimaan produksi 16.212.000
2 Biaya produksi
a. biaya bahan baku 2.400.000
b. biaya penyusutan 28.770,83
c. biaya bahan penunjang 2.053.000
d. biaya tenaga kerja 1.839.000
e. biaya listrik 100.000
Biaya total 6.420.770,83
3 Pendapatan bersih/keuntungan 9.791.229,17
(penerimaan-biaya produksi)

Lampiran 12. Keuntungan Produk 5 Tahun Terkahir Industri Rumah Tangga


“Kejar Usaha Lestari” 2017

Tahun Keuntungan (Rp)


2012 36.000.000
2013 39.600.000
2014 48.000.000
2015 56.400.000
2016 59.133.000
90

Lampiran 13.
Kuisioner Penelitian
Nama Usaha :
Lokasi Usaha :
Nomor Situ :
Nomor Siup :

A. IDENTITAS PEMILIK USAHA

Nama :
Pendidikan :
Umur :
Pengalaman Usaha :
Suku :
No.Hp :

B. KOMPOSISI ANGGOTA RUMAH TANGGA

No Status Dalam Jenis Umur Pendidikan Keterlibatan


Keluarga Kelamin (Tahun) (Tahun) Dalam Usaha
1 Suami

2 Istri

3 Anak

4 Anak

5 Anak

L=laki-laki, P=peremepuan
91

C. CURAHAN WAKTU

1. apakah anda melakukan proses produksi sale pisang setiap hari?

a. Ya b. Tidak

2. Jika tidak berapa kali dalam satu minggu? .........kali

Atau berapa kali dalam satu bulan? ..........kali

3. Dalam melakukan produksi sale pisang, jam berapa anda mulai bekerja?

......................... dan jam berapa selesai? .........................

D. IDENTITAS USAHA

1. Apakah anda memiliki modal sendiri untuk mengelola usaha?

a. Ya b. Tidak

2. Jika ya berapa jumlah modal yang digunakan? Rp............

3. Apakah anda menggunakan modal pinjaman?

a. Ya b. Tidak

4. Jika ya, dari mana sumbernya?..........................................................................

Dan berapa jumlahnya: Rp. ............................

5. berapa lama dicicil :................ tahun, dan berapa cicilannya per bulan:

RP. ..........................

6. Peralatan yang digunakan dalam menjalankan usaha:

No Jenis Peralatan Jumlah Harga Beli Lama Pakai


(Buah) (Rp/Buah) (Tahun)
1 Lemari kaca

2 Kompor

3 Wajan

4 Loyang

5 Baskom
92

6 Pisau

7 Talenan

8 Tamapah

10

11

12

7. Jumlah bahan baku dan bahan penunjang yang anda gunakan dalam
melakukan proses produksi sale pisang selam bulan desember?

No Jenis Biaya Jumlah Harga

1 Buah pisang

2 Minyak goreng

3 Tepung terigu

4 Telur

5 Gula pasir

6 Gula merah

7 Kacang

8 Mika

9 Minyak tanah

10

11

12

13
93

14

15
16
17

8. Dimana lokasi membeli bahan baku dan bahan penunjang? ............................

..........................................................................................................................

9. Berapa biaya transportasi yang dikeluarkan dalam membeli bahan baku dan
bahan penunjang tersebut selama satu bulan?.........................................

10. Berapa pajak usaha yang dibayar pertahun? Rp..............................

11. Berapa biaya retribusi yang dibayarkan?..............................

12. Berapa biaya listrik yang dibayarkan untuk keperluan pengolahan sale pisang?
Rp ....................................

13. Berapa orang tenaga kerja yang dipekerjakan? ............... orang

14. Biasanya tenaga kerja tersebut mulai bekerja mengolah sale pisang jam
berapa? jam ................ dan selesai jam berapa? jam ............

15. berapa jumlah bahan baku pisang ( buah pisang) yang mereka habiskan
selama jam tersebut?............

16. Berapa upah tenaga kerja tersebut?Rp .................

17. Jumlah produksi dan harga selama bulan Desember

No Jenis Produk Yang Dijual Jumlah Harga


1. Sale pisang segar
2. Sale pisang goreng kacang
3. Sale pisang goreng gula merah
4. Sale pisang goreng gula pasir
94

E. PENDAPATAN ANGGOTA KELUARGA

No Anggota Jenis Pekerjaan Pendapatan


keluarga (Rp/Bulan)
1. Suami
2.. Istri
3. Anak ke-1
4. Anak ke-2
5.
6.

F. KENDALA DAN HARAPAN

1. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi atau dirasakan dalam menjalankan


usaha selama ini?

a) Dari Pemerintah?
b) Dari Masyarakat?
c) Dari Keluarga?

2. Apa yang masih anda butuhkan dalam menjalankan


usaha?.................................

...............................................................................................................................

...............................................................................................................................

3. Apa harapan anda, terutama dari pemrintah terkait dengan usaha yang anda
jalankan ? .............................................................................................................

G. LAIN-LAIN

1. Apa anda mempunyai pembukuan keuangan dalam menjalankan usaha ini?


a.Ya b.Tidak
95

2. Jika ya, apakah anda tau cara membuat pembukuan keuangan usaha yang
baik?......................................................................................................................

3. Jika tidak, mengapa ?


............................................................................................

4. Pisang apa yang anda gunakan dalam pembuatan sale pisang?

...............................

5. Mengapa anda menggunakan jenis pisang tersebut?

.........................................................................................................

6. Minyak goreng apa yang anda gunakan dalam kegiatan usaha?

.....................................................

7. Mengapa anda menggunakan jenis minyak tersebut?

.......................................................................................................

8. Apakah minyak sisa penggorengan, anda masih gunakan untuk menggoreng


pada proses produksi berikutnya? a.Ya b.Tidak

9. Jika ya mengapa? .................................

dan sampai berapa kali proses produksi digunakan?................ kali

10. Jika tidak mengapa? .......................................................................................

11. Kalau tidak digunakan lagi, sisa minyak penggorengan digunaka untuk apa?

.........................................................................................................................

12. Apakah anda mengetahui bahwa penggunaan minyak goreng yang berulang-
ulang atau minyak bekas “ berbahaya”? a. Ya b. Tidak
96

Lampiran 14

Dokumentasi Penelitian

Kantor Desa Pallimae

Pengambilan Data Desa Di Kantor Desa Pallimae


97

Industri Rumah Tangga ”Kejar Usaha Lestari”


98

Peralatan yang digunakan di Industri Rumah Tangga “Kejar Usaha Lestari”

Kompor Hock Lemari Kaca

Wajan Baskom Pisau

Tampah Mixer Sutil


99

Bahan yang digunkan untuk pengolahan sale pisang di Industri Rumah Tangga
“Kejar Usaha Lestari”

Minyak Goreng Gula Pasir Pisang Raja

Gula Merah Kacang Minyak Tanah

Tepung Terigu Telur


100

Proses Pengolahan Pisang Menjadi Sale Pisang Industr Rumah Tangga “Kejar
Usaha Lestari”

Pengupasan Kulit Pisang Penyimpanan Pertama(Diperam) Buah Pisang Dibelah


1 Malam 2 Sebelum Dijemur

Proses Penjemuran Pisang

Penyimpanan kedua (diperam) pisang tersebut sudah bisa dikatakan sale segar dan
langsung bisa dikemas.
101

Penggorengan Ketiga Varian Rasa (Kacang Gula Merah Dan Gula Pasir)

1.prose pengolahan sale gula pasir

Sale segar yang gula pasir telut tepung terigu


menjadibahan baku
untuk diolah

adonan yang dicampur pencampuran adonan penggorenan


gula pasir,telur dan tepung dan dempo segar
terigu

sale pisang goreng rasa gula pasir


102

2. pengolahan sale pisang gula merah

Sale segar yang menjadi gula merah telur tepung terigu


bahan baku untuk ,
diolah

adonan yang dicampurkan pemcampuran adonan penggorengan


gula merah, telur dan tepung dan dempo pisang segar
terigu

Sale Gula Merah


103

3. pengolahan sale kacang

dempo segar yang dempo yang digor- gula merah kacang


menjadi bahan oreng tanpa meng-
baku yang diolah gunakan adonan

gula merah dilelehkan dimasukan dempo yang sudah ditaburi kacang selagi
digoreng dan dicampur gula masih panas
yang sudah leleh

lalu diaduk sampai rata Sale Kacang


104

Proses Pengemasan Keempat dempo Pisang

sale gula pasir sale gula merah

sale kacang sale seg


105

Buah pisang yang akan dijual di Bau-Bau

Buah pisang yang akan dijual di Kendari

Anda mungkin juga menyukai