I.1.
PENDAHULUAN
Letak Geografis
Praktik kerja dilaksanakan di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit 1
yaitu perusahaan yang bergerak dibidang pembibitan ayam petelur dan penetasan
telur. Perusahaan ini terletak di Desa Winong, Kecamatan Gempol, Kabupaten
Pasuruan, Provinsi Jawa Timur. Luas lahan dari perusahaan tersebut adalah 43
hektar dengan bangunan-bangunan yang terdapat di dalamnya berupa kandang
(farm), hatchery, mess staff dan karyawan, kantor administrasi, post satpam,
tempat parkir, koperasi, kantin dan musholah. Letak lokasi peternakan 150
meter dari pemukiman penduduk. Jarak lokasi peternakan tersebut dapat
dikatakan cukup baik karena jauh dari lokasi pemukiman penduduk. Sudhiana
(2002) menyatakan bahwa jarak lokasi peternakan dengan pemukiman dapat
dikatakan dekat apabila dalam jarak 50-100 meter dan dikatakan jauh dalam jarak
lebih dari 100 meter. Batas-batas wilayah PT. Charoen Pokphand Unit 1 Desa
Winong, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan adalah:
Sebelah Utara
Sebelah Selatan
Sebelah Barat
SebelahTimur
II.
METODE
II.1. Materi
2.1.1. Farm
Materi yang digunakan dalam praktik kerja diusaha pemeliharaan ayam
bibit induk (Parent stock) PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit 1 Pasuruan
adalah : 1) Ayam bibit induk di flock G yaitu kandang 13 dan 14 dengan strain Isa
Brown. Kandang 13 = jantan 728 ekor, betina 10.128 ekor dengan umur 68
minggu atau 45 minggu umur produksi dan kandang 14 = jantan 728 ekor, betina
10.050 ekor dengan umur 68 minggu atau 45 minggu umur produksi, 2) bangunan
kandang tipe tertutup atau close house berjumlah 17 kandang beserta peralatan di
dalamnya, 3) perlengkapan inseminasi buatan (IB), 4) pakan produksi PT.
Chareon Pokphand dengan kode 534 HG (untuk betina) dan kode 535 (untuk
jantan) pada periode produksi atau layer, 5) fasilitas lain penunjang kegiatan
pemeliharaan ayam bibit induk seperti truk pengangkut pakan dan truk
pengangkut telur.
2.1.2. Hetchery
Materi yang digunakan dalam praktik kerja diusaha penetasan telur ayam
bibit induk (Parent stock) PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit 1 Pasuruan
adalah: 1) Telur dari ayam bibit induk (Parent stock) dengan strain Isa Brown,
Lohman dan hylen, 2) bangunan tempat usaha penetasan tertutup terdapat 24
mesin setter, 24 mesin hatcher dan terdapat 3 Holding Room dan 2 ruang PreHeat, 3) ruangan Pull Chick yang terdiri atas ruang sexing, ruang potong paruh,
ruang grading, ruang vaksinasi dan ruang pengepakan, 4) vaksin dan
perlengkapan pendukung vaksin, 5) fasilitas penunjang kegiatan penetasan telur
seperti kantor, laboratorium, gudang alat dan boks, ruang pencucian alat dan
musholah.
2.2. Prosedur Kerja
2.2.1. Kegiatan Rutin
Kegiatan rutin di Farm PT. Charoen Pokphand Jaya Farm unit 1 Pasuruan
meliputi program biosecurity, pemberian pakan dan meratakan pakan, pemberian
air minum, pengambilan dan grading serta fumigasi telur. Kegiatan rutin di
Hatchery PT. Charoen Pokphand Jaya Farm unit 1 Pasuruan meliputi program
sanitasi dan fumigasi dan penerimaan hatching eggs ( HE) dari Breeding farm.
2.2.2. Kegiatan Insidental
Kegiatan insidental di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm unit 1 Pasuruan
meliputi perkawinan secara Inseminasi Buatan (IB) dan pengawasan kandang
(kontrol malam). Kegiatan insidental di Hatchery PT. Charoen Pokphand Jaya
Farm unit 1 Pasuruan meliputi setting kereta telur, transfer telur, dan pull chick.
2.2.3. Kegiatan Penunjang
Kegiatan penunjang yang dilakukan di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm
unit 1 Pasuruan meliputi pengamatan kandang yang terdiri atas pengamatan tipe
dan jenis atap kandang, luas kandang, dan peralatan yang ada dalam kandang.
Kegiatan penunjang di Hatchery PT. Charoen Pokphand Jaya Farm unit 1
Pasuruan meliputi perlabelan boks DOC.
2.3. Waktu dan Tempat
Kegiatan praktik kerja dilakukan mulai tanggal 15 Januari sampai dengan
16 Februari 2015 dan pelaksanaan praktik kerja dilaksanakan di PT. Chaeron
Pokphand Jaya Farm Unit 1 yang beralamat di Desa Winong, Kecamatan Gempol,
Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.
III.
III.1. Kegiatan Rutin
Kegiatan rutin di Farm PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit 1 Pasuruan
meliputi program biosecurity, pemberian pakan, pemberian air minum, grading
ayam, pengambilan dan grading serta fumigasi telur. Kegiatan rutin di Hatchery
PT. Charoen Pokphand Jaya Farm unit 1 Pasuruan meliputi program sanitasi dan
fumigasi dan penerimaan hatching eggs ( HE ) dari Breeding farm.
3.1.1. Farm
Kegiatan rutin di Farm PT. Charoen Pokphand Jaya Farm unit 1 Pasuruan
meliputi program biosecurity, pemberian pakan, pemberian air minum,
pengambilan dan grading serta fumigasi telur.
1. Program Biosekuritas (Biosecurity)
Biosekuritas berasal dari kata asing biosecurity yaitu bio artinya hidup dan
security artinya perlindungan atau pengamanan. Jadi biosecurity adalah sejenis
program yang dirancang untuk melindungi kehidupan. Dalam arti yang sederhana
untuk peternakan ayam, biosecurity adalah menjauhkan kuman atau bibit penyakit
dari tubuh ayam dan menjaga ayam. Winkel (1997) menyatakan bahwa
biosekuritas merupakan suatu sistem untuk mencegah penyakit baik klinis
maupun subklinis, yang berarti sistem untuk mengoptimalkan produksi unggas
secara keseluruhan, dan merupakan bagian untuk mensejahterakan hewan (animal
welfare). Tujuan dari program biosecurity adalah meminimalisasi masuknya
sumber dan penyebab penyakit yang dapat menyerang ternak. Perhatian khusus
diberikan untuk memperkecil resiko penyakit yang dapat menular dari hewan ke
manusia (zoonosis) seperti Avian Influenza. Program biosecurity sangat penting
dalam pelaksanaan manajemen pemeliharaan. Program biosecurity di PT. Charoen
Pokphand Jaya Farm Unit 1 Pasuruan meliputi biosecurity untuk kendaraan,
karyawan atau staff dan visitor, serta UV box (untuk barang-barang yang tidak
boleh terkena air), lingkungan kandang serta lingkungan farm.
Hadi (2005) menyatakan bahwa pada awalnya konsep biosekuritas
diterapkan untuk menghasilkan unggas yang bebas penyakit tertentu (spesific
patogen free) guna keperluan penelitian secara eksperimental. Namun, penelitian
tadi kemudian mengalami perkembangan dan telah diterapkan pada berbagai jenis
usaha peternakan sebagai upaya praktis untuk mencegah masuknya organisme
penyebab penyakit (patogen) dari luar ke dalam peternakan. Biosecurity
diterapkan juga di negara-negara berdaulat sebagai upaya untuk melindungi
industri peternakannya dari berbagai penyakit berbahaya yang tidak ditemukan di
wilayahnya (penyakit eksotik).
Aspek-aspek yang menjadi ruang lingkup program biosekuritas adalah
upaya membebaskan adanya penyakit-penyakit tertentu, memberantas dan
mengendalikan pengakit-penyakit tertentu, memberikan kondisi lingkungan yang
layak bagi kehidupan ayam, mengamankan keadaan produk yang dihasilkan,
mengamankan resiko bagi konsumen, dan resiko bagi karyawan yang terlibat
dalam tatalaksana usaha peternakan ayam. Aspek-aspek tersebut bagi industri
peternakan ayam sangat dituntut mengingat cara pemeliharaannya yang
dikandangkan, dan dipelihara dalam jumlah yang banyak. Sebagai akibatnya ayam
rentan terhadap ancaman berbagai macam penyakit baik yang menular maupun
tidak menular. Hadi (2005) menyatakan bahwa oleh karena itu diperlukan
perhatian yang lebih dalam pelaksanaannya, juga perlakuan terhadap ayam mati,
kehadiran lalat, dan bau yang kerap kali menimbulkan gangguan bagi penduduk
sekitarnya.
Muharsini (2012) menyatakan bahwa terdapat tiga perlakuan utama dalam
biosecurity yaitu isolasi, kontrol lalu lintas ternak dan manusia serta sanitasi.
Kontrol lalu lintas dan sanitasi merupakan metode yang efektif untuk
mengendalikan manajemen resiko suatu penyakit pada satu flock. Bila dua
komponen tersebut diabaikan, maka dengan melakukan sanitasi akan sangat
membantu prinsip biosecurity tersebut. Sanitasi adalah pembersihan dan
desinfeksi semua peralatan dan bahan yang masuk maupun yang ada di
peternakan, termasuk kebersihan petugas kandangnya. Semua komponen tersebut
sangat krusial untuk mengeliminasi keberadaan agen penyakit. Manajemen
peternakan harus mengontrol beberapa faktor yang dapat menyebabkan
penyebaran penyakit antara lain : pembuangan bangkai ayam, ayam sakit, kontak
dengan objek terkontaminasi seperti pakaian, sepatu, pakan dan lain-lain.
Biosecurity di peternakan ayam menjadi penting, karena pemeliharaan ayam
umumnya masal dan agribisnis yang melibatkan banyak komponen, selain itu
banyak penyakit ayam yang bersifat contangious (cepat menular) dengan
morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) yang tinggi.
Program biosecurity yang dilakukan di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm
Unit 1 Pasuruan meliputi sanitasi di pintu gerbang dan pintu kandang. Sanitasi di
pintu gerbang suatu peternakan adalah tempat pertama bagi orang yang akan
masuk komplek peternakan dan merupakan titik awal keberhasilan suatu
peternakan terbebas dari wabah atau serangan penyakit. Pintu gerbang perusahaan
mengkondisikan bahwa setiap orang maupun kendaraan tidak sembarang dapat
keluar masuk peternakan, dan pintu selalu dijaga ketat oleh petugas.
10
11
12
2. Pemberian Pakan
Pakan merupakan bahan yang sangat penting untuk mendukung
kelangsungan hidup ternak. Pakan digunakan oleh ternak untuk memenuhi
kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, produksi dan reproduksi. Pakan yang
diberikan pada ternak prinsipnya harus seimbang, artinya pakan yang diberikan
harus mengandung nutrien dalam jumlah dan kualitas yang sesuai dengan tujuan
pemeliharaan dan kebutuhan ternak tersebut sehingga tidak terjadi defisiensi
ataupun kelebihan pakan.
Standar Nasional Indonesia (2011) menyatakan bahwa pakan merupakan
makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah yang
diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi dan berkembang
biak. Sedangkan pakan bibit induk (parent stock) ayam ras tipe petelur layer
adalah pakan yang mengandung zat gizi yang lengkap dan seimbang yang
memenuhi kebutuhan bibit induk (parent stock) ayam ras tipe petelur layer. Pakan
ayam bibit induk (parent stock) ayam ras tipe petelur layer memiliki persyaratan
mutu sesuai dengan Tabel 1.
13
Parameter
Kadar air (maks)
Protein kasar (min)
Lemak kasar (min)
Serat kasar (maks)
Abu (maks)
Kalsium. (Ca)
Fosfor (P) total
Fospor (P) tersedia (min)
Aflatoksin. (maks)
Energi metabolic (maks)
Asam amino :
Lisin (min)
11
Metionin (min)
Metionin + sistem (min)
Triptophan (min)
Sumber : SNI (2011)
Satuan
%
%
%
%
%
Persyaratan
13,0
16,0
3,0
6,0
14,0
%
%
g/kg
kkal/kg
0,6-0,8
0,40
40,0
2700
0,75
0,40
0,69
0,17
15,00
3,86
2,21
9,99
2,85
0,66
0,18
Jumlah
Awal
Pakan
Masuk
2100 kg
300 kg
Pemakaian
Male
60 kg
Female
1025 kg
-
Jumlah
Akhir
1075 kg
240 kg
Pemberian pakan pada ayam betina di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm
unit 1 Pasuruan dengan menggunakan tempat pakan otomatis yaitu automatic
female chain feeder atau feeder through yang memanjang dilengkapi rantai untuk
memutar pakan. feeder through berfungsi mempersingkat waktu pemberian pakan.
Pemberian pakan dilakukan dua (2) kali sehari yaitu pagi hari pukul 09.00 dan
14
sore hari pukul 14.00 WIB, setelah grading telur pagi dan sore. Sebelum
dilakukan grading yang ke tiga tenaga kerja melakukan perataan pakan. Trough
dibagi menjadi 8 jalur, setiap 2 jalur Trough memiliki 1 robot pakan sehingga 1
kandang terdiri dari 4 robot pakan.
Fadilah (2004) menyatakan bahwa pemberian pakan secara otomatis
dilakukan dengan menggunakan alat tertentu yang dapat bergerak secara otomatis
ke seluruh bagian kandang. Pemberian pakan menggunakan alat yang disebut
dengan tempat pakan otomatis (automatic feeder). Tempat pakan yang sering
digunakan adalah sistem rantai (chain feeder) dan sistem pipa (auger). Tempat
pakan otomatis biasanya digunakan di kandang tertutup, karena lebih efisien
dibandingkan dengan cara manual. Beberapa keuntungan menggunakan tempat
pakan otomatis sebagai berikut :
1. Pakan yang terbuang atau tumpah bisa ditekan seminimal mungkin.
2. Pakan akan terdistribusi secara merata pada jalur (line) yang telah
ditentukan.
3. Setiap ayam akan mendapatkan pakan dengan kesempatan yang sama
(kompetisi antar ayam dapat ditekan).
4. Tidak memerlukan tenaga kerja yang banyak.
5. Waktu pemberian dapat diatur (menggunakan timer) sehingga dapat
disesuaikan dengan kebutuhan ayam.
6. Sistem tempat pakan otomatis cocok diterapkan didaerah beriklim
tropis. Tempat pakan ini dikombinasikan dengan sistem ventilasi
kandang terkontrol sehingga konversi pakan rendah.
Selain menguntungkan, penggunaan tempat pakan otomatis juga dapat
menimbulkan kerugian sebagai berikut :
15
persis
cara
16
Umur
(Minggu)
Strain Ayam
Sex
13
45
Isa Brown
Betina
Jantan
Point Feed
aktual
(kg)
70,84
57,69
Standar
Point Feed
(kg)
78,4
57,24
17
ayam betina per hari atau 112 gram/ekor/hari, antara pakan yang diberikan dan
standar point feed untuk ayam betina tidak sesuai dengan standar yang ditentukan.
Standar point feed untuk ayam jantan adalah 57,69 kg untuk 100 ekor ayam
jantan. Artinya pemberian pakan 8,24 kg untuk 100 ekor ayam jantan per hari atau
82,4 gram/ekor/hari,
standar point feed. Pakan berfungsi untuk kebutuhan hidup pokok, kebutuhan
unuk pertumbuhan jaringan, kebutuhan untuk pertumbuhan bulu, kebutuhan untuk
1 butir telur. Adapun tatalaksana atau proses kerja yang dilakukan dalam
persiapan pemberian pakan baik untuk jantan maupun untuk betina: 1) pada ayam
betina, pekerja kandang hanya tinggal menekan tombol saja, nantinya female
chain feeder tersebut akan berjalan sendiri secara otomatis. Pakan yang diberikan
adalah pakan yang telah disiapkan di dalam box atau hopper dari hari sebelumnya.
Jadi setetah box kosong, maka hari itu juga diisi untuk didistribusikan pada esok
paginya. Pemberian pakan dilakukan selama satu jam yaitu pada pukul 09.00
10.00 dan pada sore hari yaitu pukul 14.00 15.00 dengan 4 menit hidup (on) dan
6 menit mati (off) begitu seterusnya. Cara kerjanya diatur dengan menggunakan
sebuah alat yang dinamakan dengan timer. Setelah ayam makan, dilakukan
pengontrolan sisa pakan yang ada pada trough, apabila pada trough tersebut sisa
pakan yang ada masih banyak maka pakan diratakan. 2) Pada ayam jantan,
persiapan yang dimulai pertama kali yaitu : (a) Menyediakan pakan yang akan
diberikan; (b) pemberian pakan dilakukan secara manual, (c) pada trough
diratakan secara manual. Jumlah pakan yang diberikan harus sesuai dengan
takaran yang telah ditentukan perusahaan.
18
Gambar 5. throuh
19
dalam torn-torn (tandon air) yang terdapat disetiap kandang, dengan kapasitas
1000 L untuk setiap torn (tandon air) dan ditambahkan kaporit 200 g setiap torn
(tandon air), dalam satu kandang terdapat dua torn (tandon air).
Ayam memperoleh air dari tiga sumber yaitu air minum, air dari bahan
makanan, dan air dari hasil oksidasi karbohidrat, lemak, dan protein. Ransum
komersial unggas mengandung air kurang lebih 10 %, jadi kebutuhan air bagi
ayam sebagian besar berasal dari air minum. Konsumsi air pada ayam petelur
umumnya dipengaruhi oleh umur, temperatur lingkungan, produksi, konsumsi
ransum dan kesehatan ayam (Anggorodi, 1985; Swick, 1999 dalam Risnajati,
2011).
Air minum yang diberikan pada ayam harus cukup serta baik kualitasnya.
Kualitas air dipengaruhi oleh antara lain 1. pH air, 2. kadar magnesium, 3. kadar
nitrat dan nitrit, 4. kadar sodium/klorida dan 5. adanya bakteri Eschericia coli. Air
minum yang bersih dan dingin adalah baik diberikan pada ayam terutama saat
waktu udara panas karena ayam memerlukan persediaan air yang bersih dan
dingin secara tetap untuk pertumbuhan optimum, produksi, dan efisiensi
penggunaan ransum (Anggorodi, 1985). Dalam kondisi tersebut, maka diperlukan
air minum dalam jumlah yang cukup agar produksi dan pertumbuhan optimum
tetap tercapai.
Pemberian air minum juga dapat dibarengi dengan penambahan lain
seperti vitamin dan probiotik. Nugroho, dkk (2011) menyatakan bahwa
pertumbuhan dan perkembangan ternak dapat ditunjang dengan memberikan
tambahan suplemen probiotik pada ayam petelur periode starter sampai grower
agar di dapatkan performan produksi fase layer yang optimal sesuai standar
20
Gambar 7. Nipple
Air dialirkan dari torn (tandon air) dalam kandang menuju puting-puting atau
nozle nipple. Satu puting nipple diasumsikan untuk 6 ekor ayam betina dan satu
puting nipple untuk 1-2 ekor jantan, jarak antara nipple satu ke nipple yang lain
untuk betina adalah 80 cm dan untuk jantan adalah 33 cm. Jumlah konsumsi air
minum pada periode layer yaitu 2.2 2.5 kali dari jumlah konsumsi pakan.
21
Gambar 8. Regulator
Air minum diberikan secara ad-libitum sehingga keadaan kandang menjadi
lembab atau menyebabkan amoniak (NH3) naik serta dapat menimbulkan bau
dalam kandang yang secara otomatis akan mengganggu pernapasan pada ayam.
Anak kandang setiap hari mengecek nipple dan indikator air, untuk mengetahui
lancar atau tidaknya aliran air. Aliran air dikatakan tersumbat apabila nipple saat
dipencet dengan jari tidak keluar airnya, dan dilihat dari indikator bahwa air tidak
ada atau tidak terlihat.
4. Pengambilan Telur, Grading Telur dan Fumigasi Telur
Pengambilan telur dilakukan 5 kali per hari yaitu pada pukul 08.00
09.00, pukul 09.00 10.00, pukul 10.30 11.00, pukul 14.00 14.30, dan
pengambilan telur kelima pukul 15.00 15.15 WIB dilakukan secara manual
karena produksi telur sudah sedikit. Pengambilan telur pukul 09.00 10.00 dan
14.00 14.30 biasanya menghasilkan telur yang paling banyak dibandingkan
waktu-waktu yang lainnya karena pada waktu itu energi ayam telah termanfaatkan
secara sempurna dan waktu pembentukan telur juga telah optimal yaitu 25 jam.
Telur yang diambil diletakkan pada egg tray yang kapasitasnya 36 atau 42
butir. Telur yang rusak, kecil, jumbo dan pecah diletakkan pada egg tray terpisah.
Setelah pengambilan telur juga dilakukan pemisahan telur yang tidak normal
(kecil, lonjong, kerabang keriput, jumbo dan lain-lain). Untuk memudahkan
pengambilan telur dalam kandang, digunakan alat yang bernama egg
collectormachine (Mesin Pengumpul Telur). Egg collector machine dilengkapi
dengan tali tambang yang lebar dan pipih yang diterapkan pada sangkar kandang,
22
kemudian telur dari belakang akan dibawa kedepan dan telur siap digrading.
Grade Hatching Egg disajikan dalam Tabel 5.
23
Persentase/hari
83%
11%
0%
0%
6%
Grading telur merupakan kegiatan seleksi telur yang harus dilakukan agar
mendapatkan DOC yang berkualitas. Kriteria telur tetas dalam seleksi meliputi
keutuhan telur, bobot telur, bentuk telur normal, kebersihan telur. Bobot telur
standar yang masuk kategori HE (Hatching Egg) meliputi 5 grade yaitu grade A3,
A2, A1, dan B dan grade B1 biasanya dimasukkan ke dalam telur komersil.
Grading telur yang di Farm Unit 1 Pasuruan dilakukan setelah pengambilan telur,
dan setelah di grading maka telur disimpan pada egg bag dengan kapasitas lebih
besar dan di fumigasi dengan forcen fumigant dan formalin. Telur yang lolos
seleksi ditempatkan di egg tray, dan disusun di egg bag sesuai dengan kandang
dan hari pengumpulan untuk diangkut dan dikirim ke bagian hatchery. Farm
Charoen Pokphand Unit 1 Pasuruan merupakan salah satu farm terbesar di
Indonesia sehingga dalam satu kawasan terdapat farm breeding dan hatchery yang
setiap hari terus beroperasi. Hatchery Charoen Pokphand Unit 1 Pasuruan
menerima telur bukan hanya dari farm Pasuruan akan tetapi dari luar Pasuruan
seperti berasal dari farm Satwa Utama Raya (SUR 2), Satwa Utama Raya 3
(Makasar) dan TC. Pandaan.
Produksi telur harian pada tanggal 13 februari 2015 kandang 13 adalah
6215 butir dan memiliki persentase produksi sebesar 61,36%. Persentase produksi
24
dipengaruhi kondisi induk itu sendiri, jika induk kekurangan protein atau sakit
maka otomatis produksinya terhenti sementara sebelum mendapat pengobatan, hal
tersebut mempengaruhi persentase produksi kandang harian. Telur HE kandang 13
mencapai 5832 butir atau 93,83% dari total telur yang diproduksi pada hari
tersebut. Telur yang gagal HE mencapai 6,17% disebabkan oleh kondisi telur yang
tidak lolos seleksi.
Penghitungan Produksi telur (Hen Day Production), Presentase telur tetas
(HE) serta HHP (Hen House Production) dapat diketahui sebai berikut. Untuk
perhitungan % HDP di dapatkan hasil sebesar 61,36 %. Pada persentase telur tetas
(HE) didapatkan hasil sebesar 93,83 %. Serta pada perhitungan % HHP
didapatkan hasil sebesar 61,36 %. Pada perhitungan % HDP dan % HHP
didapatkan hasil yang sama karena data yang digunakan untung menghitung %
HDP dan % HHP hanya menggunakan data produksi pada tanggal 13 februari
2015. Untuk menghitung HDP dan HHP seharusnya menggunakan minimal 7 hari
data produksi, sedangkan data yang digunakan hanya data produksi pada 1 hari
sehingga perhitungan % HDP dan % HHP didapatkan hasil yang sama.
Tabel 6. Pengambilan telur kandang 13
Pengambilan Telur
Total
Ke Jam
Tray Butir
PE
1 08.00 51 24
1860
Grade
Pecah
Total Tipis RetakJumlah
A3
A2
1412 328 1740 87 25 112 20
09.00
53
17
1925
32
124
18
10.30
19
16
700
583
21
16
37
14.00
39
29
1433
20
45
15.15
297
230
14
6215
Total
HE
57 640
24 254
Telur Komersial
51
25
Telur tetas yang telah lolos seleksi kemudian dimasukkan ke dalam ruang
fumigasi berukuran 1,5 m x 3 m. Fumigasi merupakan kegiatan yang bertujuan
untuk membunuh mikroorganisme patogen penyebab kerusakan pada telur.
Fumigasi dilakukan di dalam ruang fumigasi agar gas yang dihasilkan dari proses
fumigasi tidak menyebar. Fumigasi dilakukan selama 10 menit dengan dosis 280 g
KMnO4 dan 560 ml formalin (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006 dalam
Baktiningsih, 2013). Fumigasi yang dilakukan di farm selama 20 menit
menggunakan forcen fumigant 15 gram dan 30 cc formalin. Fumigasi dilakukan
untuk membunuh kuman penyakit atau mikroba yang menempel pada telur.
26
3.1.2. Hatchery
Kegiatan rutin di Hatchery PT. Charoen Pokphand Jaya Farm unit 1 Pasuruan
meliputi program sanitasi dan fumigasi dan penerimaan hatching eggs ( HE ) dari
Breeding farm.
1. Sanitasi dan Fumigasi
Sanitasi dan Fumigasi dilakukan oleh karyawan dalam waktu-waktu
tertentu yaitu setiap hari pukul 08.00 dan setelah transfer telur yaitu pukul 15.30
dan minggu pertama setiap awal bulan pukul 16.00 baik di mesin setter maupun
mesin hatcher. Sanitasi yang dilakukan meliputi fogging desinfektan, semprot
lantai, fumigasi kabin dan spray formalin seperti pada tabel berikut :
Tabel 7. Dosis dan Waktu Pelaksanaan Sanitasi
Desinfektan
Dosis
Waktu
3
Textrol :
250 cc : 28,3 m
Setiap hari pukul
Clinafarm : air
08.00
Bestaquam : air
25 ml : 50000 ml
Setelah transfer
pukul 15.30
Fumigasi kabin
Air : textrol :
1 lt : 50 ml : 50 ml 1 minggu sekali
bestaquam
Spray
Air : bestaquam
1 lt : 20 ml
Minggu pertama
setiap awal bulan
(pukul 16.00)
Jenis
Fogging
desinfektan
Semprot lantai
27
28
29
30
3.2.1. Farm
Kegiatan insidental di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm unit 1 Pasuruan
meliputi perkawinan secara Inseminasi Buatan (IB) dan pengawasan kandang
(kontrol malam).
1. Perkawinan Secara Inseminasi Buatan (IB)
Perkawinan yang dilakukan di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit 1
Pasuruan yaitu dengan menggunakan teknik perkawinan secara Inseminasi buatan
(IB). Inseminasi buatan (IB) pada unggas, sebenamya sudah dikenal sebelum
tahun 1926 di daratan China yang pada saat itu IB dilaksanakan untuk ternak itik.
31
25 tahun kemudian IB dipraktekkan di Eropa Timur dan Israel pada angsa. Namun
dalam
perkembangannya
hingga
saat
ini
sudah
jauh
dikenal
untuk
32
saat pemakaian selalu dikontrol sekiranya skala yang sudah disetting berubah.
Alkohol dan kapas digunakan untuk membersihkan feses yang keluar saat proses
membuka cloaca ayam betina dan bertujuan untuk mencegah penyebaran virus,
bakteri dan telur cacing yang ada dalam feses ketubuh ayam lain melalui cloaca,
karena kontak langsung dengan tips pipet yang terkena feses. Glass Collector
digunakan untuk menampung semen dari ayam jantan dengan kapasitas 20 CC,
sebelum dipakai harus disterilisasi.
B
C
A
D
F
33
34
35
tersebut terjadi maka perlu penanganan cepat supaya penyakit tersebut tidak
menyebar secara luas.
pertumbuhan
embrio,
menghambat
fiskositas
telur
atau
berkurangnya kekentalan telur dan pH telur tidak asam dan menyeragamkan umur
telur tetas. Dalam holding room dilakukan setting kereta telur atau telur tetas yang
siap di tetaskan di masukkan dalam kereta telur. Setelah dilakukan setting kereta
telur maka kereta telur dimasukkan dalam ruang pre-heat selama 20-24 jam
dengan suhu 30C (sesuai dengan suhu ruang). Tujuan kereta telur dimasukkan
pada ruang pre-heat adalah untuk menstabilkan suhu telur atau menyeragamkan
suhu telur dan mengembalikan suhu normal telur (25-28C). Setelah suhu telur
36
seragam, telur dimasukkan pada mesin setter dengan suhu sesuai dengan suhu dan
kelembaban yang sudah ditetapkan.
Suhu (C)
Kelembaban ( )
1-4
4-7
7-12
18
17
16
75
75-80
80
F
100,1/100,2
100,0/100,1
99,7/99,8
99,9/100,0
100,0/100,1
C
37,86/37,91
37,80/37,86
37,64/37,69
37,75/37,80
37,80/37,86
37
38
39
berwarna terang, telur yang berbau busuk dan pecah juga tidak boleh dimasukan
dalam mesin hatcher karena embrio dalam telur sudah mati dan kematian tersebut
kemungkinan besar disebabkan oleh mikroorganisme. Sanitasi wajib dilakukan
sebelum dan setelah proses transfer untuk menghindari perkembangan mikroba
dan jamur.
40
41
Pull Chick adalah kegiatan untuk mengeluarkan atau memanen DOC dari
dalam hatcher, baik secara sederhana maupun semi modern dimana DOC
dikeluarkan lalu dilewatkan melalui ban berjalan keruangan lain. Hal tersebut
tidak sesuai berdasarkan kenyataan di lapangan, yaitu DOC dikeluarkan dari
kereta lalu dipisahkan dari cangkang dan telur yang belum menetas. DOC
diletakan di sebuah wadah untuk dilakukan sexing dan seleksi, cangkang telur
dilewatkan pada ban berjalan untuk digiling sampai hancur dan telur yang tidak
menetas diletakan pada egg tray.
Permulaan pull chick ditandai dengan memperhatikan beberapa kriteria
meliputi suhu dan kelembaban yang mulai mendekati set point. Proses pull chick
melewati beberapa tahap yaitu :
a. Sexing
Setelah dilakukan pull chick maka akan dilakukan sexing yaitu pemisahan
Day Old Chick berdasarkan jenis kelamin. Terdapat satu metode yang digunakan
dalam sexing DOC di PT. Charoen pokphand Jaya Farm Unit Hatchery Gempol
yaitu perbedaan warna bulu (autosexing methode). Cara membedakan antara
jantan dan betina dengan melihat warna atau corak bulu. Cara membedakan
tersebut dilakukan untuk efisiensi waktu produksi. Perbandingan jantan dan betina
di Hatchery PT. Charoen Pokphand Jaya Farm unit 1 Pasuruan yaitu 40% : 60 %,
yaitu 40% jantan dan 60% betina.
b. Seleksi (Grading) dan Culling
Setelah sexing dilakukan untuk memisahkan anak ayam dengan kualitas
baik dan tidak baik. Grading pada DOC biasanya dilihat dari keadaan DOC itu
sendiri. DOC yang baik mempunyai gerakan yang lincah, bulu mengkilap.
Sedangkan culling adalah mengafkhir anak ayam yang tidak berkualitas baik.
Berdasarkan data hasil penetasan PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit 1
42
Gempol daya tetas telur 80% dengan salabilitas berkisar 82,3%, 2,7 % DOC
afkir , dan 11,7 % DIS (dead in shell). Ciri-ciri DOC yang baik menurut SNI
(2005) yaitu bobot kuri per ekor minimal 33 gram; kondisi fisik sehat, kaki
normal dan dapat berdiri tegak, paruh normal, tampak segar dan aktif, tidak
dehidrasi, tidak ada kelainan bentuk dan tidak cacat fisik, sekitar pusar dan dubur
kering dan pusar tertutup, warna bulu seragam sesuai dengan warna galur (strain)
dan kondisi bulu kering dan berkembang, jaminan kematian kuri maksimal 2%.
c. Debeaking (Potong Paruh)
Setelah proses seleksi dan culling selesai selanjutnya DOC dibawa
keruang debeaking untuk melakukan pemotongan paruh dengan menggunakan
mesin elektric debeaking dengan ukuran 1/3 bagian dari ujung paruh. Pemotongan
paruh dilakukan untuk DOC betina, sedangkan DOC jantan tidak dilakukan
potong paruh. Tujuan dari debeaking adalah untuk memaksimalkan pengambilan
pakan serta mengurangi kanibalisme atau keadaan dimana ayam mematuk
sesamanya. Perusahaan penetasan sekarang telah banyak yang melakukan potong
paruh pada DOC untuk mencegah kanibalisme serta mematuk bulu, apabila
dipotong ketika kecil maka paruh tersebut biasanya tidak akan tumbuh kembali
sampai periode pertumbuhan atau grower, ketika memasuki periode pergantian
pullet biasanya memerlukan pemotongan kembali.
d. Vaksinasi
Vaksinasi
merupakan
upaya
pencegahan
penyakit
dengan
cara
memasukkan vaksin kedalam tubuh ayam. Vaksinasi yang dilakukan untuk DOC
jantan yaitu vaksin ND (Newcastle Disease) dan Gumboro (IBD) dengan dosis 2
ml/ekor (1 ml ND, 1 ml gumboro). Sedangkan untuk DOC betina dilakukan
vaksin mareks dengan dosis 2 ml/ekor. Vaksin yang diberikan sesuai dengan
permintaan para konsumen. Metode vaksinasi yang dilakukan pada unit hatchery
43
gempol yaitu metode injeksi subcutan hal ini sesuai pendapat Suprijatna et al.
(2005) bahwa vaksinasi diberikan dengan cara semprot (spray), dicelup sampai
paruh (dipping), lewat air minum, diteteskan pada mata, hidung, atau mulut,
suntik pada daging dada atau paha.
e. Pengepakan
DOC yang telah divaksin selanjutnya dilakukan pengepakan yang
dikerjakan oleh bagian seleksi dengan menggunakan box DOC yang didesain
secara khusus. Box warna hijau untuk DOC jantan dan box warna merah untuk
DOC betina, sedangkan yang menggunakan keranjang DOC hanya untuk
konsumen diwilayah sekitar ataupun konsumen yang sengaja memesan dengan
menggunakan keranjang DOC. DOC yang sudah dipacking kemudian di
tempatkan di ruang penyimpanan sementara (pre loading area).
Tempat
44
45
46
antara kandang yang luas agar sirkulasi udara mengalir dengan lancar. Lantai yang
digunakan yaitu terdiri dari litter dan slat. Bahan litter yang digunakan yaitu dari
serutan kayu dan sekam dengan ketinggian 20 cm dari lantai.
47
adalah kotak pengatur kendali yang mempunyai lampu tersendiri, jika ada
masalah maka lampu akan menyala.
48
49
50
5.
2,7 %.
Dead in Shell di PT. Charoen Pokphan Jaya Gempol yaitu 11,7 %.
51
DAFTAR PUSTAKA
Andisuro, R. 2011. Ayam Broiler. Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor.
Baktiningsih, S. Sigit, M. dan M.S. Dadang. 2013. Produksi Telur Berbagai Jenis
ayam Sentul Di Gabungan kelompok Tani Ternak Ciung Wanara
Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis. Jurnal Ilmiah Peternakan. Vol.1
(3) : 993-1000.
Fadilah, R. 2004. Kunci Sukses Beternak Ayam Broiler di Daerah
Agromedia Pustaka. Jakarta. ISBN:9793702206.
Hadi, U.K. 2005. Pelaksanaan Biosekuritas pada Peternakan
Pertanian Bogor. Bogor
Tropis.
Ayam. Institut
dari
52
Standar Nasional Indonesia (SNI). 2011. Pakan Bibit Induk (Parent stock) Ayam
Ras Tipe Petelur-bagian 5: layer. Badan Standarisasi nasional. Jakarta.
SNI 7652.5:2011.ICS 65.120.
Sudhiana, W. 2002. Standart Operatin Prosedure (S.O.P) dan Key Performance
Indikator (K.P.I). P.T. Caeroen Pokphand Jaya Farm. Jakarta.
Suprijatna, E., Atmomarsono, U., Kartasudjana, R. 2005. Ilmu Dasar Ternak
Unggas. Penebar swadaya, Jakarta.
Winarti, dan Triyantini. 2005. Peluang Telur Infertil pada Usaha Penetasan Telur
Itik Sebagai Telur Konsumsi. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan
Veteriner.
53
LAMPIRAN
08.00-09.00
09.00-09.30
09.30-10.30
10.00-10.30
10.30-11.00
11.00-11.30
11.30-12.00
12.00-14.00
14.00-14.30
14.30-15.15
15.15-16.00
TUGAS
Menyiapkan obat sanitasi,
meratakan pakan dan ambil
bangkai
Ambil telur 1
Isi bok pakan dan memberi
pakan ayam jantan dan
pengeluaran telur dan fumigasi 1
Ambil telur 2
Memberi pakan ayam betina
Ambil telur 3
Melaksanakan kegiatan
mingguan
Pengeluaran telur dan fumigasi 2
Istirahat
Ambil telur 4
Ambil telur 5 (manual),
meratakan pakan dan ditambah
jika habis
Pengeluaran telur dan fumigasi 2
dan melanjutkan kegiatan
mingguan
KETENGAN
2 Orang
2 orang
2 orang
2 orang
2 orang
2 orang
2 orang
2 orang
2 orang
2 orang
2 orang
2 orang
54
55
X 100%
% Produksi Telur =
X 100%
10.128
% Produksi Telur =
61,36 %
X 100%
X 100%
6215
% Telur Tetas (HE)
93,83 %
HHP
HHP
X 100%
X 100%
10.128 x 1
61,36 %
56