Anda di halaman 1dari 56

I.

I.1.

PENDAHULUAN

Letak Geografis
Praktik kerja dilaksanakan di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit 1

yaitu perusahaan yang bergerak dibidang pembibitan ayam petelur dan penetasan
telur. Perusahaan ini terletak di Desa Winong, Kecamatan Gempol, Kabupaten
Pasuruan, Provinsi Jawa Timur. Luas lahan dari perusahaan tersebut adalah 43
hektar dengan bangunan-bangunan yang terdapat di dalamnya berupa kandang
(farm), hatchery, mess staff dan karyawan, kantor administrasi, post satpam,
tempat parkir, koperasi, kantin dan musholah. Letak lokasi peternakan 150
meter dari pemukiman penduduk. Jarak lokasi peternakan tersebut dapat
dikatakan cukup baik karena jauh dari lokasi pemukiman penduduk. Sudhiana
(2002) menyatakan bahwa jarak lokasi peternakan dengan pemukiman dapat
dikatakan dekat apabila dalam jarak 50-100 meter dan dikatakan jauh dalam jarak
lebih dari 100 meter. Batas-batas wilayah PT. Charoen Pokphand Unit 1 Desa
Winong, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan adalah:
Sebelah Utara

: Pemukiman Penduduk (Desa Legok)

Sebelah Selatan

: Jalan Raya (Desa Karangrejo)

Sebelah Barat

: PemukimanPenduduk (Desa Kejapanan)

SebelahTimur

: SPBE Pertamina (Desa Cangkrimalang dan Gunung


Gangsir)

Perusahaan pembibitan dan penetasan tersebut berlokasi di kawasan


industri, dengan banyak perusahaan dan pemukiman penduduk yang berdiri
disekelilingnya. Kelembaban udara di sekitar perusahaan berkisar antara 70-80%.
Topografi tanah tempat berdirinya perusahaan tersebut relatif rata dan tidak
berbukit-bukit dengan ketinggian tempat 100 meter di atas permukaan laut.
Suhu udara di sekitar lingkungan perusahaan tersebut berkisar antara 30-33C.
Luas area perusahaan yakni 43 Hektar dengan bangunan-bangunan yang
terdapat didalamnya dan terdapat 17 unit kandang.
I.2. Sejarah Perusahaan
PT. Charoen Pokphand Group pertama kali berdiri di Bangkok pada tahun
1921. Perusahaan tersebut terus berkembang, sehingga membuka cabang di
Hongkong, Thailand dan di Indonesia. Cabang PT. Charoen Pokphand di
Indonesia sebanyak 152 unit perusahaan yang bergerak diberbagai bidang usaha.
Bidang usaha tersebut antara lain: pertanian, peternakan, komunikasi dan
teknologi. Kegiatan yang diusahakan pada bidang peternakan meliputi bibit,
pakan ternak, peralatan peternakan (Pointy Equipment), pelaksanaan pembesaran
secara intensif melalui peternakan plasma.
PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit 1 Pasuruan Jawa Timur merupakan
anak perusahaan dari PT. Charoen Pokphand Group sebuah perusahaan besar di
Thailand yang bergerak diberbagai bidang peternakan. PT. Charoen Pokphand
Group masuk di Indonesia pertama kali pada tahun 1972 yaitu dengan mendirikan
pabrik pakan pertama di Ancol, Jakarta, dengan nama PT. Charoen Pokphand
Indonesia Tbk. PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit 1 didirikan pada 14 Januari

1980 bersamaan dengan berdirinya unit Hatchery yang letaknya bersebelahan


dengan unit farm di Desa Winong, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan yang
bergerak di dua divisi yaitu Hatchery Division yang berproduksi untuk memenuhi
kebutuhan DOC (Day Old Chick) ayam layer (petelur) dan Breeding Division
yang bergerak dibidang pembibitan yang letaknya bersebelahan dengan hatchery
tersebut.
I.3. Bidang Usaha
PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit 1 Pasuruan merupakan perusahaan
yang bergerak di bidang pemeliharaan ayam bibit induk (Parent Stock). Ayam
yang dipelihara yaitu dari ayam pullet yaitu ayam dara yang siap produksi,
umurnya sudah mencapai 17 minggu yang dihasilkan dari telur ayam Grand
Parent Stock yang dipelihara di Satwa Utama Raya (SUR 2), Jawa Timur. Strain
yang dipelihara PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit 1 Pasuruan yaitu strain
Lohman, Isa Brown dan Hylen.
Umur ayam di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit 1 Pasuruan setiap
flock berbeda-beda, tetapi masih dalam fase produksi atau laying dan fase
growing atau pertumbuhan. Umur ayam tersebut yaitu khususnya untuk flock G
yang terdiri dari kandang 13 dan 14 yaitu berumur 68 minggu atau 45 minggu
umur produksi, dan flock lain masing-masing berbeda 5-10 minggu tiap flocknya
dan dimulai dari umur tertua ada di flock G dan yang termuda ada di flock B
(masih periode growing) dan flock A masih persiapan kandang. Strain Isa Brown
memiliki kelebihan kebal terhadap penyakit, masa produksi panjang, mampu
menghasilkan telur sebanyak 260 butir per tahun dan sexing mudah.

II.

METODE

II.1. Materi
2.1.1. Farm
Materi yang digunakan dalam praktik kerja diusaha pemeliharaan ayam
bibit induk (Parent stock) PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit 1 Pasuruan
adalah : 1) Ayam bibit induk di flock G yaitu kandang 13 dan 14 dengan strain Isa
Brown. Kandang 13 = jantan 728 ekor, betina 10.128 ekor dengan umur 68
minggu atau 45 minggu umur produksi dan kandang 14 = jantan 728 ekor, betina
10.050 ekor dengan umur 68 minggu atau 45 minggu umur produksi, 2) bangunan
kandang tipe tertutup atau close house berjumlah 17 kandang beserta peralatan di
dalamnya, 3) perlengkapan inseminasi buatan (IB), 4) pakan produksi PT.
Chareon Pokphand dengan kode 534 HG (untuk betina) dan kode 535 (untuk
jantan) pada periode produksi atau layer, 5) fasilitas lain penunjang kegiatan
pemeliharaan ayam bibit induk seperti truk pengangkut pakan dan truk
pengangkut telur.
2.1.2. Hetchery
Materi yang digunakan dalam praktik kerja diusaha penetasan telur ayam
bibit induk (Parent stock) PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit 1 Pasuruan
adalah: 1) Telur dari ayam bibit induk (Parent stock) dengan strain Isa Brown,
Lohman dan hylen, 2) bangunan tempat usaha penetasan tertutup terdapat 24
mesin setter, 24 mesin hatcher dan terdapat 3 Holding Room dan 2 ruang PreHeat, 3) ruangan Pull Chick yang terdiri atas ruang sexing, ruang potong paruh,
ruang grading, ruang vaksinasi dan ruang pengepakan, 4) vaksin dan
perlengkapan pendukung vaksin, 5) fasilitas penunjang kegiatan penetasan telur
seperti kantor, laboratorium, gudang alat dan boks, ruang pencucian alat dan

musholah.
2.2. Prosedur Kerja
2.2.1. Kegiatan Rutin
Kegiatan rutin di Farm PT. Charoen Pokphand Jaya Farm unit 1 Pasuruan
meliputi program biosecurity, pemberian pakan dan meratakan pakan, pemberian
air minum, pengambilan dan grading serta fumigasi telur. Kegiatan rutin di
Hatchery PT. Charoen Pokphand Jaya Farm unit 1 Pasuruan meliputi program
sanitasi dan fumigasi dan penerimaan hatching eggs ( HE) dari Breeding farm.
2.2.2. Kegiatan Insidental
Kegiatan insidental di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm unit 1 Pasuruan
meliputi perkawinan secara Inseminasi Buatan (IB) dan pengawasan kandang
(kontrol malam). Kegiatan insidental di Hatchery PT. Charoen Pokphand Jaya
Farm unit 1 Pasuruan meliputi setting kereta telur, transfer telur, dan pull chick.
2.2.3. Kegiatan Penunjang
Kegiatan penunjang yang dilakukan di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm
unit 1 Pasuruan meliputi pengamatan kandang yang terdiri atas pengamatan tipe
dan jenis atap kandang, luas kandang, dan peralatan yang ada dalam kandang.
Kegiatan penunjang di Hatchery PT. Charoen Pokphand Jaya Farm unit 1
Pasuruan meliputi perlabelan boks DOC.
2.3. Waktu dan Tempat
Kegiatan praktik kerja dilakukan mulai tanggal 15 Januari sampai dengan
16 Februari 2015 dan pelaksanaan praktik kerja dilaksanakan di PT. Chaeron

Pokphand Jaya Farm Unit 1 yang beralamat di Desa Winong, Kecamatan Gempol,
Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.
III.
III.1. Kegiatan Rutin

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan rutin di Farm PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit 1 Pasuruan
meliputi program biosecurity, pemberian pakan, pemberian air minum, grading
ayam, pengambilan dan grading serta fumigasi telur. Kegiatan rutin di Hatchery
PT. Charoen Pokphand Jaya Farm unit 1 Pasuruan meliputi program sanitasi dan
fumigasi dan penerimaan hatching eggs ( HE ) dari Breeding farm.
3.1.1. Farm
Kegiatan rutin di Farm PT. Charoen Pokphand Jaya Farm unit 1 Pasuruan
meliputi program biosecurity, pemberian pakan, pemberian air minum,
pengambilan dan grading serta fumigasi telur.
1. Program Biosekuritas (Biosecurity)
Biosekuritas berasal dari kata asing biosecurity yaitu bio artinya hidup dan
security artinya perlindungan atau pengamanan. Jadi biosecurity adalah sejenis
program yang dirancang untuk melindungi kehidupan. Dalam arti yang sederhana
untuk peternakan ayam, biosecurity adalah menjauhkan kuman atau bibit penyakit
dari tubuh ayam dan menjaga ayam. Winkel (1997) menyatakan bahwa
biosekuritas merupakan suatu sistem untuk mencegah penyakit baik klinis
maupun subklinis, yang berarti sistem untuk mengoptimalkan produksi unggas
secara keseluruhan, dan merupakan bagian untuk mensejahterakan hewan (animal
welfare). Tujuan dari program biosecurity adalah meminimalisasi masuknya
sumber dan penyebab penyakit yang dapat menyerang ternak. Perhatian khusus

diberikan untuk memperkecil resiko penyakit yang dapat menular dari hewan ke
manusia (zoonosis) seperti Avian Influenza. Program biosecurity sangat penting
dalam pelaksanaan manajemen pemeliharaan. Program biosecurity di PT. Charoen
Pokphand Jaya Farm Unit 1 Pasuruan meliputi biosecurity untuk kendaraan,
karyawan atau staff dan visitor, serta UV box (untuk barang-barang yang tidak
boleh terkena air), lingkungan kandang serta lingkungan farm.
Hadi (2005) menyatakan bahwa pada awalnya konsep biosekuritas
diterapkan untuk menghasilkan unggas yang bebas penyakit tertentu (spesific
patogen free) guna keperluan penelitian secara eksperimental. Namun, penelitian
tadi kemudian mengalami perkembangan dan telah diterapkan pada berbagai jenis
usaha peternakan sebagai upaya praktis untuk mencegah masuknya organisme
penyebab penyakit (patogen) dari luar ke dalam peternakan. Biosecurity
diterapkan juga di negara-negara berdaulat sebagai upaya untuk melindungi
industri peternakannya dari berbagai penyakit berbahaya yang tidak ditemukan di
wilayahnya (penyakit eksotik).
Aspek-aspek yang menjadi ruang lingkup program biosekuritas adalah
upaya membebaskan adanya penyakit-penyakit tertentu, memberantas dan
mengendalikan pengakit-penyakit tertentu, memberikan kondisi lingkungan yang
layak bagi kehidupan ayam, mengamankan keadaan produk yang dihasilkan,
mengamankan resiko bagi konsumen, dan resiko bagi karyawan yang terlibat
dalam tatalaksana usaha peternakan ayam. Aspek-aspek tersebut bagi industri
peternakan ayam sangat dituntut mengingat cara pemeliharaannya yang
dikandangkan, dan dipelihara dalam jumlah yang banyak. Sebagai akibatnya ayam
rentan terhadap ancaman berbagai macam penyakit baik yang menular maupun

tidak menular. Hadi (2005) menyatakan bahwa oleh karena itu diperlukan
perhatian yang lebih dalam pelaksanaannya, juga perlakuan terhadap ayam mati,
kehadiran lalat, dan bau yang kerap kali menimbulkan gangguan bagi penduduk
sekitarnya.
Muharsini (2012) menyatakan bahwa terdapat tiga perlakuan utama dalam
biosecurity yaitu isolasi, kontrol lalu lintas ternak dan manusia serta sanitasi.
Kontrol lalu lintas dan sanitasi merupakan metode yang efektif untuk
mengendalikan manajemen resiko suatu penyakit pada satu flock. Bila dua
komponen tersebut diabaikan, maka dengan melakukan sanitasi akan sangat
membantu prinsip biosecurity tersebut. Sanitasi adalah pembersihan dan
desinfeksi semua peralatan dan bahan yang masuk maupun yang ada di
peternakan, termasuk kebersihan petugas kandangnya. Semua komponen tersebut
sangat krusial untuk mengeliminasi keberadaan agen penyakit. Manajemen
peternakan harus mengontrol beberapa faktor yang dapat menyebabkan
penyebaran penyakit antara lain : pembuangan bangkai ayam, ayam sakit, kontak
dengan objek terkontaminasi seperti pakaian, sepatu, pakan dan lain-lain.
Biosecurity di peternakan ayam menjadi penting, karena pemeliharaan ayam
umumnya masal dan agribisnis yang melibatkan banyak komponen, selain itu
banyak penyakit ayam yang bersifat contangious (cepat menular) dengan
morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) yang tinggi.
Program biosecurity yang dilakukan di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm
Unit 1 Pasuruan meliputi sanitasi di pintu gerbang dan pintu kandang. Sanitasi di
pintu gerbang suatu peternakan adalah tempat pertama bagi orang yang akan
masuk komplek peternakan dan merupakan titik awal keberhasilan suatu

peternakan terbebas dari wabah atau serangan penyakit. Pintu gerbang perusahaan
mengkondisikan bahwa setiap orang maupun kendaraan tidak sembarang dapat
keluar masuk peternakan, dan pintu selalu dijaga ketat oleh petugas.

Gambar 1. Sebelum masuk Shower kendaraan (Semprot truck)

Gambar 2. Shower kendaraan (celup roda 4)


Kegiatan biosecurity di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit 1 Pasuruan
sudah memenuhi standar yaitu dilakukan upaya untuk mengurangi penyebaran
penyakit diantaranya dengan :

10

1) Biosecurity sebelum memasuki area farm untuk staff, karyawan dan


visitor/guest yang dilakukan dengan cara semua staff, karyawan maupun
visitor/guest diwajibkan melewati 2 shower. Shower pertama terdapat di pintu
masuk pertama, sedangkan shower kedua terletak sebelum pintu masuk area
kandang. Shower terdiri atas tiga ruangan, yang pertama ruang untuk
melepaskan semua pakaian yang digunakan, ruangan kedua merupakan
ruangan yang dilengkapi dengan sprayer yang mengandung desinfektan,
ruangan ketiga merupakan ruangan mandi, kemudian mengenakan seragam
farm. Desinfektan yang digunakan untuk biosecurity yaitu larutan desinfektan
(Besta quam) dengan perbandingan 20 ml : 1000 L air. Penyemprotan
dilakukan terhadap staff, karyawan, visitor/guest, kendaraan yang akan masuk
area farm dan orang yang masuk diharuskan mengganti pakaian yang
digunakan dengan pakaian yang telah disediakan (baju jalan). Shower yang
kedua tata cara masuk sama seperti pada shower pertama perbedaannya
setelah melewati ruang sprayer diwajibkan mengenakan seragam kandang
yang berwarna biru yang dilengkapi dengan sepatu boot. Semua barang yang
tidak kedap air dimasukkan pada box ultraviolet yang bertujuan untuk
sterilisasi barang dari bibit penyakit;
2) Biosecurity sebelum memasuki kandang dilakukan dengan cara pencelupan
kaki pada bak kaporit (Cloryn) dan tangan disemprot dengan alkohol;
3) Biosecurity di lingkungan kandang dilakukan dengan menaburkan gamping
atau kapur yang berfungsi untuk membasmi lalat ataupun serangga dan hama
yang lain. Bahan lain yaitu formalin yang digunakan untuk mematikan
organisme pathogen dengan cara menyemprotkan larutan formalin di sekitar
area kandang. Peralatan yang digunakan dalam proses penanganan,

11

pengaturan dan pemindahan ayam, telur atau kotoran mempunyai kemampuan


untuk memindahkan penyakit secara mekanis dari satu lokasi ke lokasi yang
lain sehingga peralatan apapun yang dibawa dari kandang lain harus dicuci
dan didesinfeksi terlebih dahulu;
4) Biosecurity di luar lingkungan kandang, dilihat dengan adanya pagar pembatas
farm dengan lingkungan sekitar menggunakan pagar tembok dan pagar besi
serta kawat berduri.

Gambar 3. Celup sepatu

Gambar 4. Semprot tangan (Alkohol 70%)


Program biosecurity yang dilakukan oleh PT. Charoen Pokphand Jaya
Farm Unit 1 Pasuruan bertujuan memutus hubungan luar dengan lingkungan farm
guna mencegah masuknya sumber penyebab kontaminasi penyakit, sehingga
memungkinkan kondisi ayam yang sehat, aman dan terpercaya.

12

2. Pemberian Pakan
Pakan merupakan bahan yang sangat penting untuk mendukung
kelangsungan hidup ternak. Pakan digunakan oleh ternak untuk memenuhi
kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, produksi dan reproduksi. Pakan yang
diberikan pada ternak prinsipnya harus seimbang, artinya pakan yang diberikan
harus mengandung nutrien dalam jumlah dan kualitas yang sesuai dengan tujuan
pemeliharaan dan kebutuhan ternak tersebut sehingga tidak terjadi defisiensi
ataupun kelebihan pakan.
Standar Nasional Indonesia (2011) menyatakan bahwa pakan merupakan
makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah yang
diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi dan berkembang
biak. Sedangkan pakan bibit induk (parent stock) ayam ras tipe petelur layer
adalah pakan yang mengandung zat gizi yang lengkap dan seimbang yang
memenuhi kebutuhan bibit induk (parent stock) ayam ras tipe petelur layer. Pakan
ayam bibit induk (parent stock) ayam ras tipe petelur layer memiliki persyaratan
mutu sesuai dengan Tabel 1.

13

Tabel 1. Persyaratan mutu pakan periode produksi


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Parameter
Kadar air (maks)
Protein kasar (min)
Lemak kasar (min)
Serat kasar (maks)
Abu (maks)
Kalsium. (Ca)
Fosfor (P) total
Fospor (P) tersedia (min)
Aflatoksin. (maks)
Energi metabolic (maks)
Asam amino :
Lisin (min)
11
Metionin (min)
Metionin + sistem (min)
Triptophan (min)
Sumber : SNI (2011)

Satuan
%
%
%
%
%

Persyaratan
13,0
16,0
3,0
6,0
14,0

%
%
g/kg
kkal/kg

0,6-0,8
0,40
40,0
2700
0,75
0,40
0,69
0,17

Tabel 2. Kandungan nutrisi pakan ayam bibit induk fase produksi


Kode K.Protein K.Lemak K.Serat K.Abu Kalsium Fosfor Sodium
pakan
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
534HG 12,72
4,08
3,96
5,81
0,90
0,77
0,18
535

15,00

3,86

2,21

9,99

2,85

0,66

0,18

Tabel 3. Pemberian pakan kandang 13 tanggal 13 februari 2015


Kode
Pakan
534 HG
534 HG 45
535

Jumlah
Awal

Pakan
Masuk

2100 kg
300 kg

Pemakaian
Male
60 kg

Female
1025 kg
-

Jumlah
Akhir
1075 kg
240 kg

Pemberian pakan pada ayam betina di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm
unit 1 Pasuruan dengan menggunakan tempat pakan otomatis yaitu automatic
female chain feeder atau feeder through yang memanjang dilengkapi rantai untuk
memutar pakan. feeder through berfungsi mempersingkat waktu pemberian pakan.
Pemberian pakan dilakukan dua (2) kali sehari yaitu pagi hari pukul 09.00 dan

14

sore hari pukul 14.00 WIB, setelah grading telur pagi dan sore. Sebelum
dilakukan grading yang ke tiga tenaga kerja melakukan perataan pakan. Trough
dibagi menjadi 8 jalur, setiap 2 jalur Trough memiliki 1 robot pakan sehingga 1
kandang terdiri dari 4 robot pakan.
Fadilah (2004) menyatakan bahwa pemberian pakan secara otomatis
dilakukan dengan menggunakan alat tertentu yang dapat bergerak secara otomatis
ke seluruh bagian kandang. Pemberian pakan menggunakan alat yang disebut
dengan tempat pakan otomatis (automatic feeder). Tempat pakan yang sering
digunakan adalah sistem rantai (chain feeder) dan sistem pipa (auger). Tempat
pakan otomatis biasanya digunakan di kandang tertutup, karena lebih efisien
dibandingkan dengan cara manual. Beberapa keuntungan menggunakan tempat
pakan otomatis sebagai berikut :
1. Pakan yang terbuang atau tumpah bisa ditekan seminimal mungkin.
2. Pakan akan terdistribusi secara merata pada jalur (line) yang telah
ditentukan.
3. Setiap ayam akan mendapatkan pakan dengan kesempatan yang sama
(kompetisi antar ayam dapat ditekan).
4. Tidak memerlukan tenaga kerja yang banyak.
5. Waktu pemberian dapat diatur (menggunakan timer) sehingga dapat
disesuaikan dengan kebutuhan ayam.
6. Sistem tempat pakan otomatis cocok diterapkan didaerah beriklim
tropis. Tempat pakan ini dikombinasikan dengan sistem ventilasi
kandang terkontrol sehingga konversi pakan rendah.
Selain menguntungkan, penggunaan tempat pakan otomatis juga dapat
menimbulkan kerugian sebagai berikut :

15

1. Memerlukan investasi yang relatif mahal. Satu unit tempat pakan


otomatis sistem rantai dengan panjang kandang 50 meter diperlukan
dana sebesar Rp 50 juta hingga Rp 80 juta.
2. Membutuhkan tenaga kerja yang mengetahui

persis

cara

mengoperasikan, merawat, dan memperbaikinya.


3. Membutuhkan tenaga listrik untuk mengoperasikannya.
4. Pakan cepat hancur sehingga homogenitas nutrien dalam pakan menjadi
rendah.
Pemberian pakan ayam betina dilakukan pada jalur trough yang
merupakan alas tempat pakan ayam, pada bagian atasnya tidak terdapat grill yang
merupakan tutup trough tersebut. Perataan distribusi pakan dicapai dalam waktu
4 menit dengan feeder space 13 ekor/m. Feeder space adalah ruang kosong
agar ayam dapat mengkonsumsi pakan, dapat dihitung dengan cara panjang
trough dibagi jumlah ayam. Keuntungan metode, pemberian pakan tersebut adalah
agar ayam jantan tidak mencuri jatah pakan untuk betina sehingga kontrol berat
badan dapat terkendali dengan baik.
Pemberian pakan ayam jantan dilakukan pada jalur trough yang
merupakan alas tempat pakan ayam tetapi pemberiannya secara manual yang
dilakukan oleh tenaga kerja dikandang. Pakan yang digunakan baik jantan dan
betina pada masa layer adalah pakan komplit tipe 535 untuk jantan dan 534 HG
untuk betina, untuk kandungan dalam pakan tidak diketahui karena rahasia
perusahaan. Pakan yang diberikan berbentuk crumble (butiran) yang diproduksi
oleh PT. Charoen Pokphand Indonesia yang berlokasi di Kota Surabaya yang
khusus memproduksi pakan. Kartasudjana (2006) menyatakan bahwa keuntungan
dari pakan berbentuk crumble (butiran) adalah untuk mengurangi resiko pakan

16

tercecer dan memudahkan dalam pemberian pakan serta memungkinkan untuk


memperoleh gizi yang terkandung di dalam bahan pakan.
Pemberian pakan di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit 1 Pasuruan
setiap hari dilakukan dua kali yaitu pada pagi pukul 09.00 dan sore pukul 14.00
WIB. Pemberian pakan disesuaikan dengan umur ayam dan pakan diberikan
berdasarkan point feed harian. Point feed adalah jumlah pakan yang diberikan
untuk 100 ekor ayam dalam satu minggu. Cara menghitung jumlah pakan yang
diberikan dapat di hitung dengan rumus:

Tabel 4. Data Point Feed


Kandang

Umur
(Minggu)

Strain Ayam

Sex

13

45

Isa Brown

Betina
Jantan

Point Feed
aktual
(kg)
70,84
57,69

Standar
Point Feed
(kg)
78,4
57,24

Sumber : * Data primer praktik kerja


Point feed kandang 13 untuk ayam betina umur 68 minggu atau 45 minggu
umur produksi dengan pemberian pakan 1.025 kg dan jumlah ayam betina 10.128
ekor adalah 70,84 kg, sedangkan untuk ayam jantan umur 68 minggu atau 45
minggu umur produksi dengan pemberian pakan 60 kg dan jumlah ayam jantan
728 ekor adalah 57,69 kg. Artinya target pemberian pakan 10,12 kg untuk 100
ekor ayam betina per hari dan pemberian pakan 8,24 kg untuk 100 ekor ayam
jantan per hari. Jumlah pakan yang diberikan untuk satu ekor ayam betina adalah
101,2 gram/ekor/hari dan jumlah pakan yang diberikan untuk satu ekor ayam
jantan adalah 82,4 gram/ekor/hari. Standar point feed yang harus diberikan pada
ayam betina adalah 78,4 kg. Artinya pemberian pakan 11,2 kg untuk 100 ekor

17

ayam betina per hari atau 112 gram/ekor/hari, antara pakan yang diberikan dan
standar point feed untuk ayam betina tidak sesuai dengan standar yang ditentukan.
Standar point feed untuk ayam jantan adalah 57,69 kg untuk 100 ekor ayam
jantan. Artinya pemberian pakan 8,24 kg untuk 100 ekor ayam jantan per hari atau
82,4 gram/ekor/hari,

pakan ayam jantan yang diberikan tidak sesuai dengan

standar point feed. Pakan berfungsi untuk kebutuhan hidup pokok, kebutuhan
unuk pertumbuhan jaringan, kebutuhan untuk pertumbuhan bulu, kebutuhan untuk
1 butir telur. Adapun tatalaksana atau proses kerja yang dilakukan dalam
persiapan pemberian pakan baik untuk jantan maupun untuk betina: 1) pada ayam
betina, pekerja kandang hanya tinggal menekan tombol saja, nantinya female
chain feeder tersebut akan berjalan sendiri secara otomatis. Pakan yang diberikan
adalah pakan yang telah disiapkan di dalam box atau hopper dari hari sebelumnya.
Jadi setetah box kosong, maka hari itu juga diisi untuk didistribusikan pada esok
paginya. Pemberian pakan dilakukan selama satu jam yaitu pada pukul 09.00
10.00 dan pada sore hari yaitu pukul 14.00 15.00 dengan 4 menit hidup (on) dan
6 menit mati (off) begitu seterusnya. Cara kerjanya diatur dengan menggunakan
sebuah alat yang dinamakan dengan timer. Setelah ayam makan, dilakukan
pengontrolan sisa pakan yang ada pada trough, apabila pada trough tersebut sisa
pakan yang ada masih banyak maka pakan diratakan. 2) Pada ayam jantan,
persiapan yang dimulai pertama kali yaitu : (a) Menyediakan pakan yang akan
diberikan; (b) pemberian pakan dilakukan secara manual, (c) pada trough
diratakan secara manual. Jumlah pakan yang diberikan harus sesuai dengan
takaran yang telah ditentukan perusahaan.

18

Gambar 5. throuh

Gambar 6. Robot pakan (Automatic Feeder Trought)


3. Pemberian Air Minum
Air yang digunakan dalam kegiatan pemeliharaan ayam bibit petelur harus
mempunyai kualitas yang baik, yakni air harus bersih, tidak berbau, tidak
mengandung endapan dan tidak berwarna. Air yang digunakan di farm Unit 1
Pasuruan yaitu air yang telah ditampung dalam tempat penampungan air dan
kemudian dialirkan dengan menggunakan pipa kesetiap kandang. Air dialirkan ke

19

dalam torn-torn (tandon air) yang terdapat disetiap kandang, dengan kapasitas
1000 L untuk setiap torn (tandon air) dan ditambahkan kaporit 200 g setiap torn
(tandon air), dalam satu kandang terdapat dua torn (tandon air).
Ayam memperoleh air dari tiga sumber yaitu air minum, air dari bahan
makanan, dan air dari hasil oksidasi karbohidrat, lemak, dan protein. Ransum
komersial unggas mengandung air kurang lebih 10 %, jadi kebutuhan air bagi
ayam sebagian besar berasal dari air minum. Konsumsi air pada ayam petelur
umumnya dipengaruhi oleh umur, temperatur lingkungan, produksi, konsumsi
ransum dan kesehatan ayam (Anggorodi, 1985; Swick, 1999 dalam Risnajati,
2011).
Air minum yang diberikan pada ayam harus cukup serta baik kualitasnya.
Kualitas air dipengaruhi oleh antara lain 1. pH air, 2. kadar magnesium, 3. kadar
nitrat dan nitrit, 4. kadar sodium/klorida dan 5. adanya bakteri Eschericia coli. Air
minum yang bersih dan dingin adalah baik diberikan pada ayam terutama saat
waktu udara panas karena ayam memerlukan persediaan air yang bersih dan
dingin secara tetap untuk pertumbuhan optimum, produksi, dan efisiensi
penggunaan ransum (Anggorodi, 1985). Dalam kondisi tersebut, maka diperlukan
air minum dalam jumlah yang cukup agar produksi dan pertumbuhan optimum
tetap tercapai.
Pemberian air minum juga dapat dibarengi dengan penambahan lain
seperti vitamin dan probiotik. Nugroho, dkk (2011) menyatakan bahwa
pertumbuhan dan perkembangan ternak dapat ditunjang dengan memberikan
tambahan suplemen probiotik pada ayam petelur periode starter sampai grower
agar di dapatkan performan produksi fase layer yang optimal sesuai standar

20

potensinya. Sejumlah probiotik dilaporkan memiliki pengaruh dalam mengatur


karakter fisiologis jalur digesti antara lain permeabilitas usus dan sistem imun
pada mukosa usus. Dinyatakan bahwa di dalam usus terdapat Bifidobacteria dan
Lactobacilly, yang memproduksi asam lemak rantai pendek, asam laktat dan
senyawa anti mikrobia (Awed et al, 2008).
Pemberian air minum dilakukan secara otomatis dan diatur oleh kontrol
panel seperti halnya pada pemberian pakan, tempat minum otomatis disebut
nipple.

Gambar 7. Nipple

Air dialirkan dari torn (tandon air) dalam kandang menuju puting-puting atau
nozle nipple. Satu puting nipple diasumsikan untuk 6 ekor ayam betina dan satu
puting nipple untuk 1-2 ekor jantan, jarak antara nipple satu ke nipple yang lain
untuk betina adalah 80 cm dan untuk jantan adalah 33 cm. Jumlah konsumsi air
minum pada periode layer yaitu 2.2 2.5 kali dari jumlah konsumsi pakan.

21

Gambar 8. Regulator
Air minum diberikan secara ad-libitum sehingga keadaan kandang menjadi
lembab atau menyebabkan amoniak (NH3) naik serta dapat menimbulkan bau
dalam kandang yang secara otomatis akan mengganggu pernapasan pada ayam.
Anak kandang setiap hari mengecek nipple dan indikator air, untuk mengetahui
lancar atau tidaknya aliran air. Aliran air dikatakan tersumbat apabila nipple saat
dipencet dengan jari tidak keluar airnya, dan dilihat dari indikator bahwa air tidak
ada atau tidak terlihat.
4. Pengambilan Telur, Grading Telur dan Fumigasi Telur
Pengambilan telur dilakukan 5 kali per hari yaitu pada pukul 08.00
09.00, pukul 09.00 10.00, pukul 10.30 11.00, pukul 14.00 14.30, dan
pengambilan telur kelima pukul 15.00 15.15 WIB dilakukan secara manual
karena produksi telur sudah sedikit. Pengambilan telur pukul 09.00 10.00 dan
14.00 14.30 biasanya menghasilkan telur yang paling banyak dibandingkan
waktu-waktu yang lainnya karena pada waktu itu energi ayam telah termanfaatkan
secara sempurna dan waktu pembentukan telur juga telah optimal yaitu 25 jam.
Telur yang diambil diletakkan pada egg tray yang kapasitasnya 36 atau 42
butir. Telur yang rusak, kecil, jumbo dan pecah diletakkan pada egg tray terpisah.
Setelah pengambilan telur juga dilakukan pemisahan telur yang tidak normal
(kecil, lonjong, kerabang keriput, jumbo dan lain-lain). Untuk memudahkan
pengambilan telur dalam kandang, digunakan alat yang bernama egg
collectormachine (Mesin Pengumpul Telur). Egg collector machine dilengkapi
dengan tali tambang yang lebar dan pipih yang diterapkan pada sangkar kandang,

22

kemudian telur dari belakang akan dibawa kedepan dan telur siap digrading.
Grade Hatching Egg disajikan dalam Tabel 5.

23

Tabel 5. Grade Hatching Egg


No.
Grade Telur
Kategori/bobot(gram)
1
A3
60 lebih
2
A2
52 59,9
3
A1
50 51,9
4
B
48 49,9
5
B1
Kotor, Jumbo, Tipis, Crack
Sumber : PT. Charoen Pokphand Unit 1 Pasuruan

Persentase/hari
83%
11%
0%
0%
6%

Grading telur merupakan kegiatan seleksi telur yang harus dilakukan agar
mendapatkan DOC yang berkualitas. Kriteria telur tetas dalam seleksi meliputi
keutuhan telur, bobot telur, bentuk telur normal, kebersihan telur. Bobot telur
standar yang masuk kategori HE (Hatching Egg) meliputi 5 grade yaitu grade A3,
A2, A1, dan B dan grade B1 biasanya dimasukkan ke dalam telur komersil.
Grading telur yang di Farm Unit 1 Pasuruan dilakukan setelah pengambilan telur,
dan setelah di grading maka telur disimpan pada egg bag dengan kapasitas lebih
besar dan di fumigasi dengan forcen fumigant dan formalin. Telur yang lolos
seleksi ditempatkan di egg tray, dan disusun di egg bag sesuai dengan kandang
dan hari pengumpulan untuk diangkut dan dikirim ke bagian hatchery. Farm
Charoen Pokphand Unit 1 Pasuruan merupakan salah satu farm terbesar di
Indonesia sehingga dalam satu kawasan terdapat farm breeding dan hatchery yang
setiap hari terus beroperasi. Hatchery Charoen Pokphand Unit 1 Pasuruan
menerima telur bukan hanya dari farm Pasuruan akan tetapi dari luar Pasuruan
seperti berasal dari farm Satwa Utama Raya (SUR 2), Satwa Utama Raya 3
(Makasar) dan TC. Pandaan.
Produksi telur harian pada tanggal 13 februari 2015 kandang 13 adalah
6215 butir dan memiliki persentase produksi sebesar 61,36%. Persentase produksi

24

dipengaruhi kondisi induk itu sendiri, jika induk kekurangan protein atau sakit
maka otomatis produksinya terhenti sementara sebelum mendapat pengobatan, hal
tersebut mempengaruhi persentase produksi kandang harian. Telur HE kandang 13
mencapai 5832 butir atau 93,83% dari total telur yang diproduksi pada hari
tersebut. Telur yang gagal HE mencapai 6,17% disebabkan oleh kondisi telur yang
tidak lolos seleksi.
Penghitungan Produksi telur (Hen Day Production), Presentase telur tetas
(HE) serta HHP (Hen House Production) dapat diketahui sebai berikut. Untuk
perhitungan % HDP di dapatkan hasil sebesar 61,36 %. Pada persentase telur tetas
(HE) didapatkan hasil sebesar 93,83 %. Serta pada perhitungan % HHP
didapatkan hasil sebesar 61,36 %. Pada perhitungan % HDP dan % HHP
didapatkan hasil yang sama karena data yang digunakan untung menghitung %
HDP dan % HHP hanya menggunakan data produksi pada tanggal 13 februari
2015. Untuk menghitung HDP dan HHP seharusnya menggunakan minimal 7 hari
data produksi, sedangkan data yang digunakan hanya data produksi pada 1 hari
sehingga perhitungan % HDP dan % HHP didapatkan hasil yang sama.
Tabel 6. Pengambilan telur kandang 13
Pengambilan Telur
Total
Ke Jam
Tray Butir
PE
1 08.00 51 24
1860

Grade
Pecah
Total Tipis RetakJumlah
A3
A2
1412 328 1740 87 25 112 20

09.00

53

17

1925

1639 176 1815 92

32

124

18

10.30

19

16

700

583

21

16

37

14.00

39

29

1433

1270 113 1383 25

20

45

15.15

297

230

14

6215

5134 698 5832 232 100 332

Total

HE

57 640

24 254

Telur Komersial

51

25

Telur tetas yang telah lolos seleksi kemudian dimasukkan ke dalam ruang
fumigasi berukuran 1,5 m x 3 m. Fumigasi merupakan kegiatan yang bertujuan
untuk membunuh mikroorganisme patogen penyebab kerusakan pada telur.
Fumigasi dilakukan di dalam ruang fumigasi agar gas yang dihasilkan dari proses
fumigasi tidak menyebar. Fumigasi dilakukan selama 10 menit dengan dosis 280 g
KMnO4 dan 560 ml formalin (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006 dalam
Baktiningsih, 2013). Fumigasi yang dilakukan di farm selama 20 menit
menggunakan forcen fumigant 15 gram dan 30 cc formalin. Fumigasi dilakukan
untuk membunuh kuman penyakit atau mikroba yang menempel pada telur.

Gambar 9. Grading Telur

Gambar 10. Egg collector machine

26

Gambar 11. Tempat fumigasi telur

3.1.2. Hatchery
Kegiatan rutin di Hatchery PT. Charoen Pokphand Jaya Farm unit 1 Pasuruan
meliputi program sanitasi dan fumigasi dan penerimaan hatching eggs ( HE ) dari
Breeding farm.
1. Sanitasi dan Fumigasi
Sanitasi dan Fumigasi dilakukan oleh karyawan dalam waktu-waktu
tertentu yaitu setiap hari pukul 08.00 dan setelah transfer telur yaitu pukul 15.30
dan minggu pertama setiap awal bulan pukul 16.00 baik di mesin setter maupun
mesin hatcher. Sanitasi yang dilakukan meliputi fogging desinfektan, semprot
lantai, fumigasi kabin dan spray formalin seperti pada tabel berikut :
Tabel 7. Dosis dan Waktu Pelaksanaan Sanitasi
Desinfektan
Dosis
Waktu
3
Textrol :
250 cc : 28,3 m
Setiap hari pukul
Clinafarm : air
08.00
Bestaquam : air
25 ml : 50000 ml
Setelah transfer
pukul 15.30
Fumigasi kabin
Air : textrol :
1 lt : 50 ml : 50 ml 1 minggu sekali
bestaquam
Spray
Air : bestaquam
1 lt : 20 ml
Minggu pertama
setiap awal bulan
(pukul 16.00)
Jenis
Fogging
desinfektan
Semprot lantai

27

Sanitasi atau fumigasi bertujuan untuk mensucihamakan mesin tetas dari


mikroorganisme yang menempel dan masuk mesin tetas dengan menggunakan zat
kimia. Zat kimia yang biasa digunakan di hatchery tersebut untuk fumigasi telur
adalah Forcent fumigan dan formalin. Zat kimia tersebut digunakan karena tidak
merusak telur dan tempat penyimpanan telur (holding room). Zat kimia yang biasa
digunakan untuk sanitasi mesin adalah texrol dan clinafarm. Zat kimia tersebut
digunakan karena tidak merusak mesin tetas dan peralatannya, tidak tergantung
dari kelembaban internal dan eksternal dari mesin tetas, harganya murah, mudah
melakukannya dan dapat dibeli dan tidak membahayakan karyawan yang
melakukannya.

Gambar 12. Sanitasi kereta telur

Gambar 13. Sanitasi lantai dan saluran air

28

Gambar 14. Sanitasi kabin (penggantian damper)


2. Penerimaan Hatching Egg (HE) dari Breeding Farm
Telur pertama kali datang terlebih dahulu dilakukan pengecekan di dalam
truk HE dan dihitung jumlah HE yang diterima dari breeding farm kemudian
dilakukan pembongkaran telur dalam truk dan dimasukkan dalam holding room.
Setelah jumlah HE dicek, kemudian dicocokkan dengan surat jalan dan kemudian
dicatat pada borang form kontrol. Truk HE perlu dicek karena kondisi truk HE
juga berpengaruh terhadap kualitas telur tetas. Telur merupakan bahan yang
mudah pecah dan mudah rusak, untuk itu perlu alat khusus untuk mengangkutnya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (2007) dalam memilih kendaraan untuk
pengangkutan telur, sebaiknya dipilih jenis kendaraan yang mempunyai tingkat
kepegasan yang halus. Hal ini dilakukan sebagai tindakan pencegahan akibat
goncangan-goncangan yang ditimbulkan kendaraan yang yang dapat menurunkan
kualitas telur. Selain itu banyaknya telur yang diangkut harus sesuai dengan
kapasitas kendaraan.
Proses penerimaan HE dari breeding farm pada PT. Charoen Pokphand
Jaya Farm Unit 1 Pasuruan adalah sebagai berikut : 1) telur dicek dalam truk

29

kemudian dibongkar, 2) dicocokkan dengan surat jalan. Tujuan pencocokkan


tersebut yaitu agar tidak terjadi perbedaan jumlah telur yang dikirim dan
memudahkan pencatatan pada form kontrol terima HE. Telur yang disimpan pada
holding room dikelompokkan berdasarkan grade, flok (farm), strain, dan tanggal
masuk

hatchery. Pengelompokkan HE dilakukan dengan tujuan untuk

memudahkan pengontrolan dan penanganan selama proses penetasan.

Gambar 15. Pengecekan telur dalam truk

Gambar 16. Holding room

30

Gambar 17. Pengelompokkan Hatching Egg


III.2. Kegiatan Insidental
Kegiatan insidental di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit 1 Pasuruan
terbagi menjadi dua kegiatan utama yaitu di farm dan hatchery. Kegiatan di farm
meliputi perkawinan secara Inseminasi Buatan (IB) dan pengawasan kandang
(kontrol malam). Kegiatan insidental di Hatchery PT. Charoen Pokphand Jaya
Farm Unit 1 Pasuruan meliputi setting kereta telur, transfer telur, dan pull chick.

3.2.1. Farm
Kegiatan insidental di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm unit 1 Pasuruan
meliputi perkawinan secara Inseminasi Buatan (IB) dan pengawasan kandang
(kontrol malam).
1. Perkawinan Secara Inseminasi Buatan (IB)
Perkawinan yang dilakukan di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit 1
Pasuruan yaitu dengan menggunakan teknik perkawinan secara Inseminasi buatan
(IB). Inseminasi buatan (IB) pada unggas, sebenamya sudah dikenal sebelum
tahun 1926 di daratan China yang pada saat itu IB dilaksanakan untuk ternak itik.

31

25 tahun kemudian IB dipraktekkan di Eropa Timur dan Israel pada angsa. Namun
dalam

perkembangannya

hingga

saat

ini

sudah

jauh

dikenal

untuk

mengembangkan unggas terutama untuk ayam bibit.


Teknik perkawinan secara IB sangat diperlukan untuk mempercepat
peningkatan populasi ayam, khususnya pada ayam petelur. Teknik IB merupakan
bagian dari tatalaksana perkawinan ternak unggas dengan tujuan utama adalah
memproduksi anak ayam semaksimal mungkin. Dalam hal ini ada keterkaitan
antara fertilitas, daya tetas, dan memproduksi anak ayam semaksimal mungkin.
Keberhasilan untuk memproduksi anak ayam yang berkualitas tinggi tidak
terlepas dari jumlah anak ayam yang menetas (daya tetas), sedangkan daya tetas
selalu berhubungan dengan fertilitas telur. Gerilya (2013) menyatakan bahwa
tatalaksana yang baik dari induk yang meliputi perkandangan, pemberian pakan,
pemilihan dan teknik perkawinan yang benar akan menghasilkan fertilitas yang
tinggi.
Sebelum melakukan Inseminasi Buatan (IB) persiapan-persiapan yang
harus dilakukan adalah :
1. Persiapan peralatan IB
Semua peralatan di strerilisasi dengan menggunakan autoclaf dengan suhu
120 C selama 20 menit dengan tujuan menghilangkan kuman. Tips pipet yang
masih tajam harus diamplas agar halus dan tips pipet yang rusak atau pecah
diganti dengan yang baru. Thermos hanya diisi dengan peralatan IB yang sudah
steril, tidak diperkenankan diisi dengan barang-barang lain dan thermos yang
digunakan baik sebelum dan sesudah pelaksanaan IB harus dalam keadaan bersih.
Golden power pipet disiapkan, skala hisapnya dicek diangka 0,05 CC dan pada

32

saat pemakaian selalu dikontrol sekiranya skala yang sudah disetting berubah.
Alkohol dan kapas digunakan untuk membersihkan feses yang keluar saat proses
membuka cloaca ayam betina dan bertujuan untuk mencegah penyebaran virus,
bakteri dan telur cacing yang ada dalam feses ketubuh ayam lain melalui cloaca,
karena kontak langsung dengan tips pipet yang terkena feses. Glass Collector
digunakan untuk menampung semen dari ayam jantan dengan kapasitas 20 CC,
sebelum dipakai harus disterilisasi.

B
C

A
D
F

Gambar 18. Peralatan Inseminasi buatan :


A.) Thermos, B.) Alkohol, C.) Tips Pipet, D.) Glass Collector, E.) Kapas,
F) Golden Power Pipet
2. Proses pelaksanaan IB pada ayam jantan
Proses pelaksanaan IB pada ayam jantan yaitu saat penyadapan semen
(sperma) tidak boleh terjadi pendarahan pada cloaca ayam jantan, setelah itu
dilakukan pengurutan dengan pelan dan lembut dari bagian punggung belakang
sayap sampai kebelakang. Jika terjadi pendarahan maka pembuluh darah mungkin
bisa pecah, terjadi infeksi dan akan tercampur dengan semen yang bagus saat
penyadapan berikutnya. Tandai ayam jantan yang sakit dan juga ayam jantan yang
produksi semennya sedikit atau semennya tidak keluar. Setelah ditandai,
selanjutnya dilaporkan pada asisten dan supervisor IB agar segera ditangani.

33

3. Proses pelaksanaan IB pada ayam betina


Proses pelaksanaan IB pada ayam betina yaitu dengan menyiapkan semen
yang sudah ditampung dan diambil dengan menggunakan tips pipet. Kemudian
dipasang pada golden power pipet yang sudah disetting skalanya yaitu dengan
skala 0.05 CC.

Gambar 19. Pengambilan Semen ayam jantan


Cloaca ayam betina dibuka dengan cara tangan sebelah kiri memegang kedua kaki
ayam dan menekan bagian abdomen ayam dan tangan sebelah kanan membuka
cloaca ayam.

34

Gambar 20. Pembukaan cloaca ayam betina


Cloaca yang sudah terbuka dibersihkan dan kemudian segera diinjeksi dengan
menggunakan golden power pipet yang skala semennya sudah disetting. Ayam
betina yang cloacanya tidak bisa terbuka atau cloacanya terjadi pendarahan
dipisahkan dan ditandai. Setelah ditandai, selanjutnya dilaporkan pada asisten dan
supervisor IB agar segera ditangani.
2. Pemantauan Kandang (Kontrol Malam)
Kegiatan ini dilakukan pada pukul 21.00 22.00 WIB bersama dengan
supervisor. Tujuan dilakukannya kontrol malam, yakni untuk mengetahui kondisi
ayam ketika malam hari yang berkaitan dengan kenyamanan ayam terhadap suhu
di dalam kandang, bila pada malam hari ayam-ayam mengalami kedinginan
ataupun kepanasan, maka hal tersebut akan sangat mempengaruhi produktivitas
ayam. Kondisi ayam dapat diketahui dengan mengamati bunyi ayam, melihat
nafsu makan ayam, dan tingkah laku ayam. Pada tanggal 13-15 februari 2015,
mortalitas pada kandang 13 adalah betina 10 ekor dan jantan 2 ekor.
Pengaturan temperatur di dalam kandang dapat dilakukan dengan
mengubah setting blower dengan cara menambah atau mengurangi direct blower
dan mengatur tirai cooling pad dengan cara menaikkan atau menurunkan tirai
tersebut. Selain hal tersebut tujuan kontrol malam yaitu untuk mengetahui apakah
ayam terkena penyakit CRD (Cronic Respiratory Disease) yang dikenal dengan
istilah ngorok atau tidak, dengan mendengarkan secara jeli apakah terdapat ayam
yang terdengar ngorok atau tidak. Biasanya apabila ayam yang terkena ngorok itu
banyak, maka suaranya akan terdengar saat masuk kandang dan apabila hal

35

tersebut terjadi maka perlu penanganan cepat supaya penyakit tersebut tidak
menyebar secara luas.

Gambar 21. Kondisi ayam yang sakit


3.2.2. Hatchery
Kegiatan insidental di Hatchery PT. Charoen Pokphand Jaya Farm unit 1
Pasuruan meliputi setting kereta telur, transfer telur, dan pull chick. Telur tetas
pertama kali dimasukkan pada holding room selama kurun waktu tertentu yang di
sajikan pada tabel 8. Tujuan telur tetas disimpan pada holding room adalah untuk
menghambat

pertumbuhan

embrio,

menghambat

fiskositas

telur

atau

berkurangnya kekentalan telur dan pH telur tidak asam dan menyeragamkan umur
telur tetas. Dalam holding room dilakukan setting kereta telur atau telur tetas yang
siap di tetaskan di masukkan dalam kereta telur. Setelah dilakukan setting kereta
telur maka kereta telur dimasukkan dalam ruang pre-heat selama 20-24 jam
dengan suhu 30C (sesuai dengan suhu ruang). Tujuan kereta telur dimasukkan
pada ruang pre-heat adalah untuk menstabilkan suhu telur atau menyeragamkan
suhu telur dan mengembalikan suhu normal telur (25-28C). Setelah suhu telur

36

seragam, telur dimasukkan pada mesin setter dengan suhu sesuai dengan suhu dan
kelembaban yang sudah ditetapkan.

Tabel 8. Waktu simpan telur pada holding room


Waktu simpan (Hari)

Suhu (C)
Kelembaban ( )

1-4
4-7
7-12

18
17
16

75
75-80
80

Tabel 9. Setting suhu pada mesin setter


Waktu
1 jam sebelum transfer
12 jam setelah setting
5 jam setelah transfer
12 jam setelah transfer
24 jam setelah transfer

F
100,1/100,2
100,0/100,1
99,7/99,8
99,9/100,0
100,0/100,1

C
37,86/37,91
37,80/37,86
37,64/37,69
37,75/37,80
37,80/37,86

1. Setting Kereta kedalam Mesin Setter


Setting kereta kedalam mesin setter yaitu dengan memasukkan kereta telur
dari pre-heat kedalam mesin setter. Setting atau peletakan kereta harus dilakukan
sesuai dengan prosedur yang sudah diterapkan. Berikut merupakan manual
prosedur setting kereta kedalam mesin setter yang dilakukan :

Mematikan tombol alarm


Mematikan blower fan dan menyalakan lampu
Mengambil tirai kereta
Melepas kabel turning, kabel kompresor dan ganjal kereta
Dinding, lantai dan blower fan dibersihkan
Mengambil kereta setter dari pre-heat dan didorong masuk kemesin setter
Memasang tirai setter, kabel turning, kabel kompresor dan kereta di ganjal
Menyalakan blower fan dan mematikan lampu, tombol alarm dinyalakan
dan suhu dan kelembaban disetting

37

Kapasitas 1 kereta telur berbeda-beda sesuai dengan egg tray yang


ditempatkan pada kereta telur. Kapasitas 1 kereta telur yang menggunakan egg
tray 36 adalah 6.480 butir (180 egg tray) dan kapasitas 1 mesin setter adalah
77.760 butir (2.160 egg tray). Sedangkan kapasitas 1 kereta telur yang
menggunakan egg tray 42 adalah 7.560 butir (180 egg tray) dan kapasitas 1 mesin
setter adalah 90.720 butir (2.160 egg tray). Kereta pada mesin setter diletakkan
secara berurutan, kereta yang masuk ditempatkan di bagian belakang dan begitu
seterusnya sehingga kereta akan terdorong ke depan oleh kereta yang baru masuk
dalam mesin setter. Kereta yang pertama kali keluar yaitu kereta telur yang umur
telurnya paling tua atau sudah mencapai umur 18 hari dan akan keluar melalui
pintu depan dari mesin setter. Posisi peletakan kereta harus diatur. Hal ini
dilakukan agar panas yang ditimbulkan oleh telur pada kereta yang paling awal
dapat dialirkan kebelakang. Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari riyanto
(2006) yang menyatakan bahwa pada pertengahan proses penetasan yaitu antara
hari ke-11 sampai hari ke-14 akan terlihat adanya peningkatan temperatur pada
ruang incubator. Hal tersebut normal karena embrio didalam telur sudah mulai
membesar dan menghasilkan panas.

38

Gambar 22. Keadaan kereta dalam mesin seter

39

2. Transfer Telur Tetas


Transfer telur yaitu proses pemindahan telur yang berumur 18 hari yang
berada dalam mesin setter dan dipindahkan ke mesin hatcher. Telur yang di
transfer dari mesin setter ke mesin hatcher harus melalui proses candling yang
dilakukan untuk mengetahui apakah telur yang yang akan ditetaskan fertil atau
infertil. Transfer dilakukan pada usia embrio 18-18,5 hari. Telur-telur yang tidak
lolos akan dikumpulkan dan dijual sedangkan telur yang dinyatakan fertil
ditransfer kemesin hatcher selama 3 hari dengan suhu dan kelembaban 38-39 C
dan 81,5-82,5 %.
Telur fertil saat dilakukan candling berwarna gelap sedangkan telur infertil
berwarna terang kemerah-merahan. Fertilitas telur tetas di Hatchery PT. Charoen

Pokphand Jaya Farm unit 1 Pasuruan berkisar antara 87,89

. Selain telur yang

berwarna terang, telur yang berbau busuk dan pecah juga tidak boleh dimasukan
dalam mesin hatcher karena embrio dalam telur sudah mati dan kematian tersebut
kemungkinan besar disebabkan oleh mikroorganisme. Sanitasi wajib dilakukan
sebelum dan setelah proses transfer untuk menghindari perkembangan mikroba
dan jamur.

40

Gambar 23. Pengeluaran kereta telur dari mesin setter

Gambar 24. Proses candling

Gambar 25. Pemasukan telur fertil kedalam mesin hatcher


3. Pull Chick

41

Pull Chick adalah kegiatan untuk mengeluarkan atau memanen DOC dari
dalam hatcher, baik secara sederhana maupun semi modern dimana DOC
dikeluarkan lalu dilewatkan melalui ban berjalan keruangan lain. Hal tersebut
tidak sesuai berdasarkan kenyataan di lapangan, yaitu DOC dikeluarkan dari
kereta lalu dipisahkan dari cangkang dan telur yang belum menetas. DOC
diletakan di sebuah wadah untuk dilakukan sexing dan seleksi, cangkang telur
dilewatkan pada ban berjalan untuk digiling sampai hancur dan telur yang tidak
menetas diletakan pada egg tray.
Permulaan pull chick ditandai dengan memperhatikan beberapa kriteria
meliputi suhu dan kelembaban yang mulai mendekati set point. Proses pull chick
melewati beberapa tahap yaitu :
a. Sexing
Setelah dilakukan pull chick maka akan dilakukan sexing yaitu pemisahan
Day Old Chick berdasarkan jenis kelamin. Terdapat satu metode yang digunakan
dalam sexing DOC di PT. Charoen pokphand Jaya Farm Unit Hatchery Gempol
yaitu perbedaan warna bulu (autosexing methode). Cara membedakan antara
jantan dan betina dengan melihat warna atau corak bulu. Cara membedakan
tersebut dilakukan untuk efisiensi waktu produksi. Perbandingan jantan dan betina
di Hatchery PT. Charoen Pokphand Jaya Farm unit 1 Pasuruan yaitu 40% : 60 %,
yaitu 40% jantan dan 60% betina.
b. Seleksi (Grading) dan Culling
Setelah sexing dilakukan untuk memisahkan anak ayam dengan kualitas
baik dan tidak baik. Grading pada DOC biasanya dilihat dari keadaan DOC itu
sendiri. DOC yang baik mempunyai gerakan yang lincah, bulu mengkilap.
Sedangkan culling adalah mengafkhir anak ayam yang tidak berkualitas baik.
Berdasarkan data hasil penetasan PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit 1

42

Gempol daya tetas telur 80% dengan salabilitas berkisar 82,3%, 2,7 % DOC
afkir , dan 11,7 % DIS (dead in shell). Ciri-ciri DOC yang baik menurut SNI
(2005) yaitu bobot kuri per ekor minimal 33 gram; kondisi fisik sehat, kaki
normal dan dapat berdiri tegak, paruh normal, tampak segar dan aktif, tidak
dehidrasi, tidak ada kelainan bentuk dan tidak cacat fisik, sekitar pusar dan dubur
kering dan pusar tertutup, warna bulu seragam sesuai dengan warna galur (strain)
dan kondisi bulu kering dan berkembang, jaminan kematian kuri maksimal 2%.
c. Debeaking (Potong Paruh)
Setelah proses seleksi dan culling selesai selanjutnya DOC dibawa
keruang debeaking untuk melakukan pemotongan paruh dengan menggunakan
mesin elektric debeaking dengan ukuran 1/3 bagian dari ujung paruh. Pemotongan
paruh dilakukan untuk DOC betina, sedangkan DOC jantan tidak dilakukan
potong paruh. Tujuan dari debeaking adalah untuk memaksimalkan pengambilan
pakan serta mengurangi kanibalisme atau keadaan dimana ayam mematuk
sesamanya. Perusahaan penetasan sekarang telah banyak yang melakukan potong
paruh pada DOC untuk mencegah kanibalisme serta mematuk bulu, apabila
dipotong ketika kecil maka paruh tersebut biasanya tidak akan tumbuh kembali
sampai periode pertumbuhan atau grower, ketika memasuki periode pergantian
pullet biasanya memerlukan pemotongan kembali.
d. Vaksinasi
Vaksinasi

merupakan

upaya

pencegahan

penyakit

dengan

cara

memasukkan vaksin kedalam tubuh ayam. Vaksinasi yang dilakukan untuk DOC
jantan yaitu vaksin ND (Newcastle Disease) dan Gumboro (IBD) dengan dosis 2
ml/ekor (1 ml ND, 1 ml gumboro). Sedangkan untuk DOC betina dilakukan
vaksin mareks dengan dosis 2 ml/ekor. Vaksin yang diberikan sesuai dengan
permintaan para konsumen. Metode vaksinasi yang dilakukan pada unit hatchery

43

gempol yaitu metode injeksi subcutan hal ini sesuai pendapat Suprijatna et al.
(2005) bahwa vaksinasi diberikan dengan cara semprot (spray), dicelup sampai
paruh (dipping), lewat air minum, diteteskan pada mata, hidung, atau mulut,
suntik pada daging dada atau paha.
e. Pengepakan
DOC yang telah divaksin selanjutnya dilakukan pengepakan yang
dikerjakan oleh bagian seleksi dengan menggunakan box DOC yang didesain
secara khusus. Box warna hijau untuk DOC jantan dan box warna merah untuk
DOC betina, sedangkan yang menggunakan keranjang DOC hanya untuk
konsumen diwilayah sekitar ataupun konsumen yang sengaja memesan dengan
menggunakan keranjang DOC. DOC yang sudah dipacking kemudian di
tempatkan di ruang penyimpanan sementara (pre loading area).

Tempat

penyimpanan sementara tersebut dilengkapi dengan blower untuk memperlancar


sirkulasi udara dan menjaga agar kelembaban udara tetap stabil. Suhu ruangan
tersebut yaitu sekitar 26 - 28C dengan kelembaban 75% dan maksimal tumpukan
adalah 10 box.

Gambar 26. Pengambilan kereta DOC dari mesin hatcher

44

Gambar 27. Sexing dan Grading DOC

Gambar 28. DOC yang diCulling

Gambar 29. Debeaking (potong paruh)

Gambar 30. Vaksinasi

45

III.3. Kegiatan Penunjang


Kegiatan penunjang yang dilakukan di PT. Chaoren Pokphand Jaya Farm
unit 1 Pasuruan meliputi pengamatan kandang yang terdiri atas pengamatan tipe
dan jenis atap kandang, luas kandang, dan peralatan yang ada dalam kandang.
Kegiatan penunjang di Hatchery PT. Charoen Pokphand Jaya Farm unit 1
Pasuruan meliputi perlabelan boks DOC.
3.3.1. Farm
Kegiatan penunjang yang dilakukan di PT. Chaoren Pokphand Jaya Farm unit
1 Pasuruan meliputi pengamatan kandang yang terdiri atas pengamatan tipe dan
jenis atap kandang, luas kandang, dan peralatan yang ada dalam kandang.
1. Pengamatan Kandang
Pengamatan kandang dilakukan pada saat istirahat dan pada saat tidak ada
kegiatan. Kandang di PT. Charoen pokphand Jaya Farm Unit 1 pasuruan dibangun
membujur dari timur kebarat berjajar dari utara keselatan. Sistem kandang yaitu
close house. Fungsi kandang tertutup yaitu suhu, kelembaban dan keadaan
kandang akan lebih mudah diatur, agar udara dari luar yang membawa virus
ataupun bakteri serta jamur tidak langsung masuk kedalam kandang dan
mencegah masuknya hewan-hewan yang dapat membawa bibit penyakit seperti
burung, tikus, serangga, dan lain sebagainya.
PT. Charoen Pakphand Jaya Farm Unit 1 pasuruan terdiri dari 9 flock yang
masing-masing flock terdiri dari 2 kandang, flock I terdiri dari satu kandang,
dengan jumlah keseluruhan kandang yaitu 17 kandang. Ukuran kandang flock
A,B,C,D,E,F dan I dengan panjang 93m dan lebar 8,3 m, flock G dan H panjang
100 m dan lebar 12 m. Jarak kandang satu dengan yang lainya adalah 12 m. Jarak

46

antara kandang yang luas agar sirkulasi udara mengalir dengan lancar. Lantai yang
digunakan yaitu terdiri dari litter dan slat. Bahan litter yang digunakan yaitu dari
serutan kayu dan sekam dengan ketinggian 20 cm dari lantai.

Gambar 31. Kandang Close House


Jenis atap yang digunakan di dalam kandang PT. Charoen Pokphand Jaya
Farm Unit 1 Pasuruan adalah gable roof dengan bahan polinum yang berfungsi
sebagai sanitasi ruang agar stabil, penyerap panas dan dingin. Samping kanan dan
kiri kandang terdapat cooling pad. Udara yang ada dalam kandang agar mengalir
dengan baik maka terdapat blower (exhouse fan) yang berfungsi menyedot udara
yang ada di dalam kandang agar selalu besih. Dalam satu kandang terdapat 8 buah
blower. Untuk menunjang kelancaran pengoperasian kegiatan pemeliharaan ayam
bibit induk petelur, maka kandang dilengkapi; 1) tempat minum disebut nipple
dimana bagian-bagian nipple terdiri dari penyangga disebut cup nipple, puting
nipple disebut nozle nipple; 2) shocker adalah alat pengejut yang terbuat dari
kawat listrik dengan tegangan rendah yang terdapat disekeliling kandang agar
hewan tidak masuk; 3) temptron adalah pengatur suhu dan pengatur banyaknya
blower yang hidup dalam kandang; 4) sensor suhu yang digantung untuk
mengetahui suhu dalam kandang; 5) Curt-O-Matic adalah alat otomatis untuk
menurunkan tirai jika terjadi mati lampu dan genset tidak bekerja; 6) Panel box

47

adalah kotak pengatur kendali yang mempunyai lampu tersendiri, jika ada
masalah maka lampu akan menyala.

Gambar 32. Temptron

Gambar 33. sensor suhu

Gambar 34. Curt-O-matic


3.3.2. Hatchery

48

Kegiatan penunjang di Hatchery PT. Charoen Pokphand Jaya Farm unit 1


Pasuruan meliputi perlabelan box DOC.

49

1. Perlabelan Box Day Old Chick


Label merupakan jenis data yang membantu menjelaskan suatu hal atau
produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Box yang telah berisi DOC selanjutnya
ditutup keempat sisinya menggunakan steples dan kemudian ditempel label segel
dan nama perusahaan. Selanjutnya ditempel label kuning yang dilengkapi data
tanggal tetas, galur, jenis DOC petelur, jumlah DOC ditambah resiko transportasi
sebanyak 2% untuk menganti DOC yang mati selama trasnportasi dari hatchery
ke konsumen, berat DOC, penyeleksi dan telah divaksin mareks.
Pelabelan yang dilakukan oleh karyawan PT. Charoen Pokphand Jaya
Farm Unit 1 Pasuruan dalam waktu 10 menit harus mencapai 10 box. Pelabelan
masih menggunakan label manual karena pemesan DOC masih berdomisili dalam
negeri dan belum menggunakan barcode. Manfaat yang diperoleh jika
menggunakan barcode yaitu dapat meningkatkan akurasi dan resiko kesalahan
yang mungkin terjadi pada proses manual, dapat memaksimalkan proses
pengumpulan data secara otomatis dan dapat meningkatkan efisiensi operasional
sehingga perusahaan dapat menghemat biaya dan meningkatkan keuntungan.

50

Gambar 35. Penempelan label segel perusahaan


IV.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktik kerja di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit
1 Pasuruan dapat disimpulkan sebagai berikut :
4.1 Manajemen pemeliharaan sudah baik dengan indikator :
1. Mortalitas kandang 13 pada tanggal 13-15 februari 2015 adalah betina
10 ekor sedangkan jantan 2 ekor.
2. Presentase HDP dan HHP masing - masing yaitu sebesar 75,08 % dan
75,08% dengan jumlah ayam betina 9321 ekor dengan produksi telur
6998 butir maka produksi telur adalah 75,08%.
3. HE (Hatching Egg) kandang 7 adalah 93,32%.
4. Manajemen pencahayaan periode laying lebih dari 15 jam.
4.2 Manajemen penetasan telur sudah baik dengan indikator :
1. Daya fertilitas telur di PT. Charoen Pokphan Jaya Gempol yaitu
87,89%.
2.
3.
4.

Daya tetas telur di PT. Charoen Pokphan Jaya Gempol yaitu 80 %.


Salabilitas Chick di PT. Charoen Pokphan Jaya Gempol yaitu 82,3 %.
DOC afkir di PT. Charoen Pokphan Jaya Gempol yaitu 277 ekor atau

5.

2,7 %.
Dead in Shell di PT. Charoen Pokphan Jaya Gempol yaitu 11,7 %.

51

DAFTAR PUSTAKA
Andisuro, R. 2011. Ayam Broiler. Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor.
Baktiningsih, S. Sigit, M. dan M.S. Dadang. 2013. Produksi Telur Berbagai Jenis
ayam Sentul Di Gabungan kelompok Tani Ternak Ciung Wanara
Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis. Jurnal Ilmiah Peternakan. Vol.1
(3) : 993-1000.
Fadilah, R. 2004. Kunci Sukses Beternak Ayam Broiler di Daerah
Agromedia Pustaka. Jakarta. ISBN:9793702206.
Hadi, U.K. 2005. Pelaksanaan Biosekuritas pada Peternakan
Pertanian Bogor. Bogor

Tropis.

Ayam. Institut

Kartasudjana, R. dan E. Suprijatna. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar


Swadaya. Jakarta.
Mahfudz, L. D. 2006. Hidrogen Peroksida Sebagai Pengganti Gas Formaldehyde
Pada Penetasan Telur Ayam. Jurnal Protein Vol. 13 (2): 128-133.
Muharsini, S. 2012. Inovasi Ayam dan Olahan Tingkat Kesehatan Lingkungan
dan pendapatan Petani. Badan Litbang pertanian. Jakarta. Edisi 6-12
Juni 2012 No.3460 Tahun XLII.
Mulyantini. 2010. Ilmu Manajemen Ternak Unggas. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Nugroho, C.S., Oscar S, dan W. Eko. 2011. Penambahan Probiotik dalam Air
Minum terhadap Kualitas Telur Ayam Petelur. Fakultas Peternakan,
Universitas Brawijaya. Malang.
Risnajati, D.2011. Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum Yang
Berbeda Temperatur Terhadap Performa Ayam Petelur Periode Grower.
Sains peternakan. Vol. 9 (2) : 77-81. ISSN 1693-8828.
Rasyaf, M. 2007. Panduan Beternak ayam petelur. Depok : Penebar Swadaya.
Riyanto. 2006. Suskseskan Menetaskan Telur Ayam. Penebar Andromedia Pusaka.
Jakarta
Satria,

G. 2013. Bioscurity pada Ayam Petelur. Diakses


http://satriagerilya.blogspot.com/2013/01/bioscurity-pada-ayampetelur.html?m=1

dari

52

Standar Nasional Indonesia (SNI). 2011. Pakan Bibit Induk (Parent stock) Ayam
Ras Tipe Petelur-bagian 5: layer. Badan Standarisasi nasional. Jakarta.
SNI 7652.5:2011.ICS 65.120.
Sudhiana, W. 2002. Standart Operatin Prosedure (S.O.P) dan Key Performance
Indikator (K.P.I). P.T. Caeroen Pokphand Jaya Farm. Jakarta.
Suprijatna, E., Atmomarsono, U., Kartasudjana, R. 2005. Ilmu Dasar Ternak
Unggas. Penebar swadaya, Jakarta.
Winarti, dan Triyantini. 2005. Peluang Telur Infertil pada Usaha Penetasan Telur
Itik Sebagai Telur Konsumsi. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan
Veteriner.

53

LAMPIRAN

Lampiran 1. Program Kerja Harian Kandang Periode Produksi


WAKTU
07.00-08.00

08.00-09.00
09.00-09.30

09.30-10.30
10.00-10.30
10.30-11.00
11.00-11.30
11.30-12.00
12.00-14.00
14.00-14.30
14.30-15.15

15.15-16.00

TUGAS
Menyiapkan obat sanitasi,
meratakan pakan dan ambil
bangkai
Ambil telur 1
Isi bok pakan dan memberi
pakan ayam jantan dan
pengeluaran telur dan fumigasi 1
Ambil telur 2
Memberi pakan ayam betina
Ambil telur 3
Melaksanakan kegiatan
mingguan
Pengeluaran telur dan fumigasi 2
Istirahat
Ambil telur 4
Ambil telur 5 (manual),
meratakan pakan dan ditambah
jika habis
Pengeluaran telur dan fumigasi 2
dan melanjutkan kegiatan
mingguan

KETENGAN
2 Orang

2 orang
2 orang

2 orang
2 orang
2 orang
2 orang
2 orang
2 orang
2 orang
2 orang

2 orang

Lampiran 2. Denah lokasi Tempat kerja Praktik.

Gambar 36. Denah lokasi Tempat kerja Praktik

54

Lampiran 3. Dokumentsi kegiatan

Gambar 37. Kondisi dalam kandang

Gambar 38. Pengiriman DOC

Gambar 39. Kunjungan dosen

55

Lampiran 4. Penghitungan Produksi telur (Hen Day Production), Presentase telur


tetas serta HHP (Hen House Production)
Produksi telur (butir)
a. % Produksi Telur =

X 100%

Jumlah ayam (ekor)


6215

% Produksi Telur =

X 100%

10.128

% Produksi Telur =

61,36 %

Jumlah telur tetas (butir)


b. % Telur Tetas =
% Telur Tetas

X 100%

Jumlah produksi telur (butir)


5832

X 100%

6215
% Telur Tetas (HE)

93,83 %

Jumlah produksi telur (butir)


c. % HHP

HHP

HHP

X 100%

Jml ayam awal x lama hari


6215

X 100%

10.128 x 1
61,36 %

56

Anda mungkin juga menyukai