Anda di halaman 1dari 52

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PRODUK REMPAH PADA

CV. AGRADAYA INDONESIA KABUPATEN SLEMAN


DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

A. Latar Belakang

Rempah-rempah adalah tanaman yang memiliki aroma dan rasa yang

kuat, biasanya digunakan untuk penguat rasa dan memberikan aroma dalam

makanan atau minuman. Rempah-rempah selain digunakan untuk penambah

cita rasa di dalam makanan, dapat digunakan sebagai jamu, kosmetik,

antimikroba dan baru-baru ini rempah-rempah juga dapat dikonsumsi dalam

bentuk minuman berupa teh atau sering dikenal dengan sebutan blend tea.

Indonesia sendiri memiliki berbagai macam tanaman rempah, seperti jahe,

kunyit, temulawak, temuireng, kapulaga, pala, cengkeh dan masih banyak

lainnya, sehingga Indonesia dijuluki sebagai Mother of Spices (ibu rempah).

Manfaat tanaman rempah akhir-akhir ini banyak disadari oleh

masyarakat karena memiliki manfaat yang sangat baik untuk kesehatan dan

pencegahan penyakit pada tubuh manusia. Jika dikonsumsi sesuai dengan

anjuran yang sudah ditetapkan. Dampak dari kesadaran masyarakat akan

manfaat tanaman rempah yang baik membuat perdagangan tanaman rempah

berkembang dengan pesat saat ini. Menurut FAO (2014, dalam Hermawan,

2015) perkembangan tanaman rempah ini distimulasi oleh, (1) pertumbuhan

ekonomi negara-negara Asia dan negara maju yang dipresentasikan melalui

pertumbuhan konsumsi siap saji, (2) peningkatan kesadaran masyarakat

terhadap kesehatan dan manfaat rempah. Kebutuhan terhadap tanaman

1
2

rempah yang besar adalah suatu potensi pendapatan ekonomi yang dapat

dioptimalkan oleh petani.

Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap manfaat rempah

memberikan pengaruh baik juga terhadap industri yang menghasilkan

produk-produk herbal. Salah satu perusahaan yang menghasilkan produk

dengan bahan baku utama tanaman rempah adalah CV. Agradaya Indonesia

atau yang biasa dikenal dengan nama Agradaya. Agradaya adalah suatu

perusahaan yang berbasis kewirausahaan sosial dimana fokus dari kegiatan

Agradaya pada pengembangan produk rempah yang diolah secara natural

dan bekerja sama atau berkolaborasi dengan petani skala kecil di Dusun

Perintali dan Dusun Kokap. Agradaya berfokus untuk menghasilkan produk

dari olahan rempah jenis biofarmaka seperti jahe, temulawak dan kunyit

untuk dihasilkan dalam bentuk minuman herbal dan bubuk ekstrak.

Proses pengolahan produk-produk bubuk rempah di Agradaya adalah

pertama tanaman rempah basah dicuci bersih, dipotong kecil-kecil lalu

dijemur di rumah pengeringan atau biasa dikenal dengan nama Solar Dryer.

Setelah dikeringkan tanaman rempah basah berubah dalm bentuk simplisia.

Lalu simplisia rempah digiling menggunakan mesin, karena mesin yang

dipakai saringannya masih memakai ukuran yang besar, sehingga yang

dihasilkan masih terdapat bagian-bagian yang besar dari simplisia rempah

tersebut. Sehingga, dibuatlah inovasi dari bagian-bagian besar simplisia

yang sudah digiling tersebut menjadi minuman herbal dalam bentuk teh

tubruk atau biasa dikenal dengan nama Blend Tea.


3

Agradaya berlokasi di Daerah Istimewa Yogyakarta, tepatnya di Dusun

Planden RT.03/RW.14, Desa Sendangrejo, Kecamatan Minggir, Kabupaten

Sleman, DI Yogyakarta, 55562. Agradaya sudah berdiri sejak tahun 2014

dan baru berfokus pada tanaman rempah kurang lebih tiga tahun terakhir.

Produk-produk yang dihasilkan oleh Agradaya terdiri dari 4 varian Spices

Powder, 3 varian Spices Blend Tea dan 1 varian Natural Drink. Daftar

varian-varian dan harga produk Agradaya dapat dilihat pada tabel 1.1.

Tabel 1.1 Daftar Varian dan Harga Produk Agradaya


HARGA
No ITEM SUB ITEM
(Rp)
Turmeric Powder 30.000
Java Turmeric Powder 30.000
1. Spices Powder
Ginger Powder 45.000
Red Ginger Powder 45.000
Blue Ginger 45.000
2. Spices Blend Tea Royal Tea 45.000
Indigenous Tea 45.000
3. Natural Drink Blue Tea 30.000
Sumber: CV. Agradaya Indonesia

Penjualan produk-produk Agradaya menggunakan 2 sistem, yaitu

Business to Business (B2B) dan Business to Consumer (B2C). Sistem

Business to Business (B2B) adalah menjual produk dari satu perusahaan ke

perusahaan lain, sistem Business to Business (B2B) Agradaya adalah dengan

sistem konsinyiasi atau titip jual dan reseller, sudah terdapat 41 titik toko

online maupun offline yang bekerjasama dengan Agradaya, meliputi Pulau

Jawa, Bali dan Sumatera. Sistem Business to Consumer adalah menjual

produk langsung ke konsumen akhir melalui jaringan elektonik, sistem

Business to Consumer Agradaya adalah dengan menggunakan aplikasi

Whatsapp Business, Instagram dan Marketplace Online (Shopee,


4

Tokopedia, Blibli dan Bukalapak). Selain itu, Agradaya juga sering

mengikuti pameran baik di daerah Yogyakarta maupun di luar kota yang

bertujuan untuk menambah relasi dan mencari konsumen baru.

Kegiatan-kegiatan pemasaran yang dilakukan Agradaya adalah dengan

membuat konten instagram, dimana konten instagram ini bertujuan untuk

memberikan informasi kepada konsumen mengenai produk Agradaya dan

branding dari Agradaya. Salah satu usaha untuk menarik semangat para

konsinyasi dan reseller yang berada di Pulau Jawa, Sumatera dan Bali

adalah dengan memberikan ongkos kirim yang dibuat semenarik mungkin.

Tujuannya agra mereka dapat bekerja sama dengan Agradaya. Selanjutnya,

memberikan potongan ongkos kirim di Marketplace Online, kegiatan ini

juga dilakukan untuk membuat konsumen-konsumen menjadi tertarik untuk

membeli produk Agradaya. Selain itu pemberian potongan ongkos kirim ini

bertujuan untuk merawat Marketplace Online yang selama ini sedikit

terbengkalai.

Adapun usaha lain yang dilakukan Agradaya untuk meningkatkan

jumlah konsumen adalah pembuatan member VIP Agradaya dengan

minimal transaksi Rp. 250.000. Pembuatan member ini bermanfaat untuk

konsumen, karena mereka akan mendapatkan keuntungan pemberian diskon

sebesar 10% untuk setiap pembelian, informasi mengenai produk yang

sedang promo lebih awal dan lain-lain. Reseller-reseller yang bekerja sama

dengan Agradaya mendapat keuntungan dalam menjual produk Agradaya.

Adapun keuntungan yang di dapat reseller tertera pada gambar 1.1.


5

Gambar 1.1 Skema Reseller Agradaya

Berdasarkan gambar 1.1 dapat terlihat bahwa terdapat pembagian jenis

reseller sesuai dengan transaksi yang dilakukan dan keuntungan-keuntungan

reseller yang juga menyesuaikan dengan transaksi yang dilakukan. Tujuan

dari kegiatan pemasaran Agradaya itu sendiri adalah membantu konsumen

mendapatkan produk herbs and spices yang natural, berkualitas tinggi, dan

sustainable ke dalam bentuk yang praktis, sehingga konsumen dapat dengan

mudah menjaga kesehatan tubuhnya sekaligus mendukung pemberdayaan

pertanian desa dan juga menjaga alam. Selain itu, untuk merawat konsumen

baru maupun lama, toko konsinyasi dan reseller serta meningkatkan

penjualan produk Agradaya.

Perkembangan penjualan dan pemasaran produk-produk Agradaya

mengalami keadaan naik turun, hal ini dapat terlihat dari volume penjualan
6

produk Agradaya dari bulan Januari-November 2019. Volume penjualan

produk Agradaya dapat dilihat pada tabel 1.2.

Tabel 1.2 Volume Penjualan Produk Agradaya (Bulan Januari-November


2019)
Nama Bulan
Produk Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov
Turmeric 66 51 46 77 94 23 35 107 100 669 111
Java 73 64 190 140 143 38 59 176 211 697 187
Turmeric
Red Ginger 5 82 30 72 61 34 39 134 91 666 110
Ginger 44 46 92 69 91 21 43 97 103 77 130
Blue Ginger 9 42 39 47 248 97 83 249 184 127 222
Royal Tea 36 41 54 11 202 78 76 123 159 126 174
Indigenous 6 97 46 108 108 133 146 146
Tea
Blue Tea 8 14 34 24 33 34 55 342 188 56 106
TOTAL 241 340 485 446 969 371 498 1.336 1.169 2.564 1.186
Sumber: CV. Agradaya Indonesia

Berdasarkan tabel 1.2 dapat terlihat bahwa volume penjualan di

Agradaya dari bulan Januari-November 2019 sudah mengalami 7 kali

kenaikan dan 4 kali penurunan. Terjadinya kenaikan penjualan pada bulan-

bulan tertentu disebabkan oleh adanya pembelian dari reseller-reseller lama

dan relasi-relasi CEO Agradaya, sedangkan terjadinya penurunan penjualan

di karenakan keadaan pasar yang tidak menentu contohnya pada penjualan

dari bulan Mei ke Juni yang mengalami penurunan karena banyak

konsumen yang fokusnya beralih kepada kebutuhan yang lain.

Pada kegiatan pemasaran, manajer Agradaya sendiri mengatakan bahwa

usaha yang mereka lakukan belum berjalan optimal. Pertama, pembuatan

konten Instagram yang belum sesuai target pada hal dari konten instagram

tersebut konsumen mendapatkan informasi, sehingga terjadinya ketertarikan

konsumen terhadap Agradaya dan produk yang dihasilkan. Kedua, skema

keuntungan reseller di Agradaya belum dilakukan secara optimal, pda hal


7

jika skema ini dapat berjalan secara optimal maka akan memacu semangat

reseller-reseller yang belum bekerja sama dengan Agradaya.

Beberapa kegiatan pemasaran yang belum dilakukan secara optimal

oleh Agradaya disebabkan oleh faktor internal (kelemahan) yang ada di

dalam Agradaya, yaitu kurangnya sumber daya manusia untuk membantu

kelancaran kegiatan pemasaran. Hal ini menyebabkan kegiatan promosi

Agradaya di aplikasi instagram dan whatsapp business menjadi belum

berjalan secara rutin. Selain itu yang menjadi kelemahan dari pemasaran

Agradaya adalah belum masuknya produk Agradaya ke pasar-pasar yang

dapat dijangkau oleh semua orang, seperti supermarket, hotel, restoran dan

coffee shop.

Dibalik kelemahan yang dimiliki Agradaya, ada pula kekuatan yang

dapat digunakan Agradaya untuk kegiatan usahanya, yaitu produk yang

berasal dari bahan baku organik dan dikemas secara hiegenis, harga jual

yang standar, mempunyai cerita atau branding yang dapat menarik

perhatian konsumen, mempunyai rumah produksi, kebun dan petani mitra

yang dapat dikunjungi, terdapat 41 titik toko sehat online dan offline yang

beker jasama dengan Agradaya, meliputi Pulau Jawa, Bali dan Sumatera

serta kemasan yang digunakan merupakan kemasan yang ramah lingkungan.

Agar perusahaan dapat mencapai tujuan serta dapat mengatasi

pemasalahan tersebut, perlu dilakukan penelitian untuk merumuskan

kebijakan strategi pemasaran produk rempah pada CV. Agradaya Indonesia

yang tepat, sehingga diharapkan dapat berpengaruh terhadap kelancaran


8

pemberian value terhadap konsumen, peningkatan penjualan dan

keberlangsungan usaha CV. Agradaya Indonesia. Analisis strategi yang

digunakan yaitu mengunakan metode AHP (Analytic Hierarchy Process).

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat

topik strategi pemasaran dengan judul “Analisis Strategi Pemasaran

Produk Rempah pada CV. Agradaya Indonesia Kabupaten Sleman

Daerah Istimewa Yogyakarta ”.

B. Identifikasi Masalah

1. Berapa besar nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan produk

rempah di CV. Agradaya Indonesia?

2. Apa saja faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang

mempengaruhi strategi pemasaran CV. Agradaya Indonesia?

3. Bagaimana solusi strategi pemasaran yang tepat untuk diterapkan oleh

CV. Agradaya Indonesia berdasarkan faktor internal dan faktor

eksternal yang ada?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk menganlisis bagaimana nilai tambah yang diciptakan usaha

pengolahan produk rempah CV. Agradaya Indonesia.

2. Untuk menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal

yang mempengaruhi strategi pemasaran CV. Agradaya Indonesia.


9

3. Untuk menganalisis solusi strategi pemasaran yang tepat berdasarkan

faktor lingkungan internal dan faktor lingkungan eksternal bagi CV.

Agradaya Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi CV. Agradaya Indonesia dalam menerapkan

kegiatan pemasaran.

2. Bagi akademis, dapat menjadi salah satu referensi kajian tentang

strategi pemasaran.

3. Bagi peniliti, dapat menjadi sarana peneliti untuk meningkatkan dan

mengembangkan ilmu dalam merumuskan strategi pemasaran yang

tepat.

E. Tinjauan Pustaka

1. Nilai Tambah

Nilai Tambah adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena

adanya input fungsional yang diberlakukan pada komoditas tersebut.

Input fungsional tersebut berupa proses pengubahan bentuk (form

utility), pemindahan tempat (place utility), maupun proses penyimpanan

(time utility). Nilai tambah menggambarkan imbalan bagi tenaga kerja,

modal dan manajemen (Hayami et.al, 1987 dalam Jati, 2006).


10

Nilai tambah dapat dilihat dari dua sisi, yaitu nilai tambah untuk

pengolahan dan nilai tambah untuk pemasaran. Nilai tambah untuk

pengolahan dipengaruhi oleh faktor teknis yang meliputi kapasitas

produksi, jumlah bahan baku dan tenaga kerja, serta faktor pasar yang

meliputi harga output, harga bahan baku, upah tenaga kerja dan harga

bahan baku lain selain bahan bakar dan tenaga kerja (Sudiyono, 2004

dalam Aulia, 2012). Terdapat tiga komponen pendukung dalam analisis

nilai tambah, yaitu faktor konversi yang menunjukkan banyaknya

output yang dihasilkan dari satu satuan input, faktor koefisien yang

menunjukkan banyaknya tenaga kerja langsung yang diperlukan untuk

mengolah satu satuan input dan nilai produk yang menunjukkan nilai

output yang dihasilkan dari satu satuan input (Jati, 2006).

2. Pemasaran

Pemasaran (marketing) adalah mengidentifikasi dan memenuhi

kebutuhan manusia dan sosial. Salah satu definisi yang baik dan singkat

dari pemasaran adalah memenuhi kebutuhan-kebutuhan dengan cara

yang menguntungkan. Berikut pengertian pemasaran dilihat dari

definisi sosial, pemasaran adalah sebuah proses kemasyarakatan di

mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan

dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas

mempertukarkan produk dan jasa yang bernili dengan orang lain

(Kotler dan Keller, 2008).


11

Pemasaran adalah proses sosial dan manjerial di mana pribadi atau

organisasi memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan

melalui penciptaan dan pertukaran nilai dengan yang lain. Dalam

konteks yang lebih sempit, pemasaran mencakup menciptakan

hubungan pertukaran muatan nilai dengan pelanggan yang

menguntungkan. Karena itu, dalam mendefinisikan pemasaran

(marketing) sebagai proses di mana perusahaan menciptakan nilai bagi

pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan,

dengan tujuan menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya

(Kotler dan Amstrong, 2008). Model sederhana proses pemasaran dapat

dilihat pada tabel 1.3.

Tabel 1.3 Model Sederhana Proses Pemasaran


Memahami Merancang Membangun Membangun Menangkap
pasar dan strategi program hubungan nilai dari
kebutuhan pemasaran pemasaran yang pelanggan
serta yang terintegrasi menghubungk untuk
keinginan digerakkan yang an dan mencipatakan
pelanggan oleh memberikan menciptakan keuntungan
pelanggan nilai yang kepuasan dan ekuitas
unggul pelanggan pelanggan

Tabel 1.3 menunjukkan model sederhana dari lima langkah proses

pemasaran. Empat langkah pertama, perusahaan bekerja untuk

memahami pelanggan, menciptakan nilai bagi pelanggan, dan

membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan, sedangkan

langkah terakhir, perusahaan memuai hasil dari menciptakan nilai

unggul bagi pelanggan.

3. Manajemen Pemasaran
12

Definisi manajemen pemasaran yang dikemukakan oleh Philip

Kotler (dalam Swastha dan Irawan, 2008): Manajemen pemasaran

adalah penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan

program-program yang ditujukan untuk mengadakan perukaran dengan

pasar yang dituju dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi.

Hal ini sangat tergantung pada penawaran organisasi dalam memenuhi

kebutuhan dan keinginan pasar tersebut serta menentukan harga,

mengadakan komunikasi, dan distribusi yang efektif untuk

memberitahu, mendorong, serta melayani pasar.

Pekerjaan pemasaran dalam pasar pelanggan secara formal

dilakukan oleh manajer penjualan, tanaga penjual, manajer iklan dan

promosi, peneliti pasar, manajer pelayanan pelanggan, manajer produk,

manajer pasar, dan wakil presiden pemasaran. Masing-masing

pekerjaan mencakup tugas dan tanggung jawab yang terdefinisikan

dengan baik. Banyak dari pekerjaan ini menyangkut pengolahan

sumber-sumber pemasaran tertentu seperti iklan, tenaga penjual atau

penelitian pemasaran. Sebaliknya, manajer produk, manajer pasar dan

wakil presiden pemasaran mengelola program. Pekerjaan mereka adalah

menganalisa, merencanakan dan melaksanakan program yang akan

menghasilkan tingkat dan macam transaksi yang diinginkan dengan

pasar yang dituju.

4. Bauran Pemasaran
13

Bauran pemasaran adalah kumpulan alat pemasaran taktis

terkendali yang dipadukan perusahaan untuk menghasilkan respons

yang diinginkan di pasar sasaran. Bauran pemasaran terdiri dari semua

hal yang dapat dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan

produknya (Kotler dan Amstrong, 2008). Tekanan utama dari bauran

pemasaran adalah pasar karena pada akhirnya produk yang ditawarkan

oleh perusahaan diarahkan ke pasar. Kebutuhan pasar tersebut dipakai

sebagai dasar untuk menentukan macam produknya; demikian pula

keadaan pasar terhadap berbagai macam alternatif harga, promosi, dan

distributor (Swastha dan Irawan, 2008).

Masalah ini menunjukkan kepada perusahaan untuk

mengalokasikan kegiatan pemasarannya pada masing-masing variabel

bauran pemasaran. Penerapan keputusan bauran pemasaran yang tidak

memadai atau keliru mungkin disebabkan karena pelaksanaannya yang

kurang baik. Situasi demikian harus secepatnya diperbaiki agar

tujuannya dapat dicapai (Swastha dan Irawan, 2008). Berikut ini tujuh

elemen pokok dalam bauran pemasaran, yaitu:

a. Produk (Product)

Produk berarti kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan

perusahaan kepada pasar sasaran (Kotler dan Amstrong, 2008).

Keputusan-keputusan tentang produk ini mencakup penentuan

bentuk penawaran secara fisik, mereknya, pembungkus, garansi dan

servis penjualan. Pengembangan produk dapat dilakukan setelah


14

menganalisa kebutuhan dan keinginan, maka keputusan-keputusan

tentang harga, distribusi dan promosi yang dapat diambil (Swastha

dan Irawan, 2008).

b. Harga (Price)

Harga adalah jumlah uang yang harus dibayarkan pelanggan

untuk memperoleh produk (Kotler dan Amstrong, 2008). Pada setiap

produk atau jasa yang ditawarkan, bagian pemasaran berhak

menentukan harga pokoknya. Faktor-faktor yang perlu

dipertimbangkan dalam penetapan harga tersebut antara lain biaya,

keuntungan, praktek saingan dan perubahan keinginan pasar

(Swastha dan Irawan, 2008).

c. Tempat (Place)

Tempat meliputi kegiatan perusahaan yang membuat produk

tersedia bagi pelanggan sasaran (Kotler dan Amstrong, 2008). Ada

tiga aspek pokok yang berkaitan dengan keputusan-keputusan

tentang tempat, yaitu pertama, sistem transportasi perusahaan,

temasuk dalam sistem pengangkutan antara lain keputusan tentang

pemilihan alat transport, penentuan jadwal pengiriman, penentuan

rute yang harus ditempuh dan seterusnya. Kedua, sistem

penyimpanan, bagian pemasaran harus menentukan letak gudang,

jenis peralatan yang dipakai untuk menangani material maupun

peralatan lainnya. Ketiga, pemilihan saluran distribusi menyangkut

keputusan-keputusan tentang penggunaan penyalur (pedagang besar,


15

pengecer, agen, makelar) dan bagaimana menjalin kerjasama yang

baik dengan para penyalur tersebut (Swastha dan Irawan, 2008).

d. Promosi (Promotion)

Promosi berarti aktivitas yag menyampaikan manfaat produk dan

membujuk pelanggan membelinya (Kotler dan Amstrong, 2008).

Termasuk dalam kegiatan promosi adalah periklanan, personal

selling, promosi penjualan dan publisitas (Swastha dan Irawan,

2008).

e. Orang (People)

Orang yang berinteraksi langsung dengan konsumen dalam

memberikan jasa, merupakan bagian penting untuk membangun

loyalitas. Pengetahuan dan kemampuan orang yang bekerja sesuai

dengan tujuan perusahaan merupakan modal yang sangat penting

untuk mencapai keberhasilan (Grewal dan Levy, 2010 dalam

Marcelina dan Tantra, 2016).

f. Proses (Process)

Mencakup bagaimana cara perusahaan melayani permintaan tiap

konsumennya. Mulai dari konsumen tersebut memesan hingga

akhirnya konsumen mendapatkan apa yang diinginkan (Kotler, 2009

dalam Marcelina dan Tantra, 2016).

g. Sarana Fisik (Physical Evidence)

Bukti yang dimiliki oleh penyedia jasa yang ditujukan kepada

konsumen sebagai ulasan nilai tambah konsumen. Bukti fisik


16

merupakan wujud nyata yang ditawarkan kepada pelanggan (Kotler,

2009 dalam Marcelina dan Tantra, 2016).

5. Strategi Pemasaran

Strategi pemasaran menitikberatkan pada beberapa pembeli yang

dituju atau dijadikan sasaran (target customer) dengan mengembangkan

marketing mix yang lebih memuaskan dan menguntungkan

dibandingkan dengan pesaing. Ini merupakan penerapan yang logis

tentang konsep pemasaran. Pendekatan yang berorientasi pada

pasar/pembeli ini disebut pemasaran dengan sasaran (target marketing)

(Swastha dan Irawan, 2008).

Strategi pemasaran ialah logika pemasaran yang dipakai unit bisnis

untuk mencapai tujuan pemasaran. Strategi pemasaran terdiri dari

strategi khusus yang berhubungan dengan pasar sasaran, bauran

pemasaran, dan tingkat pengeluaran pemasaran. Pasar sasaran, strategi

pemasaran harus menguraikan segmen-segmen pasar, di mana

perusahaan akan memusatkan perhatiannya. Segmen-segmen ini

berbeda pilihannya, tanggapannya terhadap usaha-usaha pemasaran dan

profitabilitasnya (Kotler, 1993).

Perusahaan bisa berhasil memusatkan usaha dan enerjinya pada

segmen-segmen pasar yang paling bisa dipenuhinya dilihat dari segi

persaingan. Perusahaan harus mengembangkan strategi pemasran untuk

setiap segmen yang sudah ditargetkan. Bauran Pemasaran, manajer

harus membuat kerangka strategi khusus dalam hubungannya dengan


17

elemen-elemen bauran pemasaran seperti, produk baru, penjualan

lapangan, iklan, promosi penjualan, harga, dan distribusi. Beberapa

alasan harus dipersiapkan untuk masing-masing strategi yang mampu

menanggapi tantangan, kesempatan dan halangan-halangan penting

yang telah diuraikan di seksi-seksi sebelum ini. Tingat pengeluran

pemasaran, manajer juga harus menguraikan anggaran biaya marketing

yang dibutuhkan untuk melaksanakan berbagai strategi marketing.

Manajer mengetahui bahwa anggaran yang lebih tinggi akan menambah

penjualan tetapi menjadi anggaran biaya marketing akan menghasilkan

gambaran keseluruhan keuntungan yang paling baik (Kotler, 1993).

Pemasaran sasaran memerlukan tiga langkah utama, yaitu

segementasi pasar, pentargetan pasar, dan penempatan pasar.

Segmentasi pasar adalah tindakan membagi sebuah pasar ke dalam

kelompok-kelompok konsumen yang berbeda yang mungkin

membutuhkan produk-produk dan/atau bauran pemasaran tersendiri.

Perusahaan tersebut mengidentifikasi cara-cara yang berbeda untuk

membagi pasar menjadi pasar menjadi segmen-segmen,

mengembangkan profil segmen-segmen pasar yang menguntungkan

dan mengevaluasi masing-masing daya tarik segmen itu. Pentargetan

pasar adalah tindakan mengevaluasi dan menyeleksi satu atau lebih dari

segmen-segmen pasar yang akan dimasuki. Penempatan pasar adalah

tindakan menciptakan suatu penempatan yang kompetitif untuk produk

dan bauran pemasaran yang terinci. Bauran pemasaran ialah salah satu
18

konsep utama dalam pemasaran modern serta serangkaian variabel

pemasaran terkendali yang dipakai oleh perusahaan untuk

menghasilkan tanggapan yang dikehendaki perusahaan dari pasar

sasarannya. Bauran pemasaran terdiri dari segala hal yang bisa

dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan atas produknya.

Beberapa kemungkinan itu bisa dikumpulkan ke dalam empat

kelompok variabel yang dikenal sebagai empat P, yaitu produk, harga

(price), tempat (place), dan promosi (Kotler, 1987).

Strategi pemasaran dari setiap perusahaan merupakan suatu

rencana keseluruhan untuk mencapai tujuan. Penentuan strategi ini

dapat dilakukan oleh manajer pemasaran dengan membuat tiga macam

keputusan, yaitu:

a. Konsumen manakah yang akan dituju?

b. Kepuasan seperti apakah yang diinginkan oleh konsumen tersebut?

c. Marketing mix seperti apakah yang dipakai untuk memberikan

kepuasan kepada konsumen tersebut?

Ketiga elemen ini sangat menentukan arah dari strategi pemasaran

perusahaan. Strategi tersebut merupakan rencana jangka panjang yang

digunakan sebagai pedoman bagi kegiatan-kegiatan personalia

pemasaran. Berdasarkan suatu riset pemasaran, manajer berusaha untuk

menentukan konsumen manakah yang akan dituju. Ini berarti bahwa

perusahaan mempunyai atau memilih konsumen tertentu sebagai

sasarannya. Kemudian, manajer mengidentifikasi keinginan mereka


19

agar dapat menentukkan kombinasi marketing mix yang paling efektif.

Hal ini perlu juga memperhatikan berbagai macam faktor lingkungan

(demografi, kondisi perekonomian, sosial dan kebudayaan, politik dan

hukum, teknologi serta pesaingan) dan kekuatan serta kelemahan

organisasi. Strategi pemasaran yang berhasil umumnya ditentukan dari

satu atau beberapa variabel marketing mix-nya. Jadi, perusahaan dapat

mengembangkan strategi produk harga, distribusi atau promosi; atau

mengkombinasikan variabel-variabel tersebut ke dalam suatu rencana

strategis yang menyeluruh (Swastha dan Irawan, 2008).

6. Manajemen Strategi

Manajemen strategi (strategy management) dapat didefinisikan

sebagai seni dan sains dalam memformulasi, mengimplementasi, dan

mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi

dapat memperoleh tujuannya. Manajemen strategi berfokus pada

pengintegrasian manajemen, pemasaran, keuangan dan akuntansi,

produksi dan operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem

informasi untuk memperoleh kesuksesan organisasi. Manajemen

strategi digunakan dengan memacu pada formulasi, implementasi, dan

evaluasi strategi, sedangkan perencanaan strategi mengacu hanya pada

formulasi strategi. Tujuan manajemen strategi adalah untuk menemukan

dan menciptakan kesempatan yang baru serta berbeda untuk esok;

perencanaan jangka panjang (ong-range planning), sebaliknya,


20

mencoba untuk mengoptimalisasi tren esok berdasarkan tren saat ini

(David dan David, 2016).

Manajemen strategi sebagai suatu kerangka kerja (frame work)

untuk menyelesaikan setiap masalah stratgeis di dalam perusahaan

terutama yang berkaitan dengan persaingan, maka para manajer diajak

untuk berpikir lebih kreatif atau berpiir secara strategik. Pemecahan

masalah dengan menghasilkan dan mempertimbangkan lebih banyak

alternatif yang dibangun dari suatu analisa yang lebih teliti akan lebih

menjanjikan suatu hasil yang menguntungkan. Ada beberapa manfaat

yang diperoleh organisasi jika menerapkan manajemen strategi menurut

Wahyudi (1996), yaitu:

a. Memberikan arah jangka panjang yang akan dituju.

b. Membantu organisasi beradaptasi pada perubahan-perubahan yang

terjadi.

c. Membuat suatu organisasi menjadi ebih efektif.

d. Mengidentifikasi keungguan komparatif suatu organisasi dalam

lingkungan yang semakin beresiko.

e. Aktivitas pembuatan strategi akan mempertinggi kemampuan

perusahaan untuk mencegah munculnya masalah di masa datang.

f. Keterlibatan karyawan dalam pembuatan strategi akan lebih

memotivasi mereka pada tahap pelaksanaannya.

g. Aktivitas yang tumpang tindih akan dikurangi.

h. Keengganan untuk berubah dari karyawan ama dapat dikurangi.


21

7. Pengukuran Eksternal

Audit eksternal berfokus mengidentifikasi dan mengevaluasi tren

dan kejadian di luar kendali suatu perusahaan. Tujuan audit eksternal

adalah untuk mengembangkan sejumlah kesempatan yang dapat

dimanfaatkan oleh perusahaan dan ancaman yang sebaiknya dihindari.

Kekuatan eksternal dapat dibagai menjadi lima kategori luas, yaitu

(David dan David, 2017):

a. Kekuatan Ekonomi

Faktor-faktor ekonomi memiliki dampak langsung pada daya

tarik potensial berbagai strategi. Ekonomi suatu negara yang ada saat

ini dan di masa yang akan datang dapat mempengaruhi keberhasilan

atau kegagalan strategi perusahaan. Faktor-faktor yang berhubungan

dengan ekonomi diantaranya, yaitu situasi perkembangan ekonomi

suatu negara, kecendurangan inflasi atau deflasi pada harga barang

dan jasa, kebijakan moneter, kebijakan fiskal dan keseimbangan

neraca pembayaran.

b. Kekuatan Sosial, Budaya, Demografis dan Lingkungan

Perubahan sosial, budaya dan lingkungan memiliki dampak besar

yang terlihat pada semua produk, jasa, pasar dan pelanggan.

Organisasi bertujuan memperoleh laba dan nirlaba yang kecil dan

besar dalam semua industri dikejutkan dan ditantang oleh

kesempatan dan ancaman yang muncul akbiat perubahan variabel

sosial, budaya, demografis dan lingkungan. Tren sosial, budaya,


22

demografis dan lingkungan membentuk cara orang bekerja,

berproduksi, dan berkonsumsi. Tren baru membuat jenis pelanggan

yang berbeda dan konsekuensinya, kebutuhan akan produk, jasa dan

strategi yang berbeda.

c. Kekuatan Politik, Pemerintah dan Hukum

Industri dan perusahaan yang sangat bergantung pada kontrak

atau subsidi pemerintah, perkiraan politik merupakan bagian yang

paling penting dalam audit eksternal. Perubahan hukum paten,

undang-undang anti persaingan, tarif pajak dan aktivitas lobi dapat

mempengaruhi perusahaan secara signifikan. Meningkatnya

interpedensi global antarekonomi, pasar, pemerintah dan organisasi

membuat perusahaan harus mempertimbangkan dampak yang

memungkinkan dari variabel politik terhadap formulasi dan

implementasi strategi bersaing.

d. Kekuatan Teknologi

Kekuatan teknologi merepresentasikan kesempatan dan ancaman

besar yang harus dipertimbangkan dalam memformulasikan strategi.

Kecanggihan teknologi dapat secara dramatis mempengaruhi produk,

jasa, pasar, pemasok, distributor, pesaing, pelanggan, proses

manufaktur, praktik pasar, dan posisi bersaing organisasi.

Kecanggihan teknologi dapat menciptakan pasar baru, memunculkan

pengembangan produk baru, mengubah posisi biaya bersaing relatif


23

dalam industri dan menyerahkan produk dan jasa yang ada dan

sudah kuno.

e. Kekuatan Bersaing

Bagian penting dalam audit eksternal adalah mengidentifikasi

perusahaan pesaing dan menentukan kekuatan, kelemahan,

kapabilitas, kesempatan, ancaman, tujuan dan strategi.

Mengumpulkan dan mengevaluasi informasi pesaing penting agar

berhasil dalam meformulasikan stratgei. Mengidentifiaksi pesaing

utama tidak selalu mudah karena banyak perusahaan memiliki divisi

yang bersaing di industri yang berbeda.

8. Pengukuran Internal

Semua organisasi memiliki kekuatan dan kelemahan di area-araea

fungsional bisnis. Tidak ada perusahaan yang memiliki kekuatan atau

kelemahan di semua area. Proses dalam melakukan audit internal sama

dengan proses melakukan audit eksternal. Perwakilan manajer dan

karyawan dari seluruh perusahaan perlu terlibat dalam menentukan

kekuatan dan kelemahan. Terdapat tiga basis pengukuran internal

(David dan David, 2017), yaitu:

a. Tinjauan Berbasis Sumberdaya

Pendekatan tinjauan berbasis sumberdaya menyatakan bahwa

beberapa sumberdaya internal lebih penting bagi perusahaan

dibandingkan faktor-faktor eksternal dalam mencapai dan

melanjutkan keunggulan bersaing. Pendukung dari tinjauan berbasis


24

sumberdaya menyatakan bahwa kinerja organisasional akan sangat

ditentukan oleh sumberdaya-sumberdaya internal yang

dikelompokan ke dalam 3 kelompok, yaitu sumberdaya fisik,

sumberdaya manusia dan sumberdaya organisasi.

b. Mengintegrasikan Strategi dan Budaya

Budaya organisasi dapat didefinisikan sebagai pola perilaku yang

telah dikembangkan oleh organisasi saat organisasi tersebut belajar

untuk menyelesaikan permasalahan internal dan telah bekerja cukup

baik untuk dianggap sahih untuk diajarkan ke anggota baru sebagai

cara yang benar dalam memahami, memikirkan dan merasakan.

Proses manajemen strategik juga memiliki porsi besar dalam budaya

organisasi tertentu.

c. Manajemen

Fungsi manajemen terdiri atas 5 aktivitas dasar, yaitu:

1) Perencanaan, terdiri atas semua aktivitas manajerial yang terkait

untuk mempersiapkan masa depan.

2) Pengorganisasian, meliputi semua aktivitas manajerial yang

menghasilkan hubungan struktur pekerjaan dan otoritas.

3) Pemotivasian, melibatkan pengarahan yang bertjuan membentuk

perilaku konsumen.

4) Penempatan karyawan, aktivitas penempatan karyawan

dipusatkan pada manajemen sumberdaya manusia atau personalia.


25

5) Pengendalian, mengacu kepada semua aktivitas menajerial yang

mengarahkan dan memastikan bahwa hasil aktual bersifat

konsisten dengan hasil yang direncanakan.

9. AHP (Analytical Hierarchy Process)

AHP (Analytical Hierarchy Process) adalah salah satu bentuk

mode pengembilan keputusan dengan multiple criteria. AHP

merupakan metode pengukuran yang digunakan untuk menentukan

skala rasio dari perbandingan pasangan yang diskrit maupun kontinu,

yang diperoleh dari ukuran aktual ataupun preferensi (Amalia, 2016).

AHP merupakan metode pengembalian keputusan yang melibatkan

sejumlah kriteris dan alternatif yang dipilih berdasarkan pertimbangan

semua kriteria terkait (Saaty, 2004 dalam Amalia, 2016).

Kelebihan AHP adalah dapat memberikan kerangka yang

komprehensif dan rasional dalam menstrukturkan permasalahan

pengambilan keputusan. Kelemahan AHP adalah ketergantungan model

AHP dengan inputnya dan metode ini hanya metode matematis tanpa

ada pengujian secara sistematik (Retnoningsih, Suryawardani dan

Parining, 2016). Pada penerapan metode AHP yang diutamakan adalah

mutu data dari responden dan tidak tergantung kuantitasnya (Saaty,

1993 dalam Isyanto, 2009).

Terdapat kerangka kerja yang terdiri dari delapan lagkah utama

dalam metode AHP menurut Saaty dalam Isyanto (2009), yaitu:


26

a. Mendefinisikan persoalan dan merinci pemecahan persoalan yang

diinginkan. Hal yang perlu diperhitungkan dalam langkah ini adalah

penguasaan masalah secara mendalam, karena yang menjadi

perhatian adalah pemilihan tujuan, kriteria dan unsur-unsur yang

menyusun struktur hirarki.

b. Membuat struktur hirarki dan sudut pandang manajemen secra

menyeluruh. Hirarki merupakan abstraksi struktur suatu sistem yang

mempelajari fungsi interaksi antar komponen dan dampaknya

terhadap sistem. Abstraksi ini mempunyai bentuk yang saling

berkaitan, tersusun dari sasaran utama, sub-sub tujuan, faktor-faktor

pendorong yang mempengaruhi sub-sub sistem tujuan tersebut,

pelaku-pelaku yang memberi dorongan, tujuan-tujuan pelaku dan

akhirnya ke alternatif strategi pilihan atau skenario.

c. Menyusun matriks banding berpasangan. Matriks banding

berpasangan dimulai dari puncak hirarki, yang merupakan dasar

untuk melakukan perbandingan berpasangan antar unsur yang terkait

di bawahnya. Pembandingan berpasangan pertama dilakukan, pada

unsur tingkat kedua terhadap fokus yang ada di puncak hirarki.

Menurut perjanjian, suatu unsur yang ada di sebelah kiri diperiksa

perihal dominasi atas yang di sebelah kanan suatu elemen di puncak

matriks.

d. Mengumpulkan semua pertimbangan yang diperlukan dari hasil

melakukan perbandingan berpasangan antar unsur pada langkah


27

ketiga. Setelah matriks perbandingan berpasangan anat unsur dibuat,

dilakukan perbandingan berpasangan antar setiap unsur pada kolom

ke-i dengan setiap unsur pada baris ke-j. Digunakan skala banding

untuk mengisi matriks banding berpasangan. Skala banding dapat

dilihat pada tabel 1.4.

Tabel 1.4. Nilai Skala Banding Berpasangan


Intensitas Definisi Penjelasan
Pentingnya
1 Kedua unsur sama pentingnya Dua unsur menyumbang sama
besar pada sifat itu
3 Unsur yang satu sedikit lebih Pengalaman dan pertimbangan
penting daripada unsur yang dengan kuat menyokong satu
lainnya unsur atas unsur yang lainnya
5 Unsur yang satu sangat Pengalaman dan pertimbangan
penting daripada unsur yang dengan kuat menyokong satu
lainnya unsur atas unsur yang lainnya
7 Satu unsur jelas lebih penting Satu unsur dengan kaut
daripada unsur yang lainnya disokong dan dominannya
telah terlihat dalam praktek
9 Satu unsur mutlak lebih Bukti yang menyokong unsur
penting daripada unsur yang yang satu atas yang lainnya
lainnya memiliki tingkat penegasan
tertinggi yang mungkin
menguatkan
2,4,6,8 Nilai-nilai di antara dua Kompromi diperhatikan di
pertimbangan yang berdekatan antara dua pertimbangan
Kebalikan Jika untuk aktifitas i mendapat satu angka bila dibandingkan
dengan aktivitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya bila
dibandingkan dengan i
e. Memasukkan nilai-nilai kebalikannya beserta bilangan 1 sepanjang

diagonal utama. Angka 1-9 digunakan, bila Fi lebih mendominasi

atau mempengaruhi sifat fokus hirarki (X) dibandingkan dengan Fj,

sedangkan bila Fi mendominasi atau kurang mempengaruhi sifat X

dibanding Fj maka digunakan angka kebalikannya. Matriks di bawah

garis diagonal utama diisi dengan nilai-nilai kebalikannya.

f. Melaksanakan langkah 3,4 dan 5 untuk semua tingkat dan gugusan

dalam hirarki tersebut. Pembandingan dilanjutkan untuk semua


28

unsur pada setiap tingkat keputusan yang terdapat pada hirarki,

berkenaan dengan kriteria unsur di atasnya. Matriks pembandingan

dalam individu PHA dibedakan menjadi (1) Matriks Pendapat

Individu (MPI) dan (2) Matriks Pendapat Gabungan (MPG). Matriks

Pendapat Individu adalah matriks hasil pembandingan yang

dilakukan individu. Matriks Pendapat Individu memiliki unsur yang

disimbolkan dengan aij, yaitu unsur matriks pada baris ke-i dan

kolom ke-j. Matriks Pendapat Gabungan adalah susunan matriks

baru yang unsur (gij) berasal dari rataan geometrik pendapat-

pendapat individu yang rasio inkonsistensinya lebih kecil atau sama

dengan 10% dan setiap unsur pada baris dan kolom yang sama dari

MPI yang satu dengan MPI yang lain tidak terjadi konflik.

g. Mensintesis prioritas untuk melakukan pembobotan vektor-vektor

prioritas. Menggunakan komposisi secara hirarki untuk

membobotkan vektor-vektor prioritas itu dengan bobot kriteria-

kriteria dan menjumlahkan semua nilai prioritas terbobot yang

bersangkutan dengan nilai prioritas dari tingkat bawah berikutnya

dan seterusnya. Pengolahan matriks pendapat terdiri dari dua tahap,

yaitu (1) pengolahan horizontal dan (2) pengolahan vertikal. Kedua

jenis pengolahan tersebut dapat dilakukan untuk MPI dan MPG

diolah secara horizontal, dimana MPI dan MPG harus memenuhi

persyaratan Rasio Inkonsistensi.


29

h. Mengevaluasi inskonsistensi untuk seluruh hirarki. Langkah ini

dilakukan dengan mengalikan setiap indeks inskonsistensi dengan

prioritas-prioritas kinerja yang bersangkutan dan menjumlahkan

hasil kalinya. Hasil ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang

menggunakan inkonsistensi acak, yang sesuai dengan dimensi

masing-masing matriks. Rasio Inkonsistensi hirarki harus bernilai

kurang dari atau sama dengan 10% untuk memperoleh hasil yang

baik. Rasio inkonsistensi diperoleh setelah matriks diolah secara

horizontal dengan menggunakan program komputer Expert Choice.

Jika rasio inkonsistensi mempunyai nilai lebih besar dari 10%, maka

mutu informasi harus ditinjau kembali dan diperbaiki, antara lain

dengan memperbaiki pertanyaan, melakukan pengisisan ulang

kusioner dan lebih mengarahkan responden dalam mengisi kusioner.


30

F. Penelitian Terdahulu

Tabel 1.5 Penelitian Terdahulu


Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Teknik Analisis Hasil Penelitian
Andina Analisis Strategi Analisis IE, Berdasarkan hasil yang
Primandhani Pemasaran Restoran SWOT dan diperoleh dari Matriks
(2014) Momomilk Bogor AHP IFE (3,135) dan Matriks
EFE (2,373), posisi
restoran Momomilk
berada di Sel IV pada
Matriks IE, dengan tipe
tumbuh dan membangun.
Alternatif strategi yang
menjadi prioritas utama
bagi pemasaran restoran
Momomilk adalah
meningkatkan efektifitas
promosi.
Graceta Putra Analisis Strategi Analisis IE, Hasil penelitian ini
Pratama Pemasaran pada SWOT dan menunjukkan jika
(2015) Usaha Susu Kedu di QSPM strategi melakukan
Kabupaten edukasi pasar tentang
Temanggung, Jawa Kedu Susu konsep One-
Tengah Stop educulinary-nya
melalui berbagai sosial
media dan media promo
kreatif yang dimiliki
Kedu Susu menjadi
strategi pemasaran yang
peneliti rekomendasikan.
Yodhy Analisis Nilai Analisis Nilai Berdasarkan perhitungan
Purwoko Jati Tambah dan Strategi Tambah, nilai tambah nilai tambah
(2006) Pemasaran Kopi Analaisis IE, kotor yang dihasilkan
Bubuk Arabika Matriks TOWS adalah sebesar Rp.
Kelompok Tani dan Matriks 8.800/kg sedangkan nilai
Manunggal VI QSPM tambah bersih adalah
Kecamatan Jambu sebesar Rp. 7.200/kg
Semarang atau 34,32%.
Fitria Pemilihan Prioritas Analisis AHP Hasil Penelitian untuk
Retnoningsih, Strategi Pemasaran prioritas strategi
Iga Oka Coklat Olahan pemasaran Magic
Suryawardani Berdasarkan Metode Chocolate adalah,
dan Nyoman Analytical Hierarhy pertama bahan-bahan
Parining Process (Studi Kasus mentah (produksi)
(2016) di Perusahaan Magic (0,214), kedua proses
Chocolate, yang menggunakan
Kabupaten Gianyer, teknologi (0,188), ketiga
Provinsi Bali varian produk (0,183).
Prioritas strategi
pemasaran adalah harga
kompetitif (0,313),
mengikuti permintaan
(0,293).
31

Lanjutan Tabel 1.5


Penelitian Sekarang
Peneliti Judul Analisis Hasil Penelitian
Yunanda Putri Analisis Startegi Analisis Nilai
(2019) Pemasaran Produk Tambah, IE dan
Rempah CV. Metode AHP
Agradaya Indonesia

G. Kerangka Pemikiran

CV. Agradaya Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang

memproduksi produk-produk rempah. CV. Agradaya Indonesia berlokasi di

Daerah Istimewa Yogyakarta, tepatnya di Dusun Planden RT.03/RW.14,

Desa Sendangrejo, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Yogyakarta,

55562. Tanaman yang dikembangkan oleh CV. Agradaya adalah tanaman

rempah-rempahan dengan fokus tanaman rempah yang diolah adalah jahe

emprit, jahe merah, kunyit dan temulawak. Produk-produk yang dihasilkan

CV. Agradaya Indonesia adalah 4 varian Spices Powder, 3 varian Spices

Blend Tea, dan 1 varian Natural Drink.

Proses pengolahan produk-produk bubuk rempah di Agradaya adalah

pertama tanaman rempah basah dicuci bersih, dipotong kecil-kecil lalu

dijemur di rumah pengeringan atau biasa dikenal dengan nama Solar Dryer.

Setelah dikeringkan tanaman rempah basah berubah dalm bentuk simplisia.

Lalu simplisia rempah digiling menggunakan mesin, karena mesin yang

dipakai saringannya masih memakai ukuran yang besar, sehingga yang

dihasilkan masih terdapat bagian-bagian yang besar dari simplisia rempah

tersebut. Sehingga, dibuatlah inovasi dari bagian-bagian besar simplisia


32

yang sudah digiling tersebut menjadi minuman herbal dalam bentuk teh

tubruk atau biasa dikenal dengan nama Blend Tea.

Penjualan produk-produk CV. Agradaya Indonesia menggunakan 2

sistem, yaitu Business to Business (B2B) dan Business to Consumer (B2C).

Kegiatan pemasaran Agradaya adalah pembuatan konten instagram,

memberikan potongan ongkos kirim di marketplace online, membuat

member VIP Agradaya, dan skema keuntungan reseller. Perkembangan

penjualan dan pemasaran produk-produk CV. Agradaya Indonesia dari

bulan Januari - November 2019 sudah mengalami 7 kali kenaikan dan 4 kali

penurunan. Terjadinya kenaikan penjualan pada bulan-bulan tertentu

disebabkan oleh adanya pembelian dari reseller-reseller lama dan relasi-

relasi CEO Agradaya, sedangkan terjadinya penurunan penjualan

dikarenakan keadaan pasar yang tidak menentu. Beberapa kegiatan

pemasaran juga belum dilakukan secara optimal, serta Agradaya belum

masuk ke pasar-pasar yang masih bisa dijangkau. Dari paparan di atas maka

dapat dibuat suatu bagan kerangka pemikiran sebagai berikut:


33

CV. Agradaya Indonesia

Visi dan Misi Tujuan

Analisis Nilai
Permasalahan Perusahaan Tambah

Analisis Lingkungan

Faktor Lingkungan Eksternal Faktor Lingkungan Internal

1. Kekuatan Ekonomi 1. Product (Produk)


2. Kekuatan Sosial, Budaya, 2. Price (Harga)
Demografis dan Lingkungan 3. Place (Tempat)
3. Kekuatan Politik, Pemerintah 4. Promotion (Promosi)
dan Hukum 5. People (Orang)
4. Kekuatan Teknologi 6. Process (Proses)
7. Physical Evidence (Sarana
5. Kekuatan Bersaing
Fisik)

Solusi Strategi Pemasaran Produk Rempah


Gambar 1.2. Kerangka Pemikiran

H. Hipotesis

Diduga nilai tambah produk rempah varian Blue Ginger lebih besar

daripada produk rempah dengan varian rasa yang lain di CV. Agradaya

Indonesia.

I. Pembatasan Penelitian

Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah tempat penelitian

hanya mencakup CV. Agradaya Indonesia yang beralamat di Dusun Planden


34

RT.03/RW.14, Desa Sendangrejo, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman,

Yogyakarta, 55562.

J. Definisi Operasional dn Pengukuran Variabel

1. Nilai tambah adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena

mengalami proses pengolahan, pengangkutan ataupun penyimpanan

dalam suatu produksi. Merupakan selisih nilai output produk rempah

dengan bahan baku utama rempah-rempah dan sumbangan input

lainnya (Rp/kg).

2. Hasil produksi output adalah produk yang dihasilkan setelah melalui

proses produksi berupa produk rempah dengan varian Blue Ginger,

Royal Tea dan Indigenous Tea yng dihasilkan oleh CV. Agradaya

Indonesia (bungkus/produksi).

3. Input bahan baku adalah bahan utama yang digunakan oleh CV.

Agradaya Indonesia untuk membuat produk rempah (Blue Ginger,

Royal Tea dan Indigenous Tea). Bahan baku yang digunakan adalah

simplisia jahe (kg/produksi).

4. Input tenaga kerja adalah curahan waktu kerja yang digunakan dalam

proses produksi produk rempah dinyatakan dalam satuan hari orang

kerja (HOK/produksi).

5. Koefisien tenaga kerja adalah perbandingan antara input tenaga kerja

dengan input bahan baku berupa rempah-rempah.


35

6. Harga produk output adalah nilai finansial pada produk rempah yang

dikeluarkan untuk mendapatkan produk rempah dengan varian Blue

Ginger, Royal Tea dan Indigenous Tea (Rp/kg).

7. Upah adalah biaya rata-rata dari tenaga kerja yang dihitung berdasarkan

hari orang kerja (HOK) dalam rupiah (Rp/produksi).

8. Harga input bahan baku adalah biaya bahan mentah yaitu jahe yang

digunakan oleh CV. Agradaya Indonesia dalam memperoleh produk

rempah varian Blue Ginger, Royal Tea dan Indigenous Tea (Rp/kg).

9. Sumbangan input lain adalah biaya yang dikeluarkan selain bahan baku

jahe dan biaya tenaga kerja untuk mengolah satu kg bahan baku jahe.

10. Nilai produk output adalah besarnya nilai hasil produksi per kilogram

dari pengolahan satu kilogram bahan baku pada proses produksi varian

Blue Ginger, Royal Tea dan Indigenous Tea (Rp/kg/produksi).

11. Rasio nilai tambah adalah angka yang menunjukkan perbandingan

antara nilai tambah dengan nilai produk output, yaitu produk rempah

dengan varian Blue Ginger yang dinyatakan dalam persen (%).

12. Dalam satu kali produksi untuk menghasilkan produk rempah varian

Blue Ginger, Royal Tea dan Indigenous Tea dibutuhkan proses

produksi masing-masing varian selama 3 jam/hari.

13. Strategi adalah cara untuk mencapai sasaran jangka panjang dalam

mencapai tujuan usaha CV. Agradaya Indonesia.


36

14. Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial di mana pribadi atau

organisasi memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan

melalui penciptaan dan pertukaran nilai dengan yang lain.

15. CV. Agradaya Indonesia adalah usaha yang bergerak di bidang

pertanian yang mengolah tanaman rempah menjadi berbagai produk

minuman herbal dan bubuk ekstrak.

16. Lingkungan eksternal adalah lingkungan di luar dari CV. Agradaya

Indonesia yang mempengaruhi kegiatan usaha. Parameter lingkungan

eksternal meliputi kekuatan ekonomi; kekuatan sosial, budaya,

demografis dan lingkungan; kekuatan politik, pemerintah dan hukum;

kekuatan teknologi dan kekuatan bersaing.

17. Lingkungan internal adalah suatu kondisi yang berasal dari dalam CV.

Agradaya Indonesiayang mempengaruhi kegiatan usaha. Parameter

lingkungan internal adalah 7 bauran pemasaran atau marketing mix,

yaitu product (produk), price (harga), place (tempat), promotion

(promosi), people (orang), process (proses), physical evidance (sarana

fisik).

18. Kekuatan adalah kelebihan atau keahlian yang dimiliki oleh CV.

Agradaya Indonesia dalam menghadapi pesaingnya yang diukur dengan

skor.

Kekuatan:

a. Memiliki banyak varian produk

b. Memiliki produk yang berkualitas tinggi


37

c. Harga jual yang kompetitif

d. Memiliki kemasan produk yang ramah lingkungan

e. Terdapat 41 titik lokasi penjualan di Pulau Jawa, Sumatera dan Bali

f. Memiliki target pemasaran/konsumen yang jelas

g. Pelayan yang baik dan cepat kepada konsumen

h. Memiliki branding yang dapat menarik minat konsumen

i. Rumah produksi, kebun dan petani mitra yang dapat dikunjungi

19. Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan yang dimiliki oleh

CV. Agradaya Indonesia sehingga menghalangi atau membatasi

kegiatan yang dilakukan dalam menghadapi pesaing yang diukur

dengan skor.

Kelemahan:

a. Produk yang belum mempunyai izin BPOM

b. Sumber daya manusia yang kurang

c. Kegiatan promosi yang belum optimal

d. Kurang memberikan penjelasan mengenai manfaat produk, sehingga

konsumen masih sering bertanya

e. Produk Agradaya belum masuk ke pasar-pasar yang masih dapat

dijangkau

20. Peluang adalah sesuatu yang menguntungkan CV. Agradaya Indonesia

dan membedakan dengan pesaing yang diukur dengan skor.

Peluang:

a. Memiliki akun marketplace online yang aktif


38

b. Perkembangan teknologi dan informasi untuk kegiatan pemasaran

c. Banyak orang yang sudah tertarik dan mulai hidup sehat

d. Loyalitas pelanggan/konsumen tinggi

e. Memiliki banyak supporting partner, seperti Bank Mandiri, Astra

Starup Comunity, Inkubator Bisnis KKIB, Kedutaan Australia,

Ristekdikti, Instellar, Kompak dan lain-lain.

21. Ancaman adalah sesuatu yang berasal dari lingkungan eksternal yang

tidak menguntungkan dan dijadikan tantangan dalam menjalankan

usaha CV. Agradaya Indonesia yang diukur dengan skor.

Ancaman:

a. Memiliki banyak pesaing, yaitu Rasah Nusantara, Herbana dan

Herbilogy

b. Kompetitor gencar melakukan promosi

c. Harga bahan baku jahe yang fluktuatif


39

Tabel 1.6 Variabel, Dimensi, Indikator dan Pengukuran pada Agradaya


Variabel Dimensi Indikator Skala
Pengukuran
Lingkungan Kekuatan 1. Memiliki banyak varian Ordinal
Internal produk
2. Memiliki produk yang
berkualitas tinggi
3. Harga jual yang
kompetitif
4. Memiliki kemasan yang
ramah lingkungan
5. Terdapat 41 titik lokasi
penjualan di Pulau Jawa,
Sumatera dan Bali
6. Memiliki target
pemasaran/konsumen
yang jelas
7. Pelayanan yang baik dan
cepat kepada konsumen
8. Memiliki branding yang
dapat menarik perhatian
konsumen
9. Rumah produksi, kebun
dan petani mitra yang
dapat dikunjungi
Lingkungan Kelemahan 1. Produk yang belum Ordinal
Internal mempunyai izin BPOM
2. Sumber daya manusia
kurang
3. Kegiatan promosi belum
optimal
4. Kurang memberikan
penjelasan tentang
manfaat produk ke
konsumen
5. Produk Agradaya belum
masuk ke pasar-pasar
yang masih dapat
dijangkau
Lingkungan Peluang 1. Memiliki akun Ordinal
Eksternal marketplace online yang
aktif
2. Pengembangan teknologi
dan informasi untuk
kegiatan pemasaran
3. Banyak orang yang sudah
tertarik dan mulai hidup
sehat
4. Loyalitas konsumen tinggi
5. Memiliki banyak
supporting partner, seperti
Mandiri, Astra, Inkubator
Bisnis, dll.
40

Lanjutan Tabel 1.6


Variabel Dimensi Indikator Skala
Pengukuran
Lingkungan Ancaman 1. Memiliki banyak pesaing, Ordinal
Eksternal seperti Rasah Nusantara,
Herbana dan Herbilogy
2. Kompetitor gencar
melakukan kegiatan promosi
3. Harga bahan baku jahe yang
fluktuatif

K. Metode Penelitian

1. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan

cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul

sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang

berlaku untuk umum atau generalisasi. Jadi secara teknis dalam metode

deskriptif tidak ada uji signifikansi, tidak ada taraf kesalahan, karena

peneliti tidak bermaksud membuat generalisasi, sehingga tidak ada

kesalahan generalisasi (Sugiyono, 2016).

2. Metode Pelaksanaan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus.

Studi kasus adalah data yang diperoleh dapat dari beberapa pihak yang

bersangkutan, sehingga penelitian ini hanya berlaku pada kasus yang

diselidiki atau yang diteliti. Studi kasus dalam penelitian ini adalah

peristiwa yang terjadi di CV. Agradaya Indonesia. CV. Agradaya

Indonesia memiliki tujuan untuk menjadi produsen rempah yang dapat


41

memberikan produk yang berkualitas tinggi sekaligus mendukung

pemberdayaan pertanian desa dan juga menjaga alam.

3. Metode Penentuan Responden

Metode penentuan responden dalam penelitian ini adalah

menggunakan metode purposive. Metode purposive adalah teknik untuk

menentukan responden penelitian dengan pertimbangan tertentu yang

bertujuan agar data yang diperoleh lebih representatif (Sugiyono, 2016).

Responden dari penelitian ini adalah CEO (Chief Executive Officer) dan

manajer tim Marketing and Sales, manajer tim produksi dan manajer tim

Community Development di CV. Agradaya Indonesia. Hal ini

dikarenakan pertimbangan responden memahami tentang pemasaran CV.

Agradaya Indonesia dengan baik.

4. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

kuantitatif didukung data kualitatif. Data diperoleh dari dalam

perusahaan maupun luar perusahaan yang berbetuk data primer dan data

sekunder.

a. Jenis dan Sumber Data Analisis Nilai Tambah

Data sekunder menurut Sugiyono (2016) merupakan sumber yang

tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya

lewat orang lain atau lewat dokumen. Data sekunder diperoleh dari

pihak internal perusahaan yang berupa bahan pustaka, catatan-catatan


42

yang dimiliki perusahaan, literatur perusahaan serta berkas- berkas

yang dimiliki oleh perusahaan.

b. Jenis dan Sumber Data Analisis Faktor-Fakotr Lingkungan

Internal dan Eksternal

1) Data Primer

Data primer menurut Sugiyono (2016) adalah sumber data

yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data

primer yang diperoleh langsung dari pengamatan di lapangan dan

wawancara dengan pihak CV. Agradaya Indonesia dan pengisian

kuesioner oleh pihak CV. Agradaya Indonesia yang terdiri dari

CEO dan manajer tim Marketing and Sales.

2) Data Sekunder

Data sekunder menurut Sugiyono (2016) merupakan sumber

yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data,

misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Data sekunder

diperoleh dari pihak internal perusahaan yang berupa bahan

pustaka, catatan-catatan yang dimiliki perusahaan, literatur

perusahaan serta berkas- berkas yang dimiliki oleh perusahaan.

c. Jenis dan Sumber Data Analisis Solusi Strategi Pemasaran

Data primer menurut Sugiyono (2016) adalah sumber data yang

langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data primer yang

diperoleh langsung dari pengamatan di lapangan dan wawancara

dengan pihak CV. Agradaya Indonesia dan pengisian kuesioner oleh


43

pihak CV. Agradaya Indonesia yang terdiri dari CEO dan manajer tim

Marketing and Sales.

5. Metode Pengumpulan Data

a. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin

mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah

respondennya sedkit/kecil (Sugiyono, 2016).

b. Kuesioner (Angket)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel

yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.

Kuesioner dapat berupa pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka,

dapat diberikan kepada responden secara lansung atau melalui internet

(Sugiyono, 2016).

c. Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang

spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara

dan kuesioner. Jika wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi


44

dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga

obyek-obyek alam yang lain (Sugiyono, 2016).

L. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis Nilai Tambah

a. Analisis Nilai Tambah

Analisis nilai tambah menggunakan metode Hayami untuk

mengetahui besarnya nilai tambah, faktor konversi, faktor koefisien

tenaga kerja, keuntungan serta balas jasa yang diterima oleh pemilik

faktor produksi dari pengolahan produk rempah dengan berbagai

varian, yaitu Blue Ginger, Royal Tea dan Indigenous Tea.

Tabel 1.7 Teknik Analisis Data Nilai Tambah dengan Metode Hayami
No. Output, Input, Harga Blue Ginger Royal Tea Indigenous Tea
1. Hasil produksi output a A A
(Kg)
2. Input bahan baku (Kg) b B B
3. Input tenaga kerja c C C
(HOK)
4. Faktor Konversi d = a:b+c d = a:b+c d = a:b+c
5. Koefisien tenaga kerja E = c:b-c E = c:b-c E = c:b-c
6. Harga produksi output f F F
7. Upah rata-rata g G G
(Rp/HOK)
Penerimaan, Pendapatan dan Nilai Tambah
8. Harga input bahan h H H
baku (Rp/kg)
9. Sumbangan input lain i I I
(Rp/kg)
10. Nilai Produk Output J = d x f /h J = d x f /h J = d x f /h
(Rp/kg)
11. a. Nilai tambah K = j-h-i K = j-h-i K = j-h-i
(Rp/kg)
b. Rasio nilai tambah L=k:j% L=k:j% L=k:j%
(%)

b. Pengujian Hipotesis
45

Diduga nilai tambah produk rempah varian Blue Ginger lebih besar

daripada produk rempah dengan varian rasa yang lain di CV.

Agradaya Indonesia.

Uji One Way Anova

Pengujian hipotesis nilai tambah menggunakan one way anova untuk

mengetahui apabila terdapat perbedaan antar tiga nilai tambah produk.

1) Formulasi Hipotesis

Ho : NTtc = NTwu = NTtk

Ha : NTtc ≠ NTwu ≠ NTtk

Keterangan:

NTtc = Rata-rata nilai tambah Blue Ginger

NTwu = Rata-rata nilai tambah Royal Tea

NTtk = Rata-rata nilai tambah Indigenous Tea

2) Kriteria Pengujian

a) Ho diterima dan Ha ditolak apabila Fh ≤ Ftab, artinya tidak

terdapat perbedaan nilai tambah.

b) Ho ditolak dan Ha diterima apabila Fn > Ftab, artinya terdapat

perbedaan nilai tambah.

3) Rumus Pengujian

Tabel 1.8 Teknik Menguji Hipotesis Nilai Tambah


SV Dk JK MK Fh Ftab Keputusan
Antar Kel m–1 JKant MKant Lihat
Dalam kel N-m JKdal MKdal MK ant tabel Fh > Ftab
Total MK dal untuk
N–1 JKtot - Ha diterima
5%
46

Keterangan :

SV = Sumber Variasi
JK = Jumlah Kuadrat
m = Jumlah kelompok sampel
N = Jumlah seluruh anggota sampel
α = 5%

∑ X tot
2

JKtot = ∑ X tot 2 -
N
2
( ∑ X tot )
JKant =  ¿¿¿ –
N
JKdal = JKtot – JKant
JK ant
MKant =
m−1
JK dal
MKdal =
N −m
MK ant
Fhit =
MK dal

Uji LSD (Least Signification Difference)

Apabila hasil uji one way anova adalah F h > Ftab, yaitu menerima Ha,

selanjutnya hipotesis diuji menggunakan Uji LSD untuk mengetahui

nilai tambah produk mana yang paling besar.

1) Formulasi Hipotesis

Ho : NTtc  NTwu

NTtc  NTtk

Ha : NTtc > NTwu

NTtc > NTwu

2) Kriteria Pengujian

a) NTtc – NTwu > LSD berarti ada beda nyata.


47

NTtc > NTwu, nilai tambah produk Blue Ginger lebih besar

dari nilai tambah produk Royal Tea.

b) NTtc – NTtk > LSD berarti ada beda nyata

NTtc > NTtk, nilai tambah produk Blue Ginger lebih besar dari

nilai tambah produk Indigenous Tea.

Kesimpulan : Nilai tambah produk Blue Ginger lebih besar

daripada kedua produk lain

a) NTtc – NTwu  LSD berarti tidak ada beda nyata.

NTtc  NTtk, nilai tambah produk Blue Ginger lebih kecil atau

sama dengan nilai tambah produk Royal Tea.

b) NTtc – NTtk  LSD berarti tidak ada beda nyata

NTtc  NTtk, nilai tambah produk Blue Ginger lebih kecil atau

sama dengan nilai tambah produk Indigenous Tea.

Kesimpulan : Nilai tambah produk Blue Ginger lebih kecil

atau sama dengan kedua produk lain.

Keterangan :

NTtc = Rata-rata nilai tambah Blue Ginger

NTwu = Rata-rata nilai tambah Royal Tea

NTtk = Rata-rata nilai tambah Indigenous Tea

 = 5%

3) Rumusan Pengujian

LSD = t tabel (/2) (df) √ MSE ¿ ¿ )

Keterangan :
48

LSD = Least Significant Different

df = Degree of freedom

MSE = Means Square Error

n = Produksi

 = 5%

2. Teknik Analisis Faktor-Faktor Lingkungan Internal dan Eksternal

a. Analisis Deskriptif

Metode pengolahan dan analisis data disajikan secara deskriptif

dan dianalisis secara kuantitatif serta kualitatif. Analisis deskriptif

digunakan untuk menentukan dan mengevaluasi kegiatan pemasaran

melalui pendekatan bauran pemasaran 7P (product, promotion, price,

place, people, process, dan physical evidence). Analisis deskriptif

digunakan dalam menentukan penilaian terhadap komponen bauran

pemasaran produk rempah-rempah CV. Agradaya Indonesia.

Pengolahan dan analisis akan menjadi rekomendasi bagi CV.

Agradaya Indonesia dalam kegiatan pemasarannya. Analisis deskriptif

juga digunakan untuk mengidentifikasi faktor eksternal dan faktor

internal yang berpengaruh terhadap strategi pemasaran CV. Agradaya

Indonesia.

b. Matriks IE (Internal dan Eksternal)

Matriks Internal-Eksternal (IE) memposisikan berbagai divisi di

organisasi dalam tampilan sembilan sel. Matriks IE didasarkan oleh

dua dimensi kunci, yaitu skor total tertimbang IFE pada sumbu X dan
49

skor total tertimbang EFE pada sumbu Y. Pengukuran skor

tertimbangan IFE dan EFE, dilakukan dengan mengetahui pengukuran

internal dan eksternalnya. Pengukuran internal, terdiri dari tinjauan

berbasis sumberdaya, mengintegrasikan strategi dan budaya dan

manajemen. Pengukuran eksternal, terdiri dari kekuatan ekonomi,

kekuatan sosial budaya, demografis, dan lingkungan; kekuatan politik,

pemerintah, dan hukum; kekuatan teknologi dan kekuatan bersaing.

Setiap divisi organisasi sebaiknya mengontruksi Matriks IFE dan

Matriks EFE untuk bagiannya di organisasi. Total skor tertimbang

diturunkan dari divisi-divisi yang memungkinkan kontruksi Matriks

IE level korporat. Pada sumbu X matriks IE, skor total tertimbang IFE

dari 1,0 ke 1,99 merepresentasikan posisi internal yang lemah; skor

dari 2,0 hingga 2,99 dianggap rata-rata dan skor 3,0 hingga 4,0 adalah

kuat. Sama halnya, sumbu Y, skor tertimbang total EFE dari 1,0

hingga 1,99 dianggap rendah; skor 2,0 hingga 2,99 adalah sedang dan

skor dari 3,0 hingga 4,0 adalah tinggi.

Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga bagian besar dengan

implikasi strategi yang berbeda. Pertama, rumus untuk divisi yang

berada di sel I, II, atau IV dapat dijelaskan sebagai tumbuh dan

dibangun. Strategi intensif (penetrasi pasar, integrasi ke depan dan

integrasi horizontal) atau integratif (integrasi ke depan, integrasi ke

belakang dan vertikal) paling sesuai untuk divisi ini. Kedua, divisi-

divisi yang berada di sel III, V atau VII dapat dikelola dengan paling
50

baik dengan stratgei ditahan dan dijaga; penetrasi pasar dan

pengembangan produk adalah dua strategi yang umum digunakan

untuk tipe-tipe divisi ini. Ketiga, rumus umum untuk divisi-divisi

yang berada di sel VI, VIII, atau IX adalah panen atau divestasi.

Organisasi yang berhasil meraih portofolio di dalam atau di sekitar sel

I dalam matriks IE (David dan David, 2017). Contoh kuadran matriks

IE dapat dilihat pada gambar 1.3.

Gambar 1.3. Kuadran Matriks IE

3. Teknik Analisis Data Strategi Pemasaran (AHP)

Metode AHP, yaitu teknik pengambilan keputusan yang bertujuan

untuk menentukan pilihan terbaik dari beberapa alternatif yang dapat

diambil. Analisis data menggunakan program komputer Expert Choice.

Tahapan AHP adalah sebagai berikut:

a. Structuring, yaitu menstrukturkan alur pengambilan keputusan

berdasarkan tiga tingkatan. Tingkat pertama adalah tujuan dari AHP,


51

tingkat kedua adalah kriteria yang digunakan, sedangkan tingkat

ketiga adalah alternatif-alternatif yang dapat diambil untuk

menentukan tujuan AHP tersebut. Pada tahap structuring akan

ditemukan apa tujuan dari AHP, apa saja variabel kriteria yang

digunakan dan apa saja alternatif yang tersedia. Berikut adalah contoh

struktur alur pengambilan keputusan menggunakan AHP:

Tujuan AHP

Kriteria A Kriteria B Kriteria C Kriteria D

Alternatif a Alternatif Alternatif Alternatif Alternatif Alternatif


b c d e f

Gambar 1.4. Struktur Alur Pengambilan Keputusan menggunakan AHP

b. Assesment, yaitu tahap pemberian nilai atau bobot terhadap kriteria

dan alternatif. Pemberian bobot ini dapat berupa pemberian bobot

langsung dan pemberian bobot berdasarkan presepsi verbal seperti

(sangat penting, tidak sangat penting, dsb) dan juga dapat dengan

menggunakan visual assesment, yaitu pemberian bobot dengan

bantuan visualisasi grafik. Dari susunan perbandingan berpasangan

dihasilkan sejumlah prioritas yang merupakan pengaruh relatif

sejumlah elemen pada elemen di dalam tingkat yang ada di atasnya.

Perhitungan eigen vector dengan mengalikan elemen-elemen pada

setiap baris dengan elemen-elemen setiap kolom, kemudian

melakukan normalisasi untuk menyatukan jumlah kolom yang


52

diperoleh. Setelah itu, membagi setiap nilai dengan total niali

pembuat keputusan bisa menentukkan tidak hanya urutan ranking

prioritas setiap tahap perhitungannya tetapi juga besaran

prioritasnya. Kriteria tersebut dibandingkan berdasarkan opini setiap

pembuat keputusan dan kemudian diperhitungkan prioritasnya.

c. Penentuan prioritas untuk setiap kriteria dan alternatif dengan

dilakukannya perbandingan berpasangan yang kemudian diolah

untuk menentukan peringkat alternatif dan seluruh alternatif.

Perbandingan berpasangan dilakukan dengan cara kuesioner multi

responden dan perlu dilakukan pengolahan data yang lainnya

dimasukkan ke dalam matriks berpasangan.

d. Konsistensi logis, di mana semua elemen dikelompokan dan

diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan kriteria yang logis.

Matriks bobot yang didapatkan dari hasil perbandingan secara

berpasangan tersebut harus mempunyai hubungan kardinal dan

ordinal (Retnoningsih, Suryawardani dan Parining, 2016).

Anda mungkin juga menyukai