BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
STRATEGI PEMASARAN
1. Permintaan
Permintaan kerupuk ikan berasal dari usaha penggorengan, agen/toko dan pedagang. Secara
kuantitatif belum ada data yang menggambarkan jumlah konsumsi kerupuk ikan. Meskipun
demikian dapat diperkirakan bahwa jumlah konsumsi kerupuk relatif tinggi, karena makanan
olahan ini banyak digemari oleh masyarakat luas. Menurut data dari Survei Sosial Ekonomi
Nasional (Susenas), penduduk wilayah perkotaan (urban) lebih banyak mengkonsumsi
kerupuk dibanding penduduk wilayah pedesaan (rural). Dengan kata lain dapat dikatakan
bahwa pengeluaran untuk konsumsi kerupuk wilayah perkotaan lebih besar dibanding
pengeluaran konsumsi kerupuk penduduk wilayah pedesaan.
Jumlah konsumsi kerupuk di wilayah perkotaan yang lebih tinggi dibanding pedesaan
dikarenakan pendapatan penduduk di kota yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan
pedesaan. Urbanisasi dan mobilitas penduduk yang sehari-harinya bekerja di kota telah
menumbuhkan usaha penjualan makanan. Selain itu sifat kerupuk sebagai makanan
pelengkap ini sering diabaikan oleh penduduk desa karena lebih fokus pada pemenuhan
kebutuhan yang lebih pokok.
Kutil akan lepas, parasit akan keluar dari tubuh jika kamu campur 3 ml
Cara menarik uang & hoki ke dalam kehidupanmu? SELALU bawa ini bersamamu...
Stop habiskan uang ANDA untuk biaya listrik! Sambungkan ke meteran listrik...
2. Penawaran
Usaha kerupuk ikan banyak diusahakan di daerah-daerah yang banyak menghasilkan
Ikan terutama daerah-daerah pantai dan sungai-sungai besar seperti di Kalimantan. Meskipun
beberapa daerah telah memproduksi kerupuk Ikan, data mengenai jumlah produksi kerupuk
ikan baik di tingkat nasional maupun daerah belum bisa diperoleh. Sampai saat ini belum ada
survey yang mengidentifikasi jumlah usaha kerupuk ikan baik di tingkat lokal maupun
nasional.
Kerupuk ikan dapat diproduksi sehari-hari dan tidak tergantung pada musim. Hanya saja
kemungkinan terjadi penurunan pasokan kerupuk pada musim hujan karena produksinya
menurun. Tetapi dengan berkembangnya teknologi, hambatan proses pengeringan pada
musim hujan dapat teratasi sehingga pada musim hujan proses produksi masih bisa dilakukan
meskipun tidak sebanyak pada musim kemarau. Selain itu pasokan ikan yang bisa diperoleh
tiap hari dapat menjamin keberlangsungan usaha sekaligus pasokan kerupuk.
Aspek Pemasaran
1. Harga
Harga kerupuk ikan mengikuti hukum penawaran dan permintaan. Jika penawaran
menurun maka harga kerupuk cenderung naik. Banyaknya jumlah usaha dengan berbagai
jenis kerupuk yang dihasilkan menyebabkan jumlah penawaran yang cukup besar. Dalam
masalah harga, produsen tidak biisa menentukan harga seperti pada pasar persaingan
sempurna. Pihak yang dapat mempengaruhi harga adalah pedagang. Banyaknya jenis kerupuk
di pasar m.mbuat konsumen bebas memilih produk sesuai selera, sehingga produk van; laku
tersebut akan naik harganya dan dapat menurunkan harga kerupuk jlnls lain.
Harga rata-rata kerupuk ikan kualitas medium di tingkat produsen pada tahun 2004 di
5idoarjo mencapai Rp.30.000,- sampai Rp.32.500,- per bal isi I) kg kerupuk siap goreng atau
Rp.6.000,- sampai Rp.6.500,- tiap kg. Harga kerupuk ikan ini cukup fluktuatif. Perubahan
harga tersebut bervariasi tetapi biasanya masih berada pada kisaran 10%. Kenaikan harga
terjadi pada saat inilah produksi menurun yang disebabkan oleh kenaikan harga bahan baku
dan penurunan produksi terutama pada musim penghujan.
2. Rantai Pemasaran
Rantai pemasaran menggambarkan bagaimana kerupuk ikan sampai krpada
konsumen. Pengusaha kerupuk ikan sebagian besar hanya menghasilkan produk sampai pada
kerupuk mentah siap goreng. Hasil produksi berupa kerupuk siap goreng dipasarkan ke
konsumen akhir (rumah tangga) melalui 3 cara yaitu:
Usaha penggorengan
Usaha penggorengan merupakan usaha yang timbul sebagai usaha pengolahan lanjutan dari
kerupuk ikan. Produk dari usaha ini berupa kerupuk goreng siap konsumsi yang dikemas
kemudian dijual ke konsumen melalui toko, pedagang, pasar ataupun langsung ke konsumen
akhir.
Agen/toko
Agen/toko ini berfungsi sebagai pengepul yang akan menjual produk kerupuk siap goreng
pada penjual eceran atau langsung kepada konsumen akhir.
Pengecer
Pedagang yang menjual langsung kepada konsumen
Dari pola pemasaran produk di atas, dapat diketahui bahwa produk akan sampai pada
konsumen akhir dalam dua bentuk yaitu kerupuk mentah siap goreng dan kerupuk goreng
siap konsumsi.
3. Kendala Pemasaran
Kendala dalam pemasaran kerupuk ikan adalah masalah harga: Harga kerupuk ikan per
kilogramnya relatif lebih mahal dibandingkan jenis kerupuk lain yang tidak memakai ikan
sebagai campuran.
Mahalnya harga kerupuk ikan udang ini menyebabkan pembeli untuk produk ini masih
terbatas. Masyarakat dengan pendapatan menengah ke atas mungkin akan membeli kerupuk
ikan sebagai kebutuhan sehari-hari, tetapi untuk masyarakat dengan pendapatan yang masih
rendah konsumsi untuk kerupuk ikan ini masih terbatas pada acara-acara tertentu yang
dianggap istimewa dan untuk konsumsi sehari-hari lebih memilih kerupuk jenis lainnya yang
lebih murah.
BAB III
C. ASPEK MANAJEMEN
Aspek manajemen ini sangat diperlukan dalam suatu proyek bisnis untuk pengelolaan
dan pengendaliannya sehingga mencapai apa yang menjadi tujuan suatu proyek tersebut
namun dalam bisnis krupuk ikan ini kurang memperhatikan dari aspek manajemen karena
usaha ini terlalu simple untuk menerapkan sistem manajemen ini dan berfokus pada rasa dan
keanekaragaman dari produk itu sendiri dan bagaimana manajemen pemasarannya dalam
memperkenalkan pada konsumen.
Tenaga kerja yang diperlukan dalam pembuatan kerupuk tidak memerlukan keahlian
khusus. Dalam hal ini tenaga kerja pria dan wanita dapat dipekerjakan pada semua tahap
pembuatan. Akan tetapi tenaga kerja laki-laki sebagian besar ditempatkan pada proses
penyiapan bahan, pencetakan, pengukusan, dan pemotongan sedangkan tenaga kerja wanita
banyak digunakan pada tahap pemotongan, penjemuran dan pengepakan. Selain tenaga kerja
tetap, terkadang diperlukan tenaga kerja borongan jika sewaktu-waktu terjadi lonjakan
pesanan atau pada musim kemarau dimana proses produksi meningkat.
Pembentukan struktur organisasi dalam usaha krupuk ini disesuaikan dengan
kemampuan individu yang mana dalam usaha pembuatan krupuk ikan ini memiliki tenaga
kerja sebannyak 20 orang. Berikut adalah bentuk strutur organisasi.
BAB IV
ASPEK KEUANGAN/FINANSIAL
Jumlah/
No Asumsi Satuan Nilai Keterangan
1. Periode proyek tahun 5 Periode 5 tahun
2. Luas tanah m2 2.000
- Luas bangunan m2 500
- Luas tanah
penjemuran m2 1.500
3. Sarana Transportasi unit 1 Mobil box
Hari kerja selamal
4. tahun
- tenaga kerja tetap hari 285
- tenaga borongan hari 200
5 Produksi dan Harga
Produksi per hari /kg 620
2 adonan per hari.
produksi @310 kg
Harga kerupuk ikan /kg 6.000 Kerupuk
Penggunaan tenaga
6. Kerja
Tenaga Manajerial orang 2
-Tenaga kerja tetap orang 14
Tenaga kerja borongan orang 4
7. Upah tenaga kerja
Tenaga Manajerial Rp/hr 36.000
Tenaga kerja tetap Rp/hr 18.000
Tenaga kerja borongan Rp/hr 22.000
Penggunaan bahan
8. baku
Tepung tapioka kg 300
Ikan kg 50
Garam kg 10
Gula kg 12,5
Telur kg 10
Penyedap kg 2
Pewarna kg 0,25 untuk satu kali adonan
Discount Factor/suku
9. bunga % 17%
Komponen terbesar untuk biaya investasi ini adalah sewa tanah yang mencapai
50,11% dari total biaya investasi pada awal usaha. Komponen terbesar kedua adalah biaya
pembelian mesin/peralatan produksi yaitu sebesar 35,74% dari total biaya investasi.
Sedangkan 14,15% sisa biaya untuk investasi merupakan biaya investasi untuk pembelian
peralatan lainnya, mobil angkutan dan perijinan.
b. Biaya Operasional
Biaya operasional merupakan biaya variabel yang besar kecilnya dipengaruhi oleh
jumlah produksi. Komponen dari biaya operasional adalah pengadaan bahan baku dan
pembantu, peralatan operasional, biaya transportasi, listrik dan telepon, serta upah tenaga
kerja. Biaya operasional selama satu tahun dihitung berdasarkan jumlah hari produksi .
Jumlah hari produksi dalam setahun 285 hari (asumsi yang digunakan adalah 1 tahun, t=365
hari, dikurangi hari Iibur minggu dan Iibur nasional 64 hari dan jumlah hari tidak berproduksi
selama 16 hari).
Biaya operasional yang diperlukan selama satu tahun mencapai Rp.711.298.900,-
Biaya bahan baku menyerap sebesar 73,12% dari total biaya operasional per tahun.
Komponen biaya terbesar kedua adalah biaya penggunaan tenaga kerja yang mencapai
15,45% dari total biaya operasional tiap tahunnya.
Tenaga kerja yang digunakan terdiri dari tenaga kerja tetap dan borongan ditambah 2
orang tenaga kerja manajerial yang berasaldari anggota keluarga dengan upah/gaji tenaga
manajerial diasumsikan dua kali Iipat upah tenaga kerja tetap. Tenaga kerja borongan hanya
digunakan dengan jumlah hari kerja yang lebih sedikit, karena hanya dibutuhkan pada saat
terjadi kenaikan permintaan.
No Jenis Biaya Nilai (Rp.)
1 Bahan Baku 520.125.000
2 Bahan Pembantu 16.200.000
3 Peralatan Operasional 11.700.000
4 Biava transportasi 14.400.000
5 Biaya Ustrik 7.200.000
6 Biaya telepon 1.800.000
7 Tenaga Kerja 109.940.000
8 Biaya Pemeliharaan 29.933.900
Jumlah Biaya Operasional Per Tahun 711.298.900
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jangka waktu pengembalian seluruh biaya
investasi adalah 3 tahun 11 bulan. Dengan demikian usaha ini layak dilaksanakan karena
jangka waktu pengembalian investasi lebih kecil dari periode proyek.
BAB V
ASPEK HUKUM
Usaha kerupuk ikan merupakan industri pengolahan makanan, maka ia harus mendapat
ijin dari instansi terkait seperti Departemen Perindustrian dan Perdagangan serta Departemen
Kesehatan. Perijinan tersebut diantaranya adalah tanda daftar industri, Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP), Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), tanda daftar perusahaan dan ijin
SB/MD dari Departemen Kesehatan,dan ijin bebas gangguan lingkungan (HO). Namun
demikian dalam usaha ini kami baru beberapa yang sudah ada sedang yang lain masih dalam
proses pengadaan perijinan terhadap Departemen terkait.
BAB VI
ASPEK EKONOMI & SOSIAL SERTA AMDAL
B. ASPEK AMDAL
Aspek dampak lingkungan berkaitan dengan dampak limbah yang dihasilkan, dapat
dikatakan bahwa usaha ini relatif tidak menghasilkan limbah yang membahayakan bagi
manusia maupun lingkungan sekitarnya. Hasil limbah sebagian besar merupakan air kotor
sisa pembersihan.
Biasanya air ini dibuang melalui saluran air yang dapat langsung meresap ke tanah. Air
limbah ini tidak mengandung zat-zat kimia yang dapat mencemari tanah dan tanaman. Selain
air usaha ini juga menimbulkan bau amis dari ikan yang diolah. Akan tetapi bau ini tidak
sampai mengganggu udara secara luas. Dengan demikian dapat disampaikan bahwa usaha
kerupuk ikan relatif aman bagi lingkungan.