Abstract
Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan proses pengolahan bakso ikan tenggiri, menganalisis
besarnya nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan ikan tenggiri menjadi bakso ikan, dan
menganalisis distribusi nilai tambah pengolahan bakso ikan tenggiri diantara pemilik faktor
produksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pengolahan bakso ikan dilakukan dengan
beberapa tahap, yaitu penggilingan atau pelumatan ikan, pembuatan adonan, pembentukkan
bakso, perebusan, penirisan/pembungkusan, pengepresan, dan penyimpanan. Distribusi nilai
tambah pengolahan bakso ikan untuk tenaga kerja, sumbangan input lain, dan keuntungan bagi
pemilik adalah tidak merata. Marjin terbesar pada pengolahan bakso ikan ikan tenggiri adalah
pada sumbangan input lain yaitu sebesar 88,76%
I. PENDAHULUAN
Berdasarkan data dari Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan DKI Jakarta
(2006), wilayah Jakarta merupakan salah satu pasar terbesar yang
mengkonsumsi ikan. Adapun produksi ikan konsumsi pada tahun 2001 sampai
dengan 2005 disajikan pada Tabel 1 di bawah ini :
Tabel 1. Produksi Ikan Konsumsi DKI Jakarta Tahun 2001-2005
Produksi
Tahun Perikanan Laut Perkembangan Perikanan Perkembangan
(Ton) (%) Darat (Ton) (%)
2001 105.179,20 - 913,30 -
2002 107.135,80 1,86 902,10 (1,22)
2003 106.435,80 (0,65) 1.261,40 39,83
2004 120.827,50 13,52 2.467,50 95,62
2005 123.869,40 2,51 2.686,50 8,87
Sumber : Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan DKI Jakarta, 2006
Sebagian besar dari hasil produksi perikanan terutama perikanan laut yaitu ±
60% dikonsumsi dalam bentuk olahan. Ikan merupakan salah satu produk yang
paling cepat busuk apabila tanpa penanganan yang baik, itulah sebabnya
sebagian besar produk perikanan dipasarkan dalam bentuk olahan (Dinas
Peternakan, Perikanan dan Kelautan di Propinsi DKI Jakarta, 2003), yaitu (1)
supaya tahan lama, (2) memudahkan dalam penyimpanan dan pengangkutan,
dan (3) dapat dipasarkan ke daerah-daerah yang jauh dari tempat produsen.
Kegiatan pengolahan ikan tenggiri menjadi bakso ikan merupakan salah satu
teknologi penanganan hasil perikanan, karena dapat meningkatkan nilai
tambah pada komoditas ikan tersebut. Produk tersebut merupakan salah satu
bahan makanan yang bernilai gizi tinggi terutama sebagai sumber protein yang
sangat dibutuhkan dalam menu sehari-hari. Selain itu ikan juga mengandung
zat-zat organik lainnya yang dapat mempertahankan vitalitas tubuh, vitamin,
dan mineral. Produk perikanan juga merupakan salah satu faktor yang
memegang peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani bagi
pertumbuhan tubuh manusia. Industri pengolahan ikan dewasa ini telah
berkembang, baik secara kualitas maupun kuantitas. Perkembangan industri
pengolahan ikan ini dimulai dengan diadakannya penganekaragaman atau
diversifikasi produk olahan menjadi produk yang dapat disajikan dan dikemas
sesuai dengan kebutuhan konsumen (Fajar, 2004).
Hasil produksi ikan tenggiri di DKI Jakarta selama lima tahun terakhir
mengalami fluktuatif yang cukup signifikan, seperti disajikan pada Tabel 2.
Sumber : Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Propinsi DKI Jakarta, 2006
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun yang bersifat kuantitatif. Data
primer diperoleh melalui pengamatan dan pencatatan secara langsung di
lapangan (Observasi) serta wawancara langsung dengan bagian pengolahan,
jumlah produksi.
Data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan dua cara yaitu secara
kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif diolah dan disajikan dalam bentuk
tabel. Data kualitatif dipaparkan dalam bentuk uraian guna mendukung data
kuantitatif. Hal yang pertama kali dilakukan dalam mengolah data adalah
menyusun daftar variabel-variabel yang akan ditabulasikan ke dalam tabel
yang telah disiapkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Metode Nilai Tambah.
Analisis nilai tambah pada Metode Hayami juga memiliki kelemahan yaitu:
a. Pendekatan rata-rata tidak tepat jika diterapkan pada unit usaha yang
menghasilkan banyak produk dari satu jenis bahan baku.
b. Tidak dapat menjelaskan produk sampingan.
c. Sulit menentukan pembanding yang dapat digunakan untuk
menyimpulkan apakah balas jasa terhadap pemilik faktor produksi tersebut
sudah layak.
1) Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah nilai tambah produk
pengolahan bakso ikan tenggiri.
1) Output adalah jumlah bakso ikan yang dihasilkan dalam satu kali
produksi (Kg).
2) Input adalah jumlah ikan tenggiri yang diolah untuk satu kali produksi
(Kg).
3) Tenaga kerja adalah banyaknya HOK yang terlibat langsung dalam satu
kali proses produksi ikan
6) Harga output adalah harga jual produk per satu kilogram (Rp).
7) Upah tenaga kerja adalah upah rata-rata yang diterima tenaga kerja
langsung untuk mengolah produk (Rp/HOK).
8) Harga bahan baku adalah harga beli bahan baku ikan tenggiri per
kilogram (Rp).
10) Nilai output menunjukkan nilai output bakso ikan yang dihasilkan dari
satu kilogram ikan tenggiri (Rp).
11) Nilai tambah merupakan selisih nilai output bakso ikan dengan nilai
bahan baku utama ikan dan sumbangan input lain (Rp).
12) Rasio nilai tambah menunjukkan prosentase nilai tambah dari nilai
produk.
13) Pendapatan tenaga kerja adalah hasil kali antara koefisien tenaga kerja
dan upah tenaga kerja langsung (Rp/Kg).
17) Marjin adalah selisih antara nilai output dengan bahan baku atau
besarnya kontribusi pemilik faktor-faktor produksi selain bahan baku yang
digunakan dalam proses produksi.
19) Sumbangan input lain adalah prosentase sumbangan input lain terhadap
marjin (%).
Selain ikan tenggiri diperlukan juga bahan penolong yaitu tepung tapioka, gula,
garam, penyedap rasa, air, bawang bombay, minyak goreng, minyak tanah,
dan merica bubuk.
Bahan baku utama yang digunakan dibeli dari pemasok ikan yang berada di
Muara Baru, Jakarta Utara. Perusahaan mempunyai pemasok tetap yang
bernama Bapak H. Ardi, yang tinggal di pemukiman nelayan Muara baru.
Sedangkan bahan penolong diperoleh dari para pedagang baik langsung
maupun tidak langsung.
2) Cara Pembelian
Pembelian ikan tenggiri dilakukan setiap hari. Setiap pembelian dapat
mencapai 1000-1200 Kg. Pembelian dilakukan dengan pembayaran secara
tunai, kemudian pihak pemasok mengantar langsung ke perusahaan. Ikan
yang sudah di antar langsung di letakkan dalam gudang pendingin yaitu dalam
Fiber Glass Besar yang telah diberi es. Ikan ini dapat bertahan selama 3 hari.
Proses produksi bakso ikan terdiri dari serangkaian kegiatan yang saling
berhubungan satu sama lain. Skema/diagram alir pembuatan bakso dapat
dilihat pada lampiran 3. Untuk menghasilkan kualitas bakso yang baik dapat
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
2) Pembuatan Adonan
Ikan tenggiri yang sudah halus dimasukkan kedalam mesin gilingan kasar
dicampur dengan tepung tapioka sebanyak 360 Kg, air 4 gayung (6 Kg), dan
bumbu-bumbu lain seperti bawang putih 35 Kg, merica bubuk 35 Kg, penyedap
rasa 35 Kg dan garam 35 Kg, gula 38 Kg, dan minyak goreng 36 Kg (Tabel 8).
4) Perebusan
Bakso yang sudah jadi lalu direbus dalam air mendidih di atas kuali/tungku
dengan diameter ± 85 cm. Jika bakso sudah mengapung dipermukaan air
berarti bakso sudah matang, proses perebusan memakan waktu selama 30
menit. Bakso yang sudah matang disaring/diserok lalu dimasukkan ke dalam
ember besar dengan diameter 46 cm.
Bakso yang sudah selesai direbus lalu dipindahkan ke alat penirisan dengan
panjang 200 cm dan lebar 70 cm yang diatasnya dilengkapi dengan Blower
(bentuknya seperti kipas). Penirisan dilakukan agar bakso cepat dingin dan
mudah untuk dikemas. Penirisan dilakukan selama ± 30 menit.
6) Pengepresan
Bakso yang sudah dingin ditimbang dan dikemas dalam kantong plastik.
Pengemasan bakso dilakukan dengan menggunakan plastik berukuran 19 cm
x 28 cm. Setiap plastik berisi 50 butir bakso. Plastik dipress agar bakso dapat
bertahan lama dan tetap enak.
7) Penyimpanan
Bakso yang sudah selesai dikemas dimasukkan kedalam Fiber Glass dengan
ukuran 59 cm x 94 cm yang telah diisi dengan es kemudian diletakkan ke
dalam ruang pendingin yang berukuran 2 m x 4 m.
1) Produksi
2) Pemasaran
Pemesanan dilakukan dengan dua cara yaitu secara langsung dan tidak
langsung. Pemesanan secara langsung dilakukan yaitu konsumen datang
langsung ke perusahaan sedangkan pemesanan secara tidak langsung yaitu
konsumen memesan melalui telepon. Bakso di pasarkan di supermarket
khususnya wilayah jabotabek dan ke pasar-pasar tradisional.
4. Tenaga Kerja
Proses pembuatan bakso dilakukan pada jam 08.30 sampai dengan jam 11.30
WIB, yaitu 6 orang untuk bongkar muat ikan dan menggiling ikan, 3 orang
membuat adonan, 3 orang mencetak bakso, 2 orang untuk merebus, 4 orang
wanita untuk meniriskan dan membungkus bakso, dan 2 orang mengepres
bakso yang sudah dibungkus.
Memasuki jam 12.00 WIB, para pekerja beristirahat selama satu jam. Setelah
waktu menunjukkan pukul 13.00 WIB, kegiatan dilanjutkan kembali yaitu
membuat bakso lagi. Untuk satu kali proses perusahaan dapat memproduksi
bakso sebanyak 972 kg untuk setiap bungkusnya berisi 50 butir bakso.
Tabel 9. Daftar Perincian Hari Orang Kerja (HOK) untuk Satu Kali
Proses (210 Kg Ikan Tenggiri)
Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan bakso ikan tenggiri terdiri dari 2
bagian yaitu bahan baku utama dan bahan penolong. Bahan baku utama yang
digunakan adalah ikan tenggiri yaitu sebanyak 210 kg dengan harga
Rp.16.500,- dan total/jumlah biayanya sebesar Rp.7.425.000,-. Sedangkan
bahan penolong yang digunakan antara lain : tepung tapioka (360 kg), minyak
goreng (36 kg), bawang putih (35 kg), bawang Bombay (37,5 kg), merica
bubuk (35 kg), penyedap rasa (35 kg), garam (35 kg), gula (38 Kg), dan air
sebanyak 6 Kg. Harga dan banyaknya bahan baku utama dan bahan penolong
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Produksi Bakso Ikan untuk satu kali produksi/proses sebesar 972 Kg. Produk
yang dihasilkan tersebut membutuhkan 210 Kg ikan tenggiri, sehingga faktor
konversinya adalah 4,63. Hal ini menunjukkan setiap 1 Kg ikan tenggiri yang
diolah akan menghasilkan 4,63 Kg bakso. Faktor konversi sebesar 4,63
disebabkan adanya penambahan bahan penolong seperti tepung tapioka,
garam, gula, bawang putih, bawang bombay, penyedap rasa , merica bubuk.
Total hari kerja untuk memproduksi bakso adalah satu kali produksi/proses,
Jumlah total hari kerja selama penelitian berlangsung dihitung berdasarkan
perkalian jumlah hari kerja orang kerja per hari dengan jumlah tenaga kerja
yang digunakan yaitu 20 orang. Dengan demikian jumlah total hari kerja
pengolahan bakso adalah 3,24 HOK.
Nilai koefisien tenaga kerja diperoleh dari pembagian jumlah total hari kerja
untuk satu kali produksi/proses dengan jumlah bahan baku yang digunakan
untuk satu kali produksi/proses. Nilai koefisien tenaga kerja diperoleh sebesar
0,0154 HOK/Kg.
Upah rata-rata tenaga kerja didasarkan upah harian yang diterima masing-
masing tenaga kerja bagian produksi yang terlibat langsung dalam kegiatan
pengolahan ikan tenggiri menjadi bakso ikan. Upah yang diterima tenaga kerja
bagian produksi per hari sebesar Rp. 24.231,- per orang .
Nilai input lain untuk bakso ikan sebesar Rp. 26.455 per Kg yang diperoleh dari
pembagian antara jumlah faktor produksi yang digunakan secara bersama-
sama dengan jumlah bahan baku yang digunakan untuk produk. Nilai input lain
dalam hal ini ditambah dengan biaya penyusutan dan biaya listrik kemudian
dibagi dengan banyaknya bahan baku ikan tenggiri yang digunakan untuk satu
kali produksi/proses. Biaya penyusutan dan biaya listrik pada pembuatan bakso
ikan dihitung berdasarkan frekuensi produksi selama 1 bulan, sehingga
diperoleh biaya penyusutan untuk satu kali produksi/proses sebesar Rp.70,-,
dan biaya listrik sebesar Rp. 28.846,00,-.
Nilai produk bakso ikan adalah Rp. 46.300,00,- per Kg yang diperoleh dari
perkalian masing-masing faktor konversi dengan harga produk. Nilai ini
menunjukkan bahwa setiap pengolahan 1 Kg ikan tenggiri akan menghasilkan
Rp. 46.300,00,- per Kg.
Tabel 11. Analisis Nilai Tambah Pengolahan Bakso Ikan di PD. Fauna
Serba Guna Usaha untuk Satu Kali Proses
Variabel Nilai
I. Output, Input, dan Harga
1. Output (Kg) 972
2. Input (Kg) 210
3. Tenaga Kerja (HOK) 3,24
4. Faktor Konversi 4,63
5. Koefisien Tenaga Kerja Langsung (HOK/Kg) 0,0154
6. Harga Output (Rp/Kg) 10.000
7. Upah Tenaga Kerja Langsung (Rp/HOK) 24.231
II. Penerimaan dan Keuntungan
8. Harga Bahan Baku (Rp/Kg) 16.500
9. Sumbangan Input Lain (Rp/Kg) 26.455
10.Nilai Output (Rp/Kg) 46.300
11.a. Nilai Tambah (Rp/Kg) 3.345
b. Rasio Nilai Tambah (%) 7,22
12.a. Pendapatan Tenaga Kerja Langsung (Rp/Kg) 373,2
b. Pangsa Tenaga Kerja Langsung (%) 11,16
13.a. Keuntungan (Rp/Kg) 2.972
b. Tingkat Keuntungan (%) 88,85
III. Balas jasa Pemilik Faktor - Faktor Produksi
14. Marjin (Rp/Kg) 29.800
a. Pendapatan Tenaga Kerja Langsung (%) 1,25
b. Sumbangan Input lain (%) 88,76
c. Keuntungan Pemilik Pengolahan (%) 9,97
Nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan 1 Kg ikan tenggiri menjadi bakso
ikan adalah Rp. 3.345,-/Kg. Nilai tambah ini diperoleh dari pengurangan nilai
produk dengan harga bahan baku dan nilai input lain. Nilai tambah yang
diperoleh mesih merupakan nilai tambah kotor kotor, karena belum dikurangi
dengan imbalan tenaga kerja.
Rasio nilai tambah merupakan perbandingan antara nilai tambah dengan nilai
produk. Rasio nilai tambah yang diperoleh yaitu 7,22 %. Hal ini berarti, dalam
pengolahan ikan tenggiri menjadi bakso ikan memberikan nilai tambah sebesar
7,22 % dari nilai produk.
Imbalan tenaga kerja pengolahan bakso ikan didapat dari perkalian koefisien
tenaga kerja dengan upah rata-rata tenaga kerja yaitu sebesar Rp.24.231,-.
Pendapatan tenaga kerja langsung didapat dari koefisien tenaga kerja
langsung dikalikan dengan upah tenaga kerja langsung yaitu sebesar
Rp.373,2,-. Prosentase imbalan tenaga kerja terhadap nilai tambah adalah
11,60 %. Imbalan terhadap modal dan keuntungan diperoleh dari pengurangan
nilai tambah dengan imbalan tenaga kerja. Besar keuntungan adalah sebesar
Rp.2.972,- atau tingkat keuntungan sebesar 88,85 % dari nilai produk.
Keuntungan ini menunjukkan keuntungan total yang diperoleh dari setiap
pengolahan ikan tenggiri menjadi bakso ikan.
Hasil analisis nilai tambah ini juga dapat menunjukkan marjin dari bahan baku
ikan tenggiri menjadi bakso ikan yang didistribusikan kepada imbalan tenaga
kerja, sumbangan input lain, dan keuntungan perusahaan. Marjin ini
merupakan selisih antara nilai produk dengan harga bahan baku ikan tenggiri
per kilogram tiap pengolahan 1 Kg ikan tenggiri menjadi bakso ikan diperoleh
marjin sebesar Rp.29.800,- yang didistribusikan untuk masing-masing faktor
tenaga kerja yaitu pendapatan tenaga kerja langsung 1,25 %, sumbangan input
lain 88,76 %, dan keuntungan perusahaan 9,97 %. Marjin yang didistribusikan
untuk sumbangan input lain merupakan bagian terbesar bila dibandingkan
dengan pendapatan tenaga kerja langsung dan keuntungan perusahaan.
4.1. Kesimpulan
4. 2. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Ahyari, A. 1994. Anggaran Perusahaan. Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi YKPN. Yogyakarta.
Assauri, S. 1993. Manajemen Produksi dan Operasi. Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Biro Pusat Statistik. 2005. Statistik Industri. BPS. Jakarta.
Biro Pusat Statistik. 2006. Statistik Industri. BPS. Jakarta.
Departemen Pertanian. 2002. Kacang-kacangan. Deptan. Jakarta.
Departemen Perdagangan dan Perindustrian RI. 2005. Industri Kecil dan
Menengah 2001-2004. Deperindag. Jakarta.
Hakim, IA. 2002. Analisis Biaya Produksi dan Pemasaran Tahu (Studi Kasus
pada pabrik Tahu Sumitas Desa Karang Mulya, Kecamatan Karang
Tengah, Tangerang). Skripsi, Program Studi Agrobisnis. Fakultas
Pertanian, Universitas Mercu Buana, Jakarta. (Tidak dipublikasi).
Heriawan, H. 1999. Analisis Pendapatan Usaha Bawang Goreng (Studi Kasus
di Desa Sukamulya, Kecamatan Garawangi, Kabupaten Kuningan,
Jawa Barat). Skripsi. Program Studi Agrobisnis. Fakultas Pertanian,
Universitas Mercu Buana. Jakarta. Itidak dipublikasi)
Hernanto, F. 1995. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Kotler, P. 1993. Manajemen Pemasaran. Prenhallindo. Jakarta.
_______, dan Armstrong. 2001. Manajemen Pemasaran. Erlangga. Jakarta.
Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3Es. Jakarta.
Mulyadi. 1991. Akuntansi Biaya. Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi YKPN. Yogyakarta.
_______. 1994. Akuntansi Manajemen. Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi YKPN. Yogyakarta.
Silvia, R. 1995. Analisis Keuntungan Usahatani Tomat Rianto sacara
Hidroponik (Studi Kasus di PT. Saung Mirwan, Desa Sukamanah,
Kec. Megamendung, Kab. Bogor, Jawa Barat). Skripsi, Program
Studi Agrobisnis. Fakultas Pertanian, Universitas Mercu Buana,
Jakarta. (Tidak dipublikasi).
Soekartawi. 1987. Usahatani. LP3Es. Jakarta.
Soeprapto. 2001. Kacang Hijau. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sujalal. 2002. Sejarah Singkat dan Perkembangan Bakpia Pathok di
Yogyakarta. Dalam Laporan Tahunan Koperasi Sumekar Tahun
2002/2003. Yogyakarta.
Supriyasih. 2000. Analisis Struktur Biaya Produksi dan Harga Pokok Minyak
Sawit pada PT. PP. LONSUM.Tbk. Skripsi. Program Studi Ilmu-ilmu
Sosisl Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor. Bogor. (Tidak dipublikasi).
Supriyono, RA. 1993. Akuntansi Manajemen I. Bagian Penerbitan Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Yogyakarta.
Sudarsono, J. 1994. Pengantar Ekonomi Perusahaan. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Swastha, B. 1996. Azas-Azas Marketing. Liberty. Yogyakarta.
Trihandini, A. 2001. Analisis Persediaan bahan Baku Kedelai pada Proses
produksi tahu (Studi Kasus pada Pabrik Tahu sumitas Desa karang
Mulya, Kecamatan Karang Tengah, Tangerang). Skripsi, Program
Studi Agrobisnis. Fakultas Pertanian, Universitas Mercu Buana,
Jakarta. (Tidak dipublikasi).
Winardi. 1993. Azas-Azas Marketing. Mandar Maju. Bandung.
-oOo-