https://www.researchgate.net/publication/340527160
CITATIONS READS
0 451
1 author:
Belvi Vatria
Politeknik Negeri Pontianak
19 PUBLICATIONS 18 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related
projects:
All content following this page was uploaded by Belvi Vatria on 09 April
2020.
WPP-RI 711 : Selat Karimata, Laut Natuna, dan Laut China Selatan
No SDI Potensi (ton) JTB (ton) Pemanfaatan
Ikan Demersal
Kakap merah (lutjanus spp)
Peperek (leiognatus spp)
Tiga waja (epinephelus spp)
Bawal (pampus spp)
Ikan Pelagis Besar
Tuna (Thunidae)
Cakalang (Katsuwonus Pelamis)
Tongkol (Euthynnus spp)
Tenggiri (Scomberomorus spp)
Marlin (Makaira sp)
Cucut (Xiphias)
Ikan Pelagis Kecil
Lemuru (Sardinela Longiceps)
Selar (Selaroides Leptolepis)
Teri (Stolephorus Commersoni)
Kembung (Restrelinger spp)
Layang (Decafterus Ruselli)
Japuh (Dussumeiria spp)
Sunglir (Elagastis Bipinnulatus)
Tembang (Sardinella Fimbriata)
Layur (Trichiurus Lepterus)
Crustacea
Udang Windu (Panaeus monodon )
Udang Vannami (Litopenaeus vannamie)
Udang Putih/wangkang (Panaeus marguiensis)
Udang Loreng/Flower (Panaeus semisulcatus)
Udang Dogol (Metapenaaeus monoceros)
Udang Kuning (Metapenaeus brevicornis)
Udang Krosok/merah (Metapenaeus palmensis)
Udang Galah / air tawar (Macrobrachium rosenbergii)
Udang Mantis/ ronggeng/kipas (Stomatopoda)
Lobster (Nephropidae)
Ranjungan/kepiting (Portunidae)
Molusca
1. Kerang (clams)
2. Tiram/remis (oyster)
3. Abalon (abalone )
4. Musel/air tawar & payau (mussel)
Cephalopoda
1. Cumi-cumi (loligo sp)
2. Sotong (sepia sp)
3. Gurita (octopus sp)
Anadromus
1. Ikan salmon atlantik ( salmon salar)
2. Ikan salmon raja ( salmon king)
3. Ikan salmon merah ( red salmoon)
4. Ikan salmon silver ( salmoon soho)
5. Ikan salmon pelangi ( rainbow trout salmon)
6. Ikan salmon pesisir (cuthroat trout salmon)
Jenis perikanan laut lainnya:
1. Teripang (Holothuroidea)
2. Ubur-ubur(Scyphozoa)
3. Rumput Laut (Gracilaria sp,
Eucheuma sp, Sargasum sp,Turbinaria
sp)
Ikan Air Tawar
Lele (Clarias Bathracus)
Nila (Tilapia Niloticus)
Emas (Ciprinus Carvio)
Mujair (Tilapia Mossambica)
Gurame (Osphoronemus
Gorame)
Belida (Chitalla Lopis)
Gabus (Channa Striata)
Toman (Channa
Micropeltes)
Patin (Pangasius)
Belut (Fluta Alba)
1.3. Komposisi Fisik Ikan
Secara fisik ikan dibedakan menjadi bagian yang dapat
dimakan dan bagian yang tidak dapat dimakan yang
terdiri dari kepala, badan, ekor
Daging/Otot Ikan • Jenis otot pada ikan, yaitu otot liken (polos), otot bergaris, dan otot
jantung. Daging/otot ikan terdiri dari otot gelap (merah) dan putih. Otot
gelap adalah lapisan otot berwarna merah yang terletak sepanjang
badan di bawah kulit ikan. Berkisar 1-2% untuk ikan berdaging putih
dan 20% untuk ikan berdaging merah
Rangka/tulang • Rangka axial, terdiri dari tulang tengkorak, tulang punggung dan tulang
rusuk,
• Rangka visceral, terdiri dari tulang lengkung insang dan turunannya, dan
• Rangka appendicular, yaitu rangka anggota badan, seperti jari-jari sirip
dan pelekat-pelekat lainnya
Organ Dalam • Saluran pencernaan terdiri atas mulut, pharinx, oesophagus, lambung,
pylorus, usus, rektum dan anus
• Kelenjar pencernaan terdiri atas hati, empedu dan pankreas
• Jantung untuk memompa darah
Kulit dan Sisik • Kulit berfungsi sebagai alat respirasi, ekskresi (pengeluaran), dan
osmoregulator (regulasi tekanan osmotik). Kulit ikan terdiri atas dua
lapisan, yaitu epidermis (lapisan luar), dan dermis (lapisan dalam)
• Sisik melekat pada kantung-kantung di dalam dermis . Terdiri dari Sisik
bagian luar (exposed part ) dan bagian dalam (embeded part )
Lendir • Pada permukaan epidermis terdapat kelenjar-kelenjar lendir yang
mengeluarkan lendir pada permukaan kulit yang dapat memberikan bau
amis ikan
Kelenjar Racun • Beberapa jenis ikan, misalnya ikan pari, lele dan sejenisnya, cucut, dan
lain-lain, mempunyai kelenjar racun,umumnya terdapat dalam duri sirip
1.4. Komposisi Kimia Ikan
Komposisi kimia ikan dipengaruhi antara lain
oleh faktor biologi dan faktor alami lainnya
Golongan Ikan Air (%) Protein (%) Lemak (%) Abu (%)
Mineral Jumlah
Posfor (P) 730 – 2170 m g / k g
Magnesium (Mg) 240 – 310 m g / k g
Kalsium (Ca) 48 – 420 m g / k g
Tembaga (Cu) 0,4 – 1,7 m g / k g
Iodium (I) 0,1 – 1,0 m g / k g
1.5. Pemanfaatan Ikan
Katagori pemanfaatan ikan:
1. Ready to eat: yaitu ikan dapat langsung dikonsumsi,
contohnya produk ikan kaleng
2. Ready to cook: yaitu ikan harus dimasak terlebih dahulu
sebelum di makan, contohnya ikan segar, ikan beku, ikan
asin
3. Advanced process: yaitu ikan di olah sebagai bahan setengah
jadi untuk diproses lanjut, contohnya surimi
Jenis Konsumen:
Y = Young (balita)
O = Old (manula)
P = Pregnant (ibu hamil)
I = Immuno-suppressed (daya tahan terbatas)
A = Allergic (alergi )
G= General (umum)
Jenis pengolahan ikan:
1. Pendinginan (menjaga suhu ikan 0 - 5 0C, menggunakan
cool boxs)
2. Pembekuan (dibekukan suhu pusat ikan - 1 8 0C,
menggunakan mesin pembeku Air Blast freezer, Contact
plate Freezer)
3. Pasteurisasi (pemanasan hingga suhu 85 0 C selama 1
menit untuk ranjungan)
4. Sterilisasi (untuk ikan kaleng menggunakan retort suhu
115 0 C - 120 0 C dengan tekanan 1 - 2 atm)
5. Pengendalian Water Activity (Aw) seperti
pengeringan, penggaraman, fermentasi
6. Reduksi seperti pembuatan tepung ikan
7. Ekstraksi seperti pembuatan minyak ikan
8. Pelumatan daging ikan seperti pembuatan surimi
Ikan Bersirip
Ikan bersirip dijual dalam bentuk:
1. Whole fish adalah ikan yang dipasarkan dalam bentuk dan
keadaan utuh seperti pada waktu diangkat dari air
2. Drawn fish adalah ikan yang telah dibuang insang dan isi
perutnya (jeroannya)
3. Dressed fish, di samping jeroan, dihilangkan pula kepala,
ekor dan sirip-siripnya
4. Steak adalah potongan melintang dari dressed fish
5. Fillets adalah daging tidak bertulang yang diperoleh dari
hasil potongan memanjang sepanjang sisi kiri dan kanan
tulang belakang
Ikan bersirip dijual menjadi produk ikan segar,
ikan beku, dan ikan kaleng
Udang
Udang untuk kom oditi ekspor biasanya
dijual dalam bentuk beku (Frozen)
Untuk pasar domestik (lokal) dijual dalam
bentuk segar, namun biasanya kualitas
udang yang dijual dibawah standar ekspor
Udang beku tersedia dalam bentuk:
1. Head on shell on (HOSO): udang dalam bentuk
utuh seperti baru di tangkap/panen
2. Head less shell on (HLSO): udang yang
dibuang kepalanya tetapi kulitnya masih utuh
3. Peel undeveined (PUD): udang dikupas kepala
dan kulit hingga sisa dagingnya saja
4. Pell deveined (PD): udang dikupas kepala,
kulit, dan dibuang ususnya hingga sisa
dagingnya saja
5. Cook (dimasak): biasanya udang PUD dan PD
direbus setengah matang terlebih dahulu baru
dijual
Rajungan
Rajungan juga merupakan komoditi
ekspor yang dijual dalam bentuk
beku berupa daging putihnya saja,
namun ada juga ditemukan di
supermarket lokal
Rajungan segar di rebus setengah
matang untuk memudahkan
mengambil daging putihnya,
kemudian dibekukan dan dikemas
dalam berbagai ukuran
Rajungan juga dijual di pasar
domestik dalam bentuk utuh
Sedangkan kepiting biasanya di jual
di pasar domestik dalam bentuk
hidup
Kerang
Daging kerang beratnya sekitar 2 0 - 4 0 %
dari berat total
Kerang dapat diperoleh di pasaran dalam
bentuk utuh hidup (bersama cangkangnya)
atau dalam bentuk daging kerang yang
telah dilepaskan dari cangkangnya
Kerang tersedia dalam keadaan segar, beku
atau yang telah diawetkan dalam kaleng
Pengelompokkan mutu kerang didasarkan
atas ukurannya: ukuran pertama (extra
large atau counts), ukuran kedua (large
atau extra select), ukuran ketiga ( medium
atau select), ukuran keempat (small atau
standard) dan ukuran kelima yaitu sub-
standard (very small).
Cephalopoda (cumi, sotong, gurita)
Chepalophoda untuk komoditi ekspor
biasanya dijual dalam bentuk beku
(Frozen)
Untuk pasar domestik (lokal) dijual dalam
bentuk segar dalam kondisi utuh
Cumi dan sotong tersedia dalam bentuk:
1. Whole: dipasarkan dalam bentuk dan
keadaan
utuh seperti pada waktu ditangkap perut, dan
2. kulitnya sehingga
Tube: telah tersisa
dibuanghanya dagingnya
kepala, isi saja
3. Ring:
melintang secara tube
daging proposional membentuk
kemudian di potong-
seperti
potong cincin
4. Head: kepala yang telah dipisahkan dari badannya
kemudian di buang mata dan capitnya lalu
dibersihkan
Gurita teredia dalam bentuk utuh atau
dipotong-potong secara proposional
agar mudah dikonsumsi
Teripang
Teripang kaya akan protein dan sangat baik untuk kesehatan
Teripang dapat disajikan menjadi sup teripang yang dicampur dengan sayur-
sayuran seperti jamur dan sebagainya (teripang kering direndam dengan air
panas sedang hingga mengembang dan kenyal, kemudian diiris-iris dan siap
dimasak menjadi sup)
Rumput Laut
Beberapa pemanfaatan rumput laut:
Agar-agar, yang dihasilkan oleh rumput laut jenis alga merah yang dikenal sebagai
agarofit. Species yang termasuk adalah Gracilaria sp dan Gellidium sp. Pemanfaatan agar
dalam bidang pangan adalah sebagai pembentuk gel, pengental, koagulan, penjernih, dan
sebagainya. Pemanfaatan dalam bidang farmasi dan kosmetik juga beragam. Selain itu
agar juga dimanfaatan dalam analisis laboratorium sebagai media perkembangan mikroba,
analisis DNA, dan media kultur jaringan.
Karaginan, yang dihasilkan oleh rumput laut jenis alga merah yang dikenal sebagai
karaginofit. Species yang termasuk adalah Eucheuma cottonii, Eucheuma spinosum,
Kapahicus sp. Pemanfatannya dalam industry farmasi dan kosmetik, dalam industry
pangan, dalam industry kertas dan laian-lain.
Alginat, yang dihasilkan oleh rumput laut jenis alga coklat yang dikenal sebagai alginofit.
Species yang termasuk di dalamnya adalah Sargasum sp dan Turbinaria sp.
Pemanfaatannya dalam industry kosmetik, perawatan tubuh, pengental cat, industry
pangan dan sebagainya
2.1. Karateristik Umum
Ikan adalah produk yang mudah rusak (perishable product )
oleh karena itu harus ditangani dengan baik
Ukuran ikan: Biasanya ikan yang lebih besar dianggap lebih lebih
bermutu dan lebih mahal dibanding ikan yang berukuran lebih kecil
yang sejenis. Ikan berukuran lebih besar biasanya lebih banyak daging
yang dapat dimakan
Komposisi kimia: Setiap jenis ikan memiliki nilai gizi yang
berbeda terutama kadar protein, lemak dan air. Jenis ikan yang
kandungan gizinya lebih tinggi cenderung dianggap lebih
bermutu, terutama yang mengandung Omega-3
Dimana:
n adalah banyaknya panelis
S2 adalah keragaman nilai mutu
1,96 adalah koefisien standar deviasi pada taraf 95 %
x. adalah nilai mutu rata-rata
xi. adalah nilai mutu dari panelis ke i, dimana i = 1,2,3......n
s adalah simpangan baku nilai mutu
5. Contoh Perhitungan Hasil Uji Organoleptik Ikan Segar
Interval nilai organoleptik ikan segar adalah 7,42 – 7,72 dan untuk penulisan nilai
akhir organoleptik ikan segar diambil nilai terkecil adalah 7,42 dan dibulatkan
menjadi 7,0
Laporan hasil uji skoring dalam bentuk 1 angka di
belakang
koma
Jika angka di belakang koma kurang dari lima maka angka di
depan koma tetap, tetapi apabila angka di belakang koma lebih
dari lima maka angka di depan koma naik satu angka
Jika angka di belakang koma lima maka nilai tetap
Contoh:
6,4 dibulatkan menjadi 6,0
6.6 dibulatkan menjadi 7,0
6.5 tetap 6.5
Standar mutu ikan segar (SNI 2729:2013)
Tujuan pengendalian mutu ikan segar adalah untuk
memperlambat kemunduran mutu sehingga dapat
memperpanjang umur simpan ikan segar
Kalau suhu awal ikan 25 0C, maka jumlah panas yang arus
dienyahkan dari 100 kg ikan agar suhu ikan mencapai 00 C
adalah :
Lokasi
1) unit pembudidayaan ikan berada di kawasan yang terhindar dari risiko
kontaminasi bahaya keamanan pangan biologi, kimia atau benda lain dan
dapat dikontrol;
2) sumber kontaminasi potensial dari lingkungan peternakan, industri,
pertanian dan pemukiman harus dievaluasi dan menjadi bahan
pertimbangan; dan
3) tidak terdapat potensi kontaminasi yang dapat menyebabkan produk
menjadi tidak aman.
Sumber air
1) kualitas air dapat mendukung produksi ikan yang aman dikonsumsi
manusia;
2) penggunaan air yang mengandung limbah tidak diperbolehkan, bila air
sumber terbatas maka penggunaan air sumber yang mengandung limbah
harus memenuhi persyaratan WHO untuk penggunaan air limbah; dan
3) terhindar dari pencemaran yang menyebabkan kontaminasi keamanan
pangan termasuk dari limbah hewan dan aktivitas manusia.
Desain dan tata letak wadah dan fasilitas unit pembudidayaan ikan dapat
mencegah terjadinya kontaminasi dan/atau kontaminasi silang
Pakan
1) pakan yang digunakan harus terdaftar di Ditjen Perikanan Budidaya; dan
2) tidak mengandung bahan terlarang atau kontaminan biologis dan kimiawi
yang melebihi ambang batas.
Obat Ikan, Bahan Kimia dan Biologi
1) obat ikan, bahan kimia dan biologi yang digunakan dalam setiap proses
budidaya ikan harus terdaftar di Ditjen Perikanan Budidaya;
2) penyimpanan obat ikan, bahan kimia dan biologi harus
terpisah dan
terlindung dari potensi kerusakan dan kontaminasi
Benih yang digunakan berasal dari unit pembenihan bersertifikat
cara perbenihan ikan yang baik atau yang sudah menerapkan SNI.
Kebersihan
1) unit pembudid ayaan ikan dan Peralatan terjaga
kebersihannya serta terhindar dari kontaminasi; dan
2) unit pembudidayaan ik an perlu menerapkan GHP (Good
Hygiene
Practices) untuk menekan kontaminasi khususnya dari limbah hewan dan
aktivitas manusia
Pengelolaan limbah
1) unit pembudidayaan ikan melakukan pengelolaan limbah cair, padat dan
berbahaya yang disesuaikan dengan kebutuhan; dan
2) mempunyai fasilitas pengelolaan limbah cair, padat dan berbahaya yang
disesuaikan dengan kebutuhan
Panen
1) cara panen dan penanganan hasil dilakukan dengan mencegah
2) kerusakan fisik dan meminimalisir kontaminasi; dan
3) air dan es yang digunakan harus sesuai persyaratan.
Pencatatan
1) kegiatan pembudidayaan ikan sejak tahapan pra proses
produksi, panen hingga distribusi harus terdokumentasi dan
mampu
telusur
2) penggunaan sarana produksi yang berdampak pada keamanan pangan
harus tercatat; dan
3) pendistribusian hasil panen harus tercatat.
Pekerja perlu mendapatkan pelatihan Good Hygiene Practices (GHP) untuk
menumbuhkan kesadaran atas peran dan tanggung jawabnya dalam
melindungi produk dari kontaminasi dan kerusakan.
Pekerja yang menangani harus sehat, tidak sedang mengalami luka, tidak
menderita penyakit menular atau menyebarkan kuman penyakit menular, dan
dilakukan pemeriksaan kesehatan secara periodik minimal 1 (satu) kali dalam
setahun.
Peralatan budidaya terbuat dari bahan yang tidak berbahaya dan tidak
menyebabkan kerusakan fisik dan kontaminasi pada ikan; dan terbuat dari
bahan yang mudah dibersihkan
5.5. CPIB Pengumpul/Suplier
1. Persyaratan Umum
Produk Segar
1) produk segar yang sedang atau masih menunggu untuk
ditangani, dikemas dan/atau dikirim, harus diberi es atau
disimpan di ruang dingin yang mampu mempertahankan suhu
produk pada titik leleh es; dan
2) penanganan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga
mencegah kontaminasi atau penurunan mutu.
Produk Beku
1) harus memiliki fasilitas penyimpanan yang mampu
mempertahankan suhu pusat produk - 1 8 0C;
2) apabila karena alasan teknis dipersyaratkan suhu yang lebih
tinggi, misalnya dengan menggunakan pembekuan air garam
untuk tujuan pengalengan diperbolehkan sepanjang tidak lebih
tinggi dari - 9 0C; dan
3) disimpan pada ruang penyimpanan beku yang dilengkapi dengan
alat pencatat/perekam suhu otomatis yang mudah dibaca, sensor
suhu harus diletakkan di tempat yang suhunya paling tinggi.
5.6. CPIB Unit Pengolahan Ikan (UPI)
1. Persyaratan Umum
UPI harus memiliki sistem manajemen keamanan pangan yang mencakup Good
Manufacturing Practices (GMP), Standard Sanitation Operating Procedure (SSOP)
dan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) dan menerapkannya;
UPI hanya menerima bahan baku dari unit pembudidayaan ikan yang
bersertifikat cara budidaya ikan yang baik, kapal penangkap dan kapal
pengangkut ikan yang bersertifikat cara penanganan ikan yang baik, atau
pengumpul/supplier yang bersertifikat cara penanganan ikan yang baik;
UPI harus memperhatikan jenis ikan tertentu yang dilarang atau memerlukan
persyaratan tertentu yang dipasarkan untuk konsumsi manusia, misalnya:
1) ikan beracun yang berasal dari famili Tetraodontidae, Molidae,
Diodontidae , Canthigasteridae; dan
2) produk hasil perikanan yang mengandung biotoksin seperti jenis ikan
karang yang mengandung toksin ciguatera dan kekerangan yang
mengandung toksin hayati misalnya: Paralytic Shellfish Poisoning (PSP),
Diarethic Shellfish Poisining (DSP), Amnesic Shellfish Poisining (ASP),
Neurotic Shellfish Poisining (NSP).
UPI dilarang menggunakan bahan tambahan yang tidak diizinkan sesuai
ketentuan peraturan perundangundangan;
UPI dilarang menggunakan kimia misalnya: Pestisida, fumigan,
bahan digunakan maka harus di bawah
pengawasan
desinfektan petugas
dan deterjen.
yang mengetahui
Apabila bahaya penggunaannya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan;
UPIharus mem iliki laboratorium yang dapat digunakan untuk
menunjang pengendalian mutu hasil perikanan secara mandiri (own check);
UPI yang menangani produk beku harus mempunyai sarana:
1) Pembekuan yang mampu menurunkan suhu secara cepat
hingga
mencapai suhu pusat - 1 8 0C; dan
2) Penyimpanan beku (cold storage) yang mampu menjaga suhu produk - 1 8
0 C atau lebih rendah.
UPI yang menangani produk segar harus mempunyai sarana pendinginan yang
mampu mempertahankan suhu produk pada titik leleh es;
UPIdilarang memasarkan hasil olahan yang tidak sesuai standar
untuk
dikonsumsi manusia.
2. Persyaratan Lokasi dan Bangunan
UPI harus memenuhi persyaratan lokasi sebagai berikut:
1) UPI harus dibangun di lokasi yang tidak tercemar dan berdekatan dengan
sumber bahan baku yang bermutu baik, serta dapat diakses untuk
melakukan pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan; dan
2) UPI tidak diperbolehkan dibangun di lingkungan pemukiman, kawasan
industri atau kegiatan lain yang dapat mencemari hasil perikanan yang
diolah.
UPI harus memenuhi persyaratan fasilitas bangunan minimal sebagai berikut:
1) ruang kerja yang cukup untuk melakukan kegiatan dengan kondisi yang
higienis;
2) bangunan harus mampu menghindari kontaminasi terhadap hasil
perikanan dan terpisah antara ruang penanganan hasil perikanan yang
bersih dan ruang penanganan hasil perikanan yang kotor;
3) bangunan harus dirancang dan ditata dengan konstruksi sedemikian rupa
untuk mendukung proses penanganan secara saniter, cepat, dan tepat;
4) bangunan harus dirawat, dibersihkan, dan dipelihara secara saniter;
5) bangunan harus mampu melindungi produk dari binatang pengganggu
dan potensi kontaminasi lainnya;
6) ruangan yang digunakan untuk penanganan dan pengolahan hasil
perikanan harus memenuhi persyaratan:
lantai harus mempunyai kontruksi kemiringan yang cukup, kedap air,
mudah dibersihkan dan disanitasi, serta dirancang sedemikian rupa
sehingga memudahkan pembuangan air;
dinding harus rata permukaannya, mudah dibersihkan, kuat, dan
kedap air;
pintu terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dibersihkan;
langit-langit atau sambungan atap mudah dibersihkan;
ventilasi dan sirkulasi udara yang cukup untuk menghindari
kondensasi; dan
penerangan yang cukup, baik lampu maupun cahaya alami.
7) bangunan harus dilengkapi fasilitas untuk mendukung kebersihan
karyawan dengan konstruksi dan jumlah yang memadai sebagai berikut:
toilet tidak berhubungan langsung dengan ruang proses;
ruang ganti pakaian yang terpisah untuk karyawan di area resiko tinggi
dengan area resiko rendah;
bak cuci kaki pada semua pintu masuk ke ruang proses;
fasilitas cuci tangan di seluruh titik masuk ke ruang proses dan tidak
dioperasikan dengan tangan;
ruang istirahat dan tempat penyimpanan barang-barang karyawan
(loker).
8) memiliki ruang atau tempat khusus untuk menyimpan es dan bahan
kebutuhan penanganan lainnya, misalnya bahan pengemas.
3. Peralatan dan Perlengkapan
Produk Segar
1) produk segar yang sedang atau masih menunggu untuk
ditangani, dikemas dan/atau dikirim, harus diberi es atau
disimpan di ruang dingin yang mampu mempertahankan suhu
produk pada titik leleh es; dan
2) penanganan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga
mencegah kontaminasi atau penurunan mutu.
3) filet dan potongan ikan harus segera diberi es atau disimpan di
ruang dingin atau apabila perlu dikemas dan diberi label sesuai
persyaratan;
4) isi perut dan/atau bagian-bagian yang dapat membahayakan
kesehatan manusia harus dipisahkan dari produk yang akan
dikonsumsi manusia; dan
5) tempat penampungan sampah harus tertutup dan selalu
dibersihkan dan disanitasi sebagaimana mestinya, sehingga tidak
menjadi sumber kontaminasi terhadap UPI atau lingkungan
Produk Beku
1) harus memiliki fasilitas penyimpanan yang mampu
mempertahankan suhu pusat produk - 1 8 0C;
2) apabila karena alasan teknis dipersyaratkan suhu yang lebih
tinggi, misalnya dengan menggunakan pembekuan air garam
untuk tujuan pengalengan diperbolehkan sepanjang tidak lebih
tinggi dari - 9 0C; dan
3) disimpan pada ruang penyimpanan beku yang dilengkapi dengan
alat pencatat/perekam suhu otomatis yang mudah dibaca, sensor
suhu harus diletakkan di tempat yang suhunya paling tinggi
4) UPI dilarang memasarkan hasil olahan yang tidak sesuai standar
untuk dikonsumsi manusia
Produk yang Dilelehkan
1) dilakukan secara higienis, terhindar dari kontaminasi dan
pembuangan air lelehan yang memadai sehingga air lelehan tidak
menggenangi produk, serta selama pelelehan suhu produk tidak
boleh melebihi suhu titik leleh es; dan
2) setelah dilelehkan produk harus ditangani sesuai persyaratan dan
pengolahannya tidak boleh ditunda.
6. HACCP
PELABUHAN
Laporan dan
3. Inspeksi PERIKANAN Monitoring
4. Perbaikan
2. Identifikasi kapal
ikan Evaluasi
1. Permohonan
UNIT KAPAL
IKAN
DJP
5. Penerbitan T
SERTIFIKA
T CPIB
Contoh Surat Permohonan CPIB
Contoh laporan Inspeksi CPIB
Contoh Hasil Inspeksi CPIB
Contoh Sertifikat CPIB
5.8. Sertifikasi CPIB Supplier/Pengumpul
1. Tata Cara Penerbitan Sertifikat CPIB Supplier
Menteri Kelautan dan perikanan mendelegasikan kepada Badan Karantina Ikan
dan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM), yang
pelaksanaannya dilakukan oleh kepala UPT KIPM (pusat/daerah )
Setiap Supplier hasil perikanan wajib menerapkan dan memenuhi CPIB yang
terdiri dari persyaratan prosedur operasi standar sanitasi (Standard Sanitation
Operating Procedure) dan Good Manufacturing Practices).
Pelaku usaha (Suplier) mengajukan permohonan tertulis kepada kepala KIPM ,
dengan melampirkan NIB dan panduan penerapan CPIB yang telah divalidasi
oleh pelaku usaha
Kepala UPT melakukan pemeriksaan kelengkapan dan kebenaran dokumen
persyaratan, Jika belum lengkap pelaku usaha diminta untuk melengkapi
persyaratan
Kepala UPT menugaskan Inspektur Mutu untuk melakukan inspeksi dan
melaporkan hasilnya kepada kepala UPT
Berdasarkan laporan , Kepala UPT menerbitkan:
1) Sertifikat CPIB, dalam hal hasil Inspeksi telah sesuai; atau
2) Surat penolakan penerbitan Sertifikat CPIB disertai dengan alasan, dalam
hal hasil Inspeksi tidak sesuai
Proses penerimaan permohonan sampai dengan penerbitan atau penolakan
Sertifikat CPIB dilakukan dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari
kerja terhitung sejak permohonan diterima secara lengkap, yang dinotifikasi
kedalam sistim OSS
Sertifikat CPIB Supplier berlaku untuk jangka waktu 4 (empat) tahun dan dapat
diberikan perpanjangan untuk jangka waktu yang sama
Perpanjangan Sertifikat CPIB dapat diajukan paling lambat 30 (tiga puluh) hari
sebelum masa berlakunya berakhir
Untuk dapat melakukan perpanjangan Sertifikat CPIB, Supplier
mengajukan permohonan kepada Kepala UPT, kemudian dilakukan isnpeksi,
dan ditentukan
penerbitan/penolakan perpanjangan sertifikat CPIB dalam waktu paling lama
10 (sepuluh) hari kerja, sejak permohonan diterima secara lengkap
1. Permohonan
UNIT SUPLIER/
PENGUMPUL
BKIP
5. Penerbitan M
SERTIFIKA
T CPIB
Contoh Sertifikat CPIB Supplier
Adawyah, R. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Jakarta (ID). Bumi Aksara
Buckle K.A, Edwards R.A, Fleet G.H, Wooton.1982. Ilmu Pangan. Jakarta (ID). UI Press
Hadiwiyoto, S. 1993. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan. Yogyakarta (ID). Liberty
Huss H. H. 1995. Quality and quality changes in fresh fi sh. Rome (IT). FAO
Irianto H. E, Sri Giyatmi S. 2015. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan (Edisi 2).
Tangerang (ID). Universitas Terbuka
KEPMEN- KP Nomor 52A Tahun 2013 Tentang Persyaratan Jaminan Mutu
dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses Produksi, Pengolahan dan
Distribusi
Muchtadi D. 2012. Pengolahan Hasil Perikanan. Tangerang (ID). Universitas Terbuka
Myers M. 1981. Planning and Engineering Data: Fresh Fish Handling . Rome (IT). FAO
PERMEN-KP Nomor 7 Tahun 2019 Tentang Persyaratan dan Tata Cara Penerbitan
Sertifikat Cara Penanganan Ikan yang Baik (CPIB) Kapal Ikan
PERMEN-KP Nomor 52 Tahun 2018 Tentang Persyaratan Persyaratan dan Tata Cara
Penerbitan Sertifikat Cara Penanganan Ikan yang Baik (CPIB) Supplier
PER-BKIPM Nomor 47 Tahun 2019 Tentang Petunjuk Teknis Penerbitan Sertifikat cara
Penanganan Ikan Yang Baik di Supplier
PUSDIK-KKP. 2019 . Bahan Baku Olahan Hasil Perikanan. Tersedia pada:
http://www.pusdik.kkp.go.id/elearning/index.php/modul/kompetensi/190116-
PUSDIK-KKP. 2019 . Penanganan Ikan Segar dan Beku. Tersedia pada:
114410bahan-baku-olahan-hasil-perikanan
http://www.pusdik.kkp.go.id/elearning/index.php/modul/read/190114-
183701uraian-c-materi
SNI 2729:2013. Ikan Segar.BSN
SNI 2346:2015. Pedoman Pengujian Sensori Pada Produk Perikanan. BSN
View publication stats