Anda di halaman 1dari 25

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia memiliki sumberdaya perikanan meliputi, perikanan tangkap di
perairan umum seluas 54 juta hektar dengan potensi produksi 0,9 juta ton/tahun.
Budidaya laut terdiri dari budidaya ikan (antara lain kakap, kerapu, dan gobia),
budidayamoluska (kekerangan, mutiara, dan teripang), dan budidaya rumput laut,
budidaya air payau (tambak) yang potensi lahan pengembangannya mencapai sekitar
913.000 ha, dan budidaya air tawar terdiri dari perairan umum (danau, waduk, sungai,
dan rawa), kolam air tawar, dan mina padi di sawah, serta bioteknologi kelautan
untuk pengembangan industri bioteknologi kelautan seperti industri bahan baku untuk
makanan, industri bahan pakan alami, benih ikan dan udang serta industri bahan
pangan. Besaran potensi hasil laut dan perikanan Indonesia mencapai 3.000 triliun per
tahun, akan tetapi yang sudah dimanfaatkan hanya sekitar 225 triliun atau sekitar
7,5% saja (Ambara, 2014).
Pertambahan jumlah penduduk Indonesia membuat kebutuhan bahan pangan
meningkat, untuk memenuhi kebutuhan tersebut, mau tidak mau kita harus
meningkatkan produksi di semua sektor pertanian termasuk juga sektor perikanan.
Lahan untuk meningkatkan produksi semakin berkurang hal ini disebabkan oleh
pengalih fungsi lahan sebagai akibat pembangunan di luar sektor pertanian, misalnya
untuk pemukiman, kawasan pabrik, pertambangan dan lain-lain (Saputra, 1987).
Kalimantan Tengah memiliki potensi laut seluas 94.500 km2 dengan panjang
garis pantai 750 km , serta memiliki berbagai jenis ikan pelagis, udang, rajungan,
dan lainnya. Pantai laut di selatan Kalimantan Tengah merangkai 7 (tujuh) kabupaten;
yaitu Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten
Kapuas, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Katingan, dan
Kabupaten Pulang Pisau, dengan panjang garis pantai 750 km. Sedangkan perairan
umum dengan luas 2.29 juta Ha dengan potensi sumberdaya ikannya yang cukup
besar perlu pengelolaan dan pemanfaatan secara baik. Luasnya wilayah perairan darat
2

dan perairan laut di Kalimantan Tengah mendukung untuk pengembangan perikanan,


baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya.

Tabel 1. Produksi Perikanan Tangkap dan Perikanan Budidaya di Kalimantan


Tengah Tahun 2014-2015
Produksi perikanan (Ton)
No Kabupten/Kota Tangkapan Budidaya
2014 2015 2014 2015
1 Kotawaringin Barat 12.165,80 5.618,80 4.496,85 4.611,32
2 Kotawaringin Timur 10.640,50 4.778,30 4.728,92 4.933,42
3 Kapuas 11.405,50 14.578,90 11.140,37 11.949,39
4 Barito Selatan 5.701,80 5.549,40 8.179,50 9.036,88
5 Barito Utara 1.079,30 1.092,80 3.513,48 3.588,60
6 Sukamara 5.021,30 4.223,90 6.77,29 7.88,29
7 Lamandau 401,30 1.120,20 1.803,94 1.909,56
8 Seruyan 17.513,80 64.623,20 7.156,26 9.828,73
9 Katingan 15.868,80 4.925,00 3.248,35 3.342,53
10 Pulang Pisau 20.949,70 19.507,00 2.782,29 3.970,10
11 Gunung Mas 200,20 5.35,10 1.430,37 1.989,04
12 Barito Timur 696,60 8.94,30 1.026,60 1.130,40
13 Murung Raya 288,10 5.99,40 1.460,83 1.884,65
14 Palangka Raya 2.149,50 2.480,00 9.203,54 9.730,84
Jumlah 104.082,20 130.526,10 60.848,59 68.693,75
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Tengah

Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa jumlah produksi ikan tangkapan


mengalami peningkatan dari total tangkapan tahun 2014 sebanyak 104.082,20 ton
menjadi 130.526,10 ton. Penaikan hasil tangkapan ini hanya terjadi di daerah tertentu
sehingga mempengaruhi jumlah hasil tangkapan di Kalimantan Tengah. Kabupaten
Seruyan merupakan daerah yang mengalami penaikan hasil tangkapan ikan yang
sangat signifikan dari jumlah hasil tangkapan 17.513,80 ton di tahun 2014 dan naik
drastic di tahun 2015 menjadi 64.623,20 ton. Daerah yang mengalami penurunan
hasil produksi tangkapan ikan paling besar di kabupaten Katingan dan Kotawaringin
Barat. Hasil produksi perikanan budidaya mengalami penaikan hal ini dapat di lihat
dari jumlah di tahun 2014 dengan produksi 60.848,59 ton dan meningkat pada tahun
2015 sebesar 68.693,75 ton. Peningkatan jumlah produksi budidaya perikanan ini
3

memjelaskan bahwa Kalimantan Tengah memiliki potensi untuk pengembangan


usaha budidaya perikanan.
Jenis ikan lokal yang diminati oleh stakeholder sebagai ikan potensial
budidaya di Pulau Kalimantan sekitar 16 jenis yaitu ikan sapan/lomi (Tor
tambroides), kalui/gurami (Osphronemus gouramy), pipih/belida (Chitala sp.),
jelawat (Leptobarbus hoeveni), baung (Mystus nemurus), tambakan (Helostome
temminckii), betutu (Oxyeleotris marmorata), patin sungai (Pangasius nasutus),
kalabau (Osteochilus sp.), toman (Channa sp.), tapah (Wallago sp.), betok (Anabas
testudineus), saluang (Rasbora sp.), tambuwuk, sanggang, dan udang galah
(Macrobrachium rosenbergii).

Tabel 2. Hasil Skoring Analisis Komoditas Ikan Lokal Di Daerah Kalimantan Tengah
(2010)
Nama latin Nama local Skor

1. Macrobrachium rosenbergii Udang galah 440


2. Leptobarbus hoeveni Jelawat 390
3. Oxyeleotris marmorata Betutu 390
4. Anabas testudineus Betok, papuyu 390
5. Osphronemus gouramy Kalui/gurami 350
6. Helostoma temminchii Tambakan 340
7. Mystus nemurus Baung 320
8. Notopterus sp. Pipih/belida 320
9. Tor tambroides Sapan/lomi 290
10. Channa sp. Toman 280
11. Rasbora sp. Saluang 270
12. Wallago sp. Tapah 260
13. Puntius bulu Sanggang 260
14. Pangasius nasutus Patin sungai 250
15. Osteochilus sp. Kalabau 160
16. Cyclochrilichthys apogon Tambuwuk 110
Sumber : Estu Nugroho 2002
Empat jenis ikan lokal yang menempati urutan teratasdan diperkirakan akan
dapat berkembang baik di masyarakat dalam mendorong perkembangan budidaya
ikan lokal di daerah setempat antara lain adalah udang galah, betok, jelawat, dan
betutu. Keempat jenis ikan ini dijadikan prioritas komoditas di masing-masing daerah
di Kalimantan, di samping komoditas nasional yang sudah ditentukan yaitu ikan mas
4

dan nila. Jenis ikan betutu merupakan ikan ekonomis yang memiliki harga yang
tinggi. Untuk harga ikan betutu yang masih hidup dari pembudidaya berkisar antara
Rp.80.000 dengan bobot di bawah 1 (satu) kg/ekor, sedangkan harga ikan betutu yang
mecapai bobot lebih dari 1 (satu) kg/ekor bisa mencapai Rp.150.000.

1.2 Rumusan Masalah


Budidaya ikan air tawar merupakan salah satu jenis usaha yang
menguntungkan secara ekonomis. Banyaknya permintaan akan ikan air tawar
komsumsi menjadi peluang yang sangat bagus untuk melakukan kegiatan budidaya
ikan air tawar. Kendala yang di hadapi untuk melakukan kegiatan budidaya ikan air
tawar di masa sekarang adalah keterbatasan tempat budidaya karena adanya
pengalihan fungsi lahan menjadi permukiman.
Pemanfaatan aliran sungai untuk kegiatan budidaya merupakan pilihan yang bagus
karena tidak terlalu memerlukan areal yang luas. Pembudidayaan di media keramba
salah satu dari kegiatan budidaya yang mengunakan aliran sunggai.
Dalam Kesempatan ini penulis akan membahas lebih lanjut mengenai peluang
budidaya dan potensi budidaya ikan air tawar di Kalimantan Tengah. Berdasarkan
uraian diatas maka muncul rumusan masalah, sebagai Berikut:
1. Bagaimana budidaya ikan betutu di Kabupaten Kotawaringin Barat?
2. Bagaimana potensi budidaya ikan betutu di Kabupaten Kotawaringin Barat?
3. Apa saja metode pembudidayaan ikan betutu ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui cara budidaya ikan betutu di kabupaten kotawaringin barat?
2. Untuk mengetahui potensi budidaya ikan betutu di kabupaten kotawaringin
barat?
3. Untuk mengetahui Apa saja metode pembudidayaan ikan betutu?
5

II. TEKNIK BUDIDAYA IKAN BETUTU

2.1 Klasifikasi Ikan Betutu


Klasifikasi dari ikan Betutu (Lie Siauw Foey, 1968 dalam Komarudin, 2000):
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Superkelas : Pisces
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Subordo : Gobiodea
Family : Eleotridae
Spesies : Oxyeleotris marmorata
Menurut Komarudin (2000), betutu (Oxyeleotris marmorata) merupakan air
tawar yang merupakan spesiesasli (Indigenous species) perairan umum Indonesia.
Betutu memiliki nama lokal yang beragam yaitu bloso, ikan malas, ikan bodoh (Jawa)
bakut, batutuk, belutu, ikan hantu (Kalimantan); bakut, beluru, bekutut (Sumatera).
Nama yang paling populer adalah betutu sekaligus digunakan sebagai nama resmi
dalam dunia perikanan di Indonesia.
Menurut ahli taksonomi ikan berkebangasaan Belanda, FP.Koumans
(Komarudin, 2000) menjabarkan ciri-ciri ikan betutu sebagai berikut: Tubuhnya
memanjang, bagian depan silindris dan bagian belakang pipih, panjang total 5-6 kali
tinggi badan, kepala gepeng, panjangnya 1/3-1/4 dari panjang total, memoncong
meruncing, rahang bawah lebih ke depan daripada rahang atas, gigi terdiri dari
beberapa deret, pada deret terluar ukurannya lebih besar, beberapa gigi mempunyai
taring (tidak memiliki taring yang jelas). Sisiknya kecil dan teratur rapi, sebagian
besar tubuhnya di selimuti sisik (ctenoido), sedangkan bagian kepala, tengkuk dan
bagian dada ditutupi sisik sikloid (cycloid). Sisik kepala terdapat di atas
moncong, pipi dan tutup insang. Ukuran sisik insang sedikit lebih besar dibandingkan
dengan sisik pada bagian lain.
6

2.2 Potensi Budidaya Ikan Betutu


Harga jual betutu yang cukup tinggi telah menempatkan ikan ini sebagai
komoditas tangkapan yang selalu dicari. Kecenderungan perburuan ikan betutu di
alam pun semakin meningkat sehingga hasil tangkapan yang diperoleh semakin
menurun setiap tahunnya (Anonim, 1995).
Harga ikan betutu untuk ukuran konsumsi adalah Rp. 125.000,-/kg, sedangkan
harga ikan betutu untuk diekspor mencapai Rp. 300.000,-/kg (Kudsiah dan Nur,
2008). Tingginya harga ikan betutu disebabkan cita rasa yang lezat, daging yang putih
dan empuk. Daging ikan betutu mengandung protein (9-22%), lemak (0,1-20 %),
mineral (1-3%), vitamin, lecithin, guanine dan sedikit mengandung kolesterol (Etal,
2009).

2.3 Pemelihan Benih Betutu


Untuk benih betutu yang akan di besarkan atau dibudidayakan terutama di
Kabupaten Kotawaringin Barat benih di peroleh dari hasil tangkapan dari alam. Ikan
betutu tangkapan yang belum dewasa dapat di pelihara kembali dan budidayakan.
Ikan betutu yang diperoleh dari hasil tangkapan mempunyai persentasi betahan hidup
lebih tingggi dari pada benih ikan betutu dari budidaya. Budidaya pembesaran ikan
betutu cukup menjanjikan karena harga ikan betutu yang memiliki bobot kurang dari
100 g/ekor akan memiliki harga yang lebih rendah dari pada ikan betutu yang
memiliki bobot 100 g/ekor atau lebih. Untuk budidaya pembesaran ikan betutu benih
yang di ambil harus memiliki ukuran yang seragam, pemilihan benih dengan ukuran
yang seragam bertujuan untuk menghindari kanibalisme.
7

2.4 Metode Budidaya Pembesaran Betutu


Pada umumnya pembesaran ikan betutu di Kabupaten Kotawaringin Barat
mengunakan metode pembesaran dengan kolam tanah , kolam terpal, keramba dan
keramba jaring apung (KJA).

2.4.1 Metode Kolam Tanah


Kolam tanah banyak ditemukan di tengah-tengah perkampungan dan
pekarangan rumah. Kolam tanah air tenang, bisa dibuat di tempat-tempat dengan
sumber air terbatas.Kelebihan kolam tanah dibanding kolam tembok, kolam terpal
atau akuarium adalah kekayaan hayatinya. Karena tanah yang menjadi dasar kolam
merupakan tempat tumbuh dan berkembangnya berbagai organisme yang menunjang
kehidupan ikan. Organisme tersebut bisa bermanfaat juga sebagai pakan alami bagi
ikan. Adapun persiapan untuk membuat kolam tanah adalah sebagai berikut:

a. Pengapuran Kolam Tanah


Kolam tanah yang baru dibuat biasanya keasaman tanahnya meningkat (pH-nya
turun). Oleh karena itu perlu dinetralkan dengan memberikan kapur pertanian atau
dolomit. Derajat keasaman ideal bagi perkembangan ikan biasanya berkisar pH 7-8.
Bila derajat keasaman tanah kurang dari itu perlu pengapuran.Jumlah kapur yang
diberikan untuk menetralkan pH sekitar 2 ton/ha. Namun jumlah pastinya harus
disesuaikan dengan pH tanah dan jenis tanah. Pada jenis tanah liat berlumpur, takaran
pengapuran untuk menetralkan pH tanah adalah sebagai berikut:
pH kurang dari 4,0 jumlah kapur 4 ton/ha
pH 4,0 4,4 jumlah kapur 3 ton/ha
pH 4,5 5,0 jumlah kapur 2,5 ton/ha
pH 5,1 5,5 jumlah kapur 2 ton/ha
pH 5,6 6,5 jumlah kapur 1 ton/ha
Dosis di atas perlu ditambah bila jenis tanahnya semakin dominan tanah liat,
Sedangkan untuk tanah yang semakin berpasir, dosis pengapurannya dikurangi.
Pengapuran diaplikasikan bersamaan dengan pengolahan tanah. Kapur diaduk dengan
8

tanah yang telah dibajak hingga merata. Usahakan agar kapur tercampur hingga
kedalaman 10 cm. Setelah itu, kolam didiamkan selama 2-3 hari.

b. Pemupukan Kolam Tanah


Setelah proses pengapuran selesai, langkah selanjutnya adalah pemupukan.
Sebaiknya gunakan pupuk organik sebagai pupuk dasar. Apabila dirasa kurang, bisa
ditambahkan pupuk kimia atau penyubur tanah lainnya. Pupuk organik mutlak
diperlukan untuk mengembalikan kesuburan tanah. Pupuk organik akan merangsang
aktivitas kehidupan dalam tanah. Tanah yang kaya bahan organik merupakan surga
bagi berbagai macam organisme untuk berkembang biak. Organisme tersebut
nantinya sangat bermanfaat sebagai pakan alami ikan. Jenis pupuk organik yang
digunakan bisa pupuk kompos atau pupuk kandang. Dosisnya sekitar 1-2 ton per
hektar. Pupuk ditebarkan secara merata di permukaan dasar kolam. Bila dirasa
kurang, bisa ditambahkan pupuk kimia. Pupuk kimia yang sering dipakai untuk dasar
kolam adalah urea dan TSP. Setelah dipupuk, kolam dibiarkan selama 1-2 minggu.
Selanjutnya, kolam siap untuk diisi air.

c. Pengenangan Kolam
Tahap terakhir persiapan kolam tanah adalah penggenangan kolam dengan air.
Caranya dilakukan secara bertahap. Pertama-tama genangi dasar kolam dengan air
setinggi 10-15 cm. Dengan kedalaman air seperti ini sinar matahari masih bisa
menembus dasar kolam. Sehingga berbagai macam tumbuhan dan hewan bisa
berkembangbiak. Biarkan kondisi tersebut selama 2-3 hari. Warna air akan terlihat
kehijauan. Itu tandanya gangang sebagai makanan biota air dan ikan telah tumbuh.
Setelah itu ketinggian air bisa dinaikkan hingga 60-75 cm dan kolam siap untuk
ditebari benih ikan.
9

2.4.2 Metode Keramba Jaring Apung (KJA)


Wadah budidaya ikan selanjutnya yang dapat digunakan oleh masyarakat yang
tidak memiliki lahan darat dalam bentuk kolam, masyarakat dapat melakukan
budidaya ikan di perairan umum. Budidaya ikan dengan menggunakan karamba
merupakan alternatif wadah budidaya ikan yang sangat potensial untuk
dikembangkan karena seperti diketahui wilayah Indonesia ini terdiri dari 70%
perairan baik air tawar maupun air laut. Persyaratan teknis yang harus diperhatikan
dalam memilih lokasi usaha budidaya ikan di karamba jaring terapung antara lain
adalah :

a. Arus Air
Arus air pada lokasi yang dipilih diusahakan tidak terlalu kuat namun tetap
ada arusnya agar tetap terjadi pergantian air dengan baik dan kandungan oksigen
terlarut dalam wadah budidaya ikan tercukupi, selain itu dengan adanya arus maka
dapat menghanyutkan sisa-sisa pakan dan kotoran ikan yang terjatuh di dasar
perairan. Dengan tidak terlalu kuatnya arus juga berpengaruh terhadap keamanan
jaring dari kerusakan sehingga masa pakai jaring lebih lama. Bila pada perairan yang
akan dipilih ternyata tidak ada arusnya (kondisi air tidak mengalir), disarankan agar
unit budidaya atau jaring dapat diusahakan di perairan tersebut, tetapi jumlahnya
tidak boleh lebih dari 1% dari luas perairan. Pada kondisi perairan yang tidak
mengalir, unit budidaya sebaiknya diletakkan ditengah perairan sejajar dengan garis
pantai.

b. Tingkat Kesuburan
Pada perairan umum dan waduk ditinjau dari tingkat kesuburannya dapat
dikelompokkan menjadi perairan dengan tingkat kesuburan rendah (oligotropik),
sedang (mesotropik) dan tinggi (eutropik). Jenis perairan yang sangat baik untuk
digunakan dalam budidaya ikan di jaring terapung dengan sistem intensif adalah
perairan dengan tingkat kesuburan rendah hingga sedang.Jika perairan dengan tingkat
kesuburan tinggi digunakan dalam budidaya ikan di jaring terapung maka hal ini
10

sangat beresiko tinggi karena pada perairan eutropik kandungan oksigen terlarut pada
malam hari sangat rendah dan berpengaruh buruk terhadap ikan yang dipelihara
dengan kepadatan tinggi.

c. Bebas Dari Pencemaran


Dalam dunia perikanan, yang dimaksud dengan pencemaran perairan adalah
penambahan sesuatu berupa bahan atau energi ke dalam perairan yang menyebabkan
perubahan kualitas air sehingga mengurangi atau merusak nilai guna air dan sumber
air perairan tersebut. Bahan pencemar yang biasa masuk kedalam suatu badan
perairan pada prinsipnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pencemar
yang sulit terurai dan bahan pencemar yang mudah terurai. Contoh bahan pencemar
yang sulit terurai berupa persenyawaan logam berat, sianida, DDT atau bahan organik
sintetis. Contoh bahan pencemar yang mudah terurai berupa limbah rumah tangga,
bakteri, limbah panas atau limbah organik. Kedua jenis bahan pencemar tersebut
umumnya disebabkan oleh kegiatan manusia, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Penyebab kedua adalah keadaan alam seperti: banjir atau gunung meletus.
Jika lokasi budidaya mengandung bahan pencemar maka akan berpengaruh terhadap
kehidupan ikan yang dipelihara didalam wadah budidaya ikan tersebut.

d. Kualitas Air
Dalam budidaya ikan, secara umum kualitas air dapat diartikan sebagai setiap
perubahan (variabel) yang mempengaruhi pengelolaan, kelangsungan hidup dan
produktivitas ikan yang dibudidayakan. Jadi perairan yang dipilih harus berkualitas
air yang memenuhi persyaratan bagi kehidupan dan pertumbuhan ikan yang akan
dibudidayakan. Kualitas air meliputi sifat fisika, kimia dan biologi (Kholis, 2012).
11

2.4.3 Metode Keramba


keramba merupakan salah satu tempat pemeliharaan ikan yang cukup populer.
Pemanfaatan sungai, waduk, dan embung untuk keramba berarti juga upaya lain
untuk mengoptimalkan manfaat perairan umum untuk budidaya ikan. Bahan untuk
membuat keramba dapat berupa bambu bilah, kayu, atau kawat peternak ikan
umumnya menggunakan bambu sebagai kerangka pembuatan keramba dengan
ukuran yang bermacam-macam (bervariasi). keramba menjadi tiga jenis yaitu:

a. Keramba di Dasar Perairan


Dalam prakteknya keramba di dasar perairan ini di bagi menjadi dua jenis
yaitu keramba yang di letakan di dasar perairan dan keramba yang di tanam di dasar
perairan keramba di dasar perairan ini umumnya di gunakan di daerah perairan yang
sempit dan tidak terlalu dalam seperti pada sungai-sungai kecil atau saluran yang
lebarnya tidak lebih dari dua meter. Keramba ini lebih cocok di letakan di sungai
yang aliranya deras sehingga tadak mudah terbawa arus air bila dasar perairanya
keras pembangunan keramba tidak perlu di bangun dasar keramba lagi karena dasar
tersebut dapat di jadikan alas. Keramba tipe ini di bangun dengan cara menanamkan
ujung-ujung kerangka keramba kedasar perairan maupun ketebing sungai matau
saluran air.Oleh karena itu perlu di perhatikan bahwa ukuran kerangka keramba yang
di buat harus lebih besar misalnya, ukuran keramba yang di inginkan adalah 3m x 2m
x 1m maka kerangka keambanya harus mempunyai ukuran 3m x 2,40m x 1,2m.
Kerangka keramba yang tertanam di dalam adalah sepanjang 20 cm bidang
permukaan keramba sebelah atas di usahakan berada 20 cm di bawah permukaan air
untuk keramba yang seluruhnya di tanam di dasar perairan lebih tepat di gunakan
pada sungai-sungai atau saluran air yang dangkal dengan dasar yang keras. Bagi
lingkungan sekitar penempatan keramba dengan cara di tanam secara keseluruhan
sangat menguntungkan karena tidak mengganggu aliran air dan tidak menyebabkan
terjaringanya sampah yang terbawa arus air.
12

b. Keramba di Bawah Permukaan Air


Keramba di bawah permukaan air sedikit berbeda dengan keramba yang di
letakan di dasar perairan bagian atas keramba di bawah permukaan air tidak menonjol
apalagi nongol ke permukaan air sebaliknya. Bagian dasar tidak di tanam seperti
keramba di dasar perairan keramba jenis ini lebih cocok di letakan di perairan yang
agak dalam tetapi tidak bisa di letakan di perairan yang dasar sekali karena perairan
yang seperti ini miskin oksigen agar lebih aman posisi di usahakan tetap berada 20
cm di bawah permukaan air. Untuk memperhatikan posisi keramba agar tetap berada
20 cm di bawah permukaan air (tidak mengapung ke bagian atas) pada badan
keramba perlu di tambahkan pemberat seperi batu, besi atau bahan lain yang
mempunyai berat yang cukup. kalau arus perairan tersebut agak deras (misalnya di
sungai) maka pada setiap sudut keramba di lengkapi dengan jangkar. Hal ini untuk
menjaga agar kekramba tidak hanyut cara lainya adalah mengikatkan keramba itu
pada sebatang pohon yang kuat.

3. Keramba Pada Permukaan Air


Keramba yang mengambang di permukaan air terutama di gunakan di danau
atau waduk yang berair dalam perbedaan yang mencolok terletak pada posisi keramba
terhadap permukaan air yaitu sepertiga bagian atasnya berada di atas permukaan air
sedangkan dua pertiga lainya di dalam air. Keramba jenis ini juga di lengkapai
dengan pemberat dari batu atau besi jumblah pemberat itu harus di atur agar sepertiga
bidang permukaan bagian atas dari keramba dapat timbul di permukaan air bila
pemberat terlalu berat maka keramba akan tertarik kebawah hal ini tidak berpengaruh
negatif namun sebaliknya bila pemberat itu terlalu ringan maka bagian yang muncul
ke permukaan semakin tinggi keadaan seperti ini berbahaya bagi keselamatan ikan.
Keramba yang mengambang di permukaan air ini juga mempunyai resiko apabila
keramba di letakan di sungi yang arusnya agak deras maka di khawatirkan akan
terkena hantaman benda-benda yang hanyut bersama arus akibatnya ketenangan ikan
akan terganggu dan dinding kerambapun cepat rusak. Untuk mennnghindari hal ini
13

keramba pada permukaan air sebaiknya di letakan di perairan yang relatif tanang dan
bebas dari benturan benda yang terbawa arus air. Agar keramba tidak mudah hanyut
terbawa arus maka pada setiap sudut keramba perlu di ikatkan jangkar. lebih aman
lagi bila keramba itu di ikatkan di pohon atau di buatkan semacam tambatan
(seputarikan.com).

2.4.4 Metode Kolam Terpal


Kolam terpal adalah kolam yang mengunakan bahan pelapis untuk menahan
air terbuat dari tepal (bahan plastic). Cara ini juga dapat menguragi resiko kehilangan
air Karena kebocoran kolam. Kolam terpal memiliki beberapa kelemahan karena
beberapa plankton lebih sulitt umbuh, sedangkan keuntungan dari kolam terpal :
1)Terhindar dari pemangsa ikan liar; 2)Dilengkapai dengan pengatur volume air yang
bermanfaa tuntuk mempermudahkan pergantian air maupun pada saat panen.
Selainitu, pengatur tersebut dapat mengatur ketinggian air di kolam sesuai dengan
ukuran dan umur ikan; 3)Dapat dijadikan peluang usaha skala mikro dan makro;
4)Ikan yang dihasilkan dari kolam terpal akan leih bersih dan seragam (herususanto,
2013). Cara pembuatan kolam terpal diatas permukaaan tanah (dengankerangka)
adalah sebagai berikut :
a. Siapkan tonggak besar bias berupa bambu, kayu, atau besi, kemudian dipasang
mengelilingi petakan kolam sesuai dengan ukuran kolam terpal yang akan dibuat.
b. Kemudian siapkan bagian kerangka yang berukuran kecil untuk dipasang
melintang atau horizontal di sebelah dalam tonggak dengan cara dipakuatau di
ikat.
c. Siapkan terpal yang tepinya diberi ring logam. Setelah kerangka siap, pasang
terpal kedalam kerangka. Ikat atau dipaku terpal tersebut pada kerangka yang
sudah siap.
d. Pasang pipa paralon sesuai dengan ketinggian air media budidaya yang
diinginkan. Kolam terpal keranka akan lebih baik apabila sebagian (3/2 bagian)
masuk kedalam tanah karena suhu yang stabil dan kontroksinya lebih kuat.
14

2.5 Proses Budidaya Ikan Betutu

2.5.1 Pengelolaan Air


Media budidaya ikan merupakan suatu tempat hidup bagi ikan untuk tumbuh
dan berkembang yaitu air. Air yang dapat digunakan sebagai budidaya ikan harus
mempunyai standar kuantitas dan kualitas yang sesuai dengan persyaratan hidup ikan.
Air yang dapat digunakan sebagai media hidup ikan harus dipelajari agar ikan sebagai
organisme air dapat dibudidayakan sesuai kebutuhan manusia sebagai sumber bahan
pangan yang bergizi dan relatif harganya murah. Air yang dapat memenuhi kriteria
yang baik untuk hewan dan tumbuhan tingkat rendah yaitu plankton sebagai indikator
paling mudah bahwa air tersebut dapat digunakan untuk budidaya ikan. Hal ini
dikarenakan organisme ini merupakan produsen primer sebagai pendukung kesuburan
perairan. Oleh karena itu kondisi perairan/ air harus mampu menyiapkan kondisi yang
baik, terutama untuk tumbuhan tingkat rendah (Fitoplankton) dalam proses asimilasi
sebagai sumber makanan hewan terutama ikan (Gusrina Budidaya Ikan Jilid 1).
Menurut Boyd (1990), kualitas air dalam budidaya perairan meliputi faktor
fisika dan kimia dan air yang dapat mempengaruhi produksi budidaya perairan.

a. Faktor Fisika
Faktor fisika air merupakan variabel kualitas air yang penting karena dapat
mempengaruhi variabel kualitas air yang lainnya. Faktor fisika yang besar
pengaruhnya terhadap kualitas air adalah cahaya matahari dan suhu air. Kedua faktor
ini berkaitan erat, dimana suhu air terutama tergantung dari intensitas cahaya
matahari yang masuk ke dalam air. Cahaya matahari dan suhu air merupakan faktor
alam yang sampai saat belum bisa dikendalikan.

1. Cahaya matahari
Cahaya matahari mempunyai peranan yang sangat besar terhadap
kualitas air secara keseluruhan, karena dapat mempengaruhi reaksi-reaksi
yang terjadi dalam air. Penetrasi cahaya matahari ke dalam air terutama
15

dipengaruhi oleh sudut jatuh cahaya terhadap garis vertikal. Semakin besar
sudut jatuhnya, maka penetrasi cahaya matahari semakin menurun. Cahaya
akan berubah kualitas spektrumnya dan turun intensitasnya setelah menembus
massa air disebabkan karena dispersi dan absorpsi yang berbeda-beda oleh
lapisan air. Pada air murni kira-kira 53% dari cahaya yang masuk akan
ditransformasi ke dalam bentuk panas dan selanjutnya akan padam pada
kedalaman kurang dari satu meter (Boyd, 1990).
Cahaya matahari sangat diperlukan oleh tumbuhan air sebagai sumber
energi untuk melakukan fotosintesis. Sebagai produsen primer, tumbuhan
hijau melakukan fotosintesis untuk menghasilkan oksigen dan bahan organik,
yang akan dimanfaatkan oleh hewan yang lebih tinggi tingkatannya dalam
rantai makanan (Ghosal et al. 2000).

2. Suhu Air
Tabel 3. Suhu Air Ikan Air Tawar
Temperatur
No Jenis Ikan
Optimum

1 Tawes (Puntiusjavanicus) 20 - 23 C
2 Nilem (Osteocilushasselti) 18 - 28 C
3 Tombro(Cyprinuscarpio) 20 - 25 C
4 Patin (Pangasiuspangasius) 28 - 32 C
5 Bawal (Pampusargenteus) 25 - 30 C
6 Gurami (Osphronemusgouramy) 24 - 28 C
7 Nila (Orheochromisniloticus) 25 - 30 C
8 Sidat (Anguilla spp) 28 - 29 C
9 Lele (Clariasbatracus) 25 - 30 C
10 Gabus (Channastriatus) 25 - 30 C
Sumber: Ciptanto, 2010

suhu air adalah ukuran tinggi rendahnya panas air yang berada di
tempat budidaya, baik kolam, keramba, maupun keramba jaring apung.
Temperatur air dipengaruhi oleh radiasi cahaya matahari sebagai sumber
energi, suhu udara, musim, dan lokasi. Air mempunnyai kapasitas yang besar
16

untuk menyimpan panas sehingga suhunya relatif konstan dibanding suhu


udara. Batas optimum suhu berbeda-beda, tergantung berbagai faktor lain,
seperti pH, DO (konsentrasi minimum oksigen terlarut), altidute (ketinggian
tempat), kedalaman air, dan cuaca. Berikut ini adalah tabel suhu perairan yang
optimum untuk pertumbuhan ikan air tawar.

3. Kecerahan
Kecerahan (transparancy) perairan dipengaruhi oleh bahan-bahan
halus yang melayang-layang dalam air baik berupa bahan organik seperti
plankton, jasad renik, detritus maupun berupa bahan anorganik seperti lumpur
dan pasir (Hargreaves, 1999). Dalam budidaya, kepadatan plankton
memegang peranan paling besar dalam menentukan kecerahan meskipun
partikel tersuspensi dalam air juga berpengaruh. Plankton tersebut akan
memberikan warna hijau, kuning, biru-hijau, dan coklat pada air (Boyd,
2004).

b. Faktor Kimia
Air yang digunakan untuk budidaya udang atau organisme perairan yang lain
mempunyai komposisi dan sifat-sifat kimia yang berbeda dan tidak konstan.
Komposisi dan sifat-sifat kimia air ini dapat diketahui melalui analisis kimia air.
Dengan demikian apabila ada parameter kimia yang keluar dari batas yang telah
ditentukan dapat segera dikendalikan. Parameter-parameter kimia yang digunakan
untuk menganalisis air bagi kepentingan budidaya antara lain :
1. Salintas
Salinitas dapat didefinisikan sebagai total konsentrasi ion-ion terlarut
dalam air. Dalam budidaya perairan, salinitas dinyatakan dalam permil (/oo)
atau ppt (part perthousand) atau gram/liter. Tujuh ion utama yaitu : sodium,
potasium, kalium, magnesium, klorida, sulfat dan bikarbonat mempunyai
kontribusi besar terhadap besarnya salinitas, sedangkan yang lain dianggap
kecil (Boyd, 1990). Sedangkan menurut Davis et al. (2004), ion calsium (Ca),
17

potasium (K), dan magnesium (Mg) merupakan ion yang paling penting
dalam menopang tingkat kelulushidupan. Salinitas suatu perairan dapat
ditentukan dengan menghitung jumlah kadar klor yang ada dalam suatu
sampel (klorinitas). Sebagian besar petambak membudidayakan dalam air
payau (15-30 ppt).

2. pH
pH didefinisikan sebagai logaritme negatif dari konsentrasi ion
hidrogen [H+] yang mempunyai skala antara 0 sampai 14. pH
mengindikasikan apakah air tersebut netral, basa atau asam. Air dengan pH
dibawah 7 termasuk asam dan diatas 7 termasuk basa. pH merupakan variabel
kualitas air yang dinamis dan berfluktuasi sepanjang hari. Pada perairan
umum yang tidak dipengaruhi aktivitas biologis yang tinggi, nilai pH jarang
mencapai diatas 8,5, tetapi pada tambak ikan, pH air dapat mencapai 9 atau
lebih (Boyd, 2002). Perubahan pH ini merupakan efek langsung dari
fotosintesis yang menggunakan CO2 selama proses tersebut. Karbon dioksida
dalam air bereaksi membentuk asam seperti yang terdapat pada persamaan di
bawah ini :
[ CO2 + H2O HCO3 - + H+ ]

Ketika fotosintesis terjadi pada siang hari, CO2 banyak terpakai dalam proses
tersebut. Turunnya konsentrasi CO2 akan menurunkan konsentrasi H+
sehingga menaikkan pH air. Sebaliknya pada malam hari semua organisme
melakukan respirasi yang menghasilkan CO2 sehingga pH menjadi turun.
Fluktuasi pH yang tinggi dapat terjadi jika densitas plankton tinggi. Tambak
dengan total alkalinitas yang tinggi mempunyai fluktuasi pH yang lebih
rendah dibandingkan dengan tambak yang beralkalinitas rendah. Hal ini
disebabkan kemampuan total alkalinitas sebagai buffer atau penyangga (Boyd,
2002).
18

3. Oksigen Terlarut (dissolved oxygen)


Semua organisme akuatik membutuhkan oksigen terlarut untuk
metabolisme. Kelarutan oksigen dalam air tergantung pada suhu dan salinitas.
Kelaruran oksigen akan turun jika suhu dan temperatur naik. Hal ini perlu
diperhatikan karena dengan adanya kenaikan suhu air, hewan air akan lebih
aktif sehingga memerlukan lebih banyak oksigen. Oksigen masuk dalam air
melalui beberapa proses. Oksigen dapat terdifusi secara langsung dari
atmosfir setelah terjadi kontak antara permukaan air dengan udara yang
mengandung oksigen 21% (Boyd, 1990).
4. Biological Oxygen Demand (BOD)
Kebutuhan oksigen biologi (BOD) didefinisikan sebagai banyaknya
oksigen yang diperlukan oleh organisme pada saat pemecahan bahan organik
pada kondisi aerobik. Pemecahan bahan organik diartikan bahwa bahan
organik ini digunakan oleh organisme sebagai bahan makanan dan energinya
diperoleh dari proses oksidasi (Pescod dalam Salmin, 2005).
5. Fospor
Menurut Boyd (2002), dua pertiga fosfor dalam pakan terakumulasi di
tanah dasar. Sebagian besar diikat oleh tanah dan sebagian kecil larut dalam
air. Fosfor dimanfaatkan oleh fitoplankton dalam bentuk ortofosfat (PO4 3-)
dan terakumulasi dalam tubuh ikan/udang melalui rantai makanan. Phosphat
yang tidak diserap oleh fitoplankton akan didikat oleh tanah. Kemampuan
mengikat tanah dipengaruhi oleh kandungan liat (clay) tanah. Semakin tinggi
kandungan liat pada tanah, semakin meningkat kemampuan tanah mengikat
fosfat.
19

2.5.2 Pengelolaan Pakan


Tabel 4 . Bahan Dan Kompesisi Nutrisi Pakan
Bahan Jenis pakan
Ikan hidup Ikan rucah Gondang segar
Protein (%) 16,64 16,64 18,83
Lemak (%) 4,84 4,84 1,54
Karohidrat (%) 1,35 1,35 6,28
Kadar air (%) 75,06 75,05 71,60
Sumber : Susanto (1995 dalam arifin dan rupawan, 1997)

Betutu lebih menyukai ikan hidup daripada ikan mati, namun demikian, jika
tersedia pakan hidup, betutu memakan ikan mati yang masih segar (widiyanti et al.,
1993).
Perambahan bobot betutu yang di beri pakan ikan hidup selama 180 hari
pemeliharaan adalah sebesar (282,2 g) kemudian yang di beri pakan ikan rucah segar
(203,1 g) dan pertambahan bobot terendah (170 g) pada perlakuan gondang segar
(molusca). Hal ini disebabkan ikan betutu besifat predator yang lebih menyukai
makanan hidup dibandingkan dengan yang mati walaupun masih dalam keadaan
segar. Pemberian pakan ikan hidup lebih efisien karena pada setiap pemberian pakan
sisa pakaan hidup akan bias di makan di waktu yang berikutnya, tingkat efesien
pengunaan pakan ini disebabkan oleh karena beberapa sifat ikan betutu, yaitu lebih
menyukai pakan hidup, lebih aktif mencari makan di malam hari, gerakan dan cara
makannya lamban, dan lebih suka membenamkan diri dalam lumpur dasar kolam,
(Arifin dan Rupawan, 1997).

2.5.3 Waktu pemberian Pakan dan Jumlah Pakan


Waktu atau saat pemberian pakan biasanya di lakukan pada pagi, siang, sore
atau malam har, hanya frekuensinya berbeda. Saat pemberian pakan yang teratur yang
teratur dimaksudkan untuk mendisiplinkan waktu makan ikan betutu budidaya.
Betutu adalah hewan noktural atau aktif di malam hari, karena itu pemberian pakan
20

pada sore atau menjelang malam dianggap samgat ideal. Namun betutu juga
mengkonsumsi pakan pada siang hari, karena itu pakan hidup seperti ikan-ikan kecil
dapat diberikan kepada betutu pada siang hari. Pakan hidup berupa ikan-ikan kecil
sangat efektip karena tidak akan mengotori wadah budidaya dan pakan hidup yang
masih tersisa dapat di mangsa ikan betutu di malam hari.
Sedangkan jumlah pakan adalah porsi pakan yang dibutuhkan dan harus
diberikan pada ikan betutu budidaya. Jumlah pakan yang diperlukan biasanya
dihitung dalam persen (%) per hari berat (bobot) keseluruhan jumlah ikan betutu
dalam suatu wadah budidaya. Betutu membutuhkan pakan 3-10% perberat total
betutu di dalam suatu wadah budidaya, tergantung dari dan ukuran betutu dan pakan
yang digunakan ( Ghufran, 2013). Sebagai contoh jika jumlah bibit ikan yang ditebar
500 ekor dengan bobot rata-rata 300 gram, dengan asumsi tingkat kehidupan 80 %,
maka pakan yang diperlukan perhari adalah :
Jumlah ikan = 80 % x 500 = 400 ekor
Berat ikan dikolam (Biomassa) = 400 x 0.3 = 120 kg
Jumlah pakan = 3 % x 120 = 3,6 kg/hari
21

BAB III. PROSPEK BUDIDAYA IKAN BETUTU DI KOTAWARINGIN

BARAT

3.1 Potensi Letak Usaha

Secara administratif, Kabupaten Kotawaringin Barat terdiri dari enam


kecamatan, yaitu Kecamatan Kotawaringin Lama, Kecamatan Kumai, Kecamatan
Pangkalan Lada, Kecamatan Pangkalan Banteng, Kecamatan Arut Utara dan
Kecamatan Arut Selatan. Terdapat tiga sungai yang melintasi tiga kabupaten
Kotawaringin Barat yaitu sungai Arut, sungai Kumai dan sungai Lamandau dengan
kedalaman rata-rata 5 meter dan lebar 100-300 meter (Fahrur Razi, 2012).

Tabel 5. Luas Pemeliharaan Ikan Menurut Kecamatan, 2014


Kecamatan/Subdistrict Kolam/ Fresh Tambak/ Brackish Keramba/ cage
Water Pound Water Pond (ha) (unit)
(unit)

1. Kotawaringin lama 22,0 - 64


2. Arutselatan 305,00 62,0 235
3. Kumai 220,00 590,0 -
4. Pangkalanbanteng 172,00 - 5
5. Pangkalanlada 358,00 - -
6. Arututara 22,00 - 12
Jumlah/total 1.099,00 652,0 316
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kotawaringin Barat

Berdasarkan tabel di atas Kotawaringin Barat memiliki luas letak budidaya


ikan dengan mendia kolam dengan jumlah total sebesar 1.099,00 unit di tahun 2014.
Sedangkan luas pemiliharaan yang paling ada pada media budidaya keramba sebesar
316 unit. Walaupun media budidaya keramba berada pada nilai yang paling rendah
akan tetapi media di keramba ini sangat efektif karena memiliki biaya produksi yang
sedikit. Dengan potensi sungai yang cukup baik, kabupaten Kotawaringin Barat
mempunyai potensi budidaya ikan betutu terutama dengan media keramba dan KJA,
22

hal ini di sebabkan karena beberapa aliran sungai di kabupaten Kotawaringin Barat
sudah menjadi habitat hidup bagi ikan betutu.

3.2 Potensi Ekonomi


Berdasarkan data dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kotawringin
Barat 2009- 2014 , jumlah produksi tangkap ikan betutu paling tinggi di tahun 2009
dengan jumlah 30,54 ton basah. Pada tahun 2011 jumlah produksi ikan betutu
mengalami penurunan yang sngat drastis menjadi 8,70 ton basah. Jumlah produksi
kembali naik pada tahun 2014 menjadi 30,54. Dengan adanya data produksi ikan
betutu yang berkelanjutan ini ikan betutu dapat di katakana memiliki potensi yang
baik untuk menjadi peluang usaha.
Di kotawaringin Barat, untuk memasarkan ikan betutu tidak terlalu sulit
karena sudah ada beberapa penampung/pembeli ikan betutu. Untuk harga ikan
betutu di kabupaten kotawaringin barat dibedakan menjadi beberapa golongan
berdasarkan berat/bobot A, B, dan C. Bobot ikan betutu dengan bobot lebih dari satu
kilogram termasuk dalam golongan A dengan harga sebesar Rp.100.000, untuk di
golongan B dengan bobot 0,5kg - 1kg dihargai sebesar Rp.80.000, dan di golongan
terendah atau golongan C dengan bobot di bawah 0,5kg dihargai sebesar Rp.40.000.
Harga diatas merupakan harga dari pembudidaya ke penampung ikan betutu.
Penampung ikan betutu akan mengirim ikan betutu ke luar daerah terutama di daerah
ibu kota seperti Jakarta, ikan betutu yang yang di jual di luar kota akan mengalami
kenaikan harga yang cukup signifikan, harga ikan betutu yang sudah dipsarkan di luar
kota berkisar antara Rp.160.000/kg ujar Pak Pardi (Penampung ikan betutu).
23

BAB IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Budidaya pembesaran betutu hasil tangkapan lebih baik dari pada budidaya ikan
betutu dari hasil pemijahan. Ikan betutu yang di budidayakan dari hasil tangkapan
akan lebih mudah di budidayakan karena persentase bertahan hidup lebih baik, hal ini
disebabkan karena ikan betutu dikenal sebagai ikan malas yang pasif dalam mencari
makanan. Karena pasif dalam mencari makanan akana menyebabkan panjangnya
waktu produksi dan akan memakan biaya produksi yang banyak. Berbeda halnya
dengan ikan betutu hasil tangkapan akan lebih agresif dalam mencari makanan karena
sudah terbiasa bersaing di alam liar. Agresifnya ikan betutu hasil tangkapan akan
menjadi nilai tambah bagi pembudidaya karena dapat mempercepat waktu produksi.
2. Budidaya ikan betutu di kabupaten kotawaringin Barat akan lebih baik apabila
mengunakan media budidaya keramba dan KJA. Dengan memfaatkan aliran sungai
yang cukup banyak akan mempermudah produksi ikan betutu dan dapat menekan
biaya produksi. Budidaya ikan betutu betutu di keramba dan KJA dapat menghemat
tempat produksi karena hanya mengunakan aliran sungai yang jarang di alih
fungsikan menjadi pemukiman warga. Sedangkan untuk budidaya ikan betutu di
kolam akan lebih menghabiskan biaya produksi dan keterbatasan tempat budidaya,
jadi budidaya ikan betutu di keramba dan KJA merupakan pilihan yang paling tepat
untuk mendapat keuntungan ekonomis.
3. Ikan betutu di kabupaten kotawaringin barat sudah memiliki pasar tersendiri, hal
ini member keuntungan bagi pembudidaya dalam memasarkan hasil produksinya.
Karena sudah ada pasar tersendiri untuk ikan betutu membuat para pembudidaya
tidak khawatir lagi akan pemasaran hasil produksinya tersebut.
24

DAFTAR PUSTAKA

Ambara, S. 2014. Potensi Kelautan dan Perikanan Indonesia. http://kmip.faperta.ugm.ac.id.


Di akses pada tanggal 25 April 2017.

Arief, M., I. Triasih dan W. P.Lokapirnasih. 2009. Pengaruh Pemberian Pakan Alami
dan Pakan Buatan terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Betutu (Oxyeleotris
marmorata Bleeker.). Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelangsungan Volum 1.
Badan Pusat Stastik Kabupaten Kotawaringin Barat, 2015. kotawaringin barat dalam
angka 2015. Kotawaringin barat.
Badan Pusat Stastik Kabupaten Kotawaringin Barat, 2015. Statistik daerah kabupaten
kotawaringin barat 2015. Kotawaringin barat.
Claude E. Boyd. 1990. Water Quality In Ponds For Aquaculture. Auburn University.
Deny Ardianto. 2015. Buku pintar budidaya ikan gabus. Flahbooks. Yogyakarta.
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Tengah, 2015. Produksi
Perikanan Tangkap dan Perikanan Budidaya di Kalimantan Tengah
Tahun 2014-2015. Kalimantan Tengah.
Dinas Perikanan dan Kelautan Kotawaringin Barat, 2014. Jumlah Produksi Perikanan
Tangkap Menurut Kecamatan (ton basah) 2014. Kotawaringin Barat.
Dinas Perikanan dan Kelautan Kotawaringin Barat, 2014. Luas Pemeliharaan Ikan
Menurut Kecamatan 2014. Kotawaringin barat.
Estu Nugroho, M. Fatuchri Sukadi, dan Gleni Hasan Huwoyon. 2012. Media
Akuakultur Volume 7 Nomor 1. Bogor.
Ghufran Kordi. 1997. Budidaya ikan nila. Dahara Prize, Semarang.
Ghufran Kordi. 2013. Panduan Lengkap Bisnis dan Budidaya Ikan Betutu. Liliy
Publisher. Makasar.
Gusrina. 2008. Budidaya ikan Jilid I. Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta.
Kholis Mahyuddin. 2012. Panduan lengkap agribisnis lele. Penebar Swadaya, Jakarta.
25

Kudsiah, H. dan A. Nur. 2008. Efisiensi Usaha Pembesaran Ikan Betutu Dengan
Pemberian Berbagai Bentuk Pakan dari Ikan Sepat Rawa dan Udang Rucah.
Jurnal Sains dan Teknologi Volum 8.
Nugroho, E. 2002. Pemanfaatan dan Pelestarian Plasma Nutfah Ikan Untuk
Meningkatkan Produktivitas Perikanan Budidaya. Warta Penelitian Perikanan
Indo- nesia, 6-13 hlm
Serang, Bayu. 2011. Sumber Air Untuk Budidaya Ikan. http:// blogspot.co.id. Di akses pada
tanggal 25 April 2017.

-------. 2015. Budidaya Pembesaran Ikan Patin. http://seputarikan.com. Di akses pada


tanggal 25 April 2017.
-------. 2014. Persiapan Kolam Tanah. http://alamtani.com. Di akses pada tanggal 25 April
2017.

Anda mungkin juga menyukai