DISUSUN OLEH
Dr.RA Hesti Warih Madyeng Ratri, A.Pi, MM
DITERBITKAN OLEH
Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam
Zachman-Jakarta
Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap
Kementrian Kelautan dan Perikanan
2021
Lembar Publikasi
PANDUAN
PENANGANAN IKAN TUNA UNTUK EKSPOR
Dipublikasikan
Alamat publikasi :
https://twitter.com/humas_ppsnzj/status/14083488
68970876928?s=19
https://drive.google.com/file/d/14_jh8hE-
hzaVYTulRzNjTY2ox661NLOH/view
Kata Pengantar
iii
Panduan
Penanganan Ikan Tuna Untuk Ekspor
I. Pendahuluan
2
Panduan Penanganan Iksn Tuna Untuk Ekspor
3
Panduan Penanganan Iksn Tuna Untuk Ekspor
Ikan segar utuh adalah ikan yang memiliki bentuk sama
seperti pada saat ditangkap atau ikan yang sebagian
besar masih memiliki karakteristik seperti ikan hidup
dan hanya mengalami proses penyiangan untuk
membuang sisik, insang, kepala atau saluran
pencernaan.
4
Panduan Penanganan Iksn Tuna Untuk Ekspor
Gambar 1. Alur Proses Penanganan Tuna Segar.
5
Panduan Penanganan Iksn Tuna Untuk Ekspor
II. Penanganan Ikan Tuna Segar Untuk Ekspor
Secara umum pada Penanganan Ikan selama
pembongkaran sampai ke tangan konsumen yang
wajib yang wajib diperhatikan adalah ABCD (Ati-
ati/hati-hati, Bersih, Cepat dan tetap dalam rantai
Dingin).
Ati-ati: menangani ikan dengan hati hati agar ikan
tidak terluka, sehingga memberi peluang untuk
masuknya kontaminan pada daging ikan atau
luka ikan menjadi sumber kontaminasi bagi
ikan yang lain.
Bersih: Dalam rangkaian penanganan ikan faktor
kebersihaan harus terjaga, karena ikan dengan
nutrisi yang baik jangan sampai menjadi
rusak karena kebersihan tidak terjaga atau
terkontaminasi oleh kotoran selama
penanganan sehingga mengakibatkan turunnya
mutu ikan yang disebabkan kontaminan selama
penanganan, oleh sebab itu baik dari alat,
bahan pembantu seperti air dan pelaksana
penanganan atau oleh orangnya harus bersih.
Cepat: Sebagaimana diketahui, ikan adalah
perishable food sehngga menangani ikan
adalah berkejar dengan waktu. Menangani
ikan dengan cepat agar ikan dapat sampai
dikonsumen tetap dalam keadaan segar dan
sehat dimakan.
Dingin: Setelah ikan mati, suhu dagingnya akan
meningkat sesuai dengan mekanisme proses
pembusukan, oleh sebab itu penurunan suhu
ikan dapat menekan/memperlambat terjadinya
6
Panduan Penanganan Iksn Tuna Untuk Ekspor
proses pembusukan. Selama menangani ikan
segar harus terus dijaga tetap dalam rantai
dingin, meskipun negara kita negara tropis
yang berlimpah sinar matahari yang
menyehatkan bagi tubuh kita, tetapi selama
Pembongkaran dan penanganan ikan harus
tidak terkena sinar matahari.
7
Panduan Penanganan Iksn Tuna Untuk Ekspor
Pembongkaran ikan dari palka kapal dilakukan
setelah kapal merapat ke tempat pembongkaran.
Proses pembongkaran fresh tuna dilakukan sepagi
mungkin, biasanya untuk mengejar penerbangan
dari Bandara Soekarno-Hata ke Jepang, sehingga
setelah jam 11.00WIB sudah tidak dilakukan
pembongkaran bagi fresh tuna di PPS Nizam
Zachman Jakarta. Pembongkaran ikan tuna juga
dilakukan dengan memakai alat bantu yaitu
menggunakan alat katrol dan tali tambang, hal ini
untuk memudahkan pengangkatan dari palkah
dan mempertimbangkan kecepatan. Proses
pengangkatan ikan satu persatu dari palka kapal
dan dipindahkan ke bagian papan luncur sambil
papan luncur disemprot dengan air bersih, untuk
memudahkan proses peluncuran.
8
Panduan Penanganan Iksn Tuna Untuk Ekspor
Ikan tuna yang sudah dibongkar dipindahkan ke
tempat transit yang telah tersedia. Proses
pemindahan ikan diperlukan fasilitas khusus, yaitu
atap plastik dan papan peluncur. Fasilitas ini
untuk melindungi ikan agar tidak terkena sinar
matahari langsung, ikan di letakkan ke papan
peluncur dan satu orang lagi mendorong ikan
masuk ke dalam ruangan transit.
2.3 Sortasi
Sortasi ikan ditujukan untuk mengklasifikasi ikan
tuna segar yang memenuhi persyaratan kualitas
ekspor. Faktor -faktor yang dapat menyebabkan
perbedaan tersebut adalah adanya perbedaan
waktu kematian, cara kematian, cara penanganan
termasuk kesuksesan mengeluarkan darah ikan,
sanitasi, lama melaut serta penerapan rantai
dingin. Proses sortasi dilakukan secara
organoleptik (penampakan, kulit, mata, tekstur
dan kekenyalan daging, serta warna daging).
Penilaian organoleptik tekstur, kekenyalan, serta
warna, dilakukan terhadap sampel daging ikan
yang diambil dari bagian ekor dan belakang sirip
ventral, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi
kerusakan fisik terhadap ikan tuna yang akan di
ekspor.
10
Panduan Penanganan Iksn Tuna Untuk Ekspor
Gambar 6. Sortasi Ikan tuna segar di ruang transit
11
Panduan Penanganan Iksn Tuna Untuk Ekspor
Mutu/grade A Mutu/grade B
Mutu/grade C Mutu/grade D
13
Panduan Penanganan Iksn Tuna Untuk Ekspor
Terjadi kerusakan fisik pada tubuh ikan (seperti:
daging ikan yang sudah sobek, mata ikan hilang
dan kulit terkelupas)
14
Panduan Penanganan Iksn Tuna Untuk Ekspor
Ikan dicuci dengan air bersih. Perusahaan
biasanya mengolah air dengan memberi
desinfektan dan disaring dengan menggunakan
tabung silica dengan tujuan untuk menghilangkan
kesadahan. Setelah itu, air diendapkan dengan
karbon dan silica yang kemudian ditampung untuk
disaring dengan ukuran 0,5 mikro dan 0,1
mikro. Kemudian baru perlakuan penyinaran
ultraviolet pada air yang akan dilakukan untuk
pengolahan sehingga air tersebut memenuhi
standar mutu. Standar mutu yang digunakan yaitu
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
01/BIRHUKMAS/I/1975 tentang syarat dan
pengawasan kualitas air minum. Selain itu,
perusahaan juga meninjau standar mutu
berdasarkan World Health Organization’s
International Standards.
Ikan-ikan tuna dicuci dengan cara direndam
dalam bak penyimpanan sementara yang telah
berisi dengan air yang memenuhi standar mutu
dan es curai agar kotoran pada saat di kapal dan
pada saat transportasi hilang, bersih dan tidak
terkontaminasi. Pada kondisi pencucian ini,
kondisi ikan benar-benar dijaga suhunya pada
4±1oC dengan menggunakan es curai yang selalu
ditambahkan dalam bak penyimpanan sementara
pada pencucian.
15
Panduan Penanganan Iksn Tuna Untuk Ekspor
2.5 Penimbangan dan Pencatatan
16
Panduan Penanganan Iksn Tuna Untuk Ekspor
2.6 Penyimpanan dalam bak es
18
Panduan Penanganan Iksn Tuna Untuk Ekspor
ekor tuna pada bagian keel tuna, yaitu sekitar
±20 cm dari ujung ekor tuna.
19
Panduan Penanganan Iksn Tuna Untuk Ekspor
b. Bahan pengemasan yang digunakan sesuai
dengan SNI kemasan untuk produk ikan segar
(fresh fish) khusus melalui sarana angkutan
udara yaitu SNI 19-4858-1998 yang telah
dikeluarkan oleh Badan Standarisasi Nasional.
20
Panduan Penanganan Iksn Tuna Untuk Ekspor
Gambar 10. Ikan Tuna Segar Siap Diterbangkan
21
Panduan Penanganan Iksn Tuna Untuk Ekspor
III. Penanganan Ikan Tuna Beku
22
Panduan Penanganan Iksn Tuna Untuk Ekspor
3.1 Pembentukan Produk Loin, Saku dan Steak
Tuna Beku
23
Panduan Penanganan Iksn Tuna Untuk Ekspor
Potongan loin sisa dari potongan saku pada bagian
dekat kepala dan ekor dibentuk
menjadi steak dengan berat setiap produk steak-
nya yaitu 20 g. Pembagian saku dan steak tuna
dapat dilakukan dengan melakukan fillet dan
membagi pada bagian tengah punggung dan perut
menjadi saku tuna, dan sisanya pada bagian dekat
kepala dan ekor dijadikan steak tuna.
d. Daging Tuna Giling
Setelah pembagian loin, saku, dan steak, maka
akan dilanjutkan untuk merapikan loin dan saku
untuk menghilangkan daging yang terlepas. Dari
setiap pembentukan loin, saku, dan steak, 1 ikan
tuna memiliki sisa-sisa daging atau pembentukan
yang tidak baik, maka sisa daging dari
pembentukan loin, tuna, dan steak tersebut akan
dijadikan gilingan tuna, gilingan tuna ini dibentuk
dengan menggunakan alat penggiling daging.
3.2 Pengemasan 1
Tahapan Pengemasan 1 yang dilakukan adalah:
a. Loin, saku, dan steak yang sudah dibentuk
dimasukkan ke dalam kemasan plastik vacuum
(pholyetelene) untuk disimpan sementara
dalam suhu dingin di chilling room pada suhu
0-4oC.
b. Penyimpanan sementara ini dilakukan
sampai loin, saku, dan steak tersebut diproses
pada proses selanjutnya yang biasanya adalah
±80jam sesuai dengan proses pembekuan,
24
Panduan Penanganan Iksn Tuna Untuk Ekspor
sehingga produk-produk tersebut masih terjaga
mutunya.
c. Pholyetelene paling banyak digunakan dalam
industri karena sifat-sifatnya yang mudah
dibentuk, tahan terhadap berbagai bahan
kimia, penampakan jernih, dan mudah
digunakan sebagai laminasi.
25
Panduan Penanganan Iksn Tuna Untuk Ekspor
menggunakan blower ke luar lingkungan
perusahaan (udara bebas).
Catatan
Gas CO memiliki ciri-ciri tidak berwarna dan
tidak berbau. Gas CO ini berbahaya bagi
manusia, apabila terhirup oleh manusia maka CO
akan bereaksi dengan hemoglobin dalam darah.
Reaksi ini akan menghambat jalannya oksigen
dalam darah dan mungkin akan menyebabkan
kematian.
Apabila CO terdapat di udara bebas, maka CO
akan bereaksi dengan ozon yang akan
menyebabkan lapisan ozon menipis. Hal tersebut
mengakibatkan sinar matahari akan langsung
masuk ke bumi tanpa ada lapisan yang
menahannya.
26
Panduan Penanganan Iksn Tuna Untuk Ekspor
3.4 Penyortiran II
Untuk melihat apakah produk tersebut masih segar
dan baik untuk diekspor, setelah penyuntikan,
penyemprotan dan pembuangan CO, maka produk-
produk tersebut diperiksa kesegarannya.
Pemeriksaan kesegaran ini dilakukan oleh
beberapa checker ahli yang berpengalaman.
a. Pemeriksaan ini dilakukan untuk memeriksa
kesegaran dengan ciri-ciri yaitu daging
berwarna merah darah, daging kenyal, dan
elastis, bau masih bau ikan segar.
b. Penyortiran dilakukan untuk melihat kesegaran
ikan dengan melihat warna merah darah
daging, elastisitas daging, dan bau yang segar
bau ikan.
c. Penyortiran ini juga dilakukan karena gas CO
adalah zat aditif yang beracun dan hanya
digunakan untuk memerahkan daging,
sehingga harus dibuang, agar daging layak
konsumsi.
d. Untuk produk yang tidak memenuhi syarat
organoleptik tersebut, maka produk tersebut
dianggap reject dan dinamakan “sasi”.
e. Produk reject tersebut dijual kepada pembeli
lokal yang kemudian akan diolah oleh pembeli
menjadi somai atau bakso.
f. Produk-produk yang memenuhi syarat
organoleptik, kemudian dirapikan kembali
untuk menghilangkan daging yang terlepas.
Setelah produk-produk tersebut dirapihkan,
produk-produk tersebut masing-masing
27
Panduan Penanganan Iksn Tuna Untuk Ekspor
dimasukkan kembali ke dalam plastik vacuum
(polyethelene). Produk-produk tersebut
ditimbang sesuai ukuran produknya
yaitu loin seberat 2-5 kg, saku, dan
steak masing-masing 20 g.
Produk-produk di dalam kemasan vacuum tersebut
kemudian direkatkan dengan penghisapan hampa
udara menggunakan vacuum machine. Perekatan
hampa udara ini dilakukan agar pada saat proses
pembekuan tidak ada mikroorganisme yang
beraktivitas karena adanya oksigen yang ada dalam
plastik vacuum, sehingga aktivitas mikroorganisme
terhenti.
Tuna saku
Gambar 12. Produk Tuna Beku
28
Panduan Penanganan Iksn Tuna Untuk Ekspor
3.5 Pembekuan
29
Panduan Penanganan Iksn Tuna Untuk Ekspor
yaitu green meat, blue meat atau dark meat yaitu
berubahnya warna daging karena oksidasi terhadap
hemoglobin dalam darah dan myoglobin dalam
daging, reaksi antara hemoglobin dengan hidrogen
sulfida yang dihasilkan oleh bakteri atau
penguraian daging ikan dan perubahan sifat asli
dari darah.
Tuna loin, saku, dan steak beku ditimbang untuk
mendapatkan ukuran yang diinginkan pembeli.
Setelah dipilah-pilah, lalu frozen tuna loin beku
dikemas dalam karton master sesuai dengan label
dan jumlah bungkusan loin. Berat ikan dapat
menyusut karena dehidrasi atau kerusakan fisik
dalam ikan pembekuan.
30
Panduan Penanganan Iksn Tuna Untuk Ekspor
3.7 Pengemasan II
Tuna loin, saku, dan steak beku dimasukkan ke
dalam styrofoam dan diberi label. Kemudian
dimasukkan ke dalam master karton dan diberi
label masing-masing kemasannya. Hal ini dilakukan
sesuai permintaan pembeli. Agar produk tetap
terjaga suhunya, di dalam styrofoam dimasukkan
es kering yang dibungkus dengan kertas semi
karton dan direkatkan dengan menggunakan
potongan kardus dan diikat dengan karet gelang.
31
Panduan Penanganan Iksn Tuna Untuk Ekspor
Cold storage dapat mempertahankan mutu ikan
selama 1-9 bulan, tergantung pada keadaan dan
jenis ikan, cara pembekuan, dan cara/kondisi
penyimpanannya. Daya simpan di cold storage ini
dapat digunakan untuk menyimpan produk beku
sebelum diekspor atau dipasarkan.
32
Panduan Penanganan Iksn Tuna Untuk Ekspor
IV. Penutup
Dalam Penanganan Ikan Tuna, kita harus pandai
mengelola waktu mengupayakan ikan tuna tetap
pada tingkat kesegaran seperti ikan baru
ditangkap. Karena mutu ikan tidak bia diperbaiki
tetapi hanya bisa dipertahankan. Oleh sebab itu
tetap dan harus selalu menerapkan prinsip
penanganan yang mudah diingat ABCD (Ati-ati,
Bersih, Cepat dan Dingin.
><> Ratri<><
33
Panduan Penanganan Iksn Tuna Untuk Ekspor
PUSTAKA
34
Panduan Penanganan Iksn Tuna Untuk Ekspor