Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

MODA TRANSPORTASI DAN INTERMODA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah : Sistem Transportasi


Dosen Pengampu : Dimas Aji Purnomo, M.T

Oleh :
Rizki Heru Susanto (61211278)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 BANYUWANGI
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah,segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah


SWT karena makalah ini telah selesai disusun. Buku ini disusun agar dapat
membantu para mahasiswa dalam mempelajari sistem transportasi serta
mempermudah bagi kaum awam yang belum mengenal hidrologi itu
sendiri.Penulis menyadari jika di dalam penyusunan makalah ini mempunyai
kekurangan, namun penulis meyakini sepenuhnya bahwa sekecil apapun buku ini
tetap akan memberikan sebuah manfaat bagi pembaca.
Akhir kata untuk penyempurnaan makalah ini, maka kritik dan saran dari
pembaca sangatlah berguna untuk penulis kedepannya.

Banyuwangi, 3 November 2022

Penulis

I
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................I
Daftar Isi...............................................................................................................II
Bab I Pendahuluan
a. Latar Belakang....................................................................................1
b. Rumusan Masalah...............................................................................2
c. Tujuan..................................................................................................2
Bab II Isi
a. Pembagian Moda Transpotasi..........................................................3
b. Sistem Intermoda...............................................................................14
Bab III penutup
a. Kesimpulan.........................................................................................23
b. Saran...................................................................................................23
Daftar Pustaka......................................................................................................24

II
Bab I
Pendahuluan

1. Pendahuluan
Transportasi dan mobilitas penduduk menjadi dua hal yang tidak dapat
dipisahkan. Perpindahan tempat yang dilakukan manusia ke tempat lainnya
dilakukan dengan menggunakan moda transportasi seperti sepeda, kereta,
bus, becak, motor, mobil ataupun dengan berjalan kaki. Dengan berbagai
macam pilihan, masyarakat bebas memilih moda transportasi sesuai
keinginan mereka.
Pembangunan yang pesat membuat aspek transportasi menjadi penting.
Dengan bermacam tingkat mobilitas, penduduk lebih memilih kendaraan
pribadi dibandingkan transportasi umum. Dengan semakin padatnya jumlah
penduduk dan tingginya mobilitas penduduk, kebijakan pemerintah lebih
mengarah untuk pengadaan jalan bagi kendaraan pribadi yang semakin
mendominasi. Efek yang ditimbulkan adalah kemacetan, ketergantungan
terhadap kendaraan pribadi dan emisi kendaraan yang tinggi.
Intermodal transportation dapat didefinisikan sebagai kegiatan
mendistibusikan barang atau kargo dengan minimal dua atau lebih jenis
moda transportasi. Lalu lintas barang pada satu dan dengan satuan muatan
yang sama atau angkutan jalan, yang menggunakan dua atau lebih moda
transportasi tanpa penanganan barang dalam perubahan mode
transportasiIntermodal transportation dapat didefinisikan sebagai kegiatan
mendistibusikan barang atau kargo dengan minimal dua atau lebih jenis
moda transportasi. Lalu lintas barang pada satu dan dengan satuan muatan
yang sama atau angkutan jalan, yang menggunakan dua atau lebih moda
transportasi tanpa penanganan barang dalam perubahan mode transportasi
Intermodal transportation dapat didefinisikan sebagai kegiatan
mendistibusikan barang atau kargo dengan minimal dua atau lebih
jenismoda transportasi. Lalu lintas barang pada satu dan dengan satuan

1
muatan yang sama atau angkutan jalan, yang menggunakan dua atau lebih
moda transportasi tanpa penanganan barang dalam perubahan mode
transportasi
Transportasi intermoda adalah sistem pengangkutan barang dalam satu
unit kendaraan angkut, bisa berupa truk kontainer atau kargo, yang
menggunakan dua atau lebih moda transportasi secara kontinyu tanpa
mengubah cara penanganan terhadap barang itu sendiri. Sistem transportasi
intermodal ini merupakan teknik penggabungan transportasi secara
berkelanjutan dengan beberapa konfigurasi pilihan jalur moda transportasi.
Yaitu melalui jalan raya dan rel kereta, rel kereta dan laut, rel kereta dan
angkutan perairan, serta jalur rel kereta dan udara.
Sebagai contoh transportasi barang menggunakan intermoda, yaitu
metoda pengangkutan menggunakan kontainer, baik diangkut secara langsung
termasuk sasis kontainernya atau hanya sebatas kontainernya saja. Kemudian
kontainer diantar dan diturunkan di stasiun kereta api terdekat dengan
domisili pelanggan, dilanjutkan mengangkut kontainer tersebut ke lokasi
tujuan akhir sesuai data pemesanan barang tersebut menggunakan truk
container. Secara umum, transportasi intermoda menggunakan gabungan truk
dan kereta api seperti ini sudah menjadi bagian penting dari bisnis logistik di
benua Eropa, sebagian lagi andalkan jalur laut dan moda transportasi tahap
akhirnya selalu menggunakan armada truk.
2. Rumusan Masalah
a. Apa Saja Pembagian Moda Transportasi?
b. Apa Yang Dimaksud Dengan Sistem Intermoda?
3. Tujuan
a. Dapat Mengetahui Pembagian Moda Transportasi
b. Dapat Mengetahui Pengertian Sistem Intermoda

2
Bab II
Isi

1. Pembagian Moda Transportasi


A. Moda Transportasi Berdasarkan Geografis
Secara global permukaan bumi terdiri dari daratan, perairan (lautan,
sungai dan danau), serta udara. Bentuk geografis ini akan menentukan
bentuk moda transportasi, yaitu: Transportasi darat; Transportasi laut,
transportasi sungai, danau, penyeberangan (ASDP); dan Transportasi
Udara Pengolahan transportasi ketiga bentuk tersebut di Indonesia
dibawah kementerian perhubungan, yang dikelompokan menjadi: sub-
sektor transportasi darat; sub-sektor transportasi laut; dan sub-sektor
transportasi udara.
1.) Moda Transportasi Darat
Pengolahan transportasi darat di Indonesia mencakup juga
transportasi sungai, danau, penyeberangan (ASDP), sesuai dengan
KM 60 tahun 2010 tentang Organisasi perhubungan darat. Moda
transportasi darat meliputi moda di jalan, jalan rel (kereta api) dan
ASDP. Moda transportasi jalan dapat dikelompokkan atas dua
kelompok besar, yaitu moda kendaraan tidak bermotor dan moda
kendaraan bermotor.
Pembagian lain yang juga masih bisa dilakukan adalah moda
kendaraan pribadi dan moda kendaraan umum. Sedang moda
angkutan umum juga masih bisa dibagi dalam dua kelompok yaitu
moda angkutan umum dalam trayek dan moda angkutan umum tidak
dalam trayek. Didalam Undang-undang No 22 tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan kendaraan bermotor didefinisikan
sebagai setiap Kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik
berupa mesin selain Kendaraan yang berjalan di atas rel.
Kendaraan Bermotor dikelompokkan berdasarkan jenis:

3
a.) sepeda motor;
b.) mobil penumpang;
c.) mobil bus;
d.) mobil barang; dan
e.) kendaraan khusus.
Moda kendaraan tak bermotor :
a.) sepeda
b.) Becak
c.) Kereta Kuda
d.) Pedati
Kereta api didefinisikan sebagai sarana transportasi berupa
kendaraan dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun
dirangkaikan dengan kendaraan lainnya, yang akan ataupun sedang
bergerak di rel. Dengan demikian kereta api hanya dapat
bergerak/berjalan pada lintasan/jaringan rel yang sesuai dengan
peruntukannya, hal ini menjadi keunggulannya karena tidak terganggu
dengan lalu lintas lainnya, tetapi dilain pihak menjadikan kereta api
menjadi angkutan yang tidak fleksibel karena jaringannya terbatas.
Kereta api merupakan alat transportasi massal yang umumnya
terdiri dari lokomotif (kendaraan dengan tenaga gerak yang berjalan
sendiri) dan rangkaian kereta atau gerbong (dirangkaikan dengan
kendaraan lainnya). Rangkaian kereta api atau gerbong tersebut
berukuran relatif luas sehingga mampu memuat penumpang maupun
barang dalam skala besar. Untuk angkutan barang dalam jumlah yang
besar dapat digunakan rangkaian lebih dari 50 kereta yang ditarik
dan/atau didorong dengan beberapa buah lokomotif, seperti kereta api
babaranjang (kereta api batutu bara rangkaian panjang) di Sumatera
Selatan.
Kereta api merupakan angkutan yang efisien untuk jumlah
penumpang yang tinggi sehingga sangat cocok untuk angkutan massal
kereta api perkotaan pada koridor yang padat, tetapi juga digunakan

4
untuk angkutan penumpang jarak menengah sampai dengan 3 atau 4
jam perjalanan ataupun untuk angkutan barang dalam jumlah yang
besar dalam bentuk curah, seperti untuk angkutan batu bara. Karena
sifatnya sebagai angkutan massal efektif, beberapa negara berusaha
memanfaatkannya secara maksimal sebagai alat transportasi utama
angkutan darat baik di dalam kota, antarkota, maupun antarnegara.
ASDP Angkutan penyeberangan (ferry) dan pelabuhannya
berfungsi sebagai ‘jembatan’ yang penghubung antara dua pulau yang
relatif berdekatan. Peranannya membuka aksesibilitas antar pulau
sangat vital dalam memenuhi kebutuhan pokok masyarakat sekaligus
mendorong pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran.
2.) Moda Transportasi Laut
Sebagai suatu sistem, transportasi laut yang merupakan sub
sistem dari Sistem Transportasi Nasional yang didukung oleh elemen
kegiatan angkutan laut, kepelabuhanan, lingkungan kemaritiman dan
keselamatan pelayaran. Sistem transportasi laut juga terdiri dari
kelaiklautan kapal, kenavigasian, serta penjagaan dan penyelamatan
yang saling berinteraksi dalam mewujudkan penyelenggara
transportasi laut yang efektif dan efisien. Efektif dimaksud adalah
tercapainya suatu target terhadap pelayanan transportasi laut,
sedangkan efisien adalah penggunaan sumber input transportasi laut
yang secara minimum. Kedua indikator ini diharapkan memberikan
output transportasi laut yang tinggi.
Kondisi penyelenggaraan transportasi laut saat ini dapat
dijabarkan berdasarkan kondisi 5 (lima) elemen yaitu angkutan di
perairan, kepelabuhanan, keselamatan dan keamanan pelayaran,
perlindungan lingkungan maritim, dan sumber daya manusia yang
saling berinteraksi dalam mewujudkan penyelenggaraan transportasi
laut yang efektif dan efisien (Hubla, 2015).
Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinikan kapal sebagai
kendaraan pengangkut penumpang dan barang di laut (sungai dsb).

5
Sedang didalam Undang-undang No 17 tahun 2008 tentang Pelayaran,
Kapal didefinisikan kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu,
yang digerakkan dengan tenaga angin, tenaga mekanik, energi
lainnya, ditarik atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya
dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan air, serta alat apung
dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah
3.) Moda Transportasi Udara
Jaringan pelayanan transportasi udara merupakan kumpulan rute
penerbangan yang melayani kegiatan transportasi udara dengan
jadwal dan frekuensi yang sudah tertentu. Berdasarkan wilayah
pelayanannya, rute penerbangan dibagi menjadi penerbangan dalam
negeri dan rute penerbangan luar negeri. Jaringan penerbangan dalam
negeri dan luar negeri merupakan suatu kesatuan dan terintegrasi
dengan jaringan transportasi darat dan laut.
Berdasarkan hirarki pelayanannya, rute penerbangan terdiri atas
rute penerbangan utama, pengumpan dan perintis.
a.) rute utama yaitu rute yang menghubungkan antar bandar udara
pusat penyebaran.
b.) rute pengumpan yaitu rute yang menghubungkan antara bandar
udara pusat penyebaran dengan bandar udara yang bukan pusat
penyebaran, dan atau antar bandar udara bukan pusat penyebaran.
c.) rute perintis yaitu rute yang menghubungkan bandar udara bukan
pusat penyebaran dengan bandar udara bukan pusat penyebaran
yang terletak pada daerah terisolasi/tertinggal.
Berdasarkan fungsi pelayanan transportasi udara sebagai ship
follow the trade dan ship promote the trade, jaringan pelayanan
transportasi udara dibagi menjadi pelayanan komersial dan non
komersial (perintis).
Kegiatan transportasi udara terdiri atas : angkutan udara niaga
yaitu angkutan udara untuk umum dengan menarik bayaran, dan
angkutan udara bukan niaga yaitu kegiatan angkutan udara untuk

6
memenuhi kebutuhan sendiri dan kegiatan pokoknya bukan di bidang
angkutan udara. Sebagai tulang punggung transportasi adalah
angkutan udara niaga berjadwal, sebagai penunjang adalah angkutan
niaga tidak berjadwal, sedang pelengkap adalah angkutan udara bukan
niaga. Kegiatan angkutan udara niaga berjadwal melayani rute
penerbangan dalam negeri dan atau penerbangan luar negeri secara
tetap dan teratur, sedangkan kegiatan angkutan udara niaga tidak
berjadwal tidak terikat pada rute penerbangan yang tetap dan teratur.
B. Moda Transportasi Berdasarkan Prasarana
Moda transportasi berdasarkan prasarana adalah moda yang
didasarkan infrastruktur baik itu di darat, laut atau udara. Berdasarkan
infrastruktur terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu:
1.) Berdasarkan jalur gerak: jalan raya, jalan rel, laut dan udara serta
khusus
2.) Berdasarkan titik awal dan akhir pergerakan
a. Terminal jalan (stasiun bus, halte dan lainnya)
b. Terminal jalan rel (stasiun kereta)
c. Terminal jalan air (pelabuhan dan dermaga)
d. Terminal jalan udara (Bandara)
e. Terminal jalan khusus (gudang dan lainnya)
C. Moda Transportasi Berdasarkan Jangkauan Wilayah Pelayanan
1.) Darat (Jalan dan ASDP)
2.) Laut
3.) Udara
D. Moda Transportasi Berdasarkan Sifat Pelayanan
Berdasarkan sifat pelayanan dikelompokan menjadi dua pribadi
(privat) dan umum (public).
1.) Angkutan Pribadi, yaitu angkutan yang dimiliki dan dioperasikan oleh
dan untuk keperluan pribadi dengan menggunakan prasarana pribadi
atau umum.
2.) Sedangkan angkutan umum merupakan angkutan yang dimiliki oleh

7
pengusaha angkutan (operator) yang bisa digunakan untuk umum
dengan persyaratan tertentu.

Tabel 2.1
Perbandingan angkutan dengan angkutan umum
Angkutan Pribadi Angkutan Umum
Waktu Penggunaan Bebas Tidak Bebas
Asal – Tujuan (rute) Tidak ditentukan Ditentukan
Pemberhentian
Bebas Tidak Bebas
(terminal)
Moda 1. Darat 1. Darat
A. Pejalan Kaki A. Truk
B. Sepeda B. Bus
C. Sepeda Motor  C. Kereta
D. Mobil D. Ferry
E. Truk Kecil E. Taxi
F. Gerobak F. Bajaj
2. Laut G. Becak
A. Speed boat H. Ojek
B. Perahu 2. Laut
C. Kapal pesiar A. Kapal (Barang
3. Udara &
Pesawat pribadi Penumpang)
B. Kapal pesiar
Udara
C. Pesawat
(Cargo &
Orang)

Tujuan dasar dari penyediaan angkutan umum, (Wells, 1975 dikitip


Tamin 2000) mengatakan bahwa menyediakan pelayanan angkutan yang
baik, handal, nyaman, aman, cepat dan murah untuk umum. Hal ini dapat

8
diukur secara relatif dari kepuasan pelayanan beberapa kriteria angkutan
umum ideal antara lain adalah:
1.)Keandalan (Setiap saat tersedia danWaktu singkat)
2.)Kenyamanan, meliputi
a.) Pelayanan yang sopan.
b.) Terlindung dari cuaca buruk.
c.) Mudah turun naik kendaraan.
d.) Tersedia tempat duduk setiap saat.
e.) Tidak bersesaksesak.
f.) Interior yang menarik.
g.) Tempat duduk yang enak.
3.) Keamanan (Terhindar dari kecelakaan dan Bebas dari kejahatan)
4.) Waktu perjalanan (Waktu di dalam kendaraan singkat).
E. Moda Transportasi Berdasarkan Objek yang Dipindahkan
Berdasarkan objek yang dipindahkan dikelompokan menjadi dua
yaitu orang (penumpang) dan barang.

Tabel 2.2
Perbandingan penumpang dan barang
Barang
Penumpang Barang Barang
Barang Berbahaya
Umum Khusus
Live Exsplosive goods (
Animal REX ) Gasses (
(AVI) RPG ) Flammable
Hewan; liquids ( RFL)
Jenis curah (bulk);
Manusia Human Flammable solids (
Barang Cair (liquids
Remain RFS ) Oxidizing
(HUM) substances (ROX)
Mayat; & Organic
Perishable peroxide Toxic (

9
goods RPB ) & Infectious
(PER) substances (RIS)
Valuable Radioactive
goods material ( RFW )
(VAL) Corrosives ( RCM
Strongly ) Miscellaneous
smelling dangerous goods
goods Live (RMD)
Human
Organ
(LHO)
Pribadi Pribadi
Moda Umum Umum
Umum Umum

General cargo adalah kargo atau barang yang pada umumnya


memiliki sifat yang tidak membahayakan, tidak mudah rusak, busuk atau
mati, barang yang tidak memerlukan penanganan khusus asalkan
persyaratan pengangkutan telah memenuhi ketentuan yang berlaku, serta
ukuran dan beratnya dapat ditampung kedalam ruangan ( Compartment )
pesawat udara, kapal atau truk sehingga barang-barang tersebut dapat
diberangkatkan seperti garmen, spare part, elektronik dll. Special Cargo
adalah kargo atau barang-barang yang memerlukan penanganan khusus
baik dalam penerimaan, penyampaian, atau pengangkutan seperti:
1.) Live Animal (AVI) adalah hewan-hewan hidup yang dikirim melalui
pesawat udara seperti anak ayam, kuda, kambing, ikan dll.
2.) Human Remain (HUM) adalah mayat manusia. HUM terbagi
menjadi dua yaitu:
a.) Uncremated in coffin adalah mayat yang masih berbentuk jasad
yang diangkut dengan menggunakan peti jenazah.
b.) Cremated yaitu jenazah yang sudah berupa abu (ashes) dan
biasanya dikirim dengan menggunakan kotak guci atau kotak

10
kayu.
3.) Perishable goods (PER) adalah barang-barang yang mudah sekali
rusak, hancur, atau busuk, seperti buah-buahan, sayuran, daging,
bunga, ikan dan bibt tanaman.
4.) Valuable goods (VAL) adalah barang-barang yang memiliki nilai
yang tinggi atau barangbarang berharga seperti emas, intan, berlian,
cek, platina, dll.
5.) Strongly smelling goods yaitu barang yang memiliki bau yang sangat
menyengat seperti durian, minyak wangi, minyak kayu putih.
6.) Live Human Organ (LHO) adalah barang-barang yang berupa organ
tubuh manusia yang masih berfungsi seperti bola mata, ginjal, hati
Dangerous goods (DG) adalah kargo atau barang-barang yang
berbahaya yang dapat mengakibatkan terganggunya kesehatan, dan
keselamatan penerbangan. Dangerous goods terbagi menjadi sembilan
kelas yaitu :
1.) Exsplosive goods (REX) adalah barang-barang berbahaya yang mudah
meledak seperti mesiu, peluru, petasan, kembang api.
2.) Gasses (RPG) adalah barang-barang yang mudah menguap saperti
Butane, Hydrogen, Propane.
3.) Flammable liquids (RFL) adalah barang-barang yang barsifat zat cair
dan mudah terbakar seperti certain paints, Alcohols, Varnishes.
4.) Flammable solids (RFS) adalah barang-barang zat padat dan mudah
terbakar seperti Matches.
5.) Oxidizing substances (ROX) & Organic peroxide adalah barang-
barang yang mudah menguap, jika dihirup manusia mengakibatkan
pusing atau mengantuk seperti Calcium chlorate, ammonium nitrate.
6.) Toxic (RPB) & Infectious substances (RIS) adalah barang-barang yang
mengandung racun seperti sianida, pestisida, virus hidup, bakteri
hidup, virus HIV.
7.) Radioactive material (RFW) adalah zat yang bila terkena sinar akan
bereaksi dan dapat membahayakan bagi manusia, hewan dan beberapa

11
jenis kargo.
8.) Corrosives (RCM) adalah barang-barang yang mengandung karat
seperti asam baterai dan merkuri.
9.) Miscellaneous dangerous goods (RMD) adalah barang-barang lain
yang dianggap berbahaya dan mengancam keselamatan penerbangan
apabila diangkut dengan menggunakan moda transportasi udara seperti
magnet, biang es, kendaraan, kursi roda elektrik dll.
F. Moda Transportasi Berdasarkan Tenaga Pendorong
Berdasarkan tenaga pendorong terbagi menjadi dua bermesin
(motor) dan tak bermotor, seperti table berikut:
Tak Bermesin
Bermesin (Motor)
(Bermotor)
sepeda motor; mobil
sepeda Becak Kereta penumpang; mobil
Darat
Kuda Pedati bus; mobil barang; dan
kendaraan khusus
Kapal Ferry (Roro)
Perahu getek Kano
Laut & Perairan Kapal Barang
Perahu layar
(Cargo) Speedboat
Jet-foil
Helikopter Pesawat
Udara Parasut Paralayang
udara

G. Moda Transportasi Berdasarkan Kekhususan


Tranportasi pipa merupakan perangkat transportasi angkutan
barang melalui pipa. Biasanya digunakan untuk angkutan gas dan cairan
dalam jumlah yang besar, tetapi dapat juga untuk mengangkut barang[1]
yang dikemas dalam kapsul yang didorong dengan tekanan udara,
ataupun dalam bentuk tepung didorong dengan tekanan udara tertentu
yang kemudian dipisahkan kembali.
Penggunaan angkutan pipa yang paling besar adalah untuk
transportasi minyak mentah, minyak hasil pengolahan/refinery, gas alam

12
ataupun untuk angkutan air kebutuhan industri ataupun ke perumahan.
Angkutan melalui pipa dilakukan untuk mengangkut material yang stabil,
dan untuk menstabilkan material yang dapat berubah sifat bila dialirkan
untuk jarak yang jauh melalui pipa terkadang harus dilakukan
pemanasan, untuk material yang dapat membeku selama mengalir seperti
minyak kelapa sawit, minyak mentah dari jenis tertentu ataupun
didinginkan bila material tersebut dapat berubah sifat ataupun bentuk.
H. Moda Transportasi Berdasarkan Multimoda
Angkutan multimoda didalam Peraturan Pemerintah No 8 Tahun
2011 tentang Angkutan Multimoda didefinikan sebagai:
1.) Angkutan Multimoda adalah angkutan barang dengan menggunakan
paling sedikit 2 (dua) moda angkutan yang berbeda atas dasar 1 (satu)
kontrak sebagai dokumen angkutan multimoda dari satu tempat
diterimanya barang oleh badan usaha angkutan multimoda ke suatu
tempat yang ditentukan untuk penyerahan barang kepada penerima
barang angkutan multimoda.
2.) Angkutan multi moda (OECD, 2003) sebagai "Movement of goods
(in one and the same loading unit or a vehicle) by successive modes
of transport without handling of the goods themselves when changing
modes" atau kalau diterjemahkan sebagai pergerakan barang (dalam
satu unit muatan atau kendaraan) dengan moda dengan berbagai
moda tanpa penanganan barang itu sendiri pada saat perpindahan
moda. Peran angkutan multimoda ini merupakan komponen penting
dari sistem logistik. Dan dalam dekade belakangan ini berkembang
sangat pesat karena pergerakan barang semakin membutuhkan
angkutan yang efisien dan dapat dilaksanakan dengan cepat, sehingga
dibutuhkan suatu sistem yang kemudian dinamakan multimoda.
Moda yang digunakan untuk angkutan multi moda yang paling
banyak digunakan adalah kapal laut disusul dengan jalan raya dan kereta
api. Trend angkutan barang dengan peti kemas meningkat dengan cepat
karena intermodalitynya yang tinggi sehingga mempermudah bongkar

13
muat/handling dari barang yang mengakibatkan biaya angkutan secara
keseluruhan menurun dengan drastis. Disamping itu keamanan dari
barang juga lebih tinggi.
Untuk mendorong angkutan multimoda perlu didukung dengan
perangkat prasarana yang tepat. Indonesia sebagai negara kepulauan
terbesar di dunia yang mempunyai 17.508 pulau dengan luas daratan
Indonesia adalah 1.922.570 km² dan luas perairannya yang jauh lebih
besar lagi yaitu 3.257.483 km² dimana perairan laut Indonesia belum
dimanfaatkan sebagai infrastruktur transportasi secara maksimal, masih
banyak angkutan barang jarak jauh termasuk angkutan barang antar pulau
yang menggunakan angkutan jalan raya, padahal kalau ditinjau dari sisi
ilmu transportasi biaya angkut menggunakan laut merupakan pilihan
yang paling murah bila mengangkut barang dalam jumlah dan jarak
tertentu dibanding melalui kereta api ataupun jalan raya, dan ini menjadi
lebih baik lagi bila menggunakan peti kemas.
Pendekatan yang digunakan dalam transportasi dalam
pengembangan angkutan multi moda adalah:
1.) Mengoptimalkan jaringan infrastruktur yang ada untuk meningkatkan
efisiensi sistem transportasi;
2.) Mengurangi perjalanan yang tidak perlu dengan membangun suatu
sistem informasi angkutan barang;
3.) Menggeser muatan ke moda yang lebih efisien seperti kereta api dan
moda angkutan laut;
4.) Pengembangan jalur utama dan hub atas dasar pendekatan
keekonomian;
5.) Pengembangan sistem yang berwawasan lingkungan, dan
berkeselamatan;
6.) Didukung dengan lingkungan kerja yang baik, tenaga professional
2. Integrasi Moda (Intermoda)
Integrasi sistem transportasi memiliki daya tarik yang besar di wilayah
perkotaan untuk pengguna jasa transportasi dikarenakan potensinya untuk

14
mengurangi biaya operator atau pengguna jasa, mengurangi dampak
lingkungan, dan menghubungkan ke daerah-daerah yang belum terhubung
dengan wilayah perkotaan. Manfaat pada integrasi transportasi banyak dan
kenyataannya bahwa pada sistem ini menyediakan jaringan yang
berkelanjutan untuk pergerakan hal ini mengingat berbagai masalah pada
transportasi untuk menghadapi sistem transportasi di tahun-tahun yang akan
datang. Sistem transportasi terintegrasi memiliki kemampuan untuk
mengubah status quo sehubungan dengan pengaruh transportasi di area
kemacetan, polusi, konsumsi sumber daya, keselamatan jalan, dan
pengeluaran publik. Implikasi kemasyarakatan yang diakibatkan oleh
terwujudnya transportasi yang terintegrasi sistem juga dapat menghasilkan
keuntungan individu yang signifikan.
Transportasi yang terintegrasi sistem dapat memungkinkan pengguna
untuk memilih dari sejumlah opsi moda memfasilitasi serangkaian pilihan
yang akan menghasilkan biaya pengguna terendah untuk keseluruhan
perjalanan. Diatas dari keuntungan moneter bagi pengguna individu, integrasi
berarti mobilitas yang lebih baik, keterkaitan antara integrasi transportasi dan
manajemen mobilitas yang kuat pada kedua konsep untuk menciptakan tujaun
yang optimal kepada pengguna jasa seperti melayani lansia dengan baik,
penyandang cacat, terisolasi, kurang beruntung secara ekonomi, dan
komunitas secara keseluruhan. Dengan mengingat tujuan ini memungkinkan
sistem yang lebih besar untuk fokus pada kebutuhan pengguna individu.
Dengan bekerja untuk mengkoordinasikan sistem pembayaran, jadwal,
koneksi antar moda, penyediaan informasi dan penyediaan layanan, sistem
transportasi sekali lagi dapat memenuhi kebutuhan orang diatas segalanya
(Skinner, Potter, 2000).
Menurut John, Preston 2010. terdapat tujuh tingkatan integrasi pada
sistem transportasi, hal tersebut diurutkan berdasarkan tingkat kesulitan
organisasi :
A. Integrasi tarif, pola layanan, terminal/pemberhentian, dan informasi
didalamnya.

15
B. Integrasi penyediaan infrastruktur, pengelolaan, dan penetapan harga
untuk publik dan transportasi pribadi.
C. Integrasi angkutan penumpang dan barang.
D. Integrasi otoritas (transportasi)
E. Integrasi antara tindakan transportasi dan kebijakan perencanaan
penggunaan lahan
F. Integrasi antara kebijakan transportasi umum dan kebijakan transportasi
sektor pendidikan, perawatan, kesehatan, dan layanan sosial
G. Integrasi antara kebijakan transportasi dan kebijakan lingkungan dan
untuk pembangunan ekonomi.
Manajemen mobilitas dapat dianggap sebagai penempatan
kebutuhan dan keinginan individu di atas pertimbangan lain dalam
menyediakan transportasi layanan (termasuk memikirkan penumpang
dalam hal massa yang akan dipindahkan). Dalam hal hambatan moda,
manajemen mobilitas berupaya mempertimbangkan semua pilihan untuk
perjalanan, tidak hanya mobil penumpang tunggal dan angkutan massal
tradisional layanan. Sebuah konseptualisasi biaya perjalanan individu
memainkan peran besar dalam keputusan transportasi.
Transit sering hanya dipertimbangkan untuk perjalanan jika
mengemudi dianggap terlalu mahal, mesik banyak faktor yang
berhubungan dengan biaya mengemudi, ada dua yang tampaknya
mempengaruhi perilaku perjalanan seseorang paling besar, yaitu:
kemacetan dan penggunaan lahan. Kemacetan mempengaruhi perjalanan
terutama dalam hal waktu, semakin banyak waktu yang terbuang untuk
berada di ruang lalu lintas. Penggunaan lahan dan pilihan transportasi bisa
sangat mempengaruhi keputusan perjalana, seperti seseorang yang tinggal
dikawasan serba guna yang pada dengan alternatif transportasi yang
tersedia seperti sepeda, memungkinkan untuk menggunakan moda
tersebut dikarenakan lebih murah dan mungkin lebih nyaman. Konsep
peralihan dari mengemudi ke penggunaan angkutan atau moda lain sangat
tergantung pada angkutan terpadu yang efektif.

16
Jika penumpang dapat dengan mudah menggunakan serangkaian
moda transportasi untuk menuju ke tempat tujuan yang lebih cepat dan
lebih murah sehingga akan memilih moda tersebut untuk dilakukannya
perjalanan. Integrasi moda dapat didefinisikan sebagai salah satu bentuk
sistem transportasi umum yang mengkombinasikan dua atau lebih moda
transportasi umum guna mewujudkan pelayanan transportasi umum yang
optimal.
Dalam Sistem Transportasi Nasional (Sistranas) disebutkan bahwa
integrasi transportasi umum merupakan sasaran utama pengembangan
sistem transportasi nasional yang ditujukan untuk memberikan jaminan
keselamatan dan keamanan transportasi, keteraturan, kelancaran,
kecepatan, kemudahan pencapaian, ketepatan waktu, kenyamanan,
ketertiban, keterjangkauan tarif, dan tingkat polusi yang rendah dalam
satu kesatuan jaringan transportasi publik tanpa terlalu membebani
masyarakat namun tetap memberikan pelayanan yang maksimal dan
optimal. Optimal dalam hal ini mengandung pengertian bahwa kapasitas
pelayanan moda yang tersedia seimbang dengan permintaan kebutuhan
perjalanan masyarakat sehingga mampu memberikan pelayanan yang
maksimal pada masa sibuk namun tidak terlalu banyak moda yang
menganggur pada masa sepi (Warpani, 2002). Proses integrasi rencana
pembangunan infrastruktur transportasi (Tamin,dkk 2015), diantaranya :
A. Integration on transport network and services (Integrasi jaringan),
yaitu terintegrasinya sistem jaringan prasarana dan jaringan pelayanan
baik intramoda maupun antarmoda seperti yang terdiri dari
pembangunan simpang susun utama (bandara dan stasiun kereta api
untuk penumpang, suku cadang dan terminal untuk angkutan
antarmoda) yang dirancang untuk meminimalkan waktu transfer antar
moda.
B. Integration on function (Integrasi moda), yaitu terintegrasinya rencana
pengembangan fungsi dari sistem transportasi yang dibangun
sehingga memberikan nilai kemanfaatan yang besar dalam
pelayanan

17
transportasi multi moda, juga terintegrasinya rencana pembangunan
dan pengembangan oleh pemerintah daerah dan pusat, juga antara
pemerintah dan masyarakat (swasta). 3. Integrasi on information
(Integrasi Informasi), yaitu terintegrasinya rencana waktu pelaksanaan
dari setiap moda baik dari proses perencanaan, pembangunan hingga
tahap pengoperasian.
C. Integration on financing (Integrasi pembiayaan), yaitu terintegrasinya
rencana pembiayaan khususnya dalam skema pembiayaan
pembangunan sedemikian sehingga terwujud sinergi yang saling
mendukung antar moda yang terdiri dari menawarkan penumpang
kemungkinan untuk bergerak menggunakan beberapa moda
transportasi bahkan jika dioperasikan oleh operator yang berbeda,
dengan satu tiket.
D. Integration on institution (Integrasi kelembagaan), yaitu tersinerginya
koordinasi antar lembaga dalam suatu kerangka perencanaan,
pelaksanaan dan pengoperasian dari berbagai moda yang saling
terintegrasi seperti dari perencanaan waktu layanan yang terkoordinasi
dari berbagai perusahaan manajemen, yang ditentukan untuk
meminimalkan waktu tunggu penumpang.
PT Kereta Api Indonesia (Persero) resmi mengintegrasikan moda
kereta api ringan LRT, Trans Musi, dan DAMRI di Stasiun LRT DJKA
Palembang. PT KAI menyebut integrasi dilakukan sebagai upaya
memberikan kemudahan, peningkatan pelayanan, dan okupansi
transportasi umum. Integrasi tersebut merupakan buah sinergi antara PT
KAI, khususnya Divisi Regional III Palembang, dengan Balai Pengelola
Kereta Api Ringan Sumatera Selatan, Perum DAMRI, PT Sarana
Pembangunan Palembang Jaya (SP2J), dan Dinas Perhubungan Sumatera
Selatan. "Integrasi ini merupakan salah satu upaya peningkatan
pelayanan dengan memberikan kemudahan bertransportasi kepada
masyarakat. Harapannya, masyarakat akan mulai beralih menggunakan
transportasi massal," PT KAI Agus Komarudin. Sehingga kereta api

18
ringan LRT tidak hanya sebagai ikon kebanggaan, tapi juga memberikan
kemudahan dan manfaat yang besar, ditambah dengan sudah terkoneksi
dengan moda Trans Musi dan DAMRI, sehingga akan semakin
maksimal.
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan telah
berhasil melakukan pembangunan infrastruktur kereta api ringan (LRT)
untuk mengurai kemacetan yang terjadi di Kota Palembang.
Pembangunan LRT sepanjang ± 23 km ini dibiayai dengan menggunakan
dana APBN senilai sekitar 7,3 Triliun dimulai pembangunannya pada
akhir tahun 2015 dan direncanakan selesai pada Juni 2018, LRT memilik
jalur khusus yang beroperasi di permukaan jalan dengan bentuk armada
yang lebih ringan. LRT ini memiliki kelebihan diantaranya:
A. Mengurangi dan terbebas dari kemacetan/kepadatan lalu lintas
dibandingkan dengan menggunakan moda transportasi lainnya
B. Lebih aman dan nyaman daripada perjalanan dengan menggunakan
kendaraan roda empat maupun roda dua
C. Tidak ada emisi di jalan
D. Mengurangi polusi, konservasi energi dan penurunan kesehatan
masyarakat sebagai dampak lingkungan yang diakibatkan oleh
pergerakan kendaraan bermotor di jalan raya.
Perlu adanya integrasi antar moda dan sangat penting untuk
dibangun karena aksesibilitas yang tinggi diharapkan memudahkan
pengguna untuk memakai angkutan umum tersebut. Integrasi antar
stasiun-terminal atau stasiun-bandara, sangat dibutuhkan. Pemerintah
provinsi Sumatera Selatan menyediakan sarana moda bus Transmusi
yang diserahkan kegiatan transportasi perkotaan kepada PT Sarana
Pembangunan Palembang Jaya (SP2J) melalui unit usaha BRT
Transmusi dan bus Damri yang diserahkan kegiatan transportasi
perkotaan kepada PT Perum Damri untuk dapat digunakan sebagai
angkutan publik di kota Palembang, didukung dengan mengintegrasikan
kepada moda LRT sebagai integrasi moda sehingga bus Transmusi dan

19
bus Damri dapat menyesuaikan keberadaan moda LRT seperti posisi
halte BRT, Jadwal kedatangan moda LRT dan tiket pembayaran
menggunakan satu tiket.
Negara Indonesia sebagai negara kepulauan tidak dapat dihindari
dengan adanya pertukaran antar moda transportasi dalam suatu
perjalanan, baik yang digunakan untuk penumpang ataupun barang dari
tempat asal ke tempat tujuan. Biaya transportasi dari tempat asal ke
tempat tujuan ini merupakan kombinasi dari biaya transportasi setiap
moda ditambah dengan biaya transit dari suatu moda ke moda lainnya
(Tamin, 2008). Padahal, integrasi jaringan merupakan kunci kesuksesan
sistem pelayanan transportasi publik di suatu wilayah atau kota. Hal ini
dikarenakan dengan sistem jaringan transportasi publik yang terintegrasi
dapat ditentukan rute jaringan terbaik yang tidak hanya didasarkan pada
permintaan kebutuhan perjalanan masyarakat tetapi juga mekanisme
jangkauan pelayanan yang optimal (Hadas dan Ceder, 2010). Indikator
penunjang dalam moda transportasi meliputi waktu tempuh perjalanan
dan biaya perjalanan (Tamin, 2008) :
A. Waktu Tempuh Perjalanan : Waktu tempuh adalah salah satu faktor
utama yang harus diperhatikan dalam transportasi. Semakin
bertambahnya waktu tempuh pada suatu moda akan menurunkan
jumlah penggunaan moda tersebut dan dengan sendirinya pula akan
menurunkan tingkat pendapatan ataupun pelayanannya.
B. Biaya Perjalanan : Untuk perjalanan yang memerlukan beberapa
moda transportasi, hal yang perlu diperhatikan adalah usaha
penghematan biaya transit dari suatu moda ke moda lainnya. Untuk
itu perlu dibangun fasilitas sarana dan prasarana di tempat
perpindahan barang atau penumpang ataupun pengalihan rute salah
satu moda agar dapat berlangsung dengan cepat, aman, murah, dan
nyaman sehingga biaya transit dapat ditekan sekecil mungkin.
Dimana berdasarkan tujuan dari integrasi yaitu lebih cepat dan
lebih mudah, pengertian dari lebih cepat yaitu memangkas waktu tunggu

20
penumpang dari titik simpul dan waktu transfer ke moda berikutnya.
Sedangkan lebih mudah diartikan untuk memperpendek jarak penumpang
untuk jalan kaki dan menuju ke titik simpul, memperjelas informasi yang
ada seperti jadwal kedatangan dan keberangkatan moda transportasi dan
rasa nyaman dalam satu sistem yang ada. Stasiun DJKA merupakan salah
satu simpul transportasi yang memiliki peranan penting dalam
penyelenggaraan transportasi antarmoda. Khususnya antar moda jalan
dan moda rel. Untuk meningkatkan pelayanan operasional pada suatu
simpul perlu didukung oleh sarana angkutan umum yang handal dan
berkualitas.
Pengembangan fasilitas integrasi antar moda perlu dikembangkan
dalam mengakomodasi kebutuhan pergerakan, dengan maksud menarik
minat masyarakat untuk menggunakan angkutan umum dengan mudah
dan meninggalkan kendaraan pribadi yang dapat menyebabkan
kemacetan lalu lintas di jalan. Kemacetan lalu lintas terjadi karena ruas
jalan tersebut sudah mulai tidak mampu menerima atau melewatkan arus
kendaraan. Selain itu kemacetan dapat terjadi kerena pengaruh hambatan
/ gangguan samping yang tinggi, sehingga mengakibatkan penyempitan
ruas jalan, seperti parkir di badan jalan, berjualan di trotoar dan badan
jalan, pangkalan angkot dan pedestrian. Selain itu, kemacetan juga terjadi
akibat banyaknya sarana ekonomi, pendidikan ataupun perkantoran yang
ada di jalan tersebut.
Salah satu solusi yang tepat untuk mengurangi masalah kemacetan
perkotaan adalah pengelolaan sistem transportasi umum, khususnya
dengan mengintegrasikan sistem transportasi umum untuk mencapai
tujuan tersebut (Solecka & Żak, 2014). Hal ini dirasa cukup sesuai
dengan permasalahan yang dihadapi kota Palembang, yaitu pesatnya
pertumbuhan jumlah penduduk yang diiringi dengan tingginya jumlah
kendaraan bermotor. Dengan terwujudnya integrasi sistem angkutan
umum tersebut diharapkan masyarakat lebih memilih menggunakan
angkutan umum dari pada angkutan pribadi karena memberikan

21
kenyamanan dan aksesibilitas yang lebih baik. Hal tersebut sesuai dengan
prinsip utama dari integrasi sistem transportasi umum, yaitu tentang
perpindahan dari satu tempat ke tempat lain melalui fasilitas intermoda
dan interkoneksi yang ramah pengendara (riderfriendly). Hal tersebut
bertujuan untuk memudahkan orang berpindah dari suatu tempat dan
mengurangi biaya agar lebih efisien dan ketidaknyamanan saat
perjalanan (Ibrahim, 2003).

22
Bab III
Penutup

1. Kesimpulan
A. Moda transportasi terbagi menjadi :
1.) Moda Transportasi Berdasarkan
Geografis 2.) Moda Transportasi Darat
3.) Moda Transportasi Laut
4.) Moda Transportasi
Udara
5.) Moda Transportasi Berdasarkan Prasarana
6.) Moda Transportasi Berdasarkan Jangkauan Wilayah
Pelayanan 7.) Moda Transportasi Berdasarkan Sifat Pelayanan
8.) Moda Transportasi Berdasarkan Objek yang
Dipindahkan 9.) Moda Transportasi Berdasarkan Tenaga
Pendorong
10.) Moda Transportasi Berdasarkan
Kekhususan 11.) Moda Transportasi
Berdasarkan Multimoda
B. Integrasi sistem transportasi memiliki daya tarik yang besar di wilayah
perkotaan untuk pengguna jasa transportasi dikarenakan potensinya untuk
mengurangi biaya operator atau pengguna jasa, mengurangi dampak
lingkungan, dan menghubungkan ke daerah-daerah yang belum terhubung
dengan wilayah perkotaan.
2. Saran
Dengan selesainya makalah yang penulis susun semoga menjadi manfaat
bagi pembaca dalam mengetahui mengenai pembagian moda transportasi dan
sistem intermoda dan apabila ada kesalahan penulis mohon atas kritik dan
sarannya.

23
Daftar Pustaka

Eliot Hurst, M. E. (Ed.). (1974). Transportation Geography. New York: McGraw-


Hill, http://trove.nla.gov.au/version/26230708.

Hendarto, S. (2001). Dasar-Dasar Transportasi. Bandung: Penerbit ITB.

Hubla. (2015). BAB II: Evaluasi Pencapaian Direktorat Jendral Perhubungan


Laut. In Tinjau Ulang RENSTRA Direktorat Jenderal Perhubungan Laut
Tahun 2010 - 2014 (pp. II.1-II.46). Jakarta: Direktorat Jendral Perhubungan
Laut.

Miro, F. (2012). Pengantar Sistem Transportasi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Morlok, E. K. (1984). Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi. Jakarta:


Penerbit Erlangga. Munawar, A. (2004). Manajemen Lalu Lintas Perkotaan.
Jogjakarta: Penerbit Beta Offset.

OECD. (2003, April 29). Glossary for Transport Statistics, prepared by the
Intersecretariat Working Group on Transport Statistics – Eurostat, European
Conference of Ministers of Transport (ECMT), United Nations Economic
Commission for Europe (UNECE). . Retrieved from Statistic Portal:
https://stats.oecd.org/glossary/detail.asp?ID=4303

Setijowarno, D., & Frazila, R. (2001). Pengantar Sistem. Transportasi. Edisi ke-I .
Semarang: Penerbit Universitas Katolik. Soegijapranata.

24

Anda mungkin juga menyukai