2020
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/28039
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
ANALISIS KECACATAN DAN USULAN PERBAIKAN KUALITAS
PRODUK BAUT DENGAN METODE DMAIC SIX SIGMA PADA
PT. SEDAR ANUGERAH MANDIRI
TUGAS SARJANA
Oleh
TUGAS SARJANA
Oleh
NIM. 150403054
Disetujui Oleh:
Dosen Pembimbing
No. Dok : FM-GKM-SITI-FT-6-06-07: Tgl. Efekif: 09 Juli 2018; Reviv: 01; Halaman 1 deari
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTR No Dok FMGKMs1T
FAKUL TA S TEkNI K 6 0 6 11
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA disi
ov 01
TglF fokut 09 Juh 2018
SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS SARJANA
Halaman 1 dari 1
Lulia Ishak, ST, MT, Ph.D Dr. Ir. Mettita tryah Sembiring, MT, IPM
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan
Tugas sarjana ini merupakan salah satu persyaratan yang diajukan kepada
memperoleh Gelar Sarjana Teknik (Strata Satu Teknik Industri). Adapun tugas
sarjana ini berjudul Analisis Kecacatan Dan Usulan Perbaikan Kualitas Produk
Baut Dengan Metode DMAIC Six Sigma Pada PT. Sedar Anugerah Mandiri.
Tugas Sarjana ini dibuat berdasarkan hasil penelitian penulis pada bulan
Teknik, Universitas Sumatera Utara dan beberapa tempat terkait dengan topik
penelitian yang dilakukan. Data-data, pembahasan, dan usulan pada tugas sarjana
ini diharapkan dapat dijadikan sebagai literatur terkait solusi perbaikan untuk
kepada pembaca.
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat
dukungan dari berbagai pihak, baik berupa moril, materil, informasi maupun
administrasi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis hendak mengucapkan
1. Kedua Orang Tua penulis Bapak Ferieli Zalukhu dan Ibu Sadaria Hulu serta
saudara dan saudari penulis Fuji Indra Elleyson Zalukhu, Stevani Save
Zalukhu, Alvonsus Zalukhu, dan Erick Arjuna Safe Zalukhu yang tiada
hentinya mendukung penulis baik secara moril maupun materil dan mendoakan
2. Bapak Aulia Ishak, ST, MT, Ph.D., selaku Dosen Pembimbing yang telah
3. Ibu Dr. Meilita Tryana Sembiring, S.T., M.T., selaku Ketua Departemen
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Harmein Nasution, M.S.I.E., Bapak Prof. Dr. Ir. Abdul
Rahim Matondang, MSIE, dan Bapak Ir. Mangara Mangapul Tambunan, M.Sc.
selaku Koordinator Tugas Akhir yang telah memberi wejangan terkait topik
Sumatera Utara, Bapak Turmijo, Bapak Nurmansyah, Bapak Eddy, Ibu Ester
Samosir, Kak Rahmaini, Kak Mia, Bang Awaluddin, dan Kak Neneng, atas
sarjana ini.
7. Bestie Sonya Marcellina Tjio, S.H. yang selalu memberi dukungan dan cinta
kepada penulis, sahabat yang memiliki impian yang sama untuk mejadi wanita
Miranda Sari, Indah Puspa Sari Lubis, Nurul Arfidhila, Novita Hasnah
9. Pak Aji Sa Dudin yang sudah menjadi kantong Doraemon untuk penulis sedari
gelar.
10. LIBERTI (Lima Belas Keluarga Teknik Industri) yang tidak dapat disebutkan
satu per satu karena akan sangat panjang, yang telah menjadi teman, sahabat,
Kualitas adalah ukuran seberapa mampu suatu barang atau jasa memenuhi
kebutuhan konsumen sesuai dengan standar tertentu. Tujuan utama dari pengendalian
kualitas adalah meningkatkan dan menjaga kepuasan pelanggan. PT Sedar Anugerah
Mandiri merupakan salah satu perusahaan yang bergerak didalam bidang manufaktur
dengan memproduksi spare part material logam Baut. Dalam hal pengendaliah kualitas,
perusahaan ini masih mendapatkan produk cacat yang berpengaruh pada kepuasan
konsumen dan melebihi batas toleransi perusahaan dengan rata-rata tingkat kecacatan
13.72% oleh sebab itu perlu dilakukan tindakan perbaikan untuk mengatasi masalah
tersebut. Six Sigma merupakan metode yang mengatasi permasalahan variasi suatu produk
menuju tingkat kegagalan nol (zero defect). Dari hasil analisis dengan menggunakan
metode DMAIC dan FMEA diperoleh Nilai DPMO perusahaan sebesar 45.744 dan
nilai σ sebesar 3.19, nilai RPN tertinggi adalah mesin kurang optimal (dies kotor, dies
bergeser, dan dies aus) sebesar 256. Rancangan perbaikan yang diusulkan yaitu periksa
kondisi mesin, pastikan dies mesin dalam keadaan layak untuk beroperasi, periksa
cutter dan fan belt mesin, tingkatkan ketelitian pada saat penyeleksian bahan baku,
memberikan pelatihan kepada operator, dan menetapkan SOP setting pada mesin.
BAB HALAMAN
LEMBAR JUDUL
ABSTRAK ................................................................................. iv
ABSTRACT ................................................................................ v
BAB HALAMAN
BAB HALAMAN
BAB HALAMAN
BAB HALAMAN
BAB HALAMAN
TABEL
HALAMAN
ix
5.3. Critical to Quality (CTQ) Produk Baut ......................................... V-5
6.3. Urutan Penyebab Kegagalan Proses Berdasarkan Nilai RPN ......... VI-8
x
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
5.4. Cause & Effect Diagram Penyebab Cacat Ulir ...................... V-12
5.5. Cause & Effect Diagram Penyebab Cacat Segi Kepala Baut . V-14
xi
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
PENDAHULUAN
yang ada di dunia usaha saat ini pun semakin ketat, sehingga membuat setiap
perusahaan harus dapat bersaing secara global baik di pasaran nasional maupun
pasar internasional. Strategi yang dapat menjamin kualitas adalah strategi yang
tujuan untuk dapat meminimisasi produk cacat karena perusahaan dituntut untuk
kebutuhan pelanggan.
konsumen tidak harus mempunyai arti “yang terbaik” dalam dunia industri,
apabila ada perbedaan antara penampilan yang sebenarnya dengan yang standar. Ini
1
A.V. Feigenbaum, Total Quality Control, 3rd, berilus edn (MCGraw-Hill Book Company, 1961).
I-1
I-2
berarti bahwa proses produksi harus stabil dan mampu beroperasi sedemikian
manufaktur dengan memproduksi spare part material logam baut, mur, dan rubber
seal, dengan merek dagang MJT. Sistem produksi perusahaan bersifat make to
yang terbaik bagi pelanggannya baik dari segi mutu maupun harga. PT XYZ juga
dihadapkan pada tantangan yang cukup berat dimana konsumen semakin meningkat
tuntutan meraka akan mutu kualitas dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan,
perusahaan sejenis.
ditemukan di bagian produksi dalam mencapai tingkat kualitas tersebut. Hal ini
terlihat dari adanya produk - produk dengan spesifikasi diluar standar kualitas yang
di tetapkan oleh PT XYZ terutama pada produk baut dengan kategori defect yaitu
cacat ulir, cacat diameter, dan cacat segi kepala baut yang mencapai 13,72%.
adanya masalah yang ingin atau perlu dicari pemecahannya. Jika suatu organisasi
mengharapkan bahwa tahun ini kinerja pemasaran yang akan dicapai pada tingkat
pangsa pasar (market share) sebesar 20% tetapi dalam kenyataan capaian hanya
2
Sukaria Sinulingga, Metode Penelitian. Edisi Ketiga (Medan: USU Press, 2015).
I-3
termasuk dalam industri logam dimana pada tahun 2019 permintaan logam
mengalami kenaikan sebesar 6.45% dari presentasi tahun sebelumnya yaitu sebesar
21.64%, sehingga jumlah presentasi pada periode 2019 mencapai 26.55%. Posisi
ini berada setelah jumlah presentasi bahan galian bukan logam, minuman dan
industri logam tersebut menjadikan pemilihan produk baut sebagai pilihan yang
didapatkan tingkat kecacatan sebesar 20%, dengan penyebab kecacatan antara lain
kondisi input yang tidak baik pada conveyor yang menyebabkan kerusakan mekanis
pada koil. Kedua, kerusakan bahan utama berupa retakan, tajam, cacat permukaan
yang mengakibatkan cacat anil, kemurnian, korosi, dan grafit. Ketiga adalah faktor
metalurgi dilakukan satu per satu setelah suhu normal sehingga produk tidak saling
3
Lenka Girmanová and others, ‘Application of Six Sigma Using DMAIC Methodology in the
Process of Product Quality Control in Metallurgical Operation’, Acta Technologica Agriculturae,
20.4 (2017), 104–9 <https://doi.org/10.1515/ata-2017-0020>.
I-4
didapatkan jumlah cacat dari 81.038 (2,9 Sigma) menjadi 39.626 DPMO (3.3
Sigma), tingkat sigma telah meningkat sekitar 0.4 Sigma.Metode Six sigma (Dino
4
Caesaron, dkk) sering digunakan oleh perusahaan untuk pengendalian kualitas
produk dengan meminimasi jumlah cacat atau defect. Metode Six sigma akan fokus
kritis terhadap kualitas (critical to quality) dari suatu proses hingga menentukan
pada sarung tangan karet dengan menerapkan metode DMAIC Six sigma. Setelah
analisis dilakukan maka didapatkan hasil penyebab utama kecacatan produk sarung
tangan karet yaitu suhu oven dan kecepatan conveyor. Faktor kecacatan tersebut
memiliki dampak yang signifikan pada produksi sarung tangan yang mengalami
pengoptimalan suhu oven pada tinggat 230ºC serta kecepatan conveyor 650 RPM.
Hasil menunjukkan pengurangan kecacatan sekitar 50% pada cacat sarung tangan
"bocor" dari jumlah cacat 195.095 menjadi 83.750, dengan demikian peningkatkan
4
Dino Caesaron and Tandianto Tandianto, ‘Penerapan Metode Six Sigma Dengan Pendekatan
Dmaic Pada Proses Handling Painted Body Bmw X3 (Studi Kasus: Pt. Tjahja Sakti Motor)’, Jurnal
PASTI, 9.3 (2015), 248–56.
5
Ploytip Jirasukprasert and others, ‘A Six Sigma and Dmaic Application for the Reduction of
Defects in a Rubber Gloves Manufacturing Process’, International Journal of Lean Six Sigma, 5.1
(2015), 2–22 <https://doi.org/10.1108/IJLSS-03-2013-0020>.
I-5
dilakukan pada 10.000 produk dan mendapat jumlah kecacatan sebanyak 801
didapatkan hasil Cpk meningkat dari 0,96 menjadi 1,72, jangka pendek tingkat
Sigma meningkat dari 2,9 menjadi 5,2, tingkat jangka panjang Sigma meningkat
dari 1,4 menjadi 3,7 sehingga tingkat kecacatan dapat kurangi sebesar ≈ 40%.
berikutnya dari grafik Pareto dan juga untuk mencoba proses riveting otomation,,
perusahaan skala kecil dan besar, manufaktur layanan dan manufaktur seperti
manufaktur sarung tangan dan operasi milling. Metode ini biasa digunakan dalam
DMAIC Six sigma merupakan metode yang paling efektif untuk digunakan dalam
diterima secara luas oleh dunia industri karena metode ini mampu melakukan
6
Adrian Pugna, Romeo Negrea, and Serban Miclea, ‘Using Six Sigma Methodology to Improve the
Assembly Process in an Automotive Company’, Procedia - Social and Behavioral Sciences,
221.June (2016), 308–16 <https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2016.05.120>.
7
Aulia Ishak and others, ‘Quality Control with Six Sigma DMAIC and Grey Failure Mode Effect
Anaysis (FMEA): A Review’, IOP Conference Series: Materials Science and Engineering, 505.1
(2019) <https://doi.org/10.1088/1757-899X/505/1/012057>.
I-6
peningkatan kualitas secara dramatik menuju tingkat kegagalan nol (zero defect) 8.
Oleh karena itu dilakukan penelitian untuk mengukur, menganalisis dan melakukan
perbaikan kualitas di PT XYZ agar dapat mengurangi tingkat cacat (defect), dengan
permasalahan pada PT XYZ yaitu masih terdapat produk cacat (defect) sebesar
terutama pada biaya produksi sehingga untuk menangani hal tersebut perlu
1. Mendapatkan nilai Defect Per Million Opportunity (DPMO) dan sigma (σ)
level.
8
Vincent. Gaspersz, Total Quality Management (PT. Gramedia Pustaka Umum, Jakarta., 2002).
I-7
dan FMEA.
1. Proses produksi berjalan dengan baik tanpa ada kegiatan yang menghambat
gangguan.
Sistematika penulisan laporan dari tugas sarjana akan disajikan dalam Bab
Bab I Pendahuluan
perumusan permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, batasan dan asumsi yang
Diuraikan sejarah singkat dari PT. Sedar Anugerah Mandiri, lokasi perusahaan,
digunakan meliputi teori buku, jurnal penelitian dan draft tugas sarjana mahasiswa
pemecahan permasalahan penelitian, baik data primer maupun data sekunder, serta
bagaimana data-data tersebut diolah untuk memperoleh hasil yang menjadi dasar
Diuraikan analisis terhadap hasil dari pengolahan data dan hasil pemecahan
dengan memproduksi spare part material logam baut, mur, dan rubber seal. dengan
merek dagang MJT. PT XYZ didirikan pada tanggal 09 Februari 2018. Perusahaan
ini merupakan pengembangan usaha dari CV XYZ yang berdiri sejak tahun 1999.
produksi.
sistem manajemen mutu, sistem K3, dan sistem manajemen lingkungan dengan
mengikuti persyaratan dari ISO 9001:2015 versi terbaru. Sistem ISO ini
Produk baut terbuat dari bahan utama stainless steel berupa batangan
logam berukuran 4 meter dan 6 meter dengan diameter logam bervariasi, batangan
logam tersebut akan diproses di mesin cutting untuk dilakukan pemotongan sesuai
dengan ukuran yang diminta oleh pelanggan. Setelah bahan dipotong, bahan akan
II-1
II-2
dibubut dengan mesin pembubutan untuk membuat diameter dan ulir. Pada tahap
cacat dikarenakan kesalahan setting mesin atau kondisi mesin tidak dalam keadaan
stabil sehingga ukuran diameter tidak sesuai dan pembuatan ulir miring atau ulir
tidak bersih. Baut yang diberi ulir kemudian dibentuk kepala baut bentuk hexagonal
atau segi enam dengan menggunakan mesin milling, pada tahap ini juga ada
ukuran segi kepala baut berbeda antara sisi satu dengan sisi yang lain atau terjadinya
keretakkan kepala baut akibat kondisi bahan utama yang buruk. Hal-hal yang
mengakibatkan produk cacat selain faktor mesin adalah faktor manusia dimana
operator yang bekerja tidak teliti dan ceroboh pada saat proses produksi
kualitas produk akhir. Apabila bahan setengah jadi mengalami kecacatan pada
tahapan proses produksi maka bahan setengah jadi tersebut tidak bisa diproses ke
tahap berikutnya dan apabila bahan setengah jadi dalam keadaan layak maka
dilanjutkan pada tahap finishing. Pada tahap akhir akan dilakukan penghalusan
secara manual dan pembakaran dengan api untuk menambah kekerasan produk.
material logam. Spare part yang diproduksi beragam seperti mur dan baut dengan
spesifikasi khusus yaitu shaft sleeve dan shaft. Perusahaan juga bergerak dalam
bidang jasa perbaikan mesin pompa dan motor. Pemasok utama PT XYZ
tujuan. Secara fisik struktur organisasi dapat dinyatakan dalam bentuk gambaran
II-4
yang ada.
yaitu :
yang bersangkutan
ideal sebagai pedoman untuk dapat mengetahui siapa bawahan dan siapa
atasan.
organisasi perusahaan lainnya, hal ini tergantung pada besar kecilnya perusahaan.
PT. Sedar Anugerah Mandi membutuhkan suatu struktur organisasi yang tepat agar
dapat secara efektif dan efisien mengatur dan menjelaskan tugas – tugas anggota
berbentuk lini fungsional. Struktur organisasi dari perusahaan ini dapat dilihat pada
Gambar 2.1.
II-5
Direktur Utama
Direktur
Teknisi Teknisi
Keterangan :
: Garis
: Fungsional
Organisasi yang baik adalah organisasi yang jelas dan teratur sehingga
memiliki ganbaran dan batasan tugas dan tanggung jawab. Adapun uraian tugas
1. Direktur Utama
2. Direktur
dari karyawan dan kepala bagian (manajer) atau wakil direktur, menyetujui
3. Umum dan K3
4. Enginer
review atas rencana pembangunan sesuai dengan standar teknik yang baik.
5. Teknisi
6. Administrasi
Tanggung jawab admin sangat luas namun intinya memastikan segala kegiatan
kerja yang ada pada PT XYZ dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Jam kerja di PT XYZ perhari adalah 8 jam kerja. Jam kerja lembur terhitung
apabila seorang pekerja bekerja lebih dari 8 jam. Waktu jam kerja pada PT XYZ
bentuk upah yang layak sesuai kemampuan perusahaan dan sesuai ketentuan Upah
1. Upah Bulanan
Upah bulanan untuk tenaga kerja tetap, yaitu bagian kantor, manager dan
satpam. Upah ini dibayar setiap hari kerja pada akhir bulan.
2. Upah Harian
dilakukan setiap akhir minggu hari kerja dengan perhitungan akumulasi harian
pekerja.
a. Upah lembur
Bonus yang diberikan kepada karyawan pada hari raya dan tahun baru. THR
ini diberikan kepada karyawan yang sudah bekerja lebih dari 1 tahun sebesar 1
bulan gaji.
c. Cuti
jatah cuti setiap karyawan dikarenakan cuti yang diambil sesuai ijin
manajemen perusahaan.
Jaminan social tenaga kerja yang diberikan adalah bentuk asuransi yang dibuat
oleh pemerintah untuk melindungi tenaga kerja berupa BPJS kesehatan dan
BPJS ketenagakerjaan.
mengubah atau memberikan nilai tambah pada suatu barang atau jasa dengan
Bahan baku utama yang digunakan dalam pembuatan produk baut adalah
stainless. Bahan penolong yaitu coolant dan oil untuk mendinginkan selama proses
Jenis produk yang dihasilkan oleh PT XYZ salah satunya adalah baut. Untuk
menghasilkan produk ini dibutuhkan bahan baku, bahan tambahan, dan bahan
penolong.
2.8.2.1.Bahan Baku
Bahan baku adalah bahan utama dalam pembuatan produk baut yang sudah
dengan bahan lain. Bahan baku yang digunakan dapat dilihat pada table 2.4.
Sumber: PT XYZ
II-11
2.8.2.2.Bahan Tambahan
2.8.2.3.Bahan Penolong
agar diperoleh hasil yang lebih baik. Bahan penolong yang digunakan adalah
coolant dan oli sebagai pendingin pada saat proses produksi. Bahan penolong yang
Untuk mendinginkan
1. Coolant materal selama
proses pembubutan
Untuk menjaga
2. Oli
kestabilan
Sumber: PT XYZ
1. Proses Cutting
Pada proses ini, bahan baku dipotong sesuai ukuran yang dibutuhkan
sebelum dipotong memiliki ukuran antara 4 meter dan 6 meter dengan diameter
2. Proses Pembubutan
Pada proses ini, logam batangan dibubut untuk membuat diameter logam sesuai
dengan ukuran standar perusahaan. Batang logam yang telah dibubut kemudian
3. Proses Milling
Pada proses ini, logam batangan yang telah dibubut dan diberi ulir kemudian
dibentuk kepala baut dengan bentuk hexagonal atau segi enam. Proses
pembentukkan kepala baut harus memiliki ukuran yang simetris setiap segi
yang dibentuk.
4. Proses Finishing
membakar produk menggunakan api sampai suhu tertentu dengan lama waktu
produk.
Mesin
1. 1 unit
Cutting
Mesin
2. 1 unit
Bubut
Mesin
3. 1 unit
Milling
Sumber: PT XYZ
Untuk menghaluskan
permukaan logam
Kertas Pasir
dan sudut hexagonal.
Sumber: PT XYZ
II-14
2.10. Utilitas
1. Air
perusahaan.
2. Listrik
Sumber energy yang digunakan untuk menggerakkan mesin dan peralatan yang
digunakan oleh perusahaan. Sumber tenaga listrik yang diperoleh dari PLN dan
Genset.
3. Telekomunikasi
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Kualitas1
Kualitas adalah ukuran seberapa mampu suatu barang atau jasa memenuhi
sebagai keseluruhan segi, keistimewaan dan karakteristik sebuah produk atau jasa
penggunaan dan lain sebagainya. Kualitas didasari dengan penglihatan kasat mata
dirubah.
digunakan untuk mengontrol kualitas suatu produk dengan biaya yang seekonomis
mungkin dan memenuhi syarat pelanggan yang memesan. Tujuan utama dari
1
Dale H. Besterfield, Quality Control, New Jersey, 1998.
III-1
III-2
baku) dari pihak marketing dan purchasing hingga bahan baku tersebut masuk ke
pabrik dan bahan baku itu diolah (fase transformasi) yang akhirnya dikirim ke
pelanggan.
Six sigma merupakan suatu proses disiplin ilmu yang membantu kita
bisnis untuk mendapatkan dan menghilangkan penyebab kesalahan atau cacat pada
Defenisi lain dari Six sigma adalah tujuan yang hampir sempurna dalam
memenuhi persyaratan pelanggan. Pada dasarnya, defenisi itu juga akurat karena
istilah” Six sigma” sendiri merujuk kepada target kinerja operasi yang diukur secara
statistik dengan hanya 3,4 cacat (defect) untuk setiap juta aktivitas atau peluang.
Hanya segelintir perusahaan atau yang dapat mengklaim telah meraih tujuan
2
S Peter. Pande, The Six Sigma Way (Andi, Yogyakarta, 2002).
III-3
1. Pengurangan biaya
2. Peningkatan produktivitas
4. Retensi pelanggan
7. Pengembangan produk/jasa
distribusi tentang nilai rata-rata (mean) dari setiap proses atau prosedur. Suatu
proses atau prosedur dapat mencapai lebih atau kurang dari kapabilitas Six Sigma
dapat diharapkan memiliki tingkat cacat yang tidak lebih dari beberapa ppm (part
per million).
Sigma (6σ) sama dengan 3,4 defect (cacat) per sejuta kesempatan. Alat ukur sigma
mengizinkan untuk membandingkan proses yang berbeda dari segi jumlah defect
yang dihasilkan pada proses dalam satu juta kesempatan. Tingkat kualitas sigma
cacat.
3
Vincent. Gaspersz, Total Quality Control (Jakarta: Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008).
III-4
untuk menurunkan variasi dari proses, agar meningkatkan kapabilitas proses dalam
minimum 3,4 Defects Per Million Opportunities (DPMO) dan untuk memberikan
nilai kepada pelanggan (customer value). Berikut level Sigma dapat dilihat pada
Tabel 3.1.
1 69% 691.462
2 31% 308.538
3 6,7% 66.807
4 0,62% 6.210
5 0,023% 233
6 0,00034% 3.4
Sumber : Vincent Gaspersz
diproses pada tingkat kualitas Six sigma, perusahaan boleh mengharapkan 3,4
persen dari apa yang diharapkan pelanggan akan ada dalam produk itu. Dengan
4
Vincent. Gaspersz, Total Quality Management (PT. Gramedia Pustaka Umum, Jakarta., 2002).
III-5
demikian Six sigma dapat dijadikan ukuran target kinerja sistem industri tentang
bagaimana baiknya suatu proses transaksi produk antara pemasok (industri) dan
pelanggan (pasar). Semakin tinggi target sigma yang dicapai, kinerja sistem
industri akan semakin baik. Sehingga 6-sigma otomatis lebih baik daripada 4-
sigma, 4-sigma lebih baik dari 3-sigma. Six sigma juga dapat dianggap sebagai
biasa (dramatic) di tingkat bawah. Six sigma juga dapat dipandang sebagai
Quality) individual.
mencapai nilai target Six sigma, yang berarti memiliki indeks kemampuan
III-6
process control) mengizinkan adanya pergesaran nilai rata-rata (mean) setiap CTQ
individual dari proses industri terhadap nilai spesifikasi target (T) sebesar ± 1,5-
sigma, sehingga akan menghasilkan 3,4 DPMO (defects per million opportunities).
Proses Six sigma dengan distribusi normal yang mengizinkan nilai rata- rata
(mean) proses bergeser 1,5σ dari nilai spesifikasi target kualitas (T) yang diinginkan
Gambar 3.1. Konsep Six sigma Motorola dengan Distribusi Normal Bergeser
1,5 –Sigma
Perlu dicatat dan dipahami sejak awal bahwa konsep Six sigma Motorola
dengan pergeseran nilai rata-rata (mean) dari proses yang diizinkan sebesar 1,5σ
(1,5 x deviasi maksimum) adalah berbeda dari konsep Six sigma dalam distribusi
normal yang umum dipahami selama ini yang tidak mengizinkan pergesearan
III-7
dalam nilai rata-rata (mean) dari proses. Perbedaan ini ditunjukkan dalam Tabel
3.2.
3.4. DMAIC5
Analyze, Improve dan Control) yang paling banyak digunakan. Metodologi ini
1. Define adalah fase pertama dalam siklus DMAIC, dimana ditentukan masalah,
2. Measure adalah fase kedua dalam siklus DMAIC, dimana ukuran-ukuran kunci
5
Peter S. Pande, The Six Sigma Way (Yogyakarta : Penerbit Andi., 2009).
III-8
3. Analyze adalah fase ketiga dalam siklus DMAIC, dimana detail proses diperiksa
4. Improve adalah fase keempat dalam siklus DMAIC, dimana solusi-solusi dan
ide-ide secara kreatif dibuat dan diputuskan. Sekali sebuah masalah telah
5. Control adalah tahap terakhir dalam metode DMAIC, dimana setelah solusi-
3.4.1. Define
persyaratan pelanggan. Pada tahap define, ada 2 hal yang perlu dilakukan, yaitu:
informasi) kepada para pelanggan eksternal. Dalam hal pemilihan tema Six Sigma
kritis, yaitu persyaratan output dan persyartan pelayanan. Setelah semua varibel
yang dipandang penting oleh pelanggan didapatkan dan diberi nilai terukur (varibel
terukur tersebut disebut CTQ).Dengan kata lain, CTQ adalah sebuah karakteristik
dari sebuah produk atau jasa yang memenuhi kebutuhan pelanggan (internal
ataupun eksternal)
3.4.1.1.Diagram SIPOC7
proyek Six Sigma dengan cara mengidentifikasi proses yang sedang dipelajari, input
dan output proses tersebut serta pemasok dan pelanggannya. Dengan informasi yang
cukup mengenai fungsi-fungsi yang terkait dalam perusahaan itu, dapat dipahami dan
diketahui jalannya proses yang ada di dalam perusahaan dari awal sampai akhir
sehingga dapat melakukan perbaikan terhadap masalah yang ada di dalam proses
secara tepat. Bentuk dari diagream SIPOC dapat dilihat pada Gambar 3.2.
6
DC Montgomery, Introduction to Statistical Quality Control 6 Th Edition. (United States: Jhon
Wiley, 2009).
7
James R. Evan, An Introduction to Six Sigma and Process Improvement (Jakarta : Salemba
Empat., 2007).
III-10
yaitu:
1. Supplier (Pemasok)
bahan dan segala sesuatu yang dikerjakan di dalam proses. Pihak supplier bisa
berasal dari dalam perusahaan yang biasanya berasal dari proses sebelumnya.
2. Input (Masukan)
Input adalah barang atau jasa yang dibutuhkan oleh suatu proses untuk
menghasilkan output. Input tidak hanya berupa material atau bahan mentah
yang diperlukan untuk proses produksi, akan tetapi juga dapat pula berupa
informasi, yang kemudian input ini akan diolah lebih lanjut di dalam proses.
III-11
3. Process (Proses)
memberikan nilai tambah terhadap produk maupun yang tidak untuk membuat
4. Output (Hasil)
Output adalah produk jadi, baik itu barang ataupun jasa atau informasi yang
konsumen.
5. Customer (Pelanggan)
Pelanggan eksternal adalah pelanggan yang berasal dari luar perusahaan yang
yang berasal dari dalam perusahaan yang biasanya berupa proses atau divisi
Critical to Quality adalah kebutuhan yang sangat penting dari produk yang
8
Gaspersz, Total Quality Control.
III-12
karakteristik CTQ ini dapat diukur dan dilaporkan. CTQ yang merupakan
3.4.2 Measure9
keadaan disaat proses berlangsung. Langkah kedua dalam tahapan operasional pada
program peningkatan kualitas Six Sigma terdapat 3 hal pokok yang dilakukan yaitu:
tingkat, yaitu:
aktivitas dalam proses dan karakteristik kualitas input yang diserahkan oleh
9
Montgomery.
III-13
diinginkan pelanggan.
produk atau jasa itu memenuhi kebutuhan spessifik dari pelanggan. Jadi
baseline kinerja
a. Peningkatan kualitas six sigma yang telah ditetapkan akan berfokus pada
apabila itu terdiri dari beberapa sub proses. Pengukuran kinerja pada tingkat
III-14
termasuk penilaian data kontinu misalnya waktu siklus pelayanan pelanggan. Untuk
Total Defects
DPU=
Total Units
Dimana,
D = jumlah defect atau jumlah kecacatan yang terjadi dalam proses produksi
DPU x 1.000.000
DPMO =
opportunities for error in a unit
=NORMSINV(1-DPMO/1.000.000)+1,5
10
S Peter. Pande.
III-15
3.4.2.2.Kapabilitas Proses11
diantaranya, bila hanya keragaman acak saja yang muncul (Besterfield, 1998)..
Ukuran dari process capability disebut capability index, yaitu Cp dan Cpk.
bahwa suatu proses telah benar-benar sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditentukan terhadap proses, tetapi hanya merupakan hasil perhitungan dari proses
statistical control. Nilai yang menentukan bahwa proses telah sesuai atau tidak
terhadap karakteristik proses adalah nilai dari Cpk (performance index), dimana
nilai minimum dari Cpk yang telah dianjurkan adalah 1,00. Berikut merupakan
11
Gaspersz, Total Quality Management.
III-16
spesifikasi.
4. Dengan nilai Cpk < 1, mengindikasikan produk yang tidak sesuai spesifikasi.
R
0 ...........................................................................(14)
d2
III-17
USL LSL
Capability proccess (Cp) ..........................(15)
6 0
USL X
CPU = ………………………………..…….(16)
3 0
X LSL
CPL= …………………………………......…..(17)
3 0
Untuk mendapatkan nilai kapabilitas proses untuk data atribut adalah dengan
Cp 1 p
Sebagai contoh kapabilitas proses dari perusahaan adalah 1- 0.202 = 0.798 atau
cacat sekitar 20 %. Keadaan ini sudah cukup baik, tetapi dengan tingkat
kapabilitas ini proses masih belum dapat untuk menghasilkan kualitas produk
yang bebas cacat atau zero defect, karena masih ada 20% dari produk yang
3.4.2.3.Peta Kontrol12
menentukan jenis data yang akan diolah dalam peta kontrol. Jenis data yang akan
diolah terdiri dari data variabel (variables data) dan data atribut (atributes data).
Data variabel merupakan data kuantitatif yang diukur untuk keperluan analisis dan
data atribut merupakan data kualitatif yang dapat dihitung untuk pencatatan dan
data atribut adalah peta kontrol p. Peta kontrol p adalah peta kontrol untuk
mengamati proporsi atau perbandingan antara produk yang cacat dengan total
proporsi dari item-item yang tidak memenuhi syarat spesifikasi kualitas atau
proporsi dari produk yang cacat yang dihasilkan dalam suatu proses. Proporsi yang
tidak memenuhi syarat didefenisikan sebagai rasio banyaknya item yang tidak
memenuhi syarat dalam satu kelompok terhadap total banyaknya item dalam
kelompok itu. Item-item itu dapat mempunyai beberapa karakteristik kualitas yang
diperiksa atau diuji secara simultan oleh pemeriksa. Jika item-item itu tidak
memenuhi standar pada satu atau lebih karakteristik kualitas yang diperiksa, item-
item itu digolongkan tidak memenuhi syarat spesifikasi atau cacat. Peta kontrol p
digunakan untuk mengukur proporsi produk yang rusak atau cacat dengan jumlah
12
Evan.
III-19
sebagai berikut
Jumlah cacat
p = Jumlah sampel
CL= p̅
p̅ (1- p̅ )
UCL= p̅=3√ ni
Untuk peta kontrol atribut ini, ketika nilai LCL bernilai negatif maka nilai LCL
diubah menjadi nol (LCL= 0). Hal ini dikarenakan jika nilai proporsi dari suatu
subgrup berada di bawah nilai LCL maka akan dianggap out of control (diluar
mendekati nol.
4. Plot atau tebarkan data proporsi (atau presentase) yang cacat dan lakukan
statistikal, gunakan peta kontrol p untuk memantau terus menerus. Tetapi apabila
3.4.3. Analyze13
kualitas.
3.4.3.1.Diagram Pareto
kelompok dari yang paling besar sampai yang paling kecil. Dengan berntuknya
kejadian atau penyebab masalah yang paling umum. Untuk menggunakan diagram
pareto, perlu dipastikan bahwa harus memiliki data diskrti atau kategori. Diagram
ini tidak akan bekerja dengan ukuran-ukuran seperti berat atau temperature (data
pengeluaran atau kerugian didalam sebuah organisasi dibuat oleh hanya 20%
masalah. Angkanya tidak selalu tepat 80 dan 20 tetapi efeknya sering kali sama.
1. Menyaring data masalah menurut wilayah dan menemukan wilayah mana yang
13
Montgomery.
III-21
2. Membandingkan data defect menurut tipe dan mengetahui defect mana yang
paling umum
3. Membandingkan masalah menurut hari dalam minggu (atau bulan atau waktu
dalam hari) untuk mengetahui selama periode mana masalah paling sering
terjadi.
Diagram ini dikenal dengan istilah diagram tulang ikan (fish bone
diagram) yang diperkenalkan pertama kalinya oleh Prof. Kaoru Ishikawa (Tokyo
University) pada tahun 1943. Diagram ini berguna untuk menganalisis dan
14
Besterfield.
III-22
karakteristik kualitas output kerja. Di samping itu juga diagram ini berguna untuk
mencari penyebab-penyebab yang sesungguhnya dari suatu masalah. Dalam hal ini
hasil kerja, maka orang akan selalu mendapatkan bahwa ada 5 faktor penyebab
1. Manusia (Man)
KUALITAS
3.4.4. Improve15
teridentifikasi
itu.
3.4.4.1. 5W + 1H16
secara jelas setiap tindakan perbaikan atau peningkatan kualitas six sigma.
15
Montgomery.
16
Gaspersz, Total Quality Management.
III-24
3.4.5. Control 17
Sebagai bagian dari pendekatan Six Sigma, perlu adanya pengawasan untuk
meyakinkan bahwa hasil yang diiginkan sedang dalam proses pencapaian. Hasil
dari tahap improve harus diterapkan dalam kurun waktu tertentu untuk dapat dilihat
pengaruhnya terhadap kualitas produk yang dihasilkan. Pada tahap Control (C) ini
standar, serta kepemilikan atau tanggung jawab ditransfer dari tim Six Sigma
dan mencegah masalah yang terjadi pada produk dan proses. Penggunaan efektif
17
Montgomery.
18
Stephen P. Robbin, Perilaku Organisasi (Jakarta : Salemba Empat., 2009).
III-25
produk/proses.
8. Mengetahui efek-efek dari kegagalan pada produk atau proses yang diteliti dan
fungsi-fungsinya.
memiliki efek kritis pada produk atau proses dan kecacatan-kecacatan tersebut
Tujuan dari penerapan FMEA adalah mencegah masalah terjadi pada proses
dan produk. Jika digunakan dalam desain dan proses manufaktur, FMEA dapat
relatif mudah serta tidak membutuhkan biaya yang banyak. Hasilnya adalah proses
menjadi lebih baik karena telah dilakukan tindakan koreksi dan mengurangi serta
mengeliminasi kegagalan.
III-26
atausistem utama. Fokus dari desain FMEA adalah pada desain produk yang
internal.
proses.
kegagalan.
19
Dyadem, Guidelines for Failure Mode and Effect Analysis, For Automotive, Aerospace and
General Manufacturing Industries (CRC Press, Boca Raton London New York Washington, D.C.,
2003).
III-27
Keterangan Ranking
Selalu jelas, sangat mudah untuk diketahui 1
Jelas bagi indrea manusia 2
Memerlukan inspeksi 3
Inspeksi yang hati-hati dengan indra manusia 4
Inspeksi yang sangat hati-hati dengan indra manusia 5
Memerlukan bantuan atau pembongkaran sederhana 6
Diperlukan inspeksi dan pembongkaran 7
Diperlukan inspeksi dan pembongkaran kompleks 8
Kemungkinan besar tidak dapat dideteksi 9
Tidak dapat di deteksi 10
Sumber : Dyadem, 2003
tindakan perbaikan.
III-29
10. Mengkalkulasi hasil RPN sebagai mode kegagalan yang dikurangi atau
dieliminasi.
METODOLOGI PENELITIAN
Sumatera Utara. Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2019 –
selesai.
faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek atau populasi
tertentu.
IV-1
IV-2
1. Variabel Independen
Adapun yang menjadi variabel independen pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Critical to Quality adalah kebutuhan yang sangat penting dari produk yang
2. Variabel Dependen
Variabel dependen (criterion variable) adalah variabel yang nilai atau valuenya
spesifikasi.
c. Kualitas produk adalah ukuran seberapa mampu suatu barang atau jasa
Jumlah produksi
Jumlah
Nilai sigma Kualitas produk baut
kecacatan
Critical to quality
serta studi literatur tentang metode pemecahan masalah yang digunakan dan
b. Data sekunder berupa data historis mengenai data atribut kualitas, jumlah
Mulai
Studi Pendahuluan
Studi Literatur
1. Kondisi Perusahaan
1. Teori Buku
2. Proses Produksi
2. Referensi Jurnal Penelitian
3. Informasi Pendukung
Pengumpulan Data
1. Data Primer
2. Data Sekunder
Pengolahan Data
1. Define
- Diagram SIPOC
- Critical To Quality (CTQ)
2. Measure
- Penentuan Batas Control (Peta P)
- Perhitungan Defect Per Million Opportunity (DPMO)
- Pengukuran Nilai Sigma
3. Analyze
- Diagram Pareto
- Analisis Cause And Effect Diagram
- Perhitungan Failure Mode And Effect Analysis (FMEA)
4. Improve
- Diagram 5W+1H
5. Control
Selesai
Data primer adalah data yang diperoleh dengan cara mencari secara
langsung dari sumbernya oleh peneliti yang bersangkutan. Data primer yang
1. Observasi (Pengamatan)
objek penelitian yaitu pada bagian produksi. Instrumen yang digunakan adalah
2. Wawancara
Pengumpulan data ini dilakukan dengan tanya jawab terhadap pihak yang
3. Survei
4. Dokumentasi
bentuk instrumen pengumpulan data dalam format pertanyaan tertulis yang dilengkai
IV-6
dengan kolom dimana responden akan menuliskan jawaban atas pertanyaan yang
informasi yang relevan dengan tujuan penelitian. Syarat utama pengisian kuesioner
Metode pengolahan data yang dilakukan yaitu metode DMAIC (Define, Measure,
berikut.
1. Tahap Define
2. Tahap Measure
3. Tahap Analyze
perhitungan nilai RPN dengan FMEA (Failure Mode and Effect Analysis).
Analisis ini dilakukan untuk mengurangi produk cacat yang terjadi dengan
4. Tahap Improve
Pada tahap ini akan dilakukan penetapan sasaran dan alternatif untuk
5. Tahap Control
Pada tahap ini akan dilakukan suatu usaha pengendalian berupa pembuatan
SOP agar rancangan perbaikan yang diberikan dapat berjalan dengan efektif
dan efisien.
· Mengidentifikasi
diagram SIPOC
· Mengidentifikasi
Critical to Quality
(CTQ)
· peta kontrol atribut
· perhitungan DPMO
· Perhitungan nilai
sigma
· Analisis diagram pareto
· Analisis cause and effect
diagram
· Analisis FMEA · Diagram 5W+1H
Usaha pengendalian kualitas
berupa pembuatan SOP
metode DMAIC yang berkaitan dengan masalah kecacatan (defect) dan kualitas
diharapkan dari penelitian ini adalah kecacatan produk pada perusahaan dapat
mengalami kerugian.
BAB V
yang ada pada lantai produksi. Data yang dikumpulkan adalah data selama
1. Data Poduksi
Data produksi yang dikumpulkan pada penelitian ini diambil dari data
Sigma, yaitu Define, Measure, Analyze, Improve dan Control yang akan
Six Sigma.
V-2
5.2.1. Define
akan diselesaikan. Tahap define yang akan dijelaskan berupa diagram SIPOC,
dan CTQ.
antara Supplier, Input, Process, Output, dan Customer. Diagram ini bertujuan
dahulu.
Dalam proyek Six Sigma, jenis dari kecacatan disebut dengan CTQ
yang mempengaruhi kecacatan produk Baut dapat dilihat pada Tabel 5.3.
V-3
5.2.2. Measure
adalah peta p, dimana peta p menggambarkan bagian yang ditolak karena tidak
sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Data yang digunakan adalah data
p (1 p )
UCL p 3
n
0.136 (1 0.36)
UCL 0.136 3
5
UCL 0.59590
V-4
p (1 p )
LCL p 3
n
0.136 (1 0.136)
LCL 0.136 3
5
LCL 0.32390 0
Berdasarkan hasil perhitungan nilai LCL dan UCL seperti pada tabel di atas,
terlihat bahwa proporsi kecacatan (p) pada kedua puluh lima subgrup masih
berada dalam batas kontrol sehingga tidak perlu dilakukan revisi. Setelah
Langkah selanjutnya adalah pembuatan peta kontrol atribut dapat dilihat pada
Gambar 5.2.
Peta Kendali p
0.8000
0.6000
0.4000
0.2000
0.0000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
-0.2000
-0.4000
proporsi kecacatan pada setiap subgrup berada dalam batas kontrol (In
Control)
Sigma (σ)
D
DPO = Unit x OP(Peluang)
18
= 125 x 3 = 0.048
berikut:
106 - 48.000
Nilai Sigma (σ) = Normsinv ( ) + 1,5
106
5.2.3. Analyze
sebab akibat serta FMEA yang dijadikan sebagai alat untuk menganalisis lebih
5.2.3.1.Diagram Pareto
Langkah awal yang dilakukan adalah mengurutkan setiap jenis kecacatan dari
kecacatan.
Aturan pareto yang digunakan dalam penelitian ini adalah 80-20 yang
berarti 20% dari kecacatan produk menyebabkan 80% masalah pada proses
20 adalah cacat ulir dan cacat segi kepala baut dengan kumulatif 42,03% dan
74.88%, sehingga untuk mengurangi jumlah produk cacat sampai tingkat 80%
cukup dengan mengendalikan jenis cacat cacat ulir dan cacat segi kepala baut.
Sebab jika mengendalikan semua jenis kecacatan yang ada akan menjadi tidak
efisien karena akan memakan waktu, biaya dan tenaga yang sangat besar
produk.
V-7
dominan yaitu cacat ulir dan cacat segi kepala baut, oleh karena itu untuk
mengetahui akar penyebab masalah yang terjadi pada kedua jenis kecacatan
kerja dan material terhadap atribut kecacatan yang diperoleh. Diagram ini
Operator yang bekerja dilantai produksi berjumlah 3 orang pekerja. Dari hasil
mengidentifikasi dan mencegah masalah yang terjadi pada produk dan proses.
Tujuan dari penerapan FMEA adalah mencegah masalah terjadi pada proses
dan produk.
V-8
5.2.4. Improve
perbaikan kualitas metode Six sigma. Pada tahapan perbaikan ini diterapkan
oleh ulir, diameter, dan segi kepala baut. Rencana perbaikan dilakukan
berdasarkan hasil analisis cause and effect diagram, dan perioritas tindakan
5.2.4.1.Metode 5W + 1H
perbaikan ini dibantu oleh beberapa orang dari perusahaan. Rencana perbaikan
when, dan who) dan 1 H (How), yang dibuat secara jelas dan terinci. Metode
3. Why, mengapa kecacatan produk baut tersebut dapat terjadi yang ditelaah
dilakukan.
kualitas produk baut agar tidak ada lagi cacat produk baut.
5.2.5. Control
terhadap hasil yang telah diperoleh pada tahapan-tahapan sebelumnya. Dan ini
merupakan sebuah langkah awal dari perbaikan terus menerus dan integrasi
kegagalan yang pernah terjadi tidak terulang kembali. Tindakan yang perlu
dilakukan adalah:
2. Melakukan perhitungan DPMO dan level sigma secara rutin tiap periode
memproduksi spare part logam baut. Pada tahap pertama dilakukan pendefenisian
1. Diagram SIPOC
Pada diagram SIPOC, dipaparkan urutan proses produksi baut dari supplier,
input, proses, output, dan customer. Berikut uraian pembahasan diagram SIPOC.
diketahui terdapat 3 (tiga) jenis CTQ untuk produk baut yaitu cacat ulir, cacat
diameter, dan cacat segi kepala baut. Diantara semua jenis kecacatan diperoleh 2
(dua) CTQ cacat dominan yaitu cacat ulir dan cacat segi kepala baut.
peningkatan kualitas six sigma. Pada tahap ini dengan melakukan pengukuran
VI-1
VI-2
cacat baut yang dihasilkan masih dalam batas yang disyaratkan. Hasil produksi pada
bulan Desember 2019-Januari 2020 sebanyak 125 unit baut diantaranya terdapat 17
produk cacat berada dalam batas kendali (in control). Analisis Process Capability
Pada tahap Process Capability dijelaskan kecacatan baut adalah bersifat atribut
(tidak dapat diukur). Process Capability untuk setiap parameter ditunjukkan oleh
nilai tengah peta kontrol p yaitu Cp = 1− 𝑝̅ = 1−0.136 = 0.864, ini berarti bahwa
2. Analisis DPMO
Pada tahap ini akan dibandingkan tingkat pengukuran DPMO dan nilai sigma
melakukan perhitungan dari diagram sebab akibat, didapatkan bahwa faktor utama
Pada tahap improve yang perlu dilakukan adalah menetapkan suatu rencana
dengan analisis 5W + 1H. Pemilihan sasaran improvement ini didasarkan pada hasil
analisis Cause and effect diagram dan nilai FMEA. Namun perbaikan yang
perusahaan.
tindakan yang telah dilakukan dan mempunyai tujuan untuk mengevaluasi proses
perbaikan yang telah dilakukan dengan efektif dan efisien serta untuk menjaga
kondisi proses agar tetap stabil dan tidak dapat mengalami penurunan kembali.
BAB VII
7.1. Kesimpulan
sebesar 3.19 yang artinya masih jauh dengan standar internasional yang
mencapai
3. Usulan perbaikan kualitas produk baut dengan metode Six Sigma dan FMEA
terhadap perusahaan yaitu periksa kondisi mesin, pastikan dies mesin dalam
keadaan layak untuk beroperasi, periksa cutter dan fan belt mesin, tingkatkan
7.2. Saran
VII-1
VII-2
lantai produksi.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
SURAT-KEPUTUSAN
TENTAN
TUGASSARJANA MAIIASISWA
Nomor. 915 /UN5,.2.1.4.1.4/TPM/2020
diberi perpanjangan:
Kedua dari tanggal:22 Agustus 2020 s/d 22 Oktober 2020
Alasan perpanjangan Laporan Tugas Sarjana masih dalam penyelesaian. berdasarkan
permohonan yang bersangkutan tanggal 24 Agustus 2020 yang telah disetujui oleh dosen
pembimbingnya.
staDAN
NDIDRA
200
D UAS
Mataana Sembirng. MT. IPM
Tembusan: NIP 197005031997022001
Dekan FT. USU
. Dosen Ybs
3. Mahasiswa Ybs.
Arsip
Catatan:
Surat Keputusan Perpanjangan ini harus dilckatkan pada Swal Keputrsan ashinya