DISUSUN OLEH:
Mohammad Firzat Shindi
16120010
Fasilitator:
Ir. M. Hadiyono, MT
Ir. Muflihul Iman, MT
1.3 SASARAN
Pemain teater
Penonton teater
1.5 PERMASALAHAN
Bagaimana mengalih fungsikan bangunan auditorium ISTN menjandi gedung teater
yang memiliki akustik ruang dan pencahayaan yang baik?
200.000 - 500.000 : Ruang opera kecil 800 – 1000, ruang drama 600 – 800 tempat
duduk.
500.000 - 1.000.000 : Ruang opera 1000 – 1400 tempat duduk dan beberapa teater
eksperimental.
≥1.000.000 : Gedung opera besar 1400 – 2000 tempat duduk.
I. Arena
Menurut Santoso dalam Seni Teater Jilid II, Panggung arena adalah panggung
yang penontonnya melingkar atau duduk mengelilingi panggung. Penonton sangat
dekat sekali dengan pemain. Agar semua pemain dapat terlihat dari setiap sisi maka
penggunaan set dekor berupa bangunan tertutup vertikal tidak diperbolehkan karena
dapat menghalangi pandangan penonton. Karena bentuknya yang dikelilingi oleh
penonton, maka penata panggung dituntut kreativitasnya untuk mewujudkan set
dekor. Segala perabot yang digunakan dalam panggung arena harus benar-benar
dipertimbangkan dan dicermati secara hati-hati baik bentuk, ukuran, dan
penempatannya. Semua ditata agar enak dipandang dari berbagai sisi.
Panggung arena biasanya dibuat secara terbuka (tanpa atap) dan tertutup. Inti
dari pangung arena baik terbuka atau tertutup adalah mendekatkan penonton dengan
pemain. Kedekatan jarak ini membawa konsekuensi artistik tersendiri baik bagi pemain
dan (terutama) tata panggung. Karena jaraknya yang dekat, detil perabot yang
diletakkan di atas panggung harus benar-benar sempurna sebab jika tidak maka cacat
sedikit saja akan nampak. Misalnya, di atas panggung diletakkan kursi dan meja
berukir.
Jika bentuk ukiran yang ditampilkan tidak Nampak sempurna - berbeda satu
dengan yang lain - maka penonton akan dengan mudah melihatnya. Hal ini
mempengaruhi nilai artistic pementasan. Lepas dari kesulitan yang dihadapi, panggun
arena sering menjadi pilihan utama bagi teater tradisional. Kedekatan jarak antara
pemain dan penonton dimanfaatkan untuk melakukan komunikasi langsung di tengah-
tengah pementasan yang menjadi ciri khas teater tersebut. Aspek kedekatan inilah yang
dieksplorasi untuk menimbulkan daya tarik penonton. Kemungkinan berkomunikasi
secara langsung atau bahkan bermain di tengah-tengah penonton ini menjadi tantangan
kreatif bagi teater modern. Banyak usaha yang dilakukan untuk mendekatkan
pertunjukan dengan penonton, salah satunya adalah penggunaan panggung arena.
Beberapa pengembangan desain dari teater arena melingkar dilakukan sehingga bentuk
teater arena menjadi bermacammacam.
Masing-masing bentuk memiliki keunikannya tersendiri tetapi semuanya
memiliki tujuan yang sama yaitu mendekatkan pemain dengan penonton (Santoso,
2008).
II. Proscenium
Panggung proscenium bisa juga disebut sebagai panggung bingkai karena
penonton menyaksikan aksi aktor dalam lakon melalui sebuah bingkai atau lengkung
proscenium (proscenium arch). Bingkai yang dipasangi layar atau gorden inilah yang
memisahkan wilayah acting pemain dengan penonton yang menyaksikan pertunjukan
dari satu arah Dengan pemisahan ini maka pergantian tata panggung dapat dilakukan
tanpa sepengetahuan penonton. Panggung proscenium sudah lama digunakan dalam
dunia teater. Jarak yang sengaja diciptakan untuk memisahkan pemain dan penonton
ini dapat digunakan untuk menyajikan cerita seperti apa adanya. Aktor dapat bermain
dengan leluasa seolah-olah tidak ada penonton yang hadir melihatnya. Pemisahan ini
dapat membantu efek artistik yang dinginkan terutama dalam gaya realisme yang
menghendaki lakon seolah-olah benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata.
Tata panggung pun sangat diuntungkan dengan adanya jarak dan pandangan
satu arah dari penonton. Perspektif dapat ditampilkan dengan memanfaatkan
kedalaman panggung (luas panggung ke belakang). Gambar dekorasi dan perabot tidak
begitu menuntut kejelasan detil sampai hal-hal terkecil. Bentangan jarak dapat
menciptkan bayangan arstisitk tersendiri yang mampu menghadirkan kesan.
Kesan inilah yang diolah penata panggung untuk mewujudkan kreasinya di atas
panggung proscenium. Seperti sebuah lukisan, bingkai proscenium menjadi batas
tepinya. Penonton disuguhi gambaran melalui bingkai tersebut. Hampir semua sekolah
teater memiliki jenis panggung proscenium. Pembelajaran tata panggung untuk
menciptakan ilusi (tipuan) imajinatif sangat dimungkinkan dalam panggung
proscenium. Jarak antara penonton dan panggung adalah jarak yang dapat dimanfaatkan
untuk menciptakan gambaran kreatif pemangungan. Semua yang ada di atas panggung
dapat disajikan secara sempurna seolah-olah gambar nyata.
Tata cahaya yang memproduksi sinar dapat dihadirkan dengan tanpa terlihat
oleh penonton dimana posisi lampu berada. Intinya semua yang di atas panggung dapat
diciptakan untuk mengelabui pandangan penonton dan mengarahkan mereka pada
pemikiran bahwa apa yang terjadi di atas pentas adalah kenyataan.
Pesona inilah yang membuat penggunaan panggung proscenium bertahan
sampai sekarang. (Santoso, 2008).
III. Thrust
Panggung thrust seperti panggung proscenium tetapi dua per tiga bagian
depannya menjorok ke arah penonton. Pada bagian depan yang menjorok ini penonton
dapat duduk di sisi kanan dan kiri panggung. Panggung thrust nampak seperti gabungan
antara panggung arena dan proscenium.
a) Border
Pembatas yang terbuat dari kain. Dapat dinaikkan dan diturunkan. Fungsinya untuk
memberikan batasan area permaianan yang digunakan.
b) Backdrop
Layar paling belakang. Kain yang dapat digulung atau diturun-naikkan dan membentuk
latar belakang panggung.
c) Batten
Disebut juga kakuan. Perlengkapan panggung yang dapat digunakan untuk meletakkan
atau menggantung benda dan dapat dipindahkan secara fleksibel.
d) Penutup/flies
Bagian atas rumah panggung yang dapat digunakan untuk menggantung set dekor serta
menangani peralatan tata cahaya.
g) Tirai besi
Satu tirai khsusus yang dibuat dari logam untuk memisahkan bagian panggung dan
kursi penonton. Digunakan bila terjadi kebakaran di atas panggung. Tirai ini diturunkan
sehingga api tidak menjalar keluar dan penonton bisa segera dievakuasi.
j) Layar panggung
Tirai kain yang memisahkan panggung dan ruang penonton. Digunakan (dibuka) untuk
menandai dimulainya pertunjukan. Ditutup untuk mengakhiri pertunjukan. Digunakan
juga dalam waktu jeda penataan set dekor antara babak satu dengan lainnya.
k) Trap jungkit
Area permainan atau panggung yang biasanya bisa dibuka dan ditutup untuk
keluarmasuk pemain dari bawah panggung.
l) Tangga.
Digunakan untuk naik ke bagian atas panggung secara cepat. Tangga lain, biasanya
diletakkan di belakang atau samping panggung sebelah luar.
m) Apron
Daerah yang terletak di depan layar atau persis di depan bingkai proscenium.
n) Bawah panggung
Digunakan untuk menyimpan peralatan set. Terkadang di bagian bawah ini juga
terdapat kamar ganti pemain.
o) Panggung
Tempat pertunjukan dilangsungkan.
p) Orchestra Pit
Tempat para musisi orkestra bermain. Dalam beberapa panggung proscenium, orchestra
pit tidak disediakan.
q) FOH (Front Of House) Bar
Baris lampu yang dipasang di atas penonton. Digunakan untuk lampu spot.
r) Langit-langit akustik
Terbuat dari bahan yang dapat memproyeksikan suara dan tidak menghasilkan gema.
s) Ruang pengendali
Ruang untuk mengendalikan cahaya dan suara (sound system).
t) Bar
Tempat menjual makan dan minum untuk penonton selama menunggu pertunjukan
dimulai.
u) Foyer
Ruang tunggu penonton sebelum pertunjukan dimulai atau saat istirahat.
v) Tangga
Digunakan untuk naik dan turun dari ruang lantai satu ke ruang lantai lain.
w) Auditorium (house)
Ruang tempat duduk penonton di panggung proscenium. Istilah auditorium sering juga
digunakan sebagai pengganti panggung proscenium itu sendiri. X Ruang ganti pemain.
Ruang ini bisa juga terletak di bagian bawah belakang panggung.
2.4 Tata Cahaya
Pencahayaan pada dasarnya pencahayaan diperlukan sebelumdan setelah pertunjukkan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan pencahayaan adalah:
System pencahayaan tidak boleh menyilaukanmata maksimal 150 lux dan tidak
bolehbergetar
Tersedia cukup cahaya untuk kegiatanpembersihan gedung pertunjukkan. Kekuatan
penerangan pada tangga adalah 3 fc.7.
Cahaya adalah unsur tata artistik yang paling penting dalam pertunjukan teater. Tanpa
adanya cahaya maka penonton tidak akan dapat menyaksikan apa-apa. Dalam pertunjukan era
primitif manusia hanya menggunakan cahaya matahari, bulan atau api untuk menerangi. Sejak
ditemukannya lampu penerangan manusia menciptakan modifikasi dan menemukan hal-hal
baru yang dapat digunakan untuk menerangi panggung pementasan. Seorang penata cahaya
perlu mempelajari pengetahuan dasar dan penguasaan peralatan tata cahaya. Pengetahuan dasar
ini selanjutnya dapat diterapkan dan dikembangkan dalam pelanataan cahaya untuk
kepentingan artistik pemanggungan.
a. Penerangan
Inilah fungsi paling mendasar dari tata cahaya. Lampu memberi penerangan pada
pemain dan setiap objek yang ada di atas panggung. Istilah penerangan dalam tata
cahaya panggung bukan hanya sekedar memberi efek terang sehingga bisa dilihat tetapi
memberi penerangan bagian tertentu dengan intensitas tertentu. Tidak semua area di
atas panggung memiliki tingkat terang yang sama tetapi diatur dengan tujuan dan
maksud tertentu sehingga menegaskan pesan yang hendak disampaikan melalui laku
aktor di atas pentas.
b. Dimensi
Dengan tata cahaya kedalaman sebuah objek dapat dicitrakan. Dimensi dapat
diciptakan dengan membagi sisi gelap dan terang atas objek yang disinari sehingga
membantu perspektif tata panggung. Jika semua objek diterangi dengan intensitas yang
sama maka gambar yang akan tertangkap oleh mata penonton menjadi datar. Dengan
pengaturan tingkat intensitas serta pemilahan sisi gelap dan terang maka dimensi objek
akan muncul. Pemilihan. Tata cahaya dapat dimanfaatkan untuk menentukan objek dan
area yang hendak disinari. Jika dalam film dan televisi sutradara dapat memilih adegan
menggunakan kamera maka sutradara panggung melakukannya dengan cahaya. Dalam
teater, penonton secara normal dapat melihat seluruh area panggung, untuk memberikan
fokus perhatian pada area atau aksi tertentu sutradara memanfaatkan cahaya. Pemilihan
ini tidak hanya berpengaruh bagi perhatian penonton tetapi juga bagi para aktor di atas
pentas serta keindahan tata panggung yang dihadirkan.
c. Atmosfir
Yang paling menarik dari fungsi tata cahaya adalah kemampuannya menghadirkan
suasana yang mempengaruhi emosi penonton. Kata “atmosfir” digunakan untuk
menjelaskan suasana serta emosi yang terkandung dalam peristiwa lakon. Tata cahaya
mampu menghadirkan suasana yang dikehendaki oleh lakon. Sejak ditemukannya
teknologi pencahayaan panggung, efek lampu dapat diciptakan untuk menirukan
cahaya bulan dan matahari pada waktu-waktu tertentu. Misalnya, warna cahaya
matahari pagi berbeda dengan siang hari. Sinar mentari pagi membawa kehangatan
sedangkan sinar mentari siang hari terasa panas. Inilah gambaran suasana dan emosi
yang dapat dimunculkan oleh tata cahaya.
A) Definisi Akustik
Akustik adalah suatu bidang ilmu pengetahuan yang secara khusus
mempelajari tentang karakteristik suara dan pengaturan serta pengkondisian tata
suara, berikut segala efek-efek yang ditimbulkan oleh suara tersebut terhadap para
penikmatnya. Dalam lingkup arsitektur, cakupannya menjadi lebih luas lagi.
Termasuk didalamnya segala hal yang menyangkut bentuk-bentuk rancangan fisik
dari sebuah ruang atau bangunan yang dimanfaatkan untuk fungsi tata suara guna
memperoleh kuantitas dan kualitas akustik yang optimal. (Susanto, 2105)
B) Waktu Dengung
Waktu Dengung (Reverberation Time – RT). RT seringkali dijadikan acuan
awal dalam mendesain akustika ruangan sesuai dengan fungsi ruangan tersebut. RT
menunjukkan seberapa lama energi suara dapat bertahan di dalam ruangan, yang
dihitung dengan cara mengukur waktu peluruhan energi suara dalam ruangan.
Waktu peluruhan ini dapat diukur menggunakan konsep energi tunak maupun
energi impulse.RT yang didapatkan berdasarkan konsep energi tunak dapat
digunakan untuk memberikan gambaran kasar, waktu dengung ruangan tersebut
secara global.RT jenis ini dapat dihitung dengan mudah, apabila kita memiliki data
Volume dan Luas permukaan serta karakteristik absorpsi setiap permukaan yang
ada dalam ruangan. Sedangkan RT yang berbasiskan energi impulse, didapatkan
dengan cara merekam response ruangan terhadap sinyal impulse yang dibunyikan
didalamnya. Dengan cara ini, RT di setiap titik dalam ruangan dapat diketahui
dengan lebih detail bersamaan dengan parameter-parameter akustik yang lainnya.
Adapun rumus untuk menghitung waktu dengung adalah
𝟎,𝟏𝟔𝒙𝑽
𝑹𝑻 = 𝑨
𝑨 = 𝒙𝑺
Keterangan
RT = Reverberation Time
V = Volume
A = total absorbtion
= Absorb coefficient(pada 500 Hz)
S = Surface area
2.8 BAHAN PENYERAP SUARA (Absorption Material)
Bahan Penyerap Suara memiliki tugas penting didalam mengendalikan medan suara
didalam ruangan sesuai dengan fungsi ruangan tersebut. Bahan penyerap suara ini
seringkali disebut sebagai material kedap suara, sebuah istilah yang menurut hemat penulis
adalah sebuah istilah yang tidak tepat. Dalam sebuah konsep akustik ruangan, harus
dibedakan antara fungsi kedap (sound proofing) dan fungsi pengendalian (sound
controling). Dalam kedua fungsi, diperlukan bahan penyerap suara ini.
Ada dua tipe utama bahan penyerap suara, yaitu Bahan Penyerap Suara Berpori (Porous
Absorber) dan Bahan Penyerap Suara tipe Resonansi (resonant Absorber). Kedua tipe
penyerap suara ini berbeda dalam hal mekanisme penyerapan energi suara.
Bahan berpori seperti karpet, korden, foam, glasswool, rockwool, cellulose fiber, dan
material lunak lainnya, menyerap energi suara melalui energi gesekan yang terjadi antara
komponen kecepatan gelombang suara dengan permukaan materialnya. Bahan penyerap
suara tipe ini akan menyerap energi suara lebih besar di frekuensi tinggi.
Tipikal kurva karakteristik penyerapan energi suaranya sebagai fungsi frekuensi, dapat
dilihat pada gambar berikut:
Bahan penyerap suara ini akan menyerap energi suara lebih besar pada frekuensi rendah
atau menengah, apabila jarak material ke dinding atau ketebalan material bila ditempel
langsung ke dinding lebih besar daripada seperempat panjang gelombang yang ingin
dikendalikan, sebagai mana terlihat pada kurva berikut:
(c) D.M. Howard & J. Angus: Acoustics and Psychoacoustics, 3rd ed.
Bahan penyerap suara tipe resonansi seperti panel kayu tipis, menyerap energi suara
dengan cara mengubah energi suara yang datang menjadi getaran, yang kemudian diubah
menjadi energi gesek oleh material berpori yang ada di dalamnya (misal oleh udara, atau
material berpori). Ini berarti, material tipe ini lebih sensitif terhadap komponen tekanan
dari gelombang suara yang datang, sehingga lebih efektif apabila ditempelkan pada
dinding. Bahan penyerap tipe ini lebih dominan menyerap energi suara ber frekuensi
rendah. Frekuensi resonansi bahan ini ditentukan oleh kerapatan massa dari panel dan
kedalaman (tebal) rongga udara dibaliknya . Tipikal respon frekuensi bahan penyerap tipe
ini adalah sebagai berikut:
Tipe lain dari bahan penyerap suara ini adalah apa yang disebut sebagai Resonator
Helmholtz. Efektifitas bahan penyerap suara tipe ini ditentukan oleh adanya udara yang
terperangkap di “pipa atau leher” diatas bidang berisi udara (bentukan seperti leher botol
dsb). Permukaan berlobang menjadi ciri utama resonator yang bekerja pada frekuensi
tertentu, tergantung pada ukuran lubang, leher, dan volume ruang udaranya.
Apabila diinginkan sebuah dinding yang memiliki frekuensi kerja yang lebar (rendah,
menengah, dan tinggi), maka harus digunakan gabungan ketiga bahan penyerap suara
tersebut. Kombinasi antara proses gesekan dari komponen kecepatan gelombang suara dan
resonansi dari komponen tekanan gelombang suara, akan membuat kinerja penyerapan
energi suara oleh dinding atau partisi besar untuk seluruh daerah frekuensi.
2.8.2 Stagger
Untuk memberikan visibiltas yang baik setiap kursi, maka tidak diperbolehkan
adanya penghalang didepan penonton.
2.8.8 Dinding
Dinding gedung pertunjukkan dibuat anti gemasuara dengan menerapkan sistem
“acoustic”dengan maksud:
mencegah gema suara yang memantul dan menggaduhkan bunyi asli
mencegah penyerapan suara (absorpsi) sehingga suara hilang dan menjadi
kurang jelas.
membantu resonansi (menguatkan suara).
2.8.9 Lantai
Lantai dibuat dari bahan yang kedap air, keras,tidak licin dan mudah
dibersihkan.
Kemiringan dibuat sedemikian rupa sehingga pemandangan penonton yang
dibelakang tidak terganggu oleh penonton yang didepan.
2.8.10 Ventilasi
Ventilasi untuk gedung bioskop adalah penting oleh karena untuk mengatur sirkulasi
udara, agar udara kotor dalam ruangan keluar dan udara bersih masuk sehingga
penonton merasa nyaman.Untuk atau kamar normal 27˚C dan kelembaban yang baik adalah
40%”. (Soebagio Reksosoebroto, 2009) “Suhu ruangan antara 20˚C-25˚C, dengan
kelembaban diantara40%-50%”.(Rudi Gunawan, 2008)
Sistem ventilasi pada umumnya terbagi atas dua yaitu:
LOKASI
7M 9M
Denah
Potongan AA
Potongan BB
Perspektif
Axonometri
TAMPAK SELATAN
BAB IV
ANALISA
4.1 Analisa Akustik
Untuk mendapatkan kondisi akustik yang baik maka material pada ruangan perlu di
perhatikan dari lantai, dinding, plafon, dan furniture. Kemudian perlu dilakukan penghitungan
luas dari material tersebut, lalu bisa menghitung berapa banyak tingkat absorbsi frekuensi agar
ruangan auditorium tersebut dapat digunakan maksimal untuk ruangan pertunjukan orkestra.
: Suara asli
: Suara pantulan
Perbaikan ruang:
auditorium untuk ruang teater dan ruang pameran tidak mengubah seluruh bentuk awal
auditorium, hanya membagi ruang audotirum menjadi dua ruang terpisah, dengan bentuk masa
balok sebagai ruang pameran dan bentuk masa tabung sebagai ruang teater.
PAMERAN TEATER
Ukuran ruang pameran: Ukuran ruang pameran:
Panjang 24m Lebar 24m
Diamater 24m tinggi 9m
Tinggi 5m
𝟎, 𝟏𝟔𝒙𝑽 Keterangan :
𝑹𝑻 =
𝑨 RT = Reverberation Time
𝑨 = 𝒙𝑺 V = Volume
A = total absorbtion
𝟎, 𝟏𝟔 𝒙 𝟕𝟒𝟖𝟖
𝑨= = Absorb coefficient(pada
𝟏, 𝟖 500 Hz)
A = 665,6
S = Surface are
4.1.2 Nilai Absorbsi Akustik
Nilai absorsi elemen bangunan Auditorium :
Dinding Bahan P L Unit Luas (s) ɑ A=ɑxS
Barat
Tembok Bata, cat, 40 7 1 280 0,02 5,6
Jendela Kaca 3,5 1,5 4 21 0,2 4,2
Gypsum Gypsum 32 2,4 1 81,84 0,02 1,6368
Hordeng Kain 4 1,7 4 27,2 0,1 2,72
Ventilasi Kayu 3,5 0,5 8 14 0,2 2,8
List lantai Teraso 32 0,1 1 3,2 0,01 0,032
Kolom beton 0,3 4,1 7 9,758 0,3 2,9274
Timur
Tembok Bata, cat 40 7 1 280 0,02 5,6
Jendela Kaca 3,5 1,5 3 15,75 0,2 3,15
Hordeng Kain 4 1,7 4 27,2 0,1 2,72
Gypsum Gypsum 32 2,4 1 71,76 0,02 1,4352
Ventilasi Kayu 3,5 0,5 8 14 0,2 2,8
Pintu Kayu 2,1 1,6 3 10,08 0,2 2,016
List Lantai teraso 32 0,1 1 3,2 0,01 0,032
Kolom beton 0,3 4,1 7 9,758 0,3 2,9274
Utara
Tembok Plesteran 24 7 1 168 0,02 3,36
List Plafon Triplek 26 1,5 1 39 0,15 5,85
Podium Beton 18,6 0,8 1 14,88 0,3 4,464
Pintu Kayu 2,1 0,8 2 3,36 0,2 0,672
Lambang Kaca 2 2 1 4 0,2 0,8
List lantai teraso 45,9 0,1 1 4,59 0,01 0,0459
Selatan
Tembok Plesteran 24 7 1 168 0,02 3,36
Gypsum Gypsum 24 2,4 1 32,4 0,02 0,648
Jendela Kaca 3,5 1,5 6 31,5 0,2 6,3
Hordeng Kain 4 1,5 6 36 0,1 3,6
Pintu Kayu 3 2,1 4 25,2 0,2 5,04
List Lantai teraso 24 0,1 1 2,4 0,01 0,024
Kolom beton 0,3 4,1 5 10,098 0,3 3,0294
Langit2
Triplek Triplek 24 40 1 960 0,15 144
Lantai 0
Lantai Teraso 40 24 1 960 0,01 9,60
Dinding podium beton 18,6 0,3 1 5,58 0,3 1,674
JUMLAH 233,0641
- jumlah yang nilai absorbsi seharusnya pada ruang auditorium adalah 665,6
- namu berdasarkan perhitungan absorbsi ruang auditorium hanya 233,1
- selisih nilai absorbsi 432.5
Selising absorbsi masih lah sangat banyak sehingga ruangan auditorium belum
memenuhi standart ruang akustik yang baik.
PERBAIKAN RUANG
4.1.2.1 Pameran
Tangga keluar
dari ruang Pintu keluar
teater
AREA PAMERAN 24
Tangga
penghubung 24
menuju ruang
teater
Pintu masuk
Denah
Absorbsi Akustik Ruang Pameran
𝟎, 𝟏𝟔𝒙𝑽 Keterangan :
𝑹𝑻 = RT = Reverberation Time
𝑨
V = Volume
𝑨 = 𝒙𝑺
A = total absorbtion
𝟎, 𝟏𝟔 𝒙 𝟐𝟖𝟖𝟎 = Absorb coefficient(pada
𝑨=
𝟏, 𝟔 500 Hz)
A = 288
S = Surface are
Nilai absorsi elemen bangunan :
Dinding Bahan P L Unit Luas (s) ɑ A=ɑxS
Barat
Tembok Bata, cat, 24 5 1 120 0,02 2,4
Jendela Kaca 3,5 1,5 4 21 0,2 4,2
Hordeng Kain 4 1,7 4 27,2 0,1 2,72
Gypsum Gypsum 24 2,4 1 57,6 0,02 1,152
List lantai Teraso 24 0,1 1 2,4 0,01 0,024
Kolom beton 0,4 0,4 6 0,16 0,3 0,288
Timur
Tembok Bata, cat 24 5 1 120 0,02 2,4
Jendela Kaca 3,5 1,5 4 21 0,2 4,2
Hordeng Kain 4 1,7 4 27,2 0,1 2,72
Gypsum Gypsum 24 2,4 1 57,6 0,02 1,152
List Lantai teraso 24 0,1 1 2,4 0,01 0,024
Kolom beton 0,4 0,4 6 0,16 0,3 0,288
Utara
Tembok Plesteran 18 5 1 90 0,02 1,18
List Plafon Triplek 26 1,5 1 39 0,15 5,85
Gypsum Gypsum 24 2,4 1 57,6 0,02 1,152
Lambang Kaca 2 2 1 4 0,2 0,8
List lantai teraso 24 0,1 1 2,4 0,01 0,024
Selatan
Tembok Plesteran 18 5 1 90 0,02 1,18
Gypsum Gypsum 24 2,4 1 57,6 0,02 1,152
List Lantai teraso 24 0,1 1 2,4 0,01 0,024
Langit2
Gypsum Gypsum 24 24 1 576 0,02 11,52
Lapisan Busa telu + 24 24 1 576 0,38 218,88
plafont glaswool
kuning
Lantai 0
Lantai Teraso 24 24 1 576 0,01 5,76
JUMLAH 269,09
- jumlah yang nilai absorbsi seharusnya pada ruang auditorium adalah 288
- namu berdasarkan perhitungan absorbsi ruang auditorium hanya 269,09
- selisih nilai absorbsi 18,91
Tangga
menghubungkan
dengan bawah
AREA TEATER
Tangga
menghubungkan
tribun bangku
atas Tangga
menghubungkan
dengan bawah
𝟎, 𝟏𝟔𝒙𝑽 Keterangan :
𝑹𝑻 = RT = Reverberation Time
𝑨
V = Volume
𝑨 = 𝒙𝑺
A = total absorbtion
𝟎, 𝟏𝟔 𝒙 𝟒𝟎𝟔𝟗, 𝟒𝟒 = Absorb coefficient(pada
𝑨=
𝟏, 𝟐𝟓 500 Hz)
A = 520,8 S = Surface are
- jumlah yang nilai absorbsi seharusnya pada ruang auditorium adalah 520,8
- namun berdasarkan perhitungan absorbsi ruang auditorium hanya 484,84
- selisih nilai absorbsi 35,96
Selising absorbsi terbilang sedikit sehingga ruangan teater auditorium sudah
memenuhi standar ruang akustik yang baik.
Dik:
o Kebutuhan tingkat pencahayaan : 500 lux
o Luas ruang : 576m²
o Faktor maintenence: 0.8
o Jumlah lampu tiap fixture : 4
o Lumen tiap lampu : 3000
o CU : 0,75
Dit: Jumlah fixture:?
Jumlah fixture : Kebutuhan tingkat pencahayaan X luas ruangan
Faktor maintenence x jml lampu tiap fixture x Lmn. tiaplampu X CU
: 500 lux X 576m²
0,8 X 4 X 3000 X 0,75
: 288.000
7200
: 40 (lampu TL)
2
2
2
2
2
24 2
2
2
2
2
2
2
4 4 4 4 4 4
24
Pencahayaan Ruang Teater
RCR (Room Cavity Ratio)
RCR = 0,8 x (tinggi ruangan-tinggi meja) x keliling ruangan
Luas ruangan
= 0,8 x 8,2 x 2 𝜋 r
𝜋𝑟 2
= 0,8 x 8,2 x 2 x 3,14 x 12
3,14 x 144
= 494,3
452,16
= 1,09 (dibulatkan menjadi 1)
Jumlah lampu
Dik:
- Kebutuhan tingkat pencahayaan : 400 lux
- Luas ruang : 452,16 m²
- Faktor maintenence: 0.8
- Jumlah lampu tiap fixture : 1
- Lumen tiap lampu : 5800
- CU : 0,71
-
Dit: Jumlah fixture:?
Jumlah fixture : Kebutuhan tingkat pencahayaan X luas ruangan
Faktor maintenence X jml lampu tiap fixture X Lumen tiaplampu X CU
: 400 lux X 452,16 m²
0,8 X 5800 X 0,71
: 180864
3294,4
: 54,9 (digenapkan dapat menjadi 54/56 lampu LED downlight)
Perletakan Almatur lampu
Peletakan lampu disesuaikan dengan arah kursi dan arah jalan penonton dengan
jarak antar lampu 2m dengan jumlah total lampu 56 lampu pada ruang teater.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari analisa bangunan ruang auditorium masih terdapat keruangan yang belum
memenuhi kenyamanan standar akustik dan pencahayaan sebagai ruang teater yang baik,
diantaranya:
Selain ketiga masalah tersebut, terdapat masalah lainnya yaitu: bentuk bangunan yang standar
tidak menimbulkan kesan bahwa audoterium beralih fungsi menjadi gedung teater, sehingga
perlu perubahan bentuk masa auditorium
5.2 Saran
Pada kali ini ruangan auditorium beralih fungsi dengan membuat arahan desain yang
menggabungkan dua konsep ruang, yakni ruang teater dan ruang pameran
glasswool kuning
Lapisan Panel Akustik Dinding