Anda di halaman 1dari 17

KISI-KISI SENI TARI KELAS XI

1. Evaluasi Gerak Tari Kreasi Berdasarkan Teknik Tata Pentas

2. Teknis Tata Pentas yang meliputi


a. Tata Panggung jenis-jenis panggung
1)a. Panggung Prosenium atau Panggung Pigura

b. Tata Dekorasi
c. Tata Pencahayaan atau lampu. Lampu yang sering di pakai dalam
d. Tata Busana macam-macam busana dan istilah dalam busana seperti
blangkon, kace, siger dll
e. Tata Rias jenis-jenis tata rias seperti

3. Mendeskripsikan Tari Kreasi Baru berdasarkan Teknik Tata Pentas

4. Mengevaluasi Bentuk, Jenis, Nilai Estetis, Fungsi, Dan Tata Pentas dalam
Karya Tari Kreasi yang meliputi
a. Bentuk-bentuk tata pentas
b. Jenis-jenis tata pentas
c. Nilai Estetis dalam Pertunjukan Tari
d. Fungsi Pementasan dalam Tari
e. Pengembangan gerak tari kreasi
f. Evaluasi
g. Penulisan tentang tata teknik pentas
1. Tata Teknik Pentas
Tata Teknik Pentas adalah cara bagaimana membuat menyusun pentas atau tempat pertunjukan
cara menata panggung atau tempat pertunjukan. Jadi tata teknik pentas adalah cara menata
panggung untuk sebuah pertunjukan. Seorang yang melakukan tata teknik pentas atau penataan
sebuah panggung disebut sebagai seorang kreator. Tata pentas bisa disebut juga dengan scenery
atau pemandangan latar belakang (Background) tempat memainkan lakon. Tata pentas dalam
pengertian luas adalah suasana seputar gerak laku di atas pentas dan semua elemen-elemen
visual atau yang terlihat oleh mata yang mengitari pemeran dalam pementasan. Tata pentas
dalam pengertian teknik terbatas yaitu benda yang membentuk suatu latar belakang fisik dan
memberi batas lingkungan gerak laku. Dengan mengacu pada definisi di atas dapat ditarik suatu
pengertian bahwa tata pentas adalah semua latar belakang dan benda-benda yang ada dipanggung
guna menunjang seorang pemeran memainkan lakon.

Sebelum melakukan sebuah penataan alangkah lebih tepatnya bila seorang kreator
mempunyai konsep untuk melandasi penataan yang akan dilakukan pada sebuah
pertunjukan,dimana konsep merupakan sebuah kompas yang mampu memberikan suatu petunjuk
dan gambaran bagi seorang penata panggung. Suatu konsep dapat kita buat dengan merancang
atau membahas tentang pertunjukan apa yang akan dipertujukan atau dipentaskan. Misal katakan
saja kita akan mementaskan sebuah pertujukan tari, tari yang dimaksud disini adalah tari
kontemporer kemudian setelah itu kita akan menentukan tema yang akan diangkat, misal
temanya tentang sebuah permainan rakyat,permainan rakyat yang seperti apa yang akan diangkat
dan permainan rakyat daerah mana.

Cara Menata: Terlebih dahulu merancang / membuat konsep setelahnya mengarah pada
Teknik perencanaan apa yang akan dibuat sehingga menjadi sebuah tempat pertunjukan.
Perencanaan : Contoh perencanaan Pentas / Pertunjukan untuk Tari, Pertunjukan Tari seperti apa
kita Buat, Sebut saja KONTEMPORER kemudian pemilihan Tema / Cerita. Pada Tarian.

Setelah masuk pada material yang digunakan seperti.  Penata Pentas : Pentas / Pertunjukan yang
mau diselenggarakan Menurut kebutuhan , Pentas / Pertunjukan diselenggarakn IN DOOR
(Lingkungan / Alam) / OUT DOOR (Gedung Pertunjukan).

 
·       Pengetahuan Tata Pentas

Sebelum memahami lebih jauh tentang tata pentas, kita perlu mengetahui apa yang
dimaksud pentas itu sendiri. Pentas menurut Pramana Padmodarmaya ialah tempat
pertunjukan dengan pertunjukan kesenian yang menggunakan manusia (pemeran)
sebagai media utama. Dalam hal ini misalnya pertunjukan tari, teater tradisional                            
(ketoprak, ludruk, lenong, longser, randai makyong, mendu, mamanda, arja dan
lain sebagainya), sandiwara atau drama nontradisi baik sandiwara baru maupun
teater kontemporer. Webster mendefinisikan pentas sebagai suatu tempat yang tinggi
dimana lakon-lakon drama dipentaskan atau suatu tempat dimana para aktor bermain.
Sedang W.J.S. Purwadarminta dalam kamus umum bahasa Indonesia menerangkan pentas
sebagai lantai yang agak ketinggian dirumah (untuk tempat tidur) ataupun di dapur (untuk
memasak). Dengan demikian kalau disimpulkan pentas adalah suatu tempat dimana para
penari atau pemeran menampilkan seni pertunjukan dihadapan penonton.
Selain istilah pentas kita mengenal istilah panggung. Panggung menurut
Purwadarminta ialah lantai yang bertiang atau rumah yang tinggi atau lantai yang berbeda
ketinggiannya untuk bermain sandiwara, balkon atau podium. Dalam seni pertunjukan
panggung dikenal dengan istilah Stage melingkupi pengertian seluruh panggung. Jika
panggung merupakan tempat yang tinggi agar karya seni yang diperagakan diatasnya dapat
terlihat oleh penonton, maka pentas juga merupakan suatu ketinggian yang dapat
membentuk dekorasi, ruang tamu, kamar belajar, rumah adat dan sebagainya. Jadi beda
panggung dengan pentas ialah pentas dapat berada diatas panggung atau dapat pula di
arena atau lapangan.
Dari pengertian di atas dapat dijelaskan, pentas merupakan bagian dari panggung
yaitu suatu tempat yang ditinggikan yang berisi dekorasi dan penonton dapat jelas melihat.
Dalam istilah sehari-hari sering disebut dengan panggung pementasan, dan apabila suatu
seni pertunjukan dipergelarkan tanpa menggunakan panggung maka disebut arena
pementasan. Sehingga pementasan dapat diadakan diarena atau lapangan. Kini yang
dianggap pentas bagi seni pertunjukan kontemporer tidak saja berupa panggung yang biasa
terdapat pada sebuah gedung akan tetapi keseluruhan dari pada gedung itulah pentas, yakni
panggung dan tempat orang menonton. Sebab pada penampilan seni pertunjukan tokoh
dapat saja turun berkomunikasi dengan penontonnya atau ia dapat muncul dari arah
penonton. Seperti istilah Shakespeare bahwa seluruh dunia ini adalah pentas (all the
word’s stage). Dengan begitu bisa saja setiap lingkungan masyarakat memiliki sebuah
pentas yang memadai dan sesuai untuk mementaskan sebuah seni pertunjukan.

Salah satu unsur artistik dalam teater adalah tata panggung atau biasa disebut set dekor.
Fungsi tata panggung selain memperindah penampakan pentas juga memberikan ruang
bagi pemeran. Tetapi fungsi yang paling penting dari tata panggung adalah memperkuat
permainan para aktor. Artinya, kehadiran tata panggung tidak hanya sekedar
mempercantik tetapi menegaskan laku aksi yang disajikan oleh para aktor di atas pentas.
Tidak ada gunanya menata dan menghias panggung dengan baik tetapi justru
menenggelamkan para pemain.

Tata panggung dalam teater dapat menegaskan makna sehingga pesan yang hendak
disampaikan menjadi semakin jelas ditangkap oleh para penonton. Kejelasan makna
pesan memang bukan tanggung jawab tata panggung tetapi ruang untuk menyampaikan
pesan itu disediakan oleh seniman tata panggung. Oleh karena itu, kerja sama sangat
dibutuhkan antara penata panggung dengan sutradara atau konseptor pementasan.
Maksud dan tujuan pementasan harus menjadi satu kesatuan dengan tampilan tata
panggung.
Secara lebih mendalam, tata panggung jika digarap dengan seksama mampu
menghadirkan suasana, memberi hidup pementasan serta menguatkan karakter pemeran.
Hal-hal tersebut tidak dapat ditangkap mata secara langsung tetapi pengaruhnya dapat
dirasakan baik oleh para pemain maupun penonton. Tata panggung adalah keajaiban
tersendiri yang dihadirkan selain permainan para aktor. Keajaiban yang mengubah
panggung menjadi lukisan hidup dan indah untuk lama-lama ditatap. Untuk dapat
menghadirkan tata panggung seperti tertulis di atas, diperlukan kesungguhan kerja serta
niat mempelajari hal-hal baru dan segala hal yang berkaitan dengan seni tata panggung.

2. Tata Panggung
Panggung adalah tempat berlangsungnya sebuah pertunjukan dimana interaksi antara kerja
penulis lakon, sutradara, dan aktor ditampilkan di hadapan penonton. Jenis panggung yang sering
digunakan adalah, panggung proscenium, panggung arena dan  panggung thrust, Dengan
memahami bentuk dari masingmasing panggung inilah, penata panggung dapat merancangkan
karyanya berdasar lakon yang akan disajikan dengan baik.

1.     Proscenium

Panggung proscenium bisa juga disebut sebagai panggung bingkai karena penonton menyaksikan
aksi aktor dalam lakon melalui sebuah bingkai atau lengkung proscenium.

2.      Arena

Panggung arena adalah panggung yang penontonnya melingkar atau duduk mengelilingi
panggung, Penonton sangat dekat  sekali dengan pemain. Agar semua pemain dapat terlihat dari
setiap sisi maka penggunaan set dekor berupa bangunan tertutup vertikal tidak diperbolehkan
karena dapat menghalangi pandangan penonton. Panggung arena biasanya dibuat secara terbuka
(tanpa atap) dan tertutup.

 Bentuk-bentuk panggung:
·   Bentuk segi empat, jenis panggung yang perletakan panggung perunjukan berada di salah satu
sisi yang lain. Kondisi ini menyebabkan penonton yang berada di arena samping akan merasa
kesulitan menikmati pertunjukan kesenian.
·   Bentuk kipas (melingkar), jenis panggung yang menjadikan ruang penonton melingkari
panggung pertunjukan.
·   Bentuk tapak kuda, jenis panggung ini akan memantulkan gelombang bunyi secara memusat
disisi tengah ruangan, karena permukaaan dinding yang berbentuk cekung.
·   Bentuk tak beraturan,jenis panggung ini tercipta untuk memenuhi aspek kenyaman
visual,pencahayaan dan akustik.dinding ruangan dibuat tak beraturan agar dapat menyerap bunyi
ataupun memantulkan gelombang bunyi yang dibutuhkan dengan baik.
·   Auditorium, jenis panggung ini berada di tengah,dengan auditorium terletak mengelilingi
panggung pertunjukan. Dengan begitu kemampuan arah hadap pementas, maka ia akan
menghadap ke penonton.
·   Auditorium transverse stage, jenis panggung ini memiliki bentuk yang sangat sederhana dengan
meletakan panggung pertunjukan dan tempat duduk penonton saling berhadapan.
·   Panggung terbuka, jenis panggung ini memiliki ruang utama dan ruang penonton terletak saling
berhadapan. Terkadang ruang utama juga dikelilingi ruang penonton.
·   Ruang arena/panggung arena, jenis panggung ini berupa teater melingkar yang dikembangkan
dari bentuk amphitheatre klasik berupa bentuk radial. Ruang penonton berada di sekeliling ruang
utama.
 
   Proscenim, jenis panggung ini dapat disebut sebagai panggung bingkai karena penonton
menyaksikan aksi aktor dalam lakon melalui sebuah bingkai atau lengkungan proscenium.
Dalam panggung ini drop/siklorama dan wing yang terbuat dari kain hitam , serta balkon (posisi
penonton di atas samping) Masing-masing bentuk memiliki keunikannya tersendiri tetapi
semuanya memiliki tujuan yang sama yaitu mendekatkan pemain dengan penonton.
Panggung Arena terbagi menjadi 2 yaitu Full arena dan semi arena.
1.     Full arena : Bentuk segiempat, bentuk melingkar panggung pertunjukan berada di salah satu sisi
yang lain. Kondisi ini menyebabkan penonton yang berada di salah satu sisi dan ruang penonton
berada disisi yang lain. Kondisi ini menyebabkan penonton yang berada di arena samping akan
merasa kesulitan menikmati pertunjukan kesenian.
2.     Semi arena
·       Later U
·       Tapal Kuda
·       Later
3.       Thrust
Panggung thrust seperti panggung proscenium tetapi dua per tiga bagian depannya menjorok ke arah
penonton. Pada bagian depan yang menjorok ini penonton dapat duduk di sisi kanan dan kiri
panggung, Panggung thrust nampak seperti gabungan antara panggung arena dan proscenium.
 
Bagian-bagian Panggung
a.      Panggung teater, Bagian yang paling kompleks dan memiliki fungsi artistik
pendukung pertunjukan adalah bagian panggung. Masing-masing memiliki
fungsinya sendiri. Seorang penata panggung harus mengenal bagian-bagian
panggung secara mendetil. Yaitu :
1.     Border adalah Pembatas yang terbuat dari kain. Dapat dinaikkan dan
diturunkan, Fungsinya untuk memberikan batasan area permaianan yang
digunakan.
2.     Backdrop. Layar paling belakang. Kain yang dapat digulung atau diturun-
naikkan dan membentuk latar belakang panggung.
3.     Batten. Disebut juga kakuan. Perlengkapan panggung yang dapat
digunakan untuk meletakkan atau menggantung benda dan dapat
dipindahkan secara fleksibel.
4.     Penutup/flies. Bagian atas rumah panggung yang dapat digunakan untuk
menggantung set dekor serta menangani peralatan tata cahaya.
5.     Rumah panggung (stage house). Seluruh ruang panggung yang meliputi
latar dan area untuk tampil.
6.     Catwalk (jalan sempit). Permukaan, papan atau jembatan yang dibuat di
atas panggung yang dapat menghubungkan sisi satu ke sisi lain sehingga
memudahkan pekerja dalam memasang dan menata peralatan.
7.     Tirai besi. Satu tirai khsusus yang dibuat dari logam untuk memisahkan
bagian panggung dan kursi penonton. Digunakan bila terjadi kebakaran di
atas panggung. Tirai ini diturunkan sehingga api tidak menjalar keluar
dan penonton bisa segera dievakuasi.
8.     Latar panggung atas. Bagian latar paling belakang yang biasanya
digunakan untuk memperluas area pementasan dengan meletakkan
gambar perspektif.
9.     Sayap (side wing). Bagian kanan dan kiri panggung yang tersembunyi
dari penonton, biasanya digunakan para aktor menunggu giliran sesaat
sebelum tampil.
10.  Layar panggung. Tirai kain yang memisahkan panggung dan ruang
penonton. Digunakan (dibuka) untuk menandai dimulainya pertunjukan.
Ditutup untuk mengakhiri pertunjukan.
11.  Trap jungkit. Area permainan atau panggung yang biasanya bisa dibuka
dan ditutup untuk keluar-masuk pemain dari bawah panggung.
12.  Tangga. Digunakan untuk naik ke bagian atas panggung secara cepat.
Tangga lain, biasanya diletakkan di belakang atau samping panggung
sebelah luar.
13.  Apron. Daerah yang terletak di depan layar atau persis di depan bingkai
proscenium.
14.  Bawah panggung. Digunakan untuk menyimpan peralatan set. Terkadang
di bagian bawah ini juga terdapat kamar ganti pemain.
15.  Panggung adalah Tempat pertunjukan dilangsungkan.
16.  Orchestra Pit. Tempat para musisi orkestra bermain. Dalam beberapa
panggung proscenium, orchestra pit tidak disediakan.
17.  FOH (Front Of House) Bar. Baris lampu yang dipasang di atas penonton.
Digunakan untuk lampu spot.
18.  Langit-langit akustik. Terbuat dari bahan yang dapat memproyeksikan
suara dan tidak menghasilkan gema.
19.  Ruang pengendali. Ruang untuk mengendalikan cahaya dan suara (sound
system).
20.  Bar. Tempat menjual makan dan minum untuk penonton selama
menunggu pertunjukan dimulai.
21.  Foyer. Ruang tunggu penonton sebelum pertunjukan dimulai atau saat
istirahat.
22.  Tangga. Digunakan untuk naik dan turun dari ruang lantai satu ke ruang
lantai lain.
23.  Auditorium (house). Ruang tempat duduk penonton di panggung
proscenium. Istilah auditorium sering juga digunakan sebagai pengganti
panggung proscenium itu sendiri.
24.  Ruang ganti pemain. Ruang ini bisa juga terletak di bagian bawah
belakang panggung
3. Tata Dekorasi
Mementaskan lakon adalah menampilkan visi sutradara. Scenery termasuk dalam penampilan
visi itu. Untuk itu scenery perlu dirancang agar pelaksanaannya dapat membantu/menunjang
pemeran atau memberikan keadaan lingkungan tempat pemeran berada.

A. Pengertian Dekorasi (Scenery) Dekorasi adalah elemen visual yang melingkupi seluruh area
permainan. Elemenelemen visual tersebut antara lain benda-benda alam, tumbuh-tumbuhan,
batu-batuan, dan perabot rumah tangga. Harymawan (1988) Pergelaran teater merupakan suatu
pergelaran yang diperuntukkan bagi penonton untuk dinikmati keindahannya, untuk dinikmati
gerak laku pelaku beserta lingkungannya, untuk diketahui seberapa jauh pengaruh situasi dari
lingkungan tadi terhadap pelaku (peran).

B. Tujuan dan Fungsi Dekorasi

Tujuan dekorasi adalah untuk melatarbelakangi suatu permainan. Fungsi dekorasi adalah untuk
membantu menghidupkan suasana sehingga lakon menjadi hidup. Bila suatu adegan mengambil
lokasi daerah perbukitan, maka digunakan benda-benda alam misalnya gambar pegunungan
dengan berbagai macam pepohonannya sebagai latar belakangnya. Dengan situasi semacam ini,
diharapkan setting tempat akan dapat dimengerti penonton.

C. Perlengkapan Dekorasi Dekorasi yang merupakan sarana pelengkap dalam suatu pergelaran
teater terdiri dari bermacam-macam. Setiap adegan dari suatu lakon yang digelarkan bisa jadi
memerlukan dekor tersendiri sesuai dengan situasi lingkungannya. Yang perlu diperhatikan
adalah bahwa hanya pada teater proscenium sajalah suatu pergelaran dapat menggunakan
dekorasi yang lengkap.

Perlengkapan-perlengkapan teater yang dapat dipergunakan untuk mewujudkan suatu konsep


dekorasi ada beberapa seperti tersebut di bawah ini.

1. Drop terbuat dari lembaran kain, baik yang ada lukisannya maupun yang tidak. Pada
kelompok teater tradisional drop ini dilukis dan digunakan sebagai lata belakang suatu adegan.
Drop ini dipasang menggantung dan dapat dinaikturunkan dengan cara menggulung (sistem
contour) drop tersebut. Pada masa kini drop lebih banyak digunakan sebagai back drop dan
dipasang di pentas paling belakang.

2. Drapery terbuat dari kainyang polos. Drapery ini dapat berfungsi sebagai back drop, sebagai
hiasan proscenium (bagian atas dalam), sebagai tirai pembuka dan penutup (Grand Drapery). 3.
Flat terbuat dari kain yang direkatkan pada kerangka kayu dalam bentuk tertentu menurut
kebutuhan. Yang termasuk flat antara lain: - dinding yang berpintu dan jendela - tiruan gapura -
tiruan batang pohon - tiruan benda-benda ekspresif

4. Plastik Pieces adalah suatu dekorasi yang dibuat sedemikian rupa sehingga menggambarkan
efek tiga dimensi. Misalnya batu-batuan, pepohonan, gundukan tanah, dan sebagainya.

5. Act Curtain merupakan suatu layar yang dipasang di belakang layar penutup pada proscenium.
Proses kerja layar ini juga ada yang dilaksanakan dengan sistem Fly Curtain.
6. Tormentor merupakan suatu bingkai yang dipasang di bagian belakang proscenium untuk
mempersempit mulut pentas.

7. Teaser adalah lembaran kain yang direntangkan melintang antara dua tormentor bagian atas.
Teaser ini semotif dengan tormentornya dan dapat dinaikturunkan menurut kebutuhan.

8. Wing termasuk jenis flat yang dipasang berjajar ke belakang di kiri kanan arena pentas dengan
jarak tertentu sebagai sarana pembentuk ruang.

9. Border merupakan lembaran kain yang direntangkan melintang antara dua wing bagian atas.
Border ini semotif dengan wing dalam fungsinya sebagai pembentuk ruang.

10. Cyclorama berbentuk kanvas yang agak melengkung dan dipasang atau digantung di bagian
belakang area pentas (back drop) untuk menggambarkan latar belakang, baik dengan sorotan
sinar berwarna atau dengan proyektor film. Dengan sendirinya kain yang digunakan adalah jenis
kain putih tembus pandang.

Di samping cyclorama sebagai kanvas, ada jenis cyclorama dengan fungsi yang berbeda yaitu: -
Cyclorama yang berfungsi sebagai Interior penggambaran suasana atau keadaan di dalam
ruang/rumah.

- Cyclorama yang berfungsi sebagai exterior penggambaran suasana atau keadaan di luar
ruang/rumah. Penggunaan dekorasi untuk suatu pergelaran, di samping mengingat kondisi pentas
juga harus mempertimbangkan konsep ceritera, tema ceritera warna lampu yang digunakan
dalam pertunjukan. Biasanya dekorasi pergelaran tari jarang menggunakan, walaupun ada hanya
pada even tertentu.

Pengaturan Dekorasi Dekorasi di samping mengandung unsur keindahan juga mengandung unsur
kewajaran, maka sudah barang tentu setiap pengaturan dekorasi haruslah dengan perhitungan dan
pengamatan yang cermat. Perlu diperhatikan struktur setting dan jenis perlengkapan dekorasi
yang akan dipasang.

1.   Penggolongan perlengkapan dekorasi.

Pada dasarnya ada 2 penggolongan perlengkapan dekorasi yaitu:

- Dekor Alam terbuka : batu-batuan, pepohonan dan sebagainya.

- Dekor alam tertutup : meja, kursi, almari dan sebagainya. Dari kedua kelompok ini
penggunaannya masih tergantung pada bentuk setting. Ada kemungkinan suatu adegan
terjadi di luar ruangan atau di dalam ruangan. suatu adegan di dalam ruangan dapat
menggunakan perlengkapan dekorasi yang berupa pohonpohon kerdil yang di tanam dalam
pot. Sebaliknya suatu adegan di luar ruangan dapat menggunakan perlengkapan dekorasi
perabot rumah tangga.

2. Pengaturan Bentuk Ruang

·   Drop dan Wing Setting merupakan ruang yang dibatasi oleh Drop dan Wing.
·   Box Setting merupakan ruang yang dibatasi oleh Cylorama dan berfungsi sebagai Interior. Tirai
penutup dapat merupakan dinding yang ketiga atau keempat tergantung pada bentuk ruangnya.

3. Design Dekorasi

a.  Naturalis Di dalam usaha menampilkan imitasi alam, segala aspek alam digambarkan secara
nyata dengan lebih banyak menggunakan alam sebebenarnya. Misalnya Teater tradisional di Bali
menggunakan Pura sebagai dekor natural.

b. Realis Dalam usaha meniru alam sesungguhnya, dekorasi didesain dengan menggunakan
beberapa benda alam (pot bunga, ranting).

c.  Impressionis Seniman menerapkan suatu ungkapan murni dari suatu kesan (impresi) yang telah
dialaminya. Ungkapan ini merupakan ungkapan kesan individu tanpa terlalu memperhatikan
detailnya. Misalnya pohon kamboja sebagai kesan sebuah makam.

d. Ekspressionis Bebas dari konvensi teater dan merupakan ungkapan ekspresi jiwa penciptanya.
Misalnya bentuk flat bergambar mega untuk mengungkapkan ekspresi langit.

e.  Simbolis Pengungkapan suatu dekorasi lewat lambang. Lambang ini dapat diungkapkan lewat
benda (candi), garis (lurus, lengkung), dan warna. Candi sebagai latar symbol masyarakat Hindu,
garis lurus melambangkan keagungan, warna hijau melambangkan kedamaian, dan sebagainya.

Cyclorama yang sering digunakan

a. Cyclorama Penggambaran alam yang hidup dengan menggunakan proyektor (Proyected


Scenery).

b. Non Standard Type Standard type merupakan usaha mendekati alam dengan menggunakan
bahan alam. Misalnya menuangkan lumpur di area pentas sebagai lahan persawahan.

KOMPOSISI DEKORASI

Komposisi Dekorasi Dekorasi yang merupakan salah satu unsur menghidupkan lakon, berfungsi
pula untuk membantu menghidupkan acting. Untuk keperluan inilah maka dekorasi perlu pula
memperhatikan unsur komposisi. Komposisi dekorasi merupakan pengaturan benda benda mati
(Komposisi Statis) yang akan melebur dengan blocking (Komposisi Dinamis). Nilai keindahan
komposisi bersifat subjektif. Satu pihak cenderung pada komposisi seimbang (Simetris), di lain
kelompok cenderung pada komposisi tak seimbang (Asimetris). Unsur manusia (komposisi
dinamis) dengan unsur benda (komposisi statis) akan saling mengisi sehingga merupakan satu
kesatuan penyajian yang bulat dan utuh. Komposisi asimetris kadangkala lebih memungkinkan
untuk mengembangkan blocking.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam komposisi adalah :

- Kewajaran : diselaraskan dengan sumber ide konsepnya.


- Keserasian : memperhitungkan kondisi pentasnya

- Keseimbangan: adanya keseimbangan antara kuantitas dan kualitas sehingga tidak


menimbulkan gangguan psikologi penonton.

- Identitas : penuntun untuk menebak ide yang dipaparkan

4. Tata Cahaya
Salah satu unsur penting dalam pementasan teater adalah tata cahaya atau lighting. Lighting
adalah penataan peralatan pencahayaan, dalam hal ini adalah untuk untuk menerangi panggung
untuk mendukung sebuah pementasan. Sebab, tanpa adanya cahaya, maka pementasan tidak akan
terlihat. Secara umum itulah fungsi dari tata cahaya. Dalam teater, lighting terbagi menjadi dua
yaitu:

1.    Lighting sebagai penerangan. Yaitu fungsi lighting yang hanya sebatas menerangi panggung
beserta unsur-unsurnya serta pementasan dapat terlihat.

2.     Lighting sebagai pencahayaan. Yaitu fungsi lighting sebagai unsur artisitik pementasan. Yang
satu ini, bermanfaat untuk membentuk dan mendukung suasana sesuai dengan tuntutan naskah.
II. Unsur-unsur dalam lighting.
Dalam tata cahaya ada beberapa unsur penting yang harus diperhatikan, antara lain :
1.     Tersedianya peralatan dan perlengkapan. Yaitu tersedianya cukup lampu, kabel, holder dan
beberapa peralatan yang berhubungan dengan lighting dan listrik. Tidak ada standard yang pasti
seberapa banyak perlengkapan tersebut, semuanya bergantung dari kebutuhan naskah yang akan
dipentaskan.
2.     Tata letak dan titik fokus. Tata letak adalah penempatan lampu sedangkan titik fokus adalah
daerah jatuhnya cahaya. Pada umumnya, penempatan lampu dalam pementasan adalah di atas
dan dari arah depan panggung, sehingga titik fokus tepat berada di daerah panggung. Dalam
teorinya, sudut penempatan dan titk fokus yang paling efektif adalah 450 di atas panggung.
Namun semuanya itu sekali lagi bergantung dari kebutuhan naskah. Teori lain mengatakan
idealnya, lighiting dalam sebuah pementasan (apapun jenis pementasan itu) tatacahaya harus
menerangi setiap bagian dari panggung, yaitu dari arah depan, dan belakang, atas dan bawah, kiri
dan kanan, serta bagian tengah.
3.     Keseimbangan warna. Maksudnya adalah keserasian penggunaan warna cahaya yang
dibutuhkan. Hal ini berarti, lightingman harus memiliki pengetahuan tentang warna.
4.     Penguasaan alat dan perlengkapan. Artinya lightingman harus memiliki pemahaman mengenai
sifat karakter cahaya dari perlengkapan tata cahaya. Tata cahaya sangat berhubungan dengan
listrik, maka anda harus berhati-hati jika sedang bertugas menjadi light setter atau penata cahaya.
5.     Pemahaman naskah. Artinya lightingman harus paham mengenai naskah yang akan dipentaskan.
Selain itu, juga harus memahami maksud dan jalan pikiran sutradara sebagai ‘penguasa tertinggi’
dalam pementasan.

Dalam sebuah pementasan, semua orang memiliki peran yang sama pentingnya antara satu
dengan lainnya. Jika salah satu bagian terganggu, maka akan mengganggu jalannya proses
produksi secara keseluruhan. Begitu pula dengan “tukang tata cahaya’. Dia juga menjadi
bagian penting selain sutradara dan aktor, disamping make up, stage manager, dan unsur
lainnya. Dengan kata lain, lightingman juga harus memiliki disiplin yang sama dengan semua
pendukung pementasan. Dari paparan di atas, semuanya dapat dicapai dengan belajar
mengenai tata cahaya dan unsur pendukung lainnya.

III. Istilah dalam Tata Cahaya.


1.     lampu: sumber cahaya, ada bermacam, macam tipe, seperti par 38, halogen, spot, follow light,
focus light, dll.
2.     holder: dudukan lampu.
3.     kabel: penghantar listrik.
4.     dimmer: piranti untuk mengatur intensitas cahaya.
5.     main light: cahaya yang berfungsi untuk menerangi panggung secara keseluruhan.
6.     foot light: lampu untuk menerangi bagian bawah panggung.
7.     wing light: lampu untuk menerangi bagian sisi panggung.
8.     front light: lampu untuk menerangi panggung dari arah depan.
9.     back light: lampu untuk menerangi bagian belakang panggung, biasanya ditempatkan di
panggung bagian belakang.
10.  silouet light: lampu untuk membentuk siluet pada backdrop.
11.  upper light: lampu untuk menerang bagian tengah panggung, biasanya ditempatkan tepat di atas
panggung.
12.  tools: peralatan pendukung tata cahaya, misalnya circuit breaker (sekring), tang, gunting,
isolator, solder, palu, tespen, cutter, avometer, saklar, stopcontact, jumper, All
13.  seri light, lampu yang diinstalasi secara seri atau sendiri-sendiri. (1 channel 1 lampu)
14.  paralel light, lampu yang diinstalasi secara paralel (1 channel beberapa lampu).
Seperti yang telah di ungkapkan di atas, secara sederhana hal-hal tersebut adalah yang pada
umumnya harus diketahui oleh lightingman, selanjutnya baik tidaknya tatacahaya bergantung
pada pemahaman, pengalaman dan kreatifitas dari lightingman. Intinya, jika ingin menjadi
‘lightingman sejati’, Anda harus banyak belajar dan mencoba (trial and error).
ASAS-ASAS PENATAAN CAHAYA
Kursus ini meninjau cahaya dari segi teori dan manfaat mencahayakan suatu pementasan.
Tumpuan diberikan terhadap hal-hal berikut:
a.      Fungsi dan kualitas cahaya
b.     Aspek rekabentuk dalam cahaya
c.      Asas elektrik; mengenali bentuk-bentuk seri dan paralel serta menggunakan undang-undang
Ohm untuk menyelesaikan masalah tentang arus, rintangan, voltan dan tenaga.
d.     Aspek optik – iaitu aspek pantulan dan pembiasan cahaya di dalam berbagai permukaan jenis
reflektor dan ciri-cirinya tentang pembiasan cahaya.
e.      Jenis dan fungsi lampu yang digunakan di dalam teater
f.      Kegunaan warna di dalam pementasan teori warna dan pengawalan warna
g.     Sistem pemalap [dimmer system] – manual dan memory
h.     Mencipta ‘light plot’ dan membentuk ‘lighting cues’
 
 
10 TRIK APLIKASI WARNA
1.     Aplikasi warna cerah pada salah satu elemen luar, misalnya untuk warna merah bata pada pagar,
menjadi aksen untuk keseluruhan rumah.
2.     Warna netral untuk fasad bangunan lebih baik, tapi jika ingin menggunakan wana cerah,
aplikasikan hanya pada satu bidang.
3.     Perpaduan warna cokelat dengan hijau dapat membuat atmosfer ruang menjadi lebih tenang.
4.     Abu-abu muda serta hijau kecokelatan mampu menghadirkan kecerahan dalam ruangan.
5.     Pada warna ruangan yang terlihat monoton, tambahkan cahaya buatan agar ruangan lebih
“hidup”.
6.     Warna-warna lembut dan cahaya buatan yang temaram dapat memberikan kehangatan dan
keakraban suasana pada ruang keluarga dan kamar tidur.
7.     Permainan dinding dengan warna natural akan membuat ruangan lebih luas.
8.     Warna dinding natural yang berbeda-beda pada setiap ruang akan menciptakan suasana yang
berbeda pula untuk masing-masing ruang tersebut.
9.     Pagar merah bata, dinding abu-abu tua, dan dinding abu kecokelatan membuat tampilan rumah
lebih dinamis.
10.  Untuk menghilangkan kesan gelap di kamar mandi, gunakan keramik warna krem pada dinding
dan putih pada lantai.
Unsur dekor juga memanfaatkan cahaya untuk membantu suasana tertentu. Misalnya, cahaya
terang menyiratkan siang hari, atau cahaya berwarna biru menyiratkan suasana malam hari.
Cahaya berwarna juga digunakan untuk memberi aksentuasi pada adegan atau tokoh tertentu.

5. Tata Busana
Tata busana adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara memilih, mengatur dan
memperbaiki sehingga diperoleh busana yang lebih serasi dan indah. Kata “busana” diambil dari
bahasa Sansekerta “bhusana”. Namun bahasa Indonesia terjadi penggeseran arti “busana”
menjadi “padanan pakaian”. Meskipun demikan pengertian busana dan pakaian merupakaian dua
hal yang berbeda. Busana adalah segala sesuatu yang kita pakai mulai dari ujung rambut sampai
ke ujung kaki. Sedangkan pakaian adalah bagian dari busana yang tergolong pada busana pokok.
Selain itu busana yang dipakai juga dapat menyampaikan pesan atau image (foto) kepada orang
yang melihat. Untuk dalam berbusana banyak hal yang perlu diperhatikan dan pertimbangan
sehingga diperoleh busana yang serasi, indah dan menarik.
Tata busana sangat berpengaruh terhadap penonton, karena sebelum seorang pemeran didengar
dialognya terlebih dahulu diperhatikan penampilannya. Maka dari itu, kesan yang
ditimbulkannya pada penonton mengenai dirinya tergantung pada yang tampak oleh mata
penonton. Pakaian  yang tampak pertama kali akan membantu menggariskan karakternya,
kemudian dari pakaiannya juga akan memperkuat kesan penonton. Sebelum membicarakan itu
semua maka terlebih dahulu kita mengetahui tentang istilah tata busana pentas atau kostum
pentas. Segala sandangan dan perlengkapannya (accessories) yang dikenakan di  dalam pentas
disebut dengan tata pakaian pentas. Bahkan bisa pemeran atau penari dalam pentas mengenakan
pakaiannya sendiri, maka pakaian itu beserta perlengkapannya menjadi kostum pentasnya.
Busana pentas meliputi semua pakaian, sepatu, pakaian kepala dan perlengkapannya, baik yang
kelihatan maupun yang kelihatan oleh penonton.
2. Bagian-bagian Busana Pentas
Secara garis besar kostum dapat dibedakan atau digolongkan menjadi lima kelompok yaitu :
Busana dasar, busana kaki, busana tubuh, busana kepala dan perlengkapan-perlengkapan atau
accessories.
a.      Busana dasar
Busana dasar yaitu bagian dari busana yang entah kelihatan maupun yang tidak terlihat, gunanya
untuk membuat indah pakaian yang terlihat. Busana ini juga untuk membuat efek yang
diperlukan dalam sebuah pertunjukan. Busana ini bisa berbentuk korset, stagen, rok simpai atau
busana untuk membuat perut gendut, pinggul yang besar atau untuk membuat pemeran tampak
gemuk. Contoh yang paling sederhana yaitu pakaian badut.
 
b.     Busana kaki
Busana Kaki yaitu busana yang digunakan untuk menghias kaki pemeran. Busana ini bisa terdiri
dari kaos kaki, sepatu ( olah raga, periodisasi, klasik, modern, kesatuan atau seragam dan lain-
lain), sandal (modern, tradisional, klasik, rakyat atau keratin) sepatu atau sandal dari suku atau
Negara tertentu yang mempunyai ciri khas tersendiri.
c.  Busana tubuh atau Body
Busana tubuh atau body yaitu busana yang dipakai tubuh dan  kelihatan oleh penonton. Busana
ini meliputi blus, rok, kemeja, celana, jaket, rompi, jas, sarung dan lain-lain. Busana ini bisa
pakaian tradisional dari suatu daerah, busana kenegaraan, busana modern atau busana fantasi
yang diciptakan untuk tujuan pementasan dengan lakon tertentu.
d. Busana kepala
Busana Kepala yaitu pakaian yang dikenakan di kepala pemeran, termasuk juga penataan
rambut. Corak pakaian kepala tentu saja tergantung dari corak busana yang akan dikenakan.
Pakaian kepala dapat dimanfaatkan sebagai tanda atau pencitraan seorang pemain di atas pentas.
Misalnya seorang raja ditandai dengan pemakaian mahkota, orang jawa dengan blangkonnya
atau cowboy dengan topi laken. Gaya rambut juga kadang-kadang dimasukkan kedalam pakaian
kepala meskipun ini termasuk bagian dari tata rias. Busana dan tata rias sangat erat kaitannya
dengan melukiskan peranan hingga kedua hal tersebut perlu diperhatikan bersama.
e.  Perlengkapan-perlengkapan/Accessories
Accessories yaitu pakaian yang melengkapi bagian-bagian busana yang bukan pakaian dasar atau
yang belum termasuk dalam busana dasar, busana tubuh, busana kaki dan busana kepala. Pakaian
ini ditambahkan demi efek dekoratif, demi karakter atau tujuan-tujuan lain. Misalnya kaos
tangan, perhiasan, dompet, ikat pinggang, kipas dan sebagainya. Selain accessories ada juga
yang disebut dengan properties yaitu benda atau pakaian yang berguna untuk membantu akting
permainan. Perbedaan antara accessories dan properties tidaklah begitu jelas, seringkali yang
sedianya untuk properties tetapi kemudian berubah menjadi accessories begitu juga sebaliknya.
Umpamanya, dompet yang dibawa oleh seorang pemeran hanya untuk melengkapi efek kostum
adalah accessories, tetapi bila dompet tersebut digunakan untuk membantu akting maka dompet
tersebut menjadi properties. Kemudian mantel dan topi yang harus ada pada tempatnya bila
adegan mulai, atau yang dibawa oleh pelaku lain, ini dipandang sebagai properties, tetapi kalau
mantel dan topi itu digunakan oleh pelaku maka ini disebut sebagai kostum. Jadi suatu
accessories yang dikenakan oleh pemeran apabila tidak digunakan untuk membantu acting
permainan maka tetap disebut sebagai accessories tetapi kalau barang itu digunakan untuk
membantu permainan maka disebut dengan properties. Begitu juga dengan busana kalau tidak
digunakan untuk main maka disebut sebagai properties tetapi kalau digunakan pada waktu
permainan maka disebut sebagai kostum.
3. Tujuan dan Fungsi Tata Busana
Dalam pementasan tidak perlu perlengkapan kostum yang mahal tetapi yang diperlukan adalah
efek dari kostum tersebut pada pementasan. Tata busana mempunyai tujuan yaitu :
1.     Membantu penonton agar mendapatkan suatu ciri atas pribadi peranan.
2.     Membantu memperlihatkan adanya hubungan peranan yang satu dengan peranan yang lain,
misalnya sebuah seragam kesatuan.
Agar busana pementasan mempunyai efek yang diinginkan, maka busana harus menunaikan
beberapa fungsi tertentu yaitu :

1.     Membantu menghidupkan perwatakan pelaku, artinya sebelum dia berdialog, busana yang
dikenakan sudah menunjukkan siapa dia sesungguhnya, umurnya, kebangsaannya, status
sosialnya, kepribadiannya. Bahkan tata busana dapat menunjukkan hubungan psikologisnya
dengan karakter-karakter lainnya.
2.     Membantu menunjukkan individualisasi peranan, artinya warna dan gaya tata busana harus
dapat membedakan peranan yang satu dengan peranan yang lain.
3.     Membantu memberi fasilitas dan membantu gerak pelaku, artinya pelaku harus dapat
melaksanakan laku atau akting perannya tanpa terganggu oleh busananya. Busana tidak harus
dapat memberi bantuan kepada pelaku tetapi busana harus sanggup menambah efek visual
gerak, menambah indah dan menyenangkan dilihat disetiap posisi yang diambil pelaku. Hal
ini sebagian besar tergantung pada temperamen dan kerja sama antara pelaku dan perencana.
Pelaku yang pandai dan cukup latihan biasanya dapat menguasai busana yang sulit untuk
dapat mencari efek visual yang menarik.

4. Macam-macam Tata Busana


Dalam penampilannya macam busana pentas bisa digolongkan dalam berbagai bentuk yaitu:
busana historis, modern, nasional, tradisional, sirkus, fantastis, hewan dan sebagainya.

1.     Busana historis yaitu bentuk busana pentas yang spesifik untuk periode-periode berdasarkan
sejarah dari kejadian lakon. Misalnya busana jaman Napoleon adalah serba ketat untuk pria
dan jurk menjurai di atas lantai dengan rumbai dan rampel meriah bagi wanita. Busana
pentas kerajaan Mojopahit akan berbeda dengan kerajaan Mataram.
2.     Busana modern yaitu bentuk busana pentas yang digunakan tak berbeda dengan pakaian yang
digunakan sehari-hari dimasyarakat.
3.     Busana tradisional yaitu bentuk busana yang menggambarkan karakteristik spesifik secara
simbolis dan distilir. Busana seperti ini  seringkali berlatar belakang sejarah terutama yang
berhubungan dengan karakter tradisional, periode dan tempat yang khusus.
4.     Busana nasional yaitu busana yang menggambarkan secara khas dari suatu negara dan yang
bersangkutan secara historis dan nasional. Misalnya busana tentara Jerman jaman Nazi atau
tentara jepang diperang dunia II.
6. Tata Rias
7. Pengembangan Gerak Tari Kreasi
Tari adalah gerakan dari seluruh anggota tubuh yang selaras dengan bunyi musik, diatur oleh
irama yang sesuai dengan maksud dan tujuan dalam tari. Ide garapan dapat muncul dari hasil
apresiasi karya tari tradisi, kreasi, maupun modern, atau dasar pengalaman dalam kegiatan
kehidupan dan aktivitas lainnya. Proses garap gerak tari banyak teknik dan cara yang dapat
ditempuh pada saat melakukan proses pengembangan gerak tari. Proses garap gerak tari kreasi
meliputi 4 tahap yaitu proses eksplorasi gerak, proses stilisasi dan seleksi gerak serta proses
penggabungan gerak.
 

1. Proses Eksplorasi
Eksplorasi adalah proses penjajahan dan pencarian motif-motif gerak melalui berbagai cara yang
dilakukan pada saat melakukan proses garap gerak tari. Pada langkah ekplorasi biasanya
terbentuk karena adanya rangsang awal yang ditangkap oleh pancaindera. Melalui rangsang
inilah, praktik ide dan gagasan mengembangkan gerak dapat dilakukan dan akan mewujudkan
proses kreatif gerak yang cenderung orisinal dari karya tari yang dibuat secara sederhana. Dalam
proses eksplorasi ada beberapa stimulus yang dapat digunakan oleh penata tari dalam melakukan
proses garap. Beberapa stimulus tersebut diantaranya berupa rangsangan auditif, visual,
ideasional (gagasan) dan rangsang kinestetik. Jenis – jenis rangsangan tersebut antara lain :
1.     Rangsangan Dengar (Auditif) adalah salah satu tahapan pengembangan gagasan gerak yang
dilihat oleh suara atau bunyi suatu benda atau perbuatan sendiri. Contoh rangsang dengar antara
lain suara instrumen musik (gendang, seruling, gamelan dan lain-lain), suara manusia (nyanyian,
puisi, tangisan, dan lain-lain), suara alam (gemuruh ombak, angin, kicauan burung dan lain-lain).
2.     Rangsangan visual dapat muncul karena panca indera, rangsangan ini dapat timbul dari objek
gambar, warna, wujud, patung, melihat orang menari atau bergerak, dan lain sejenisnya. Seorang
penata tari melalui gambaran visual tersebut dapat mengambil gagasan/konsep yang ada di balik
hasil penglihatannya dan dengan segera mampu bereksplorasi menciptakan gerak tarian yang
diinginkan.
3.     Rangsangan Kinestetik dalam tahap ini dapat dilakukan seperti pada saat mengolah gerak
berdasarkan pola hitungan.
4.     Rangsangan Gagasan (idesional) adalah rangsangan yang seringkali digunakan peñata tari dalam
membuat karyanya. Untuk menyampaikan gagasan atau cerita yang akan disajikan biasanya
gerak dirangsang dan dibentuk dengan kapasitas kemampuan penata tari.
 
Proses penemuan motif gerak juga dapat dapat melalui beberapa kegiatan eksplorasi lainya:
1.     Eksplorasi kemampuan dasar teknik gerak untuk menemukan sebuah motif gerak, kemudian
divariasi kembangkan dari berbagai segi (aksi, kualitas, ruang, dan tata hubungan), dan
dimanipulasikan dengan tujuh cara (pengulangan sebagai elemen konstruksi) untuk menemukan
gerak yang diinginkan.
2.     Eksplorasi alam sebagai sumber untuk menemukan konsep tema gerak, kemudian melakukan
improvisasi, eksplorasi, evaluasi, seleksi, komposisi/pengorganisasian, selanjutnya di variasikan
dari berbagai segi.
3.     Mengikuti kata hati, mengalami, dengan menerapkan prinsip laku telu (membuka diri, sabar
menanti) ; gerak meruang (pelan, lembut, tanpa tekanan, dan berkesinambungan) baru meruang
(atensi, makna).
 
Proses eksplorasi sangat berguna bagi pengalaman tari, termasuk berpikir, berimajinasi untuk
merasakan dan merespon.
 
2. Stilasi Gerak Tari
Stilisasi adalah proses penghalusan, memberikan kesan indah dari suatu gerak. Dalam
berkarya tari tentunya memerlukan bentuk-bentuk baru dari suatu gerak. Stilasi dilakukan
pada hasil eksplorasi gerak  untuk diubah/diperhalus dengan proses pengembangan. Proses
pengembangan gerak ini dapat dilakukan dengan cara mengubah volume gerak, level, kesan,
ragam gerak,struktur dan elemen lainnya.
Setelah proses pembentukan gerak, selanjutnya dilakukan pemilihan gerak yang sesuai
dengan ide. Pada tahap ini kegiatan memilih dan memilah gerak-gerak yang sudah diolah,
diseleksi kembali untuk disesuaikan dengan ide garapan. Pemilihan gerak setidak-tidaknya
dapat digunakan seefektif mungkin, sehingga mempunyai kualitas yang mantap dari karya
yang akan dibuat. Tahapan akhir dari proses eksplorasi adalah tahapan penggabungan dengan
unsur-unsur pendukung lainnya, baik dengan musik iringan tari, penggunaan properti tari,
atau dengan penggunaan artistik lainnya, termasuk penggunaan busana dan asesoris tari.

 
3.   Improvisasi Gerak Tari
Improvisasi merupakan pengalaman secara spontanitas mencoba-coba/mencari-cari
kemungkinan ragam gerak yang telah diperoleh waktu improvisasi. Inti dari gerak improvisasi
adalah bentuk-bentuk gerak yang dilakukan penari yang pada setiap saat dapat dilakukan
berbeda tetapi masih disesuaikan dengan maksud pengadegan dari gerak itu sendiri. Gerak
improvisasi dapat dikategorikan sebagai adegan gerak yang disengaja dan tidak disengaja.
Adegan yang tidak disengaja oleh salah satu penari tersebut dapat dikategorikan sebagai gerak
improvisasi oleh si penari. Akan tetapi, pada pelaksanaanya juga gerak improvisasi dalam tari
dapat dilakukan secara sengaja sesuai dengan kebutuhan konsep. Improvisasi dapat
memberikan kesempatan yang lebih besar bagi imajinasi dan menciptakan eksplorasi. Karena
itu, di dalam improvisasi akan timbul suatu kepuasan rasa yang benar-benar sulit untuk
diungkapkan dengan kata-kata. Improvisasi memberikan pengalaman yang dapat mendorong
ingatan-ingatan tentang pengalaman hidup. Menyampaikan kesan-kesan dapat dijadikan
sebagai acuan dalam merespon imajinasi baru dan mengembangkan ide-ide gerak. Sehingga,
lahirlah kesadaran baru dalam bergerak.
 
 
 
 
4.   Komposisi Tari
 
Membuat penataan tari atau mengkomposisikan tari memerlukan kreativitas yang
berhubungan dengan kemampuan berpikir menyangkut sikap dan perasaan seseorang.
Kreativitas memerlukan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), orisinalitas berpikir, serta
kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suati
gagasan. Dengan demikian, orang kreatif ialah orang yang menggunakan imajinasinya untuk
memecahkan persoalan. Temuan gerakan dan cara penyusunan ke dalam tarian secara
bertahap telah dilambangkan melalui improvisasi dan eksplorasi. Dalam komposisi tari
diperlukan unsur-unsur gerak dan komposisi kelompok. Unsur gerak mencangkup disain atas,
yaitu gerak simetris dan asimetris, gerak lengkung, garis lurus, atau horisontal. Unsur
komposisi kelompok mencangkup disain lantai, yaitu musik, pentas, tata rias, busana,
properti, dan alat.

Anda mungkin juga menyukai