Anda di halaman 1dari 8

Standar Ruang Auditorium

 Perlakuan Akustik

Desain arsitektural yang baik diperlukan pertimbangan volume ruang, bentuk ruang,
dan kombinasi penggunaan treatment akustik yang sesuai dengan fungsinya. Kombinasi dan
peletakkan absorber, diffuser, dan reflector sangat diperlukan untuk mengendalikan akustik
ruang.

Korelasi Treatment Akustik Untuk Ruang Produksi dan Ruang Reproduksi


Sumber : akustika.co.id/desain-auditorium/

Secara arsitektural akustik, jenis ruang dibagi menjadi ruang produksi dan ruang
reproduksi. Ruang produksi adalah ruang yang digunakan untuk mengakomodir suara
didalamnya dimana sumber suara tersebut tanpa menggunakan sistem tata suara atau pengeras
suara ( Unamplified Room ). Contohnya : Ruang konser klasik, Recital Hall, Opera House,
Theatre, dll. Sebaliknya dengan ruang reproduksi adalah ruang yang digunakan untuk
mengakomodir suara didalamnya dimana sumber suara tersebut menggunakan sistem tata suara
atau pengeras suara ( Amplified Room ). Contohnya : Recording Studio, Broadcast Studio,
Video Conferencing Room, Home Theatre, dll.

Pada ruang produksi, penggunaan diffuser dan reflektor merupakan treatment utama
untuk mengendalikan akustik didalam ruang.

Hal sebaliknya pada ruang reproduksi, seperti studio musik, home theatre harus
menghasilkan suara yang natural. Semua spektrum, warna suara ( timbre ), informasi yang
berkaitan dengan ruang ( spatial information ) direkam didalam suatu media dan akan
diperdengarkan didalam suatu ruang. Pendengar diharuskan hanya mendengar sebagaimana
materi yang direkam. Didalam ruang reproduksi absorber dan diffuser memegang peranan
penting, dan reflektor hanya sedikit memberi kontribusi.
 Programing

Desain arsitektural selalu dimulai dengan pemrograman, melalukan identifikasi


mengenai kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai oleh owner merupakan langkah awal yang
harus dilakukan. Pemrograman menjadikan arsitek dan akustisi memahami kemana arah desain
akan bergerak. Apakah desain ruang menitik beratkan kepada penggunaan pidato ( speech )
atau musik. Memang, tidak jarang sering terjadi perbedaan pendapat didalam menentukan
arahan desain, tidak hanya didalam tim desain namun terjadi dari pihak owner sendiri. Namun
sebaiknya, hal ini diselesaikan pada awal proses sehingga arahnya menjadi jelas.

Mengubah program ketika proses eksekusi dilaksanakan akan menimbulkan


konsekuensi yang serius. Misalnya : Sebuah rumah ibadah ( gereja ), tentunya didesain
sebagai rumah ibadah namun dilain sisi berharap juga dapat memenuhi kebutuhan theatre,
bioskop, studio televisi dimana fungsi-fungsi ruang tersebut memiliki persyaratan yang
berbeda dan signifikan. Program yang dirancang dengan baik akan meminimalisir isu-isu yang
tidak perlu terjadi dan dapat membantu menetukan arah desain yang jelas.

 Bentuk Ruang (Room Shape)

Untuk memaksimalkan kinerja, auditorium dibuat dalam bentuk berbeda-beda


disesuaikan dengan kegiatana yang berlangsung di dalamnya. Kegiatan tersebut diantaranya
sebagai tempat konser, pementasan drama, semina, atau rapat. Bentuk auditorium dipilih
berdasarkan kebutuhan jumlah pengunjung dan kualitas akustik serta visulnya.
Menurut Leslie L. Doelle (1993), bentuk ruang pertunjukkan (auditorium) dapat dibagi
berdasarkan sistem akustiknya. Pembagian tersebut adalah sebagai berikut:
- Segiempat
Bentuk ini merupakan bentuk yang sederhana dari ruang teater. Peletakan
panggung pertunjukkan berada di salah satu sisi dan runag penonton berada di sisi yang
lain. Kondisi ini menyebabkan penonton yang berada di area samping akan merasa
kesulitan menikmati pertunjukan karena arah hadapnya tidak lurus ke arah panggung
pertunjukkan sehingga mengurangi rasa nyaman.

Auditorium berbentuk segi empat


Sumber : akustika.co.id/desain-auditorium/

Dapat pula panggung pertunjukkan berada di tengah-tengah ruang penonton.


Kondisi ini dapat menampung lebih banyak penonton, tetapi tetap memiliki masalaha
sama, yakni penonton yang berada di area samping akan merasa kesulitan menikmati
pertunjukkan. Bentuk ini sering digunakan sebagai ruang seminar, workshop, rapat, dan
sebagainya.
- Kipas (melingkar)
Bentuk kipas menjadikan ruang penonton melingkari panggung pertunjukkan.
Dengan kondisi ini, kemampuan visul penonton terhadap pertunjukkan yang
berlangsung tidak terganggu dengan posisinya (pandangan penonton lurus ke depan,
tidak perlu menoleh terlalu banyak). Fokus pandangan di semua area ruang penonton
tertuju ke sebuah pusat, yakni panggung pertunjukkan.

Auditorium berbentuk kipas


Sumber : akustika.co.id/desain-auditorium/

Menurut Doelle, theater dengan bentuk dasar berupa kipas lebih cocok untuk
digunakan sebagai ruang pertunjukkan dengan kapasitas penonton yang berjumlah
banyak (Doelle, Leslie L dalam akustik Lingkungan, 1990) Kondisi theater berbentuk
kipas berupa pandangan dari ruang penonton tertuju pada satu pusat ( panggung
pertunjukkan). Hal tersebut dapat mengurangi gangguan visual dari ruang penonton,
ruang disekitar panggung pertunjukkan dapat digunakan sebagai ruang penonton yang
terletak melingkari panggung pertunjukkan (bisa berupa seperempat lingkaran,
setengah lingkaran, atau tiga perempat lingkaran). Dengan demikian, ruang penonton
dapat menampung jumlah lebih banyak dibanding jika theater berbentuk segiempat.
Bentuk ini sering digunakan sebagai pementasan teater, orkestre, sendratari, dan
sebagainya.

- Bentuk tapal kuda


Bentuk ruang ini akan memantulkan gelombang bunyi secara memusat disisi
tengah ruangan (terletak di titik fokus cekung) karena permukaan dinding yang
berbentuk cekung. Keadaan ini dapat membuat suara menjadi lebih jelas di bagian
tengah ruangan, tetapi dibagian lain akan kurang. Jika berlebihan, suara yang terdengar
di titik fokus pantulan akan terlalu keras.

Auditorium berbentuk tapal kuda


Sumber : akustika.co.id/desain-auditorium/
- Bentuk tak beraturan
Bentuk ini tercipta karena untuk memenuhi aspek kenyamanan visul,
pencahayaan, dan akustik. Dinding ruangan dibuat tak beraturan (cekung dan cembung
dengan perhitungan sistematis) agar dapat menyerap bunyi (bunyi cacat akustik)
ataupun memantulkan gelombang bunyi yang dibutuhkan dengan baik.

 Pengaturan Tempat Duduk (Seating Arrangement)

Salah hal yang mempengaruhi pengaturan tempat duduk adalah sirkulasi dan regulasi
keamanan bangunan. Didalam rencana penempatan tempat duduk menurut building code US
tidak boleh lebih dari 6 kursi jika dalam 1 baris hanya memiliki 1 lorong jalan ( gambar 4 ).
Lebar lorong yang diijinkan untuk melayani dua sisi adalah 1000mm atau 1meter.

Sumber : akustika.co.id/desain-auditorium/

Jumlah maksimal kursi yang diijinkan adalah 14 kursi dalam satu baris dan harus
memiliki 2 lorong ( gambar 5 ). 2 lorong ini berguna untuk melayani 1 baris yang terdiri dari
14 kursi. Lebar lorong yang digunakan untuk sirkulasi adalah 900mm atau 90cm. Mendesain
lebih dari 14 kursi dalam satu baris dapat menyebabkan kesulitan proses evakuasi ketika terjadi
kondisi yang berbahaya didalam gedung bahkan dapat menimbulkan korban jiwa.

Sumber : akustika.co.id/desain-auditorium/

Jarak normal antar kursi dari baris ke baris adalah 920mm – 970mm sedangkan untuk
standar internasional adalah 1010mm – 1070mm ( gambar 6 ). Perlu dipertimbangkan juga agar
pengguna dapat melintas antar kursi ketika kegiatan sedang berlangsung.

Sumber : akustika.co.id/desain-auditorium/
Sedangkan bentuk dasar panggung pertunjukkan dapat dibedakan menjadi empat
macam berdasarkan letaknya terhadap ruang penonton, yakni:
- Proscenium (picture frame stage)
Daerah panggung pertunjukkan berada di salah satu sudut ruang pertunjukkan
dengan pandangan penonton melewati kerangka/bingkai bukaan proscenium. Dikenal
pula dengan nama panggung tipe Italia karena teater-teater yang dibangun zaman
Romawi Kuno berbentuk seperti ini.

Panggung Proscenium
Sumber : akustika.co.id/desain-auditorium/
Panggung jenis ini memiliki beberapa area yang membedakannya dari bentuk
panggung yang lain. Beberapa area tersebut adalah sebagi berikut,
o Fore Stage
Merupakan bagian panggung antara garis seting panggung dengan belakang
panggung depan layar (bagian ini dapat dinaik-turunkan sesuai kebutuhan). Saat
butuh ruang lebih, maka fore stage dinaikkan dan menjadi sebuah tambahan
panggung.
o Arppon Stage
Panggung diperlebar menjorok ke arah tempat duduk penonton. Bagian ini
dapat diturunkan sebagai orchestra pit. Bagi penonton yang duduk di balkon
akan merasa terganggu (kurang puas) karena tidak nyaman dalam hal visual.
- Proscenium (picture frame stage)
Daerah panggung pertunjukkan berada di salah satu sudut ruang pertunjukkan
dengan pandangan penonton

Panggung terbuka
Sumber : akustika.co.id/desain-auditorium/

 Volume Ruang (Room Volume)


Volume ruangan ditentukan berdasarkan volume per tempat duduk sesuai dengan
pedoman yang ada. Idealnya, ruangan yang digunakan untuk kebutuhan pidato ( speech )
memiliki nilai reverberation time yang rendah, maka volume per tempat duduk pun memiliki
nilai yang rendah juga, rentangnya berkisar antara 2.3m3 sampai 4.3m3. Untuk ruangan yang
digunakan untuk kebutuhan unamplified music ( Classical Concert Hall, Opera House, dll )
rentangnya berkisar 4.5m3 sampai 11.3m3, dengan ruangan yang kecil namun memiliki volume
per tempat duduk yang besar. Pada ruang multifungsi memiliki rentang 5.1m3 sampai 8.5m3.
Untuk lebih jelasnya, dapat melihat tabel dibawah ini.

Sumber : akustika.co.id/desain-auditorium/
 Waktu Dengung (Reverberation Time)

Reverberation Time merupakan parameter fundamental untuk mengukur kualitas


akustik suatu ruang, dimana satuan yang digunakan adalah second ( detik ). Definisi dari
Reverberation Time ( RT ) adalah waktu yang diperlukan untuk suara meluruh dimulai dari
suara dibunyikan sampai suara habis tidak terdengar. Ada beberapa kalkulasi yang digunakan
untuk mengukur RT yaitu T60, T30 dan T20. T60 adalah waktu yang diperlukan untuk
meluruhkan suara sebesar 60dB diatas background noise ( latar kebisingan ), T30 dan T20
masing-masing menggunakan sumber bunyi diatas 30dB dan 20dB diatas background noise (
latar kebisingan ). Mengapa perlu dilakukan kalkulasi T30 dan T20? Jika menggunakan T60,
artinya diperlukan sumber bunyi 60dB diatas background noise ( latar kebisingan ) dimana jika
background noise ( latar kebisingan ) mencapai 40dB maka sumber bunyi yang diperlukan
untuk mengukur waktu dengung adalah 100dB. Dengan kondisi demikian, sumber bunyi yang
diperlukan untuk mencapai 100dB cukup sulit, maka dengan menggunakan sumber bunyi 30dB
atau 20dB diatas background noise ( latar kebisingan ) maka hal tersebut sangatlah mungkin
untuk dicapai. Dari hasil pengukuran T30 dan T20 tersebut dapat dilakukan interpolasi.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi nilai RT ruangan, yaitu : Volume ruang, nilai
absorpsi material, dan luas permukaan material. Semakin besar volume ruangan maka nilai RT
nya akan semakin besar pula. Rekomendasi waktu dengung dipengaruhi oleh faktor volume
ruang dan fungsi ruang. Pada tabel dibawah ini bisa dilihat keterkaitan antara nilai waktu gema
yang direkomendasikan, volume ruang dan fungsi ruang.

Sumber : akustika.co.id/desain-auditorium/

Anda mungkin juga menyukai