Anda di halaman 1dari 10

Nama : Leo Martin Nduru

Nim : 160 2011188

Dosen : Dr. dr. Arifah Devi, M.kes

1. Persyaratan Ruang Rawat Inap RS Tipe B


Lokasi.
(a) Bangunan rawat inap harus terletak pada lokasi yang tenang, aman dan nyaman, tetapi tetap
memiliki kemudahan aksesibiltas atau pencapaian dari sarana penunjang rawat inap.
(b) Bangunan rawat inap terletak jauh dari tempat-tempat pembuangan kotoran, dan bising dari
mesin/generator.

Denah.
(a) Persyaratan umum.
(1). Pengelompokan ruang berdasarkan kelompok aktivitas yang sejenis hingga tiap kegiatan
tidak bercampur dan tidak membingungkan pemakai bangunan.
(2) Perletakan ruangannya terutama secara keseluruhan perlu adanya hubungan antar ruang
dengan skala prioritas yang diharuskan dekat dan sangat berhubungan/membutuhkan.
(3) Akses pencapaian ke setiap blok/ruangan harus dapat dicapai dengan mudah.
(4). Kecepatan bergerak merupakan salah satu kunci keberhasilan perancangan, sehingga blok
unit sebaiknya sirkulasinya dibuat secara linier/lurus (memanjang)
(5) Jumlah kebutuhan ruang harus disesuaikan dengan kebutuhan jumlah pasien yang akan
ditampung.
(6) Sinar matahari pagi sedapat mungkin masuk ke dalam ruangan.
(7). Alur petugas dan pengunjung dipisah.
(8) Besaran ruang dan kapasitas ruang harus dapat memenuhi persyaratan minimal

Nama ruang Luas (+) Satuan

1 Ruang Perawatan :

VIP 18 m2/tempat tidur

Kelas I 12 m2/tempat tidur

Kelas II 10 m2/tempat tidur

Kelas III 7.2 m2/tempat tidur

2 Ruang Pos perawat 20 m2

3 Ruang Konsultasi. 12 m2

4 Ruang Tindakan. 24 m2
5 Ruang administrasi 9 m2

6 Ruang Dokter. 20 m2

(b). Persyaratan khusus.

(1) Tipe ruang rawat inap, terdiri dari :

a) Ruang rawat inap 1 tempat tidur setiap kamar (VIP).

b) Ruang rawat inap 2 tempat tidur setiap kamar (Kelas 1)

c) Ruang rawat inap 4 tempat tidur setiap kamar (Kelas 2)

d) Ruang rawat inap 6 tempat tidur atau lebih setiap kamar (kelas 3).

(2). Khusus untuk pasien-pasien tertentu harus dipisahkan (Ruang Isolasi),


seperti :

a) Pasien yang menderita penyakit menular.

b) Pasien dengan pengobatan yang menimbulkan bau (seperti


penyakit tumor, ganggrein, diabetes, dan sebagainya).

c) Pasien yang gaduh gelisah (mengeluarkan suara dalam ruangan).

Keseluruhan ruang-ruang ini harus terlihat jelas dalam kebutuhan


jumlah dan jenis pasien yang akan dirawat.

(c) Pos Perawat (Nurse Station).

Lokasi Pos perawat sebaiknya tidak jauh dari ruang rawat inap yang
dilayaninya, sehingga pengawasan terhadap pasien menjadi lebih efektif dan
efisien.

Langit-langit.

Langit-langit harus rapat dan kuat, tidak rontok dan tidak menghasilkan
debu/kotoran.
Pintu.

(a) Pintu masuk ke ruang rawat inap, terdiri dari pintu ganda, masing-masing
dengan lebar 90 cm dan 40 cm. Pada sisi pintu dengan lebar 90 cm, dilengkapi
dengan kaca jendela pengintai (observation glass).

(b) Pintu masuk ke kamar mandi umum, minimal lebarnya 85 cm.

(c) Pintu masuk ke kamar mandi pasien, untuk setiap kelas, minimal harus ada 1
kamar mandi berukuran lebar 90 cm, diperuntukkan bagi penyandang cacat.

(d) Pintu kamar mandi pasien, harus membuka ke luar kamar mandi.

(e) Pintu toilet umum untuk penyandang cacat harus terbuka ke luar.

Kamar mandi.

(a) Kamar mandi pasien, terdiri dari kloset, shower (pancuran air) dan bak cuci
tangan (wastafel).

(b) Khusus untuk kamar mandi bagi penyandang cacat mengikuti pedoman atau
standar teknis yang berlaku.

(d) Jumlah kamar mandi untuk penyandang cacat, 1 (satu) buah untuk setiap kelas.

(e) Toilet umum, terdiri dari kloset dan bak cuci tangan (wastafel).

(f) Disediakan 1 (satu) toilet umum untuk penyandang cacat di lantai dasar,
dengan persyaratan sebagai berikut :

(a) Toilet umum yang aksesibel harus dilengkapi dengan tampilan


rambu/simbol "penyandang cacat" pada bagian luarnya.

(b) Toilet atau kamar kecil umum harus memiliki ruang gerak yang cukup
untuk masuk dan keluar pengguna kursi roda.

(c) Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian


pengguna kursi roda sekitar (45 ~ 50 cm).

(d) Toilet atau kamar kecil umum harus dilengkapi dengan pegangan rambat
(handrail) yang memiliki posisi dan ketinggian disesuaikan dengan
pengguna kursi roda dan penyandang cacat yang lain. Pegangan
disarankan memiliki bentuk siku-siku mengarah ke atas untuk membantu
pergerakan pengguna kursi roda.

(e) Letak kertas tissu, air, kran air atau pancuran (shower) dan perlengkapan-
perlengkapan seperti tempat sabun dan pengering tangan harus dipasang
sedemikian hingga mudah digunakan oleh orang yang memiliki
keterbatasan keterbatasan fisik dan bisa dijangkau pengguna kursi roda.

(f) Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin. Lantai tidak boleh
menggenangkan air buangan.

(g) Pintu harus mudah dibuka dan ditutup untuk memudahkan pengguna
kursi roda.

(h) Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka
dari luar jika terjadi kondisi darurat.

Pada tempat-tempat yang mudah dicapai, seperti pada daerah pintu masuk,
disarankan untuk menyediakan tombol bunyi darurat (emergency sound button)
bila sewaktu-waktu terjadi sesuatu yang tidak diharapkan.
Jendela.

(1) Disarankan menggunakan jendela kaca sorong, yang mudah pemeliharaannya,


dan cukup rapat.

(2) Bukaan jendela harus dapat mengoptimalkan terjadinya pertukaran udara dari
dalam ruangan ke luar ruangan.

(3) Untuk bangunan rawat inap yang berlantai banyak/bertingkat, bentuk jendela
tidak boleh memungkinkan dilewati pasien untuk meloncat.
2. Gambar alur Ruangan Operasi

3. Sistem HVAC

Area ini terletak dibawah area aliran udara kebawah (;laminair air flow) dimana bedah
dilakukan. Area ini mempunyai jumlah maksimal partikel debu per m3 adalah 3.520
partikel dengan dia. 0,5 μm (ISO 5 s/d ISO 6 - ISO 14644-1 cleanroom standards Tahun
1999).
2.3.2 Alasan mempunyai sistem zona pada bangunan ruang operasi rumah sakit adalah untuk
meminimalisir risiko penyebaran infeksi (infection control) oleh micro-organisme dari
rumah sakit (area kotor) sampai pada kompleks ruang operasi.

2.3.3 Konsep zona dapat menimbulkan perbedaan solusi sistem air conditioning pada setiap
zona, Ini berarti bahwa staf dan pengunjung datang dari koridor kotor mengikuti
ketentuan pakaian dan ketentuan tingkah laku yang diterapkan pada zona.

2.3.4 Aliran bahan-bahan yang masuk dan keluar Ruang Operasi Rumah Sakit juga harus
memenuhi ketentuan yang spesifik.

2.3.5 Aspek esensial/penting dari zoning ini dan layuot/denah bangunan Ruang Operasi
Rumah Sakit adalah mengatur arah dari tim bedah, tim anestesi, pasien dan setiap
pengunjung dan aliran bahan steril dan kotor.

2.3.6 Dengan sistem zoning ini menunjukkan diterapkannya minimal risiko infeksi pada paska
bedah.

Kontaminasi mikrobiologi dapat disebabkan oleh :

(1) Phenomena yang tidak terkait komponen bangunan, seperti :

(a) mikroorganisme (pada kulit) dari pasien atau infeksi yang mana pasien
mempunyai kelainan dari apa yang akan dibedah.

(b) staf ruang operasi, terkontaminasi pada sarung tangan dan pakaian.

(c) kontaminasi dari instrumen, kontaminasi cairan.

(2) Persyaratan teknis bangunan, seperti :

(a) Denah (layout) sarana Ruang Operasi Rumah Sakit. Jalur yang salah dari
aliran barang “bersih” dan “kotor” dan lalu lintas orang dapat dengan mudah
terjadi infeksi silang.

(b) Sebagai upaya pencegahan dan pengendalian infeksi silang yang disebabkan
oleh alur sirkulasi barang “bersih” dan “kotor” dan alur sirkulasi orang, maka
harus dilengkapi dengan standar-standar prosedur operasional.

(c) Area-area dimana pelapis struktural dan peralatan yang terkontaminasi.


(d) Aliran udara. Udara dapat langsung (melalui partikel debu pathogenic) dan
tidak langsung (melalui kontaminasi pakaian, sarung tangan dan instrumen)
dapat menyebabkan kontaminasi. Oleh karena itu, sistem pengkondisian
udara mempunyai peranan yang sangat penting untuk mencegah kondisi
potensial dari kotaminasi yang terakhir.

Instalasi Tata Udara Ruang Operasi

(1) Untuk mendapatkan kenyamanan kondisi udara ruang di dalam ruang operas,
harus dipertimbangkan temperatur dan kelembaban udara.

(2) Untuk mendapatkan tingkat temperatur dan kelembaban udara di dalam ruangan
dapat dilakukan dengan pengkondisian udara dengan mempertimbangkan :

(a) fungsi ruang, jumlah pengguna, letak, volume ruang, jenis peralatan, dan
penggunaan bahan bangunan.

(b) kemudahan pemeliharaan dan perawatan, dan

(c) prinsip-prinsip penghematan energi dan kelestarian lingkungan.

(3) Sistem ini mengontrol kelembaban yang dapat menyebabkan terjadinya ledakan.
Kelembaban relatip yang harus dipertahankan adalah 45% sampai dengan 60%,
dengan tekanan udara positif pada ruang operasi.

(4) Uap air memberikan suatu medium yang relatip konduktif, yang menyebabkan
muatan listrik statik bisa mengalir ke tanah secapat pembangkitannya. Loncatan
bunga api dapat terjadi pada kelembaban relatip yang rendah.

(5) Temperatur ruangan dipertahankan sekitar 190C sampai 240C.

(6) Sekalipun sudah dilengkapi dengan kontrol kelembaban dan temperatur, unit
pengkondisian udara bisa menjadi sumber micro-organisme yang datang
melalui filter-filternya. Filter-filter ini harus diganti pada jangka waktu yang
tertentu.

(7) Saluran udara (ducting) harus dibersihkan secara teratur.

(8) Ruang operasi dilengkapi dengan sistem aliran laminar ke bawah dengan
hembusan udara dari plenum (8 sampai 9 m2). Pada kondisi kerja dengan lampu
operasi dinyalakan dan adanya tim bedah, suplai udara dan profil hembusan
udara dipilih sedemikian rupa sehingga aliran udara tidak lewat melalui setiap
sumber kontaminasi sebelum mengalir kedalam area bedah atau diatas meja
instrumen.

(9) Jika pada area penyiapan instrumen/ peralatan steril tidak dilakukan di bawah
aliran udara aliran udara ke bawah dari langit-langit, preparasi steril dengan
sistem aliran laminar kebawah harus dibuat sendiri dalam area preparasi steril
atau tempat dimana preparasi steril dilakukan (contoh di koridor kompleks
bedah).

(10) Sebaiknya dipastikan bahwa tidak ada emisi debu dari bagian bawah langit-
langit pada area preparasi dan ruang operasi ke dalam ruangan. Langit-langit
dengan bagian bawah yang rapat sebaiknya digunakan atau ruangan di bagian
bawah langit-langit sebaiknya dapat menahan tekanan khususnya di area
preparasi dan ruang operasi.

(11) Penting untuk memilih perletakan lubang ducting udara masuk dan keluar dari
sistem ventilasi guna mencegah terkontaminasinya udara buang terisap kembali
jika angin meniup dalam arah tertentu.

(12) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan
pemeliharaan kenyamanan kondisi udara pada bangunan rehabilitasi medik
mengikuti SNI 03 – 6572 – 2001, atau edisi terakhir, Tata cara perancangan
sistem ventilasi dan pengkondisian udara pada bangunan gedung, atau pedoman
dan standar teknis lain yang berlaku.
Sistem
4. Analisa terhadap kejadian kebakaran
Adalah system lsitrik yang tidak sesusai atau adanya kabel yang sudah rusak yang
terbuka meyebabkan kebakaran.
Standar agar masalah tidak berulang :
- perlengkapan listrik harus dipasang dengan rapi dan dengan cara yang benar
- perlengkapan listrik harus dipasang dengan kokoh pada tempatnya sehingga letaknya
tidak berubah oleh gangguang mekanis
- perlu perawatan khusus untuk alat alat monitor, kerena berhubungan dengan
keselamatan pasien.

5. Sistem ventilasi yang benar setandar SNI


A) Untuk mendapatkan kenyaman konsisi udara diruangan rawat inap, pegelola perlu
membangun yang mempertimbangkan temperature dan kelembaban udara.
B) Untuk untuk perlu dipertimbangkan :
1. Fundi ruangan, jumlah pengguna, letak, volume ruangan, jenis peralatan, dan
penggunaan barag bangunan.
2. Kemudahan pemeliharaan dan perawatan
3. Perinrip penghematan enargi dan kelestarian lingkungan
C) Kelembapan relaf dipertahankan 30-60 %
D) Temperature ruangan dipertahankan sekitar 680 F sampai 800 F
E) Apabila raungan menggunakan alat pengkondisian udara, unit pengkondisian udara
udara tersebut bias menjadi sumber mikroorganisme melalui filternya, maka harus
sering dilakukan pembersian atau penggantian.
F) Untuk memenuhi persyaratan system ventilasi, bangunan ruangan rawat inap harus
mempunya ventilasi alami dan ventilasi mekanik atau buatan sensuai fungsinya.
G) Bangunan ruangan rawat inap harus mempunyai bukaan permanen kisi-kisi pada
pintu dan jendela bukaan permanan yang dapat dibuka untuk kepentingan ventilasi
alami.
H) Ventilasi mekanik atau buatan harus didesiakan jika ventilasi alami tidak dapat
memenuhi syarat
I) Penerapan system ventilasi harus dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-
prinsip penghematan energy dalam bangunan ruangan rawat inap
J) Pada ruangan perawatan pasie dan koridor diruang rawat inap minimal 4x pertukaran
udara perjam
6. Konsep desain fisik terintegrasi dengan konsep PCC di rumah sakit
Salah satu metode desain dari PCC adalah
1. Pasein memiliki hak untuk membuka dan komunikasi yang jujur dalam kepedulian an
kehangatan lungkingannya
2. Para pasien, keluarga, dan staf professional mempunya peran yang vital dalam tim
3. Pasien bukan unit yang diisolasikan namun anggota keluarga komunitas dan sebuah
budaya
4. Pasein adalah seoorang individu dengan hak tanggung jwab dan pilihan tentang gaya
hidup
5. Sebuag lingkingan yang mendukung, ramah dan peduli adalah komponen penting
yang memeberikan kesehatan bekualitas tinggi
6. Ligkungan fisik sangat penting untuk prosos penyembuhan dan harus dirancang
untuk mempromosikan penyembuhan dan pembelajaran, serta psien dan keluarga
berpertisipasi dalam perawatan.

7. Rancangan ICRA renovasi terhadap sebuah ruangan klinik penyakit dalam di


instalasi rawat jalan dengan jenis pekerjaan adalah mengganti jenis lantai
dengan vynir

1. Perencanaan
a. Tanggal
b. Lokasi : ruang rawat jalan
c. Kegiatan : penggantian lantai vynil
2. Analisis ICRA : aktivilitas kontruksi bangunan berdasrkan type c, kelompok
resiko tinggi, Level ICRA : III/V
Hal yang harus dilakukan :
a. Sebelum melakukan pekerjaan renovasi:
1. Melalkukan pekerjaan dengan metode menganalisi debu dari aktivitas
kontruksi
2. Petugas renovasi menggunakan APD
3. Memalukan metode ayang aktif mecegah debu
b. Selama renovasi :
1. Petugas mamakai APD
2. Jangan melepaskan penghalang dari area kerja
3. Semperotkan air kepermukaan kerja untuk mengontrol debu
8. Menurut analisa saya pasien akan lebih nyaman dan menyenangkan karena
keramahan dan kesopanan yang dimiliki olehh petugas rumah sakit baik dari
dokter perawat, petugas gizi dan CS. Semua petugas mempunya petugas yang
amah sopan, kekeluargaan, murah senyum dan bertanggung jawab terhadap
pekerjaan nya, telaten serta setiap masuk maupun keluar dari kamar psien
mengucapkan sala,.

Anda mungkin juga menyukai