Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

KERJASAMA PROMOTOR KESEHATAN DAN PROFESIONAL


PEMBERI ASUHAN

Untuk memenuhi tugas matakuliah Management Pengolaan PKRS


yang dibina oleh Bapak Dwi Sulistiyanto SKM., M. Kes.

Oleh:

Noraishah P17421194063 Leoni Shafa Primasartika P17421194073

Maria Cahyaning Jasmine P17421194047 Cholifa Arika Wardani P17421194053

Novi Dwi Hidayati P17421194060 Sabilatu Assalamah P17421193039

Fauza Islamiyah P17421193040 Nur Kamila Maulidiah P17421193045

Linggar Ajidarma P17421194067

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KESEHATAN TERAPAN
SARJANA TERAPAN PROMOSI KESEHATAN
FEBRUARI 2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ...........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................3
1.1. Latar Belakang ...........................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................4
1.3. Tujuan ........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................5
2.1. Studi Kasus ................................................................................................5
2.2. Penyelesaian Kasus .....................................................................................5
BAB III PENUTUP ................................................................................................6
3.1. Kesimpulan .................................................................................................6
3.2. Saran ...........................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................7

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gagal Ginjal Kronis (GGK) adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan
tidak dapat pulih kembali, dimana tubuh tidak mampu memelihara metabolisme
dan gagal memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit yang berakibat pada
peningkatan ureum. Pada pasien gagal ginjal kronis mempunyai karakteristik
bersifat menetap, tidak bisa disembuhkan dan memerlukan pengobatan seperti,
transplantasi ginjal, dialisis peritoneal, hemodialisis dan rawat jalan dalam jangka
waktu yang lama (Black & Hawks, 2014).
Masalah kesehatan kedua yang akan dibahas pada makalah kali ini adalah
Diabetes Mellitus. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang terjadi
saat pankreas tidak menghasilkan cukup insulin atau bila tubuh tidak dapat secara
efektif menggunakan insulin yang dihasilkan. Hal ini biasanya menyebabkan
hiperglikemia pada pasien DM. Hiperglikemia pada DM yang tidak dikontrol
dengan baik dapat menyebabkan kerusakan serius pada sistem tubuh, terutama saraf
dan pembuluh darah (Roglic & World Health Organization, 2016).
International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2017 melaporkan bahwa
jumlah penderita DM di dunia pada tahun 2017 mencapai 425 juta orang dewasa
berusia antara 20-79 tahun. Lebih dari 79% penderita hidup di wilayah negara
berkembang dan diperkirakan tahun 2045 jumlah penderita DM akan meningkat
menjadi 629 juta orang. IDF juga melaporkan bahwa Indonesia masuk kedalam 10
besar negara jumlah DM tertinggi dengan jumlah penderita 10,3 juta orang dan
diperkirakan meningkat menjadi 16,7 juta orang pada tahun 2045. Data Riset
Kesehatan Daerah (Riskesdas) menunjukkan bahwa prevalensi penderita diabetes
provinsi Jawa Tengah adalah 2,09% (Kemenkes, 2019).
Angka kejadian gagal ginjal kronis di Indonesia berdasarkan data dari
Riskesdas, (2018) yaitu sebesar 0,38 % dari jumlah penduduk Indonesia sebesar
252.124.458 jiwa maka terdapat 713.783 jiwa yang menderita gagal ginjal kronis
di Indonesia (Riskesdas, 2018). Angka kejadian gagal ginjal kronis di Provinsi Bali
berdasarkan prevalensi penyakit gagal ginjal kronis yaitu 0,44% atau 12.092 jiwa
dari jumlah penduduk 4.225.384 jiwa (Depkes, 2018).

3
Penerapan pola makan yang tidak seimbang menjadi penyebab utama
masalah kesehatan di atas. Pengobatan yang paling utama adalah mengubah gaya
hidup terutama mengatur pola makan yang sehat dan seimbang. Penerapan diet
merupakan salah satu komponen utama dalam keberhasilan penatalaksanaan
diabetes, akan tetapi sering kali menjadi kendala dalam pelayanan diabetes karena
dibutuhkan kepatuhan dan motivasi dari pasien itu sendiri (Setyorini, 2017)
Kepatuhan penderita diabetes dan gagal ginjal kronik terhadap pengaturan dan
perencanaan pola makan merupakan salah satu kendala pada pasien diabetes dan
gagal ginjal kronik.
Selain menimbulkan komplikasi yang berat DM juga membuat penderita
tidak mampu beraktivitas atau bekerja seperti biasa, dan memberikan beban bagi
keluarga, serta merugikan dari segi ekonomi, karena memerlukan perawatan dan
pengobatan seumur hidup. DM dapat berhasil dikelola dan dicegah komplikasinya,
terutama ketika terdeteksi lebih awal. Bahkan lebih baik, melakukan pencegahan
dengan membuat perubahan gaya hidup, seperti meningkatkan diet dan latihan fisik
(Shaw et al., 2010).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Diabetes Mellitus?
2. Apa yang dimaksud dengan Gagal Ginjal Kronik?
3. Bagaimana peran educator kesehatan membangun kemitraan dengan PPA
di rumah sakit?
4. Bagaimana educator kesehatan dalam meyelesaikan kasus di lapangan?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan pengertian masalah kesehatan Diabetes Mellitus.
2. Menjelaskan pengertian masalah kesehatan Gagal Ginjal Kronik.
3. Mendeskripsikan peran educator kesehatan dalam membangun kemitraan
dengan PPA di rumah sakit.
4. Menyusun langkah untuk educator kesehatan dalam menyelesaikan kasus
di lapangan?

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Studi Kasus
Di ruang ICU ditemukan pasien yang menderita diabetes dan gagal ginjal
kronik dan pasien tidak dapat berkomunikasi secara langsung, seorang educator
harus bisa memberikan edukasi yang baik kepada pasien atau keluarga pasien
dengan menjaga diet atau menjaga asupan karbohidrat pasca keluar rumah sakit,
maka educator harus bekerjasama dengan PPA manakah dan rencanakan kebutuhan
edukasi hingga ilustrasi pelaksanaan edukasi.

2.2 Penyelesaian Kasus


Berdasarkan uraian kasus di atas, maka tindakan yang diambil oleh promotor
kesehatan untuk memberikan edukasi kepada pasien adalah melalui kegiatan
konseling mengenai diet berupa pengaturan pola makan terutama asupan
karbohidrat pasca keluar rumah sakit. Dalam pelaksanaan edukasi kesehatan,
promotor kesehatan akan bekerja sama dengan PPA, yaitu dokter yang praktik di
ruang ICU tersebut. Promotor kesehatan akan menginformasikan kepada dokter
jaga untuk selanjutnya dilakukan konseling kepada pasien dan keluarga pasien
mengenai hal tersebut di atas. Dalam proses edukasi, akan digunakan media
promosi kesehatan berupa Leaflet.

5
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Seorang educator harus bisa memberikan edukasi yang baik kepada pasien
atau keluarga pasien dengan menjaga diet atau menjaga asupan karbohidrat pasca
keluar rumah sakit. Seorang educator harus bekerjasama dengan PPA manakah dan
merencanakan kebutuhan edukasi hingga ilustrasi pelaksanaan edukasi.

3.2 Saran
Dalam melaksanakan pemberdayaan Pasien dan Keluarga Pasien agar
intervensi Promosi Kesehatan berjalan efektif harus memperhatikan sosial budaya,
tingkat pendidikan, ekonomi, etnis, agama, bahasa yang digunakan serta hambatan
komuniasi, emosional dan motivasi untuk berubah, keterbatasan fisik dan kognitif,
serta kesediaan Pasien menerima informasi. Pemberdayaan Pasien dan Keluarga
Pasien dalam Promosi Kesehatan berkelanjutan dilaksanakan pada Pasien setelah
pulang dari Rumah Sakit atau rujuk balik sesuai dengan hasil reasesmen kebutuhan
Promosi Kesehatan.

6
Daftar Pustaka
Prabowo, N. A., Ardyanto, T. D., Hanafi, M., Kuncorowati, N. D. A., Dyanneza,
F., Apriningsih, H., & Indriani, A. T. (2021). Peningkatan Pengetahuan Diet
Diabetes, Self Management Diabetes dan Penurunan Tingkat Stres Menjalani
Diet pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit Universitas
Sebelas Maret. Warta LPM, 24(2), 285-296

Anda mungkin juga menyukai