Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH PADA PASIEN COVID 19

A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
B. TINJAUAN TEORI
1. PENGERTIAN
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga,tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap
diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan
diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai
ideal diri. ( Yosep,2009)
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri
sendiri atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung
atau tidak langsung diekspresikan. ( Towsend,2008)
Harga diri adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. ( Keliat
BA,2006)
Definisi COVID-19
Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif,
berkapsul dan tidak bersegmen. Coronavirus tergolong ordo
Nidovirales, keluarga Coronaviridae. Coronaviridae dibagi dua
subkeluarga dibedakan berdasarkan serotipe dan karakteristik genom.
Terdapat empat genus yaitu alpha coronavirus, betacoronavirus,
deltacoronavirus dan gamma coronavirus (Maurer-stroh, 2020).
Berdasarkan penemuan, terdapat tujuh tipe Coronavirus yang dapat
menginfeksi manusia saat ini yaitu dua alphacoronavirus (229E dan
NL63) dan empat betacoronavirus, yakni OC43, HKU1, Middle East
respiratory syndrome-associated coronavirus (MERS-CoV), dan
severe acute respiratory syndrome-associated coronavirus
(SARSCoV). Yang ketujuh adalah Coronavirus tipe baru yang menjadi
penyebab kejadian luar biasa di Wuhan, yakni Novel Coronavirus
2019 (2019-nCoV) (IDPI, 2020).
Pandemi virus Corona tidak hanya mengancam kesehatan fisik,
namun juga kesehatan mental setiap individu. Tidak hanya rasa takut,
efek psikologis yang ditimbulkan pun bisa berdampak serius. Wabah
infeksi virus Corona atau Covid 19 semakin meluas dan telah
menjangkit lebih dari 190 negara, termasuk Indonesia. Di Indonesia
sendiri, jumlah pasien positif COVID-19 bertambah dengan cepat.

Hal tersebut tentu dapat menimbulkan rasa takut dan panik.


Apalagi anjuran untuk diam di rumah serta kebijakan social
distancing, yang kini disebut physical distancing, sedikit banyak
menimbulkan jarak secara emosional antara keluarga, sahabat, rekan
kerja, teman, atau umat persekutuan di tempat ibadah yang dapat
saling memberi dukungan.Bagi sebagian orang, hal ini bisa dirasakan
sebagai suatu tekanan atau beban yang sangat besar. Bila tidak
dikendalikan, tekanan tersebut akan berdampak negatif pada kesehatan
mental.

Gangguan Kesehatan Mental Saat Pandemi Virus Corona

Gangguan kesehatan mental yang terjadi selama pandemi dapat


disebabkan oleh berbagai hal, seperti ketakutan terhadap wabah, rasa
terasing selama menjalani karantina, kesedihan dan kesepian karena
jauh dari keluarga atau orang yang dikasihi, kecemasan akan
kebutuhan hidup sehari-hari, ditambah lagi kebingungan akibat
informasi yang simpang siur.

Hal-hal tersebut tidak hanya berdampak pada orang yang telah


memiliki masalah kesehatan mental, seperti depresi atau gangguan
kecemasan umum, namun juga dapat memengaruhi orang yang sehat
secara fisik dan mental. Beberapa kelompok yang rentan mengalami
stres psikologis selama pandemi virus Corona adalah anak-anak,
lansia, dan petugas medis. Tekanan yang berlangsung selama pandemi
ini dapat menyebabkan gangguan berupa:

 Ketakutan dan kecemasan yang berlebihan akan


keselamatan diri sendiri maupun orang-orang terdekat

 Perubahan pola tidur dan pola makan

 Bosan dan stres karena terus-menerus berada di rumah,


terutama pada anak-anak

 Sulit berkonsentrasi

 Penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan


 Memburuknya kesehatan fisik, terutama pada penderita
penyakit kronis, seperti diabetes dan hipertensi

 Munculnya gangguan Psikosomatis

2. FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI


Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri
seseorang. Dalam tinjuan life span history klien. Penyebab terjadinya
harga diri rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang
diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai masa
remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan
tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal di sekolah,
pekerjaan atau pergaulan. Harga diri rendah muncul saat lingkungan
cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya.
( Yosep,2009)
Menurut Stuart & Sundeen (2006), faktor-faktor yang
mengakibatkan harga diri rendah kronik meliputi faktor predisposisi
dan faktor presipitasi sebagai berikut :

a. Faktor predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan
orang tua, harapan orang tua yang tidak realistik, kegagalan
yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang tidak
realistis.
2) Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereotipe
peran gender, tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya
3) Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi
ketidakpercayaan orangtua, tekanan dari kelompok sebaya, dan
perubahan struktur sosial. (Stuart & Sundeen, 2006)
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya
adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk
tubuh,kegagalan atau produktivitas yang menurun. Secara umum,
gangguan konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi secara
emosional atau kronik. Secara situasional karena trauma yang
muncul secara tiba-tiba, misalnya harus
dioperasi,kecelakaan,perkosaan atau dipenjara, termasuk dirawat
dirumah sakit bisa menyebabkan harga diri rendah disebabkan
karena penyakit fisik atau pemasangan alat bantu yang membuat
klien sebelum sakit atau sebelum dirawat klien sudah memiliki
pikiran negatif dan meningkat saat dirawat.( Yosep,2009)
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping
individu yang tidak efektif akibat adanya kurang umpan balik
positif, kurangnya system pendukung kemunduran perkembangan
ego, pengulangan umpan balik yang negatif, disfungsi system
keluarga serta terfiksasi pada tahap perkembangan awal.
(Townsend,2008)

3. RENTANG RESPON

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Keracunan Depersona


diri rendah identitas lisasi
4. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapinya.

a. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang


positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan
dapat diterima
b. Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman
yang positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif
maupun yang negatif dari dirinya.(Eko P, 2014)
5. Respon Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon yang diberikan individu ketika dia
tidak mampu lagi menyelesaikan masalah yang dihadapi.
a. Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai
dirinya yang negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain.
b. Keracunan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas
sehingga tidak memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan.
c. Depersonalisasi (tidak mengenal diri) tidak mengenal diri yaitu
mempunyai kepribadian yang kurang sehat, tidak mampu
berhubungan dengan orang lain secara intim. Tidak ada rasa
percaya diri atau tidak dapat membina hubungan baik dengan orang
lain.(Eko P,2014)

4. TANDA DAN GEJALA


Menurut Carpenito dalam keliat (2011) perilaku yang berhubungan dengan
harga diri rendah antara lain : a. Mengkritik diri sendiri
b. Menarik diri dari hubungan sosial
c. Pandangan hidup yang pesimis
d. Perasaan lemah dan takut
e. Penolakan terhadap kemampuan diri sendiri
f. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri
g. Hidup yang berpolarisasi
h. Ketidakmampuan menentukan tujuan
i. Merasionalisasi penolakan
j. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah
k. Menunjukkan tanda depresi ( sukar tidur dan sukar makan )

Sedangkan menurut Stuart (2006) tanda- tanda klien dengan harga diri
rendah yaitu :
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri adalah akibat penyakit dan akibat
tindakan terhadap penyakit
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri
c. Merendahkan martabat
d. Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri
e. Percaya diri kurang
f. Menciderai diri

Pohon Masalah

Isolasi Sosial
effect

Harga Diri Rendah Kronik


Core Problem

Koping Individu Tidak Efektif


Causa

Gambar : Mukhripah D& Iskandar (2012)


5. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Isolasi sosial menarik diri b/d harga diri rendah
b. Gangguan konsep diri: Harga diri rendah berhubungan dengan
koping individu inefektif

6. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


TUJUAN INTERVENSI
Tujuan umum : Bina hubungan saling percaya dengan
Pasien memiliki konsep diri yang mengungkapkan prinsip komumikasi
positif terapeutik:
Tujuan khusus : 1. Sapa pasien dengan ramah baik
TUK 1 : verbal maupun non verbal
Pasian dapat membina hubungan 2. Perkenalkan diri dengan sopan
saling percaya dengan perawat 3. Tanyakan nama lengkap pasien dan
kriteria hasil: nama panggilan yang disukai pasien
setelah…..x interaksi,pasien 4. Jelaskan tujuan pertemuan
menunjukkan ekspresi wajah 5. Jujur dan menepati janji
bersahabat ,menunjukkan rasa 6. Tunjukkan sikap empati dan
senang,ada kontak mata,mau menerima pasien apa adanya
berjabat tangan,mau 7. Beri perhatian kepada pasien dan
menyebut nama,mau perhatikan kebutuhan dasar pasien
menjawab salam,pasien mau
duduk,berdampingan dengan
perawat,mau mengutarakan masalah
yang dihadapi

TUK 2 : 1. Diskusikan kemampuan aspek


Pasien dapat mengidentifikasi positif , keluarga dan lingkungan
kemampuan dan aspek positif yang yang dimiliki pasien
dimiliki Kriteria hasil: 2. Bersama pasien membuat daftar
Setelah.….x interaksi pasien dapat tentang :
menyebutkan: a. Aspek positif pasien,
a. Kemampuan yang dimiliki keluarga, dan lingkungan
pasien b. Kemampuan yang dimiliki
b. Aspek positif keluarga pasien
c. Aspek positif lingkungan 3. Utamakan memberi pujian yang
realistik dan hindarkan penilaian
negatif
TUK 3 : 1. Diskusikan dengan pasien
Pasien dapat menilai kemampuan kemampuan yang masih dapat
yang dimiiki untuk digunakan dilaksanakan dan digunakan selama
Kriteria hasil: sakit

Setelah…..x interaksi pasien dapat 2. Diskusikan kemampuan yang


menyebutkan kemampuan yang dapat dilanjutkan
penggunaannya
dapat digunakan

TUK 4 : 1. Rencanakan bersama pasien


Pasien dapat (menetapkan) aktivitas yang dapat dilakukan
merencanakan kegiatan setiap hari sesuai kemampuan
sesuai dengan kemampuan a. Kegiatan mandiri
yang dimiliki Kriteria hasil: b. Kegiatan dengan bantuan
Setelah…..x interaksi, pasien c. Kegiatan yang
mampu membuat rencana kegiatan membutuhkan bantuan
harian total
2. Tingkatkan kegiatan sesuai
dengan toleransi kondisi pasien
3. Beri contoh cara pelaksanaan
kegiatan yang boleh pasien
lakukan
TUK 5 : 1. Beri kesempatan pada pasien
Pasien dapat melakukan kegiatan untuk mencoba kegiatan yang
sesuai dengan rencana yang telah telah direncanakan
dibuat 2. Pantau kegiatan yang
Kriteria hasil: dilaksanakan pasien
Setelah…..x pertemuan,pasien 3. Beri pujian atas
dapat melakukan kegiatan jadwal keberhasilan pasien
yang telah dibuat
4. Diskusikan kemungkinan
pelaksanaan kegiatan setelah
pasien pulang

TUK 6 : 1. Beri pendidikan kesehatan pada


Pasien dapat memanfaatkan system keluarga tentang cara merawat
pendukung yang ada pasien dengan harga diri rendah
Kriteria hasil: 2. Bantu keluarga
memberikan dukungan selama
Setela…..x pertemuan,pasien
pasien dirawat
memanfaatkan system pendukung 3. Bantu keluaga menyiapkan
yang ada di keluarga lingkungan rumah
TUK 7 : Diskusikan dengan pasien dan keluarga
Pasien dapat memanfaatkan obat tentang dosis ,frekuensi dan manfaat obat
dengan baik 1. Anjurkan pasien meminta sendiri
Kriteria hasil: obat pada perawat, dan
Setelah….. pertemuan merasakan manfaatnya
1. Pasien dan keluarga dapat 2. Anjurkan pasien dengan bertanya
menyebutkan manfaat,dosis kepada dokter tentang efek dan
dan efek samping obat efek samping obat yang
2. Pasien dapat dirasakan.
mendemonstrasikan 3. Diskusikan akibat berhentinya
penggunaan obat tanpa konsultasi
3. Pasien termotivasi untuk 4. Bantu pasien menggunakan obat
dengan prinsip 5 benar
berbicara dengan perawat
apabila dirasakan ada efek
samping obat
4. Pasien memahami akibat
berhentinya obat
5. Pasien dapat menyebutkan
prinip 5 benar penggunaan
obat

DAFTAR PUSTAKA

Herdman. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.


Iskandar, M. D. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika
Aditama.

Keliat. (2006). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa : edisi 2. Jakarta: EGC.

Keliat, C. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Yogyakarta: EGC.

Prabowo, E. (2014). Konsep&Aplikasi ASUHAN KEPERAWATAN JIWA.


Yogyakarta : Nuhamedika.

Sundeen, S. &. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Townsend. (2008). Nursing Diagnosis in Psuchiatric Nursing a Pocket Guide for


Care Plan Construction. jakarta: EGC.

Sari, Kartika. (2015).Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa.


Jakarta: CV.Trans Info Media
LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH PADA PASIEN COVID 19

DI SUSUN OLEH :
NUR AZIS GUSTA MARDIKA
NIM. 1821014

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PARALEL

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANGTUAH

2020

Anda mungkin juga menyukai