Anda di halaman 1dari 11

TUGAS KEPERAWATAN JIWA

RESUME BAB I, II DAN VIII


DAN SPTK RESIKO PERILAKU KEKERASAN

DOSEN PEMBIMBING:
Dya Sustrami,S.Kep.,Ns.,M.Kes

MAHASISWA:
NI LUH PUTU MEISANINGSIH NIM. 1820038

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2020
HASIL RESUME

Menurut hasil yang saya baca dan saya cermati dari modul perkembangan perawat jiwa di
Dunia dan Indonesia serta hubungannya dengan dibentuknya konsep dasar keperawatan jiwa,
hingga menerapkan peran perawat dalam pemberian obat dengan memperhatikan 5 prinsip benar
pemberian obat psikofarmaka.
Semua orang tentu mengenal keperawatan tapi belum tentu semua orang mengenal ilmu
keperawatan atau sejarah dari ilmu keperawatan. Definisi dari perawat sendiri yaitu suatu profesi
yang difokuskan pada bidang perawatan individu, keluarga, dan komunitas dalam memelihara
dan menyembuhkan kesehatan secara optimal. Banyak orang yang berminat untuk mempelajari
ilmu keperawatan. Alasannya karena perawat adalah salah satu profesi yang mulia. Mereka
membantu orang lain mulai dari menjaga sampai menyembuhkan penyakit yang diderita. Nah
kali ini saya akan memfokuskan pada keperawatan jiwa.
Awal Perkembangan keperawatan jiwa dimulai jaman peradaban. Pada masa ini suku
Yunani dan Arab percaya bahwa gangguan jiwa disebabkan karena tidak berfungsinya organ
otak. Pengobatan pada masa ini telah mengabungkan berbagai pendekatan pengobatan seperti:
memberikan ketenangan, mencukupi asupan gizi yang baik, melaksanakan kebersihan badan
yang baik, mendengarkan musik dan melakukan aktivitas rekreasi.Perkembangan keperawatan
jiwa pada abad 21 lebih menekankan pada upaya preventif melalui pengembangan
pusatkesehatan mental, praktek mandiri, pelayanan di rumah sakit dan pelayanan day care
sertamengidentifikasi pemberian asuhan keperawatan pada kelompok berisiko tinggi dan
pengembangan sistem management patient care dengan pendekatan multidisipliner.
Perkembangan keperawatan jiwa di dunia dimulai pada masa Peradaban, Masa ini
dimulai antara tahun 1770 sampai dengan tahun 1880, ditandai dengan dimulainya pengobatan
terhadap pasien gangguan mental. Dokter Yunani Galen, mengatakan ada hubungan antara
kerusakan pada otak dengan kejadian gangguan mental dan perubahan emosi. dimana telah
digunakannya kuil sebagai rumah sakit dengan lingkungan yang bersih, udara yang segar, sinar
matahari dan penggunaan air bersih.
Kemuadian Masa Pertengahan, Masa ini merupakan periode pengobatan modern pasien
gangguan jiwa. Bapak Psikiatric Perancis Pinel, Tindakan yang diperkenalkan nya adalah
menerapkan komunikasi dengan pasien, melakukan observasi perilaku pasien dan melakukan
pengkajian riwayat perkembangan pasien.
Abad 18 dan 19. Diakhir abad 19 peran perawat jiwa menjadi yang sangat besar, karena
peran perawat menjadi sangat penting seperti menjadi bagian dari tim kesehatan, mengelola
pemberian obat penenang dan memberikan hidroterapi. Sedangkan fokus pemberian asuhan
keperawatan jiwa dalam pengobatan pskiatrik seperti, menjadi bagian dari tim kesehatan,
mengelola pemberian obat penenang dan memberikan hidroterapi
Keperawatan Jiwa di Abad 20. Keperawatan jiwa pada abad ini dilaksanakan melalui
pembelajaran teori, praktek dilaboratorium, praktek klinik di RS dan Masyarakat. Pada abad 21
adalah mengembangkan asuhan keperawatan berbasis komunitas dengan menekankan upaya
preventif melalui pengembangan pusatkesehatan mental, praktek mandiri, pelayanan di rumah
sakit, pelayanan day care,home visite dan hospice care dan pengembangan.
Sejarah dan perkembangan keperawatan jiwa di Indonesia dipengaruhi oleh faktor sosial
ekonomi akibat penjajahan yang dilakukan oleh kolonial Belanda, Inggris dan Jepang.
Perkembangannya dimulai pada masa penjajahan Belanda sampai pada masa kemerdekaan. Pada
masa pemerintahan kolonial Belanda, perawat merupakan penduduk pribumi yang disebut
Velpeger dengan dibantu Zieken Oppaser sebagai penjaga orang sakit.Tahun 1799 pemerintah
kolonial Belanda mendirikan Rumah Sakit Binen Hospital di Jakarta, Dinas Kesehatan Tentara
dan Dinas Kesehatan Rakyat yang bertujuan untuk memelihara kesehatan staf dan tentara
Belanda. Jenderal Daendels juga mendirikan rumah sakit di Jakarta, Surabaya dan Semarang,
tetapi tidak diikuti perkembangan profesi keperawatan, karena tujuannya hanya untuk
kepentingan tentara Belanda. Sedangkan pada zaman penjajahan Jepang masalah kesehatan
menjadi lebih buruk dibandingkan pada masa penjajahan Belanda dan Inggris karena rs diambil
alih oleh jepang dan tidak dilakukan oleh tenaga terdidik. Zaman Kemerdekaan Empat tahun
setelah kemerdekaan barulah dimulai pembangunan bidang kesehatan yaitu pendirian rumah
sakit, balai pengobatan dan pendirian sekolah keperawatan dimulai pertama kali tahun 1952
yaitu Sekolah Guru Perawat dan sekolah perawat setingkat SMP dan hingga kini berdirilah
PSIK-PSIK baru seperti di Undip, UGM, UNHAS dll.
Keperawatan jiwa memandang manusia sebagai mahluk kholistik, yaitu mahluk
biopsikososialspiritual. Banyak ahli mendefinisikan mengenai sehat jiwa diantaranya menurut
WHO dan UU Kesehatan Jiwa No.03 Tahun 1966. Banyak difinisi ciri-ciri sehat jiwa menurut
para ahli seperti Yahoda, WHO dan Maslow. Untuk mengetahui keperawatan dan membantu
memahami setiap fenomena kita mengenal dengan Paradigma keperawatan Jiwa yang bertujuan
mengatur hubungan antara teori dan model konseptual guna mengembangkan berbagai teori teori
sebagai kerangka kerja keperawatan. Model konseptual memberikan keteraturan untuk berfikir,
mengobservasi dan menginterpretasi apa yang dilihat, memberikan arah riset untuk
mengidentifikasi suatu pertanyaan untuk menjawab fenomena dan menunjukkan pemecahan
masalah. Tujuan dari model konseptual keperawatan yaitu, Menjaga konsistensi pemberian
asuhan keperawatan. Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan
keperawatan. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan keputusan. Dan
Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap anggota tim
keperawatan.
Setelelah mengetahui konsep dasar keperawatan jiwa, perawat memiliki peranan yang
penting dalam program terapi psikofarmaka, perawat harus memiliki pengetahuan yang cukup
tentang permasalahan yang sedang dihadapi oleh klien. Hasil identifikasi masalah kesehatan jiwa
yang dialami oleh klien terkait dengan program pemberian obat psikofarmaka dapat
dikelompokkan seperti psikosis, gangguan depresi, gangguan mania, gangguan ansietas,
gangguan insomnia, gangguan obasesif kompulsif dan gangguan panic. Dan Cara penggunaan
obat psikofarmaka, Perawat harus memahami prinsip-prinsip dalam pemberian obat
psikofarmaka yang meliputi jenis, manfaat, dosis, cara kerja obat dalam tubuh, efek samping,
cara pemberian, kontra indikasi atau yang sering kita dengar dengan 5 prinsip benar pemberian
obat. Serta dalam pemberian obat psikofarmaka perawat harus memahami mengenai pengkajian
klien, koordinasi terapi modalitas, pemberian piranti psikofarmakologik, pemantauan efek obat,
pendidikan klien, program rumatan obat, dan peran serta dalam penelitian klinik interdisiplin
terhdap uji coba obat. Tidak lupa juga dengan Evaluasi pemberian obat psikofarmaka, dimana
ditujukan pada kewaspadaan perawat terhadap penggunaan obat psikofarmaka sehingga perawat
harus menyadari bahwa beberapa masalah mungkin timbul berkaitan dengan penggunaan obat
psikofarmaka.
FORMAT
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(Dibuat setiap kali sebelum interaksi / pertemuan dengan klien)

SP 1.
A. PROSES KEPERAWATAN.
1. Kondisi Klien:
Klien tenang, kooperatif, klien mampu menjawab semua pertanyaan yang diajukan
2. Diagnosa Keperawatan.
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan Khusus (TUK)
A. Pasien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan
B. Pasien dapat mengidentifikasi tanda – tanda perilaku kekerasan
C. Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya
D. Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya
E. Pasien dapat menyebutkan cara mencegah atau mengendalikan perilaku kekerasannya
4. Tindakan Keperawatan
SP 1 Klien :
Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab marah, tanda dan gejala
yang dirasakan perilaku kekerasan yang dilakukan, akibat dan cara mengendalikan
perilaku kekerasan dengan cara fisik pertama (latihan nafas dalam)

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
a. FASE PRAINTERAKSI
b. FASE ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
Assalamu’alaikum , selamat pagi bu, perkenalan nama saya putu meisa, saya
perawat yang dinas diruang siwah ini, saya dinas diruangan ini selama 2 minggu. Hari ini
saya dinas pagi dari jam 7 sampai jam 2 siang, jadi selama 2 minggu ini saya yang
merawat ibu. Nama Ibu siapa? Dan senangnya ibu dipanggil apa?

2. Evaluasi / validasi
Bagaimana perasaan ibu saat ini?
Masih adakah perasaan kesal atau marah?
Baiklah, sekarang kita akan berbincang-bincang tentang perasaan yang ibu rasakan?

3. Kontrak
Topik : Risiko perilaku kekerasan
Waktu : 20 menit
Tempat : Di Ruang siwah

c. FASE KERJA
“Apakah yang menyebabkan ibu D marah?” “apakah sebelumnya ibu D pernah
marah terus penyebabnya apa ?” “sakah dengan yang sekarang?” Pada saat penyebab
marah itu ada seperti rumah yang berentakan, makanan yang tidak tersedia, air tidak
tersedia(misalnya ini penyebab marah klien), “apa yang ibu R rasakan?” “Apakah ibu D
merasa kesal, kemudian dada ibu berdebar-debar, mata melotot, rahang terkatup rapat, dan
tangan mengepal?”. Apa yang ibu lakukan selanjutnya, apakah denga ibu D marah-marah,
keadaan jadi lebih baik? Menurut ibu adakah cara lain yang lebih baik selain marah-
marah? Maukah ibu belajar mengungkapkan marah dengan baik tanpa menimbulkan
kerugikan ada beberapa cara fisik untuk mengendalikan rasa marah, hari ini kita belajar
satu cara dulu, “ begini bu, kalau tanda-marah itu sudah ibu rasakan ibu berdiri lalu terik
nafas dari hidung, tahan sebntar, lalu keluarkan secara perlahan-lahan dari mulut seperti
mengeluarkan kemarahan, coba lagi bu dan lakukan 5x. Bagus sekali ibu D sudah dapat
melakukannya.”
“nah sebaiknya latihan ini ibu D lakukan secara rutin, hingga bila sewaktu-waktu rasa
marah itu muncul ibu D sudah terbiasa melakukannya”.
d. FASE TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan Ibu D setelah berbincang-bincang tentang kemarahan ibu?
Coba ibu D sebutkan penyebab ibu marah dan yang ibu rasakan, dan apa yang ibu
lakukan serta akibatnya. Baik, sekarang latihan tadi kita masukkan ke jadwal harian ya
Bu berapa kali sehari ibu mau latihan nafas dalam ? Bagus Nanti tolong ibu tulis M,
bila ibu melakukannya sendiri, tulis B, dan T bila ibu dibantu dan bila ibu tidak
melakukan”
Evaluasi obyektif
Perawat mengambil data dari tingkah laku klien yang dapat diobservasi dan diukur,
dapat diperoleh menggunakan panca indra selama melakukan pemeriksaan

2. Rencana Tindak Lanjut


Baik Bu, bagaimana kalau besok  kita latihan cara lain untuk mencegah dan
mengendalikan marah ibu D. Dimana kita akan latihan, bagaimana kalau tempatnya
disini saja ya Bu? Berapa lama kita akan lakukan, bagaimana kalau 20 menit saja
Saya pamit dulu Ibu…Assalamu’alaikum.”                                                                                      

3. Kontrak yang akan datang


Topik : latiahan lanjutan
Waktu : 20 menit
Tempat : Ruang siwah

SP 2
A. PROSES KEPERAWATAN.
1. Kondisi klien
Klien tenang, kooperatif, ada kontak mata saat berbicara.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus
a. Melatih cara  mencegah atau mengontrol perilaku kekerasan secara fisik
kedua
b. Mengevaluasi latihan nafas dalam
c. Melatih cara fisik ke 2: pukul kasur dan bantal
d. Menyusun jadwal kegiatan harian cara kedua

1. Tindakan Keperawatan
SP 2 klien :
Membantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik ke
dua (evaluasi latihan nafas dalam, latihan mengendalikan perilaku kekerasan
dengan cara fisik ke dua : pukul kasur dan bantal), menyusun jadwal kegiatan 
harian cara ke dua.

B.    STRATEGI  PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Fase prainteraksi.
2. Fase Orientasi
“ Assalamu’alaikum Ibu D, masih ingat nama saya” bagus Ibu,,,ya saya Putu
meisa”
“sesuai dengan janji saya kemarin, sekarang saya datang lagi.
“Bagaimana perasaan ibu saat ini, adakah hal yang menyebabkan ibu marah?”
“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengendalikan perasaan marah dengan    
kegiatan fisik untuk cara yang kedua.”
“ mau berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit?”
“ Dimana kita bicara? Bagaimana kalau di ruang tamu ini ya Bu”

3. Fase Kerja
“ Kalau ada yang menyebabkan ibu marah dan muncul perasaan kesal, selain
nafas dalam ibu dapat memukul kasur dan bantal.”“ Sekarang mari kita latihan
memukul bantal dan kasur mari ke kamar ibu? Jadi kalau nanti ibu kesal atau
marah, ibu langsung kekamar dan lampiaskan marah ibu tersebut dengan
memukul bantal dan kasur.Nah coba ibu lakukan memukul bantal dan kasur, ya
bagus sekali ibu melakukannya!”“ Nah cara ini pun dapat dilakukan secara rutin
jika ada perasaan marah, kemudian jangan lupa merapikan tempat tidur Ya.”

4. Fase Terminasi      
“ Bagaimana perasaan ibu setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?”“ Coba
ibu sebutkan ada berapa cara yang telah kita latih? Bagus!”
“ Mari kita masukkan kedalam jadwal kegiatan sehari-hari ibu. Pukul berapa ibu
mau mempraktikkan memukul kasur atau bantal?
Bagaimana kalau setiap bangun tidur? Baik jadi jam 5 pagi dan jam 3 sore, lalu
kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara tadi ya Bu.“
Sekarang ibu istirahat, 2 jam lagi kita ketemu ya Bu, kita akan belajar
mengendalikan marah dengan belajar bicara yang baik. Sampai
Jumpa!”    Assalamu’alaikum

SP 3.
A. PROSES KEPERAWATAN.
1. Kondisi klien
Klien kooperatif, tenang, ada kontak mata saat berbicara, sesekali nada bicara agak tinggi.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus
a. Melatih cara  mencegah/ mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal   
b. Mengevaluasi jadual harian untuk dua cara fisik
c. Melatih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik, meminta dengan
baik, mengungkapkan perasaan dengan baik
d. Menyusun jadwal latihan mengungkapkan secara verbal

4. Tindakan Keperawatan
SP3 klien :
Membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara sosial/verbal (evaluasi
jadwal harian tentang dua cara fisik mengendalikan perilaku kekerasan, latihan
mengungkapkan rasa marah secara verbal ( menolak dengan baik, meminta dengan baik,
mengungkapkan perasaan dengan baik), susun jadwal latihan mengungkapkan marah
secara verbal)

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN.


1. Fase prainteraksi
2. Fase Orientasi
“ Assalamu’alaikum Ibu D, masih ingat nama saya” bagus Ibu,,,ya saya Putu
meisa”, sesuai dengan janji saya 2 jam yang lalu sekarang kita ketemu lagi”
“Bagaimana bu, sudah dilakukan tarik nafas dalam dan pukul kasur bantal?
Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?”“Coba saya lihat
jadual kegiatan hariannya. “Bagus,
“Bagaiman kalau kita sekarang latihan cara bicara untuk mencegah marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau ditempat yang
sama?”
“Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaiman kalau 10 menit?”

3. Fase Kerja
“Sekarang kita latihan cara bicara  ibu baik untuk mencegah marah. Kalau
marah sudah disalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal,
dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita
marah. Ada tiga caranya bu: 1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan
suara yang rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin ibu
mengatakan penyebab marahnya karena makanan tidak tersedia, rumah
berantakan, Coba ibu minta sediakan makan dengan baik:” bu, tolong sediakan
makan dan bereskan rumah” Nanti biasakan dicoba disini untuk meminta baju,
minta obat dan lain-lain. Coba ibu praktekkan . Bagus bu. “Yang kedua :
Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan ibu tidak ingin
melakukannya, katakan: ‘maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang
ada kerjaan’. Coba ibu praktekkan . Bagus bu.” Yang ketiga Mengungkapkan
perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal ibu dapat
mengatakan:’Saya jadi ingin marah karena perkataan mu itu’. Coba
praktekkan. Bagus.
 
4. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah bercakap-cakap tentang cara mengontrol marah
dengan bicara yang baik?’ “Coba ibu sebutkan lagi cara bicara yang baik yang
telah kita pelajari.”“Bagus sekali, sekarang mari kita masukkan dalam jadwal.
Berapa kali sehari ibu mau latihan bicara yang baik? bisa kita buat jadwalnya?”
“Coba masukkan dalam jadwal latihan sehari-hari, misalnya meminta
obat, makanan dll. Bagus nanti dicoba ya bu!” Baik, besok kita ketemu lagi
untuk melihat sejauh mana ibu melaksanakan kegiatan dan sejauh mana dapat
mencegah rasa marah. Selamat siang bu, sampai jumpa.”…. Assalamu’alaikum

Anda mungkin juga menyukai