Anda di halaman 1dari 20

1.1.

Anatomi Usus Halus

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di
antara lambung dan usus besar. Diameter usus halus kurang lebih 2,5 cm. Usus halus
(intestinum) merupakan tempat penyerapan sari makanan dan tempat terjadinya proses
pencernaan yang paling panjang.  Usus halus terdiri dari tiga bagian, yaitu :
a. Usus dua belas jari (duodenum)
b. Usus kosong (jejunum)
c. Usus penyerap (ileum)

a. Usus 12 Jari
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak
setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum).Bagian usus dua
belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus (25 – 30 cm) dimulai dari
bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.
pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua
belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Nama
duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum),  yang
merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum
melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh,
duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan
makanan
Duodenum dibagi menjadi 4 bagian:
 Bagian pertama (duodenal cap)
Bebas bergerak dan ditutupi oleh peritoneum kecuali jika terdapat
ulkus duodenum. Bagian ini mempunyai cekungan mukosal longitudinal
sementara bagian lain hanya cekungan transversal. Lapisan anterior dan
posterior dari peritoneum yang meliputi bagian atas dari duodenal cap
akan melanjutkan diri menjadi ligamentum hepatoduodenale , yang berisi
Portal Triad ( duktus koledokus , arteri hepatika dan vena porta). Tepi
anterior dari foramen Winslowi terbentuk oleh karena adanya tepi bebas
dari ligamentum ini. Tepat diatas duodenal cap terdapat kantong empedu
dan hepar segmen empat. Dibawah dan dibelakang dari duodenal cap
adalah caput pankreas. Piloroplasti dan reseksi gastroduodenal menjadi
lebih mudah jika pilorus dan duodenum di mobilisasikan kearah depan
didalam kavum abdomen dengan manuver Kocher. Karena kedekatan
duodenum superior dengan kandung empedu dapat menjelaskan adanya
batu empedu yang sering secara spontan masuk kedalam duodenum

1
melalui kolesistoduodenal fistula. Selanjutnya peritoneum hanya melapisi
bagian ventral dari duodenum sepanjang 2,5 cm berikutnya.
 Bagian kedua dari duodenum
retroperitoneal dan terfiksir karena adanya fusi dari peritoneum
visceral disebelah lateral peritoneum perietale lateral dinding abdomen.
Dengan membuka peritoneum pada sisi lateral kanan (manuver Kocher),
dapat memobilisasi duodenum desending sehingga dapat mencapai
retroduodenal dan saluran empedu intrapankreatik. Disebelah belakang
dari bagian kedua duodenum ini terletak ginjal kanan dan struktur
hilusnya, kelenjar adrenal dan vena cava. Tepat dipertengahan duodenum,
mesokolon akan melintang secara horizontal, karena bersatunya
peritoneum dari arah atas dan arah bawah. Diatas dari fleksura duodenalis,
duodenum bagian pertama dan duodenum bagian kedua akan membentuk
sudut yang tajam dan berlanjut berkisar 7-8 cm dibawah fleksura
duodenalis. Kolon tranversum akan melintang daerah tersebut di sebelah
depannya. Untuk memobilisasi duodenum secara menyeluruh yang harus
dilakukan adalah membuka fleksura hepatis pada sisi anteromedial kolon.
Kurang lebih pertengahan dari bagian kedua duodenum dinding
posteromedial adalah papila vateri, yang terdiri atas gabungan antar duktus
koledokus dan duktus pankreatikus Wirsungi. Letak dari duktus
pankreatikus Santorini lebih proksimal. Cabang superior
pankreatikoduodenal yang berasal dari arteri gastroduodenalis, berjalan
didalam cekungan antara kaput pankreas dan duodenum bagian kedua
atau desending.
 Bagian ketiga dari duodenum
panjangnya sekitar 12-13 cm, berjalan horizontal ke arah kiri di depan
dari aorta, vena cava inferior, columna vertebra L2 dan ureter, dan
berakhir pada sebelah kiri pada vertebra L3. Radiks yeyunoileum
menyilang dekat akhir duodenum bagian ketiga. Arteri mesenterika
superior berjalan kebawah diatas depan dari duodenum bagian ketiga dan
masuk kedalam radiks mesenterii. Arteri pankreatikoduodenale inferior
membatasi pankreas dan tepi atas dari duodenum bagian ketiga.
 Bagian keempat
duodenum berjalan kearah atas samping kiri sepanjang 2-3cm
disebelah kiri dari vertebra dan membentuk sudut duodenoyeyunal pada
radiks mesokolon transversal. Disebelah kiri dari vertebra lumbal II,
bagian terakhir dari duodenum menurun ke arah kiri depan dan
membentuk fleksura duodenoyeyunalis. Pada daerah ini, ligamentum
suspensorium duodenum (ligamentum Treitz) berawal, tersusun atas
jaringan fibrous dan pita triangular, berjalan ke arah retroperitoneal,
dibelakang pankreas dan vena lienalis, didepan vena renalis, dari arah kiri
atau kanan dari krus diafragma. Fleksura duodenoyeyunalis dipakai
sebagai landmark untuk panduan mencari obstruksi di daerah usus halus
dan menentukan bagian atas dari yeyunum untuk dilakukan
gastroyeyunostomi. Saat laparotomi, ligamentum ini dapat ditemukan
dengan cara menekan daerah dibawah mesokolon tranversal ke arah
belakang sampai ke dinding abdomen bagian belakang sementara tangan
yang satu mempalpasi kearah atas melalui tepi kiri dari pada tulang
belakang sampai fleksura ini ditemukan dengan tanda adanya perabaan
yang keras pada tempat fiksasinya. Gabungan antara peritoneum visceral
dari pankreatikoduodenal dengan peritoneum parietal posterior yang
tersisa akan menutupi semua duodenum kecuali sebagian dari bagian
pertama duodenum. Variasi gabungan tadi ke dinding abdomen bagian
belakang akan menentukan variasi dari mobilitas duodenum. Fleksura
kolon kanan, bagian dari mesokolon tranversalis yang terfiksir, hubungan
antara ampulla dan pembuluh darah dari duodenum dapat dilihat dengan
jelas. Pada posisi yang cukup dalam ini, menunjukkan bahwa duodenum
cukup terproteksi dengan baik dari adanya trauma, tapi kadang-kadang
dapat hancur dan bahkan terputus karena adanya penekanan dengan
landasan pada tulang belakang dari adanya trauma tumpul abdomen yang
berat, dan juga karena tidak ditutupi oleh peritoneum.
 Vaskularisasi
Vaskularisasai duodenum berasal dari cabang arteri
pankreatikoduodenal anterior dan posterior. Anastomosis antara arteri ini
akan menghubungkan sirkulasi antara trunkus seliakus dengan arteri
mesenterika superior. Arteri ini membagi aliran darahnya ke kaput
pankreas, sehingga reseksi terhadap pankreas atau duodenum secara
terpisah adalah satu hal yang hampir tidak mungkin dan dapat berakibat
fatal. Arteri pankreatikoduodenal superior adalah cabang dari arteri
gastroduodenale, dan arteri pankreatikoduodenal inferior adalah cabang
dari arteri mesenterika superior. Kedua arteri ini bercabang menjadi dua
dan berjalan disebalah anterior dan posterior pada cekungan antara bagian
descending dan bagian transversal duodenum dengan kaput pankreas,
kemudian beranastomosis sehingga bagian anterior dan posterior masing-
masing membentuk cabang sendiri.
Vena tersusun paralel bersamaan dengan arteri pankreatikoduodenal
anterior dan posterior. Anastomosis cabang psterior berakhir di atas vena
porta, dibawahnya vena mesenterika superior (SMV). Vena
posterosuperiorpankreatikoduodenal mungkin akan mengikuti arterinya
disebelah depan dari saluran empedu, atau mungkin berjalan di belakang
saluran tadi. Vena ini akan berakhir pada tepi kiri sebelah bawah dari
SMV. Pada tempat tersebut, vena tadi akan bergabung dengan vena
yeyunalis atau dengan vena pankreatioduodenal inferior anterior. Sebagian
besar aliran vena pada cabang anterior ini berasal dari Trunkus
gastrokolika atau ( Henle’s trunk).
Pada saat pankreatikoduodenektomi, lokasi SMV dapat ditelusuri dari
vena kolika media sampai ke hubungannya dengan SMV tepat dibawah
dari collum pankreas. Kadang- kadang identifikasi SMV dapat dilakukan
dengan cara insisi pada daerah avaskuler dari peritoneum sepanjang tepi
bawah dari pankreas. Disebelah atas dari pankreas, vena porta akan
terekspos dengan jelas bila arteri gastroduodenal dan duktus koledokus
dipisahkan. Kadang-kadang arteri hepatika aberans salah di identifikasi
dengan arteri gastroduodenal, sehingga untuk kepentingan tersebut,
sebelum dilakukan ligasi pada arteri gastroduodenal, harus dilakukakan
oklusi sementara dengan klem vaskuler atau jari ahli bedah sambil
mempalpasi pulsasi arteri hepatik pada hilus hati.
Pembuluh arteri yang memperdarahi separuh bagian atas duodenum
adalah arteri pancreatikoduodenalis superior yang merupakan cabang dari
arteri gastroduodenalis. Separuh bagian bawah duodenum diperdarahi oleh
arteri pancreatikoduodenalis inferior yang merupakan cabang dari arteri
mesenterika superior.
Vena-vena duodenum mengalirkan darahnya ke sirkulasi portal. Vena
superior bermuara langsung pada vena porta dan vena inferior bermuara
pada vena mesenterika superior.
 Pembuluh limfe
Aliran limfe pada duodenum umumnya berjalan bersama-sama
dengan vaskularisasinya. Pembuluh limfe duodenum mengikuti arteri dan
mengalirkan cairan limfe keatas melalui noduli lymphatici
pancreatikoduodenalis ke noduli lymphatici gastroduodenalis dan
kemudian ke noduli lymphatici coeliacus dan ke bawah melalui noduli
lymhaticipancreatico duodenalis ke noduli lymphatici mesentericus
superior sekitar pangkal arteri mesenterika superior. Karsinoma duodenum
primer mungkin menyebar ke pankreas secara langsung atau melalui
infiltrasi limfatik, tetapi biasanya karsinoma ini biasanya menyebar
pertama kali ke limfonodus periduodenal dan hati. Nodus pada fleksura
duodenalis superior serta nodul pada retroduodenal biasanya berhubungan
dengan adanya metastasis karsinoma pancreas

 Innervasi
Persarafan GI tract diinervasi oleh sistem saraf otonom, yang dapat
dibedakan menjadi ekstrinsik dan intrinsik (sistem saraf enterik ). Inervasi
ekstrinsik dari duodenum adalah parasimpatis yang berasal dari nervus
Vagus ( anterior dan cabang celiac ) dan simpatis yang berasal dari nervus
splanikus pada ganglion celiac. Inervasi intrinsik dari plexus myenterikus
Aurbach’s dan dan plexus submucosal Meissner. Sel-sel saraf ini
menginervasi terget sel seperti sel-sel otot polos, sel-sel sekretorik dan
sel- sel absorptive, dan juga sel-sel saraf tersebut berhubungan dengan
reseptor-reseptor sensoris dan interdigitatif yang juga menerima inervasi
dari sel-sel saraf lain yang terletak baik didalam maupun di luar plexus.
Sehingga pathway dari sistim saraf enterik bisa saja multisinaptik, dan
integrasi aktifitasnya dapat berlangsung menyeluruh bersamaan dengan
sistim saraf enterik.
Histologi
Dinding duodenum tersusun atas 4 lapisan:
1. Lapisan paling luar yang dilapisi peritoneum, disebut serosa.
Merupakan kelanjutan dari peritoneum, tersusun atas selapis pipih sel-sel
mesothelial diatas jaringan ikat longgar.
2. Lapisan muskuler (tunika muskularis) tersusun atas serabut otot longitudinal
( luar) &sirkuler (dalam). Pleksus myenterikus Aurbach terletak diantara
kedua lapisan ini. Pleksus Meissner’s ditemukan didalam submukosa di
antara jaringan ikat longgar yang kaya akan pembuluh darah dan limfe.
3. Submukosa.
Terdapat kelenjar Brunner yang bermuara ke krypta Lieberkuhn melalui
duktus sekretorius. Sekresi kelenjar Brunner bersifat visceus , jernih, dengan
pH alkali ( pH 8,2 – 9,3 ), berguna melindungi mukosa duodenum terhadap
sifat korosif dari gastric juice. Epitel kollumnernya mengandung 2 jenis sel:
mucus secreting suface cell – HCO3- secreting surface cell dan absorptive
cell.
4. Mukosa, yang merupakan lapisan dinding yang paling dalam.
Terdiri dari 3 lapisan: lapisan dalam adalah muskularis mukosa , lapisan
tengah adalah lamina propria, lapisan terdalam terdiri dari selapis sel-sel epitel
kolumnar yang melapisi krypte dan villi-villinya. Fungsi utama krypte
epitelum ialah (1) pertumbuhan sel ; (2) fungsi eksokrin, endokrin, dan fungsi
sekresi ion dan air ; (3) penyerapan garam, air dan nutrien spesifik. Krypte
epitelium paling sedikit tersusun atas 4 jenis sel yang berbeda ; Paneth, goblet,
undefferentieted cell dan sel-sel endokrin. Pada bagian pertama duodenum
ditutupi oleh banyak lipatan sirkuler yang di namakan plica circularis, tempat
saluran empedu & duktus pancreatikus mayor menembus dinding medial
bagian ke dua duodenum. Duktus pankreatikus accesorius (bila ada) bermuara
ke duodenum pada papila yang kecil yang jaraknya sekitar 1,9 cm di atas
papilla duodeni mayor. Dinding duodenum sebelah posterior dan lateral
letaknya retoperitoneal sehingga tidak ditemukan lapisan serosa

FISIOLOGI
 Motilitas. Pengatur pemacu potensial berasal dari dalam duodenum,
mengawali kontraksi, dan mendorong makanan sepanjang usus kecil
melalui segmentasi (kontraksi segmen pendek dengan gerakan mencampur
ke depan dan belakang) dan peristaltik (migrasi aboral dari gelombang
kontraksi dan bolus makanan). Kolinergik vagal bersifat eksitasi.
Peptidergik vagal bersifat inhibisi. Gastrin, kolesistokinin, motilin
merangsang aktivitas muskular; sedangkan sekretin dan dihambat oleh
glukagon.
 Pencernaan dan Absorpsi
 Lemak Lipase pankreas menghidrolisis trigliserida. Komponen yang
bergabung dengan garam empedu membentuk micelle. Micelle melewati
membran sel secara pasif dengan difusi, lalu mengalami disagregasi,
melepaskan garam empedu kembali ke dalam lumen dan asam lemak serta
monogliserida ke dalam sel. Sel kemudian membentuk kembali trigliserida
dan menggabungkannya dengan kolesterol, fosfolipid, dan apoprotein
membentuk kilomikron. Asam lemak kecil memasuki kapiler menuju ke
vena porta. Garam empedu diresorbsi ke dalam sirkulasi enterohepatik
diileum distal. Dari 5 gr garam empedu, 0,5 gr hilang setiap hari, dan
kumpulan ini bersirkulasi ulang enam kali dalam 24 jam.
 Protein didenaturasi oleh asam lambung, pepsin memulai proteolisis.
Protease pankreas (tripsinogen, diaktivasi oleh enterokinase menjadi
tripsin, dan endopeptidase, eksopeptidase), lebih lanjut mencerna protein.
Menghasilkan asam amino dan 2-6 residu peptida. Transpor aktif
membawa dipeptida dan tripeptida ke dalam sel-sel absorptif. Karbohidrat.
Amilase pankreas dengan cepat mencerna karbohidrat dalam duodenum.
Air dan Elektrolit. Air, cairan empedu, lambung, saliva, cairan usus adalah
8-10 L/hari, kebanyakan diabsorpsi. Air secara osmotik dan secara
hidrostatik diabsorpsi atau secara pasif berdifusi. Natrium dan klorida
diabsorpsi berpasangan dengan zat terlarut organik atau dengan transpor
aktif. Bikarbonat diabsorpsi dengan pertukaran natrium/hidrogen. Kalsium
diabsorpsi melalui transpor aktif dalam duodenum, jejunum, dipercepat
oleh PTH dan vitamin D. Kalium di absorpsi secara pasif.

 Fungsi Endokrin
Mukosa usus kecil melepaskan sejumlah hormon ke dalam darah
(endokrin ) melalui pelepasan lokal (parakrin) atau sebagai
neurotransmiter.
 Sekretin. Suatu asam amino 27 peptida dilepaskan oleh mukosa usus kecil
melalui asidifikasi atau lemak. Merangsang pelepasan bikarbonat yang
menetralkan asam lambung, rangsang aliran empedu dan hambat
pelepasan gastrin, asam lambung dan motilitas.
 Kolesistokinin. Dilepaskan oleh mukosa sebagai respons terhadap asam
amino dan asam lemakàkontraksi kandung empedu dengan relaksasi
sfingter Oddi dan sekresi enzim pankreas. Bersifat trofik bagi mukosa
usus dan pankreas, merangsang motilitas, melepaskan insulin.
 Fungsi Imun. Mukosa mencegah masuknya patogen. Sumber utama dari
imunglobulin, adalah sel plasma dalam lamina propria. Sel-sel M
menutupi limfosit dalam bercak Peyer yang terpanjang pada antigen,
bermigrasi ke dalam nodus regional, ke dalam aliran darah, kemudian
kembali untuk berdistribusi kedalam lamina propria untuk meningkatkan
antibodi spesifik.

b. Usus Kosong (Jejunum)


Jejunum berasal dari bahasa Latin, jejunus, yang berarti "kosong". Usus kosong
atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua dari usus
halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada
manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah
bagian usus kosong.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus
(vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan
dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara histologis
pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak
Peyer. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara
makroskopis.
c. Usus Penyerapan (Ileum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem
pencernaan manusia, ileum memiliki panjang sekitar 2 – 2,5 m dan terletak setelah
duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7
dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-
garam empedu.
Salah satu modifikasi yang menarik yang kita lihat saat kita pindah ke ileum
adalah adanya koleksi lokal jaringan limfatik yang disebut patch Peyer. Peyer Patch
dinamai dari orang yang pertama kali menemukan mereka, seorang ahli anatomi
Swiss bernama Johann Conrad Peyer.Karena sistem limfatik membantu kita melawan
bakteri dan penyerbu asing lainnya, kita melihat bahwa adanya struktur limfatik di
sini pada ileum mencerminkan fakta bahwa sisa makanan yang telah jauh melewati
melalui saluran pencernaan ini mengandung sejumlah besar bakteri.Peyer Patch ini
bertindak untuk mencegah bakteri memasuki aliran darah.

Dibutuhkan makanan sekitar 3-6 jam untuk menyelesaikan pencernaan memutar


melalui usus halus Anda.Pada saat makanan melewati duodenum, jejunum, dan
ileum, pencernaan selesai, dan sebagian besar penyerapan makanan telah terjadi.Sisa-
sisa makanan yang tersisa siap untuk melewati katup ileosekal, yang merupakan
katup antara usus halus dan usus besar yang mencegah materi mengalir kembali ke
usus halus.Kita melihat bahwa bagian pertama dari usus besar disebut sekum.Kita
juga tahu bahwa bagian terakhir dari usus halus disebut ileum. Oleh karena itu, nama
katup ini adalah mudah diingat karena katup yang terletak di antara ileum dan sekum.

Pada ileum atau usus penyerapan terdiri dari 4 lapisan, antara lain yaitu:

a. Lapisan Luar.
Pada lapisan luar ini terdapat membran-membran serosa yang fungsinya untuk
membalut usus dengan erat.
b. Lapisan Otot.
Pada lapisan ini terdapat berbagai macam otot.Dibagi menjadi 2 lapisan
serabut yaitu lapisan luar terdiri dari serabut longitudinal, dan lapisan dalam
yang terdiri dari serabut sirkuler.Diantara kedua lapisan serabut itu terdapat
pembuluh darah dan pembuluh limfa.
c. Lapisan Sub Mukosa.
Pada lapisan ini terdapat otot sirkuler dan lapisan terdalam merupakan
perbatasannya.Pada dinding sel mukosa terdiri dari atas jaringan areoral yang
berisi banyak pembuluh darah, saluran limfa, dan fleksus yang disebut fleksus
meissner.
d. Lapisan Mukosa.
Pada lapisan mukosa biasanya dindingnya itu tersusun berupa kerutan tetap
berupa jala yang memberi kesan seperti anyaman halus.Lapisan yang berupa
kerutan tersebut biasanya akan menambah luasnya permukaan sekresi dan
penyerapan.Pada lapisan mukosa juga terdapat villi yang memiliki tonjolan-
tonjolan yang disebut mikrovilus.Biasanya setiap villi terdiri dari ± 5000
mikrovilli.

1.2. Anatomi Dinding Usus Halus


1.2.1. Dinding Usus Halus

a. Vili
Pada dinding usus penyerap (ileum) terdapat jonjot-jonjot usus yang
disebut vili. Vili berfungsi memperluas daerah penyerapan usus halus
sehingga sari-sari makanan dapat terserap lebih banyak dan
cepat. Dinding vili banyak mengandung kapiler darah dan kapiler limfe
(pembuluh getah bening usus). Agar dapat mencapai darah, sari-sari
makanan harus menembus sel dinding usus halus yang selanjutnya masuk
pembuluh darah atau pembuluh limfe. Glukosa, asam amino, vitamin, dan
mineral setelah diserap oleh usus halus, melalui kapiler darah akan dibawa
oleh darah melalui pembuluh vena porta hepar ke hati. Selanjutnya, dari
hati ke jantung kemudian diedarkan ke seluruh tubuh.
b. Mikrovilli
Mikrovilli adalah tonjolan – tonjolan halus berbentuk jari – jari. Mikrovilli
berfungsi untuk memperluas permukaan sel – sel epitel yang berhubungan
dengan makanan, untuk memfasilitasi penyerapan nutrisi

1.2.2. Kelenjar

a. Kelenjar – kelenjar Usus (kripta Lieberkühn)


Tertanam dalam mukosa dan membuka diantara basis – basis villi. Kelenjar
ini mensekresi hormon dan enzim
b. Kelenjar Penghasil Mukus
 Sel Goblet terletak dalam epitelium di sepanjang usus halus. Sel goblet
menghasilkan mukus pelindung. 
 Kelenjar Brunner terletak dalam submukosa duodenum yang berfungsi
menghasilkan glikoprotein netral untuk menetralkan HCl lambung,
melindungi mukosa duodenum terhadap pengaruh asam getah lambung,
dan mengubah isi usus halus ke pH optimal untuk kerja enzim-enzim
pankreas
 Jaringan Limfatik
Leukosit dan nodulus limfe ada di keseluruhan usus halus untuk
melindungi dinding usus terhadap invasi benda asing. Pengelompokkan
nodulus limfe membentuk struktur yang dinamakan bercak Peyer.

1.2.3. Lapisan Dinding Halus


Dinding usus halus mempunyai empat lapisan, yaitu :
1. Lapisan mukosa terdiri atas:
 Epitel Pembatas
 Lamina Propria yang terdiri dari jaringan penyambung jarang yang
akan akan pembuluh darah kapiler dan limfe dan sel-sel otot polos,
kadang - kadang juga mengandung kelenjar-kelenjar dan jaringan
limfoid
 Muskularis Mukosae.
2. Lapisan Submukosa terdiri atas pembuluh darah, pembuluh limfe,
pleksus   saraf submukosa (Meissner), jaringan limfoid.
3. Lapisan otot tersusun atas:  
 Lapisan eksternal longitudinal, lapisan internal tebal serat  sirkular 
 Kumpulan saraf yang disebut pleksus mienterik (atau auerbach),
yang terletak  antara 2 sublapisan otot. 
 Pembuluh darah dan limfe.
4. Lapisan membran serosa merupakan lapisan tipis yang terdiri atas :
Jaringan penyambung jarang, kaya akan pembuluh darah dan jaringan
adiposa  serta epitel pipih selapis (mesotel).

1.2.4. Motilitas Usus Halus

Merupakan gerakan usus halus mencampur isinya dengan enzim untuk


pencernaan, memungkinkan produk akhir pencernaan mengadakan kontak
dengan sel absorptif, dan mendorong zat sisa memasuki usus
besar. Pergerakan ini dipicu oleh peregangan dan secara refleks dikendalikan
oleh sistem saraf otonom.  Motilitas usus halus terdiri atas :
1. Gerakan Segmentasi 
Pergerakan Segmentasi adalah gerakan mencampur makanan dengan
enzim-enzim pencernaan agar mudah untuk dicerna dan
diabsorbsi.  Otot yang berperan pada kontraksi segmentasi untuk
mencampur makanan adalah otot longitudinal. Bila bagian mengalami
distensi oleh makanan, dinding usus halus akan berkontraksi secara
lokal. Pada saat satu segmen usus halus yang berkontraksi mengalami
relaksasi, segmen lainnya segera akan memulai kontraksi, demikian
seterusnya. Gerakan ini berulang terus sehingga makanan akan
bercampur dengan enzim pencernaan dan mengadakan hubungan
dengan enzim mukosa dan selanjutnya terjadi absorbsi.
Kontraksi segmentasi berlangsung  karena adanya gelombang lambat
yang merupakan basic electrical rhytm (BER) dari otot polos saluran
cerna. Proses kontraksi segmentasi berlangsung 8 sampai 12 kali/menit
pada duodenum, 9 kali/menit, dan sekitar 7 kali/menit pada ileum, dan
setiap kontraksi berlangsung 5 sampai 6 detik.
2. Gerakan Peristaltik 
Pergerakan profulsif atau gerakan peristaltik mendorong makanan
kearah usus besar (colon). Pembagian pergerakan ini sebenarnya sulit
dibedakan oleh karena sebagian besar pergerakan usus halus
merupakan kombinasi dari kedua gerakan tersebut di atas.
Gerakan peristaltik pada usus halus mendorong makanan menuju
kearah kolon dengan kecepatan 0,5 sampai 2 cm/detik, dimana pada
bagian proksimal lebih cepat dibandingkan pada bagian distal.
Gerakan peristaltic ini sangat lemah dan biasanya menghilang setelah
berlangsungsekitar 3 sampai 5 cm, dan jarang lebih dari 10 cm. Rata-
rata pergerakan makanan pada usus halus hanya 1 cm/menit. Ini berarti
pada keadaan normal , makanan dari pilorus akan tiba di ileocaecal
junction dalam waktu 3-5 jam.

1.2.5. Sekresi Usus Halus

Usus menghasilkan mucus dan liur pencernaan yang berfungsi untuk


melindungi duodenum dari asam lambung.Mukus yang dihasilkan oleh
kelenjar mucus – kelenjar Brunner’s – yang berlokasi antara pylorus dan
papilla vater, dimana liur pankreas dan empedu masuk ke duodenum. Kelenjar
ini menghasilkan mucus akibat adanya rangsangan saraf vagus serta hormone
sekretin, saraf simpatis menghambat sekresi mucus.
Kriptus Lieberkühn (Crypts of Lieberkhn) menghasilkan liur pencernaan
1800 ml/hari. Cairan ini sedikit alkalis dengan pH 7,5 – 8,0 serta dengan cepat
diabsorbsi kembali oleh vili. Proses sekresi oleh kriptus Lieberkhn terjadi
melalui transport aktif. Toksin cholera dapat menyebabkan sekresi cairan,
terutama pada daerah jejunum sangat meningkat. Pada serangan cholera,
sekresi cairan dapat mencapai 5-10 liter sehingga menyebabkan syok akibat
dehidrasi berat.

1.2.6. Digesti Usus Halus


Digesti adalah perubahan fisik dan kimia dari makanan dengan
menggunakan bantuan enzim dan koenzim yang pengeluarannya diatur oleh
hormon dan syaraf, sehingga makanan menjadi molekul-molekul yang dapat
diabsorpsi kedalam aliran darah. Enzim – enzim usus dan cara kerjanya antara
lain:
 Enterokinase mengaktivasi tripsinogen pankreas menjadi tripsin, yang
kemudian mengurai protein dan peptida menjadi peptida yang lebih
kecil.
 Aminopeptidase, tetrapeptidase, tripeptidase, dan dipeptidase
mengurai peptida menjadi asam amino bebas
 Amilase Usus menghidrolisis zat tepung menjadi disakarida (maltosa,
sukrosa, dan laktosa)
 Maltase, Isomaltase, laktase, dan sukrase memecah disakarida maltosa,
laktosa, dan sukrosa, menjadi monosakarida
 Lipase usus memecah monogliserida menjadi asam lemak dan gliserol

1.2.7. Absorpsi Usus Halus


Semua produk pencernaan karbohidrat, protein dan lemak serta sebagian
besar elektrolit, vitamin dan air dalam keadaan normal diserap oleh usus
halus. Sebagian besar penyerapan berlangsung di duodenum dan jejenum, dan
sangat sedikit yang berlangsung di ileum.
a. Penyerapan Garam dan Air
Air diabsorpsi melalui mukosa usus ke dalam darah hampir seluruhnya
melalui osmosis. Natrium diserap secara transpor aktif dari dalam sel
epitel. Sebagian Na diabsorpsi bersama dengan ion klorida.
b. Penyerapan Karbohidrat
Karbohidrat diserap dalam bentuk disakarida maltosa, sukrosa, dan
laktosa. Disakaridase yang ada di brush border menguraikan disakarida ini
menjadi monosakarida yang dapat diserap yaitu glukosa, galaktosa dan
fruktosa. Glukosa dan galaktosa diserap oleh transportasi aktif sekunder
sedangkan fruktosa diserap melalui difusi terfasilitasi.
c. Penyerapan Protein
Protein diserap di usus halus dalam bentuk asam amino dan peptida,
asam amino diserap menembus sel usus halus melalui transpor aktif
sekunder, peptida masuk melalui bantuan pembawa lain dan diuraikan
menjadi konstituen asam aminonya oleh aminopeptidase di brush border
atau oleh peptidase intrasel, dan masuk ke jaringan kapiler yang ada di
dalam vilus.
Dengan demikian proses penyerapan karbohidrat dan protein
melibatkan sistem transportasi dkhusus yang diperantarai oleh pembawa
dan memerlukan pengeluaran energi serta transportasi Na.
d. Penyerapan Vitamin
Vitamin yang larut dalam air diabsorpsi secara pasif bersama air,
sedangkan yang larut dalam lemak diabsorpasi secara pasif dengan produk
akhir pencernaan lemak.
e. Penyerapan Lemak
Asam lemak larut lipid dan gliserol diabsorpsi dalam bentuk micelle,
yaitu suatu globulus garam empedu yang mengelilingi bagian berlemak.
Micelle membawa asam lemak dan monoglikoserida menuju sel epithelial,
tempatnya dilepas dan diabsorpsi melalui difusi pasif menuju membrane
sel usus

1.3. Usus Besar

Usus besar/intestinum krasum merupakan saluran terakhir dari saluan


pencernaan. Sesuai dengan namanya, usus ini memiliki ukuran diameter 6,5 cm
(bandingkan dengan ukuran diameter usus halus, yaitu 2,5 cm), sedangkan ukuran
panjangnya hanya 1 meter. Pada pertemuan antara usus halus dan usus besar terdapat
suatu kantong yang disebut sekum (lebih dikenal sebagai usus buntu) dan apendiks
(umbai cacing). Pada manusia, umbai cacing berfungsi untuk melawan infeksi.
Peradangan pada umbai cacing disebut apendiksistis. Pada sekum terdapat sebuah
klep yang disebut klep ileosekum, yaitu semacam otot sfingter yang berfungsi untuk
mencegah bakteri tidak kembali ke usus halus.
Usus besar atau disebut juga kolon dibedakan atas 3 bagian, yaitu usus besar
naik atau kolon ascenden, usus besar melintang atau kolon transversum, dan usus
besar turun atau kolon descenden.
Didalam usus besar hidup berbagai bakteri, terutama Escherichia coli, jenis
bakteri yang dapat hidup dengan atau tanpa oksigen. Bakteri ini berfungsi dalam
pembusukan sisa makanan dan pembentukan vitamin K dan B kompleks yang
diperlukan oleh tubuh. Selain itu, didalam usus besar terjadi juga proses pengaturan
kadar air dalam pembentukan feses. Selanjutnya, melalui gerakan peristaltik feses
yang terbentuk didorong masuk kedalam rektum. Rektum merupakan bagian terakhir
dari usus besar yang berfungsi sebagai tempat penampungan sementara sebelum
dikeluarkan melalui sfingter terakhir, yaitu anus. Proses pengeluaran feses melalui
anus disebut dengan dengan defekasi.
Secara makroskopis usus besar dapat dibagi menjadi 6 bagian, yaitu sekum,
kolon ascenden, kolon transversus, kolon desenden, sigmoid, dan rektum. Keenam
bagian ini sulit dibedakan secara histologis.

a. Sekum
Sekum adalah kantong tertutup yang menggantung dibawah area katup
ileosekal. Sekum atau caecum adalah bagian dari usus besar yang
menghubungkan ileum (usus halus) dan  colon ascenden (usus besar). Berfungsi
menyerap air dan garam.

b. Kolon
Kolon adalah bagian usus besar dari sekum sampai rektum. Kolon memiliki
3 divisi.
 Kolon asenden merentang dari sekum sampai ke tepi bawah hati di
sebelah kanan dan membalik secara horizontal pada fleksura hepatika.
 Kolon transversa merentang menyilang abdomen dibawah hati dan
lambung sampai ke tepi lateral ginjal kiri, tempatnya memutar ke bawah
pada fleksura splenik.
 Kolon desenden merentang ke bawah pada sisi kiri abdomen dan menjadi
kolon sogmoid berbentuk S yang bermuara di rektum.
c. Rektum
Rektum adalah bagian saluran pencernaan selanjutnya dengan panjang 12-13
cm. Rektum berakhir pada saluran anal dan membuka ke eksterior di anus. Bagian
terakhir dari usus besar disebut rektum. Di sinilah bahan limbah dalam bentuk
feses disimpan sampai diekskresikan keluar dari anus. Ini terdiri dari lapisan
mukosa tebal dan disertakan dengan banyak pembuluh darah.
 Mukosa saluran anal tersusun dari kolumna rektal(anal), yaitu lipatan-
lipatan vertikal yang masing-masing berisi arteri dan vena.
 Sfingter dan internal otot polos (involunter) dan sfingter anal eksternal otot
rangka (volunter) mengitari anus.

1.3.1. ProsesPencernaan padaUsusBesar
Usus besar tidak ikut serta dalam proses absorpsi makanan. Bila usus
halus mencapai sekum, semua zat makanan telah diadsorpsi dan isinya cair.
Selama perjalanan didalam kolon isinya menjadi semakin padat karena air di
absorpsi dan ketika rektum dicapai maka feses bersifat padat-lunak.
1.3.2. Sistem Kerja Usus Besar
Usus besar atau kolon memiliki panjang ± 1 meter dan terdiri atas kolon
ascendens, kolon transversum, dan kolon descendens.Di antara intestinum
tenue (usus halus) dan intestinum crassum (usus besar) terdapat sekum (usus
buntu). Pada ujung sekum terdapat tonjolan kecil yang disebut appendiks
(umbai cacing) yang berisi massa sel darah putih yang berperan dalam
imunitas.
Zat-zat sisa di dalam usus besar ini didorong kebagian belakang dengan
gerakan peristaltik. Zat-zat sisa ini masih mengandung banyak air dan garam
mineral yang diperlukan oleh tubuh. Air dan garam  mineral kemudian
diabsorpsi kembali oleh dinding kolon, yaitu kolon ascendens. Zat-zat sisa
berada dalam usus besar selama 1 sampai 4 hari. Pada saat itu terjadi proses
pembusukan terhadap zat-zat sisa dengan dibantu bakteri Escherichia coli,
yang mampu membentuk vitamin K dan B12.
Selanjutnya dengan gerakan peristaltik, zat-zat sisa ini terdorong sedikit
demi sedikit ke saluran akhir dari pencernaan yaitu rektum dan akhirnya
keluar dengan proses defekasi melewati anus.
Defekasi diawali dengan terjadinya penggelembungan bagian rektum
akibat suatu rangsang yang disebut refleks gastrokolik. Kemudian akibat
adanya aktivitas kontraksi rektum dan otot sfingter yang berhubungan
mengakibatkan terjadinya defekasi. Di dalam usus besar ini semua proses
pencernaan telah selesai dengan sempurna.

1.3.3. Fungsi Usus Besar

a. Absorbsi air, garam dan glukosa


Usus besar mengabsorbsi 80% sampai 90% air dan elektrolit dari kimus
yang tersisa dan mengubah kimus dari cairan menjadi massa semi padat.
b. Sekresi
Sekresi Mukus. Mukosa usus besar, seperti mukosa usus halus,dilapisi
oleh kripta Lieberkuhn, tetapi sel-  sel epitel hampir tidak mengandung enzim.
Sebagai gantinya, mereka hampir seluruhnya diliputi oleh sel goblet. Pada
permukaan epitel usus besar juga terdapat banyak sel goblet yang tersebar di
antara sel – sel epitel lainnya.
Oleh karena itu, satu – satunya ekskresi yang bermakna dalam usus besar
adalah mucus. Mukus dalam usus besar berfungsi melindungi dinding terhadap
eksokoriasi, selain itu, berperan sebagai media pelekat agar bahan feses saling
bersatu. Selanjutnya, ia melindungi dinding usus dari aktivitas bakteri yang
besar, yang berlangsung di dalam feses dan mucus, ditambah sekresi yang
bersifat alkali, juga memberikan penawar terhadap asam yang dibentuk dalam
feses, yang mencegah penyerangan dinding usus
Sekresi air dan elektrolit sebagai respon terhadap iritasi. Bila suatu
segmen usus besar mengalami iritasi hebat, seperti yang terjadi bila infeksi
bakteri menghebat selama enteritis bakterialis, mukosa kemudian mensekresi
air dan elektrolit dalam jumlah besar selain larutan mucus normal
yang  kental. Zat ini bekerja mengencerkan faktor pengiritasi dan
menyebabkan pergerakan feses yang cepat menuju ke anus. Hasilnya biasanya
berupa diare disertai kehilangan banyak air dan elektrolit tetapi juga
penyembuhan dari penyakit yang lebih awal dibandingkan bila hal ini tidak
terjadi.

c. Penyiapan selulosa
Sejumlah bakteri dalam kolon mampu mencerna sejumlah kecil selulosa
dan memproduksi sedikit kalori nutrien bagi tubuh dalam setiap hari. Bakteri
juga memproduksi vitamin dan berbagai gas. Penyiapan selulosa yang berupa
hidrat karbon di dalam tumbuh-tumbuhan, buh-buahan dan sayuran hijau, dan
penyiapan sisa protein yang belumdicernakan oleh kerja bakteri untuk ekskresi.

d. Defekasi
Proses defekasi (buang air besar) adalah proses yang sangat penting dalam
proses pencernaan, juga sangat erat kaitannya dengan tingkat kesehatan tubuh.
Usus besar mengekskresi zat sisa dalam bentuk feses. Air mencapai 75%
sampai 80% feses. Sepertiga materi padatnya adalah bakteri dan sisanya yang
2% sampai 3% dalah nitrogen, zat sisa organik dan anorganik dari sekresi
pencernaan, serta mukus dan lemak. Feses juga mengandung sejumlah materi
kasar, atau serat dan selulosa yang tidak tercerna.
Warna coklat berasal dari pigmen empedu dan bau berasal dari kerja
bakteriJika proses defekasi terhambat maka akan terjadi penumpukan sisa-sisa
makanan yang telah membusuk. Pembusukan tesebut menghasilkan toksin
yang dapat mengikis membran mukosa usus besar sehingga terjadi infeksi.
Selain itu tumpukan kotoran yang tidak terbuang akan membentuk plak di
dinding usus. Plak ini dapat menjadi tempat bersarangnya bakteri dan virus
patogen yang dapat menginfeksi membran usus dan masuk ke sirkulasi tubuh
dan menyerang seluruh organ tubuh. Kondisi inilah yang disebut proses
autointoksinasi. Sisa-sisa makanan akan mengalami masa transit di usus besar
kurang lebih 14 jam. Kemudian pembuangan bila lambung terisi makanan dan
merangsang peristaltik didalam usus besar.

1.3.4. Pergerakan Usus Besar


a. Gerakan Mencampur – Haustra
Melalui cara yang sama dengan terjadinya gerak segmentasi dalam usus
halus, kontraksi-kontraksi sirkular yang besar terjadi dalam usus besar. Pada
setiap kontriksi ini, kira-kira 2,5 cm otot sirkular akan berkontraksi, kadang
menyempitkan lumen kolon sampai hampir tersumbat. Pada saat yang sama,
otot longitudinal kolon yang terkumpul menjadi tiga pita longitudinal yang
disebut taenia coli, akan berkontraksi. Kontraksi gabungan dari pita otot
sirkular dan longitudinal menyebabkan bagian usus besar yang tidak
terangsang menonjol ke luar memberikan bentuk serupa-kantung yang disebut
haustra.
Setiap haustra biasanya mencapai intensitas puncak dalam waktu sekitar
30 detik dan kemudian menghilang selama 60 detik berikutnya. Kadang-
kadang kontraksi juga bergerak lambat menuju ke anus selama masa
kontraksinya, terutama pada sekum dan kolon asenden, dan karena itu
menyebabkan sejumlah kecil dorongan isi kolon ke depan. Beberapa menit
kemudian, timbul kontraksi haustra yang baru pada daerah lain yang
berdekatan. Oleh karena itu, bahan feses dalam usus besar secara lambat
diaduk dan diputar seperti seseorang sedang mencampurkan bahan bangunan.
Dengan cara ini, semua bahan feses bertahap bersentuhan dengan permukaan
mukosa usus besar, dan cairan-cairan zat terlarut secara progresif diabsorpsi
hingga hanya terdapat 80 sampai 200 mililiter feses yang dikeluarkan setiap
hari.
Karena gerakan kolon lambat, bakteri memiliki cukup waktu untuk
tumbuh dan menumpuk di usus besar. Sebaliknya, di usus halus isi lumen
biasanya bergerak cukup cepat, sehingga bakteri sulit tumbuh. Tidak semua
bakteri yang termakan dapat dihancurkan oleh lisozim liur dan HCL lambung,
sehingga bakteri yang dapat bertahan hidup dapat tumbuh subur di usus besar.
Sebagian besar mikro-organisme di kolon tidak berbahaya apabila berada
dilokasi ini.

b. Gerakan Mendorong – Pergerakan Massa


Tiga sampai empat kali sehari, umumnya setelah makan, terjadi
peningkatan nyata motilitas, yaitu terjadi kontraksi simultan segmen-segmen
besar di kolon asendens dan transverse, sehingga dalam beberapa detik feses
terdorong sepertiga sampai tiga perempat dari panjang kolon. Kontraksi-
kontraksi masif yang diberi nama gerakan massa ( mass movement) ini,
mendorong isi kolon kebagian distal usus besar, tempat isi tersebut disimpan
sampai terjadi defekasi.
Sewaktu makanan masuk ke lambung, terjadi gerakan massa di kolon
yang terutama disebabkan oleh refleks gastrokolik, yang diperantai oleh gastrin
dari lambung ke kolon dan oleh saraf otonom ekstrinsik. Pada banyak orang ,
refleks ini paling jelas setelah makanan pertama (pagi hari) dan sering diikuti
oleh keinginan kuat untuk segera buang air besar. Dengan demikian, makanan
yang baru memasuki saluran pencernaan, akan terpicu oleh refleks-refleks
untuk memindahkan isi yang sudah ada ke bagian saluran cerna yang lebih
distal dan memberi jalan bagi makanan baru tersebut. Refleks gastroileum
memindahkan isi usus halus yang tersisa ke dalam usus besar, dan refleks
gastrokolik mendorong isi kolon ke dalam rectum yang memicu refleks
defekasi.

c. Refleks Defekasi
Sewaktu gerakan massa kolon mendorong isi kolon ke dalam rektum,
terjadi peregangan rektum yang kemudian merangsang reseptor regang di
dinding rectum dan memicu refleks defekasi.1 Satu dari refleks-refleks ini
adalah refleks intrinsik yang diperantarai oleh sistem saraf enterik setempat di
dalam rektum. Hal ini bisa dijelaskan sebagai berikut : Bila feses memasuki
rektum, distensi dinding rektum menimbulkan sinyal-sinyal aferen yang
menyebar melalui pleksus mienterikus untuk menibulkan gelombang peristaltik
di dalam kolon desenden, sigmoid, dan rektum, mendorong feses ke arah anus.
Sewaktu gelombang peristaltik mendekati anus, sfingter ani internus
direlaksasi oleh sinyal-sinyal penghambat dari pleksus mienterikus. Jika
sfingter ani eksternus juga dalam keadaan sadar, dan berelaksasi secara
volunter pada waktu yang bersamaan, terjadilah defekasi. Peregangan awal
dinding rektum menimbulkan perasaan ingin buang air besar.
Apabila defekasi ditunda, dinding rektum yang semula teregang akan
perlahan-lahan melemas dan keinginan untuk buang air besar mereda samapi
gerakan massa berikutnya mendorong lebih banyak feses ke dalam rektum,
yang kembali meregangkan rektum dan memicu refleks defekasi. Selama
periode non-aktif, kedua sfingter anus tetap berkontraksi untuk memastikan
tidak terjadi pengeluaran feses.
BAB III
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
         Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara
lambung dan usus besar. Diameter usus halus kurang lebih 2,5 cm. Usus halus (intestinum)
merupakan tempat penyerapan sari makanan dan tempat terjadinya proses pencernaan yang
paling panjang. Sedangkan usus besar/intestinum krasum merupakan saluran terakhir dari saluan
pencernaan. Sesuai dengan namanya, usus ini memiliki ukuran diameter 6,5 cm (bandingkan
dengan ukuran diameter usus halus, yaitu 2,5 cm), sedangkan ukuran panjangnya hanya 1 meter.
Pada pertemuan antara usus halus dan usus besar terdapat suatu kantong yang disebut sekum
(lebih dikenal sebagai usus buntu) dan apendiks (umbai cacing). Pada manusia, umbai cacing
berfungsi untuk melawan infeksi. Peradangan pada umbai cacing disebut apendiksistis. Pada
sekum terdapat sebuah klep yang disebut klep ileosekum, yaitu semacam otot sfingter yang
berfungsi untuk mencegah bakteri tidak kembali ke usus halus.

19
Daftar Pustaka

Buranda, Theopilus Dkk. 2008. Anatomi Umum. Makassar: Bagian Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin.
Yusuf, Irawan. 2005. Fisiologi Sistem Gastro-Intestinal. Makassar: Bagian Ilmu Faal, Fakultas Kedokteran, Universitas
Hasanuddin.

Anda mungkin juga menyukai