Anda di halaman 1dari 20

CASE REPORT

SEORANG ANAK LAKI-LAKI 3 TAHUN DENGAN KELUHAN MATA MERAH


DI KEDUA MATA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Penyakit Mata.
RSUD DR. Harjono Ponorogo

Dosen Pembimbing Klinik :


dr. Denti Puspasari Sp. M

Disusun Oleh :
Andi Irawan Kisman, S. Ked. J510170028
Oktaviana Halisanti, S. Ked. J510170072

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA

RSUD. DR. HARJONO PONOROGO

FAKULTAS KEDOKTERAN UMS

2017
2
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An.W
Umur : 3 thn
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Bangsa/Suku : Indonesia/Jawa
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Ponorogo
Rumah Sakit : RSUD. Ponorogo
Tanggal Pemeriksaan : 18 September 2017
Anamnesis : Di lakukan dengan Alloanamsis (ibu Kandung)
II. ALLONAMNESIS
1. Keluhan utama : Merah pada kedua mata
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pada hari senin 18 september 2017, Seorang ibu datang dengan membawa
anaknya ke Poli mata RSUD Dr.Hardjono Ponorogo dengan keluhan Mata merah
dialami sejak + 1 minggu yang lalu disertai keluhan rasa gatal, dan disertai
bengkak di kedua mata, awalnya keluhan hanya dirasakan pada mata kiri, setelah 3-
4 hari keluhan serupa terjadi pada mata kanannya juga, ibu pasien mengaku bahwa
jika pasien bangun tidur banyak terdapat sekret dikedua mata terutama di mata kiri,
sekretnya berwarna kuning dan pasien sudah pernah dibawa berobat ke bidan desa
dan diberikan salep antibiotik.
Riwayat Kontak dengan penderita yang sama (+) yaitu Ayah pasien.
Riwayat trauma (-) Riwayat alergi (-) Riwayat pengobatan sebelumnya (+) dengan
diberikan salep.

3. Riwayat Penyakit Dahulu :


Riwayat Penyakit Serupa : disangkal
Riwayat Penyakit Allergi : disangkal
Riwayat Cacar air (varicella): disangkal
Riwayat campak : disangkal
3
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Penyakit Serupa : diakui (Ayahnya)
Riwayat Alergi : disangkal
Riwayat Penyakit Asma : disangkal
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat DM : disangkal

III. PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI


A. VISUS : VOD = > 3/60 VOS = > 3/60
B. INSPEKSI
Inspeksi OD OS

Palpebra Edema (+) Edema (+)

Apparatus lakrimalis Lakrimasi (+) Lakrimasi (-)

Silia Sekret (+), purulen Sekret (+), purulen

Konjungtiva Hiperemis (+), injeksi Hiperemis (+), injeksi


konjungtiva (+) konjungtiva (+)

Bola mata Normal Normal

Kornea Jernih Jernih

Iris Coklat, kripte (+) Coklat, kripte (+)

Pupil Bulat, sentral , ukuran + 3 Bulat, sentral , ukuran +3

Lensa Jernih Jernih

Gerakan Bola Mata Ke segala arah Ke segala arah

- ODS
- OD
- OS

C. PALPASI
No Pemeriksaan OD OS

1 Tensi okuler Tidak dilakukan Tidak dilakukan

2 Nyeri tekan (-) (-)

3 Massa tumor (-) (-)


4
4 Glandula pre-aurikuler Tidak ada pembesaran Tdk ada pembesaran

D. TONOMETRI : Tidak dilakukan pemeriksaan


E. COLOR SENSE : Tidak dilakukan pemeriksaan.
F. LIGHT SENSE : Tidak dilakukan pemeriksaan.
G. PENYINARAN OBLIK :
No Pemeriksaan OD OS

1 Konjungtiva Hiperemis (+),injeksio Hiperemis (+),injeksio


konjungtiva (+) konjungtiva (+)

2 Kornea Jernih Jernih

3 Bilik Mata Depan Normal Normal

4 Iris Cokelat, kripte (+) Cokelat, kripte (+)

5 Pupil Bulat, sentral, ukuran + 3 Bulat, sentral, +3

6 Lensa Jernih Jernih

H. OFTALMOSKOPI : Tidak dilakukan pemeriksaan


I. SLIT LAMP : Tidak dilakukan Pemeriksaan

L. LABORATORIUM : tidak dilakukan pemeriksaan

III.DIAGNOSIS
ODS Kojungtivitis e.c Susp.Bakteri

IV. TERAPI
R/: C. Xitrol ED 4x1 gtt ODS

Chloramphenicol zalf 3x1 atau Chloramphenicol ED 6x1 gtt ODS selama 3 hari

Chlorpheniramine maleat 1,5mg

Anjuran :Kultur dan sensitivitas sekret

5
Edukasi :

Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah membersihkan


atau mengoleskan obat, penderita harus mencuci tangan bersih-bersih

Jangan menggunakan handuk atau lap bersama-sama dengan penghuni rumah


lainnya

menjaga kebersihan lingkungan rumah dan sekitar

V. PROGNOSIS
1. Ad vitam : Bonam
2. Ad functionam : Bonam
3. Ad sanationam : Bonam

VI. RESUME
Pada hari senin 18 september 2017, Seorang ibu datang dengan membawa anaknya
ke Poli mata RSUD Dr Hardjono Ponorogo dengan keluhan Mata merah dialami sejak
1 minggu yang lalu disertai keluhan rasa gatal, dan disertai bengkak di kedua mata,
awalnya keluhan hanya dirasakan pada mata kiri setelah 3- 4 hari keluhan serupa
terjadi pada mata kanannya juga, ibu pasien mengaku bahwa jika pasien bangun tidur
banyak terdapat sekret dikedua mata terutama di mata kiri, sekretnya berwarna kuning
dan pasien sudah pernah di bawah berobat kebidan desa dan diberikan salep antibiotik.
Riwayat Kontak dengan penderita yang sama (+) yaitu Ayah pasien. Riwayat
trauma (-) Riwayat alergi (-) Riwayat pengobatan sebelumnya (+).
Pada pemeriksaan oftalmologi ODS, inspeksi didapatkan edema palpebra (+),
lakrimasi (+), sekret (+) purulen, konjungtiva hiperemis (+), injeksi konjungtiva (+)
Pada pemeriksaan palpasi tidak ditemukan pembesaran kelenjar preaurikuler. Pada

6
pemeriksaan visus didapatkan VOD: > 3/60 , VOS: > 3/60. Pada pemeriksaan
penyinaran oblik didapatkan ODS: konjungtiva hiperemis (+), injeksio konjungtiva (+).

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENDAHULUAN
Radang konjungtiva (konjungtivitis) merupakan penyakit mata paling umum di
dunia.Konjungtivitis merupakan suatu keadaan dimana konjungtiva mengalami suatu
inflamasi yang mengakibatkan dilatasi pembuluh darah konjungtiva sehingga mata
tampak merah.Gejala penting konjungtivitis adalah sensasi benda asing, yaitu sensasi
tergores atau panas, sensasi penuh disekitar mata, gatal, dan fotofobia.Tanda penting
konjungtivitis adalah hiperemia, air mata berlebih, eksudasi, pseudoptosis, hipertropi
papiler, kemosis, folikel, pseudomembran, granuloma, dan adenopati
preaurikuler.Penyebanya umumnya eksogen, namun dapat endogen. Ada tiga tipe
utama, yakni konjungtivitis infeksi, alergi, dan kimia.
Konjungtivitis infeksi biasanya disebabkan oleh virus dan bakteri.Konjungtivitis
bakteri merupakan infeksi bakteri yang melibatkan membran mukosa pada permukaan
mata. Kondisi ini biasanya mengalami remisi sendiri (self-limiting illness) pada kasus
yang ringan, namun kadang-kadang dapat menjadi berat atau mendasari terjadinya
penyakit sistemik.
B. ANATOMI FISIOLOGI
Konjungtiva adalah membran mukosa yang tipis dan trasparan yang menutupi
permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior
sclera (konjungtiva bulbaris).Konjungtiva mengandung epitel squamous non
keratinosit dengan sejumlah sel goblet dan subtansia propria yang tipis, kaya
pembuluh darah, dan mengandung pembuluh limfe, sel plasma, makrofag, dan sel
mast.Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak (mucocutaneus
junction) dan dengan epitel kornea di limbus.Konjungtiva mengandung kelenjar musin
yang dihasilkan oleh sel Goblet.Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea.
Di bawah konjungtiva bulbi terdapat episklera dan sklera.

8
Gambar 1.Anatomi mata dan kelopak mata

Konjungtiva terdiri atas 3 bagian, yaitu: kunjungtiva palpebralis, konjungtiva


bulbi, dan konjungtiva forniks. Konjungtiva palpebralis melapisi permukaan posterior
kelopak mata dan melekat erat pada tarsus.Di tepi superior dan inferior tarsus,
konjungtiva melipat ke posterior (pada forniks superior dan inferior) dan menutupi
jaringan episklera dan menjadi konjungtiva bulbaris.Konjungtiva forniks, merupakan
tempat peralihan konjungtiva palpebralis dengan konjungtiva bulbi.Konjungtiva bulbi
dan forniks berhubungan sangat longgar dengan jaringan di bawahnya sehingga bola
mata mudah bergerak. Konjungtiva bulbi, melekat longgar ke septum orbitale di
forniks dan melipat berkali-kali.Lipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan
memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik. Duktus -duktus kelenjar lakrimalis
bermuara ke forniks temporal superior. Kecuali di limbus (tempat kapsul Tenon dan
konjungtiva menyatu sejauh 3 mm), konjungtiva bulbaris melekat longgar ke kapsul
tenon dan sklera di bawahnya.Konjungtiva bulbaris yang lunak, mudah bergerak dan
tebal (plika semiulnaris) terletak di canthus medial. Struktur epidermoid yang kecil
semacam daging (karunkula) menempel superfisial ke bagian dalam plika semiulnaris
dan merupakan zona transisi yang mengandung elemen kulit dan membran mukosa.
SUPLAI DARAH, LIMFE, DAN PERSARAFAN
Arteri-arteri konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri
palpebralis.Kedua arteri ini beranastomosis bebas dan -bersama dengan banyak vena
konjungtiva yang umumnya mengikuti pola arterinya-membentuk jaringan-jaringan
vaskuler konjungtiva yang banyak sekali.Pembuluh limfe konjungtiva tersusun dalam
lapisan superfisisal dan lapisan profundus dan bersambung dengan pembuluh limfe
kelopak mata hingga membentuk pleksus limfatikus.Konjungtiva menerima persarafan
dari percabangan pertama nervus V (nervus oftalmikus). Saraf ini hanya sedikit
mempunyai serat nyeri.
C. ETIOLOGI

9
Bentuk konjungtivitis bakterial di kelompokkan menjadi konjungtivitis hiperakut
dan subakut, akut catarrhal, dan menahun.Penyebab paling sering dari konjungtivitis
hiperakut adalah N. Gonorrhoeae dan Neisseria meningitidis. Konjungtivitis subakut
disebabkan oleh Haemophilus influenzae, sedangkan konjungtivitis kataralis akut
biasanya disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus,
Haemophilus aegyptus. Konjungtivitis bakterial kronik disebabkan oleh
Staphylococcus aureus, Moraxella lacunata, Pseudomonas, Enterobacteriaceae dan
Proteus spp. Dari kesemuanya, tiga patogen yang paling umum menyebabkan
konjungtivitis bakteri adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan
Staphylococcus aureus.

D. PATOFISIOLOGI
Mata mempunyai mekanisme petahanan terhadap invasi bakteri. Mekanisme
pertahanan primer terhadap infeksi berupa lapisan epitel yang menutupi konjungtiva
dan pertahanan sekunder melibatkan mekanisme imun hematologik yang dibawa oleh
pembuluh darah konjungtiva, lisozim bakteriostatik, immunoglobulin pada tear film,
kedipan mata, dan bakteri non patogenik yang berkolonisasi pada mata dan
berkompetisi dengan organisme yang mencoba menginvasi. Apabila salah satu dari
mekanisme pertahanan ini terganggu, maka infeksi bakteri patogen dapat terjadi.
Infeksi bakteri dan eksotoksin yang mereka produksi akan dikenali sebagai
antigen. Hal ini akan menginduksi reaksi antigen-antibodi dan menyebabkan
terjadinya inflamasi. Pada orang yang sehat, mata akan berusaha untuk kembali ke
kondisi homeostasis, dan bakterinya akan dieradikasi. Namun, invasi bakteri yang
berat bisa menjadi sangat sulit untuk di lawan, dan menyebabkan terjadinya infeksi
konjungtiva dan yang selanjutnya dapat meluas ke kornea dan bagian mata lainnya.
Konjungtivitis bakteri terjadi akibat pertumbuhan berlebihan dan infiltrasi bakteri
pada lapisan epitel konjungtiva dan kadang-kadang pada substansia propria.Sumber
infeksinya adalah kontak langsung dengan sekret individu yang terinfeksi, biasanya
melalui kontak mata tangan (eye-hand contact) atau penyebaran infeksi dari
organisme yang berkoloni pada mukosa nasal dan sinus pasien sendiri. Pada orang
dewasa dengan konjungtivitis bakteri unilateral, sistem nasolakrimal sebaiknya

10
diperiksa karena obstruksi duktus nasolakrimalis, dakriosistitis, dan kanalikulitis dapat
menyebabkan konjungtivitis bakteri unilateral.
E. GEJALA KLINIK
Secara umum, gejala yang biasa timbul pada konjungtivitis bakteri antara lain:
- Mata merah akibat dilatasi pembuluh darah konjungtiva
- Injeksi konjungtiva
- Sekret konjungtiva mukopurulen sampai purulen
- Edema kelopak mata
- Rasa tidak nyaman; perih, panas, sensasi benda asing, rasa berpasir.
- Nyeri tidak ada atau minimal
- Epifora (air mata berlebih)
- Fotofobia biasanya tidak ada atau ringan.
- Kelopak mata sulit dibuka saat bangun tidur, melengket satu sama lain karena
adanya sekret (glue eye)
- Penglihatan biasanya normal. Penglihatan kabur dapat disebabkan adanya
discharge (sekret) atau debris pada tear film.
- Biasanya bilateral. Mulai pada satu mata kemudian dapat menyebar dengan mudah
ke mata sebelah.

Gambar 2. Konjungtivitis Bakteri


1. KONJUNGTIVITIS BAKTERIAL HIPERAKUT (DAN SUBAKUT)
Konjungtivitis bakteri hiperakut merupakan suatu keadaan infeksi yang berat
dan membutuhkan penanganan optalmik yang cepat.Onsetnya tiba-tiba (12-24 jam)
dan ditandai dengan adanya sekret purulen kuning kehijauan yang berlebihan
disertai edema kelopak mata, hiperemia, chemosis (utamanya di limbus), dan sering
terdapat limfadenopati preaurikuler. Dapat juga terjadi perkembangan menjadi
keratitis yang ditandai dengan fotofobia, penurunan visus, dan fluorescein uptake.
Penyebabnya adalah N. Gonorrhoeae dan N. Meningitidis, dimana causa oleh N.
Gonorrhoeae lebih sering terjadi. Infeksi dari kedua jenis ini mempunyai gejala
yang mirip, dan hanya dapat dibedakan melalui pemeriksaan mikrobiologi.
Infeksi okuler gonokokkal biasanya dialami oleh neonatus (ophtalmia
neonatorum) dan pada dewasa muda. Pada bayi, penyakit ini umunya ditandai
dengan adanya discharge bilateral tiga sampai empat hari setelah di lahirkan

11
(gambar 3). Penularannya biasanya terjadi dari ibu ke bayi saat persalinan. Pada
dewasa,penularannya biasanya dari genitalia ke tangan kemudian ke mata
(berkaitan dengan penyakit menular seksual).
Konjungtivitis bakterial subakut yang biasanya disebabkan oleh H. Influenzae
ditandai dengan adanya eksudat berair, tipis, atau berawan.

Gambar 3. Konjungtivitis hiperakut neonatal yang di sebabkan oleh N. Gonorrhoeae


2. KONJUNGTIVITIS BAKTERIAL KATARALIS AKUT
Konjungtivitis ini sering terdapat dalam bentuk epidemic atau disebut mata
merah oleh orang awam. Penyakit ini ditandai dengan timbulnya hiperemia
konjungtiva secara akut, dan jumlah eksudat mukopurulen sedang. Gejala lainnya
adalah rasa terbakar, iritasi, dan air mata keluar. Pasien sering mengeluhkan kedua
kelopak matanya melengket saat bangun dari tidur. Pembengkakan konjungtiva dan
edema kelopak mata ringan dapat timbul. Gejala dari konjungtivitis akut ini lebih
ringan, dan progresifitasnya lebih rendah dibandingkan dengan konjungtivitis
hiperakut.

Gambar 4. Konjungtivitis bakterial akut yang disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae

3. KONJUNGTIVITIS BAKTERIAL KRONIK

12
Konjungtivitis ini biasanya terjadi pada pasien dengan obstruksi duktus
nasolakrimalis dan dakriosistitis menahun, yang biasanya unilateral. Infeksi ini juga
dapat menyertai blefaritis bacterial menahun atau disfungsi kelenjar meibom. Pada
beberapa kasus, konjungtivitis bakterial kronik juga berhubungan dengan seboroik
facial.
F. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
- Anamnesis : gejala yang dialami pasien, penyakit pasien yang lain, pekerjaan,
riwayat alergi, terekspos zat kimia, perjalanan penyakit, riwayat keluarga.
- Pemeriksaan fisik:
a. Injeksi konjungtiva dapat muncul secara segmental atau difus, sekret yang
muncul lebih purulen, kelopak mata sering melengket satu sama lain terutama
saat bangun tidur. Pembesaran nodus limfatikus preaurikuler jarang ditemukan
pada konjungtivitis bakteri, namun biasanya ditemukan pada konjungtivitis
bakteri yang berat. Dapat terjadi pembengkakan kelopak mata yang ringan,
refleks pupil normal.
b. Dengan menggunakan slit lamp, inflamasi dari konjungtiva dapat terlihat
berbentuk follikular atau papilar. Pola follikular pembuluh darahnya tampak
disekitar dasar dari lesi kecil yang timbul, dimana hal ini biasanya nampak
pada infeksi viral. Pada infeksi bakteri, polanya adalah papilar dimana
pembuluh darah berada pada pusat lesi kecil yang timbul.
- Pemeriksaan laboratorium: pemeriksaan mikroskopik kerokan konjungtiva dengan
pewarnaan Gram atau Giemsa: banyak netrofil polimorfonuklear, kultur dari sekret
konjungtiva.
Pewarnaan gram dan kultur konjungtiva tidak diperlukan pada kasus ringan
(uncomplicated), tetapi harus dilakukan pada situasi berikut:
Host yang memiliki kerentanan yang tinggi, seperti
neonatus,individudengan immunocompromised.
Kasus konjungtivitis purulen berat, untuk membedakannya dari
konjungtivitis hiperpurulen, yang pada umumnya membutuhkan terapi
sistemik.
Kasus-kasus yang tidak berespon terhadap terapi awal.
- Pemeriksaan radiologi: pemeriksaan radiologi tidak biasa dilakukan pada
konjungtivitis bakteri, kecuali dicurigai adanya sinusitis dapat di lakukan
pemeriksaan CT-Scan dan MRI. CT scan orbita diindikasikan untuk
13
menyingkirkan kemungkinan abses orbital atau pansinusitis, atau jika
konjungtivitis berkaitan dengan selulitis orbitalis.
G. DIAGNOSIS DIFFERENSIAL
Adapun diagnosis differensial konjungtivitis bakteri ini antara lain:
- Konjungtivitis Virus
- Konjungtivitis Alergi
- Konjungtivitis Klamidial
- Keratitis
- Uveitis
- Episkleritis
- Blefaritis
- Glaukoma

Algoritma diferensial diagnosis untuk mendiagnosis penyakit optalmik dengan


keluhan mata merah

14
15
Tabel1 .Differensial Diagnosis Mata Merah dengan Visus Normal ataupun Turun

Keratitis / Ulkus Uveitis (Iritis)


Gejala Konjungtivitis Glaukoma Akut
Kornea Akut

Injeksio Konjungtiva Siliar Siliar Episkleral

Kornea Jernih Fluoresein Presipitat Edema

Kekeruhan
- +/+++ - +++
kornea

Fotofobia - / Ringan +++ +++ +

Halo - - - ++

Normal, atau
Tajam
suram ringan Menurun Menurun Menurun
Penglihatan
karena sekret

Sekret + - - -

Rasa nyeri - ++ ++ ++/+++

Gatal +/- - - -

Fler - +/- ++ +/-

Bilik mata depan Normal Normal Normal Dangkal

Tekanan
Normal Normal Rendah Tinggi
intraokuler

Pupil Normal Normal/Miosis Miosis ireguler Midriasis nonreaktif

a.konjungtiva
Vaskularisasi Siliar Pleksus siliar Episkleral
posterior

Antibiotik, Steroid,
Pengobatan Antibiotik/antiviral + Miotika diamox +
sikloplegik sikloplegik

Tabel 2. Differensial Diagnosis Konjungtivitis

16
Temuan Klinik Konjungtivitis Konjungtivitis Konjungtivitis Konjungtivitis
dan Sitologi Bakteri Virus Klamidial Alergi

Hiperemia Umum (berat) Umum (sedang) Umum (sedang) Umum (sedang)

Gatal Minimal Minimal Minimal Hebat

Lakrimasi Sedang Banyak Sedang Sedang

Hemoragik + + - -

Minimal (serous
Banyak Banyak (mukoid
sampai mukoid,
Eksudasi (mukopurulen Minimal (serous) sampai
putih, berserabut,
sampai purulen) mukopurulen)
lengket)

Kemosis ++ +/- +/- ++

Papil +/- - +/- +

Folikel - + ++ +

+/-
Pseudomembran (Streptococcus, +/- - -
C.diphterica)

Panus - - + -

Hanya sering
Adenopati pada
Jarang Sering Tidak ada
Preaurikuler konjungtivitis
inklusi

Pewarnaan
PMN, plasma sel
kerokan dan Bakteri, PMN Monosit Eosinofil
badan inklusi
eksudat

Disertai sakit
tenggorokan dan Kadang-kadang Kadang-kadang Tidak pernah Tidak pernah
demam

H. TERAPI
Kebanyakan kasus konjungtivitis akut dapat ditangani dengan terapi antibiotik
empirik. Terapi awal konjungtivitis bakteri akut ringan sedang meliputi
antibiotiktopikal seperti tetes mata polymixin combination drops, aminoglikosida, atau
fluoroquinolone (ciprofloxacin, ofloxacin, levofloxacin, moxifloxacin, atau
gatifloxacin) drops, atau salep bacitracin atau ciprofloxacin. Terapi spesifik terhadap
17
konjungtivitis bakterial tergantung temuan agen mikrobiologiknya. Sambil menunggu
hasil laboratorium, dokter dapat mulai dengan terapi antimikroba spektrum luas. Pada
setiap konjungtivitis purulen, harus dipilih antibiotika yang cocok untuk mengobati
infeksi Neisseria gonorrhoeae dan N. Meningitidis. Terapi sistemik dan topikal harus
segera dilaksanakan setelah bahan (sampel) untuk pemeriksaan laboratorium telah
diperoleh.
Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen akut, saccus conjungtivae harus
dibilas dengan larutan garam fisiologis agar dapat menghilangkan sekret konjungtiva.
Untuk mencegah penyebaran penyakit ini, pasien dan keluarga diminta
memperhatikan higiene pribadi dan menghindari kontak erat dengan individu yang
terinfeksi. Individu yang telah terinfeksi sebaiknya sering cuci tangan dan
menghindari penggunaan handuk, linen, sapu tangan, pakaian, kacamata atau make-up
secara bersama-sama untuk mencegah penularan.
Bila pengobatan tidak memberikan hasil dengan antibiotic setelah 3-5 hari maka
pengobatan dihentikan dan ditunggu hasil pemeriksaan mikrobiologik. Apabila tidak
ditemukan kuman pada sediaan langsung, maka diberikan antibiotic spektrum luas
dalam bentuk tetes mata tiap jam atau salep mata 4 sampai 5 kali sehari. Apabila
dipakai tetes mata, sebaiknya sebelum tidur diberi salep mata (sulfasetamid 10-15%
atau kloramfenikol). Apabila tidak sembuh dalam satu minggu bila mungkin
dilakukan pemeriksaan resistensi, kemungkinan defisiensi air mata, atau kemungkinan
obstruksi duktus nasolakrimalis.
I. PERJALANAN DAN PROGNOSIS
Konjungtivitis bakterial akut hampir selalu sembuh sendiri. Tanpa diobati, infeksi
dapat berlangsung selama 10-14 hari, jika diobati dengan memadai, 1-3 hari, kecuali
konjungtivitis Staphylococcus(yang dapat berlanjut menjadi blefarokonjungtivitis dan
memasuki tahap menahun) dan konjungtivitis gonokokkus (yang bila tidak diobati
berakibat ulkus kornea, abses kornea, perforasi kornea, dan endoftalmitis).
Konjungtivitis bakterial menahun mungkin tidak dapat sembuh sendiri dan menjadi
masalah pengobatan yang menyulitkan.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Garcia-Ferrer, Francisco J.; Schwab, Ivan R.; Shetlar, Debra J. Conjunctiva. In:
Riordan-Eva, Paul; Whitcher, John P., Eds. Vaughan & Asbury's General
Ophthalmology, 16th Edition. 2004. London: McGraw-Hill; p.101-5.
2. Marlin, David S. Bacterial Conjunctivitis. Hampton Roy Sr, ed. Available in:
http://emedicine.medscape.com/article/1191730-overview#showall. Updated: Jun 7,
2011. Accessed on Sepetember 24, 2011.
3. Riordan-Eva, Paul. Anatomy & Embryology of the Eye. In: Riordan-Eva, Paul;
Whitcher, John P., Eds. Vaughan & Asbury's General Ophthalmology, 16th Edition.
2004. London: McGraw-Hill; p.3-7.
4. Morrow, Gary L.; Abbott, Richard L. Conjunctivitis. In: American Family Physician.
February 15, 1998. Published by American Academy of Family Physicians. Available
in: www.aafp.org/afp/980251/morrow.html. Accessed on September 24, 2011.
5. Lang, Gerhard K.; Lang, Gabriele E. Conjunctiva. In: Gerhard K.Lang, Ed.
Ophthalmology: A Pocket Textbook Atlas, 2nd Edition. 2006. New York: Thieme; p.67-
83.
6. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. 2008. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
hal.109-28.
7. Skuta, Gregory L.; Cantor, Louis B.; Weiss, Jayne S. Basic and Cliniccal Science
Cources : External Disease dan Cornea, Section 8, 2008-2009. 2008. Singapore :
American Academy of Ophthalmology; p.169-71.
8. Wood, Mark. Conjunctivitis: Diagnosis and Management. In: Journal of Community
Eye Health, Vol.12 (30), 1999. Available in:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1706007/ . Accessed on September 24,
2011.
9. Anonymous. Acute Bacterial Conjungtivitis. Available in:
www.cms.revoptom.com/handbook/sect2c.htm. Accessed on September 24, 2011.
10. Singer, Michael S.; Pavan-Langston, Deborah; Levy, Bruce D. Conjunctivitis (Rad
Eye). Available in: http://www.bhchp.org/BHCHP
%20Manual/pdf_files/Part1_PDF/Conjunctivitis.pdf . Accessed on September 24,
2011.

19
11. Anonymous. Bacterial Conjungtivitis. Last Updated: January 27, 2011. Available in:
http://www.patient.co.uk/doctor/Bacterial-Conjunctivitis.htm . Accessed on
September 24, 2011.
12. Anonymous. Conjungtivitis. American College of Occupational and Environmental
Medicine. Available in: http://www.mdguidelines.com/conjunctivitis . Accessed on
September 24, 2011.

20

Anda mungkin juga menyukai