DISUSUN OLEH :
dr. ROSITA ALIFA PRANABAKTI
PENDAMPING :
dr. NURUL FAJRI KURNIATI
dr. MOH HERMAN SYAHRUDIN
Pasien datang ke IGD dibawa oleh kedua orang tuanya dengan keluhan demam tinggi sejak 12 jam SMRS. Demam dirasakan terus-menerus
dan semakin tinggi. Pasien sudah dikompres air hangat namun demam tidak turun. 2 jam SMRS pasien kejang. Kejang 1x selama 5 menit.
Kejang terjadi pada seluruh tubuh. Saat kejang badan pasien kaku dan mata melirik ke atas. Kejang berhenti sendiri dan tidak berulang.
Setelah kejang, pasien sadar dan menangis. Riwayat kejang sebelumnya disangkal.
Tujuan:
Menegakkan diagnosis kerja, melakukan penanganan awal serta konsultasi dengan spesialis Anak untuk penanganan lebih lanjut serta
Nama RS: RST dr. Asmir Salatiga Telp: - Terdaftar sejak: 17 Agustus 2019
1. Diagnosis/Gambaran Klinis:
Pasien datang ke IGD dibawa oleh kedua orang tuanya dengan keluhan demam tinggi sejak 12 jam SMRS. Demam dirasakan terus-
menerus dan semakin tinggi. Pasien sudah dikompres air hangat namun demam tidak turun. 2 jam SMRS pasien kejang. Kejang 1x selama 5
menit. Kejang terjadi pada seluruh tubuh. Saat kejang badan pasien kaku dan mata melirik ke atas. Kejang berhenti sendiri dan tidak berulang.
Setelah kejang, pasien sadar dan menangis. Riwayat kejang sebelumnya disangkal.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat kejang tanpa demam : disangkal
Riwayat batuk pilek : disangkal
Riwayat demam berdarah : disangkal
Riwayat bepergian ke daerah endemik malaria : disangkal
Riwayat trauma kepala dan pijat : disangkal
Riwayat mondok : disangkal
Riwayat alergi obat/makanan : disangkal
5. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Pasien tinggal bersama ayah dan ibunya. Pasien berobat dengan menggunakan BPJS kesehatan.
Jenis 0 I
BCG 1 bulan
DPT 2 bulan
1. Keadaan Umum
Sikap / keadaan umum : tampak sakit sedang
Derajat kesadaran : kompos mentis
Derajat gizi : baik
2. Tanda vital
BB : 15 kg
SiO2 : 99%
Nadi : 130 x/menit, reguler
Pernafasan : 24 x/menit, reguler
Suhu : 39,8 C (per axilla)
13. Ekstremitas
Akral dingin - - edema - -
- - - -
ADP kuat
CRT < 2 detik
11. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium darah di RST dr. Asmir Salatiga (17 Agustus 2019)
Hematokrit 43,3 % 37 – 48 %
MCH 26,6 27 - 31 pg
Daftar Pustaka:
1. Ismail S (1999). Buku Ajar Neurologi Anak Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.
2. Litalien C, Jacqz-Aigrain E (2001). Risk and benefits of nonsteroidal anti-inflammatory drugs in children: a comparison to paracetamol.
PubMed.
3. Medscape (2016). Pediatric Febrile seizures. http://emedicine.medscape. com/article/1176205-overview - diakses Agustus 2017
4. Medscape (2016). Pediatric Febrile Seizures Treatment & Management http://emedicine.medscape.com/article/1176205-
workup#c6 – diakses Agustus 2017
5. Pusponegoro HD, Widodo DP, Ismael S. (2016). Konsensus penatalaksanaan Kejang Demam Anak. Jakarta: Unit kerja Koordinasi
Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Hasil Pembelajaran:
2. Objektif :
a. GEJALA KLINIS
Pasien mengalami kejang saat demam tinggi
b. PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
d. DATA ANTROPOMETRI
BB : 15 kg
e. PEMERIKSAAN FISIK
MCH 26,6 27 - 31 pg
4. Plan
a. Diagnosis
Kejang Demam Sederhana
b. Penatalaksanaan
IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
B. Faktor risiko
Terdapat beberapa faktor risiko terjadinya kejang demam antara lain peningkatan suhu tubuh, riwayat kejang demam pada keluarga,
gangguan pertumbuhan, dan paparan alkohol serta rokok pada saat didalam kandungan. Sekitar sepertiga anak dengan serangan kejang
demam mengalami kejang berulang. Faktor risiko yang meningkatkan terjadinya kejang berulang antara lain adalah sebagai berikut: (1)
adanya demam yang tidak terlalu tinggi saat serangan kejang pertama; (2) riwayat kejang demam pada keluarga; (3) durasi yang singkat
antara awal terjadinya peningkatan suhu dan onset kejang; dan (4) usia kurang dari 12 bulan saat pertama kali kejang demam. (Medscape,
2016). Jika keempat faktor risiko diatas terpenuhi maka kemungkinan terjadinya kejang berulang adalah 80%, sedangkan jika tidak
terdapat faktor risiko diatas maka kemungkinan terjadinya kejang berulang adalah 10-15%. Berulangnya kejang paling banyak terjadi pada
tahun pertama (Pusponegoro et al., 2006).
C. Klasifikasi
1. Kejang Demam Sederhana
Kejang demam sederhana merupakan kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan dapat berhenti
sendiri. Kejang dapat berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam.
D. Patofisiologi
Demam terjadi karena terlepasnya zat pemicu demam yang disebut juga pirogen. Secara umum pirogen dapat terbagi menjadi 2 jenis,
yakni pirogen eksogen dan endogen. Pirogen eksogen adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh seperti toksin dan produk bakteri.
Sedangkan pirogen endogen merupakan zat yang dikeluarkan dari dalam tubuh (Interleukin 1, interleukin 6, interleukin 11, tumor necrosis
factor α, interferon γ dan lain sebagainya). Pirogen yang dikeluarkan dapat memacu hipotalamus untuk meningkatkan set point suhu tubuh
melalui asam arakidonat, PGE-2 dan siklik AMP. Meningkatnya set point suhu tubuh berakibat pada terjadinya mekanisme konservasi dan
produksi kalor sehingga terjadi demam (Tortora dan Derrickson, 2014).
Pada saat demam kebutuhan energi akan meningkat khususnya pada otak, jantung, dan otot. Pada kenaikan suhu 1 oC terdapat
peningkatan metabolisme basal sebesar 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat sekitar 20%. Pada keadaan ini reaksi oksidasi terjadi lebih
cepat dan oksigen akan semakin cepat habis dan akan menyebabkan sel mengalami hipoksia. Hal ini mempengaruhi proses transport aktif sehingga
influx dan efluks natrium dan kalium akan terganggu. Peningkatan metabolisme anaerob juga akan menyebabkan peningkatan kadar asam laktat dan
CO2 yang toksik bagi neuron. Pasien yang mengalami demam dengan dehidrasi akan terjadi ketidakseimbangan kadar elektrolit dan
permeabilitas sel sehingga meningkatkan risiko terjadinya kejang (Vaughan dan Norman, 2002; Tortora dan Derrickson, 2014).
F. Tatalaksana
Penatalaksanaan saat kejang pada kebanyakan kasus, biasanya kejang demam berlangsung singkat dan saat pasien datang kejang sudah
berhenti. Alogaritma tatalaksana kejang dapat dilihat pada gambar 2.
1. Apabila pasien datang dalam keadaan kejang maka tatalaksana awal berupa pemberian Diazepam per rektal dengan dosis apabila
berat badan anak dibawah 10 kg maka menggunakan dosis 5mg dan apabila diatas 10 kg menggunakan dosis 10 mg. Apabila demam
G. Prognosis
Kejadian kecacatan pada kasus kejang demam jarang ada laporan. Sebagian kecil pasien yang mengalami kecacatan biasanya pada
kejang demam fokal atau kejang demam yang berulang. Kematian karena kejang demam tidak pernah ada laporan. Kemungkinan
berulangnya kejang demam
akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko berulangnya kejang demam adalah usia kurang dari 12 bulan, temperatur yang
rendah saat kejang, cepatnya kejang setelah demam, riwayat kejang demam dalam keluarga. Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan
berulangnya
kejang demam adalah 80%, sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan berulangnya kejang demam hanya 10%-15%.
Kemungkinan berulangnya kejang demam paling besar pada bayi dengan usia satu tahun pertama pasca kelahiran.