STATUS PASIEN
I.
IDENTITAS
Nama
Jenis kelamin
Umur
Agama
Pekerjaan
Alamat
Tanggal pemeriksaan
II.
: Ny. S
: Perempuan
: 71 tahun
: Islam
: Ibu rumah tangga
: Kemayoran
: 22 September 2014
ANAMNESA
Anamnesis
: Autoanamnesis.
Keluhan utama
: Kedua mata merah sejak satu minggu SMRS.
Keluhan tambahan : Mata berair pada kedua mata.
Riwayat perjalanan penyakit :
Pasien datang ke Poli Mata RSPAD Gatot Soebroto dengan keluhan kedua
mata merah sejak satu minggu SMRS. Pasien juga mengeluhkan keluarnya air mata
yang terus menerus di kedua matanya. Keluhan tersebut juga dibarengi oleh adanya
rasa tidak nyaman pada kedua mata seperti kelilipan yang terkadang disertai gatal.
Pasien menyangkal adanya keluhan silau ketika melihat cahaya. Riwayat
adanya kotoran lengket yang keluar dari kedua mata pasien disangkal. Tidak ada
keluhan gangguan dalam melihat.
Pasien tidak memiliki riwayat trauma pada kedua mata maupun alergi. Pasien
baru pertama kali mengalami keluhan seperti ini dan sudah mencoba mengobatinya
dengan membeli obat di warung namun tidak ada perbaikan. Di keluarga pasien tidak
ada yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien.
Riwayat penyakit dahulu
:
- Hipertensi
:
(+)
- DM
:
(+)
- Trauma mata :
(-)
- Alergi
:
(-)
Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan
serupa dengan pasien.
III.
PEMERIKSAAN FISIK
a. Status generalis:
Keadaan umum : Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah
: 140/80 mmHg
Nadi
: 80x per menit
Suhu
: Afebris
Laju pernafasan
: 20x per menit
Kepala : Normocephal
1
THT
Leher
Jantung
Paru
Abdomen
b.
Status oftalmologis
KETERANGAN
OD
OS
20/70
20/50
Koreksi
Addisi
S+2.75
S+2.75
1. VISUS
Tajam penglihatan
Distansia Pupil
60/58 mm
Tidak ada
Tidak ada
Endoftalmus
Tidak ada
Tidak ada
Deviasi
Tidak ada
Tidak ada
Warna
Hitam
Hitam
Letak
Simetris
Simetris
Gerakan mata
3. SUPRA SILIA
Ada
Ada
Nyeri tekan
Tidak Ada
Tidak Ada
Ektropion
Tidak Ada
Tidak Ada
Entropion
Tidak Ada
Tidak Ada
Blefarospasme
Tidak Ada
Tidak Ada
Trikiasis
Tidak Ada
Tidak Ada
Sikatriks
Tidak Ada
Tidak Ada
9 mm
9 mm
Hordeolum
Tidak Ada
Tidak Ada
Kalazion
Tidak Ada
Tidak Ada
Ptosis
Tidak Ada
Tidak Ada
Fisura palpebra
Ada
Ada
Folikel
Ada
Tidak Ada
Papil
Tidak Ada
Tidak Ada
Sikatriks
Tidak Ada
Tidak Ada
Anemia
Tidak Ada
Tidak Ada
Kemosis
Tidak Ada
Tidak Ada
Ada
Ada
Injeksi siliar
Tidak Ada
Tidak Ada
Perdarahan subkonjungtiva
Tidak Ada
Tidak Ada
Pterigium
Tidak Ada
Tidak Ada
Pinguekula
Tidak Ada
Tidak Ada
Nervus pigmentosus
Tidak Ada
Tidak Ada
Terbuka
Terbuka
Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan
Warna
Putih
Putih
Ikterik
Tidak Ada
Tidak Ada
Kejernihan
Jernih
Jernih
Permukaan
Licin
Licin
12 mm
12 mm
Baik
Baik
Infiltrat
Tidak ada
Tidak ada
Ulkus
Tidak ada
Tidak ada
Perforasi
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
6. KONJUNGTIVA BULBI
Injeksi konjungtiva
7. SISTEM LAKRIMALIS
Punctum lakrimal
Tes Anel
8. SKLERA
9. KORNEA
Ukuran
Sensibilitas
Arkus senilis
Edema
Tes Plasido
Reguler
Reguler
Kedalaman
Dalam
Dalam
Kejernihan
Jernih
Jernih
Hifema
Tidak ada
Tidak ada
Hipopion
Tidak ada
Tidak ada
Warna
Coklat
Coklat
Kriptae
Jelas
Jelas
Bentuk
Bulat
Bulat
Sinekia
Tidak ada
Tidak ada
Koloboma
Tidak ada
Tidak ada
Sentral
Sentral
Bentuk
Bulat
Bulat
Ukuran
3 mm
3 mm
Jernih
Jernih
Di tengah
Di tengah
Jernih
Jernih
Positif
Positif
o Bentuk
Bulat
Bulat
o Warna
Kuning kemerahan
Kuning kemerahan
o Batas
Tegas
Tegas
0.3
0,3
11. IRIS
12. PUPIL
Letak
13. LENSA
Kejernihan
Letak
Tes Shadow
14. BADAN KACA
Kejernihan
15. FUNDUS OKULI
a. Reflex fundus
b. Papil
o C/D Ratio
c. A/V Ratio
2:3
2:3
o Edema
Tidak ada
Tidak ada
o Perdarahan
Tidak ada
Tidak ada
o Exudat
Tidak ada
Tidak ada
o Sikatriks
Tidak ada
Tidak ada
Positif
Positif
o Edema
Tidak ada
Tidak ada
o Pigmentosa
Tidak ada
Tidak ada
Nyeri tekan
Tidak Ada
Tidak Ada
Massa tumor
Tidak Ada
Tidak Ada
Normal
Normal
15.5 mmHg
17.5 mmHg
d. Retina
e. Makula lutea
o Refleks fovea
16. PALPASI
IV.
RESUME:
Pasien peremepuan 71 tahun datang ke Poli Mata RSPAD Gatot Soebroto
dengan keluhan kedua mata merah sejak satu minggu SMRS. Pasien juga
mengeluhkan keluarnnya air mata yang terus menerus di kedua matanya, adanya rasa
tidak nyaman pada kedua mata seperti kelilipan yang terkadang disertai gatal.
KETERANGAN
OD
OS
Ada
Ada
Ada
Ada
Folikel
Ada
Tidak Ada
KONJUNGTIVA BULBI
Injeksi konjungtiva
V.
Ada
Ada
DIAGNOSIS KERJA:
Konjungtivitis ODS ec susp. viral
VI.
VII.
VIII.
DIAGNOSIS BANDING:
Konjungtivitis ODS ec susp. bakteri
ANJURAN PEMERIKSAAN:
1. Pemeriksaan dengan slit lamp biomicroscopy
2. Pemeriksaan laboratorium
PENATALAKSANAAN:
2. Non Medikamentosa:
- Edukasi tentang penyakit konjungtivitis
- Kompres dingin
- Tidak menggosok-gosok kedua mata
- Menjaga kebersihan tangan dengan mencuci tangan setelah memegang mata
3. Medikamentosa :
-
IX.
PROGNOSIS
a.
b.
c.
X.
Ad vitam
: ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
ANALISA KASUS
Diagnosis pada pasien ini adalah:
Konjungtivitis ODS ec susp. viral
Identifikasi masalah pasien :
A. Anamnesis:
Keluhan utama pasien adalah keluhan kedua mata merah sejak satu minggu
SMRS. Pasien juga mengeluhkan keluarnnya air mata yang terus menerus di
kedua matanya yang dibarengi oleh adanya rasa tidak nyaman pada kedua mata
seperti kelilipan dan rasa gatal.
Temuan Klinis dan sitologi
Gatal
Hiperemia
Mata berair
Eksudasi
Adenopati preaurikular
Pada kerokan dan eksudat yg di pulas
Disertai sakit tenggorokan dan demam
Viral
Minimal
Generalisata
Banyak
Minimal
Sering
Monosit
Sesekali
B. Pemeriksaan fisik
KETERANGAN
OD
OS
Edema
Ada
Ada
Ada
Ada
Folikel
Ada
Tidak Ada
KONJUNGTIVA BULBI
Injeksi konjungtiva
Ada
Ada
C. Anjuran pemeriksaan:
1. Pemeriksaan dengan slit lamp biomicroscopy
2. Pemeriksaan laboratorium
Hal ini dilakukan untuk lebih memastikan penyebab dari
konjungtivitis tersebut sehingga pemilihan terapi dapat adekuat.
D. Penatalaksanaan
1. Non Medikamentosa:
- Edukasi tentang penyakit konjungtivitis
- Kompres dingin pada kedua mata
- Tidak menggosok-gosok kedua mata
- Menjaga kebersihan tangan dengan mencuci tangan setelah memegang
mata
2. Medikamentosa :
Fresh eye drops (Cendo lyteers 15 mL, 4 gtt ODS)
Konjungtivitis virus adalah self limiting disease dan tidak memerlukan
pengobatan antibiotik kecuali infeksi bakteri sekunder terjadi. Pengobatan
terbaik untuk konjungtivitis virus adalah dengan menggunakan air mata
buatan, dan kompres dingin untuk membantu mengurangi ketidaknyamanan
pada mata.
Antihistamin yang digunakan untuk mengurangi rasa gatal tidak terlalu
diindikasikan karena dapat menyebabkan gejala berulang, toksisitas lokal, dan
hipersensitivitas.
E. Prognosis
-
Ad vitam
Ad fungsionam
Ad sanationam
: ad bonam
: ad bonam
: ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. ANATOMI
Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan atau jernih dan tipis yang
membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan
sclera (konjungtiva bulbaris).
Konjungtiva dibagi menjadi :
1. Konjungtiva Palpebra
Konjungtiva palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata dan melekat erat
ke tarsus.
2. Konjungtiva Forniks
Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke posterior (pada forniks
superior dan inferior) dan membungkus jaringan episklera menjadi konjungtiva
bulbaris..
3. Konjungtiva Bulbi
Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbital di forniks dan berlipat-lipat.
Adanya lipatan - lipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan memperbesar
permukaan konjungtiva sekretorik.
HISTOLOGI
A. Epithelium
10
Epitel konjungtiva adalah epitel yang non keratin atau tidak berkeratin dan terdiri atas
dua hingga lima lapisan sel epitel silindris bertingkat, superfisial dan basal. Sel-sel
epitel superfisial mengandung sel - sel goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus
yang diperlukan untuk disperse air mata. Sel - sel epitel basal berwarna lebih pekat
dibandingkan sel - sel superfisial dan dapat mengandung pigmen.
B. Stroma
Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superfisialis) dan satu
lapisan fibrosa (profundus). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan tidak
berkembang sampai setelah bayi berumur 2 atau 3 bulan. Lapisan fibrosa tersusun
dari jaringan penyambung yang melekat pada lempeng tarsus dan tersusun longgar
pada mata.
C. Perdarahan dan Persarafan
Arteri - arteri konjungtiva berasal dari arteria siliaris anterior dan arteria palpebralis.
Kedua arteri ini beranastomosis dengan bebas dan bersama dengan banyak vena
konjungtiva membentuk jaringan vascular konjungtiva yang sangat banyak.
Konjungtiva juga menerima persarafan dari percabangan pertama nervus V dengan
serabut nyeri yang relatif sedikit.
2.2. KONJUNGTIVITIS
2.2.1. Definisi Konjungtivitis
Konjungtivitis juga disebut dengan Pink eye atau Red eye adalah inflamasi atau
radang pada konjungtiva atau selaput lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata
dengan durasi kurang dari 4 minggu dikarenakan oleh infeksi, valergi, toksin atau kontak
kimia.
2.2.2. Klasifikasi Konjungtivitis
A. Konjungtivitis karena agen infeksi (bakteri, klamidia, virus, rickettsia, dan jamur)
B. Konjungtivitis Imunologik (Alergik)
C. Konjungtivitis Akibat Penyakit Autoimun
D. Konjungtivitis Kimia atau Iritatif
E. Konjungtivitis yang Penyebabnya tidak Diketahui
F. Konjungtivitis yang Berhubungan dengan Penyakit Sistemik.
Perbedaan Jenis-Jenis Konjungtivitis Umum1
Temuan Klinis
dan sitologi
Gatal
Hiperemia
Mata berair
Eksudasi
Adenopati
Viral
Minimal
Generalisata
Banyak
Minimal
Sering
Bakteri
Minimal
Generalisata
Sedang
Banyak
Jarang
Klamidia
Minimal
Generalisata
Sedang
Banyak
Hanya
sering
Alergika
Hebat
Generalisata
Minimal
Minimal
Tak ada
11
preaurikular
pada
konjungtivitis
Pada kerokan
Monosit
Bakteri, PMN
dan eksudat yg
di pulas
Disertai sakit
inklusi
PMN,
plasma,
Sesekali
Sesekali
Sel Eosinofil
badan
inklusi
Tak pernah
Tak pernah
tenggorokan dan
demam
2.2.3. Tanda-Tanda Konjungtivitis
Tanda-tanda penting konjungtivitis adalah hyperemia, mata berair, eksudasi,
pseudoptosis, hipertrofi papilar, kemosis, folikel, pseudomembran dan membrane,
granuloma, dan adenopati pre-aurikular.1
1. Hiperemia
Mata yang memerah adalah tanda tipikal dari konjungtivitis akut. Injeksi
konjungtiva diakibatkan karena dilatasi pembuluh darah konjungtiva posterior
(dilatasi perlimbus atau hiperemia siliaris mengesankan adanya radang kornea atau
struktur yang lebih dalam) yang muncul sebagian besar di fornik dan menghilang
dalam perjalanannya menuju ke limbus. Hiperemia tampak pada semua bentuk
konjungtivitis. Tetapi, penampakan/visibilitas dari pembuluh darah yang hiperemia,
lokasi mereka, dan ukurannya merupakan kriteria penting untuk diferensial diagnosa.
Warna merah terang menandakan konjungtivitis bakterial, dan penampakan
putih susu menandakan konjungtivitis alergika. Hiperemia tanpa infiltrasi sel
menandakan iritasi dari sebab fisik, seperti angin, matahari, asap, dan sebagainya,
tetapi mungkin juda didapatkan pada penyakit terkait dengan instabilitas vaskuler
(contoh: acne rosacea).
12
13
konjungtiva.
Pada
kelainan
yang
menyebabkan
nekrosis
(contoh,trakoma), eksudat dapat digantikan oleh jaringan granulasi atau jaringan ikat.
Ketika papila berukuran kecil, konjungtiva biasanya mempunyai penampilan
yang licin seperti beludru. Konjungtiva dengan papila berwarna merah menandakan
kelainan disebabkan bakteri atau klamidia (contoh, konjungtiva tarsal yang berwarna
merah merupakan karakteristik dari trakoma akut).
Gambaran klinis hipertrofi papiler
6. Kemosis
Adanya kemosis mengarahkan kita pada konjungtivitis alergika dan juga dapat
muncul pada konjungtivitis gonokok atau meningokok akut, dan terutama pada
konjungtivitis adenoviral.
14
pemeriksaan dengan menggunakan slit lamp, tampak pembuluh darah kecil yang
muncul pada batas folikel dan mengitarinya.
Terlihat paling banyak pada kasus konjungtivitis viral dan pada semua kasus
konjungtivitis klamidia kecuali konjungtivitis inklusi neonatal, pada beberapa kasus
konjungtivitis parasitik, dan beberapa kasus konjungtivitis toksik diinduksi oleh
medikasi topikal seperti idoxuridine, dipiverin, dan miotik. Folikel pada forniks
inferior dan pada batas tarsal mempunyai nilai diagnostik yang terbatas, tetapi ketika
diketemukan terletak pada tarsus(terutama tarsus superior), harus dicurigai adanya
konjungtivitis klamidial, viral, atau toksik (mengikuti medikasi topikal).
15
ini sampai menimbulkan ulkus konjungtiva, dasar ulkus akan dipenuhi oleh leukosit
morfonuklear.
12. Limfadenopati preaurikular
KGB preaurikular tampak jelas pada sindrom okuloglandular parinaud dan
jarang pada keratokonjungtivitis epidemika. Sebuah KGB preaurikular besar atau
kecil, kadang-kadang sedikit nyeri tekan, ada pada konjungtivitis herpes simpleks
primer, keratokonjungtivitis epidemika, konjungtivitis inklusi, dan trakoma.
Bakterial
Mencolok
+
++
Purulen
mukopurulen
Pseudomembran +/Papil
+/Folikel
-
Viral
Sedang
+
+// Jarang, Serous
+/+
Alergik
Ringan sedang
Toksik
Ringan sedang
++
Berserabut
+/-
(lengket)
+
-
+ (medikasi)
Demam Faringokonjungtival
16
Etiologi
Adenovirus serotype 3, 4, dan 7
Patofisiologi
Virus ini menular melalui droplet dari keluarga yang memiliki infeksi saluran
pernafasan atas. Masa inkubasi 5 12 hari, yang menularkan selama 12 hari dan bersifat
epidemic.
Tanda dan gejala
Demam 38,3-40 C
Sakit tenggorokan
Sekret berair dan sedikit
Fotofobia
Kelopak bengkak
Pseudomembran
Konjungtivitis folikuler pada satu atau dua mata. Folikuler sering sangat
daerah subepitel.
Limfadenopati preaurikuler (tidak nyeri tekan)
KHAS
17
Laboratorium
Demam faringokonjungtival umumnya disebabkan oleh adenovirus tipe 3 dan kadang
kadang oleh tipe 4 dan 7. Virus itu dapat dibiakkan dalam sel HeLa dan ditetapkan oleh
tes netralisasi. Dengan berkembangnya penyakit, virus ini dapat juga didiagnosis secara
serologic dengan meningkatnya titer antibody penetral virus. Diagnosis klinis adalah hal
mudah dan jelas lebih praktis. Kerokan konjungtiva terutama mengandung sel
mononuclear, dan tak ada bakteri yang tumbuh pada biakan. Keadaan ini lebih sering pada
anak-anak daripada orang dewasa dan sukar menular di kolam renang berchlor.
Terapi
Edukasi :
Seminimal mungkin menyentuh mata
Tidak menggunakan handuk atau sapu tangan bersamaan dengan orang lain
Menjaga kebersihan personal
Pengobatan suportif :
Kompres air dingin
Obat tetes air mata buatan
Antibiotic topical ( mencegah infeksi bakteri sekunder)
B.
Keratokonjungtivitis Epidemika
Keratokonjungtivitis epidemic disebabkan adenovirus tipe 8, 19, 29 dan 37. Mudah
menular dengan transmisi melalui tangan ke tangan lalu menyentuh mata dengan masa
inkubasi 8 9 hari dan masa infeksius 14 hari.
Tanda dan gejala
Keratokonjungtivitis epidemika umumnya bilateral. Awalnya sering pada satu mata
saja, dan biasanya mata pertama lebih parah. Pada awalnya pasien merasa ada infeksi
dengan nyeri sedang dan berair mata, kemudian diikuti dalam 5-14 hari oleh fotofobia,
keratitis epitel, dan kekeruhan subepitel bulat. Sensasi kornea normal. Nodus preaurikuler
yang nyeri tekan adalah khas. Edema palpebra, kemosis, dan hyperemia konjungtiva
menandai fase akut. Folikel dan perdarahan konjungtiva sering muncul dalam 48 jam.
Dapat membentuk pseudomembran dan mungkin diikuti parut datar atau pembentukan
symblepharon. Konjungtivitis berlangsung paling lama 3-4 minggu.Kekeruhan subepitel
18
terutama terdapat di pusat kornea, bukan di tepian, dan menetap berbulan-bulan namun
menyembuh tanpa meninggalkan parut. Keratokonjungtiva epidemika pada orang dewasa
terbatas pada bagian luar mata. Namun, pada anak-anak mungkin terdapat gejala sistemik
infeksi virus seperti demam, sakit tenggorokan, otitis media, dan diare.
Laboratorium
Keratokonjungtiva epidemika disebabkan oleh adenovirus tipe 8, 19, 29, dan 37
(subgroub D dari adenovirus manusia). Virus-virus ini dapat diisolasi dalam biakan sel
dan diidentifikasi dengan tes netralisasi. Kerokan konjungtiva menampakkan reaksi
radang mononuclear primer; bila terbentuk pseudomembran, juga terdapat banyak
neutrofil.
Penyebaran
Transmisi nosokomial selama pemeriksaan mata sangat sering terjadi melalui jari-jari
tangan dokter, alat-alat pemeriksaan mata yang kurang steril, atau pemakaian larutan yang
terkontaminasi. Larutan mata, terutama anestetika topical, mungkin terkontaminasi saat
ujung penetes obat menyedot materi terinfeksi dari konjungtiva atau silia. Virus itu dapat
bertahan dalam larutan itu, yang menjadi sumber penyebaran.
Pencegahan
Bahaya kontaminasi botol larutan dapat dihindari dengan dengan memakai penetes
steril pribadi atau memakai tetes mata dengan kemasan unit-dose. Cuci tangan secara
teratur di antara pemeriksaan dan pembersihan serta sterilisasi alat-alat yang menyentuh
mata khususnya tonometer juga suatu keharusan. Tonometer aplanasi harus dibersihkan
dengan alcohol atau hipoklorit, kemudian dibilas dengan air steril dan dikeringkan dengan
hati-hati.
Terapi
Sekarang ini belum ada terapi spesifik, namun kompres dingin akan mengurangi
beberapa gejala. Kortikosteroid selama konjungtivitis akut dapat memperpanjang
keterlibatan kornea sehingga harus dihindari. Agen antibakteri harus diberikan jika terjadi
superinfeksi bacterial.
C.
19
20
diobati dengan salep acyclovir 3% lima kali sehari selama 10 hari atau dengan acyclovir
oral, 400 mg lima kali sehari selama 7 hari.3
Untuk ulkus kornea, debridmen kornea dapat dilakukan. Lebih jarang adalah
pemakaian vidarabine atau idoxuridine. Antivirus topical harus dipakai 7-10 hari.
Penggunaan kortikosteroid dikontraindikasikan, karena makin memperburuk infeksi
herpes simplex dan mengkonversi penyakit dari proses sembuh sendiri yang singkat
menjadi infeksi yang sangat panjang dan berat.
D.
E.
21
F.
Blefarokonjungtivitis varicella-zoster
Blefarokonjungtivitis varicella-zoster ditandai dengan hiperemia dan konjungtivitis
infiltratif yang disertai erupsi vesikuler sepanjang penyebaran dermatom nervus
trigeminus cabang oftalmika. Konjungtivitis yang terjadi umumnya bersifat papiler,
namun dapat pula membentuk folikel, pseudomembran, dan vesikel temporer yang
kemudian berulserasi. Pada awal perjalanan penyakit dapat ditemukan pembesaran
kelenjar preaurikula yang nyeri tekan. Selanjutnya dapat terbentuk parut palpebra,
entropion, dan bulu mata salah arah. Lesi palpebra dari varicella dapat terbentuk di bagian
tepi ataupun di dalam palpebra sendiri dan seringkali meninggalkan parut. Sering timbul
konjungtivitis eksudatif ringan, tetapi lesi konjungtiva yang jelas (kecuali pada limbus)
sangat jarang terjadi. Lesi di limbus menyerupai phlyctenula dan dapat melalui tahaptahap vesikel, papula, dan ulkus. Kornea di dekatnya mengalami infiltrasi dan bertambah
pembuluh darahnya.1
Laboratorium
Pada zooster maupun varicella, kerokan dari vesikel palpebranya mengandung sel
raksasa dan banyak leukosit polimorfonuklear, kerokan dari konjungtiva pada varicella
dan dari vesikel konjungtiva pada zooster dapat mengandung sel raksasa dan monosit
Terapi
Pada kondisi ini diberikan acyclovir oral dosis tinggi (800mg/oral 5x selama 10 hari)1
22
DAFTAR PUSTAKA
1.
Garcia-Ferrer FJ, Schwab IR, Shetlar DJ. Conjunctiva. In: Riordan-Eva P, Whitcher
JP (editors). Vaughan & Asburrys General Opthalmology. 16th edition. McGraw-Hill
2.
3.
2005. p128-131
Wijana, Nana S.D. Ilmu Penyakit Mata. Abadi Tegal, Jakarta: 1993. 42-50.14.
4.
Scott,
IU.
Viral
Conjunctivitis.
2011.
Available:
http://emedicine.medscape.com/article/1191370-overview#showall
23