Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN KASUS MINI

Dermatitis Numularis
Kasus tanggal 7 mei 2019

Arni Safri
10542063815
Nama : Ny. SY
Umur : 35 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Seorang wanita berusia 35 tahun datang ke Poliklinik Balai Kesehatan Kulit, Kelamin
dan Kosmetika. Pasien datang dengan keluhan gatal dan nyeri pada daerah jari kaki
4 dan 5 bagian kiri sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya pasien mengaku lesi tersebut
berbiji-biji kecil yang berisi cairan, tetapi sering digaruk yang menyebabkan lesinya
melebar. Keluhan gatal dirasakan lebih berat saat daerah jari kaki basah atau
lembab. Sebelumnya pasien selalu memberikan obat jamur (fungiderm) tetapi
keluhan makin memberat. Riwayat penyakit keluarga dengan keluhan sama (-), dan
pasien mengaku tidak memiliki riwayat alergi apapun.
STATUS DERMATOLOGIS
Lokasi : Digiti Minimi IV dan V sinistra.
Effloresensi : Krusta kekuningan, skuama tebal, dan eritem.
Tatalaksana

 Cefadroxil 2x1 (tiap 12 jam)


 Differential Diagnosis :
 NaCl + kasa 3 kali seminggu (obat
Dermatitis kontak alergik
kompres)
Dermatitis atopic.
 Cetrizin 1x1
 Diagnosis :
Dermatitis Numularis.
 Metilprednisolon 2x1

 Asam salisilat 1gr + Mufocart 10 gr


PEMBAHASAN
Dari hasil pengamatan kepada pasien dan juga kajian dari daftar pustaka pasien di
diagnosis dengan dermatitis numularis :
 Dermatitis numularis adalah peradangan kulit yang bersifat kroni, ditandai dengan
lesi berbentuk mata uang koin atau agak lonjong, berbatas tegas, dengan
efloresensi berupa papulovesikel yang biasanya mudah pecah sehingga
membasah (oozing).
 Jumlah lesi dapat hanya 1 atau multiple dan tersebar pada ekstremitas bilateral
atau simetris. Distribusi lesi yang klasik adalah pada aspek ekstensor ekstremitas.
 Lesi akut berupa plak eritematosa berbentuk koin dengan batas tegas yang
terbentuk dari papul dan papulovesikel yang berkonfluens, lambat laun vesikel
pecah dan terjadi eksudasi berbentuk pinpoint.
PEMBAHASAN
 Dermatitis atopic, dijadikan DD karena efloresensi serta keluhan yang di tampakkan oleh pasien hampir
sama yaitu terdapat plak hiperpigmentasi, dan skuamasi serta keluhan gatal memberat saat daerah lesi
lembab atau basah. Tetapi pada dermatitis atopi lebih sering menyerang anak-anak dan terdapat faktor
genetic
 Dermatitis Kontak Alergi di jadikan DD karena gambaran efloresesnis yang hamper sama yaitu adanya
papulovesikel yang mudah pecah dan dapat menyebabkan erosi serta eksudasi (basah), tetapi pada DKA
biasanya di sebabkan oleh bahan yang bersifat iritan.
 Pemeriksaan Penunjang : Histopatologi (lesi akut : spongiosis)
 Tatalaksana :
Kortikosteroid topical (potensi medium – kuat)
Analgetik
Antibiotik
Obat kompres
Kortikosteroid Oral

Edukasi:
Luka jangan dikorek-korek, serta menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Daftar Pustaka

Djuanda Adhi dkk. 2018. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi ketujuh. Jakarta: FKUI

Widaty S, Seobono H, Nilasari H, dkk. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit
Dan Kelamin Di Indonesia. 2017. Jakarta Pusat: PP Perdoski.

Stella C. Dermatitis Numularis. 2018. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai