Moore K., et al. 2014. Clinically Oriented Anatomy. Edisi 7. Wolters Kluwer. Philadelphia
2. Patomkanisme
Pneumothorax
Dalam keadaan normal udara tidak masuk ke dalam rongga pleura karena tidak ada
komunikasi antara rongga dan atmosfer atau alveolus. Namun, jika dinding dada tertusuk
(misalnya oleh luka tusuk atau iga yang patah), udara mengalir menuruni gradien
tekanan dari tekanan atmosfer yang lebih tinggi ke dalam ruang pleura.
Pada pneumothorax, tekanan intrapleura dan intraalveolus menjadi seimbang dengan
tekanan atmosfer sehingga gradien tekanan transmural tidak lagi ada. Tanpa gaya yang
meregangkan paru, maka paru akan kolaps ke keadaan tak teregang.
Syok Hipovolemik
Penatalaksanaan syok hipovolemik adalah
- Pemberian posisi trendelenberg yangdimodifikasi dengan meninggikan tungkai
pasien,sekitar 20 derajat, lutut diluruskan, trunchus horizontal dan kepala agak
dinaikan. Tujuannya,untuk meningkatkan arus balik vena yang dipengaruhi oleh gaya
gravitasi.
- Berikan infus RL (jika terpaksa NaCl 0,9%) 20 mL/kgBB dalam ½-1 jam, dapat diulang.
Apabila pemberian cairan kristaloid tidak adekuat/gagal, dapat diganti dengan cairan koloid
- Bila dosis maksimal, cairan koloid tidak dapat mengoreksi kondisi syok, dapat diberi
noradrenaline, selanjutnya apabila tidak terdapat perbaikan, dapat ditambahkan
dobutamine.
- Sisa defi sit 8 jam pertama: 50% defi sit + 50% kebutuhan rutin; 16 jam berikutnya :
50% defi sit + 50% kebutuhan rutin.
Perdarahan
Fraktur di lapisan fosa kranial tengah dapat menyebabkan kebocoran CSF dari meatus
akustik eksternal (CSF otthorea) jika meninges superior ke telinga tengah robek dan
membran timpani pecah. Fraktur pada lapisan fosa kranial anterior dapat melibatkan
lempeng cribriform etmoid, yang mengakibatkan kebocoran CSF melalui hidung (CSF
rhinorrhea). CSF dapat dibedakan dari lendir dengan menguji kadar glukosanya; tingkat
glukosa CSF mencerminkan adanya darah. Otak dan rhinorea CSF mungkin merupakan
indikasi utama fraktur basis kranial dan peningkatan risiko meningitis karena infeksi
dapat menyebar ke meninges dari telinga atau hidung.
- Le Fort I : edema facial dan mobilitas padi palatum durum dan alveolus maxilla dan
gigi
- Le Fort II : Edem Facial, Tele canthus, pendarahan subconjunctival, mobilitas
maxilla, pada sutura nasofrontal,epitaxis, dan kemungkinan rhinorrea CSF
- Le Fort III : Edema massive, dengan wajah tampak membulat, memanjang dan
mendatar, Epitaxis, rhinorrea CSF, dan pergerakan tulang wajah akibat manipulasi
gigi, dan palatum durum
Trauma Capitis
TI Thorax Meningkat
3. Cara merujuk
DAFTAR PUSTAKA
Sherwood L. 2014. Human Physiology : From Cell To System. Edisi 7. Brooks/Cole Cengage
Learning. Canada
Sudoyo AW., et al. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Edisi 6. Interna
Publishing. Jakarta
Thomas S., et al. 2013. An Evidence-Based Guideline For the Transportation of Prehospital
Trauma Patients. HEMS Manuscript-Draft 3.2. From <http://www. ems.gov/>