PENDAHULUAN
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan
jugamerupakan hak asasi manassia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan
sessuai dengan cita – cita bangsa Indonesia. Masalah kesehatan masyarakat khususnya negara
berkembang termasuk Indonesia sangat beragam dan harus segera diatasi dengan kerjasama yang
kuat antara pemerintah dan masyarakat. Peranan petugas kesehatan sebagai promotor melalui
promosi kesehatan agar upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dapat lebih cepat
tercapai.
Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kessehatan dasar terutama di daerah terpencil
merupakan salahsatu sasaran pokok RPJM 2015-2019. Selain itu, paradigma sehat yang menjadi
pilar utama program Indonesia Sehat dengan menggunakan strategi pengarusutamaan keesehatan
dalam pembangunan, penguatan promotif dan preventif dan pemberdayaan masyarakat. Hal ini
menunjukkan betapa pentingnya peran Puskesmas sebagai ujung tombak untuk mendorong
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
Tahun 2014).
1
Visi Puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia
1. Lingkungan sehat.
2. Perilaku sehat.
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya.
yang diselenggarakan.
lingkungannya.
Puskesmas diharapkan dapat bertindak sebagai motivator, fasilitator dan turut serta
terhadap kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Hasil yang diharapkan dalam menjalankan
fungsi ini antara lain adalah terselenggaranya pembangunan di luar bidang kesehatan yang
mendukung terciptanya lingkungan dan perilaku sehat. Upaya pelayanan yang diselenggarakan
meliputi :
2
2. Pelayanan medik dasar yang lebih mengutamakan pelayanan,kuratif dan rehabilitatif
dengan pendekatan individu dan keluarga pada umumnya melalui upaya rawat jalan dan
rujukan
Sesuai dengan keadaan geografi, luas wilayah, sarana perhubungan, dan kepadatan
penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas. Agar jangkauan pelayanan Puskesmas lebih merata
dan meluas, Puskesmas perlu ditunjang dengan Puskesmas pembantu, penempatan bidan di desa
yang belum terjangkau oleh pelayanan yang ada, dan Puskesmas keliling. Disamping itu
Puskesmas Mantrijeron merupakan salah satu Puskesmas yang terletak di wilayah Kota
dan pengalaman tentang kePuskesmasan, mengetahui dan memahami fungsi, peran, tugas pokok,
jenis pelayanan, sistem pencatatan dan pelaporan, serta manajemen struktural dan fungsional
Puskesmas. Melalui kegiatan lapangan ini diharapkan mahasiswa mengetahui gambaran dan
kondisi nyata di lapangan sehingga dapat melatih dan mempersiapkan diri dengan maksimal
3
untuk dapat menjadi dokter gigi yang bermutu dan dapat meningkatkan kualitas kesehatan gigi di
Indonesia.
Praktikum lapangan ini beranggotakan tiga mahasiswa koas FKG UGM di bagian IKGM
dilaksanakan selama 12 hari kerja untuk praktikum kepuskesmasan secara umum dan 5 hari kerja
Gigi, laboratorium, pelayanan konsultasi gizi, farmasi, psikologi, rekam medis, pendaftaran,
serta tata usaha. Kegiatan luar yang dilaksanakan meliputi Posyandu, Pustu dan Pemberantasan
sarang nyamuk.
pemahaman tugas-tugas dokter gigi di Puskesmas selain sebagai penanggung jawab Balai
Pengobatan Gigi di Puskesmas. Praktikum ini juga diharapkan dapat memberi kesempatan untuk
kesehatan gigi yang ada di masyarakat dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran gigi.
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Letak Geografis
kecamatan Mantrijeron. Luas wilayah kecamatan Mantrijeron adalah 2,61 km², terbagi dalam 3
5
Gambar 2. Peta Wilayah Puskesmas Mantrijeron Tahun 2015
2. Demografis
Berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Yogyakarta, jumlah
penduduk di wilayah kecamatan Mantrijeron pada tahun 2015 sebanyak 35.031jiwa, dengan
kepadatan penduduk tahun 2015 sebesar 13.422 jiwa/km². Kelurahan Gedongkiwo merupakan
kelurahan yang wilayahnya terluas dengan penduduk terpadat yaitu 15.398 jiwa/km², sedangkan
kelurahan Mantrijeron merupakan kelurahan dengan jumlah penduduk paling sedikit. Data
jumlah dan kepadatan menurut wilayah kelurahan pada tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 1.
6
b. Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Jumlah penduduk menurut kelompok umur terbanyak pada kelompok usia produktif (15-44
tahun) dengan jumlah laki-laki 7.930 jiwa dan perempuan 7.978 jiwa.
sedangkan paling sedikit adalah tamat Diploma I/III (0,53%). Gambaran jumlah penduduk
Selama tahun 2015 di kecamatan Mantrijeron terjadi kelahiran sebanyak 366 kelahiran,
jumlah kelahiran menurut wilayah kelurahan dapat dilihat pada tabel III.
7
Tabel III. Jumlah Kelahiran menurut Wilayah Kelurahan
di Kecamatan Mantrijeron Tahun 2015
Jumlah Kelahiran
Jumlah Kelahiran Jumlah Kelahiran
N Laki-laki dan
Kelurahan Laki-laki Perempuan
o Perempuan
Sarana kesehatan yang ada di Kecamatan Mantrijeron terdiri dari beberapa macam, yaitu
Puskesmas Mantrijeron, Puskesmas Pembantu, Rumah Sakit Khusus (BP4), Balai Laboratorium
Kesehatan (BLK), Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru, Klinik Gading, Klinik THT, Klinik
Khitan, Rumah Bersalin, Balai Pengobatan/Klinik 24 jam, Praktek dokter pribadi, Praktek Bidan,
Apotek, dan Toko Obat. Sarana kesehatan juga diadakan oleh swadaya masyarakat, yaitu berupa
Posyandu dan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang terwadahi dalam
8
Suryodiningratan yang memiliki dua posyandu. Untuk kelompok lansia, di semua RW telah
terbentuk kelompok lansia dengan kegiatan rutin setiap bulan sehingga jumlah kelompok lansia
ada 55 kelompok. Puskesmas Mantrijeron juga melatih beberapa kader yang membantu dalam
Jenis obat yang tersedia di Puskesmas Mantrijeron pada tahun 2015 sebanyak 183 jenis,
dengan tingkat kecukupan bervariasi dari 46% sampai dengan 909%. Untuk Pelayanan di
Puskesmas, obat disediakan oleh Dinas Kesehatan melalui UPT Farmasi dan Alat Kesehatan
Kota Yogyakarta.
B. PUSKESMAS MANTRIJERON
a. Profil Puskesmas
Alamat: Jl. D.I. Panjaitan No.82, Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Produk:
Berupa jasa pelayanan rawat jalan kesehatan dasar dalam bentuk promotif (penyuluhan dan
(pemeriksaan, terapi medis, terapi non medis dan tindakan medis), dan penunjang
(laboratorium).
Menjadi Puskesmas yang mampu memberikan pelayanan kesehatan dasar bermutu, merata,
dan terjangkau.
9
4. Motto Puskesmas Mantrijeron
5. Slogan
6. Janji Layanan
1) Kami siap memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, tulus, ramah, dan
sepenuh hati.
kesehatan yang bermutu dan terjangkau menuju masyarakat sehat dan mandiri.
3. Sadar mutu: sejak awal mencegah terjadinya ketidaksesuaian dan melakukan perbaikan.
4. Sadar waktu: melakukan setiap tindakan sesuai komitmen waktu yang telah direncanakan.
Fungsi Puskesmas Mantrijeron sama dengan fungsi puskesmas yang lain berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 75 Tahun 2014 pasal 4 yaitu Puskesmas mempunyai
10
wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Fungsi Puskesmas
kesehatan masyarakat tingkat pertama yaitu UKM esensial dan UKM pengembangan. Sesuai
memerlukan upaya yang sifatnya inovatif dan/atau bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi
pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan
11
9. Manajemen Sumber Daya Manusia Puskesmas Mantrijeron
Manajemen sumber daya manusia merupakan program, aktivitas untuk mendapatkan sumber
organissasi mencapai tujuannya. Menurut Hariandja (2002), kegiatan atau aktivitas manajemen
4. Hubungan-hubungan kepegawaian.
formasi kebutuhan pegawai. Tahap perencanaan dilakukan secara sistematis untuk mengatasi
Manajemen sumber daya manusia juga mencakup penilaian kinerja puskesmas. Penilaian
kinerja ini meliputi beberapa variabel yang dinilai sesuai DP3 (Daftar Penilaian Pelaksanaan
Pekerjaan), yaitu variabel kehadiran, pendidikan, masa kerja, SDM, pengurang, penambah, dan
produktivitas. Penilaian ini dilakukan oleh tim penilai yang ditetapkan di puskesmas dan dinilai
dibagi menjadi dua bidang, yaitu UKP (Upaya Kesehatan Perseorangan) dan UKM (Upaya
12
Kesehatan Masyarakat). Kelompok jabatan fungsional bidang UKP meliputi Balai Pengobatan
Umum (BP Umum), Balai Pengobatan Gigi (BP Gigi), Kesehatan Ibu dan Anak/Keluarga
bidang UKM meliputi promosi kesehatan, pencegahan penyakit menular, perbaikan gizi
masyarakat, serta kesehatan lingkungan. Jaringan pelayanan Puskesmas Mantrijeron juga berupa
satu Puskesmas Pembantu yang terletak di Gedungkiwo. Dalam melaksanakan tugasnya, kepala
puskesmas, sub bagian tata usaha, dan kelompok jabatan fungsional menerapkan prinsip
koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi secara vertikal dan horisontal baik dalam
lingkungan masing-masing maupun antar satuan organisasi sesuai dengan tugas pokok
masing-masing.
Puskesmas memiliki sumber daya manusia sebagai tenaga kerja, dibedakan menjadi dua,
yakni tenaga kesehatan dan non kesehatan. Mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan RI
nomor 75 tahun 2014, tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
dan sanitarian)
13
Gambar 3. Struktur Organisasi Puskesmas Mantrijeron
Petugas yang melayani di Puskesmas Mantrijeron terdiri atas dua (2) orang petugas struktural
(Kepala Puskesmas dan Ka. Sub. Bagian Tata Usaha), 28 orang tenaga fungsional kesehatan,
sepuluh (10) orang staf, satu (1) orang Psikolog serta tiga (3) orang Petugas Surveilans
Kelurahan. Jumlah sumberdaya ini khususnya tenaga medis dokter masih kurang bila
Dari kebutuhan sebanyak 73 orang berdasarkan Keputusan Walikota No. 320 tahun 2015
tentang Analisis Jabatan, tenaga yang ada baru 53 orang, sehingga masih kekurangan 20 orang.
Tenaga yang masih dibutuhkan antara lain dokter umum (2 orang). Jenis dan jumlah tenaga
14
kesehatan/tenaga fungsional yang melayani di Puskesmas Mantrijeron tahun 2016 seperti tersaji
Manajemen keuangan pada perawatan kesehatan adalah seni mengelola sumber daya pada
tenaga kesehatan, misalnya karyawan, suplai dan modal, untuk memastikan ketersediaan
keuangan sehingga institusi penyedia pelayanan kesehatan dapat mencapai tujuan jangka pendek
maupun panjang (Herkimer, 1986). Manajemen keuangan dapat juga didefinisikan sebagai tugas
dan tanggung jawab manajer keuangan. Fungsi manajer keuangan dibagi dalam tiga macam
15
yakni memutuskan alternatif pembiayaan (financing decision), menetapkan pengalokasian dana
Sumber dana Puskemas Mantrijeron berasal dari APBN dan APBD Kota Yogyakarta yang
diserahkan oleh Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta. Sumber dana APBD diperoleh dengan
membuat laporan perencanaan anggaran untuk 1 tahun yang kemudian diajukan ke Dinas
Kesehatan dalam bentuk RKAT (Rencana Kerja Anggaran Tahunan). Rencana Kerja Anggaran
Tahunan tersebut selanjutnya dibahas oleh tim anggaran dari Dinas Kesehatan bersama dengan
DPRD untuk mendapat persetujuan. RKAT yang telah disetujui selanjutnya ditetapkan sebagai
Puskesmas. Dana DPA meliputi biaya untuk operasional Puskesmas, UKM, dan ISO. Dana
operasional antara lain untuk pembiayaan kebutuhan alat tulis kantor, cleaning service,
pencetakan blangko, fotokopi dokumen, gaji pegawai honorer, laundry, dll. Dana operasional
Puskesmas Mantrijeron berasal dari Dinas Kesehatan dan retribusi pasien. Setelah semua
retribusi dilaporkan dan disetorkan ke Dinas Kesehatan, maka akan dikembalikan beberapa
persen dari dana retribusi tersebut untuk operasional puskesmas. Penanggung jawab atas
pengelolaan dan pengadaan barang adalah koordinator sub unit pemohon, tim pengelola barang
Sumber dana APBN diberikan melalui Dinas Kesehatan dalam bentuk BOK (Bantuan
Operasional Kesehatan), yang besarnya sudah ditentukan oleh Dinas Kesehatan Kota
Yogyakarta. Puskesmas selanjutnya membuat rencana anggaran sesuai dengan BOK yang
diberikan. Dana BOK digunakan untuk biaya tambahan UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat),
pemeliharaan ringan di luar DPA, serta manajemen seperti rapat dan lokakarya.
16
Seluruh dana pemasukan dari Puskesmas Mantrijeron disetorkan ke Dinas Kesehatan Kota
Yogyakarta. Data pemasukan dilaporkan dan disetorkan setiap hari ke BPD (Bank Pemerintah
Daerah) dengan melampirkan bukti transaksi di Puskesmas. Petugas dari Puskesmas melaporkan
Sarana dan prasarana puskesmas berasal dari Dinas Kesehatan. Belanja barang disesuaikan
dengan ketersediaan dan alokasi dana dari anggaran Dinas Kesehatan yang masuk setiap 3 bulan.
Untuk pengadaan barang dengan harga diatas 10 juta rupiah, maka perlu dibuat dokumen.
Dokumen tersebut berisi rincian dana yang akan dikeluarkan. Dokumen dibuat oleh puskesmas
Adanya berbagai kasus keluhan atas pelayanan akibat ketidakpuasan masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan di Indonesia telah menjadi pemacu organisasi pelayanan kesehatan untuk
menggunakan alat seperti akreditasi dan Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9000
yang menekankan pada standar struktur serta belum terkait dengan kepuasan pelanggan.
Berbagai macam alat (tools) yang telah digunakan oleh organisasi pelayanan kesehatan untuk
memperbaiki kualitas pelayanan seperti Gugus Kendali Mutu (GKM), Total Quality
Management (TQM), akreditasi, dan Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO:9000. Hasil yang
diperoleh yaitu kepuasan pelanggan meningkat, kinerja terukur, koordinasi menjadi lebih baik
Menurut ISO 9000, SMM didefinisikan sebagai suatu sistem manajemen yang terdiri dari
17
yang digunakan untuk mencapai standar yang telah disyaratkan atau ditentukan oleh organisasi
itu sendiri guna memenuhi kepuasan pengguna. Menurut OSS Sertifikasi Indonesia, ISO
9001:2008 merupakan standar internasional yang menetapkan beberapa persyaratan untuk sistem
manajemen mutu. Sistem ini bertujuan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan, memungkinkan
Sistem manajemen mutu bekerja pada delapan prinsip manajemen dan siklus Plan-Do-Check-
merupakan sebuah konsep yang memandang bahwa proses-proses yang terjadi dalam setiap
kegiatan atau kinerja yang bermutu merupakan suatu lingkaran. Dalam setiap kegiatan atau
usaha perbaikan mutu, ada empat langkah yang dilakukan dan keseluruhannya merupakan
lingkaran, yaitu :
Plan : Menyusun rencana yang akan dilakukan,atau menentukan masalah yang akan diatasi
atau kelemahan yang akan diperbaiki dan mencari solusi untuk mengatasi masalah
tersebut.
pelaksanaannya.
Check : Meneliti apa yang telah dilaksanakan dan menemukan kelemahan-kelemahan yang
selanjutnya.
18
Ada tiga kemungkinan hasil yang dapat diamati: Hasilnya bermutu sesuai yang
tak bermutu, tidak sesuai yang direncanakan sehingga prosedur yang bersangutan tersebut tidak
sesuai dan harus diganti atau diperbaiki di masa mendatang. Prosedur yang bersangkutan
mungkin dapat dipakai untuk keadaan berbeda. Dengan demikian, proses sesungguhnya tidak
berakhir pada langkah Act, tetapi kembali lagi pada langkah pertama dan seterusnya (Prakosa,
2009).
Standar ISO 9001:8 dibagi menjadi delapan klausul. Klausul 1-3 merupakan klausul umum
yang terkait dengan ruang lingkup, peraturan, dan definisi. Klausul 4-8 merupakan klausul
sumber daya, realisasi produk, dan pemantuan serta masing-masing pengukuran. Sistem fokus
pada perbaikan yang berkelanjutan dapat dilakukan dengan rapat tinjauan manajemen, audit
internal, tindakan koreksi dan pencegahan, pemantauan dari tujuan mutu, dan analisa data.
Desember 2005. Sertifikasi ISO yang terakhir diperoleh Puskesmas Mantrijeron adalah ISO
9001:2008 yang diperoleh sejak tanggal 12 Desember 2014 dan berlaku hingga 17 Januari 2018.
19
c. Sistem Akreditasi
Tujuan utama akreditasi Puskesmas adalah untuk pembinaan peningkatan mutu, kinerja
melalui perbaikan yang berkesinambungan terhadap sistem manajemen, sistem manajemen mutu
dan sistem penyelenggaraan pelayanan dan program, serta penerapan manajemen risiko, dan
bukan sekedar penilaian untuk mendapatkan sertifikat akreditasi (Permenkes No.46 tahun 2015)
A. Kelompok Penyelenggaraan Administrasi Manajemen, yang diuraikan dalam Bab I s.d. III
B. Kelompok Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM), yang diuraikan dalam Bab IV s.d. VI
C. Kelompok Upaya Kesehatan Perorangan, yang diuraikan dalam Bab VII s.d. IX
Struktur standar akreditasi puskesmas terdiri dari 9 Bab, dengan total 802 elemen penilaian,
setiap bab akan diuraikan dalam standar, tiap standar akan diuraikan dalam kriteria, tiap kriteria
2. Bab II : Kepemimpinan dan Manajemen Puskesmas (KMP) dengan 121 Elemen Penilaian
(EP);
3. Bab III : Peningkatan Mutu dan Manajemen Risiko (PMMR) dengan 32 Elemen Penilaian
(EP);
5. Bab V : Kepemimpinan dan Manajemen UKM Puskesmas (KMUP) dengan 101 Elemen
Penilaian (EP);
20
7. Bab VII : Layanan Klinis yang Berorientasi Pasien (LKBP) dengan 151 Elemen Penilaian
(EP);
8. Bab VIII : Manajemen Penunjang Layanan Klinis (MPLK) dengan 172 Elemen Penilaian
(EP);
9. Bab IX : Peningkatan Mutu Klinis dan Keselamatan Pasien (PMKP) dengan 58 Elemen
Penilaian (EP)
Penilaian akreditasi dilakukan dengan menilai tiap elemen penilaian pada tiap kriteria.
Pencapaian terhadap elemen-elemen penilaian pada setiap kriteria diukur dengan tingkatan
sebagai berikut:
Penilaian tiap Bab adalah penjumlahan dari nilai tiap elemen penilaian pada masing-masing
kriteria yang ada pada bab tersebut dibagi jumlah elemen penilaian bab tersebut dikalikan 10,
1. Tidak terakreditasi: Jika pencapaian bab I, II, dan III kurang dari 75% dan Bab IV, V, dan
VI kurang dari 60%, Bab VII, VIII dan IX kurang dari 20%;
2. Terakreditasi Dasar: Jika pencapaian nilai Bab I, II, dan III ≥75%, Bab IV, V dan VI
21
3. Terakreditasi Madya: jika pencapaian nilai Bab I, II, III , IV, V ≥75%, Bab VI dan
4. Terakreditasi Utama: jika pencapaian nilai Bab I, II, III , IV, V, VI dan VII≥75%, Bab ,
Proses penetapan akreditasi dilakukan setelah Komisi Akreditasi Puskesmas menerima hasil
penilaian dari tim surveyor kemudian akan dilakukan penerbitan sertifikat kelulusan sertifikasi
oleh Komisi Akreditasi dan pengiriman sertifikat kelulusan akreditasi kepada Dinas Kesehatan
Provinsi. Puskesmas Mantrijeron dari seluruh elemen penilaian mendapatkan hasil diatas 80%
Yogyakarta
3. Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta akan mengirimkan berkas kepada Dinas Kesehatan
Provinsi DIY
4. Dinas Kesehatan Provinsi DIY akan meneruskan permohonan kepada Komisi Akreditasi
9. Penerbitan sertifikasi oleh Komisi Akreditasi Puskesmas yang kemudian dikirimkan kepada
22
10. Meneruskan sertifikasi kepada Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta
yang dilakukan setiap 1 tahun sekali. Tim pendamping bertugas untuk mendampingi puskesmas
Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah
membandingkan antara persepsi atau kesan terhadap kinerja atau hasil suatu produk dan harapan-
harapannya. Jadi, kepuasan merupakan fungsi dari persepsi atau kesan atas kinerja dan harapan.
Produk mencakup barang, jasa, atau campuran barang dan jasa. Produk puskesmas berupa jasa
layanan kesehatan sehingga kepuasan pelanggan menjadi salah satu indikator keberhasilan
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan salah satunya dengan memberikan layanan prima.
Untuk mengukur mutu dan keberhasilan layanan prima yang dilakukan oleh puskesmas
Tahun 2014 tentang Pedoman Pengukuran Survei Kepuasan Masyarakat di Pemerintah Kota
kemudian dikembangkan menjadi 14 unsur yang “relevan, valid” dan “realibel”, sebagai unsur
23
minimal yang harus ada untuk dasar pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat dalam Keputusan
tersebut adalah:
1. Kesesuaian persyaratan pelayanan dengan jenis pelayanan yaitu persyaratan teknis dan
pelayanannya.
2. Prosedur pelayanan di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)/Unit kerja ini yaitu kemudahan
tahapan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur
pelayanan.
3. Jangka waktu penyelesaian pelayanan yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam
4. Kesesuaian biaya/tarif yang dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan yaitu kesesuaian
6. Kerja penyelenggara pelayanan dengan ketentuan yang ditetapkan dalam standar pelayanan
yaitu segala pelayanan yang diberikan oleh unit kerja ini sudah sesuai dengan Standar
7. Kemampuan yang dimiliki petugas dalam memberikan pelayanan baik dari aspek
pengetahuan, keahlian, keterampilan dan pengalaman yaitu tingkat keahlian dan keterampilan
Perilaku petugas dalam memberikan pelayanan yaitu sikap dan perilaku petugas dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta saling menghargai
dan menghormati.
24
8. Kesesuaian standar pelayanan dengan kesanggupan dan kewajiban SKPD/Unit Kerja dalam
pelayanan secara profesional, ramah, dan sepenuh hati serta membantu masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan pelayanan yang bermutu dan terjangkau menuju masyarakat
9. Mekanisme dan tindak lanjut penanganan pengaduan, saran dan masukan di SKPD/Unit Kerja
Puskesmas Mantrijeron memiliki Tim Kepuasan Pelanggan yang terdiri dari 5 orang
yaitu :
2. Sutiatiningsih, AMKG.
3. Samiyati
4. Sigit Heru P.
a. Melakukan survei kepuasan pelanggan setiap hari melalui media kotak saran, telepon, SMS,
e-mail, serta menindaklanjuti dan memberikan tanggapan kepada pelanggan pada pertengahan
bulan selanjutnya.
b. Melakukan survei setiap semester yakni bulan April dan Oktober yang berkaitan dengan
kepuasan sebagai konsumen yang diukur dengan kuesioner yang telah disusun oleh
25
c. Melakukan temu pelanggan setiap semester yakni bulan Maret dan September lalu
selanjutnya.
d. Melakukan identifikasi kebutuhan pelanggan berdasarkan hasil survei harian, survei semester,
dan temu pelanggan sebagai masukan kepada tim manajerial dan kepala puskesmas untuk
jawaban dengan kriteria tertentu yaitu 1=tidak baik, 2=kurang baik, 3=baik, 4=sangat baik, yang
kemudian data tersebut diolah dan diinterpretasikan sebagai Indeks Kepuasan Pelanggan (IKM).
Responden survei sebanyak 346 yang dipilih secara acak dan disesuaikan jumlah nya untuk tiap-
tiap unit pelayanan berdasarkan jumlah kunjungan harian pada unit tersebut.
26
dari pemerintah kota Yogyakarta, yaitu prosedur pelayanan, persyaratan pelayanan, kejelasan
dan keramahan petugas, kewajaran biaya pelayanan, kepastian biaya pelayanan, kepastian jadwal
pelayanan, kenyamanan lingkungan, keamanan pelayanan, respon dan kritik pelanggan, dan
Sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) merupakan kegiatan dan
pelaporan data umum, sarana, tenaga dan upaya pelayanan kesehatan di masyarakat (SK Menkes
adalah tatacara pencatatan dan pelaporan yang lengkap untuk pengelolaan puskesmas, meliputi
keadaan fisik, tenaga, sarana, dan kegiatan pokok yang dilakukan serta hasil yang dicapai oleh
puskesmas. Sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) dikirim ke dinas
Dinas kesehatan kabupaten atau kota mengolah kembali laporan puskesmas dan
mengirimkan umpan baliknya ke dinas kesehatan provinsi dan departemen kesehatan pusat. Feed
back terhadap laporan puskesmas harus dikirimkan kembali secara rutin ke puskesmas untuk
dapat dijadikan bahan evaluasi keberhasilan program. Jenis dan periode laporan yaitu (1)
Bulanan, data kesakitan, data kematian, data operasional (gizi, imunisasi, KIA, KB, dsb.), data
manajemen obat, (2) Triwulan, data kegiatan puskesmas, (3) Tahunan, umum dan fasilitas,
sarana, dan tenaga. Sistem pelaporan saat ini sudah menggunakan sistem manajemen pelaporan
27
Tujuan Pencatatan dan Pelaporan meliputi:
1. Tujuan Umum
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) bertujuan agar semua hasil
kegiatan puskesmas (di dalam dan di luar gedung) dapat dicatat serta dilaporkan ke jenjang
selanjutnya sesuai dengan kebutuhan secara benar, berkala, dan teratur, guna menunjang
2. Tujuan Khusus
a. Tercatatnya semua data hasil kegiatan puskesmas sesuai kebutuhan secara benar,
menggunakan format yang telah ditetapkan secara benar, berkelanjutan, dan teratur
1. Laporan SP2TP
Berisi tentang data kasus penyakit yang dilayani puskesmas (data kesakitan), yang
28
b. Laporan Bulanan 2 (LB2/ LPLPO)
Berupa laporan penggunaan obat yang berisi tentang Laporan Pemakaian Lembar
Permintaan Obat (LPLPO) yang dibuat oleh petugas di bagian obat. Laporan ditujukan ke
Berupa laporan bulanan program Puskesmas yang berisi tentang data kegiatan KIA
(meliputi jumlah kunjungan ibu hamil dengan berbagai kriteria), pelayanan gizi di
puskesmas dan posyandu (meliputi jumlah balita dengan berbagai kriteria), Imunisasi
(pada bayi, balita, anak dan caten) dan P2M (meliputi jumlah kasus dari beberapa
penyakit menular).
kunjungan rawat jalan dan inap puskesmas, laporan jumlah pasien dengan perawatan
kesehatan masyarakat, laporan pelayanan kesehatan gigi dan mulut, laporan jumlah
kegiatan penyuluhan, laporan jumlah kegiatan kesehatan lingkungan dan laporan jumlah
pelayanan laboratorium.
puskesmas Mantrijeron yang kemudian dikumpulkan oleh petugas programer SP2TP sebelum
tanggal 10 setiap bulan yang kemudian dikirimkan ke Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta.
Petugas SP2TP merupakan koordinator, penanggung jawab program, serta pengelola SP2TP.
29
a. Petugas SP2TP menerima laporan dari penanggung jawab masing-masing bagian dan
memasukkan dalam format SP2TP kemudian menyerahkan laporan SP2TP kepada koodinator
tata usaha
c. Kepala Puskesmas mengoreksi laporan, jika laporan sesuai maka dilakukan pengesahan.
Namun jika ada kekeliruan, dikembalikan ke koordinator tata usaha untuk diklarifikasi
kembali
Laporan bulanan 1 (LB 1) merupakan laporan bulanan mengenai data penyakit, berasal
dari pencatatan dan pelaporan diagnosa atau penetapan jenis penyakit yang dilakukan oleh dokter
puskesmas dan tenaga medis (dokter umum, dokter gigi dan perawat), disusun berdasarkan jenis
penyakit berdasarkan jumlah kasus baru, kasus lama, kelompok umur dan klasifikasi kode
a. Setiap hari tenaga medis mencatat kasus penyakit ke dalam buku register dan data pelaporan.
Mantrijeron. Pelaporannya meliputi pemakaian dan permintaan obat, baik obat generik maupun
30
obat paten, baik dari BP umum maupun BP gigi, serta dari laboratorium. Semua obat yang
a. Petugas unit farmasi mencatat rekap penggunaan obat sebulan yang telah berjalan dalam data
pelaporan LB 2.
Laporan bulanan 3 (LB 3) adalah laporan yang mencakup semua program pelayanan,
baik di dalam maupun di luar Puskesmas, berupa pelayanan Gizi, KIA/KB, imunisasi, penyakit
a. Penanggung jawab masing-masing bagian mencatat data LB 3 dan diserahkan kepada petugas
Laporan bulanan 4 (LB 4) yaitu prosedur yang mencakup proses pencatatan dan
pelaporan semua kunjungan pasien dalam pelayanan puskesmas, baik di dalam gedung
Puskesmas maupun diluar gedung Puskesmas. Kunjungan dapat berupa kunjungan pasien
kesehatan gigi, kegiatan pelayanan JPKM, kesehatan sekolah, kesehatan olahraga, kesehatan
dibedakan atas jumlah pasien dalam kota dan luar kota untuk setiap variabel pelaporannya.
31
c. Format laporan diserahkan ke koordinator tata usaha
Tata graha berperan dalam kebersihan, kerapian dan kenyamanan serta pemeliharaan
gedung dan infrastruktur di suatu puskesmas. Puskesmas yang bersih, tertata, teratur dan rapi
membuat pasien yang berkunjung serta pegawai merasa nyaman. Sistem tata graha dibuat untuk
meningkatkan keamanan, efisiensi kerja dan mutu pelayanan puskesmas. Program tata graha ini
Sistem tata graha 5 R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) digunakan di Puskesmas
Mantrijeron:
a. Ringkas dalam memilahkan barang sesuai dengan kebutuhan. Memisahkan segala barang
antara yang benar-benar diperlukan dengan yang tidak diperlukan serta membuang barang
32
b. Rapi dalam menata tata letak barang, ruangan, peralatan dan perlengkapan kerja agar
memudahkan dalam pencarian barang dan mudah untuk mengembalikan semua barang
c. Resik, bersih dalam membersihkan tempat kerja, mesin, alat dan bahan, perlengkapan/
peralatan kerja dari debu dan kotoran yang melekat secara teratur sehingga kondisi tempat
kerja. Mesin, alat dan bahan serta peralatan/perlengkapan kerja selalu dalam keadaan bersih
d. Rawat yaitu memelihara tempat kerja, fasilitas serta lainnya agar kebersihan, kerapian dan
e. Rajin dalam melakukan segala sesuatu dengan benar dan positif secara terus menerus dan
berkesinambungan sehingga dapat mempengaruhi cerminan pola pikir, sikap, perilaku dan
pola kerja.
33
Gambar 8. Denah Puskesmas Mantrijeron Lantai 2
Kegiatan tata graha dibagi menjadi dua yaitu di dalam gedung dan di luar gedung.
Kegiatan yang dilakukan didalam gedung meliputi kebersihan dan kerapian setiap ruangan, baik
poliklinik maupun ruangan administrasi, kamar mandi, mushola, ruang tunggu pasien. Kegiatan
ini dilakukan setiap hari sebelum memulai pelayanan maupun setelah kegiatan pelayanan
puskesmas berakhir. Petugas kebersihan puskesmas terdiri dari 2 orang petugas. Kegiatan
membersihkan pintu dan kaca dilakukan setiap seminggu sekali dan pencucian korden
dilaksanakan setiap sebulan sekali. Selain itu, perawatan pendingin ruangan (AC) dilakukan
kebersihan halaman puskesmas, tempat parkir dan tanaman-tanaman yang terdapat di luar
puskesmas. Petugas kebersihan akan membersihkan halaman puskesmas setiap harinya dan
petugas parkir juga berperan dalam kerapian pengaturan tempat parkir, terutama tempat parkir
pasien. Kegiatan tata graha untuk perawatan gedung meliputi pengecatan gedung dalam dan luar
34
yang biasa dilakukan tiap dua tahun sekali, pengurusan water toren setiap enam bulan sekali, dan
Pengelolaan limbah di puskesmas dibagi menjadi dua golongan yaitu limbah medis dan
limbah non medis. Limbah medis diangkut oleh petugas kebersihan yang mengenakan gloves
dan masker. Limbah medis padat di puskesmas Mantrijeron dikumpulkan dalam kantong khusus
berwarna kuning yang selanjutnya akan dikumpulkan di tempat pengumpulan limbah medis
sementara yang terletak di bagian belakang puskesmas serta dilakukan penimbangan dan
pencatatan berat tiap kantong limbah medis. Sampah jarum suntik akan ditempatkan khusus
safety box khusus jarum suntik. Pengambilan limbah dilakukan setiap minggu. Limbah cair
memiliki penampungannya tersendiri yang akan diambil secara berkala oleh Dinas Kesehatan
Kota Yogyakarta. Jadwal pengambilan limbah cair adalah tanggal 18 setiap bulannya. Limbah
Pengumpulan limbah non medis juga dilaksanankan setiap hari setelah kegiatan
pelayanan di puskesmas selesai. Limbah non medis yang telah dikumpulkan di tempat
pembuangan sampah akan diangkut setiap satu minggu sekali oleh truk dari petugas kebersihan.
Sementara itu, untuk limbah non medis yang merupakan sampah organik seperti sisa makanan,
kulit buah dan dedaunan akan ditempatkan didalam bak komposter untuk selanjutnya diolah
menjadi kompos dengan metode pengolahan kompos yang sederhana oleh petugas.
35
j. Prestasi Puskesmas Mantrijeron
yang telah mendapatkan sertifikat ISO. Beberapa prestasi yang telah diraih oleh Puskesmas
Mantrijeron, yaitu:
6. Juara I Paramedis teladan: Dokter Gigi teladan, Analis Pranata Laboratorium Teladan, dan
Perawat Gigi Teladan Tingkat Kota Yogyakarta tahun 2011 dan 2012.
12. Bidan Teladan Tingkat Kota Yogyakarta tahun 2014 atas nama Suheni.
13. Bidan Teladan Tingkat Provinsi tahun 2016 atas nama Suheni.
15. Akreditasi ISO Pelayanan Calon Jamaah Haji 2015 dan 2016
36
8. Pelayanan Puskesmas Mantrijeron
a. Pendaftaran
Setiap pasien yang berkunjung ke Puskesmas Mantrijeron untuk menerima pelayanan kesehatan
harus melalui bagian pendaftaran terlebih dahulu. Pelayanan puskesmas di bagian pendaftaran
mencakup pendaftaran pasien baru maupun pasien lama. Bagian pendaftaran berada pada lokasi
Puskesmas Mantrijeron memiliki jam pelayanan pada pukul 07.30 sampai pukul 12.00 WIB
pada hari Senin sampai dengan Kamis, hari Jumat pukul 07.30 sampai pukul 10.00 WIB, dan
hari Sabtu pukul 07.30 sampai pukul 11.00 WIB. Standar penyelesaian Pelayanan Loket
(SAP). Sistem antrian ini lebih modern daripada sistem sebelumnya, dengan menggunakan
37
jaringan TCP/IP dan multi user. Tujuan diberlakukannya sistem ini adalah untuk mewujudkan
manajemen antrian yang lebih professional, tertib dan teratur, serta memberikan kenyamanan
lebih kepada pasien. Bagi Puskesmas Mantrijeron sendiri akan berdampak pada terciptanya
kesan yang lebih baik dari pelanggan/pasien, meningkatkan efisiensi pelayanan, dapat pula
mengontrol kinerja frontdesk dari laporan yang ada dalam SAP, dan juga dapat mengetahui
perkembangan jumlah pelanggan. Sistem ini dibantu dengan perangkat LCD yang akan
menampilkan nomor urut antrian di masing-masing poli dan juga foto ataupun video tentang
profil puskesmas, layanan, promosi kesehatan, dan pengetahuan kesehatan yang bermanfaat bagi
masyarakat. Dengan pendaftaran SAP maka antrian pendaftaran dibedakan berdasarkan poli
C : Poli lansia
38
Pasien yang belum memiliki KTB dan Rekam Medis, akan mengisi Formulir Pendaftaran
pasien baru terlebih dahulu. Data pasien yang diperlukan dalam Formulir Pendaftaran pasien
baru antara lain: nomor rekam medik (nantinya akan diisi oleh petugas), nama pasien, jenis
kelamin, tempat dan tanggal lahir, No.KTP, No. KK, nama KK, status nikah, alamat KTP,
alamat Tempat tinggal (RT,RW,Kab/Kota), kelurahan, kecamatan, nomor telepon, asuransi dan
nomor asuransi, tanggal lahir. Pendaftaran di puskesmas mantrijeron sudah terintegrasi dengan
SIMPUS sehingga data dari pendaftaran akan langsung dapat diakses di masing-masing poli
4). Petugas mendaftar sesuai keperluan pasien (pasien baru : mengisi form data pasien, pasien
5). Pasien dipersilahkan menunggu di masing-masing Poli Tujuan Pasien (BP Umum, BP Gigi,
6). Untuk pasien Laboratorium dan Konsultasi Gizi (baik atas permintaan maupun rujukan Poli)
agar pasien ke Kasir terlebih dahulu guna administrasi pembayaran/pencatatan untik pasien
dengan asuransi
7). Petugas Poli memanggil pasien sesuai dengan Nomor Urut masing-masing Poli
9). Pasien dipersilahkan ke kasir guna melakukan Administrasi Retribusi dan Pelayanan sesuai
39
pelanggan/pasien sesuai dengan biaya/ retribusi pelayanan sesuai retribusi dan tindakan
medis yang dilakukan. Serta mencatat biaya tindakan baik pasien umum/bayar maupun
b. Rekam Medis
berisi catatan dan dokumen antara lain identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan yang
telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Catatan
merupakan tulisan-tulisan yang dibuat oleh dokter atau dokter gigi mengenai tindakan-tindakan
yang dilakukan kepada pasien dalam rangka palayanan kesehatan. Dokumen adalah catatan
dokter, dokter gigi, dan/atau tenaga kesehatan tertentu, laporan hasil pemeriksaan penunjang
catatan observasi dan pengobatan harian dan semua rekaman, baik berupa foto radiologi, gambar
40
Ruang rekam medis di Puskesmas Mantrijeron terletak di lantai satu, tepatnya berada
dibelakang tempat pendaftaran yang dihubungkan dengan jendela kecil. Jendela tersebut
digunakan untuk akses pendistribusian kertas nomor antrian pendaftaran yang telah dilengkapi
dengan data serta nomor rekam medis pasien yang kemudian akan diambilkan rekam medisnya
oleh petugas rekam medis. Sistem seperti ini menguntungkan karena dapat mempercepat proses
disimpan dan disusun dengan rapi didalam rak yang ada di dalam ruang rekam medis. Dilakukan
pengelompokan warna penulisan pada Rekam Medik yang disesuaikan dengan tempat
tinggal/domisili pasien. Tinta hitam digunakan untuk menulis data pasien yang berasal dari
wilayah kecamatan Mantrijeron pada sampul rekam medis. Tinta merah digunaan untuk pasien
Sistem penomoran juga dibedakan menurut domisili pasien. Pola penomoran 00-000000-
00 digunakan untuk pasien yang berasal dari wilayah kecamatan Mantrijeron. Pola 90-000000-00
41
digunakan untuk pasien yang berasal dari luar wilayah kecamatan Mantrijeron. Digit ketiga
sampai keenam dalam penomoran rekam medis di puskesmas mantrijeron digunakan sebagai
nomor urut. Dua digit terakhir dahulu digunakan sebagai Family Folder dipuskesmas
mantrijeron. Family Folder adalah rekam medis yang digunakan untuk satu keluarga. Identifikasi
family folder dari dua digit terakhir, contohnya 00-000001-01 untuk RM ayah, 00-000001-02
untuk RM ibu. Sistem seperti ini sekarang sudah tidak lagi digunakan, sehingga dua digit
Tenaga kerja yang ada di bagian rekam medis Puskesmas Mantrijeron berjumlah lima
orang. Kelima petugas rekam medis memiliki tugas untuk melakukan kegiatan unit rekam medis
diantaranya pendataan rekam medis pasien yang baru mendaftar di bagian pendaftaran,
jawab dalam penyimpanan kembali rekam media yang telah digunakan. Satu orang tenaga kerja
tetap bertugas sebagai penanggung jawab di bagian rekam medis. Empat orang yang lain
membantu pada pelayanan rekam medis diantaranya membuat rekam medis baru untuk pasien
baru, mencatat data nomor rekam medis pasien sebelum rekam medis diambilkan dari rak
penyimpanan, mengambil rekam medis dari rak penyimpanan dan mendistribusikan rekam medis
42
ke masing-masing poli, serta memasukkan data hasil pemeriksaan pasien ke simpus dan
Pelayanan rekam medis diproses setelah pasien mendaftar dan mendapatkan nomor
antrian. Petugas di bagian pendaftaran akan mendata pasien dan memberikan satu set kertas yang
berisi nomor antrian, kartu periksa, kertas nomor rekam medis untuk tracer, kertas resep, dan
kuitansi kepada bagian rekam medis. Petugas rekam medis kemudian akan mulai memproses
Sistem pelayanan rekam medis di puskesmas Mantrijeron dibedakan untuk pasien baru
dan pasien lama. Alur untuk pasien baru adalah setelah petugas mengambil set kertas dari
pendaftaran, petugas akan membuatkan rekam medis baru untuk pasien dan mencetakkan kartu
periksa. Petugas kemudian mencatat di buku registasi yang sudah disesuaikan untuk tiap
poliklinik, setelah itu didistribusikan. Alur untuk pasien lama lebih singkat yaitu petugas menulis
di buku register, kemudian memasukkan kertas nomor rekam medis ke dalam tracer,
mengambilkan rekam medis pasien, dan menyelipkan tracer sebagai ganti rekam medis yang
Setelah Rekam Medis selesai digunakan, petugas dari masing-masing poli bertanggung
jawab untuk mengembalikan rekam medis ke bagian rekam medis. Petugas rekam medis akan
mendata berkas rekam medis yang diterima dari tiap poli dan akan dicocokkan dengan nomor
rekam medis yang keluar. Rekam medis kemudian dikembalikan ke dalam rak penyimpanan
Rekam medis yang sudah tidak aktif (pasien lama tidak berkunjung kembali) akan
dipisahkan dan kemudian dimusnahkan. Rekam medis tidak begitu saja dimusnahkan, tetapi
melalui beberapa prosedur yaitu dilakukan retensi (penyusutan berkas) rekam medis yang tidak
43
lagi aktif dalam tiga tahun. Rekam medis tersebut dipisahkan dari rekam medis yang masih aktif.
Setelah dalam jangka waktu lima tahun rekam medis tersebut tidak pernah digunakan, maka
dianggap rekam medis yang harus dimusnahkan. Data-data yang masih diperlukan dicatat ke
dalam register pemusnahan, kemudian pemusnahan dilakukan oleh sebuah tim yang
beranggotakan dokter dan petugas rekam medis setelah membuat berita acara yang telah
pemeriksan kesehatan umum oleh dokter, meliputi observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitas
medis tanpa tinggal di ruang inap. BPU di puskesmas Mantrijeron dibagi menjadi tiga
berdasarkan usia pasien, yaitu: BPU Anak (pasien berusia ≤ 18 tahun); BPU Dewasa (pasien
berusia 18 – 60 tahun); dan BPU Lansia (pasien berusia ≥ 60 tahun). Terdapat empat ruang
periksa untuk BPU. Dua ruangan untuk BPU dewasa, masing-masing satu ruangan untuk BPU
44
Gambar 15. BPU anak
Puskesmas Mantrijeron memiliki empat dokter umum yang tugasnya dibagi ke tiga
bagian. Dua dokter ditempatkan di BPU Dewasa dan masing-masing satu dokter di BPU Anak
dan Lansia. BPU memiliki lima orang perawat. Dua perawat bertugas di BPU dewasa, satu
perawat di BPU anak, satu perawat di BPU lansia dan satu perawat bertugas di puskesmas
pembantu (Pustu). Perawat bertugas untuk mencatat keluhan utama pasien sebelum pasien masuk
ke ruang periksa. Untuk pasien dewasa dan lansia, perawat juga melakukan pengukuran tekanan
darah, sedangkan untuk pasien anak perawat melakukan pengukuran berat badan dan suhu tubuh
pasien.
Tenaga dokter dan perawat di Puskesmas Mantrijeron memiliki tugas-tugas Pokok dan
a. Tugas pokok: mengkoordinir kegiatan di BPU, mengkoordinir kegiatan pelayanan UKP dan
diagnose, memberikan resep dan terapi, melakukan tindakan medis sesuai indikasi,
memberikan konseling kepada pasien, mencatat semua hasil pemeriksaan kesehatan di buku
RM, mencatat adanya ketidaksesuaian pelayanan dan melakukan konfirmasi ke unit lain jika
45
terjadi ketidaksesuaian pelayanan, memberikan rujukan, dan memberikan surat keterangan
dokter.
b. Tugas integrasi adalah tugas dokter yang berhubungan dengan bagian dari klinik ataupun
bagian lain dari Puskesmas Mantrijeron. Tugas ini antara lain: mengkoordinir dan
melaksanakan tata graha di sub unit ruang BPU, melaksanakan pembinaan posyandu balita,
kegiatan autopsi verbal dan mengisi Formulir Kematian dan Penyebab Kematian (FKPK),
melaksanakan kegiatan promosi kesehatan, memberikan orientasi kepada dokter baru atau
sasaran mutu di unit BPU, membuat SPM (Standar Pelayanan Minimal) dan kinerja
puskesmas, dan melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala puskesmas.
penyakit, penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan, dan peran serta masyarakat dalam
pengecekan tensimeter, stetoskop, dan senter; menyiapkan bahan habis pakai dan minor set;
menyiapkan tempat tidur periksa dan linen; dan menyiapkan meja periksa).Setelah
46
pemanggilan pasien; pemeriksaan anamnesa dan vital sign; pencatatan di RM; dan
merapikan tensimeter, stetoskop, senter, dan alat tulis; membersihkan minor set setelah
dientry; dan mencatat adanya ketidaksesuaian pelayanan dan melakukan konfirmasi ke unit
b. Tugas Integrasi meliputi : koordinasi kegiatan program P2M; melaksanakan kegiatan UKS;
kunjungan rumah (bila diperlukan); melaksanakan tata graha di ruang unit BPU;
melaksanakan kegiatan PPPK, UKK, kesehatan olah raga; menjaga dan mencatat inventaris
di BPU; melaporkan dan mensosialisasikan hasil pelatihan; membuat tindak lanjut paska
dicapai oleh tenaga kesehatan di BPU guna menjaga standar mutu pelayanan yang terdiri dari:
47
Alur pelayanan yang dilakukan di BPU adalah sebagai berikut:
Perawat
Perawat menerima Perawat memanggil menanyakan dan
rekam medis pasiensesuai dengan mencatat keluhan
nomor urut yang utama pasien di
tertera di rekam medis rekam medis
Dalam satu hari, terdapat rata-rata 75 pasien terdaftar pada BPU Dewasa Puskesmas
Mantrijeron yang menjadikan BPU sebagai klinik dengan total kunjungan terbanyak. Untuk
mengatasi besarnya jumlah pasien, terdapat pembatasan jam pendaftaran, yaitu dari pukul 7.30-
11.00 WIB. Hal ini menyebabkan panjangnya antrian pasien, sementara ketersediaan ruang
tunggu masih kurang hingga banyak pasien terpaksa menunggu di luar puskesmas.
d. KIA/KB
konseling untuk ibu hamil, bayi dan balita, akseptor KB, imunisasi untuk bayi, dan balita, ANC
48
(Ante Natal Care), serta calon penganten (caten). Poli KIA-KB dipuskesmas Mantrijeron
1. Hurriyah, SST
49
mendapatkan jaminan persalinan (Jampersal). Jampersal merupakan jaminan pembiayaan
yang digunakan untuk pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan ibu nifas
(sampai 42 hari pasca melahirkan) termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan
bayi baru lahir (sampai dengan usia 28 hari). Tujuan dari Jampersal yaitu untuk menjamin
akses pelayanan persalinan yang dilakukan oleh dokter atau bidan dalam rangka menurunkan
AKI (Angka Kematian Ibu) dan AKB (Angka Kematian Bayi). Hal ini sesuai dengan
kesepakatan global Millenium Development Goals (MDG’s) yaitu AKI turun menjadi 102
per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
Memanggil Menimbang BB
pasien sesuai Mengukur TD
nomor urut
50
2. Layanan Caten
Layanan bagi calon penganten dilakukan secara menyeluruh meliputi konsultasi dan edukasi
kesehatan caten di poli KIA-KB kemudian dilakukan rujukan internal untuk pemeriksaan
laboratorium termasuk tes HIV apabila caten berkenan, rujukan ke poli gizi untuk konsultasi
gizi, serta rujukan ke bagian konsultasi psikologi. Poli KIA-KB juga menyediakan suntik TT
(Tetanus Toksoid) bagi caten yang dilakukan setiap hari Rabu yang bertujuan agar caten siap
dalam proses berumah tangga dan siap menghadapi kondisi caten yang terjadi dan melindungi
caten wanita sebagai calon ibu dan bayi yang dilahirkan nanti dari penyakit Tetanus
Neonatorum. Pemeriksaan caten ini bersifat wajib bagi setiap calon penganten yang
mendaftarkan pernikahannya di KUA. Calon penganten tersebut akan diberikan surat sebagai
pengantar untuk dilakukan pemeriksaan caten di puskesmas. Imunisasi ini diberikan sebanyak
3. Keluarga Berencana
KB bertujuan untuk menekan angka kelahiran dan meningkatkan kesehatan ibu sehingga di
dalam keluarga akan berkembang norma keluarga kecil, bahagia, dan sehat. Sasarannya yaitu
pasangan usia subur (PUS). .Layanan KB dilakukan setiap hari Kamis. Jenis KB yang disediakan
oleh Puskesmas Mantrijeron adalah pil, suntik, Intra Uterine Devices (IUD), susuk, dan kondom.
Dari kelima jenis KB tersebut, IUD merupakan KB yang paling banyak digunakan pasien
KIA/KB Puskesmas Mantrijeron sedangkan yang paling jarang digunakan adalah susuk. Selain
kegiatan yang dilakukan di dalam gedung puskesmas, petugas KIA-KB juga memiliki kegiatan
luar gedung yang ditujukan kepada masyarakat (UKM). Kegiatan tersebut berupa kunjungan
rumah (PHN) dan kunjungan TK untuk melakukan deteksi dini tumbuh kembang anak
(DDTKA) bersama dengan petugas dari BP Gigi untuk melakukan screening gigi rutin.
51
Alur Pelayanan KB
Memanggil pasien
sesuai nomor urut
Anamnesa
tidak
Kunjungan baru/ulang? Menimbang BB Konseling KB
Mengukur TD
ya
Menimbang BB
Mengukur TD Pemeriksaan fisik untuk
mengetahui cocok/tidak
kontrasepsi yang
Pemeriksaan fisik untuk sesuai diinginkan
jenis kontrasepsi termasuk
kontrol IUD
Pemberian informed
consent
Perlu rujukan?
Selesai
4. Imunisasi
Layanan imunisasi bagi balita dilakukan setiap hari Selasa. Jenis imunisasi yang dilayani di
puskesmas Mantrijeron yaitu lima imunisasi dasar lengkap (LIL) berupa imunisasi Hepatitis B1,
BCG, DPT, Polio dan Campak. Imunisasi ini merupakan imunisasi yang diberikan kepada bayi.
alat Cold Chain (refrigerator) dilengkapi cold pack dan freeze tag sehingga sasaran mutu suhu
52
vaksin (2º-8°C) tetap terjaga. Vaksin yang telah terbuka dan tidak habis dalam satu waktu segera
a) Vaksin Hepatitis B
Vaksin Hepatitis B ini diberikan pada bayi usia 0-7 hari secara intramuskular.
b) BCG
Imunisasi ini diberikan untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit TBC. Vaksinasi
diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan melalui suntikan dibawah lengan.
c) DPT
Imunisasi ini bertujuan untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit difteri, pertusis dan
tetanus. DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak berumur 2 bulan (DPT I), 3
d) Polio
Imunisasi ini diberikan untuk mencegah penyakit poliomyelitis. Imunisasi polio diberikan
sebanyak 4 kali, yaitu polio I (umur 2 bulan), polio II (umur 3 bulan), polio III (umur 4
e) Campak
Imunisasi campak diberikan untuk mencegah penyakit campak. Imunisasi ini diberikan
53
Tabel VII. Jadwal Imunisasi
Usia Jadwal Imunisasi
0 bulan BCG, HB
2 bulan IPV I, PV I
3 bulan IPV II, PV II
4 bulan IPV III, PV III
9 bulan Campak
18 bulan Booster PV
Selain keempat sasaran pelayanan kesehatan yang telah dijelaskan sebelumnya, balai
pengobatan KIA/KB juga melaksanakan program screening kesehatan dan perkembangan anak
usia Taman Kanak-Kanak di wilayah kecamatan Mantrijeron. Kegiatan ini biasanya berlangsung
hari Jumat atau Sabtu, dan bekerja sama dengan Balai Pengobatan Gigi dan Poli Psikologi.
lebih lanjut akan didata secara khusus dan diinformasikan kepada guru TK tersebut. Jumlah
sasaran yang cukup banyak tersebut membuat Poli KIA/KB memiliki jadwal tertentu agar
Permasalahan yang umumnya ditemukan pada klinik KIA/KB adalah kurangnya bangku
untuk menunggu antrian bagi pasien ibu yang membawa balitanya untuk dilakukan imunisasi.
Hal tersebut menyebabkan beberapa ibu terpaksa berdiri sambil menggendong bayinya saat
menunggu antrian. Pojok laktasi yang terdapat di Puskesmas Mantrijeron juga tidak
disosialisasikan dengan baik sehingga beberapa ibu tetap dibiarkan untuk menyusui bayinya di
ruang tunggu saat menunggu antrian. Selain itu jadwal imunisasi balita yang hanya ditetapkan 1
hari dalam satu minggu (hanya pada hari Selasa), bidan kesulitan dalam memberikan edukasi
kepada beberapa pasien khusus, dan waktu pendaftaran pasien yang umumnya hanya dibatasi
hingga jam 12.00 WIB. Solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan-
54
permasalahan yang ada di Poli KIA/KB diantaranya adalah dengan pendampingan keluarga
terhadap pasien berkebutuhan khusus saat pemeriksaan, sehingga tidak terjadi bias informasi dan
menambah jumlah bangku untuk menunggu antrian. Selain itu, sosialisasi mengenai pemanfaatan
pojok laktasi.
1. Tugas Pokok:
a. Menyiapkan dan melakukan cek alat, obat yang digunakan untuk pemeriksaan KIA dan KB.
55
2. Tugas Integrasi:
kecamatan Mantrijeron.
56
11 Bed
12 Meja Instrumen
13 Pita Lila
e. Psikologi
kesehatan jiwa bagi masyarakat sekitar, yang diharapkan juga berpengaruh pada perilaku hidup
sehat. Pelayanan psikologi memiliki seorang psikolog yaitu Yustia SA, M.Psi.,Psi. Pelayanan
yang diberikan oleh unit psikologi diantaranya adalah konsultasi berhenti merokok, konsultasi
calon pengantin, konsultasi kespro, konsultasi PKPR, konsultasi VCT, konsultasi rujukan dari
poli (BPU/BPG/GIZI/KIA), konsultasi pola asuh anak, konsultasi parenting, konsultasi jiwa,
konsultasi calon jamaah haji, konselor sebaya, konselor remaja.Rata-rata waktu konsultasi : 15-
57
Selain kegiatan konsultasi di dalam gedung, bagian psikologi juga ikut dalam kegiatan
eksternal, contohnya adalah bersama dengan KIA-KB ikut dalam pemeriksaan simulasi, deteksi
dan intervensi dini tumbuh kembang anak (SDIDTKA). Bagian psikologi juga bekerjasama
dengan posyandu untuk memberikan penyuluhan kepada kader serta masyarakat yang ikut dalam
posyandu.
Unggulan dari unit psikologi puskesmas Mantrijeron adalah memiliki ruangan tersendiri
yang ramah remaja. Kendala yang dialami unit psikologi adalah kurangnya monitoring ke
sekolah, kunjungan remaja masih rendah, konsultasi berhenti merokok masih rendah akibat
minimnya pengetahuan masyarakat dan motivasi masyarakat, tenaga konsultan psikologi masih
kurang.
58
f. One Stop Service
One Stop Service adalah pelayanan kesehatan satu atap di Puskesmas Mantrijeron yang
terdiri dari berbagai macam pelayanan terhadap pasien yang membutuhkan pelayanan khusus.
a. VCT (untuk penderita HIV)
VCT (Voluntary Counseling Test) adalah program konseling yang bertujuan untuk
memberikan dukungan psikologis, edukasi tentang bahaya penyakit HIV/AIDS, edukasi cara
pencegahan penularan HIV/AIDS, promosi perubahan perilaku, pengobatan antiretroviral
(ARV) dan pemecahan masalah yang terkait dengan HIV/AIDS sehingga diharapkan pasien
dapat hidup lebih sehat dan mencegah penularan penyakit HIV/AIDS. Kegiatan VCT pada
Puskesmas Mantrijeron diampu oleh tiga konselor terlatih yang terdiri dari dokter, perawat
dan bidan. Kegiatan ini merupakan salah satu strategi kesehatan masyarakat dan untuk
mengurangi penyebaran penyakit, memiliki prinsip:
1. Sukarela menjalani pemeriksaan HIV Pasien yang menjalani pemeriksaan HIV secara
sukarela akan lebih terjamin keberhasilannya, sehingga VCT tidak direkomendasikan
pada pekerja seksual, Injecting Drug User (IDU), rekrutmen pegawai/tenaga kerja
Indonesia dan asuransi kesehatan, serta pasangan calon penganten (Caten).
2. Saling mempercayai dan terjaminnya konfidensialitas Pelayanan harus bersifat rahasia
untuk menghargai hak pasien. Informasi yang diberikan oleh pasien harus dijaga
kerahasiaannya oleh konselor dan tidak diperbolehkan untuk disebarluaskan kepada
orang lain. Informasi yang diberikan ditulis dan disimpan secara rahasia, sehingga tidak
dapat diambil oleh pihak yang tidak berwenang.
3. Mempertahankan hubungan relasi konselor dan klien yang efektif Konselor harus dapat
memotivasi pasien untuk kembali secara rutin mengambil hasil pemeriksaan dan rutin
mengikuti setiap pertemuan konseling untuk mengurangi perilaku yang tidak sehat.
Konselor diharuskan lebih aktif dalam menjaga hubungan baik dengan pasien, supaya
pasien merasa lebih aman dan nyaman dalam menjalani setiap prosedur pemeriksaan dan
program konseling yang disediakan.
4. Testing merupakan salah satu komponen dari VCT Setiap pasien yang menjalani
pemeriksaan pasien harus mengikuti konseling, sehingga pengetahuan pasien mengenai
59
keadaannya terus berkembang dan diharapkan pasien dapat hidup lebih sehat. VCT
bersifat statis dan mobile.
VCT di Puskesmas Mantrijeron dibagi menjadi 2 yaitu:
Statis VCT bersifat terintegrasi dalam suatu sarana kesehatan dengan sarana kesehatan
lainnya, bertempat dan menjadi bagian dari layanan di puskesmas Mantrijeron. Puskesmas
pencegahan, perawatan, dan dukungan terkait dengan HIV/AIDS. Dalam pelayanan VCT,
masuk ke ruangan
3. Konselor mempersilahkan klien duduk dengan nyaman di kursi yang telah disediakan,
mitos HIV/aids termasuk tentang IMS dan menawarkan pemeriksaan IMS secara rutin,
6. Konselor membantu klien untuk menilai risiko diri klien, mediskusikan prosedur test
HIV/aids, waktu untuk mendapatkan hasil dan arti dari hasil tes
7. Konselor mendiskusikan kemungkinan tindak lanjut setelah ada hasil tes, serta
menjelaskan implikasi terinfeksi atau tidak terinfeksi HIV dan memfasilitasi diskusi
60
2. VCT Mobile (Penjangkauan dan keliling)
yaitu penjaringan pasien HIV ke lokasi-lokasi tertentu. Melalui penjaringan tersebut, seluruh
masyarakat yang ikut akan dilakukan pemeriksaan kesehatan dan laboratorium. Apabila
terdapat masyarakat yang positif maka akan diberikan pelayanan lebih lanjut dari
puskesmas. Pelayanan ini adalah model layanan yang dilakukan oleh petugas puskesmas
kelompok masyarakat yang memiliki perilaku berisiko atau berisiko tertular HIV/AIDS di
wilayah Mantrijeron.Layanan ini diawali dengan survei atau penelitian atas kelompok
masyarakat di wilayah Mantrijeron dan survei tentang layanan kesehatan dan layanan
dukungan lainnya.
Puskesmas Mantrijeron telah memiliki klinik TBC sejak tahun 1995 yang menjadi Pusat
Rujukan Mikroskopis untuk pemeriksaan sampel TBC dari empat puskesmas satelit, yaitu:
Mantrijeron memiliki seorang petugas konseling yang bekerjasama dengan dokter-dokter dari
balai pengobatan umum untuk melayani konsultasi dan pengobatan TBC. Di wilayah
Mantrijeron sebagian besar pasien berasal dari pasien lansia dan usia terendah berumur 13 tahun.
Pasien yang positif terkena TBC kemudian dirujuk ke klinik TBC di Puskesmas Mantrijeron
yang kemudian dilakukan pengobatan selama kurang lebih enam bulan dan diberikan dalam dua
tahap: (1) tahap intensif, dimana penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi secara
langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat, dan; (2) tahap lanjutan, dimana penderita
mendapat jenis obat yang lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama.
61
c. Penanganan Infeksi Menular Seksual (IMS)
Beberapa jenis penyakit infeksi yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual adalah
seperti gonorrhea, herpes genitalis, kutil kelamin, sifilis dan HIV/aids. Prosedur penanganan IMS
diantaranya anamnesa keluhan pasien yang berkaitan dengan IMS, pemeriksaan fisik dan
Counseling Test (VCT). Untuk tindakan pencegahannya, puskesmas Mantrijeron juga melakukan
sosialisasi tentang penyakit menular seksual (PMS) ke usia remaja melalui sekolah-sekolah atau
organisasi karangtaruna.
Klinik berhenti merokok di Puskesmas Mantrijeron secara resmi dibuka pada tanggal 12
November 2009 bertepatan dengan Hari Kesehatan Nasional. Pelayanan yang diberikan berupa
konseling oleh seorang konselor untuk membantu para perokok untuk berkonsultasi mengenai
berhenti merokok. Setelah berjalan 5 tahun, program ini dirasa masih kurang berhasil karena
sedikitnya pasien yang dating dengan keinginan sendiri. Rata-rata pasien yang datang adalah
pasien yang dirujuk dari Balai Pengobatan Umum, Balai Pengobatan Gigi, dan Balai Pengobatan
Lansia. Kebanyakan pasien yang berhasil berhenti merokok adalah pasien yang menderita TBC
g. Laboratorium
Puskesmas Mantrijeron dengan 2 orang pegawai yang terdiri dari 2 orang laboran,yaitu Shytia
D.J.P., Amd.AK dan Nanang G., Amd.AK. Waktu pelayanan yang dilakukan adalah setiap hari
senin sampai dengan sabtu sesuai dengan jam pelayanan puskesmas. Laboratorium menerima
rujukan internal seperti poli umum, poli KIA, poli gigi, poli gizi, serta rujukan eksternal dari luar
62
puskesmas mantrijeron. Untuk pasien yang merupakan rujukan luar puskesmas mantrijeron, alur
pelayanannya adalah pasien harus melakukan pendaftaran untuk masuk ke poli umum, lalu akan
diperiksa dan diberikan rujukan internal ke bagian laboratorium. Pelayanan pasien di bagian
laboratorium rata-rata lama pelayanan diberikan per pasien untuk pengambilan sediaan adalah 5-
Tugas dan tanggung jawab tenaga teknis Laboratorium Puskesmas Mantrijeron, yaitu:
5. Melakukan konsultasi dengan penanggung jawab laboratorium atau tenaga kesehatan lain;
reagen, kapas, alkohol, desinfektan serta melakukan pengecekan alat dan setelah Setelah
pelayanan, dilakukan penyimpanan semua alat dan reagen untuk pemeriksaan sesuai tempatnya,
pencatatan pemakaian reagen dan bahan/barang setiap hari, pencatatan barang dan reagen yang
melaksanakan pembuangan limbah medis sesuai tempatnya, serta melakukan entri data pasien
(administrasi).
63
Jenis-jenis pemeriksaan laboratorium yang dilayani di puskesmas Mantrijeron adalah
sebagai berikut:
JENIS PEMERIKSAAN
Kimia Darah Hematologi Urinologi Lain-Lain
Gula darah sewaktu Darah rutin Urin rutin Widal
Gula darah puasa Angka leukosit Reduksi glukosa HIV
Gula darah 2 jam pp Angka eritrosit Protein Gonnorhea
Kolesterol total Angka trombosit Tes kehamilan VDLR/RPR
Kolsterol HDL Hitung jenis leukosit TPHA
Kolesterol LDL Retikulosit Test NAPZA
Triliserida Laju enap darah HBsAg
Asam urat Hemoglobin Anti HBsAg
Ureum Clotting time Faeces rutin
Kreatinin Bleeding time BTA
SGOT Golongan darah Paket IMS
SGPT Rhesus
Malaria
hematokrit
64
Terdapat 3 alur pelayanan di dalam laboratorium puskesmas Mantrijeron, yaitu:
e. Pemeriksaan spesimen
d. Pemeriksaan spesimen
a. Form TBOS
65
f. Petugas melakukan pewarnaaan sediaan
h. Petugas mencatat hasil pemeriksaan ( Reg TB. 04 dan form TB. 05)
Laboratorium menjadi salah satu sumber penghasil limbah cair, padat dan gas yang
berbahaya apabila tidak ditangani dengan benar. Limbah atau sampah yang dihasilkan oleh
1. Limbah padat medis, ditempatkan pada satu tempat sampah khusus yang sudah diberi tanda
dan dilapisi plastik berwarna kuning, apabila setelah selesai pelayanan sampah tersebut
diserahkan kepada petugas sanitarian dan tidak lupa dilakukan penimbangan terlebih dahulu.
2. Sampah medis sisa sampel sputum pemeriksaan BTA, kedalam pot berisi sisa sampel sputum
dimasukkan larutan kaporit 5,25% atau lysol 50%, kemudian sputum pot ditutup kembali
66
3. Sampah medis spuit dan blood lancet ditempatkan pada satu wadah khusus berupa box kertas
tebal berwarna kuning bertuliskan safety box, kemudian setelah box tersebut penuh
diserahkan kepada sanitarian dan tidak lupa dilakukan penimbangan terlebih dahulu.
4. Limbah cair medis dibuang melalui bak, selanjutnya limbah tersebut ditampung pada sebuah
jerigen tertutup rapat yang telah di dekontaminasi terlebih dahulu. Setelah djerigen tersebut
h. Gizi
diet, pemberian intervensi gizi serta terintegrasi dengan pelayanan kesehatan dasar. Bagian gizi
dijalankan oleh dua orang ahli gizi yaitu Neni Nurani, S.ST dan Anisa Yudi Pradini, S. Gz. Ahli
gizi memiliki tugas untuk memberikan pelayanan di dalam puskesmas berupa konsultasi gizi,
dan melakukan pelayanan di luar puskesmas seperti posyandu, penyuluhan gizi, pemantauan dan
lain-lain.
layanan Puskesmas Mantrijeron berupa konsultasi gizi bagi semua masyarakat kecamatan
67
Mantrijeron. Konsultasi biasanya seputar lima masalah gizi yaitu KEP (kurang energi protein),
Anemia Gizi Besi, GAKY (Gangguan akibat kekurangan yodium), Obesitas, dan Kurang vitamin
A. Metode konsultasi yang dilakukan oleh ahli gizi adalah dengan wawancara secara langsung
dan penyuluhan dibantu alat peraga seperti leaflet, contoh-contoh makanan bergizi seimbang,
maupun sarana audiovisual, sedangkan pelayanan di luar gedung dilakukan sesuai jadwal yang
Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh bagian gizi puskesmas Mantrijeron diantaranya:
2. Konsultasi gizi
14. Pelaporan LB 3
68
17. Koordinasi TPG, MMD
18. Pembagian PMT dan vitamin pada Balita Gizi Buruk dan Bumil Risiko Tinggi
Salah satu kegiatan di luar puskesmas oleh bagian gizi adalah Posyandu Balita serta
kecamatan Mantrijeron berjumlah 56 yang terbagi dalam tiga kelurahan yaitu Mantrijeron,
Suryodiningratan dan Gedongkiwo (wilayah kerja Mantrijeron). Kegiatan yang dilakukan antara
lain melakukan penimbangan berat badan dan tinggi badan, pemeriksaan kesehatan gigi,
pemeriksaan tumbuh kembang anak, dan konsultasi gizi balita. Hasil pemeriksaan dicatat pada
Kartu Menuju Sehat (KMS) dan Kartu Menuju Gigi Sehat (KMGS), serta disalin di buku
rekapan kesehatan dari puskesmas untuk memantau perkembangan dan pertumbuhna balita di
69
Jumlah ahli gizi yang terbatas sering menimbulkan masalah pada bagian gizi.
Contohnya adalah saat hari pelayanan PMT (Pemberian Makanan Tambahan) petugas kewalahan
karena rasio petugas dan pasien yang tidak seimbang. Ruangan yang kecil dan kurangnya privasi
dalam ruang konsultasi menjadi masalah lain. Tidak adanya sekat membuat pasien konsultasi
dapat mendengar pasien yang lain saat ada dua konsultasi pada waktu bersamaan.
i. Farmasi
Rahayu, Wiwik DSAR,S.Farm.Apt., dan Tiwi Galuh, S.Farm. Ketiganya dibagi shift kerja,
setiap hari ada 2 orang petugas yang bertugas menerima resep, pembuatan racikan obat,
pengambilan dan penyerahan obat pada pasien serta memberi penjelasan cara mengkonsumsi
Loket farmasi di puskesmas Mantrijeron dibagi menjadi dua sesuai dengan denah alur
pelayanan, yaitu loket bagi pasien sehat (KIA-KB) dan loket farmasi bagi pasien sakit.
1. Pasien datang meletakkan resep diatas tempat resep yang telah disiapkan.
2. Petugas mengambil dan mengecek kelengkapan resep, meliputi nama, dokter yang merawat,
3. Resep kemudian diserahkan ke bagian asisten untuk dicarikan obat yang sesuai dengan resep
atau apabila butuh peracikan obat maka obat akan diracik. Apabila obat yang tertulis diresep
tidak tersedia/habis maka petugas akan melaporkan dan konsultasi ke dokter yang
memberikan resep untuk diresepkan obat pengganti atau pencoretan resep atau anjuran
70
4. Obat yang telah siap diberikan etiket sesuai aturan pemakaian. Etiket dibedakan menjadi
5. Obat yang sudah selesai dicek oleh petugas dibagian penerimaan resep sebelum diberikan ke
pasien.
Jenis obat-obatan yang ada di farmasi adalah obat antibiotik, antibakteri, analgesik,
(diazepam, alprazolam, clobazam, haloperidol, fenoferbital). Adapun sediaan obat yang tersedia
di bagian farmasi puskesmas Mantrijeron adalah puyer, tablet, salep, sirup, bedak, obat tetes,
supositoria, injeksi.. Peracikan obat yang dapat dilakukan hanya puyer dan rekonstitusi seperti
pada amoxicillin syrup dan paracetamol syrup setiap ada permintaan. Pengadaan obat dilakukan
setiap akhir bulan, petugas farmasi mencatat obat-obat yang sudah habis dan obat yang masa
berlakunya akan segera berakhir. Semuanya ditulis dalam laporan yang akan diserahkan ke
71
pemasok obat yakni UPT Farmasi dan khusus obat-obatan yang masa berlakunya akan segera
penyimpangan obat.Sistem peletakkan obat dibagian pelayanan dan gudang penyimpanan obat:
c. Obat yang bersifat psikotropik atau obat keras diletakkan di lemari tersedia dengan sistem
terkunci
d. Di gudang penyimpanan obat, obat juga dikelompokkan berdasarkan metode FEFO (First
Setiap obat datang dan keluar dari gudang penyimpanan obat dicatat oleh petugas pada
kartu pencatatan yang diletakkan di setiap rak obat sesuai dengan nama obatnya.
72
- Bagian Farmasi membuat laporan LPLPO (Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan
- LPLPO diserahkan ke bagian farmasi dan alat kesehatan UPT Dinas Kesehatan
Yogyakarta
bagian farmasi
barang, jika bahan ada pada suplier maka dapat langsung dilakukan pemesanan. Namun
jika bahan tidak ada di e-katalog bagian pengadaan membeli secara manual bahan yang
dibutuhkan.
Obat yang telah melewati masa kadaluarsa kemudian dikumpulkan dan dipisahkan
berdasarkan jenis obatnya. Pendataan dilakukan sekaligus membuat Berita Acara. Apabila proses
pendataan telah selesai maka obat tersebut kemudian dikembalikan ke UPT Dinas Yogyakarta.
kebersihan lingkungan yang dapat menjamin masyarakat mencapai derajat kesehatan yang
optimal. Pelayanan kesehatan lingkungan dan promosi kesehatan di puskesmas dilakukan oleh 1
orang tenaga kesehatan lingkungan, 1 orang surveilan puskesmas, dan 3 orang surveilan
73
Tugas pokok unit kesehatan lingkungan dan promosi kesehatan :
Sesuai dengan permintaan institusi (kantor maupun sekolah) atau perseorangan, petugas akan
mengambil sampel air kemudian membawanya untuk diperiksa di laboratorium air bersih.
7. Mengambil sampel makanan, air SGL atau PDAM, sampel tanah yang ditentukan oleh Dinas
Puskesmas Mantrijeron memiliki program jumantik mandiri yang melibatkan kader di rumah
Program ini masih memiliki kekurangan yaitu beberapa kader yang tidak jujur dalam
74
1. Melaksanakan pembinaan posyandu balita, lansia, dan kesehatan masyarakat di wilayah
yaitu pelayanan di dalam gedung dan di luar gedung. Pelayanan di dalam gedung yaitu berupa
konsultasi mengenai air sumur, serta konsultasi sanitasi yang merupakan rujukan BP umum
berupa kasus penyakit yang berbasis lingkungan, seperti diare, ISPA, dan lain sebagainya.
ke lokasi. Kunjungan ini bertujuan untuk melakukan penyelidikan epidemiologis, seperti apakah
ada penderita lain, apakah ada penularan, dan apakah di lokasi ditemukan indikator lingkungan
yang terkait dengan penyakit tersebut. Dari hasil penyelidikan dilakukan evaluasi. Hasil evaluasi
Pelayanan di luar gedung berupa pendataan rumah, insepksi sanitasi rumah, inspeksi
sarana air bersih, pengambilan sampel air, pengawasan kualitas air dll. Program-program
kelompok, dan kelompok potensial yang hampir mencakup semua sektor, selain itu pembuatan
75
spanduk dan banner yang kemudian diletakan di posyandu dan sekolah juga menjadi salah satu
Salah satu program promosi kesehatan yaitu adalah penyuluhan mengenai PHBS
(perilaku hidup bersih dan sehat). Deklarasi STBM (terdiri dari stop BAB sembarangan,
pengelolaan air minum, cuci tangan menggunakan sabun, pengelolaan air limbah, dan
pengelolaan sampah). Persentase Rumah Tangga ber-PHBS, hasil pendataan. PHBS yang
dilakukan pada tahun 2014 di wilayah puskesmas Mantrijeron menunjukkan cakupan rumah
tangga ber-PHBS baru mencapai 84,39%, cakupan kepemilikan jamban sehat dan pengelolaan
air limbahh pada keluarga sebesar 100%, dan persentase rumah tangga menurut jenis sarana air
satunya adalah penanggulangan penyakit DBD. Kegiatan tersebut terdiri dari pemberantasan
DBD, pemantauan jentik berkala oleh kader jumantik, dan rapat lintas sektoral. Apabila ada
laporan temuan kasus DBD (+) beserta 2 orang dengan keluhan panas demam maka harus
ditindaklanjuti segera dalam 1x24 jam. Laporan bisa didapatkan dari rumah sakit/ keluarga
pasien/ kader setempat. Tindak lanjut dilakukan oleh petugas surveilan puskesmas dengan
melakukan fogging pada daerah tersebut. Fogging ini bertujuan membunuh nyamuk dewasa dan
memutus mata rantai. Selanjutnya perlu diikuti dengan pemberantasan sarang nyamuk.
Permasalahan : (1) Ketersediaan alat pengukuran lingkungan fisik yang kurang dan tidak
memadai; (2) Kurangnya SDM. Solusi masalah : (1) Perlu adanya pendataan ulang untuk
keperluan logistik yang tidak memadai dan penambahan alat pengukuran fisik; (2) Perlu adanya
76
penambahan tenaga kesehatan untuk unit promkes dan kesling agar kegiatan dapat dilaksanakan
dengan maksimal
Pengelolaan limbah di Puskesmas Mantrijeron secara umum, membagi limbah menjadi dua yaitu
limbah medis dan limbah non medis. Limbah medis merupakan barang bekas pakai sisa hasil
kegiatan pelayanan di puskesmas. Limbah medis nantinya digolongkan menjadi dua yaitu limbah
medis padat dan cair. Limbah non medis merupakan limbah yang bukan berasal dari medis,
A. Limbah Medis
Limbah medis padat dibagi lagi menjadi dua yaitu limbah medis logam tajam dan non
logam tajam. Petugas pengelola limbah medis menyediakan duas tempat sampah berbeda untuk
keduanya. Safety box digunakan untuk pembuangan limbah medis logam tajam seperti jarum
suntik, jarum cytoject, dan jarum lanset. Limbah medis padat non logam seperti kapas bekas
luka,irisan luka, gigi cabutan, gelas kumur, suction, dimasukkan ke dalam tempat sampah medis
yang memiliki kantong plastik berwarna kuning.Untuk limbah medis cair sudah dibuatkan
saluran tersendiri di setiap unit, sehingga limbah tersebut dapat langsung dibuang pada
Pertugas kebersihan setiap hari setelah jam pelayanan selesai akan mengumpulkan limbah
medis padat non logam kemudian menimbang dan mencatat untuk masing masing unit
pelayanan. Limbah medis padat non logam kemudian dibawa ke tempat penampungan limbah
medis. Safety box berisi limbah medis logam akan diambil saat penuh untuk kemudian dibawa
ke tempat pengumpulan limbah medis padat. Petugas dari perusahaan rekanan Jasa Prima
77
Perkasa akan mengambil limbah medis seminggu sekali. Sementara limbah medis cair dibawa
B. Limbah non-medis
Petugas kebersihan memilah jenis sampah non medis yang organic dan
puskesmas sesuai jenisnya. Untuk sampah organic (sampah basah) berupa sisa makanan, sampah
daun, sayuran dan buah-buahan diolah puskesmas dengan komposter, sedangkan sampah
anorganik (sampah kering) seperti botol, plastic, styrofoam, dan kertas langsung dibuang ke
Kendala yang dihadapi unit kesehatan lingkungan adalah jumlah tenaga kerja yang
kurang. Hal ini mengakibatkan sulitnya kontrol ke lapangan dan jalannya program yang ada.
Monitoring program di masyarakat juga kurang karena keterbatasan petugas yang ada.
78
Gambar 23. tempat sampah organik non organik
Balai pengobatan gigi (BP Gigi) Puskesmas Mantrijeron memberikan pelayanan kesehatan
gigi dan mulut dasar yang meliputi usaha-usaha promotif, preventif, dan kuratif. BP Gigi
Puskesmas Mantrijeron saat ini memiliki 3 tenaga perawat (Sutiyaningsih, AMKG., Suparmi,
79
AMKG, Asih Murdiyati, SST ) dan 2 tenaga dokter gigi (drg. Edwina Magdalena, drg. Wahyu
Sulistyani Hapsari). Masing-masing dokter gigi dan perawat gigi memiliki tugas pokok dan
Memastikan semua hal di bawah ini telah disiapkan dan terjadwal dengan baik seperti :
2. Bur, dental unit, mikromotor, kompresor, tensimeter, stetoskop, ultrasonic scaler (USS),
3. Desinfektan, kapas, air kumur, linen, bahan-bahan gigi, alat-alat diagnosis, handscoon, dan
80
9. Membuat rencana tindak lanjut pasca pelatihan
3. Pembinaan Wilayah
4. Melakukan screening
5. Melaksanakn BIAS
6. Mengikui Seminar/Pelatihan
7. Administrasi ISO
b. Menyiapkan desinfektan
81
c. Menyiapkan kapas
e. Menyiapkan linen
2. Pelayanan pasien
d. Menentukan diagnosis
g. Membersihkan alat-alat yang telah digunakan oleh pasien untuk digunakan pada pasien
di hari berikutnya
3. Setelah pelayanan
b. Sterilisasi alat
d. Mencocokan data pasien yang datang ke BPG pada bagian pendaftaran dan kasir
82
e. Menyimpan semua alat yang sudah disterilkan dan bahan yang telah dipakai pada
tempatnya
l. Memisahkan sampah medis dengan non medis dan membuang sesuai jenisnya di tempat
sampah.
4. Kegiatan Tambahan
k. Pembinaan Wilayah
83
m. Melakukan kegiatan screening
o. Melaksanakan BIAS
r. Administrasi ISO
Pasien yang ingin berobat ke BP Gigi harus mendaftar terlebih dahulu ke bagian
Selesai Ya
Obat Perlu Resep?
Tidak
84
Untuk pasien anak dari sekolah maka saat mendaftar harap membawa buku pelayanan
dari sekolah karena rekam medisnya menjadi satu dengan siswa lainnya. Kemudian petugas dari
bagian rekam medik akan memberikan rekam medis pasien tersebut ke BP Gigi, selanjutnya
pasien akan dipanggil oleh perawat gigi sesuai dengan nomor urut pendaftaran. Pasien yang telah
Bagi pasien dewasa yang baru pertama kali mendaftar ke BP Gigi, maka dilakukan
pemeriksaan kesehatan gigi secara menyeluruh meliputi pengisian odontogram, DMF-T dan
OHI-S oleh dokter gigi atau perawat gigi, kemudian setelah itu baru dilakukan anamnesis,
pemeriksaan ekstraoral dan intraoral, serta pemeriksaan penunjang atau laboratorium jika
diperlukan. Dokter gigi atau perawat gigi menentukan diagnosis berdasarkan hasil pemeriksaan.
Tindakan perawatan dilakukan sesuai dengan rencana perawatan yang dibuat berdasarkan
diagnosis pasien.
Setelah selesai tindakan, pasien akan diberikan nota pembayaran untuk transaksi
pembayaran di kasir. Bagi pasien yang mendapatkan resep obat setelah tindakan, maka resep
tersebut selanjutnya ditebus di bagian farmasi dan setelah itu pasien dapat melakukan
pembayaran di bagian kasir. Jika rencana perawatan pasien memerlukan peralatan yang tidak
tersedia di puskesmas atau tidak sesuai dengan kompetensi dari dokter gigi tersebut maka akan
Mantrijeron, misalnya: BP Umum atau Laboratorium. Jenis rujukan ini biasanya dilakukan
apabila pasien memiliki atau dicurigai memiliki riwayat penyakit sistemik (diabetes,
85
hipertensi, dan kelainan darah) terutama sebelum dilakukan tindakan invasif dental seperti
pencabutan gigi dan pembersihan karang gigi (scaling). Tujuannya adalah untuk
b. Rujukan luar
Sistem rujukan luar di puskesmas Mantrijeron terdiri dari rujukan horisontal antar Fasyankes
primer (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas rawat inap) dan rujukan vertikal dari
puskesmas ke PPK tingkat kedua. Rujukan luar dilakukan apabila ditemukan kasus-kasus
yang tidak dapat dirawat di puskesmas, seperti tindakan endodontik perawatan saluran akar,
perawatan gigi tiruan (protesa), ortodontik, pencabutan gigi dengan penyulit/risiko tinggi,
gigi impaksi dan adanya keganasan di rongga mulut. Rujukan dilakukan ke unit pelayanan
kesehatan yang memiliki fasilitas yang memadai dan dokter gigi spesialis yang lebih
kompeten. Selain itu, rujukan juga bisa berdasarkan atas permintaan pasien sendiri. Dalam
hal rujukan luar ini, harus dilakukan secara berjenjang mulai dari PPK tingkat pertama ke
Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Mantrijeron menetapkan tarif untuk setiap pasien
sesuai dengan tindakan dan pelayanan yang diberikan. Selain itu, Besarnya tarif yang dibayarkan
pasien juga ditentukan berdasarkan domisili pasien (Pasien dengan KTP dalam kota dan KTP
luar kota), usia, dan Jaminan Kesehatan yang dipunyai pasien. Puskesmas Mantrijeron melayani
pasien baik yang menjadi peserta BPJS, Jaminan Pelayanan Kesehatan Semesta (Jamkesta)
86
Jamkesta merupakan program penjaminan kesehatan yang ditujukan khusus bagi seluruh
warga yang memiliki KTP Kota Yogyakarta dan penduduk Kota Yogyakarta yang tidak
memiliki asuransi jaminan kesehatan. Hal ini telah diberlakukan oleh pemerintah kota
Yogyakarta dengan tujuan untuk mencapai jaminan kesehatan menyeluruh dan penjaminan
pelayanan kesehatan yang paripurna bagi penduduk DIY. Dengan menunjukkan KTP kota
dipungut biaya. Tarif yang berlaku di puskesmas Mantrijeron menggunakan acuan berdasarkan
87
4. Pencabutan gigi dengan Citoject (Tanpa Penyulit) 30.000 15.000
5. Pencabutan gigi dengan Citoject (Dengan Penyulit) 49.000 24.500
D Tindakan Bedah Mulut Sederhana
1. Operculectomy 19.000 9.500
2. Trepanasi gigi gangren 13.000 6.500
3. Perawatan incisi abses 16.000 8.000
4. Perawatan eksisi mukokel 33.000 16.500
5. Perawatan dry socket 18.000 9.000
6. Buka jahitan operasi 11.000 5.500
7. Operasi Odontectomy 163.000 81.500
8. Selektif grinding 12.000 6.000
9. Konsultasi dokter gigi 7.000 3.500
Sterilisasi dilakukan pada seluruh peralatan kedokteran gigi yang digunakan untuk
beberapa tahap. Tahap awal, alat yang akan disterilkan harus melalui prosedur dekontaminasi
1. Rendam alat diagnostik kotor dan seluruh peralatan tambal gigi yang telah digunakan untuk
memeriksa pasien di bak biru yang berisi cairan pemutih Bayclin dan air bersih dengan
2. Cuci seluruh peralatan dengan menggunakan sabun cuci, bilas dengan air bersih yang
mengalir.
4. Peralatan dibagi menjadi dua yaitu peralatan yang disterilkan dengan menggunakan panas
kering (mirror, bengkok, agate spatula, kapas) dan dengan autoklaf (sonde, pinset,
88
5. Setelah dipisahkan, sterilisasi dapat mulai dilakukan
Sterilisasi di BP gigi puskesmas Mantrijeron dapat dilakukan melalui 2 macam, yaitu melalui
sterilisasi panas kering atau sterilisasi uap panas bertekanan (Autoklaf). Berikut merupakan
1. Buka pintu sterilisator dan alat-alat yang akan disterilkan dimasukkan dan letakkan dengan
Peralatan yang kurang tahan panas diletakkan pada rak atas kabinet (kapas, kaca mulut,
agate spatula)
2. Tutup pintu sterilisator sebelum listrik dihidupkan dan siap untuk dioperasikan
3. Tekan tombol power supply ON/OFF, lampu pemanas (warna hijau) akan menyala.
4. Tekan tombol lower untuk sterilisasi kabinet bawah, lampu indikator (warna merah) akan
menyala dan kabinet bawah akan bekerja, lampu pemanas akan mati sendiri apabila suhu
5. Apabila ingin menggunakan kabinet atas dan bawah bekerja secara bersamaan, tekan tombol
power supply ON/OFF (lampu hijau menyala), kemudian tekan tombol lower (lampu merah
menyala), kemudian tekan tombol upper (lampu kuning menyala), ini menunjukkan kabinet
atas dan bawah sedang bekerja. Kedua lampu akan mati (lampu merah dan kuning) ketika
89
6. Proses sterilisasi masih berlangsung hingga 10 menit setelah lampu indikator mati,
disarankan selama 20 menit jangan membuka pintu sterilisator pada waktu tersebut untuk
8. Apabila pintu kabinet atas dibuka ketika alat sedang bekerja, produksi ozon akan berhenti
dan pintu harus segera ditutup kembali, agar proses sterilisasi tetap berlangsung.
Terdapat beberapa perbedaan dalam prosedur untuk melakukan sterilisasi pada autoklaf, oleh
karena itu memerlukan SOP tersendiri. Berikut ini merupakan langkah-langkah dalam
melakukan sterilisasi dengan uap air panas bertekanan/Autoclave (Elite-Fuji EAC 2600P):
2. Putar handle pintu berlawanan arah jarum jam untuk membuka pintu autoclave
3. Isi tanki air (aquadest atau reverse osmosis) untuk proses sterilisasi
4. Perhatikan level air (HIGH/LOW) pada selang dan pastikan posisi selang level air tegak
7. Jika air belum mencapai pada level chamber aliri kembali dengan menekan tombol MANU
8. Masukkan alat yang akan disterilisasi pada rak/tray yang tersedia (pastikan alat yang akan
9. Pilih suhu yang diinginkan dengan menekan tombol pilihan temperatur (124°C/134°C)
10. Set pengatur waktu untuk sterilisasi dan pengeringan (dry) dengan menekan tombol▲▼
11. Jika menggunakan suhu 124°C maka pewaktu standar minimum adalah 15 menit
90
12. Jika menggunakan suhu 134°C maka pewaktu standar minimum adalah 05 menit
13. Tutup pintu autoclave dengan memutar handle pintu searah jarum jam sampai terdengar
bunyi “TIK” serta ditandai indikator START menyala, maka proses dimulai
14. Proses sterilisasi dimulai dengan memanaskan air dalam chamber selama ± 8 menit, dengan
ditandai jarum pressure gauge meter naik hingga mencapai pada suhu yang sudah
ditentukan
15. Apabila jarum pressure gauge sudah mencapai pada titik suhu yang telah ditentukan maka
proses sterilisasi berlangsung dengan ditandai bekerjanya angka pewaktu mundur sampai
0 (nol)
16. Setelah proses sterilisasi selesai maka akan dilanjutkan ke proses pengeringan (dry) dengan
ditandai bekerjanya pewaktu pada Drying Time menghitung mundur sampai nilai 0 (NOL)
dan secara bersamaan jarum pressure gauge meter akan turun ke angka 0 (NOL)
18. Untuk model EAC 2600P ini termasuk sterilizer dengan tipe Continuous yang
memungkinkan mesin dapat digunakan langsung tanpa harus menunggu proses pendinginan.
1. Pastikan semua nilai dalam keadaan NOL (Pressure gauge meter dan timer)
2. Buka tutup unit dan berikan sedikit celah untuk proses extra dry
4. Tekan 2 kali tombol DRY, proses berlangsung dengan adanya uap yang keluar
91
Gambar 25. Ruang balai pengobatan gigi
Balai pengobatan gigi (BP Gigi) Puskesmas Mantrijeron juga melaksanakan program
kesehatan gigi dan mulut di luar gedung berupa kegiatan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah
(UKGS). Balai pengobatan gigi (BP Gigi) Puskesmas Mantrijeron telah membina 11 sekolah
dasar (SD) dan 19 TK yang berlokasi di dalam wilayah kerja Puskesmas Mantrijeron, yakni
diantaranya:
a) SD Minggiran
b) SD Suryodiningratan I
c) SD Suryodiningratan II
d) SD Suryodiningratan III
e) SD Gedongkiwo
f) SD Suryowijayan
g) SD Muhammadiyah Suryowijayan
h) SD Muhammadiyah Danunegaran
92
i) SD Muhammadiyah Jogokaryan
j) SD Kanisius Kumendaman
k) SD Kanisisus Pugeran
Kegiatan UKGS yang dilaksanakan oleh BP Gigi Puskesmas Mantrijeron adalah UKGS
Tahap III setiap setahun dua kali. BP Gigi juga melibatkan tenaga guru UKS (Usaha Kesehatan
Sekolah) masing-masing SD agar tujuan dari program ini berjalan optimal. Siswa yang
memerlukan perawatan lanjutan setelah pemeriksaan kesehatan gigi akan dicatat dalam rekam
medis sekolah dan buku UKS dan kemudian dapat dilakukan perawatan secara gratis di
Puskesmas. Setiap satu SD memiliki satu rekam medis yang berisikan nama dan lembar tindakan
sesuai dengan jumlah siswa SD tersebut. Sejauh ini, program UKGS sudah berjalan dengan baik
dan untuk tahun 2017 kegiatan UKGS dimulai dari Bulan Februari. Saat kami bertugas di BP
Gigi, kami mendapat kesempatan untuk mengikuti UKGS di TK Batik dan TK ABA
Ngadinegaran.
Kegiatan BP Gigi lainnya yaitu kegiatan UKGM berupa pemeriksaan gigi geligi anak dan
balita di Posyandu. Kegiatan tersebut berupa pemantauan dan pencatatan kondisi kesehatan gigi
dan mulut selama 6 bulan sekali. Catatan kesehatan anak dan balita tersebut kemudian diisi pada
KMGS (Kartu Menuju Gigi Sehat) yang kemudian diserahkan kader untuk disimpan. Puskesmas
kesehatan tiap wilayah dua kali dalam setahun. Selain itu juga diadakan penyuluhan tentang
kesehatan gigi dan mulut kepada masyarakat Mantrijeron. Saat kami bertugas di BP Gigi, kami
mendapat kesempatan untuk mengikuti Posyandu dan UKGM pada RW 07, RW 08, RW 01 dan
RW 05.
93
Gambar 26. Penyuluhan UKGS
antara lain:
a. Bahan pencabutan gigi yang terdiri dari CE, ampul lidokain, karpul lidokain, jarum karpul,
kasa steril, kapas steril, povidon iodine, spuit injeksi, alvogyl, xylestesin.
b. Bahan untuk scaling yaitu pasta gigi dan stain remover OCO.
c. Bahan restorasi dan perawatan saraf antara lain resin komposit (packable warna A2 dan A3
untuk retorasi universal), semen zink fosfat, semen karboksilat, semen ionomer kaca (Fuji VII
dan IX), etsa bonding (generasi V), fletcher, eugenol, pasta iodoform, iod gliserin, kalsium
94
9. Kaca mulut
10. Bengkok besar
11. Bengkok sedang dan kecil
12. Illuminating box
13. Burnisher
14. Cement stopper
15. Plugger
16. Kompresor
17. Tabung oksigen
18. Citoject
19. Autoclave
20. Sterilisator ozon
21. Rak instrument
22. Model gigi
23. Poster gigi
24. Baki aluminium
25. Tang cabut dewasa
26. Bein
27. Cryer
28. Mikromotor
29. Dental probe
30. Plastis intstrument
31. Agate spatula
32. Cement spatula
33. Amalgam stopper
34. Carver
35. Tang cabut anak
36. Hammer
37. Scalpel
38. Amalgam pistol
39. Chisel
40. Klem lurus
41. Scaller manual
42. Alat cetak
43. Gelas kumur pasien
44. Handuk
Semua jenis pelayanan dan tindakan yang diberikan kepada pasien dicatat dalam rekam
medis setiap harinya. Data hasil pencatatanakan diinput melalui Sistem Informasi puskesmas.
95
Tabel XI. Coding kasus di BP Gigi
Kode Keterangan
K00 Kelainan Bentuk Gigi dan Pertumbuhannya
K00.0 Anodontia
K00.1 Paranormal
K00.2 Mesiodens
K00.3 White spot
K00.4 Erupsi awal
K01 Embeded dan Impacted
K01.0 Embeded
K01.1 Impacted
K02 Karies Dentin
K02.0 Caries email
K02.1 Caries dentin
K02.2 Caries Cementum
K03 Penyakit Lain pada Jaringan Keras Gigi
K03.0 Atrisi
K03.1 Abrasi
K03.3 Granuloma
K03.6 Calculus/stain
K04 Penyakit Pulpa dan Jaringan Periapikal
K04.0 Pulpitis akut/kronis
K04.1 GP/Radix/Necrosis
K04.4 GP/Radix (Periodontitis akut karena penyakit pulpa)
K04.5 GP/Radix (Periodontitis kronis karena penyakit
K04.6 pulpa)
GP/Radix (Abses periapikal)
K05 Gingivitis dan Penyakit Periodontal
K05.0 Gingivitis akut
K05.1 Gingivitis kronis
K05.2 Luksasi Periodontitis akut, Pericoronitis
K05.3 Luksasi Periodontitis kronis
K05.4 Periodontitis
K05.5 Luksasi (gigi tetap)
K06 Kerusakan Lain pada Gingiva
K06.0 Resesi gingival
K07 Kelainan/Anomali Dentofasial (Maloklusi)
K07.2 Crossbite, Open bite, Deep bite
K08 Penyakit akibat trauma
K08.1 Fraktur trauma
K08.9 Konsultasi
K09.8 Cysta
K10.3 Dry Socket
K10.8 Exostoses
96
K11 Penyakit kelenjar ludah
K11.6 Mucocel
K12.0 Stomatitis
K12.1 Stomatitis karena trauma
Z01.2 Periksa gigi sehat
Z19.6 Halitosis
9. Kunjungan Pasien
Data pelayanan BP Gigi di Puskesmas Mantrijeron dapat dilihat pada sistem pencatatan
informasi puskesmas. Kunjungan pasien relatif meningkat dari waktu ke waktu. Rata-rata
peningkatan kunjungan pasien dapat dijadikan salah satu indikator meningkatnya pelayanan
kesehatan.
Berdasarkan Tabel XII, menunjukkan data kunjungan pasien rawat jalan BP Gigi
Puskesmas Mantrijeron Januari-Desember 2013 dengan total jumlah pasien 6.268. Kunjungan
pasien BP Gigi oleh peserta baru lebih dominan daripada pasien lama. Kunjungan pasien dalam
dan luar kota paling banyak pada bulan September dan Oktober 2016.
97
l. Puskesmas Pengembangan
Kegiatan UKM pengembangan oleh puskesmas Mantrijeron dikoordinasi oleh dr. Sri
Haryanti. Kegiatan UKM pengembangan yang dilakukan petugas puskesmas Mantrijeron secara
Pos UKK adalah bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang
memberikan Pelayanan Kesehatan Dasar (Primary Health Care) bagi masyarakat pekerja
terutama pekerja informal. Pos UKK ini dibentuk untuk meningkatkan kesehatan pekerja
sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja. Kegiatan UKK puskesmas Mantrijeron telah
berjalan sejak tahun 2014 yang dikoordinir oleh Retno Katrisnani. Program yang dilaksanakan
berupa pembinaan terhadap pemilik industri rumahan seperti pengusaha tahu dan pengrajin kulit
mengenai lingkungan kerja yang baik, pemeliharaan kesehatan buruh, dan pengecekan alat serta
edukasi tentang alat yang ergonomis serta tidak membahayakan buruh selama bekerja.
Layanan komprehensif adalah upaya yang meliputi promotif, preventif, kurratif dan
rehabilitatif yang mencakup semua bentuk layanan HIV dan IMS. Layanan yang
berkesinambungan adalah pemberian layanan HIV dan IMS secara paripurna, yaitu sejak dari
rumah atau komunitas, ke fasilitas layanan kesehatan hingga kembali ke rumah atau komunitas;
juga selama perjalanan infeksi HIV (sejak belum terinfeksi sampai stadium terminal)
(Kemenkes RI, 2012). Layanan yang telah berjalan sejak tahun 2012 ini ditujukan kepada
masyarakat yang sehat maupun mengidap HIV dan Infeksi Menular Seksual (IMS).
Program yang dijalankan adalah program promotif dan preventif berupa penyuluhan dan
sosialisasi mengenai HIV, kesehatan reproduksi, IMS, dan materi terkait baik di puskesmas, di
98
kelurahan, maupun di sekolah-sekolah. Puskesmas juga membentuk kader untuk kasus HIV
yakni Warga Peduli AIDS (WPA) yang sudah dilatih namun saat ini baru berperan sebatas
Program kuratif berupa VCT (Voluntary Conseling and Testing), tes HIV dapat dilakukan di
laboratorium Puskesmas Mantrijeron, serta konseling pasien HIV atau IMS dilakukan oleh dr.
Henny Maryanti dan Ni Made Suseni, Amd. Keb. sebagai konselor yang telah terlatih. VCT
dapat dilakukan didalam gedung puskesmas maupun diluar (VCT mobile). Voluntary Conseling
and Testing mobile dilakukan kerjasama dengan beberapa LSM seperti LSM Vesta Yogyakarta,
LSM Kebaya, LSM Victory, dll. Puskesmas Mantrijeron juga melayani rehabilitasi bagi pasien
HIV, namun jika ada komplikasi pasien akan dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
lanjut. Kendala yang terjadi selama pelaksanaan adalah kurangnya ruang yang tersedia untuk
memberikan layanan konseling. Hal ini berkaitan langsung dengan privasi pasien dan waktu
konseling yang lama sehingga dibutuhkan ruang khusus yang selalu siap untuk digunakan.
Jumlah remaja di Indonesia yang kian meningkat namun juga diiringi dengan semakin
banyaknya perilaku yang beresiko untuk kesehatannya, maka hal ini mendorong pemerintah
untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut dengan pendekatan Pelayanan Kesehatan Peduli
Remaja (PKPR) (Depkes RI, 2008). Program PKPR telah dijalankan puskesmas Mantrijeron
sejak tahun 2012 dengan sasaran dari program ini adalah remaja berusia 10-24 tahun. Program
yang dilakukan diantaranya adalah survey dan penyuluhan mengenai materi yang berkaitan
dengan remaja seperti tentang HIV, NAPZA, kesehatan reproduksi serta kejiwaan di sekolah
maupun di universitas, pembinaan kader di kelurahan, karang taruna, dan remaja masjid.
Puskesmas Mantrijeron juga melayani konseling bagi remaja di unit Psikologi, namun tingkat
99
kunjungan masih rendah karena tingkat kesibukan remaja dan stigma bahwa Puskesmas
Pengobatan tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan dengan cara, obat dan
pendidikan/pelatihan, dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat.
Battra dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu Battra Keterampilan (pijat urut, sunat, dukun bayi, dsb.)
Battra ramuan (Jamu, Gurah, Shinshe, dsb.), Battra pendekatan agama dan Battra supranatural
(tenaga dalam, kebatinan, paranormal, dsb.). Kegiatan BATTRA dan TOGA di Puskesmas
sebagai instansi pemerintah turut melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pelatihan untuk
pada Pengobat Tradisional (Pobatra). Pelatihan tersebut diselenggarakan sesuai dengan jenis
layanan Pobatra dan kegiatan tersebut diampu oleh dr. Dwiyatmi Prihartini, M.Kes. Pembinaan
dilaksanakan setahun sebanyak dua kali dan mengundang semua Pobatra di wilayah Kecamatan
Mantrijeron. Selain itu, Puskesmas juga memfasilitasi Pobatra dalam hal perizinan untuk
memperolah STPT (Surat Terdaftar Pengobat Tradisional) berupa surat pengantar Puskesmas.
100
Puskesmas Mantrijeron juga melakukan penanaman di Kebun Toga pada halaman
samping gedung yang berisi berbagai tanaman yang tergolong dalam Tanaman Obat Keluarga
TOGA di lingkungan sekitar rumah. Kendala yang muncul selama pelaksanaan yakni tingkat
partisipasi Pobatra dalam program pembinaan yang masih kurang maksimal akibat sulitnya
menyesuaikan waktu untuk acara tersebut. Selain itu, hanya sekitar 8 tempat Pobatra dalam skala
besar yang telah memiliki izin, sedangkan untuk skala kecil masih belum tertib dalam mengurus
izin.
5. Lansia
Kegiatan ini dikoordinir oleh Tri Ratih Siniwi, Amd.Keb yang bertugas untuk melaksanakan
pembinaan, monitoring dan evaluasi setiap kegiatan di Posyandu Lansia. Berbagai macam
kegiatan dalam Posyandu Lansia diantaranya adalah penyuluhan, pemeriksaan kesehatan lansia
dan program inovasi oleh kader setiap Posyandu. Program penyuluhan lansia dilaksanakan di
Rumah Sehat Lansia sebanyak 2 kali dalam setahun (bulan Maret dan September) dengan kuota
40 orang setiap kelurahan, selain itu setiap hari Rabu dan Sabtu juga dapat melayani konsultasi
di tempat tersebut. Pemeriksaan kesehatan lansia dilaksanakan dengan mengisi KMS khusus
lansia serta dipantau kesehatannya apabila ada keluhan akan diarahkan untuk melakukan
perawatan ke Poli Lansia. Program inovasi yang dilaksanakan oleh kader diantaranya adalah
senam lansia dan piknik bersama. Pemberian makanan tambahan (PMT) juga diberikan kepada
lansia yang diadakan 3 bulan sekali. Kendala yang dihadapi adalah tingkat partisipasi lansia
101
yang masih kurang di setiap kegiatan, khususnya lansia laki – laki yang lebih sedikit daripada
perempuan. Namun secara umum tingkat keikutsertaan lansia sudah mencapai lebih dari 50%.
POSBINDU merupakan kegiatan monitoring dan deteksi dini faktor resiko PTM (Penyakit
Tidak Menular) terintegrasi, misalnya penyakit jantung dan pembuluh darah, diabetes, penyakit
paru obstruktif akut dan kanker serta gangguan akibat kecelakaan dan tindakan kekerasan dalam
rumah tangga yang dikelola oleh masyarakat melalui pembinaan terpadu (Direktorat PPTM
Ditjen P2PL Kemenkes RI, 2013). Posbindu PTM merupakan salah satu bentuk Upaya
Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) dalam upaya pengendalian faktor risiko PTM
dibawah pembinaan Puskesmas dan untuk wilayah Mantrijeron dikoordinir oleh Retno
Katrisnani.
Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan peran serta masyarakat
dalam pencegahan dan deteksi dini faktor risiko PTM. Sasaran dari program ini adalah pasien
sehat yang berusia 15 tahun ke atas, khususnya yang belum pernah melakukan pemeriksaan
penyuluhan dan konseling PTM serta rujukan apabila terdapat indikasi klinis. Program tersebut
102
Hasil pemeriksaan tersebut kemudian direkapitulasi secara keseluruhan sebagai laporan
faktor resiko yang kemudian akan disampaikan dalam forum kader. Forum tersebut akan
membahas tentang sosialisasi, evaluasi sekaligus penjaringan yang bersifat koordinasi untuk
penugasan kader serta koordinasi dengan RW setempat. Kendala yang muncul dalam
pelaksanaan program ini adalah kesadaran masyarakat yang masih rendah, kader kesehatan yang
kurang dan kesibukan warga. Hal tersebut berpengaruh pada kurangnya pengetahuan tentang
promotif dan preventif yang ditujukan untuk menurunkan dan menghilangkan angka kesakitan,
kecacatan, dan kematian, membatasi penularan, serta penyebaran penyakit agar tidak meluas
(Permenkes No. 82 tahun 2014). Data tahun 2015 menunjukkan bahwa penyakit seperti
Tuberkulosis (TBC), HIV/AIDS, Infeksi Menular Seksual (IMS), Diare, Demam Berdarah
Dengue (DBD), Leptospirosis, Pneumoni, Varicella Zoster, Malaria, dan Tipus merupakan 10
macam penyakit menular terbanyak yang ditemui di kecamatan Mantrijeron. Secara umum,
1. Sosialisasi PHBS
Beberapa indikator yang digunakan untuk menilai satu keluarga termasuk kategori
PHBS:
103
c. Jamban memenuhi syarat (ya/tidak)
d. PSN (ya/tidak)
3. Penyuluhan kesehatan
Tuberculosis (TBC)
Puskesmas Mantrijeron memiliki klinik TBC sejak tahun 1995 dengan prevalensi
Tuberkulosis di Wilayah Puskesmas Mantrijeron pada tahun 2015 sebesar 34,26 per 1.000
penduduk. Puskesmas Mantrijeron juga menjadi Pusat Rujukan Mikroskopis untuk pemeriksaan
sampel TBC dari empat puskesmas satelit, yaitu: Puskesmas Wirobrajan, Kraton, Mergangsan,
dan Gondomanan. Puskesmas satelit akan mengirimkan preparat dari dahak pasien yang suspek
TB paru ke PRM untuk dilakukan pengecatan dan pemeriksaan adanya bakteri Mycobacterum
tuberculosis. Puskesmas satelit antara lain puskesmas Gondomanan (kode: 08), puskesmas
Mergangsan (kode: 09), puskesmas Keraton (kode: 07), puskesmas Wirobrajan (kode: 05).
Puskesmas satelit akan mengirimkan preparat apusan dahak dari pasien dengan suspek TB paru
disertai dengan form TB 05, yaitu form untuk mengirim rujukan ke PRM. Form TB 06
digunakan untuk mencatat daftar pasien yang menjadi suspek penderita tuberculosis. Sedangkan
Kode UPK
Waktu pengambilan
104
A slide dahak sewaktu pertama
Pasien yang positif terkena TBC dirujuk ke klinik TBC di Puskesmas Mantrijeron yang
selanjutnya dilakukan pengobatan selama kurang lebih 6 bulan dan diberikan dalam 2 tahap.
Tahap yang pertama adalah tahap intensif dimana penderita mendapat obat setiap hari dan
diawasi langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat, sedangkan tahap kedua adalah tahap
lanjutan dimana penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang
lebih lama.
Puskesmas Mantrijeron memberikan ruangan khusus untuk konsultasi bagi penderita TB-
MDR (Multi Drug Resistance) yang diberi nama Pojok DOTS. Klinik tersebut terletak di luar
bangunan gedung utama Puskesmas, hal ini untuk menyiasati agar tidak terjadi penyebaran
penyakit melalui pasien saat di Puskesmas (infeksi nosokomial). Konsep layanan tersebut telah
mengacu strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short Course) anjuran WHO yang telah
terbukti efektif untuk menekan jumlah penderita TB (Kemenkes RI, 2011). Klinik TBC di
Puskesmas Mantrijeron memiliki seorang petugas konseling yang bekerjasama dengan dokter-
dokter dari BP umum untuk melayani konsultasi dan pengobatan TBC. Puskesmas Mantrijeron
juga melakukan pengecekan ke rumah penderita TBC, apakah ada anggota keluarga yang juga
mengalami kondisi serupa serta kebersihan lingkungan rumah untuk menyelidiki penularannya.
HIV/AIDS
pelayanan konsultasi untuk memotivasi penderita HIV, sosialisasi penyakit menular seksual
(PMS) dan konseling medis. Program VCT (Voluntary Counseling and Testing) atau Konseling
105
dan tes sukarela (KTS) atau VCCT (Voluntary and Confidential Counseling and Testing) yaitu
kegiatan konseling yang bersifat sukarela dan rahasia, yang dilakukan sebelum dan sesudah tes
darah untuk HIV. Petugas yang memberikan konseling disebut konselor, sedangkan mereka yang
datang berkunjung dan mendapatkan pelayanan VCT disebut dengan klien. VCT di Puskesmas
Mantrijeron diampu oleh tiga konselor yang sudah terlatih terdiri dari dokter, perawat dan bidan.
Statis VCT bersifat terintegrasi dalam suatu sarana kesehatan dengan sarana kesehatan
lainnya, bertempat dan menjadi bagian dari layanan di puskesmas Mantrijeron. Puskesmas
pencegahan, perawatan, dan dukungan terkait dengan HIV/AIDS. Dalam pelayanan VCT,
masuk ke ruangan
10. Konselor mempersilahkan klien duduk dengan nyaman di kursi yang telah
11. Konselor menanyakan latar belakang dan alasannya berkunjung ke pelayanan VCT
dan mitos HIV/AIDS termasuk tentang IMS dan menawarkan pemeriksaan IMS
secara rutin, khususnya bagi pengguna narkoba suntik (penasun)/Injecting Drug User
(IDU)
106
13. Konselor membantu klien untuk menilai risiko diri klien, mediskusikan prosedur test
HIV/AIDS, waktu untuk mendapatkan hasil dan arti dari hasil tes
14. Konselor mendiskusikan kemungkinan tindak lanjut setelah ada hasil tes, serta
menjelaskan implikasi terinfeksi atau tidak terinfeksi HIV dan memfasilitasi diskusi
VCT Mobile yaitu penjaringan pasien HIV ke lokasi-lokasi tertentu. Melalui penjaringan
tersebut, seluruh masyarakat yang ikut akan dilakukan pemeriksaan kesehatan dan
laboratorium. Apabila terdapat masyarakat yang positif maka akan diberikan pelayanan
lebih lanjut dari puskesmas. Pelayanan ini adalah model layanan yang dilakukan oleh
mengunjungi sasaran kelompok masyarakat atau populasi kunci yang memiliki perilaku
berisiko atau berisiko tertular HIV/AIDS, misalnya area terminal dan prostitusi (Pasar
Kembang). Layanan ini diawali dengan survei atau penelitian atas kelompok masyarakat di
wilayah Mantrijeron dan survei tentang layanan kesehatan dan layanan dukungan lainnya.
Kegiatan ini dilaksanakan sebanyak tiga kali dalam setahun oleh petugas konselor dari
Puskesmas Mantrijeron.
Penyakit seperti gonorrhea, herpes genitalis, kutil kelamin, sifilis dan HIV/AIDS
merupakan beberapa jenis penyakit infeksi yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual.
Pada tahun 2015, Puskesmas Mantrijeron telah melakukan pemeriksaan IMS dengan hasil
menunjukkan jumlah kunjungan pasien IMS 175; IMS di tes Sifilis 10; IMS ditemukan 133;
Pasien IMS diobati 147; Pasien dirujuk ke VCT 47 orang; Pasien rujukan dari LSM 8 orang.
107
Prosedur penanganan IMS di Puskesmas Mantrijeron antara lain melalui anamnesis
keluhan pasien yang berkaitan dengan IMS, pemeriksaan fisik dan laboratorium, pemberian
obat-obatan, evaluasi/kontrol, dan konseling dengan Voluntary Counseling Test (VCT). Bagi
penderita yang telah mendapatkan diagnosis IMS maka akan langsung diberikan terapi
peengobatan. Upaya promotif yang dilakukan oleh Puskesmas Mantrijeron yaitu melakukan
sosialisasi tentang penyakit menular seksual (PMS) ke usia remaja melalui sekolah-sekolah atau
organisasi karangtaruna.
Penyakit DBD merupakan penyakit endemis yang selalu terjadi di wilayah Kecamatan
Mantrijeron. Pada tahun 2015, ditemukan sebanyak 74 kasus DBD dengan satu pasien meninggal
dunia di Kelurahan Mantrijeron. Oleh karena itu, kasus DBD di wilayah mantrijeron telah
menjadi prioritas masalah. Kasus DBD dapat diketahui melalui penyelidikan epidemiologi yang
melibatkan surveilans dan programmer DBD untuk mendapatkan informasi penyakit DBD di
lapangan. Apabila terdapat laporan dari warga yang menunjukkan adanya kasus yang cukup
banyak maka puskesmas melakukan survey ke lokasi untuk mengetahui dan melakukan
pencatatan kondisi lingkungan rumah penderita yang terjangkit DBD dan di sekitarnya.
1. Sosialisasi kepada masyarakat tentang penyakit demam berdarah melalui penyuluhan dan
108
3. Program sambang kampung merupakan program yang melibatkan lintas sektoral
jentik-jentik nyamuk yang ada di rumah warga sendiri-sendiri. Program ini berjalan
dengan sistem community deal masing – masing kelurahan dengan setiap rumah terdapat
1 penanggung jawab.
5. Fogging (opsional)
n. Puskesmas Pembantu
Puskesmas pembantu (Pustu) adalah unit pelayanan kesehatan yang sederhana berfungsi
untuk menunjang dan membantu memperluas jangkauan puskesmas Induk dengan melaksanakan
kegiatan yang dilakukan Puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang leebih kecil serta jenis
dan kompetensi pelayanan yang disesuaikan dengan kemampuan tenaga dan sarana yang
tersedia. Puskesmas Pembantu Mantrijeron saat ini dikoordinir oleh dr. Kus Suminarsih.
Mantrijeron. Pelayanan kesehatan di Pustu dilakukan pada hari Senin-Sabtu untuk pemeriksaan
umum, gigi dan laboratorium oleh 4 orang petugas yang terdiri dari 1 orang dokter, 1 orang
perawat, 1 orang tenaga farmasi serta 1 orang karyawan yang bertanggung jawab di bagian
pendaftaran, rekam medis dan kasir. Untuk hari Jum’at dan Sabtu, tenaga kerja di Pustu
berjumlah 6 orang, dengan tambahan 1 orang bidan untuk pelayanan KIA-KB, pemeriksaan ibu
hamil serta 1 petugas untuk konsultasi gizi. Jadwal pelayanan di Pustu dapat dilihat pada Tabel
XIII.
109
Tabel XIII. Jadwal Pelayanan di Puskesmas Pembantu Mantrijeron
Jam Pelayanan
No. Hari Jenis Pelayanan
Pendaftaran Pemeriksaan
1. Senin – Kamis 07.30 – 12.00 07.30 – Pasien Habis Pemeriksaan
Umum, Gigi,
Laboratorium
2. Jumat 07.30 – 10.00 07.30 – Pasien Habis Tambahan:
3. Sabtu 07.30 – 11.00 07.30 – Pasien Habis pelayanan KIA-
KB, pemeriksaan
ibu hamil,
Konsultasi Gizi
Catatan: Jadwal tersebut berlaku sejak Februari 2017
Bangunan Puskesmas Pembantu Dukuh terdiri dari 2 lantai, lantai satu meliputi
pendaftaran, ruang tunggu, BP Umum, farmasi, BP Gigi, laboratorium, kamar mandi/WC, KIA-
KB, Gizi dan gudang. Lantai dua meliputi mushola, dapur, ruang rapat, kamar mandi/WC serta
ruang server. Tarif pelayanan dan obat yang diberikan di Pustu sama dengan yang berlaku di
Puskesmas Induk.
Alur pasien di Puskesmas Pembantu Dukuh hampir sama seperti di Puskesmas Induk,
pasien diterima dibagian pendaftaran lalu pasien yang memiliki jaminan kesehatan (misalnya
Jamkesmas, Jamkesda, Jamkesos, BPJS) menulis di lembar khusus supaya bisa mendapat klaim.
Rekam medis pasien untuk di Pustu Dukuh menggunakan sistem family folder (1 keluarga, 1
map) dengan kode akhiran 00 untuk ayah, 01 untuk ibu dan 02 untuk anak pertama dan
seterusnya yang dicatat secara manual. Jumlah pasien yang datang per hari sekitar 10-30 orang.
Setiap pencatatan yang dilakukan di Pustu (baik BP umum, obat, pendaftaran, dan lain-lain)
direkap per bulan dan dibawa ke Puskesmas Induk. Pencatatan kunjungan dan tindakan pasien
dilakukan melalui komputer yang terintegrasi dengan sistem informasi Puskesmas (SIMPUS)
dan tergabung dengan Puskesmas Induk. Pada kasus tertentu yang membutuhkan rujukan, maka
pasien akan dirujuk ke Puskesmas Induk maupun fasilitas kesehatan lainnya sesuai dengan
110
kepentingan medis pasien. Ketersediaan obat-obatan di unit farmasi tidak selengkap dan
sebanyak di unit farmasi Puskesmas Induk, hanya beberapa obat yang paling sering diresepkan
Mulai bulan Februari 2017, pelayanan Puskesmas Pembantu difungsikan kembali untuk
turut melayani Pelayanan Gigi, pelayanan KIA-KB, pemeriksaan ibu hamil serta Konsultasi Gizi.
Keterbatasan jumlah tenaga kerja merupakan kendala yang terjadi pada puskesmas pembantu ini,
sehingga beberapa petugas merangkap beberapa tugas sekaligus. Poli BP Gigi juga memiliki
keterbatasan alat serta kursi gigi yang hanya berjumlah 1 buah, sehingga pelayanan pada pasien
menjadi terbatas. Selain itu, peningkatan pelayanan gigi tersebut tidak disertai dengan
penambahan tenaga kerja, sehingga tidak ada yang menetap di Puskesmas Pembantu tetapi
ketika ada pasien yang ingin dirawat maka perawat gigi akan datang menyusul dan perawatan
111
BAB III
A. Kesimpulan
1. Pelayanan di Puskesmas Mantrijeron sudah baik. Hal ini dibuktikan dengan diperolehnya
sertifikat ISO 9008:2008 dan Akreditasi Paripurna serta nilai Indeks Kepuasan Masyarakat
BP gigi, KIA-KB, konsultasi gizi, kesehatan lingkungan dan promosi kesehatan, klinik
psikologi, klinik berhenti merokok, klinik TBC, klinik VCT, program puskesmas
pengembangan, dengan sarana penunjang berupa laboratorium dan farmasi serta Puskesmas
Pembantu.
B. Saran
1. Pelayanan di Puskesmas Mantrijeron secara keseluruhan sudah sangat baik, tetapi perlu
adanya penambahan tenaga kerja mengingat tingginya kunjungan pasien supaya pelayanan
menjadi lebih optimal, khussusnya bagian Rekam Medis, Gizi, Kesehatan Lingkungan.
2. Perlu dipertahankan ketertiban, disiplin tinggi, dan etos kerja yang baik sehingga saling
3. Perlu adanya penambahan ruang khususnya untuk Ruang Konseling bagi pasien yang
112
4. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan dengan memantau seluruh kegiatan di unit-unit
dasar perbaikan
6. Waktu tunggu Poli BPG, Gizi dan Laboratorium masih cukup lama sehingga perlu
7. Perlunya monitoring dan evaluasi kader yang perlu ditingkatkan agar kader dapat berperan
113
DAFTAR PUSTAKA
114