Anda di halaman 1dari 114

BAB I

PENDAHULUAN

Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang

memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan

jugamerupakan hak asasi manassia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan

sessuai dengan cita – cita bangsa Indonesia. Masalah kesehatan masyarakat khususnya negara

berkembang termasuk Indonesia sangat beragam dan harus segera diatasi dengan kerjasama yang

kuat antara pemerintah dan masyarakat. Peranan petugas kesehatan sebagai promotor melalui

promosi kesehatan agar upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dapat lebih cepat

tercapai.

Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kessehatan dasar terutama di daerah terpencil

merupakan salahsatu sasaran pokok RPJM 2015-2019. Selain itu, paradigma sehat yang menjadi

pilar utama program Indonesia Sehat dengan menggunakan strategi pengarusutamaan keesehatan

dalam pembangunan, penguatan promotif dan preventif dan pemberdayaan masyarakat. Hal ini

menunjukkan betapa pentingnya peran Puskesmas sebagai ujung tombak untuk mendorong

terwujudnya kesehatan di masyarakat.

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat

pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes RI Nomor 75

Tahun 2014).

1
Visi Puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia

Sehat. Indikator utama yakni:

1. Lingkungan sehat.

2. Perilaku sehat.

3. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu.

4. Derajat kesehatan penduduk kecamatan.

Misi Puskesmas, yaitu:

1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.

2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya.

3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan

yang diselenggarakan.

4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat berserta

lingkungannya.

Puskesmas diharapkan dapat bertindak sebagai motivator, fasilitator dan turut serta

memantau terselenggaranya proses pembangunan di wilayah kerjanya agar berdampak positif

terhadap kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Hasil yang diharapkan dalam menjalankan

fungsi ini antara lain adalah terselenggaranya pembangunan di luar bidang kesehatan yang

mendukung terciptanya lingkungan dan perilaku sehat. Upaya pelayanan yang diselenggarakan

meliputi :

1. Pelayanan kesehatan masyarakat yang lebih mengutamakan pelayanan promotif dan

preventif, dengan kelompok masyarakat serta sebagian besar diselenggarakan bersama

masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas.

2
2. Pelayanan medik dasar yang lebih mengutamakan pelayanan,kuratif dan rehabilitatif

dengan pendekatan individu dan keluarga pada umumnya melalui upaya rawat jalan dan

rujukan

Fungsi dari Puskesmas adalah:

1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan

2. Pusat pemberdayaan masyarakat

3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama dengan tanggungjawab meliputi pelayanan

kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat.

Sesuai dengan keadaan geografi, luas wilayah, sarana perhubungan, dan kepadatan

penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas. Agar jangkauan pelayanan Puskesmas lebih merata

dan meluas, Puskesmas perlu ditunjang dengan Puskesmas pembantu, penempatan bidan di desa

yang belum terjangkau oleh pelayanan yang ada, dan Puskesmas keliling. Disamping itu

pergerakkan peran serta masyarakat untuk mengelola posyandu. Masing-masing Puskesmas

secara operasional bertanggungjawab langsung kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

(Kepmenkes RI Nomor 128/Menkes/SK/II/2004).

Puskesmas Mantrijeron merupakan salah satu Puskesmas yang terletak di wilayah Kota

Yogyakarta. Dibentuknya Puskesmas Mantrijeron merupakan suatu upaya Pemerintah Kota

Yogyakarta untuk meningkatkan perhatian terhadap kesehatan warganya.

Praktikum lapangan di Puskesmas Mantrijeron bertujuan untuk memperoleh pengetahuan

dan pengalaman tentang kePuskesmasan, mengetahui dan memahami fungsi, peran, tugas pokok,

jenis pelayanan, sistem pencatatan dan pelaporan, serta manajemen struktural dan fungsional

Puskesmas. Melalui kegiatan lapangan ini diharapkan mahasiswa mengetahui gambaran dan

kondisi nyata di lapangan sehingga dapat melatih dan mempersiapkan diri dengan maksimal

3
untuk dapat menjadi dokter gigi yang bermutu dan dapat meningkatkan kualitas kesehatan gigi di

Indonesia.

Praktikum lapangan ini beranggotakan tiga mahasiswa koas FKG UGM di bagian IKGM

kelompok 83 yang ditempatkan di Puskesmas Mantrijeron Kota Yogyakarta. Praktikum lapangan

dilaksanakan selama 12 hari kerja untuk praktikum kepuskesmasan secara umum dan 5 hari kerja

untuk praktikum di BP Gigi. Ruang lingkup pembelajaran praktikum kepuskesmasan di

Puskesmas Mantrijeron meliputi BP Umum, BP Lansia, BP Anak, KIA-KB dan imunisasi, BP

Gigi, laboratorium, pelayanan konsultasi gizi, farmasi, psikologi, rekam medis, pendaftaran,

serta tata usaha. Kegiatan luar yang dilaksanakan meliputi Posyandu, Pustu dan Pemberantasan

sarang nyamuk.

Kegiatan praktikum lapangan di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas ditekankan pada

pemahaman tugas-tugas dokter gigi di Puskesmas selain sebagai penanggung jawab Balai

Pengobatan Gigi di Puskesmas. Praktikum ini juga diharapkan dapat memberi kesempatan untuk

berlatih mengumpulkan data, mengidentifikasi permasalahan dan memecahkan masalah

kesehatan gigi yang ada di masyarakat dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi

kedokteran gigi.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Puskesmas Mantrijeron

1. Letak Geografis

Puskesmas Mantrijeron merupakan puskesmas dengan cakupan wilayah kerja satu

kecamatan Mantrijeron. Luas wilayah kecamatan Mantrijeron adalah 2,61 km², terbagi dalam 3

(tiga) kelurahan, yaitu:

a. Kelurahan Gedongkiwo dengan luas 0,90 km², terdiri atas 18 RW dan 86 RT

b. Kelurahan Suryodiningratan dengan luas 0,85 km², terdiri atas 17 RW dan 69 RT

c. Kelurahan Mantrijeron dengan luas 0,86 km² terdiri atas 20 RW dan 76 RT

Gambar 1. Puskesmas Mantrijeron tampak luar


Batas-batas wilayah Mantrijeron adalah :

a. Sebelah utara : Kecamatan Kraton

b. Sebelah timur : Kecamatan Mergangsan

c. Sebelah selatan : Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul

d. Sebelah barat : Kecamatan Wirobrajan

5
Gambar 2. Peta Wilayah Puskesmas Mantrijeron Tahun 2015
2. Demografis

a. Penduduk menurut wilayah kelurahan

Berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Yogyakarta, jumlah

penduduk di wilayah kecamatan Mantrijeron pada tahun 2015 sebanyak 35.031jiwa, dengan

kepadatan penduduk tahun 2015 sebesar 13.422 jiwa/km². Kelurahan Gedongkiwo merupakan

kelurahan yang wilayahnya terluas dengan penduduk terpadat yaitu 15.398 jiwa/km², sedangkan

kelurahan Mantrijeron merupakan kelurahan dengan jumlah penduduk paling sedikit. Data

jumlah dan kepadatan menurut wilayah kelurahan pada tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel I. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kelurahan di Wilayah Kecamatan


Mantrijeron tahun 2015
Kepadatan
Jumlah Penduduk Luas wilayah
No Kelurahan Penduduk
(Jiwa) (km²)
(jiwa/km²)
1 Gedongkiwo 13.858 0,90 15.397,78
2 Suryodinigratan 10.913 0,85 12.838,82
3 Mantrijeron 10.260 0,86 11.930,23
Kecamatan
35.031 2.61 13.421,84
Mantrijeron
Sumber: Dindukcapil kota Yk

6
b. Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Jumlah penduduk menurut kelompok umur terbanyak pada kelompok usia produktif (15-44

tahun) dengan jumlah laki-laki 7.930 jiwa dan perempuan 7.978 jiwa.

c. Penduduk menurut Tingkat Pendidikan

Berdasarkan jenjang pendidikan, penduduk kecamatan Mantrijeron terbanyak adalah tamat

SMA/Sederajat (29,62%), terbanyak kedua adalah tidak memiliki ijazah SD (25,74%);

sedangkan paling sedikit adalah tamat Diploma I/III (0,53%). Gambaran jumlah penduduk

menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel II berikut ini:

Tabel II. Jumlah Penduduk Kecamatan Mantrijeron menurut Tingkat Pendidikan


di Kecamatan Mantrijeron Tahun 2015
No Tingkat Pendidikan Jumlah
1 Tidak memiliki ijazah SD 9.016
2 Tamat SD/Sederajat 3.579
3 SLTP/Sederajat 4.473
4 SLTA/Sederajat 10.734
5 Diploma I/II 184
6 Akademi/Diploma III/S. Muda 1.728
7 Strata I/II/III (Universitas) 5.675
Jumlah 35.030
Sumber: Dindukcapil kota Yk

d. Kelahiran dan Kematian

Selama tahun 2015 di kecamatan Mantrijeron terjadi kelahiran sebanyak 366 kelahiran,

jumlah kelahiran menurut wilayah kelurahan dapat dilihat pada tabel III.

7
Tabel III. Jumlah Kelahiran menurut Wilayah Kelurahan
di Kecamatan Mantrijeron Tahun 2015
Jumlah Kelahiran
Jumlah Kelahiran Jumlah Kelahiran
N Laki-laki dan
Kelurahan Laki-laki Perempuan
o Perempuan

Hidup Mati Jumlah Hidup Mati Jumlah Hidup Mati Jumlah


1 Gedongkiwo 71 - 71 60 - 60 131 - 131
2 Suryodiningratan 63 - 63 68 - 68 131 - 131
3 Mantrijeron 50 - 50 54 - 54 104 - 104
Kecamatan
184 - 184 172 - 172 366 - 366
Mantrijeron
Sumber: Dindukcapil Kota Yk

3. Sarana Kesehatan di Kecamatan Mantrijeron

Sarana kesehatan yang ada di Kecamatan Mantrijeron terdiri dari beberapa macam, yaitu

Puskesmas Mantrijeron, Puskesmas Pembantu, Rumah Sakit Khusus (BP4), Balai Laboratorium

Kesehatan (BLK), Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru, Klinik Gading, Klinik THT, Klinik

Khitan, Rumah Bersalin, Balai Pengobatan/Klinik 24 jam, Praktek dokter pribadi, Praktek Bidan,

Apotek, dan Toko Obat. Sarana kesehatan juga diadakan oleh swadaya masyarakat, yaitu berupa

Posyandu dan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang terwadahi dalam

Kelurahan Siaga (Kesi).

Tabel IV. Data Jumlah Posyandu di Kecamatan Mantrijeron Tahun 2015


Jumlah
Kelurahan
RW POSYANDU
Gedongkiwo 18 18
Suryodiningratan 17 18
Mantrijeron 20 20
Total 55 56

Jumlah posyandu di wilayah Kecamatan Mantrijeron sebanyak 56 posyandu, tersebar di 55

RW yang ada pada masing-masing RW terdapat satu posyandu, kecuali RW 15 Kelurahan

8
Suryodiningratan yang memiliki dua posyandu. Untuk kelompok lansia, di semua RW telah

terbentuk kelompok lansia dengan kegiatan rutin setiap bulan sehingga jumlah kelompok lansia

ada 55 kelompok. Puskesmas Mantrijeron juga melatih beberapa kader yang membantu dalam

setiap kegiatan masyarakat sekitar.

Jenis obat yang tersedia di Puskesmas Mantrijeron pada tahun 2015 sebanyak 183 jenis,

dengan tingkat kecukupan bervariasi dari 46% sampai dengan 909%. Untuk Pelayanan di

Puskesmas, obat disediakan oleh Dinas Kesehatan melalui UPT Farmasi dan Alat Kesehatan

Kota Yogyakarta.

B. PUSKESMAS MANTRIJERON

1. Profil Puskesmas Mantrijeron

a. Profil Puskesmas
Alamat: Jl. D.I. Panjaitan No.82, Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Produk:

Berupa jasa pelayanan rawat jalan kesehatan dasar dalam bentuk promotif (penyuluhan dan

konsultasi), preventif (imunisasi, vaksinasi, higiene dan sanitasi lingkungan), kuratif

(pemeriksaan, terapi medis, terapi non medis dan tindakan medis), dan penunjang

(laboratorium).

b. Visi Puskesmas Mantrijeron

Menjadi Puskesmas yang mampu memberikan pelayanan kesehatan dasar bermutu, merata,

dan terjangkau.

c. Misi Puskesmas Mantrijeron

1. Memberikan pelayanan yang mengutamakan kepentingan pelanggan

2. Memberikan pelayanan kesehatan dasar yang bermutu sesuai standar

3. Mendorong dan meningkatkan kesehatan individu, kelompok, dan lingkungan.

9
4. Motto Puskesmas Mantrijeron

“Menjadi Puskesmas Pilihan Masyarakat”

5. Slogan

“Kesehatan Anda adalah Dambaan Kami”

6. Janji Layanan
1) Kami siap memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, tulus, ramah, dan

sepenuh hati.

2) Kami siap membantu masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan pelayanan

kesehatan yang bermutu dan terjangkau menuju masyarakat sehat dan mandiri.

7. Budaya Puskesmas Mantrijeron

Budaya Puskesmas Mantrijeron berorientasi kepada kepuasan pelanggan:

1. Profesional: melaksanakan pekerjaan sesuai standar dan wewenangnya dan meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan secara dinamis.

2. Tanggungjawab: menjalankan pekerjaan secara konsekuen dengan sepenuh hati.

3. Sadar mutu: sejak awal mencegah terjadinya ketidaksesuaian dan melakukan perbaikan.

4. Sadar waktu: melakukan setiap tindakan sesuai komitmen waktu yang telah direncanakan.

5. Inisiatif: senantiasa melakukan tindakan pencegahan, pengendalian, dan perbaikan secara

terus menerus tanpa menunggu perintah.

6. Bersih: memperhatikan dan memelihara kerapihan diri dan lingkungan kerja.

7. Empati : memberi layanan dengan tulus, ramah dan sepenuh hati.

8. Tugas dan Fungsi Puskesmas Mantrijeron

Fungsi Puskesmas Mantrijeron sama dengan fungsi puskesmas yang lain berdasarkan

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 75 Tahun 2014 pasal 4 yaitu Puskesmas mempunyai

tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di

10
wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Fungsi Puskesmas

diatur dalam pasal 5 yaitu:

1. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya

2. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya

Fungsi Puskesmas berdasarkan Dinas Kesehatan, yaitu meliputi (Depkes, 2002):

1. Pusat pengerak pembangunan berwawasan kesehatan

2. Pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga dalam pembangunan kesehatan

3. Pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama

Untuk melaksanakan fungsi tersebut, Puskesmas Mantrijeron menyelenggarakan upaya

kesehatan masyarakat tingkat pertama yaitu UKM esensial dan UKM pengembangan. Sesuai

dengan Pasal 36, UKM esensial yaitu :

1. Pelayanan promosi kesehatan,

2. Pelayanan kesehatan lingkungan,

3. Pelayanan kesehatan ibu, anak & keluarga berencana,

4. Pelayanan gizi, dan

5. Pelayanan pencegahan & pengendalian penyakit

UKM pengembangan merupakan upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya

memerlukan upaya yang sifatnya inovatif dan/atau bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi

pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan

potensi sumber daya yang tersedia di masing-masing Puskesmas.

11
9. Manajemen Sumber Daya Manusia Puskesmas Mantrijeron

a. Kegiatan Manajemen Sumber Daya Manusia Puskesmas Mantrijeron

Manajemen sumber daya manusia merupakan program, aktivitas untuk mendapatkan sumber

daya manusia, mengembangkan, memelihara, dan mendayagunakannya, untuk mendukung

organissasi mencapai tujuannya. Menurut Hariandja (2002), kegiatan atau aktivitas manajemen

sumber daya manusia, secara umum dikategorikan menjadi empat, yaitu:

1. Persiapan dan pengadaan,

2. Pengembangan dan penilaian,

3. Pengkompensasian dan perlindungan, dan

4. Hubungan-hubungan kepegawaian.

Manajemen sumber daya manusia di Puskesmas Mantrijeron disusun berdasarkan

formasi kebutuhan pegawai. Tahap perencanaan dilakukan secara sistematis untuk mengatasi

masalah kesehatan masyarakat di wilayah Mantrijeron dengan penempatan pegawai sesuai

dengan kompetensinya. Kemudian dilakukan pengembangan sumberdaya manusia melalui

lokakarya puskesmas, pengadaan seminar, maupun pelatihan.

Manajemen sumber daya manusia juga mencakup penilaian kinerja puskesmas. Penilaian

kinerja ini meliputi beberapa variabel yang dinilai sesuai DP3 (Daftar Penilaian Pelaksanaan

Pekerjaan), yaitu variabel kehadiran, pendidikan, masa kerja, SDM, pengurang, penambah, dan

produktivitas. Penilaian ini dilakukan oleh tim penilai yang ditetapkan di puskesmas dan dinilai

berdasarkan skor dan bobot yang diperoleh masing-masing pegawai.

b. Struktur Organisasi Puskesmas Mantrijeron

Kelompok jabatan fungsional merupakan bagian pelaksana kegiatan di puskesmas yang

dibagi menjadi dua bidang, yaitu UKP (Upaya Kesehatan Perseorangan) dan UKM (Upaya

12
Kesehatan Masyarakat). Kelompok jabatan fungsional bidang UKP meliputi Balai Pengobatan

Umum (BP Umum), Balai Pengobatan Gigi (BP Gigi), Kesehatan Ibu dan Anak/Keluarga

Berencana (KIA/KB), laboratorium, konseling, dan farmasi. Kelompok jabatan fungsional

bidang UKM meliputi promosi kesehatan, pencegahan penyakit menular, perbaikan gizi

masyarakat, serta kesehatan lingkungan. Jaringan pelayanan Puskesmas Mantrijeron juga berupa

satu Puskesmas Pembantu yang terletak di Gedungkiwo. Dalam melaksanakan tugasnya, kepala

puskesmas, sub bagian tata usaha, dan kelompok jabatan fungsional menerapkan prinsip

koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi secara vertikal dan horisontal baik dalam

lingkungan masing-masing maupun antar satuan organisasi sesuai dengan tugas pokok

masing-masing.

Puskesmas memiliki sumber daya manusia sebagai tenaga kerja, dibedakan menjadi dua,

yakni tenaga kesehatan dan non kesehatan. Mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan RI

nomor 75 tahun 2014, tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang

kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang

kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

Tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Mantrijeron terdiri dari :

a. Tenaga medis (dokter dan dokter gigi)

b. Keperawatan (perawat dan bidan)

c. Kefarmasian (apoteker, dan asisten apoteker)

d. Kesehatan masyarakat (epidemiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan

dan sanitarian)

e. Gizi (nutrisionis dan dietisien)

f. Keteknisian medis (analis kesehatan, laboran).

13
Gambar 3. Struktur Organisasi Puskesmas Mantrijeron

c. Ketenagaan Puskesmas Mantrijeron

Petugas yang melayani di Puskesmas Mantrijeron terdiri atas dua (2) orang petugas struktural

(Kepala Puskesmas dan Ka. Sub. Bagian Tata Usaha), 28 orang tenaga fungsional kesehatan,

sepuluh (10) orang staf, satu (1) orang Psikolog serta tiga (3) orang Petugas Surveilans

Kelurahan. Jumlah sumberdaya ini khususnya tenaga medis dokter masih kurang bila

dibandingkan dengan hasil perhitungan kebutuhan tenaga medis di Puskesmas Mantrijeron.

Dari kebutuhan sebanyak 73 orang berdasarkan Keputusan Walikota No. 320 tahun 2015

tentang Analisis Jabatan, tenaga yang ada baru 53 orang, sehingga masih kekurangan 20 orang.

Tenaga yang masih dibutuhkan antara lain dokter umum (2 orang). Jenis dan jumlah tenaga

14
kesehatan/tenaga fungsional yang melayani di Puskesmas Mantrijeron tahun 2016 seperti tersaji

dalam tabel berikut.

Tabel V. Jenis dan jumlah tenaga di Puskesmas Mantrijeron


Status Kepegawaian
Uraian Ketenagaan
PNS PTT Kontrak JUMLAH
Pejabat Struktural 2 2
Dokter Umum 4 1 5
Dokter Gigi 2 2
Bidan 4 4
Perawat 4 1 5
Perawat Gigi 3 3
Tenaga Gizi 1 1 2
Apoteker 1 1
Asisten Apoteker 2 2
Analis kesehatan 2 1 3
Rekam Medik 1 1 2
Sanitarian 1 1
Tenaga Promkes 1 1
Pelaksana Akuntansi 1 1
Administrasi 5 1 3 9
Sopir 1 1
Tenaga Surveilan Kelurahan 3 3
Cleaning Service 2 2
Jaga siang/malam 3 3
Jumlah 31 2 20 53

10. Manajemen Keuangan dan Pengadaan Logistik

Manajemen keuangan pada perawatan kesehatan adalah seni mengelola sumber daya pada

tenaga kesehatan, misalnya karyawan, suplai dan modal, untuk memastikan ketersediaan

keuangan sehingga institusi penyedia pelayanan kesehatan dapat mencapai tujuan jangka pendek

maupun panjang (Herkimer, 1986). Manajemen keuangan dapat juga didefinisikan sebagai tugas

dan tanggung jawab manajer keuangan. Fungsi manajer keuangan dibagi dalam tiga macam

15
yakni memutuskan alternatif pembiayaan (financing decision), menetapkan pengalokasian dana

(investment decision) dan menentukan deviden (dividend decision) (Sugiono, 2009).

Sumber dana Puskemas Mantrijeron berasal dari APBN dan APBD Kota Yogyakarta yang

diserahkan oleh Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta. Sumber dana APBD diperoleh dengan

membuat laporan perencanaan anggaran untuk 1 tahun yang kemudian diajukan ke Dinas

Kesehatan dalam bentuk RKAT (Rencana Kerja Anggaran Tahunan). Rencana Kerja Anggaran

Tahunan tersebut selanjutnya dibahas oleh tim anggaran dari Dinas Kesehatan bersama dengan

DPRD untuk mendapat persetujuan. RKAT yang telah disetujui selanjutnya ditetapkan sebagai

DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran).

Dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) merupakan pedoman pelaksanaan seluruh kegiatan

Puskesmas. Dana DPA meliputi biaya untuk operasional Puskesmas, UKM, dan ISO. Dana

operasional antara lain untuk pembiayaan kebutuhan alat tulis kantor, cleaning service,

pencetakan blangko, fotokopi dokumen, gaji pegawai honorer, laundry, dll. Dana operasional

Puskesmas Mantrijeron berasal dari Dinas Kesehatan dan retribusi pasien. Setelah semua

retribusi dilaporkan dan disetorkan ke Dinas Kesehatan, maka akan dikembalikan beberapa

persen dari dana retribusi tersebut untuk operasional puskesmas. Penanggung jawab atas

pengelolaan dan pengadaan barang adalah koordinator sub unit pemohon, tim pengelola barang

dan kepala puskesmas.

Sumber dana APBN diberikan melalui Dinas Kesehatan dalam bentuk BOK (Bantuan

Operasional Kesehatan), yang besarnya sudah ditentukan oleh Dinas Kesehatan Kota

Yogyakarta. Puskesmas selanjutnya membuat rencana anggaran sesuai dengan BOK yang

diberikan. Dana BOK digunakan untuk biaya tambahan UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat),

pemeliharaan ringan di luar DPA, serta manajemen seperti rapat dan lokakarya.

16
Seluruh dana pemasukan dari Puskesmas Mantrijeron disetorkan ke Dinas Kesehatan Kota

Yogyakarta. Data pemasukan dilaporkan dan disetorkan setiap hari ke BPD (Bank Pemerintah

Daerah) dengan melampirkan bukti transaksi di Puskesmas. Petugas dari Puskesmas melaporkan

catatan keuangan ke Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta tiap satu minggu.

Sarana dan prasarana puskesmas berasal dari Dinas Kesehatan. Belanja barang disesuaikan

dengan ketersediaan dan alokasi dana dari anggaran Dinas Kesehatan yang masuk setiap 3 bulan.

Untuk pengadaan barang dengan harga diatas 10 juta rupiah, maka perlu dibuat dokumen.

Dokumen tersebut berisi rincian dana yang akan dikeluarkan. Dokumen dibuat oleh puskesmas

untuk selanjutnya diserahkan ke Dinas Kesehatan

11. Manajemen Mutu Pelayanan

a. Sistem Manajemen Mutu (ISO) 9001:2008 di Puskesmas Mantrijeron

Adanya berbagai kasus keluhan atas pelayanan akibat ketidakpuasan masyarakat terhadap

pelayanan kesehatan di Indonesia telah menjadi pemacu organisasi pelayanan kesehatan untuk

memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanannya. Organisasi pelayanan kesehatan

menggunakan alat seperti akreditasi dan Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9000

yang menekankan pada standar struktur serta belum terkait dengan kepuasan pelanggan.

Berbagai macam alat (tools) yang telah digunakan oleh organisasi pelayanan kesehatan untuk

memperbaiki kualitas pelayanan seperti Gugus Kendali Mutu (GKM), Total Quality

Management (TQM), akreditasi, dan Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO:9000. Hasil yang

diperoleh yaitu kepuasan pelanggan meningkat, kinerja terukur, koordinasi menjadi lebih baik

dan perbaikan berkelanjutan dapat dilaksanakan.

Menurut ISO 9000, SMM didefinisikan sebagai suatu sistem manajemen yang terdiri dari

struktur organisasi, tanggungjawab, prosedur-prosedur, proses-proses dan sumber-sumber daya

17
yang digunakan untuk mencapai standar yang telah disyaratkan atau ditentukan oleh organisasi

itu sendiri guna memenuhi kepuasan pengguna. Menurut OSS Sertifikasi Indonesia, ISO

9001:2008 merupakan standar internasional yang menetapkan beberapa persyaratan untuk sistem

manajemen mutu. Sistem ini bertujuan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan, memungkinkan

perbaikan yang berkelanjutan.

Sistem manajemen mutu bekerja pada delapan prinsip manajemen dan siklus Plan-Do-Check-

Act/ PDCA (perencanaan, pengerjaan, pemeriksaan, tindakan). PDCA (Plan-Do-Check-Act)

merupakan sebuah konsep yang memandang bahwa proses-proses yang terjadi dalam setiap

kegiatan atau kinerja yang bermutu merupakan suatu lingkaran. Dalam setiap kegiatan atau

usaha perbaikan mutu, ada empat langkah yang dilakukan dan keseluruhannya merupakan

lingkaran, yaitu :

Plan : Menyusun rencana yang akan dilakukan,atau menentukan masalah yang akan diatasi

atau kelemahan yang akan diperbaiki dan mencari solusi untuk mengatasi masalah

tersebut.

Do : Melaksanakan rencana yang telah disusun sebelumnya dan memantau proses

pelaksanaannya.

Check : Meneliti apa yang telah dilaksanakan dan menemukan kelemahan-kelemahan yang

perlu diperbaiki, disamping hal-hal yang sudah benar dilakukan. Berdasarkan

kelemahan-kelemahan terasebut disusun rencana perbaikan untuk dilaksanakan

selanjutnya.

Act : Melaksanakan keseluruhan rencana peningkatan perbaikan, termasuk perbaikan

kelemahan-kelemahan yang telah ditemukan.

18
Ada tiga kemungkinan hasil yang dapat diamati: Hasilnya bermutu sesuai yang

direncanakan, sehingga prosedur bersangkutan dapat dipergunakan di masa mendatang. Hasilnya

tak bermutu, tidak sesuai yang direncanakan sehingga prosedur yang bersangutan tersebut tidak

sesuai dan harus diganti atau diperbaiki di masa mendatang. Prosedur yang bersangkutan

mungkin dapat dipakai untuk keadaan berbeda. Dengan demikian, proses sesungguhnya tidak

berakhir pada langkah Act, tetapi kembali lagi pada langkah pertama dan seterusnya (Prakosa,

2009).

Standar ISO 9001:8 dibagi menjadi delapan klausul. Klausul 1-3 merupakan klausul umum

yang terkait dengan ruang lingkup, peraturan, dan definisi. Klausul 4-8 merupakan klausul

pekerjaan yang membahas persyaratan dokumentasi, tanggung jawab manajemen, manajemen

sumber daya, realisasi produk, dan pemantuan serta masing-masing pengukuran. Sistem fokus

pada perbaikan yang berkelanjutan dapat dilakukan dengan rapat tinjauan manajemen, audit

internal, tindakan koreksi dan pencegahan, pemantauan dari tujuan mutu, dan analisa data.

b. Sistem Manajemen Mutu (ISO) 9001:2008 di Puskesmas Mantrijeron

Sertifikasi ISO 9001:2000 untuk Puskesmas Mantrijeron didapat pada tanggal 23

Desember 2005. Sertifikasi ISO yang terakhir diperoleh Puskesmas Mantrijeron adalah ISO

9001:2008 yang diperoleh sejak tanggal 12 Desember 2014 dan berlaku hingga 17 Januari 2018.

Gambar 4. Sertifikat ISO Puskessmas Mantrijeron

19
c. Sistem Akreditasi

Tujuan utama akreditasi Puskesmas adalah untuk pembinaan peningkatan mutu, kinerja

melalui perbaikan yang berkesinambungan terhadap sistem manajemen, sistem manajemen mutu

dan sistem penyelenggaraan pelayanan dan program, serta penerapan manajemen risiko, dan

bukan sekedar penilaian untuk mendapatkan sertifikat akreditasi (Permenkes No.46 tahun 2015)

Akreditasi Puskesmas menilai tiga kelompok pelayanan di Puskesmas, yaitu:

A. Kelompok Penyelenggaraan Administrasi Manajemen, yang diuraikan dalam Bab I s.d. III

B. Kelompok Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM), yang diuraikan dalam Bab IV s.d. VI

C. Kelompok Upaya Kesehatan Perorangan, yang diuraikan dalam Bab VII s.d. IX

d. Struktur Standar Akreditasi Puskesmas

Struktur standar akreditasi puskesmas terdiri dari 9 Bab, dengan total 802 elemen penilaian,

setiap bab akan diuraikan dalam standar, tiap standar akan diuraikan dalam kriteria, tiap kriteria

diuraikan dalam elemen penilaian untuk menilai pencapaian kriteria tersebut:

1. Bab I : Penyelenggaraan Pelayanan Puskesmas (PPP) dengan 59 Elemen Penilaian (EP)

2. Bab II : Kepemimpinan dan Manajemen Puskesmas (KMP) dengan 121 Elemen Penilaian

(EP);

3. Bab III : Peningkatan Mutu dan Manajemen Risiko (PMMR) dengan 32 Elemen Penilaian

(EP);

4. Bab IV : Upaya Kesehatan Masyarakat yang Berorientasi Sasaran (UKMBS) dengan 53

Elemen Penilaian (EP);

5. Bab V : Kepemimpinan dan Manajemen UKM Puskesmas (KMUP) dengan 101 Elemen

Penilaian (EP);

6. Bab VI : Sasaran Kinerja MDG's (SKM) dengan 55 Elemen Penilaian (EP);

20
7. Bab VII : Layanan Klinis yang Berorientasi Pasien (LKBP) dengan 151 Elemen Penilaian

(EP);

8. Bab VIII : Manajemen Penunjang Layanan Klinis (MPLK) dengan 172 Elemen Penilaian

(EP);

9. Bab IX : Peningkatan Mutu Klinis dan Keselamatan Pasien (PMKP) dengan 58 Elemen

Penilaian (EP)

e. Metode Penilaian Akreditasi Puskesmas

Penilaian akreditasi dilakukan dengan menilai tiap elemen penilaian pada tiap kriteria.

Pencapaian terhadap elemen-elemen penilaian pada setiap kriteria diukur dengan tingkatan

sebagai berikut:

1. Terpenuhi : bila pencapaian elemen ≥ 80% dengan nilai 10;

2. Terpenuhi sebagian : bila pencapaian elemen 20% - 79%, dengan nilai 5;

3. Tidak terpenuhi : bila pencapaian elemen < 20%, dengan nilai 0;

Penilaian tiap Bab adalah penjumlahan dari nilai tiap elemen penilaian pada masing-masing

kriteria yang ada pada bab tersebut dibagi jumlah elemen penilaian bab tersebut dikalikan 10,

kemudian dikalikan dengan 100%.

f. Keputusan Akreditasi Puskesmas

Penetapan keputusan akreditasi puskesmas adalah sebagai berikut:

1. Tidak terakreditasi: Jika pencapaian bab I, II, dan III kurang dari 75% dan Bab IV, V, dan

VI kurang dari 60%, Bab VII, VIII dan IX kurang dari 20%;

2. Terakreditasi Dasar: Jika pencapaian nilai Bab I, II, dan III ≥75%, Bab IV, V dan VI

≥60%, Bab VII, VIII dan IX ≥20%;

21
3. Terakreditasi Madya: jika pencapaian nilai Bab I, II, III , IV, V ≥75%, Bab VI dan

VII≥60%, Bab , VIII dan IX ≥20%;

4. Terakreditasi Utama: jika pencapaian nilai Bab I, II, III , IV, V, VI dan VII≥75%, Bab ,

VIII dan IX ≥60%;

5. Terakreditasi Paripurna: jika pencapaian nilai semua bab ≥75%.

Proses penetapan akreditasi dilakukan setelah Komisi Akreditasi Puskesmas menerima hasil

penilaian dari tim surveyor kemudian akan dilakukan penerbitan sertifikat kelulusan sertifikasi

oleh Komisi Akreditasi dan pengiriman sertifikat kelulusan akreditasi kepada Dinas Kesehatan

Provinsi. Puskesmas Mantrijeron dari seluruh elemen penilaian mendapatkan hasil diatas 80%

sehingga mendapatkan terakreditasi Paripurna.

Mekanisme akreditasi puskesmas Mantrijeron adalah sebagai berikut :

1. Pengajuan permohonan akreditasi puskesmas Mantrijeron kepada Dinas Kesehatan Kota

Yogyakarta

2. Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta akan mengecek kesiapan puskesmas Mantrijeron

3. Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta akan mengirimkan berkas kepada Dinas Kesehatan

Provinsi DIY

4. Dinas Kesehatan Provinsi DIY akan meneruskan permohonan kepada Komisi Akreditasi

5. Komisi Akreditasi menugaskan koordinator untuk membentuk tim surveyor

6. Pelaksanaan akreditasi puskesmas

7. Pengiriman hasil survey kepada koordinator surveyor

8. Meneruskan rekomendasi hasil survey kepada Komisi Akreditasi

9. Penerbitan sertifikasi oleh Komisi Akreditasi Puskesmas yang kemudian dikirimkan kepada

Dinas Kesehatan Provinsi DIY

22
10. Meneruskan sertifikasi kepada Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta

11. Menyerahkan sertifikat akreditasi kepada Puskesmas Mantrijeron

Pasca akreditasi puskesmas Mantrijeron mendapatkan pendampingan dari Tim pendamping

yang dilakukan setiap 1 tahun sekali. Tim pendamping bertugas untuk mendampingi puskesmas

dalam melaksanakan perbaikan serta peningkatan kulaitas pelayanan dan menindaklanjuti

rekomendasi yang diberikan oleh tim surveyor akreditasi.

g. Survei Kepuasan Pelanggan

Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah

membandingkan antara persepsi atau kesan terhadap kinerja atau hasil suatu produk dan harapan-

harapannya. Jadi, kepuasan merupakan fungsi dari persepsi atau kesan atas kinerja dan harapan.

Produk mencakup barang, jasa, atau campuran barang dan jasa. Produk puskesmas berupa jasa

layanan kesehatan sehingga kepuasan pelanggan menjadi salah satu indikator keberhasilan

pelayanan kesehatan perorangan di puskesmas Mantrijeron.

Undang Undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 menekankan pentingnya upaya 22

peningkatan mutu pelayanan kesehatan, khususnya di tingkat Puskesmas. Puskesmas harus

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan salah satunya dengan memberikan layanan prima.

Untuk mengukur mutu dan keberhasilan layanan prima yang dilakukan oleh puskesmas

diadakanlah survey kepuasan pelanggan.

Survey dilakukan dengan berpedoman pada Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 74

Tahun 2014 tentang Pedoman Pengukuran Survei Kepuasan Masyarakat di Pemerintah Kota

Yogyakarta, yang mengacu padaprinsip pelayanan sebagaimana telah ditetapkan dalam

Keputusan Mentri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003, yang

kemudian dikembangkan menjadi 14 unsur yang “relevan, valid” dan “realibel”, sebagai unsur

23
minimal yang harus ada untuk dasar pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat dalam Keputusan

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: KEP/25/M.PAN/2/2004. Sembilan prinsip

tersebut adalah:

1. Kesesuaian persyaratan pelayanan dengan jenis pelayanan yaitu persyaratan teknis dan

administratif yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis

pelayanannya.

2. Prosedur pelayanan di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)/Unit kerja ini yaitu kemudahan

tahapan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur

pelayanan.

3. Jangka waktu penyelesaian pelayanan yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam

waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan

4. Kesesuaian biaya/tarif yang dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan yaitu kesesuaian

antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan.

5. Kesesuaian antara hasil pelayanan yang diberikan oleh SKPD/Unit

6. Kerja penyelenggara pelayanan dengan ketentuan yang ditetapkan dalam standar pelayanan

yaitu segala pelayanan yang diberikan oleh unit kerja ini sudah sesuai dengan Standar

Operasional Prosedur (SOP).

7. Kemampuan yang dimiliki petugas dalam memberikan pelayanan baik dari aspek

pengetahuan, keahlian, keterampilan dan pengalaman yaitu tingkat keahlian dan keterampilan

yang dimiliki petugas dalam memberikan/menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat.

Perilaku petugas dalam memberikan pelayanan yaitu sikap dan perilaku petugas dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta saling menghargai

dan menghormati.

24
8. Kesesuaian standar pelayanan dengan kesanggupan dan kewajiban SKPD/Unit Kerja dalam

memberikan pelayanan sebagaimana tertuang dalam maklumat pelayanan yaitu memberikan

pelayanan secara profesional, ramah, dan sepenuh hati serta membantu masyarakat dalam

memelihara dan meningkatkan pelayanan yang bermutu dan terjangkau menuju masyarakat

sehat dan mandiri.

9. Mekanisme dan tindak lanjut penanganan pengaduan, saran dan masukan di SKPD/Unit Kerja

penyelenggaraan pelayanan publik yaitu bagaimana Puskesmas menanggapi keluhan, kritik

dan saran dari pelanggan.

Puskesmas Mantrijeron memiliki Tim Kepuasan Pelanggan yang terdiri dari 5 orang

yaitu :

Koordinator : drg. Edwina Magdalena

Anggota : 1. Niken Widyastuti, Ners.

2. Sutiatiningsih, AMKG.

3. Samiyati

4. Sigit Heru P.

Tugas pokok dari Tim Kepuasan Pelanggan tersebut adalah:

a. Melakukan survei kepuasan pelanggan setiap hari melalui media kotak saran, telepon, SMS,

e-mail, serta menindaklanjuti dan memberikan tanggapan kepada pelanggan pada pertengahan

bulan selanjutnya.

b. Melakukan survei setiap semester yakni bulan April dan Oktober yang berkaitan dengan

kepuasan sebagai konsumen yang diukur dengan kuesioner yang telah disusun oleh

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara.

25
c. Melakukan temu pelanggan setiap semester yakni bulan Maret dan September lalu

menindaklanjuti dan memberikan tanggapan pada pelanggan pada pertengahan bulan

selanjutnya.

d. Melakukan identifikasi kebutuhan pelanggan berdasarkan hasil survei harian, survei semester,

dan temu pelanggan sebagai masukan kepada tim manajerial dan kepala puskesmas untuk

perbaikan kualitas pelayanan.

Survei kepuasan pelanggan pada Puskesmas Mantrijeron dilakukan dengan

menggunakan kuesioner.Kuesioner mengandung beberapa unsur pertanyaan dan memiliki

jawaban dengan kriteria tertentu yaitu 1=tidak baik, 2=kurang baik, 3=baik, 4=sangat baik, yang

kemudian data tersebut diolah dan diinterpretasikan sebagai Indeks Kepuasan Pelanggan (IKM).

Responden survei sebanyak 346 yang dipilih secara acak dan disesuaikan jumlah nya untuk tiap-

tiap unit pelayanan berdasarkan jumlah kunjungan harian pada unit tersebut.

Gambar 5. Hasil Survei Kepuasan Masyarakat

Unsur dari pertanyaan yang diajukan berdasarkan Keputusan Kementerian

Pendayagunaan Aparatur Negara KEP/25/M.PAN/2/2004 terdiri dari 14 unsur ditambah 2 unsur

26
dari pemerintah kota Yogyakarta, yaitu prosedur pelayanan, persyaratan pelayanan, kejelasan

petugas pelayanan, kedisiplinan petugas pelayanan, tanggung jawab petugas pelayanan,

kemampuan petugas pelayanan, kecepatan pelayanan, keadilan mendapat pelayanan, kesopanan

dan keramahan petugas, kewajaran biaya pelayanan, kepastian biaya pelayanan, kepastian jadwal

pelayanan, kenyamanan lingkungan, keamanan pelayanan, respon dan kritik pelanggan, dan

pelayanan informasi obat.

h. Mekanisme Pelaporan Puskesmas Mantrijeron

Sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) merupakan kegiatan dan

pelaporan data umum, sarana, tenaga dan upaya pelayanan kesehatan di masyarakat (SK Menkes

No 63/Menkes/SK/11/1981). Sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP)

adalah tatacara pencatatan dan pelaporan yang lengkap untuk pengelolaan puskesmas, meliputi

keadaan fisik, tenaga, sarana, dan kegiatan pokok yang dilakukan serta hasil yang dicapai oleh

puskesmas. Sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) dikirim ke dinas

kesehatan kabupaten atau kota setiap awal bulan.

Dinas kesehatan kabupaten atau kota mengolah kembali laporan puskesmas dan

mengirimkan umpan baliknya ke dinas kesehatan provinsi dan departemen kesehatan pusat. Feed

back terhadap laporan puskesmas harus dikirimkan kembali secara rutin ke puskesmas untuk

dapat dijadikan bahan evaluasi keberhasilan program. Jenis dan periode laporan yaitu (1)

Bulanan, data kesakitan, data kematian, data operasional (gizi, imunisasi, KIA, KB, dsb.), data

manajemen obat, (2) Triwulan, data kegiatan puskesmas, (3) Tahunan, umum dan fasilitas,

sarana, dan tenaga. Sistem pelaporan saat ini sudah menggunakan sistem manajemen pelaporan

dengan media komputer.

27
Tujuan Pencatatan dan Pelaporan meliputi:

1. Tujuan Umum

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) bertujuan agar semua hasil

kegiatan puskesmas (di dalam dan di luar gedung) dapat dicatat serta dilaporkan ke jenjang

selanjutnya sesuai dengan kebutuhan secara benar, berkala, dan teratur, guna menunjang

pengelolaan upaya kesehatan masyarakat. Pengelolaan SP2TP di kabupaten berau masih

terkendala dengan rendahnya kelengkapan dan ketepatan waktu penyampaian laporan

SP2TP ke Dinas Kesehatan.

2. Tujuan Khusus

a. Tercatatnya semua data hasil kegiatan puskesmas sesuai kebutuhan secara benar,

berkelanjutan, dan teratur.

b. Terlaporkannya data ke jenjang administrasi berikutnya sesuai kebutuhan dengan

menggunakan format yang telah ditetapkan secara benar, berkelanjutan, dan teratur

(Suyani dan Solikhah, 2013).

Kegiatan pencatatan, pengolahan, penyajian dan pelaporan data di Puskesmas

Mantrijeron, sebagai berikut :

1. Laporan SP2TP

a. Laporan Bulanan 1 (LB1)

Berisi tentang data kasus penyakit yang dilayani puskesmas (data kesakitan), yang

dikelompokkan menurut kelompok umur.

28
b. Laporan Bulanan 2 (LB2/ LPLPO)

Berupa laporan penggunaan obat yang berisi tentang Laporan Pemakaian Lembar

Permintaan Obat (LPLPO) yang dibuat oleh petugas di bagian obat. Laporan ditujukan ke

Dinas Kesehatan Kabupaten.

c. Laporan Bulanan 3 (LB3)

Berupa laporan bulanan program Puskesmas yang berisi tentang data kegiatan KIA

(meliputi jumlah kunjungan ibu hamil dengan berbagai kriteria), pelayanan gizi di

puskesmas dan posyandu (meliputi jumlah balita dengan berbagai kriteria), Imunisasi

(pada bayi, balita, anak dan caten) dan P2M (meliputi jumlah kasus dari beberapa

penyakit menular).

d. Laporan Bulanan 4 (LB4)

Berisi laporan bulanan kegiatan pelayanan di Puskesmas yang meliputi: jumlah

kunjungan rawat jalan dan inap puskesmas, laporan jumlah pasien dengan perawatan

kesehatan masyarakat, laporan pelayanan kesehatan gigi dan mulut, laporan jumlah

kegiatan penyuluhan, laporan jumlah kegiatan kesehatan lingkungan dan laporan jumlah

pelayanan laboratorium.

Laporan bulanan dilaksanakan oleh masing-masing kelompok jabatan fungsional di

puskesmas Mantrijeron yang kemudian dikumpulkan oleh petugas programer SP2TP sebelum

tanggal 10 setiap bulan yang kemudian dikirimkan ke Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta.

Petugas SP2TP merupakan koordinator, penanggung jawab program, serta pengelola SP2TP.

Prosedur pembuatan SP2TP yaitu :

29
a. Petugas SP2TP menerima laporan dari penanggung jawab masing-masing bagian dan

memasukkan dalam format SP2TP kemudian menyerahkan laporan SP2TP kepada koodinator

tata usaha

b. Koordinator tata usaha kemudian menyampaikan kepada kepala Puskesmas

c. Kepala Puskesmas mengoreksi laporan, jika laporan sesuai maka dilakukan pengesahan.

Namun jika ada kekeliruan, dikembalikan ke koordinator tata usaha untuk diklarifikasi

kembali

d. Kepala Puskesmas menandatangani pengesahan laporan dan dikembalikan ke tata usaha

e. Dibuatkan Surat Pengantar Pelaporan

f. Dilaporkan ke Dinas Kesehatan sebelum tanggal 10 setiap bulannya.

Laporan bulanan 1 (LB 1) merupakan laporan bulanan mengenai data penyakit, berasal

dari pencatatan dan pelaporan diagnosa atau penetapan jenis penyakit yang dilakukan oleh dokter

puskesmas dan tenaga medis (dokter umum, dokter gigi dan perawat), disusun berdasarkan jenis

penyakit berdasarkan jumlah kasus baru, kasus lama, kelompok umur dan klasifikasi kode

penyakit. LB 1 berkaitan erat dengan LB 2, LB 3, maupun LB 4 sebagai satu kesatuan dalam

pelaporan pelayanan puskesmas. Prosedur pembuatan LB 1 yaitu :

a. Setiap hari tenaga medis mencatat kasus penyakit ke dalam buku register dan data pelaporan.

b. Koordinator LB 1 memasukkan data tersebut ke dalam format laporan LB 1.

c. Menyerahkan format pelaporan LB 1 ke petugas SP2TP

d. LB 1 digabungkan dengan LB yang lainnya, kemudian diserahkan kepada koordinator tata

usaha, serta diserahkan kepada Kepala Puskesmas untuk disahkan.

Laporan bulanan 2 (LB 2) adalah laporan mengenai obat-obatan di Puskesmas

Mantrijeron. Pelaporannya meliputi pemakaian dan permintaan obat, baik obat generik maupun

30
obat paten, baik dari BP umum maupun BP gigi, serta dari laboratorium. Semua obat yang

diberikan kepada pasien dicatat dalam LB 2. Prosedur pencatatan LB 2 adalah:

a. Petugas unit farmasi mencatat rekap penggunaan obat sebulan yang telah berjalan dalam data

pelaporan LB 2.

b. LB 2 kemudian dilaporkan ke petugas SP2TP, digabungkan dengan LB yang lainnya

kemudian diserahkan kepada kepala Puskesmas untuk disahkan.

Laporan bulanan 3 (LB 3) adalah laporan yang mencakup semua program pelayanan,

baik di dalam maupun di luar Puskesmas, berupa pelayanan Gizi, KIA/KB, imunisasi, penyakit

menular, kesehatan gigi, dan UKGS. Prosedur pembuatan LB 3:

a. Penanggung jawab masing-masing bagian mencatat data LB 3 dan diserahkan kepada petugas

SP2TP, LB 3 kemudian digabungkan dengan LB yang lainnya.

b. Format LB 3 yang telah diisi diserahkan ke koordinator tata usaha.

c. Koordinator tata usaha meminta pengesahan ke Kepala Puskesmas.

Laporan bulanan 4 (LB 4) yaitu prosedur yang mencakup proses pencatatan dan

pelaporan semua kunjungan pasien dalam pelayanan puskesmas, baik di dalam gedung

Puskesmas maupun diluar gedung Puskesmas. Kunjungan dapat berupa kunjungan pasien

langsung ke Puskesmas, kegiatan perawatan kesehatan masyarakat, pelayanan medik dasar

kesehatan gigi, kegiatan pelayanan JPKM, kesehatan sekolah, kesehatan olahraga, kesehatan

lingkungan, kunjungan laboratorium, dan penyuluhan kesehatan masyarakat. Pencatatan LB 4 ini

dibedakan atas jumlah pasien dalam kota dan luar kota untuk setiap variabel pelaporannya.

Prosedur pembuatan LB 4 yaitu:

a. Pengelola SP2TP mencatat ke dalam format laporan LB 4

b. LB 4 digabungkan dengan LB lainnya

31
c. Format laporan diserahkan ke koordinator tata usaha

d. Koordinator tata usaha meminta pengesahan ke kepala Puskesmas.

i. Tata Graha Puskesmas Mantrijeron

Tata graha berperan dalam kebersihan, kerapian dan kenyamanan serta pemeliharaan

gedung dan infrastruktur di suatu puskesmas. Puskesmas yang bersih, tertata, teratur dan rapi

membuat pasien yang berkunjung serta pegawai merasa nyaman. Sistem tata graha dibuat untuk

meningkatkan keamanan, efisiensi kerja dan mutu pelayanan puskesmas. Program tata graha ini

juga mencakup pengelolaan sampah dan limbah.

Gambar 6. Halaman Depan Puskesmas Mantrijeron

Sistem tata graha 5 R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) digunakan di Puskesmas

Mantrijeron:

a. Ringkas dalam memilahkan barang sesuai dengan kebutuhan. Memisahkan segala barang

antara yang benar-benar diperlukan dengan yang tidak diperlukan serta membuang barang

yang tidak diperlukan agar area menjadi longgar dan nyaman.

32
b. Rapi dalam menata tata letak barang, ruangan, peralatan dan perlengkapan kerja agar

memudahkan dalam pencarian barang dan mudah untuk mengembalikan semua barang

sehingga barang selalu siap saat diperlukan.

c. Resik, bersih dalam membersihkan tempat kerja, mesin, alat dan bahan, perlengkapan/

peralatan kerja dari debu dan kotoran yang melekat secara teratur sehingga kondisi tempat

kerja. Mesin, alat dan bahan serta peralatan/perlengkapan kerja selalu dalam keadaan bersih

dan terhindar dari kerusakan, degradasi dan abnormalitas.

d. Rawat yaitu memelihara tempat kerja, fasilitas serta lainnya agar kebersihan, kerapian dan

keteraturan tempat kerja selalu terjaga secara konsisten.

e. Rajin dalam melakukan segala sesuatu dengan benar dan positif secara terus menerus dan

berkesinambungan sehingga dapat mempengaruhi cerminan pola pikir, sikap, perilaku dan

pola kerja.

Gambar 7. Denah Puskesmas Mantrijeron Lantai 1

33
Gambar 8. Denah Puskesmas Mantrijeron Lantai 2

a. Tata Graha Dalam dan Luar Gedung

Kegiatan tata graha dibagi menjadi dua yaitu di dalam gedung dan di luar gedung.

Kegiatan yang dilakukan didalam gedung meliputi kebersihan dan kerapian setiap ruangan, baik

poliklinik maupun ruangan administrasi, kamar mandi, mushola, ruang tunggu pasien. Kegiatan

ini dilakukan setiap hari sebelum memulai pelayanan maupun setelah kegiatan pelayanan

puskesmas berakhir. Petugas kebersihan puskesmas terdiri dari 2 orang petugas. Kegiatan

membersihkan pintu dan kaca dilakukan setiap seminggu sekali dan pencucian korden

dilaksanakan setiap sebulan sekali. Selain itu, perawatan pendingin ruangan (AC) dilakukan

setiap tiga bulan sekali oleh ahlinya.

Tata graha yang dilaksanakan di luar gedung puskesmas meliputi, pemeliharaan

kebersihan halaman puskesmas, tempat parkir dan tanaman-tanaman yang terdapat di luar

puskesmas. Petugas kebersihan akan membersihkan halaman puskesmas setiap harinya dan

petugas parkir juga berperan dalam kerapian pengaturan tempat parkir, terutama tempat parkir

pasien. Kegiatan tata graha untuk perawatan gedung meliputi pengecatan gedung dalam dan luar

34
yang biasa dilakukan tiap dua tahun sekali, pengurusan water toren setiap enam bulan sekali, dan

perbaikan gedung dalam maupun luar bila diperlukan.

Pengelolaan limbah di puskesmas dibagi menjadi dua golongan yaitu limbah medis dan

limbah non medis. Limbah medis diangkut oleh petugas kebersihan yang mengenakan gloves

dan masker. Limbah medis padat di puskesmas Mantrijeron dikumpulkan dalam kantong khusus

berwarna kuning yang selanjutnya akan dikumpulkan di tempat pengumpulan limbah medis

sementara yang terletak di bagian belakang puskesmas serta dilakukan penimbangan dan

pencatatan berat tiap kantong limbah medis. Sampah jarum suntik akan ditempatkan khusus

safety box khusus jarum suntik. Pengambilan limbah dilakukan setiap minggu. Limbah cair

memiliki penampungannya tersendiri yang akan diambil secara berkala oleh Dinas Kesehatan

Kota Yogyakarta. Jadwal pengambilan limbah cair adalah tanggal 18 setiap bulannya. Limbah

ini lalu diolah oleh RSUD kota.

b. Pengelolaan Sampah atau Limbah

Pengumpulan limbah non medis juga dilaksanankan setiap hari setelah kegiatan

pelayanan di puskesmas selesai. Limbah non medis yang telah dikumpulkan di tempat

pembuangan sampah akan diangkut setiap satu minggu sekali oleh truk dari petugas kebersihan.

Sementara itu, untuk limbah non medis yang merupakan sampah organik seperti sisa makanan,

kulit buah dan dedaunan akan ditempatkan didalam bak komposter untuk selanjutnya diolah

menjadi kompos dengan metode pengolahan kompos yang sederhana oleh petugas.

35
j. Prestasi Puskesmas Mantrijeron

Puskesmas Mantrijeron merupakan salah satu Puskesmas berprestasi di Kota Yogyakarta

yang telah mendapatkan sertifikat ISO. Beberapa prestasi yang telah diraih oleh Puskesmas

Mantrijeron, yaitu:

1. Sertifikasi SMM ISO 9001:2000 Tingkat Internasional tahun 2005.

2. Juara II Dokter Gigi Teladan Tingkat Provinsi DIY tahun 2006.

3. Juara II Gizi Teladan Tingkat Provinsi DIY tahun 2008.

4. Juara II Citra Pelayanan Prima Tingkat Kota Yogyakarta tahun 2010.

5. Juara I Citra Pelayanan Prima Tingkat Kota Yogyakarta tahun 2012.

6. Juara I Paramedis teladan: Dokter Gigi teladan, Analis Pranata Laboratorium Teladan, dan

Perawat Gigi Teladan Tingkat Kota Yogyakarta tahun 2011 dan 2012.

7. Juara II lomba kebersihan Puskesmas Tingkat kota Yogyakarta tahun 2013.

8. Juara II L55 TK PPBI Tingkat Provinsi DIY tahun 2013.

9. Juara I L55 TK PPBI Tingkat Kota Yogyakarta tahun 2013.

10. Puskesmas Berprestasi Tingkat Kota Yogyakarta tahun 2014.

11. Puskesmas Berprestasi Tingkat Provinsi dan Nasional tahun 2015.

12. Bidan Teladan Tingkat Kota Yogyakarta tahun 2014 atas nama Suheni.

13. Bidan Teladan Tingkat Provinsi tahun 2016 atas nama Suheni.

14. Sertifikasi SMM ISO 9001:2008 Tingkat Internasional tahun 2009-sekarang.

15. Akreditasi ISO Pelayanan Calon Jamaah Haji 2015 dan 2016

16. Akreditasi Puskesmas Paripurna tahun 2016.

36
8. Pelayanan Puskesmas Mantrijeron

a. Pendaftaran

Pendaftaran merupakan sarana pertama sebelum pasien mendapatkan pelayanan medis.

Setiap pasien yang berkunjung ke Puskesmas Mantrijeron untuk menerima pelayanan kesehatan

harus melalui bagian pendaftaran terlebih dahulu. Pelayanan puskesmas di bagian pendaftaran

mencakup pendaftaran pasien baru maupun pasien lama. Bagian pendaftaran berada pada lokasi

yang sama dengan bagian kasir.

Puskesmas Mantrijeron memiliki jam pelayanan pada pukul 07.30 sampai pukul 12.00 WIB

pada hari Senin sampai dengan Kamis, hari Jumat pukul 07.30 sampai pukul 10.00 WIB, dan

hari Sabtu pukul 07.30 sampai pukul 11.00 WIB. Standar penyelesaian Pelayanan Loket

Pendaftaran (5-30 menit) dengan rincian waktu pelayanan sebagai berikut:

I. Membawa kartu berobat : 3-7 menit

II. Tidak membawa kartu berobat : 5-10 menit

III. Pasien baru : 5-10 menit

Gambar 9. Bagian Pendaftaran dan Kasir

Alur pelayanan di puskesmas Mantrijeron sudah menerapkan Sistem Antrian Profesional

(SAP). Sistem antrian ini lebih modern daripada sistem sebelumnya, dengan menggunakan

37
jaringan TCP/IP dan multi user. Tujuan diberlakukannya sistem ini adalah untuk mewujudkan

manajemen antrian yang lebih professional, tertib dan teratur, serta memberikan kenyamanan

lebih kepada pasien. Bagi Puskesmas Mantrijeron sendiri akan berdampak pada terciptanya

kesan yang lebih baik dari pelanggan/pasien, meningkatkan efisiensi pelayanan, dapat pula

mengontrol kinerja frontdesk dari laporan yang ada dalam SAP, dan juga dapat mengetahui

perkembangan jumlah pelanggan. Sistem ini dibantu dengan perangkat LCD yang akan

menampilkan nomor urut antrian di masing-masing poli dan juga foto ataupun video tentang

profil puskesmas, layanan, promosi kesehatan, dan pengetahuan kesehatan yang bermanfaat bagi

masyarakat. Dengan pendaftaran SAP maka antrian pendaftaran dibedakan berdasarkan poli

tujuan. Berikut adalah kode untuk masing-masing poli yaitu:

A : Poli anak D : Poli Gigi

B : Poli Dewasa E : KIA

C : Poli lansia

(a) (b) (c)

Gambar 10. Sistem Antrian Profesional (SAP); (a) layar monitor


untuk memilih poli tujuan (b) mesin pencetak nomor antrian (c)
layar monitor untuk menampilkan nomor urut antrian
masing-masing poli

38
Pasien yang belum memiliki KTB dan Rekam Medis, akan mengisi Formulir Pendaftaran

pasien baru terlebih dahulu. Data pasien yang diperlukan dalam Formulir Pendaftaran pasien

baru antara lain: nomor rekam medik (nantinya akan diisi oleh petugas), nama pasien, jenis

kelamin, tempat dan tanggal lahir, No.KTP, No. KK, nama KK, status nikah, alamat KTP,

alamat Tempat tinggal (RT,RW,Kab/Kota), kelurahan, kecamatan, nomor telepon, asuransi dan

nomor asuransi, tanggal lahir. Pendaftaran di puskesmas mantrijeron sudah terintegrasi dengan

SIMPUS sehingga data dari pendaftaran akan langsung dapat diakses di masing-masing poli

untuk mengetahui jumlah pasien yang berkunjung.

Alur Pelayanan Pasien Puskesmas Mantrijeron, yaitu:

1). Pasien datang mengambil nomor urut antrian

2). Pasien menunggu panggilan

3). Pemanggilan pasien dilakukan dengan Sistem Antrian Profesional

4). Petugas mendaftar sesuai keperluan pasien (pasien baru : mengisi form data pasien, pasien

lama : menunjukkan KTB (Kartu Tanda Berobat)

5). Pasien dipersilahkan menunggu di masing-masing Poli Tujuan Pasien (BP Umum, BP Gigi,

KIA-KB, Laboratorium atau Konsultasi Gizi)

6). Untuk pasien Laboratorium dan Konsultasi Gizi (baik atas permintaan maupun rujukan Poli)

agar pasien ke Kasir terlebih dahulu guna administrasi pembayaran/pencatatan untik pasien

dengan asuransi

7). Petugas Poli memanggil pasien sesuai dengan Nomor Urut masing-masing Poli

8). Petugas melakukan Pemeriksaan, Pelayanan dan Pengobatan

9). Pasien dipersilahkan ke kasir guna melakukan Administrasi Retribusi dan Pelayanan sesuai

dengan kuitansi pembayaran. Bagian Kasir akan menerima pembayaran dari

39
pelanggan/pasien sesuai dengan biaya/ retribusi pelayanan sesuai retribusi dan tindakan

medis yang dilakukan. Serta mencatat biaya tindakan baik pasien umum/bayar maupun

pasien dengan asuransi

10). Pasien dengan resep obat akan menunggu di Ruang Obat/Farmasi

11). Petugas Farmasi memberikan obat sesuai resep dokter.

Gambar 11. Alur Pelayanan Pasien Puskesmas Mantrijeron

b. Rekam Medis

Rekam medis, menurut Permenkes No. 269/Menkes/Per/III/2008 merupakan berkas yang

berisi catatan dan dokumen antara lain identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan yang

telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Catatan

merupakan tulisan-tulisan yang dibuat oleh dokter atau dokter gigi mengenai tindakan-tindakan

yang dilakukan kepada pasien dalam rangka palayanan kesehatan. Dokumen adalah catatan

dokter, dokter gigi, dan/atau tenaga kesehatan tertentu, laporan hasil pemeriksaan penunjang

catatan observasi dan pengobatan harian dan semua rekaman, baik berupa foto radiologi, gambar

pencitraan (imaging), dan rekaman elektro diagnostik.

40
Ruang rekam medis di Puskesmas Mantrijeron terletak di lantai satu, tepatnya berada

dibelakang tempat pendaftaran yang dihubungkan dengan jendela kecil. Jendela tersebut

digunakan untuk akses pendistribusian kertas nomor antrian pendaftaran yang telah dilengkapi

dengan data serta nomor rekam medis pasien yang kemudian akan diambilkan rekam medisnya

oleh petugas rekam medis. Sistem seperti ini menguntungkan karena dapat mempercepat proses

pelayanan dan distribusi rekam medis.

Gambar 12. Rak-rak penyimpanan rekam medis di ruang rekam medis

Sistem penyimpanan rekam medis yang digunakan di puskesmas mantrijeron yaitu

menggunakan sistem Straight Numerical Filing (pengurutan secara langsung).Rekam medis

disimpan dan disusun dengan rapi didalam rak yang ada di dalam ruang rekam medis. Dilakukan

pengelompokan warna penulisan pada Rekam Medik yang disesuaikan dengan tempat

tinggal/domisili pasien. Tinta hitam digunakan untuk menulis data pasien yang berasal dari

wilayah kecamatan Mantrijeron pada sampul rekam medis. Tinta merah digunaan untuk pasien

yang berdomisili di luar kecamatan Mantrijeron.

Sistem penomoran juga dibedakan menurut domisili pasien. Pola penomoran 00-000000-

00 digunakan untuk pasien yang berasal dari wilayah kecamatan Mantrijeron. Pola 90-000000-00

41
digunakan untuk pasien yang berasal dari luar wilayah kecamatan Mantrijeron. Digit ketiga

sampai keenam dalam penomoran rekam medis di puskesmas mantrijeron digunakan sebagai

nomor urut. Dua digit terakhir dahulu digunakan sebagai Family Folder dipuskesmas

mantrijeron. Family Folder adalah rekam medis yang digunakan untuk satu keluarga. Identifikasi

family folder dari dua digit terakhir, contohnya 00-000001-01 untuk RM ayah, 00-000001-02

untuk RM ibu. Sistem seperti ini sekarang sudah tidak lagi digunakan, sehingga dua digit

terakhir nomor rekam medis biasanya berakhiran 00.

Gambar 13. Contoh Rekam Medis Puskesmas Mantrijeron

Tenaga kerja yang ada di bagian rekam medis Puskesmas Mantrijeron berjumlah lima

orang. Kelima petugas rekam medis memiliki tugas untuk melakukan kegiatan unit rekam medis

diantaranya pendataan rekam medis pasien yang baru mendaftar di bagian pendaftaran,

pengambilan rekam medis dan pendistribusiannya ke masing-masing poli serta bertanggung

jawab dalam penyimpanan kembali rekam media yang telah digunakan. Satu orang tenaga kerja

tetap bertugas sebagai penanggung jawab di bagian rekam medis. Empat orang yang lain

membantu pada pelayanan rekam medis diantaranya membuat rekam medis baru untuk pasien

baru, mencatat data nomor rekam medis pasien sebelum rekam medis diambilkan dari rak

penyimpanan, mengambil rekam medis dari rak penyimpanan dan mendistribusikan rekam medis

42
ke masing-masing poli, serta memasukkan data hasil pemeriksaan pasien ke simpus dan

bertanggung jawab mengembalikan rekam medis yang telah selesai digunakan.

Pelayanan rekam medis diproses setelah pasien mendaftar dan mendapatkan nomor

antrian. Petugas di bagian pendaftaran akan mendata pasien dan memberikan satu set kertas yang

berisi nomor antrian, kartu periksa, kertas nomor rekam medis untuk tracer, kertas resep, dan

kuitansi kepada bagian rekam medis. Petugas rekam medis kemudian akan mulai memproses

pengambilan rekam medis.

Sistem pelayanan rekam medis di puskesmas Mantrijeron dibedakan untuk pasien baru

dan pasien lama. Alur untuk pasien baru adalah setelah petugas mengambil set kertas dari

pendaftaran, petugas akan membuatkan rekam medis baru untuk pasien dan mencetakkan kartu

periksa. Petugas kemudian mencatat di buku registasi yang sudah disesuaikan untuk tiap

poliklinik, setelah itu didistribusikan. Alur untuk pasien lama lebih singkat yaitu petugas menulis

di buku register, kemudian memasukkan kertas nomor rekam medis ke dalam tracer,

mengambilkan rekam medis pasien, dan menyelipkan tracer sebagai ganti rekam medis yang

keluar. Setelah itu dilakukan pendistribusian ke poliklinik yang dituju.

Setelah Rekam Medis selesai digunakan, petugas dari masing-masing poli bertanggung

jawab untuk mengembalikan rekam medis ke bagian rekam medis. Petugas rekam medis akan

mendata berkas rekam medis yang diterima dari tiap poli dan akan dicocokkan dengan nomor

rekam medis yang keluar. Rekam medis kemudian dikembalikan ke dalam rak penyimpanan

sesuai tempat asalnya dan tracer diambil.

Rekam medis yang sudah tidak aktif (pasien lama tidak berkunjung kembali) akan

dipisahkan dan kemudian dimusnahkan. Rekam medis tidak begitu saja dimusnahkan, tetapi

melalui beberapa prosedur yaitu dilakukan retensi (penyusutan berkas) rekam medis yang tidak

43
lagi aktif dalam tiga tahun. Rekam medis tersebut dipisahkan dari rekam medis yang masih aktif.

Setelah dalam jangka waktu lima tahun rekam medis tersebut tidak pernah digunakan, maka

dianggap rekam medis yang harus dimusnahkan. Data-data yang masih diperlukan dicatat ke

dalam register pemusnahan, kemudian pemusnahan dilakukan oleh sebuah tim yang

beranggotakan dokter dan petugas rekam medis setelah membuat berita acara yang telah

disetujui oleh Kepala Puskesmas.

c. Balai Pengobatan Umum (BPU)

Balai Pengobatan Umum (BPU) merupakan bagian di puskesmas yang melayani

pemeriksan kesehatan umum oleh dokter, meliputi observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitas

medis tanpa tinggal di ruang inap. BPU di puskesmas Mantrijeron dibagi menjadi tiga

berdasarkan usia pasien, yaitu: BPU Anak (pasien berusia ≤ 18 tahun); BPU Dewasa (pasien

berusia 18 – 60 tahun); dan BPU Lansia (pasien berusia ≥ 60 tahun). Terdapat empat ruang

periksa untuk BPU. Dua ruangan untuk BPU dewasa, masing-masing satu ruangan untuk BPU

anak dan lansia.

Gambar 14. BPU Dewasa

44
Gambar 15. BPU anak

Puskesmas Mantrijeron memiliki empat dokter umum yang tugasnya dibagi ke tiga

bagian. Dua dokter ditempatkan di BPU Dewasa dan masing-masing satu dokter di BPU Anak

dan Lansia. BPU memiliki lima orang perawat. Dua perawat bertugas di BPU dewasa, satu

perawat di BPU anak, satu perawat di BPU lansia dan satu perawat bertugas di puskesmas

pembantu (Pustu). Perawat bertugas untuk mencatat keluhan utama pasien sebelum pasien masuk

ke ruang periksa. Untuk pasien dewasa dan lansia, perawat juga melakukan pengukuran tekanan

darah, sedangkan untuk pasien anak perawat melakukan pengukuran berat badan dan suhu tubuh

pasien.

Tenaga dokter dan perawat di Puskesmas Mantrijeron memiliki tugas-tugas Pokok dan

Integrasi (Tupoksi) masing-masing. Tugas-tugas dokter antara lain:

a. Tugas pokok: mengkoordinir kegiatan di BPU, mengkoordinir kegiatan pelayanan UKP dan

UKM, mengkoordinir pelayanan di puskesmas pembantu, melakukan pemeriksaan

kesehatan (anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang), menegakkan

diagnose, memberikan resep dan terapi, melakukan tindakan medis sesuai indikasi,

memberikan konseling kepada pasien, mencatat semua hasil pemeriksaan kesehatan di buku

RM, mencatat adanya ketidaksesuaian pelayanan dan melakukan konfirmasi ke unit lain jika

45
terjadi ketidaksesuaian pelayanan, memberikan rujukan, dan memberikan surat keterangan

dokter.

b. Tugas integrasi adalah tugas dokter yang berhubungan dengan bagian dari klinik ataupun

bagian lain dari Puskesmas Mantrijeron. Tugas ini antara lain: mengkoordinir dan

melaksanakan kegiatan PPPK, mengkoordinir kegiatan program KIA-KB, mengkoordinir

kegiatan program Gizi, DOTS, P2M, HIV-AIDS, melaksanakan kegiatan UKS,

melaksanakan tata graha di sub unit ruang BPU, melaksanakan pembinaan posyandu balita,

Lansia, dan kesehatan masyarakat di wilayah kecamatan Mantrijeron, mengkoordinir

kegiatan autopsi verbal dan mengisi Formulir Kematian dan Penyebab Kematian (FKPK),

melaksanakan kegiatan promosi kesehatan, memberikan orientasi kepada dokter baru atau

perawat baru, melaporkan dan mensosialisasikan hasil pelatihan/seminar, membuat rencana

tindak lanjut pasca pelatihan, melaksanakan kegiatan program puskesmas, melaksanakan

sasaran mutu di unit BPU, membuat SPM (Standar Pelayanan Minimal) dan kinerja

puskesmas, dan melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala puskesmas.

Tugas-tugas perawat yaitu:

a. Tugas pokok: memberikan pelayanan keperawatan berupa asuhan keperawatan individu,

keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan

penyakit, penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan, dan peran serta masyarakat dalam

rangka kemandirian keperawatan/kesehatan.

Perawat juga memiliki tugas untuk persiapan pelayanan(menyiapkan dan melakukan

pengecekan tensimeter, stetoskop, dan senter; menyiapkan bahan habis pakai dan minor set;

menyiapkan tempat tidur periksa dan linen; dan menyiapkan meja periksa).Setelah

menyelesaikan persiapan pelayanan, tugas perawat dalam pelayanan kesehatan meliputi

46
pemanggilan pasien; pemeriksaan anamnesa dan vital sign; pencatatan di RM; dan

menuliskan rujukan.Tugas perawat setelah pelayanan meliputi: melakukan entri data;

merapikan tensimeter, stetoskop, senter, dan alat tulis; membersihkan minor set setelah

digunakan; melakukan sterilisasi; mengembalikan RM ke bagian pendaftaran setelah

dientry; dan mencatat adanya ketidaksesuaian pelayanan dan melakukan konfirmasi ke unit

lain jika terjadi ketidaksesuaian pelayanan.

b. Tugas Integrasi meliputi : koordinasi kegiatan program P2M; melaksanakan kegiatan UKS;

melaksanakan pembinaan posyandu Balita, Lansia, dan kesehatan masyarakat di wilayah

kecamatan Mantrijeron; mengkoordinir kegiatan autopsi verbal kematian dan

melaporkannya; melaksanakan kegiatan promosi kesehatan; melaksanakan kegiatan program

kesehatan jiwa; melaksanakan kegiatan program kesehatan mata; melakukan kegiatan

kunjungan rumah (bila diperlukan); melaksanakan tata graha di ruang unit BPU;

melaksanakan kegiatan PPPK, UKK, kesehatan olah raga; menjaga dan mencatat inventaris

di BPU; melaporkan dan mensosialisasikan hasil pelatihan; membuat tindak lanjut paska

pelatihan; melaksanakan inventarisasi barang Pustu dan membuat laporan; dan

melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Puskesmas.

Puskesmas Mantrijeron memiliki Standar Waktu Penyelesaian Pelayanan yang harus

dicapai oleh tenaga kesehatan di BPU guna menjaga standar mutu pelayanan yang terdiri dari:

a. Pelayanan non tindakan (5 – 15 menit)

b. Pelayanan tindakan medik (15 – 30 menit)

c. Konsultasi dokter (15 - 30 menit)

47
Alur pelayanan yang dilakukan di BPU adalah sebagai berikut:

Perawat
Perawat menerima Perawat memanggil menanyakan dan
rekam medis pasiensesuai dengan mencatat keluhan
nomor urut yang utama pasien di
tertera di rekam medis rekam medis

Dokter memanggil pasien Rekam medis kemudian Perawat mengukur


masuk ruang pemeriksaan diberikan pada dokter, pasien tekanan darah
dan melakukan diminta menunggu hingga pasien (dewasa dan
pemeriksaan hingga mendapat panggilan dari ruang lansia), berat badan
diagnosis pemeriksaan dan suhu (anak)

Dokter dapat memberikan Semua tindakan dan terapi Pelayanan di


terapi sesuai dengan diagnosa dicatat dalam rekam medis BPU selesai
yang telah ditegakkan. Pasien pasien yang kemudian oleh
membawa resep obat ke perawat akan dimasukkan
bagian Farmasi dalam Simpus

Dalam satu hari, terdapat rata-rata 75 pasien terdaftar pada BPU Dewasa Puskesmas

Mantrijeron yang menjadikan BPU sebagai klinik dengan total kunjungan terbanyak. Untuk

mengatasi besarnya jumlah pasien, terdapat pembatasan jam pendaftaran, yaitu dari pukul 7.30-

11.00 WIB. Hal ini menyebabkan panjangnya antrian pasien, sementara ketersediaan ruang

tunggu masih kurang hingga banyak pasien terpaksa menunggu di luar puskesmas.

d. KIA/KB

Poli KIA/ KB pada Puskesmas Mantrijeron memberikan pelayanan kesehatan dan

konseling untuk ibu hamil, bayi dan balita, akseptor KB, imunisasi untuk bayi, dan balita, ANC

48
(Ante Natal Care), serta calon penganten (caten). Poli KIA-KB dipuskesmas Mantrijeron

memiliki 4 bidan yang menangani pelayanan yaitu:

1. Hurriyah, SST

2. Tri Ratih S, Amd. Keb

3. Suheni, Amd. Keb

4. Ni Made Suseni, Amd. Keb

Untuk memaksimalkan pelayanan, klinik KIA/ KB memiliki jadwal tertentu. Jadwal


pelayanan dari klinik KIA/ KB adalah sebagai berikut:
Tabel VI. Jadwal pelayanan KIA/KB Puskesmas Mantrijeron
Hari Jenis Pelayanan
Senin ANC- Ibu Hamil
Selasa Balita dan Imunisasi
Rabu ANC- Ibu Hamil dan TT Caten
Kamis KB
Jumat Pustu / kunjungan rumah
Sabtu Pustu / kunjungan rumah

1. ANC / Layanan untuk Ibu Hamil


Menurut Kepmenkes RI nomor 828/Menkes/SK/IX/2008 tentang standar pelayanan
minimal kabupaten, setiap ibu hamil yang datang kepelayanan KIA/KB idealnya akan
mendapat perlakuan 7T, yaitu: tinggi badan, timbang, tensi, TFU (Tinggi Fundus Uteri),
tambah darah, TT (Tetanus Toxoid), dan temu wicara atau konseling. Pemeriksaan ibu hamil
dilakukan secara menyeluruh meliputi kontrol kandungan yang dilakukan di poli KIA-KB
dan rujukan internal ke poli gigi untuk pemeriksaan gigi, laboratorium untuk uji widal,
pemeriksaan HbsAg, rhesus dan pemeriksaandarah rutin, serta poli gizi untuk pasien yang
dianggap memerlukan konsultasi gizi dan konsultasi psikologi bagi yang memerlukan.Setiap
pasien baru juga dianjurkan untuk mengikuti tes HIV sebagai deteksi dini untuk pencegahan
penularan terhadap calon bayi. Di wilayah Puskesmas Mantrijeron setiap ibu hamil berhak

49
mendapatkan jaminan persalinan (Jampersal). Jampersal merupakan jaminan pembiayaan
yang digunakan untuk pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan ibu nifas
(sampai 42 hari pasca melahirkan) termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan
bayi baru lahir (sampai dengan usia 28 hari). Tujuan dari Jampersal yaitu untuk menjamin
akses pelayanan persalinan yang dilakukan oleh dokter atau bidan dalam rangka menurunkan
AKI (Angka Kematian Ibu) dan AKB (Angka Kematian Bayi). Hal ini sesuai dengan
kesepakatan global Millenium Development Goals (MDG’s) yaitu AKI turun menjadi 102
per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.

Alur Pelayanan Ibu Hamil

Memanggil Menimbang BB
pasien sesuai Mengukur TD
nomor urut

Anamnesa Kunjungan Mengukur TB dan


baru/ulang? lingkar lengan kiri
atas
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik

Rujuk ke laborat dan


BP Gigi

Rujuk ke sub unit


lain?

Pemeriksaan sub unit lain Rekam medis dan


dan menerima hasil register KIA
Perlu imunisasi pemeriksaan
TT? Penyuluhan dan
pemberian resep
 Kohor bumil
 Register
Imunisasi TT Selesai
 Buku catatan
imunisasi

50
2. Layanan Caten

Layanan bagi calon penganten dilakukan secara menyeluruh meliputi konsultasi dan edukasi

kesehatan caten di poli KIA-KB kemudian dilakukan rujukan internal untuk pemeriksaan

laboratorium termasuk tes HIV apabila caten berkenan, rujukan ke poli gizi untuk konsultasi

gizi, serta rujukan ke bagian konsultasi psikologi. Poli KIA-KB juga menyediakan suntik TT

(Tetanus Toksoid) bagi caten yang dilakukan setiap hari Rabu yang bertujuan agar caten siap

dalam proses berumah tangga dan siap menghadapi kondisi caten yang terjadi dan melindungi

caten wanita sebagai calon ibu dan bayi yang dilahirkan nanti dari penyakit Tetanus

Neonatorum. Pemeriksaan caten ini bersifat wajib bagi setiap calon penganten yang

mendaftarkan pernikahannya di KUA. Calon penganten tersebut akan diberikan surat sebagai

pengantar untuk dilakukan pemeriksaan caten di puskesmas. Imunisasi ini diberikan sebanyak

lima kali seumur hidup.

3. Keluarga Berencana

KB bertujuan untuk menekan angka kelahiran dan meningkatkan kesehatan ibu sehingga di

dalam keluarga akan berkembang norma keluarga kecil, bahagia, dan sehat. Sasarannya yaitu

pasangan usia subur (PUS). .Layanan KB dilakukan setiap hari Kamis. Jenis KB yang disediakan

oleh Puskesmas Mantrijeron adalah pil, suntik, Intra Uterine Devices (IUD), susuk, dan kondom.

Dari kelima jenis KB tersebut, IUD merupakan KB yang paling banyak digunakan pasien

KIA/KB Puskesmas Mantrijeron sedangkan yang paling jarang digunakan adalah susuk. Selain

kegiatan yang dilakukan di dalam gedung puskesmas, petugas KIA-KB juga memiliki kegiatan

luar gedung yang ditujukan kepada masyarakat (UKM). Kegiatan tersebut berupa kunjungan

rumah (PHN) dan kunjungan TK untuk melakukan deteksi dini tumbuh kembang anak

(DDTKA) bersama dengan petugas dari BP Gigi untuk melakukan screening gigi rutin.

51
Alur Pelayanan KB

Memanggil pasien
sesuai nomor urut

Anamnesa

tidak
Kunjungan baru/ulang? Menimbang BB Konseling KB
Mengukur TD
ya

Menimbang BB
Mengukur TD Pemeriksaan fisik untuk
mengetahui cocok/tidak
kontrasepsi yang
Pemeriksaan fisik untuk sesuai diinginkan
jenis kontrasepsi termasuk
kontrol IUD
Pemberian informed
consent
Perlu rujukan?

Memberi kontrasepsi tidak


Perlu resep? Penyuluhan
yang sesuai
ya

Pemberian resep Kasir

Selesai

4. Imunisasi

Layanan imunisasi bagi balita dilakukan setiap hari Selasa. Jenis imunisasi yang dilayani di

puskesmas Mantrijeron yaitu lima imunisasi dasar lengkap (LIL) berupa imunisasi Hepatitis B1,

BCG, DPT, Polio dan Campak. Imunisasi ini merupakan imunisasi yang diberikan kepada bayi.

Penyimpanan vaksin di Puskesmas Mantrijeron dilakukan sesuai standar dengan menggunakan

alat Cold Chain (refrigerator) dilengkapi cold pack dan freeze tag sehingga sasaran mutu suhu

52
vaksin (2º-8°C) tetap terjaga. Vaksin yang telah terbuka dan tidak habis dalam satu waktu segera

dibuang (tidak digunakan lagi) sehingga mutu imunisasi terjamin.

a) Vaksin Hepatitis B

Vaksin Hepatitis B ini diberikan pada bayi usia 0-7 hari secara intramuskular.

b) BCG

Imunisasi ini diberikan untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit TBC. Vaksinasi

diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan melalui suntikan dibawah lengan.

c) DPT

Imunisasi ini bertujuan untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit difteri, pertusis dan

tetanus. DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak berumur 2 bulan (DPT I), 3

bulan (DPT II), dan 4 bulan (DPT III).

d) Polio

Imunisasi ini diberikan untuk mencegah penyakit poliomyelitis. Imunisasi polio diberikan

sebanyak 4 kali, yaitu polio I (umur 2 bulan), polio II (umur 3 bulan), polio III (umur 4

bulan), dan polio IV (umur 9 bulan).

e) Campak

Imunisasi campak diberikan untuk mencegah penyakit campak. Imunisasi ini diberikan

sebanyak 1 kali pada saat anak berumur 9 bulan atau lebih.

53
Tabel VII. Jadwal Imunisasi
Usia Jadwal Imunisasi
0 bulan BCG, HB
2 bulan IPV I, PV I
3 bulan IPV II, PV II
4 bulan IPV III, PV III
9 bulan Campak
18 bulan Booster PV

Selain keempat sasaran pelayanan kesehatan yang telah dijelaskan sebelumnya, balai

pengobatan KIA/KB juga melaksanakan program screening kesehatan dan perkembangan anak

usia Taman Kanak-Kanak di wilayah kecamatan Mantrijeron. Kegiatan ini biasanya berlangsung

hari Jumat atau Sabtu, dan bekerja sama dengan Balai Pengobatan Gigi dan Poli Psikologi.

Setelah dilakukan pemeriksaan, murid-murid TK yang terindikasi untuk dilakukan perawatan

lebih lanjut akan didata secara khusus dan diinformasikan kepada guru TK tersebut. Jumlah

sasaran yang cukup banyak tersebut membuat Poli KIA/KB memiliki jadwal tertentu agar

pelayanan bisa lebih fokus dan maksimal.

Permasalahan yang umumnya ditemukan pada klinik KIA/KB adalah kurangnya bangku

untuk menunggu antrian bagi pasien ibu yang membawa balitanya untuk dilakukan imunisasi.

Hal tersebut menyebabkan beberapa ibu terpaksa berdiri sambil menggendong bayinya saat

menunggu antrian. Pojok laktasi yang terdapat di Puskesmas Mantrijeron juga tidak

disosialisasikan dengan baik sehingga beberapa ibu tetap dibiarkan untuk menyusui bayinya di

ruang tunggu saat menunggu antrian. Selain itu jadwal imunisasi balita yang hanya ditetapkan 1

hari dalam satu minggu (hanya pada hari Selasa), bidan kesulitan dalam memberikan edukasi

kepada beberapa pasien khusus, dan waktu pendaftaran pasien yang umumnya hanya dibatasi

hingga jam 12.00 WIB. Solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan-

54
permasalahan yang ada di Poli KIA/KB diantaranya adalah dengan pendampingan keluarga

terhadap pasien berkebutuhan khusus saat pemeriksaan, sehingga tidak terjadi bias informasi dan

menambah jumlah bangku untuk menunggu antrian. Selain itu, sosialisasi mengenai pemanfaatan

pojok laktasi.

Tugas pokok dan tugas integrasi masing-masing bidan adalah:

1. Tugas Pokok:

a. Menyiapkan dan melakukan cek alat, obat yang digunakan untuk pemeriksaan KIA dan KB.

b. Melakukan sterilisasi alat.

c. Melaksanakan pelayanan pemeriksaan: (Bumil/ANC, Bufas, Buteki, KB, gangguan

reproduksi, bayi dan anak sehat, imunisasi).

d. Melaksanakan imunisasi (Bayi, Calon penganten, Bumil, Anak SD/BIAS).

e. Menegakkan diagnosis kebidanan.

f. Memberikan terapi/resep (Bumil, KB, Bayi).

g. Memberikan surat cuti untuk Bumil.

h. Memberikan surat keterangan sakit.

i. Melaksanakan pencucian alat.

j. Membereskan alat, obat, dan ruangan.

k. Melaksanakan pencatatan kegiatan KIA dan KB.

l. Melakukan rujukan kasus interbal/eksternal.

m. Melaksanakan konseling KIA dan KB.

n. Melakukan entry data.

o. Melaksanakan kegiatan komunikasi internal di Sub Unit KIA.

p. Melaksanakan kegiatan-kegiatan di KIA sesuai PK dan IK.

55
2. Tugas Integrasi:

a. Melaksanakan pembinaan posyandu balita, lansia, dan kesehatan masyarakat di wilayah

kecamatan Mantrijeron.

b. Melaksanakan kegiatan UKS.

c. Melaksanakan kegiatan PPPK.

d. Melaksanakan kegiatan UKS.

e. Melaksanakan kegiatan promosi kesehatan.

f . Melaporkan dan mensosialisasikan hasil pelatihan.

g. Membuat rencana tindak lanjut pasca pelatihan.

h. Mengikuti pertemuan bulanan di Dinas Kesehatan.

i. Mengikuti pertemuan rutin lintas sektor tingkat kecamatan.

j. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala puskesmas.

Tabel VIII. Fasilitas yang terdapat pada poli KIA-KB


No. Fasilitas KIA Fasilitas KB Fasilitas Imunisasi
1 Dopler Sterilisator Timbangan nasi
2 Tensi Implant set Pengukur panjang bayi (meteran)
3 Timbangan IUD set Kuesioner KPSP
4 Termometer Termometer
5 Meteran Kulkas vaksin
6 Stetoskop Vaksin Carier
7 Fetuskop Bengkok
8 Palu Hammer
9 Mikrotoa
(penghitung tinggi
badan)
10 Oksigen

56
11 Bed
12 Meja Instrumen
13 Pita Lila

e. Psikologi

Pelayanan psikologi di Puskesmas Mantrijeron bertujuan untuk meningkatkan status

kesehatan jiwa bagi masyarakat sekitar, yang diharapkan juga berpengaruh pada perilaku hidup

sehat. Pelayanan psikologi memiliki seorang psikolog yaitu Yustia SA, M.Psi.,Psi. Pelayanan

yang diberikan oleh unit psikologi diantaranya adalah konsultasi berhenti merokok, konsultasi

calon pengantin, konsultasi kespro, konsultasi PKPR, konsultasi VCT, konsultasi rujukan dari

poli (BPU/BPG/GIZI/KIA), konsultasi pola asuh anak, konsultasi parenting, konsultasi jiwa,

konsultasi calon jamaah haji, konselor sebaya, konselor remaja.Rata-rata waktu konsultasi : 15-

30 menit, bisa sampai 45 menit tergantung kasus yang dikonsulkan.

Berikut adalah prosedur pelayanan pasien di Poli Psikologi:

Penerimaan Pencocokan Anamnesa Analisis masalah


Rekam Medis identitas permasalahan yang terjadi pada
pasien pasien yang yang dihadapi pasien
datang ke poli pasienPeneri
psikologi maan Rekam
Medis pasien
Evaluasi Pemeriksaan dan Pengkajian
pencatatan dalam rekam solusi yang
medisPenerimaan Rekam dihadapi pasien
Medis pasien

57
Selain kegiatan konsultasi di dalam gedung, bagian psikologi juga ikut dalam kegiatan

eksternal, contohnya adalah bersama dengan KIA-KB ikut dalam pemeriksaan simulasi, deteksi

dan intervensi dini tumbuh kembang anak (SDIDTKA). Bagian psikologi juga bekerjasama

dengan posyandu untuk memberikan penyuluhan kepada kader serta masyarakat yang ikut dalam

posyandu.

Unggulan dari unit psikologi puskesmas Mantrijeron adalah memiliki ruangan tersendiri

yang ramah remaja. Kendala yang dialami unit psikologi adalah kurangnya monitoring ke

sekolah, kunjungan remaja masih rendah, konsultasi berhenti merokok masih rendah akibat

minimnya pengetahuan masyarakat dan motivasi masyarakat, tenaga konsultan psikologi masih

kurang.

Gambar 16. Ruangan konsultasi psikolog

58
f. One Stop Service

One Stop Service adalah pelayanan kesehatan satu atap di Puskesmas Mantrijeron yang
terdiri dari berbagai macam pelayanan terhadap pasien yang membutuhkan pelayanan khusus.
a. VCT (untuk penderita HIV)
VCT (Voluntary Counseling Test) adalah program konseling yang bertujuan untuk
memberikan dukungan psikologis, edukasi tentang bahaya penyakit HIV/AIDS, edukasi cara
pencegahan penularan HIV/AIDS, promosi perubahan perilaku, pengobatan antiretroviral
(ARV) dan pemecahan masalah yang terkait dengan HIV/AIDS sehingga diharapkan pasien
dapat hidup lebih sehat dan mencegah penularan penyakit HIV/AIDS. Kegiatan VCT pada
Puskesmas Mantrijeron diampu oleh tiga konselor terlatih yang terdiri dari dokter, perawat
dan bidan. Kegiatan ini merupakan salah satu strategi kesehatan masyarakat dan untuk
mengurangi penyebaran penyakit, memiliki prinsip:

1. Sukarela menjalani pemeriksaan HIV Pasien yang menjalani pemeriksaan HIV secara
sukarela akan lebih terjamin keberhasilannya, sehingga VCT tidak direkomendasikan
pada pekerja seksual, Injecting Drug User (IDU), rekrutmen pegawai/tenaga kerja
Indonesia dan asuransi kesehatan, serta pasangan calon penganten (Caten).
2. Saling mempercayai dan terjaminnya konfidensialitas Pelayanan harus bersifat rahasia
untuk menghargai hak pasien. Informasi yang diberikan oleh pasien harus dijaga
kerahasiaannya oleh konselor dan tidak diperbolehkan untuk disebarluaskan kepada
orang lain. Informasi yang diberikan ditulis dan disimpan secara rahasia, sehingga tidak
dapat diambil oleh pihak yang tidak berwenang.
3. Mempertahankan hubungan relasi konselor dan klien yang efektif Konselor harus dapat
memotivasi pasien untuk kembali secara rutin mengambil hasil pemeriksaan dan rutin
mengikuti setiap pertemuan konseling untuk mengurangi perilaku yang tidak sehat.
Konselor diharuskan lebih aktif dalam menjaga hubungan baik dengan pasien, supaya
pasien merasa lebih aman dan nyaman dalam menjalani setiap prosedur pemeriksaan dan
program konseling yang disediakan.
4. Testing merupakan salah satu komponen dari VCT Setiap pasien yang menjalani
pemeriksaan pasien harus mengikuti konseling, sehingga pengetahuan pasien mengenai

59
keadaannya terus berkembang dan diharapkan pasien dapat hidup lebih sehat. VCT
bersifat statis dan mobile.
VCT di Puskesmas Mantrijeron dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Statis VCT (Klinik VCT tetap)

Statis VCT bersifat terintegrasi dalam suatu sarana kesehatan dengan sarana kesehatan

lainnya, bertempat dan menjadi bagian dari layanan di puskesmas Mantrijeron. Puskesmas

Mantrijeron memiliki kemampuan memenuhi kebutuhan masyarakat akan VCT, layanan

pencegahan, perawatan, dan dukungan terkait dengan HIV/AIDS. Dalam pelayanan VCT,

terdapat beberapa hal yang dilakukan yaitu:

1. Konselor menyiapkan perlengkapan untuk konseling

2. Konselor memanggil klien (dengan menyeut nomor registrasi) dan mempersilahkan

masuk ke ruangan

3. Konselor mempersilahkan klien duduk dengan nyaman di kursi yang telah disediakan,

memberi salam dan memperkenalkan diri

4. Konselor menanyakan latar belakang dan alasannya berkunjung ke pelayanan VCT

5. Konselor memberikan informasi tentang HIV/aids, mengklarifikasi tentang fakta dan

mitos HIV/aids termasuk tentang IMS dan menawarkan pemeriksaan IMS secara rutin,

khususnya bagi penasun/Injecting Drug User (IDU)

6. Konselor membantu klien untuk menilai risiko diri klien, mediskusikan prosedur test

HIV/aids, waktu untuk mendapatkan hasil dan arti dari hasil tes

7. Konselor mendiskusikan kemungkinan tindak lanjut setelah ada hasil tes, serta

menjelaskan implikasi terinfeksi atau tidak terinfeksi HIV dan memfasilitasi diskusi

tentang cara menyesuaikan diri dengan status HIV.

60
2. VCT Mobile (Penjangkauan dan keliling)
yaitu penjaringan pasien HIV ke lokasi-lokasi tertentu. Melalui penjaringan tersebut, seluruh

masyarakat yang ikut akan dilakukan pemeriksaan kesehatan dan laboratorium. Apabila

terdapat masyarakat yang positif maka akan diberikan pelayanan lebih lanjut dari

puskesmas. Pelayanan ini adalah model layanan yang dilakukan oleh petugas puskesmas

Mantrijeron yang bekerjasama dengan LSM dengan langsung mengunjungi sasaran

kelompok masyarakat yang memiliki perilaku berisiko atau berisiko tertular HIV/AIDS di

wilayah Mantrijeron.Layanan ini diawali dengan survei atau penelitian atas kelompok

masyarakat di wilayah Mantrijeron dan survei tentang layanan kesehatan dan layanan

dukungan lainnya.

b. Pojok DOTS (Directly Observer Treatment Shortcourse, untuk penderita TBC)

Puskesmas Mantrijeron telah memiliki klinik TBC sejak tahun 1995 yang menjadi Pusat

Rujukan Mikroskopis untuk pemeriksaan sampel TBC dari empat puskesmas satelit, yaitu:

Puskesmas Wirobrajan, Kraton, Megangsan, Gondomanan. Klinik TBC di Puskesmas

Mantrijeron memiliki seorang petugas konseling yang bekerjasama dengan dokter-dokter dari

balai pengobatan umum untuk melayani konsultasi dan pengobatan TBC. Di wilayah

Mantrijeron sebagian besar pasien berasal dari pasien lansia dan usia terendah berumur 13 tahun.

Pasien yang positif terkena TBC kemudian dirujuk ke klinik TBC di Puskesmas Mantrijeron

yang kemudian dilakukan pengobatan selama kurang lebih enam bulan dan diberikan dalam dua

tahap: (1) tahap intensif, dimana penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi secara

langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat, dan; (2) tahap lanjutan, dimana penderita

mendapat jenis obat yang lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama.

61
c. Penanganan Infeksi Menular Seksual (IMS)

Beberapa jenis penyakit infeksi yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual adalah

seperti gonorrhea, herpes genitalis, kutil kelamin, sifilis dan HIV/aids. Prosedur penanganan IMS

diantaranya anamnesa keluhan pasien yang berkaitan dengan IMS, pemeriksaan fisik dan

laboratoris, pemberian obat-obatan (medikasi), evaluasi, dan konseling dengan Voluntary

Counseling Test (VCT). Untuk tindakan pencegahannya, puskesmas Mantrijeron juga melakukan

sosialisasi tentang penyakit menular seksual (PMS) ke usia remaja melalui sekolah-sekolah atau

organisasi karangtaruna.

d. Klinik berhenti merokok (pasien umum/TBC yang merupakan perokok berat)

Klinik berhenti merokok di Puskesmas Mantrijeron secara resmi dibuka pada tanggal 12

November 2009 bertepatan dengan Hari Kesehatan Nasional. Pelayanan yang diberikan berupa

konseling oleh seorang konselor untuk membantu para perokok untuk berkonsultasi mengenai

berhenti merokok. Setelah berjalan 5 tahun, program ini dirasa masih kurang berhasil karena

sedikitnya pasien yang dating dengan keinginan sendiri. Rata-rata pasien yang datang adalah

pasien yang dirujuk dari Balai Pengobatan Umum, Balai Pengobatan Gigi, dan Balai Pengobatan

Lansia. Kebanyakan pasien yang berhasil berhenti merokok adalah pasien yang menderita TBC

dengan termotivasi ingin menyembuhkan penyakitnya.

g. Laboratorium

Laboratorium merupakan bagian penting yang berfungsi sebagai pemeriksaan penunjang di

Puskesmas Mantrijeron dengan 2 orang pegawai yang terdiri dari 2 orang laboran,yaitu Shytia

D.J.P., Amd.AK dan Nanang G., Amd.AK. Waktu pelayanan yang dilakukan adalah setiap hari

senin sampai dengan sabtu sesuai dengan jam pelayanan puskesmas. Laboratorium menerima

rujukan internal seperti poli umum, poli KIA, poli gigi, poli gizi, serta rujukan eksternal dari luar

62
puskesmas mantrijeron. Untuk pasien yang merupakan rujukan luar puskesmas mantrijeron, alur

pelayanannya adalah pasien harus melakukan pendaftaran untuk masuk ke poli umum, lalu akan

diperiksa dan diberikan rujukan internal ke bagian laboratorium. Pelayanan pasien di bagian

laboratorium rata-rata lama pelayanan diberikan per pasien untuk pengambilan sediaan adalah 5-

10 menit dan untuk pemeriksaan hasilnya 5 – 120 menit.

Tugas dan tanggung jawab tenaga teknis Laboratorium Puskesmas Mantrijeron, yaitu:

1. Melaksanakan kegiatan teknis operasional laboratorium sesuai kompetensi dan kewenangan

berdasarkan pedoman pelayanan dan standar prosedur operasional;

2. Melaksanakan kegiatan mutu laboratorium;

3. Melaksanakan kegiatan pencatatan dan pelaporan;

4. Melaksanakan kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium;

5. Melakukan konsultasi dengan penanggung jawab laboratorium atau tenaga kesehatan lain;

6. Menyiapkan bahan rujukan spesimen.

Persiapan pelayanan di subunit laboratorium meliputi persiapan alat laboratorium,

reagen, kapas, alkohol, desinfektan serta melakukan pengecekan alat dan setelah Setelah

pelayanan, dilakukan penyimpanan semua alat dan reagen untuk pemeriksaan sesuai tempatnya,

pencatatan pemakaian reagen dan bahan/barang setiap hari, pencatatan barang dan reagen yang

habis, pencatatan permintaan barang, pembuatan laporan harian pemakaian reagen,

melaksanakan pembuangan limbah medis sesuai tempatnya, serta melakukan entri data pasien

(administrasi).

63
Jenis-jenis pemeriksaan laboratorium yang dilayani di puskesmas Mantrijeron adalah

sebagai berikut:

JENIS PEMERIKSAAN
Kimia Darah Hematologi Urinologi Lain-Lain
Gula darah sewaktu Darah rutin Urin rutin Widal
Gula darah puasa Angka leukosit Reduksi glukosa HIV
Gula darah 2 jam pp Angka eritrosit Protein Gonnorhea
Kolesterol total Angka trombosit Tes kehamilan VDLR/RPR
Kolsterol HDL Hitung jenis leukosit TPHA
Kolesterol LDL Retikulosit Test NAPZA
Triliserida Laju enap darah HBsAg
Asam urat Hemoglobin Anti HBsAg
Ureum Clotting time Faeces rutin
Kreatinin Bleeding time BTA
SGOT Golongan darah Paket IMS
SGPT Rhesus
Malaria
hematokrit

Gambar 17. Alat dan Bahan Laboratorium

64
Terdapat 3 alur pelayanan di dalam laboratorium puskesmas Mantrijeron, yaitu:

1. Alur Pelayanan Laboratorium di tempat :

a. Petugas menerima pemeriksaan di bagian pendaftaran/BP umum/KIA–KB tentang adanya

pelayanan laboratoriumm ditempat

b. Petugas menyiapkan alat-alat dan bahan pemeriksaan spesimen sesuai permintaan

c. Mencocokkan identitas pasien

d. Petugas mengambil spesimen

e. Pemeriksaan spesimen

f. Buku register dan blangko hasil pemeriksaan

g. Menyerahkan hasil pemeriksaan ke pasien

2. Alur Pelayanan Laboratorium :

a. Permohonan pemeriksaan laboratorium + Kwitansi Pembayaran

b. Mencocokan identitas pasien

c. Petugas mengambil spesimen

d. Pemeriksaan spesimen

e. Buku register dan blangko hasil pemeriksaan

f. Menyerahkan hasil pemeriksaan ke pasien.

3. Alur Pelayanan Laboratorium PRM (Puskesmas Rujukan Mikroskopis) :

a. Form TBOS

b. Petugas menerima permohonan pemeriksaan sediaan

c. Mencocokan identitas slide yang dikirim

d. Petugas mencatat di buku register

e. Petugas menyiapkan alat dan bahan pemeriksaan sediaan

65
f. Petugas melakukan pewarnaaan sediaan

g. Petugas melakukan pemeriksaan sediaan

h. Petugas mencatat hasil pemeriksaan ( Reg TB. 04 dan form TB. 05)

i. Petugas menyerahkan hasil pemeriksaan ke puskesmas pengirim

Gambar 18. Jenis–jenis pemeriksaan laboratorium Puskesmas Mantrijeron

Laboratorium menjadi salah satu sumber penghasil limbah cair, padat dan gas yang

berbahaya apabila tidak ditangani dengan benar. Limbah atau sampah yang dihasilkan oleh

kegiatan di laboratorium dikelola dengan cara berikut :

1. Limbah padat medis, ditempatkan pada satu tempat sampah khusus yang sudah diberi tanda

dan dilapisi plastik berwarna kuning, apabila setelah selesai pelayanan sampah tersebut

diserahkan kepada petugas sanitarian dan tidak lupa dilakukan penimbangan terlebih dahulu.

2. Sampah medis sisa sampel sputum pemeriksaan BTA, kedalam pot berisi sisa sampel sputum

dimasukkan larutan kaporit 5,25% atau lysol 50%, kemudian sputum pot ditutup kembali

dengan rapat dan dimasukkan kedalam kantong plastik kemudian diikat.

66
3. Sampah medis spuit dan blood lancet ditempatkan pada satu wadah khusus berupa box kertas

tebal berwarna kuning bertuliskan safety box, kemudian setelah box tersebut penuh

diserahkan kepada sanitarian dan tidak lupa dilakukan penimbangan terlebih dahulu.

4. Limbah cair medis dibuang melalui bak, selanjutnya limbah tersebut ditampung pada sebuah

jerigen tertutup rapat yang telah di dekontaminasi terlebih dahulu. Setelah djerigen tersebut

penuh kemudia diserahkan kepada petugas sanitarian.

Gambar 19. Limbah medis laboratorium

h. Gizi

Bagian gizi di Puskesmas Mantrijeron memberikan pelayanan konsultasi gizi, terapi

diet, pemberian intervensi gizi serta terintegrasi dengan pelayanan kesehatan dasar. Bagian gizi

dijalankan oleh dua orang ahli gizi yaitu Neni Nurani, S.ST dan Anisa Yudi Pradini, S. Gz. Ahli

gizi memiliki tugas untuk memberikan pelayanan di dalam puskesmas berupa konsultasi gizi,

dan melakukan pelayanan di luar puskesmas seperti posyandu, penyuluhan gizi, pemantauan dan

lain-lain.

Pelayanan di dalam puskesmas dilaksanakan setiap hari Senin-Sabtu, sesuai jam

layanan Puskesmas Mantrijeron berupa konsultasi gizi bagi semua masyarakat kecamatan

67
Mantrijeron. Konsultasi biasanya seputar lima masalah gizi yaitu KEP (kurang energi protein),

Anemia Gizi Besi, GAKY (Gangguan akibat kekurangan yodium), Obesitas, dan Kurang vitamin

A. Metode konsultasi yang dilakukan oleh ahli gizi adalah dengan wawancara secara langsung

dan penyuluhan dibantu alat peraga seperti leaflet, contoh-contoh makanan bergizi seimbang,

maupun sarana audiovisual, sedangkan pelayanan di luar gedung dilakukan sesuai jadwal yang

telah disusun setiap tahun.

Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh bagian gizi puskesmas Mantrijeron diantaranya:

1. KIE, Pembinaan dan penyuluhan gizi

2. Konsultasi gizi

3. Pembagian dan Sweeping vitamin A Balita

4. Sosialisasi dan Pemantauan KADARZI

5. Entri dan Analisis Pemantauan KADARZI

6. Pemantauan Konsumsi Gizi (PKG)

7. Pemantauan garam beryodium tingkat RT

8. Pembagian vitamin A ibu nifas dan campak

9. Pertemuan UPGK (gizi)

10. Pemantauan status gizi balita

11. Entry data PSG balita

12. Pemantauan bumil KEK dan anemia

13. Entri data SKDN

14. Pelaporan LB 3

15. Pelaporan dan pelacakan gizi buruk

16. Orientasi ASI eksklusif

68
17. Koordinasi TPG, MMD

18. Pembagian PMT dan vitamin pada Balita Gizi Buruk dan Bumil Risiko Tinggi

19. Pembagian MPASI Gakin

20. Pertemuan rutin petugas gizi

21. Rapat rutin puskesmas

22. Pembinaan posyandu

23. Pemantauan PMT

24. Penanganan gizi buruk

25. Pencatatan dan pelaporan

26. Perencanaan dan pelaksanaan sasaran mutu gizi

27. Pembuatan laporan tahunan

28. Rapat rutin ISO

29. DDTKA ke TK/Playgroup

Salah satu kegiatan di luar puskesmas oleh bagian gizi adalah Posyandu Balita serta

Pembagian Makanan Tambahan (PMT) dan Makanan Pendamping (MP). Posyandu di

kecamatan Mantrijeron berjumlah 56 yang terbagi dalam tiga kelurahan yaitu Mantrijeron,

Suryodiningratan dan Gedongkiwo (wilayah kerja Mantrijeron). Kegiatan yang dilakukan antara

lain melakukan penimbangan berat badan dan tinggi badan, pemeriksaan kesehatan gigi,

pemeriksaan tumbuh kembang anak, dan konsultasi gizi balita. Hasil pemeriksaan dicatat pada

Kartu Menuju Sehat (KMS) dan Kartu Menuju Gigi Sehat (KMGS), serta disalin di buku

rekapan kesehatan dari puskesmas untuk memantau perkembangan dan pertumbuhna balita di

wilayah tersebut, serta pemantauan tumbuh kembang gigi.

69
Jumlah ahli gizi yang terbatas sering menimbulkan masalah pada bagian gizi.

Contohnya adalah saat hari pelayanan PMT (Pemberian Makanan Tambahan) petugas kewalahan

karena rasio petugas dan pasien yang tidak seimbang. Ruangan yang kecil dan kurangnya privasi

dalam ruang konsultasi menjadi masalah lain. Tidak adanya sekat membuat pasien konsultasi

dapat mendengar pasien yang lain saat ada dua konsultasi pada waktu bersamaan.

i. Farmasi

Pelayanan kefarmasian di puskesmas Mantrijeron memiliki 3 orang petugas, yaitu Sri

Rahayu, Wiwik DSAR,S.Farm.Apt., dan Tiwi Galuh, S.Farm. Ketiganya dibagi shift kerja,

setiap hari ada 2 orang petugas yang bertugas menerima resep, pembuatan racikan obat,

pengambilan dan penyerahan obat pada pasien serta memberi penjelasan cara mengkonsumsi

obat yang diambil pasien.

Loket farmasi di puskesmas Mantrijeron dibagi menjadi dua sesuai dengan denah alur

pelayanan, yaitu loket bagi pasien sehat (KIA-KB) dan loket farmasi bagi pasien sakit.

Alur pelayanan obat bagi pasien adalah sebagai berikut:

1. Pasien datang meletakkan resep diatas tempat resep yang telah disiapkan.

2. Petugas mengambil dan mengecek kelengkapan resep, meliputi nama, dokter yang merawat,

dan obat yang harus disiapkan.

3. Resep kemudian diserahkan ke bagian asisten untuk dicarikan obat yang sesuai dengan resep

atau apabila butuh peracikan obat maka obat akan diracik. Apabila obat yang tertulis diresep

tidak tersedia/habis maka petugas akan melaporkan dan konsultasi ke dokter yang

memberikan resep untuk diresepkan obat pengganti atau pencoretan resep atau anjuran

membeli obat tersebut di apotek luar puskesmas.

70
4. Obat yang telah siap diberikan etiket sesuai aturan pemakaian. Etiket dibedakan menjadi

beberapa warna, yaitu:

 Warna putih : sediaan tablet dan syrup

 Warna biru : salep, obat tetes (obat luar)

5. Obat yang sudah selesai dicek oleh petugas dibagian penerimaan resep sebelum diberikan ke

pasien.

6. Kemudian obat diserahkan ke pasien dengan penjelasan cara pemakaian obat.

Gambar 20. Rak Penyimpanan Obat

Jenis obat-obatan yang ada di farmasi adalah obat antibiotik, antibakteri, analgesik,

antipiretik, antifungal, antikoagulan, antihipertensi, antitusif dan obat-obat psikotropika

(diazepam, alprazolam, clobazam, haloperidol, fenoferbital). Adapun sediaan obat yang tersedia

di bagian farmasi puskesmas Mantrijeron adalah puyer, tablet, salep, sirup, bedak, obat tetes,

supositoria, injeksi.. Peracikan obat yang dapat dilakukan hanya puyer dan rekonstitusi seperti

pada amoxicillin syrup dan paracetamol syrup setiap ada permintaan. Pengadaan obat dilakukan

setiap akhir bulan, petugas farmasi mencatat obat-obat yang sudah habis dan obat yang masa

berlakunya akan segera berakhir. Semuanya ditulis dalam laporan yang akan diserahkan ke

71
pemasok obat yakni UPT Farmasi dan khusus obat-obatan yang masa berlakunya akan segera

berakhir memiliki form tersendiri dari UPT Farmasi.

Obat-obatan di bagian farmasi puskesmas Mantrijeron disimpan dalam ruang gudang

penyimpangan obat.Sistem peletakkan obat dibagian pelayanan dan gudang penyimpanan obat:

a. Obat diletakkan urut berdasarkan abjad

b. Dikelompokkan berdasarkan sediaan

c. Obat yang bersifat psikotropik atau obat keras diletakkan di lemari tersedia dengan sistem

terkunci

d. Di gudang penyimpanan obat, obat juga dikelompokkan berdasarkan metode FEFO (First

Expired First Out)

Gambar 21. Proses Peracikan Obat

Setiap obat datang dan keluar dari gudang penyimpanan obat dicatat oleh petugas pada

kartu pencatatan yang diletakkan di setiap rak obat sesuai dengan nama obatnya.

Sistem pengadaan Obat dibagi menjadi 2:

1. Pengajuan ke Dinas Kesehatan Yogyakarta

72
- Bagian Farmasi membuat laporan LPLPO (Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan

Obat) setiap bulan,

- LPLPO diserahkan ke bagian farmasi dan alat kesehatan UPT Dinas Kesehatan

Yogyakarta

2. Pengadaan Mandiri berupa Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)

- Seluruh BP di puskesmas Mantrijeron melaporkan setiap kebutuhan BMHP tiap bulan ke

bagian farmasi

- Bagian farmasi menyerahkan rekapan data ke bagian pengadaan puskesmas Mantrijeron

- Bagian pengadaan puskesmas Mantrijeron kemudian melakukan pengecekan e-katalog

barang, jika bahan ada pada suplier maka dapat langsung dilakukan pemesanan. Namun

jika bahan tidak ada di e-katalog bagian pengadaan membeli secara manual bahan yang

dibutuhkan.

Obat yang telah melewati masa kadaluarsa kemudian dikumpulkan dan dipisahkan

berdasarkan jenis obatnya. Pendataan dilakukan sekaligus membuat Berita Acara. Apabila proses

pendataan telah selesai maka obat tersebut kemudian dikembalikan ke UPT Dinas Yogyakarta.

j. Kesehatan Lingkungan dan Promosi Kesehatan

Unit kesehatan lingkungan di puskesmas Mantrijeron bertujuan untuk meningkatkan

kebersihan lingkungan yang dapat menjamin masyarakat mencapai derajat kesehatan yang

optimal. Pelayanan kesehatan lingkungan dan promosi kesehatan di puskesmas dilakukan oleh 1

orang tenaga kesehatan lingkungan, 1 orang surveilan puskesmas, dan 3 orang surveilan

kelurahan. Pelayanan kesehatan lingkungan dan promosi kesehatan di puskesmas Mantrijeron

memiliki beberapa tugas pokok dan tugas integrasi.

73
Tugas pokok unit kesehatan lingkungan dan promosi kesehatan :

1. Pengawasan dan pemantauan kesling TTU, TPM, industri

2. Pengawasan dan pemantauan sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

3. Pengawasan lingkungan pemukiman atau sekolah

4. Pengawasan kepadatan lalat, tempat pembuangan sampah (TPS)

5. Pengawasan kualitas air

Sesuai dengan permintaan institusi (kantor maupun sekolah) atau perseorangan, petugas akan

mengambil sampel air kemudian membawanya untuk diperiksa di laboratorium air bersih.

6. Inspeksi sanitasi air bersih

7. Mengambil sampel makanan, air SGL atau PDAM, sampel tanah yang ditentukan oleh Dinas

kesehatan dan atas permintaan masyarakat atau institusi

8. Melaksanakan Pemantauan Epidemiologi (PE)

9. Mengkoordinir jumantik di wilayah

Puskesmas Mantrijeron memiliki program jumantik mandiri yang melibatkan kader di rumah

masing-masing. Evaluasi program dilakukan 3 bulan sekalidan dilakukan pertemuan evaluasi.

Program ini masih memiliki kekurangan yaitu beberapa kader yang tidak jujur dalam

pelaporan jumlah jentik.

10. Merekap laporan-laporan pemantauan jentik dari wilayah

11. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan kegiatan Kesling

12. Mengkoordinir dan melaksanakan kegiatan Promkes

13. Melakukan pendampingan dan pemantauan kegiatan kelurahan siaga (kesi)

14. Mempertanggungjawabkan anggaran kegiatan Kesling dan promkes

Tugas integrasi pelayanan kesehatan lingkungan dan promosi kesehatan:

74
1. Melaksanakan pembinaan posyandu balita, lansia, dan kesehatan masyarakat di wilayah

kelurahan Gedongkiwo dan Mantrijeron

2. Melaksanakan kegiatan P3K

3. Melaksanakan pembinaan UKS

4. Melaksanakan kegiatan program puskesmas

5. Melaporkan dan mensosialisasikan hasil pelatihan

6. Membuat rencana tindak lanjut paska pelatihan

7. Melaksanakan tata graha di ruang kerja

8. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala puskesmas

Unit kesehatan lingkungan di puskesmas Mantrijeron memiliki dua jenis pelayanan

yaitu pelayanan di dalam gedung dan di luar gedung. Pelayanan di dalam gedung yaitu berupa

konsultasi mengenai air sumur, serta konsultasi sanitasi yang merupakan rujukan BP umum

berupa kasus penyakit yang berbasis lingkungan, seperti diare, ISPA, dan lain sebagainya.

Setelah melakukan konsultasi maka sanitarian menindaklanjutinya dengan melakukan kunjungan

ke lokasi. Kunjungan ini bertujuan untuk melakukan penyelidikan epidemiologis, seperti apakah

ada penderita lain, apakah ada penularan, dan apakah di lokasi ditemukan indikator lingkungan

yang terkait dengan penyakit tersebut. Dari hasil penyelidikan dilakukan evaluasi. Hasil evaluasi

menentukan apakah perlu dilakukan tindak lanjut terhadap kejadian tersebut.

Pelayanan di luar gedung berupa pendataan rumah, insepksi sanitasi rumah, inspeksi

sarana air bersih, pengambilan sampel air, pengawasan kualitas air dll. Program-program

promosi kesehatan di puskesmas Mantrijeron berupa penyuluhan dengan sasaran perorangan,

kelompok, dan kelompok potensial yang hampir mencakup semua sektor, selain itu pembuatan

75
spanduk dan banner yang kemudian diletakan di posyandu dan sekolah juga menjadi salah satu

program promosi kesehatan puskesmas Mantrijeron.

Salah satu program promosi kesehatan yaitu adalah penyuluhan mengenai PHBS

(perilaku hidup bersih dan sehat). Deklarasi STBM (terdiri dari stop BAB sembarangan,

pengelolaan air minum, cuci tangan menggunakan sabun, pengelolaan air limbah, dan

pengelolaan sampah). Persentase Rumah Tangga ber-PHBS, hasil pendataan. PHBS yang

dilakukan pada tahun 2014 di wilayah puskesmas Mantrijeron menunjukkan cakupan rumah

tangga ber-PHBS baru mencapai 84,39%, cakupan kepemilikan jamban sehat dan pengelolaan

air limbahh pada keluarga sebesar 100%, dan persentase rumah tangga menurut jenis sarana air

bersih yang digunakan mencapai 100%.

Terdapat pula program penanggulangan penyakit pada puskesmas Mantrijeron salah

satunya adalah penanggulangan penyakit DBD. Kegiatan tersebut terdiri dari pemberantasan

sarang nyamuk (PSN), fogging, penggunaan larvasida 65 (abatisasi), penyebarluasan leaflet

DBD, pemantauan jentik berkala oleh kader jumantik, dan rapat lintas sektoral. Apabila ada

laporan temuan kasus DBD (+) beserta 2 orang dengan keluhan panas demam maka harus

ditindaklanjuti segera dalam 1x24 jam. Laporan bisa didapatkan dari rumah sakit/ keluarga

pasien/ kader setempat. Tindak lanjut dilakukan oleh petugas surveilan puskesmas dengan

melakukan fogging pada daerah tersebut. Fogging ini bertujuan membunuh nyamuk dewasa dan

memutus mata rantai. Selanjutnya perlu diikuti dengan pemberantasan sarang nyamuk.

Permasalahan : (1) Ketersediaan alat pengukuran lingkungan fisik yang kurang dan tidak

memadai; (2) Kurangnya SDM. Solusi masalah : (1) Perlu adanya pendataan ulang untuk

keperluan logistik yang tidak memadai dan penambahan alat pengukuran fisik; (2) Perlu adanya

76
penambahan tenaga kesehatan untuk unit promkes dan kesling agar kegiatan dapat dilaksanakan

dengan maksimal

Unit kesehatan lingkungan juga bertanggungg jawab dalam pengelolaan limbah.

Pengelolaan limbah di Puskesmas Mantrijeron secara umum, membagi limbah menjadi dua yaitu

limbah medis dan limbah non medis. Limbah medis merupakan barang bekas pakai sisa hasil

kegiatan pelayanan di puskesmas. Limbah medis nantinya digolongkan menjadi dua yaitu limbah

medis padat dan cair. Limbah non medis merupakan limbah yang bukan berasal dari medis,

seperti sisa kertas, botol minuman, daun-daunan.

A. Limbah Medis

Limbah medis padat dibagi lagi menjadi dua yaitu limbah medis logam tajam dan non

logam tajam. Petugas pengelola limbah medis menyediakan duas tempat sampah berbeda untuk

keduanya. Safety box digunakan untuk pembuangan limbah medis logam tajam seperti jarum

suntik, jarum cytoject, dan jarum lanset. Limbah medis padat non logam seperti kapas bekas

luka,irisan luka, gigi cabutan, gelas kumur, suction, dimasukkan ke dalam tempat sampah medis

yang memiliki kantong plastik berwarna kuning.Untuk limbah medis cair sudah dibuatkan

saluran tersendiri di setiap unit, sehingga limbah tersebut dapat langsung dibuang pada

tempat/wastafel yang tersedia, yang dialirkan ke bak penampungan khusus.

Pertugas kebersihan setiap hari setelah jam pelayanan selesai akan mengumpulkan limbah

medis padat non logam kemudian menimbang dan mencatat untuk masing masing unit

pelayanan. Limbah medis padat non logam kemudian dibawa ke tempat penampungan limbah

medis. Safety box berisi limbah medis logam akan diambil saat penuh untuk kemudian dibawa

ke tempat pengumpulan limbah medis padat. Petugas dari perusahaan rekanan Jasa Prima

77
Perkasa akan mengambil limbah medis seminggu sekali. Sementara limbah medis cair dibawa

untuk diolah di rumah sakit Kota Yogyakarta.

B. Limbah non-medis

Petugas kebersihan memilah jenis sampah non medis yang organic dan

anorganik.Kemudian dimasukkan ke tempat pembuangan yang ada di bagian belakang

puskesmas sesuai jenisnya. Untuk sampah organic (sampah basah) berupa sisa makanan, sampah

daun, sayuran dan buah-buahan diolah puskesmas dengan komposter, sedangkan sampah

anorganik (sampah kering) seperti botol, plastic, styrofoam, dan kertas langsung dibuang ke

tempat pembuangan sementara.

Kendala yang dihadapi unit kesehatan lingkungan adalah jumlah tenaga kerja yang

kurang. Hal ini mengakibatkan sulitnya kontrol ke lapangan dan jalannya program yang ada.

Monitoring program di masyarakat juga kurang karena keterbatasan petugas yang ada.

Gambar 22. Tempat penampungan sampah medis

78
Gambar 23. tempat sampah organik non organik

Gambar 24. Komposter sampah organik

k. Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Mantrijeron

Balai pengobatan gigi (BP Gigi) Puskesmas Mantrijeron memberikan pelayanan kesehatan

gigi dan mulut dasar yang meliputi usaha-usaha promotif, preventif, dan kuratif. BP Gigi

Puskesmas Mantrijeron saat ini memiliki 3 tenaga perawat (Sutiyaningsih, AMKG., Suparmi,

79
AMKG, Asih Murdiyati, SST ) dan 2 tenaga dokter gigi (drg. Edwina Magdalena, drg. Wahyu

Sulistyani Hapsari). Masing-masing dokter gigi dan perawat gigi memiliki tugas pokok dan

fungsi yang berbeda.

Tugas pokok dan fungsi dokter gigi di Puskesmas Mantrijeron

I. Persiapan pelayanan pasien

Memastikan semua hal di bawah ini telah disiapkan dan terjadwal dengan baik seperti :

1. Semua peralatan yang ada di BPG telah bersih

2. Bur, dental unit, mikromotor, kompresor, tensimeter, stetoskop, ultrasonic scaler (USS),

dan light cure sudah berfungsi dengan baik

3. Desinfektan, kapas, air kumur, linen, bahan-bahan gigi, alat-alat diagnosis, handscoon, dan

masker telah siap dipergunakan

II. Pelayanan pasien

1. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan pasien

2. Menentukan diagnosis dan terapi yang sesuai

3. Melakukan tindakan perawatan (pencabutan, penambalan, pengobatan dan scaling) pada

pasien dewasa dan anak sesuai kompetensi

4. Menulis resep sesuai diagnosis

5. Melayani konsultasi pasien

6. Melayani rujukan jika ada kasus yang perlu dirujuk

a. Rujukan dalam (antar klinik)

b. Rujukan ke pelayanan kesehatan yang lebih tinggi

7. Mencatat jumlah biaya pada nota pembayaran

8. Melakukan tindakan darurat medik gigi dan mulut

80
9. Membuat rencana tindak lanjut pasca pelatihan

10. Melaksanakan tata graha

11. Membuat sasaran mutu BPG

12. Membuat catatan implementasi sasaran mutu

13. Mencatat ketidaksesuaian pelayanan

14. Melaporkan ketidaksesuaian pelayanan pada MR

15. Mencatat hasil rekomendasi tindakan perbaikan dan pencegahan

16. Mencatat anamnesis, diagnosis, dan terapi pada RM

III. Setelah pelayanan pasien

1. Melakukan entri data pasien

2. Melakukan permintaan barang habis

IV. Kegiatan Tambahan

1. Mengikuti Rapat Rutin dan Lintas Sektoral

2. Melaksanakan penyuluhan UKGS/UKGMD

3. Pembinaan Wilayah

4. Melakukan screening

5. Melaksanakn BIAS

6. Mengikui Seminar/Pelatihan

7. Administrasi ISO

Tugas pokok Perawat Gigi di Puskesmas Mantrijeron

1. Persiapan pelayanan pasien

a. Membersihkan semua peralatan yang ada di BPG

b. Menyiapkan desinfektan

81
c. Menyiapkan kapas

d. Membuat kapas gulung

e. Menyiapkan linen

f. Menyiapkan air kumur

g. Menyiapkan bahan-bahan gigi

h. Menyiapkan alat-alat diagnosa

i. Menyiapkan handscoon dan masker yang akan digunakan

2. Pelayanan pasien

a. Melakukan pemanggilan di ruang BPG

b. Melakukan anamnesis pasien

c. Melakukan pemeriksaan pasien

d. Menentukan diagnosis

e. Melakukan tindakan perawatan (penambalan, pengobatan, pemcabutan gigi, dan

scaling) pada pasien sesuai kompetensi

f. Mencatat jumlah biaya pada nota pembayaran

g. Membersihkan alat-alat yang telah digunakan oleh pasien untuk digunakan pada pasien

di hari berikutnya

3. Setelah pelayanan

a. Membersihkan semua peralatan yang telah digunakan

b. Sterilisasi alat

c. Melakukan entri data pasien

d. Mencocokan data pasien yang datang ke BPG pada bagian pendaftaran dan kasir

82
e. Menyimpan semua alat yang sudah disterilkan dan bahan yang telah dipakai pada

tempatnya

f. Mencatat hasil perawatan pada buku rekam medik

g. Mencatat bahan habis

h. Melakukan permintaan barang habis

i. Mencatat penerimaan barang dan bahan habis

j. Membuat catatan stok barang dan bahan

k. Membuat laporan bulanan tindakan dan kasus BPG

l. Memisahkan sampah medis dengan non medis dan membuang sesuai jenisnya di tempat

sampah.

4. Kegiatan Tambahan

a. Melakukan kunjungan rumah

b. Membina PSM pada masyarakat

c. Melaksanakan penyuluhan kesehatan

d. Pencatatan dan Pelaporan

e. Pendataan kemandirian UKBM

f. Mengolah data PHBS Rumah Tangga

g. Melakukan persiapan dan evaluasi pendataan PHBS

h. Membuat profil UKBM

i. Melatih kader kesehatan

j. Melakukan koordinasi Lintas Sektoral

k. Pembinaan Wilayah

l. Melakssanakan kegiatan UKS

83
m. Melakukan kegiatan screening

n. Mengkompilasi dan mengolah data hasil screening anak sekolah

o. Melaksanakan BIAS

p. Rapat dan pertemuan

q. Membuat dan menyelesaikan SPJ

r. Administrasi ISO

Alur pelayanan BP Gigi Puskesmas Mantrijeron

Pasien yang ingin berobat ke BP Gigi harus mendaftar terlebih dahulu ke bagian

pendaftaran, kemudian dilakukan pencarian rekam medis.

Alur pelayanan di Balai Pengobatan Gigi

Terima rekam Panggil pasien Cocokkan


medis a) sesuai urutan identitas pasien
dengan RM
dan no.urut no. urut
Mendudukkan pasien Ya dengan no. uruttidak Koordinasi
Anamnesa
di Dental Unit Sesuai? ke sub unit
Ya
tidak
pendaftaran
Perlu Pemeriksaan Menentukan Rencana
Diagnosa
Penunjang? tidak Perawatan
Rujuk ke
Butuh Rujukan? pelayanan
Lab/ Ro Ya yang lebih
Foto tinggi

Bayar di Kasir Tindakan/Perawatan

Selesai Ya
Obat Perlu Resep?

Tidak

84
Untuk pasien anak dari sekolah maka saat mendaftar harap membawa buku pelayanan

dari sekolah karena rekam medisnya menjadi satu dengan siswa lainnya. Kemudian petugas dari

bagian rekam medik akan memberikan rekam medis pasien tersebut ke BP Gigi, selanjutnya

pasien akan dipanggil oleh perawat gigi sesuai dengan nomor urut pendaftaran. Pasien yang telah

dipanggil kemudian dipersilakan duduk di kursi dental unit.

Bagi pasien dewasa yang baru pertama kali mendaftar ke BP Gigi, maka dilakukan

pemeriksaan kesehatan gigi secara menyeluruh meliputi pengisian odontogram, DMF-T dan

OHI-S oleh dokter gigi atau perawat gigi, kemudian setelah itu baru dilakukan anamnesis,

pemeriksaan ekstraoral dan intraoral, serta pemeriksaan penunjang atau laboratorium jika

diperlukan. Dokter gigi atau perawat gigi menentukan diagnosis berdasarkan hasil pemeriksaan.

Tindakan perawatan dilakukan sesuai dengan rencana perawatan yang dibuat berdasarkan

diagnosis pasien.

Setelah selesai tindakan, pasien akan diberikan nota pembayaran untuk transaksi

pembayaran di kasir. Bagi pasien yang mendapatkan resep obat setelah tindakan, maka resep

tersebut selanjutnya ditebus di bagian farmasi dan setelah itu pasien dapat melakukan

pembayaran di bagian kasir. Jika rencana perawatan pasien memerlukan peralatan yang tidak

tersedia di puskesmas atau tidak sesuai dengan kompetensi dari dokter gigi tersebut maka akan

dirujuk ke pelayanan yang lebih tinggi.

Sistem Rujukan di BP Gigi puskesmas Mantrijeron dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Rujukan internal (antar klinik)

Rujukan ini dilakukan antar unit/klinik pelayanan kesehatan di dalam puskesmas

Mantrijeron, misalnya: BP Umum atau Laboratorium. Jenis rujukan ini biasanya dilakukan

apabila pasien memiliki atau dicurigai memiliki riwayat penyakit sistemik (diabetes,

85
hipertensi, dan kelainan darah) terutama sebelum dilakukan tindakan invasif dental seperti

pencabutan gigi dan pembersihan karang gigi (scaling). Tujuannya adalah untuk

menentukan dapat tidaknya tindakan perawatan tersebut dilakukan di BP Gigi.Rujukan

dibuat oleh dokter gigi yang merawat pasien.

b. Rujukan luar

Sistem rujukan luar di puskesmas Mantrijeron terdiri dari rujukan horisontal antar Fasyankes

primer (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas rawat inap) dan rujukan vertikal dari

puskesmas ke PPK tingkat kedua. Rujukan luar dilakukan apabila ditemukan kasus-kasus

yang tidak dapat dirawat di puskesmas, seperti tindakan endodontik perawatan saluran akar,

perawatan gigi tiruan (protesa), ortodontik, pencabutan gigi dengan penyulit/risiko tinggi,

gigi impaksi dan adanya keganasan di rongga mulut. Rujukan dilakukan ke unit pelayanan

kesehatan yang memiliki fasilitas yang memadai dan dokter gigi spesialis yang lebih

kompeten. Selain itu, rujukan juga bisa berdasarkan atas permintaan pasien sendiri. Dalam

hal rujukan luar ini, harus dilakukan secara berjenjang mulai dari PPK tingkat pertama ke

tingkat kedua, dan seterusnya.

Jenis Tindakan dan Tarif Pelayanan BP Gigi

Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Mantrijeron menetapkan tarif untuk setiap pasien

sesuai dengan tindakan dan pelayanan yang diberikan. Selain itu, Besarnya tarif yang dibayarkan

pasien juga ditentukan berdasarkan domisili pasien (Pasien dengan KTP dalam kota dan KTP

luar kota), usia, dan Jaminan Kesehatan yang dipunyai pasien. Puskesmas Mantrijeron melayani

pasien baik yang menjadi peserta BPJS, Jaminan Pelayanan Kesehatan Semesta (Jamkesta)

maupun pasien umum.

86
Jamkesta merupakan program penjaminan kesehatan yang ditujukan khusus bagi seluruh

warga yang memiliki KTP Kota Yogyakarta dan penduduk Kota Yogyakarta yang tidak

memiliki asuransi jaminan kesehatan. Hal ini telah diberlakukan oleh pemerintah kota

Yogyakarta dengan tujuan untuk mencapai jaminan kesehatan menyeluruh dan penjaminan

pelayanan kesehatan yang paripurna bagi penduduk DIY. Dengan menunjukkan KTP kota

Yogyakarta, masyarakat dapat memperoleh pelayanan dasar di puskesmas Mantrijeron tanpa

dipungut biaya. Tarif yang berlaku di puskesmas Mantrijeron menggunakan acuan berdasarkan

Peraturan Walikota Yogyakarta No. 59 Tahun 2015.

Tabel IX. Tarif Pelayanan BP Gigi


Tarif (RP)
Lansia
No. Jenis Pelayanan Tindakan Kesehatan Gigi dan Mulut Bayar/
(umur>60
Jaminan
tahun)
A Tindakan Preventif
1. Pembersihan karang gigi (scalling manual) satu regio 13.000 6.500
2. Pembersihan karang gigi (scalling ultrasonic) satu regio 20.000 10.000
3. Perawatan topikal aplikasi fluor 30.000 15.000
4. Perawatan fissure sealant 20.000 10.000
5. Perawatan kaping pulpa 21.000 10.500
B Penambalan
1. Tumpatan sementara untuk perawatan saraf (Kunjungan I) 14.000 7.000
2. Tumpatan sementara untuk perawatan saraf (Kunjungan II) 21.000 10.500
3. Tumpatan sementara untuk perawatan saraf (Kunjungan III) 16.000 8.000
4. Tumpatan tetap dengan Glass Ionomer Cement (GIC) satu permukaan 30.000 15.000
5. Tumpatan tetap dengan Glass Ionomer Cement (GIC) dua permukaan 41.000 20.500
6. Tumpatan tetap dengan Glass Ionomer Cement (GIC) tiga permukaan 52.000 26.000
7. Tumpatan tetap dengan resin komposit Light Curing (LC) satu permukaan 38.000 19.000
8. Tumpatan tetap dengan resin komposit Light Curing (LC) dua permukaan 51.000 25.500
9. Tumpatan tetap dengan resin komposit Light Curing (LC) tiga permukaan 75.000 37.500
C Tindakan Pencabutan
1. Pencabutan gigi dengan Anestesi Topikal (CE) 9.500 4.750
2. Pencabutan gigi dengan Anestesi Lokal (Tanpa Penyulit) 13.000 6.500
3. Pencabutan gigi dengan Anestesi Lokal (Dengan Penyulit) 33.000 16.500

87
4. Pencabutan gigi dengan Citoject (Tanpa Penyulit) 30.000 15.000
5. Pencabutan gigi dengan Citoject (Dengan Penyulit) 49.000 24.500
D Tindakan Bedah Mulut Sederhana
1. Operculectomy 19.000 9.500
2. Trepanasi gigi gangren 13.000 6.500
3. Perawatan incisi abses 16.000 8.000
4. Perawatan eksisi mukokel 33.000 16.500
5. Perawatan dry socket 18.000 9.000
6. Buka jahitan operasi 11.000 5.500
7. Operasi Odontectomy 163.000 81.500
8. Selektif grinding 12.000 6.000
9. Konsultasi dokter gigi 7.000 3.500

Sterilisasi peralatan kedokteran gigi di Balai Pengobatan Gigi

Sterilisasi dilakukan pada seluruh peralatan kedokteran gigi yang digunakan untuk

memeriksa pasien. Prosedur sterilisasi di BP Gigi Puskesmas Mantrijeron dilakukan dalam

beberapa tahap. Tahap awal, alat yang akan disterilkan harus melalui prosedur dekontaminasi

sebelum prosedur sterilisasi alat medis.

Prosedur dekontaminasi yang dilakukan di BP Gigi yaitu:

1. Rendam alat diagnostik kotor dan seluruh peralatan tambal gigi yang telah digunakan untuk

memeriksa pasien di bak biru yang berisi cairan pemutih Bayclin dan air bersih dengan

perbandingan 1 : 9 selama 15 menit.

2. Cuci seluruh peralatan dengan menggunakan sabun cuci, bilas dengan air bersih yang

mengalir.

3. Keringkan seluruh peralatan tersebut dengan menggunakan handuk bersih.

4. Peralatan dibagi menjadi dua yaitu peralatan yang disterilkan dengan menggunakan panas

kering (mirror, bengkok, agate spatula, kapas) dan dengan autoklaf (sonde, pinset,

ekskavator, bein, tang exo, probe).

88
5. Setelah dipisahkan, sterilisasi dapat mulai dilakukan

Sterilisasi di BP gigi puskesmas Mantrijeron dapat dilakukan melalui 2 macam, yaitu melalui

sterilisasi panas kering atau sterilisasi uap panas bertekanan (Autoklaf). Berikut merupakan

langkah-langkah sesuai dengan SOP (Standard Operational Procedure) untuk melakukan

sterilisasi panas kering (model Corona):

1. Buka pintu sterilisator dan alat-alat yang akan disterilkan dimasukkan dan letakkan dengan

benar pada rak-rak yang tersedia

 Peralatan yang kurang tahan panas diletakkan pada rak atas kabinet (kapas, kaca mulut,

agate spatula)

 Peralatan yang tahan panas diletakkan pada rak bawah kabinet

2. Tutup pintu sterilisator sebelum listrik dihidupkan dan siap untuk dioperasikan

3. Tekan tombol power supply ON/OFF, lampu pemanas (warna hijau) akan menyala.

4. Tekan tombol lower untuk sterilisasi kabinet bawah, lampu indikator (warna merah) akan

menyala dan kabinet bawah akan bekerja, lampu pemanas akan mati sendiri apabila suhu

kabinet bawah sudah mencukupi.

5. Apabila ingin menggunakan kabinet atas dan bawah bekerja secara bersamaan, tekan tombol

power supply ON/OFF (lampu hijau menyala), kemudian tekan tombol lower (lampu merah

menyala), kemudian tekan tombol upper (lampu kuning menyala), ini menunjukkan kabinet

atas dan bawah sedang bekerja. Kedua lampu akan mati (lampu merah dan kuning) ketika

suhu sudah mencukupi.

89
6. Proses sterilisasi masih berlangsung hingga 10 menit setelah lampu indikator mati,

disarankan selama 20 menit jangan membuka pintu sterilisator pada waktu tersebut untuk

menjamin efektifitas sterilisasi.

7. Tekan tombol power supply ON/OFF untuk menghentikan sterilisasi

8. Apabila pintu kabinet atas dibuka ketika alat sedang bekerja, produksi ozon akan berhenti

dan pintu harus segera ditutup kembali, agar proses sterilisasi tetap berlangsung.

Terdapat beberapa perbedaan dalam prosedur untuk melakukan sterilisasi pada autoklaf, oleh

karena itu memerlukan SOP tersendiri. Berikut ini merupakan langkah-langkah dalam

melakukan sterilisasi dengan uap air panas bertekanan/Autoclave (Elite-Fuji EAC 2600P):

1. Hubungkan kabel power unit ke sumber listrik

2. Putar handle pintu berlawanan arah jarum jam untuk membuka pintu autoclave

3. Isi tanki air (aquadest atau reverse osmosis) untuk proses sterilisasi

4. Perhatikan level air (HIGH/LOW) pada selang dan pastikan posisi selang level air tegak

lurus dan terpasang baik di selang holder.

5. Nyalakan unit dengan menekan tombol ON

6. Isi air dalam chamber dengan menekan tombol AUTO/MANU

7. Jika air belum mencapai pada level chamber aliri kembali dengan menekan tombol MANU

8. Masukkan alat yang akan disterilisasi pada rak/tray yang tersedia (pastikan alat yang akan

disterilkan berbahan autoclavable)

9. Pilih suhu yang diinginkan dengan menekan tombol pilihan temperatur (124°C/134°C)

10. Set pengatur waktu untuk sterilisasi dan pengeringan (dry) dengan menekan tombol▲▼

11. Jika menggunakan suhu 124°C maka pewaktu standar minimum adalah 15 menit

90
12. Jika menggunakan suhu 134°C maka pewaktu standar minimum adalah 05 menit

13. Tutup pintu autoclave dengan memutar handle pintu searah jarum jam sampai terdengar

bunyi “TIK” serta ditandai indikator START menyala, maka proses dimulai

14. Proses sterilisasi dimulai dengan memanaskan air dalam chamber selama ± 8 menit, dengan

ditandai jarum pressure gauge meter naik hingga mencapai pada suhu yang sudah

ditentukan

15. Apabila jarum pressure gauge sudah mencapai pada titik suhu yang telah ditentukan maka

proses sterilisasi berlangsung dengan ditandai bekerjanya angka pewaktu mundur sampai

0 (nol)

16. Setelah proses sterilisasi selesai maka akan dilanjutkan ke proses pengeringan (dry) dengan

ditandai bekerjanya pewaktu pada Drying Time menghitung mundur sampai nilai 0 (NOL)

dan secara bersamaan jarum pressure gauge meter akan turun ke angka 0 (NOL)

17. Proses sterilisasi dan Drying Selesai

18. Untuk model EAC 2600P ini termasuk sterilizer dengan tipe Continuous yang

memungkinkan mesin dapat digunakan langsung tanpa harus menunggu proses pendinginan.

Proses Pengeringan Tambahan (Extra Dry)

1. Pastikan semua nilai dalam keadaan NOL (Pressure gauge meter dan timer)

2. Buka tutup unit dan berikan sedikit celah untuk proses extra dry

3. Set waktu yang diinginkan (min. 05 menit)

4. Tekan 2 kali tombol DRY, proses berlangsung dengan adanya uap yang keluar

5. Proses pengeringan (extra dry) selesai

91
Gambar 25. Ruang balai pengobatan gigi

5. Kegiatan Balai Pengobatan Gigi di Luar Gedung

Balai pengobatan gigi (BP Gigi) Puskesmas Mantrijeron juga melaksanakan program

kesehatan gigi dan mulut di luar gedung berupa kegiatan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah

(UKGS). Balai pengobatan gigi (BP Gigi) Puskesmas Mantrijeron telah membina 11 sekolah

dasar (SD) dan 19 TK yang berlokasi di dalam wilayah kerja Puskesmas Mantrijeron, yakni

diantaranya:

a) SD Minggiran

b) SD Suryodiningratan I

c) SD Suryodiningratan II

d) SD Suryodiningratan III

e) SD Gedongkiwo

f) SD Suryowijayan

g) SD Muhammadiyah Suryowijayan

h) SD Muhammadiyah Danunegaran

92
i) SD Muhammadiyah Jogokaryan

j) SD Kanisius Kumendaman

k) SD Kanisisus Pugeran

Kegiatan UKGS yang dilaksanakan oleh BP Gigi Puskesmas Mantrijeron adalah UKGS

Tahap III setiap setahun dua kali. BP Gigi juga melibatkan tenaga guru UKS (Usaha Kesehatan

Sekolah) masing-masing SD agar tujuan dari program ini berjalan optimal. Siswa yang

memerlukan perawatan lanjutan setelah pemeriksaan kesehatan gigi akan dicatat dalam rekam

medis sekolah dan buku UKS dan kemudian dapat dilakukan perawatan secara gratis di

Puskesmas. Setiap satu SD memiliki satu rekam medis yang berisikan nama dan lembar tindakan

sesuai dengan jumlah siswa SD tersebut. Sejauh ini, program UKGS sudah berjalan dengan baik

dan untuk tahun 2017 kegiatan UKGS dimulai dari Bulan Februari. Saat kami bertugas di BP

Gigi, kami mendapat kesempatan untuk mengikuti UKGS di TK Batik dan TK ABA

Ngadinegaran.

Kegiatan BP Gigi lainnya yaitu kegiatan UKGM berupa pemeriksaan gigi geligi anak dan

balita di Posyandu. Kegiatan tersebut berupa pemantauan dan pencatatan kondisi kesehatan gigi

dan mulut selama 6 bulan sekali. Catatan kesehatan anak dan balita tersebut kemudian diisi pada

KMGS (Kartu Menuju Gigi Sehat) yang kemudian diserahkan kader untuk disimpan. Puskesmas

Mantrijeron membawahi 56 posyandu dengan pelaporan kegiatan UKGM melalui kader

kesehatan tiap wilayah dua kali dalam setahun. Selain itu juga diadakan penyuluhan tentang

kesehatan gigi dan mulut kepada masyarakat Mantrijeron. Saat kami bertugas di BP Gigi, kami

mendapat kesempatan untuk mengikuti Posyandu dan UKGM pada RW 07, RW 08, RW 01 dan

RW 05.

93
Gambar 26. Penyuluhan UKGS

6. Sarana dan Prasarana

Bahan yang tersedia di BP Gigi untuk menunjang pelaksanaan pelayanankesehatan gigi

antara lain:

a. Bahan pencabutan gigi yang terdiri dari CE, ampul lidokain, karpul lidokain, jarum karpul,

kasa steril, kapas steril, povidon iodine, spuit injeksi, alvogyl, xylestesin.

b. Bahan untuk scaling yaitu pasta gigi dan stain remover OCO.

c. Bahan restorasi dan perawatan saraf antara lain resin komposit (packable warna A2 dan A3

untuk retorasi universal), semen zink fosfat, semen karboksilat, semen ionomer kaca (Fuji VII

dan IX), etsa bonding (generasi V), fletcher, eugenol, pasta iodoform, iod gliserin, kalsium

hidroksida, pasta sargenti N2, arsen, cavit, selluloid strip, fluocal

Tabel X. Sarana dan Prasarana di BP Gigi


No. Nama Alat
1. Dental unit
2. Ultrasonic scaler
3. Light curing
4. Stetoskop
5. Tensimeter
6. Sonde
7. Ekskavator
8. Pinset

94
9. Kaca mulut
10. Bengkok besar
11. Bengkok sedang dan kecil
12. Illuminating box
13. Burnisher
14. Cement stopper
15. Plugger
16. Kompresor
17. Tabung oksigen
18. Citoject
19. Autoclave
20. Sterilisator ozon
21. Rak instrument
22. Model gigi
23. Poster gigi
24. Baki aluminium
25. Tang cabut dewasa
26. Bein
27. Cryer
28. Mikromotor
29. Dental probe
30. Plastis intstrument
31. Agate spatula
32. Cement spatula
33. Amalgam stopper
34. Carver
35. Tang cabut anak
36. Hammer
37. Scalpel
38. Amalgam pistol
39. Chisel
40. Klem lurus
41. Scaller manual
42. Alat cetak
43. Gelas kumur pasien
44. Handuk

7. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Data Rekam Medis

Semua jenis pelayanan dan tindakan yang diberikan kepada pasien dicatat dalam rekam

medis setiap harinya. Data hasil pencatatanakan diinput melalui Sistem Informasi puskesmas.

Prosedur input BP Gigi menggunakan Kode ICD-10

95
Tabel XI. Coding kasus di BP Gigi
Kode Keterangan
K00 Kelainan Bentuk Gigi dan Pertumbuhannya
K00.0 Anodontia
K00.1 Paranormal
K00.2 Mesiodens
K00.3 White spot
K00.4 Erupsi awal
K01 Embeded dan Impacted
K01.0 Embeded
K01.1 Impacted
K02 Karies Dentin
K02.0 Caries email
K02.1 Caries dentin
K02.2 Caries Cementum
K03 Penyakit Lain pada Jaringan Keras Gigi
K03.0 Atrisi
K03.1 Abrasi
K03.3 Granuloma
K03.6 Calculus/stain
K04 Penyakit Pulpa dan Jaringan Periapikal
K04.0 Pulpitis akut/kronis
K04.1 GP/Radix/Necrosis
K04.4 GP/Radix (Periodontitis akut karena penyakit pulpa)
K04.5 GP/Radix (Periodontitis kronis karena penyakit
K04.6 pulpa)
GP/Radix (Abses periapikal)
K05 Gingivitis dan Penyakit Periodontal
K05.0 Gingivitis akut
K05.1 Gingivitis kronis
K05.2 Luksasi Periodontitis akut, Pericoronitis
K05.3 Luksasi Periodontitis kronis
K05.4 Periodontitis
K05.5 Luksasi (gigi tetap)
K06 Kerusakan Lain pada Gingiva
K06.0 Resesi gingival
K07 Kelainan/Anomali Dentofasial (Maloklusi)
K07.2 Crossbite, Open bite, Deep bite
K08 Penyakit akibat trauma
K08.1 Fraktur trauma
K08.9 Konsultasi
K09.8 Cysta
K10.3 Dry Socket
K10.8 Exostoses

96
K11 Penyakit kelenjar ludah
K11.6 Mucocel
K12.0 Stomatitis
K12.1 Stomatitis karena trauma
Z01.2 Periksa gigi sehat
Z19.6 Halitosis

9. Kunjungan Pasien

Data pelayanan BP Gigi di Puskesmas Mantrijeron dapat dilihat pada sistem pencatatan

informasi puskesmas. Kunjungan pasien relatif meningkat dari waktu ke waktu. Rata-rata

peningkatan kunjungan pasien dapat dijadikan salah satu indikator meningkatnya pelayanan

kesehatan.

Tabel XII. Kunjungan Pasien BP Gigi Januari-Desember Tahun 2016


Jumlah Kunjungan Domisili
Bulan
Baru Lama Dalam Kota Luar Kota
Januari 397 208 460 145
Februari 343 189 417 115
Maret 321 161 358 124
April 303 226 412 117
Mei 276 220 418 78
Juni 220 193 333 80
Juli 235 200 344 91
Agustus 278 255 398 135
September 362 224 527 59
Oktober 310 283 447 146
November 271 253 400 124
Desember 253 287 428 112
Jumlah 3.569 2.699 4.942 1.326

Berdasarkan Tabel XII, menunjukkan data kunjungan pasien rawat jalan BP Gigi

Puskesmas Mantrijeron Januari-Desember 2013 dengan total jumlah pasien 6.268. Kunjungan

pasien BP Gigi oleh peserta baru lebih dominan daripada pasien lama. Kunjungan pasien dalam

dan luar kota paling banyak pada bulan September dan Oktober 2016.

97
l. Puskesmas Pengembangan

Kegiatan UKM pengembangan oleh puskesmas Mantrijeron dikoordinasi oleh dr. Sri

Haryanti. Kegiatan UKM pengembangan yang dilakukan petugas puskesmas Mantrijeron secara

terintegrasi adalah sebagai berikut:

1. UKK (Upaya Kesehatan Kerja)

Pos UKK adalah bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang

memberikan Pelayanan Kesehatan Dasar (Primary Health Care) bagi masyarakat pekerja

terutama pekerja informal. Pos UKK ini dibentuk untuk meningkatkan kesehatan pekerja

sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja. Kegiatan UKK puskesmas Mantrijeron telah

berjalan sejak tahun 2014 yang dikoordinir oleh Retno Katrisnani. Program yang dilaksanakan

berupa pembinaan terhadap pemilik industri rumahan seperti pengusaha tahu dan pengrajin kulit

mengenai lingkungan kerja yang baik, pemeliharaan kesehatan buruh, dan pengecekan alat serta

edukasi tentang alat yang ergonomis serta tidak membahayakan buruh selama bekerja.

2. LKB (Layanan Komprehensif HIV IMS Berkesinambungan)

Layanan komprehensif adalah upaya yang meliputi promotif, preventif, kurratif dan

rehabilitatif yang mencakup semua bentuk layanan HIV dan IMS. Layanan yang

berkesinambungan adalah pemberian layanan HIV dan IMS secara paripurna, yaitu sejak dari

rumah atau komunitas, ke fasilitas layanan kesehatan hingga kembali ke rumah atau komunitas;

juga selama perjalanan infeksi HIV (sejak belum terinfeksi sampai stadium terminal)

(Kemenkes RI, 2012). Layanan yang telah berjalan sejak tahun 2012 ini ditujukan kepada

masyarakat yang sehat maupun mengidap HIV dan Infeksi Menular Seksual (IMS).

Program yang dijalankan adalah program promotif dan preventif berupa penyuluhan dan

sosialisasi mengenai HIV, kesehatan reproduksi, IMS, dan materi terkait baik di puskesmas, di

98
kelurahan, maupun di sekolah-sekolah. Puskesmas juga membentuk kader untuk kasus HIV

yakni Warga Peduli AIDS (WPA) yang sudah dilatih namun saat ini baru berperan sebatas

informan dan belum berani untuk memberikan tindakan lebih lanjut.

Program kuratif berupa VCT (Voluntary Conseling and Testing), tes HIV dapat dilakukan di

laboratorium Puskesmas Mantrijeron, serta konseling pasien HIV atau IMS dilakukan oleh dr.

Henny Maryanti dan Ni Made Suseni, Amd. Keb. sebagai konselor yang telah terlatih. VCT

dapat dilakukan didalam gedung puskesmas maupun diluar (VCT mobile). Voluntary Conseling

and Testing mobile dilakukan kerjasama dengan beberapa LSM seperti LSM Vesta Yogyakarta,

LSM Kebaya, LSM Victory, dll. Puskesmas Mantrijeron juga melayani rehabilitasi bagi pasien

HIV, namun jika ada komplikasi pasien akan dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan tingkat

lanjut. Kendala yang terjadi selama pelaksanaan adalah kurangnya ruang yang tersedia untuk

memberikan layanan konseling. Hal ini berkaitan langsung dengan privasi pasien dan waktu

konseling yang lama sehingga dibutuhkan ruang khusus yang selalu siap untuk digunakan.

3. PKPR (Program Kesehatan Peduli Remaja)

Jumlah remaja di Indonesia yang kian meningkat namun juga diiringi dengan semakin

banyaknya perilaku yang beresiko untuk kesehatannya, maka hal ini mendorong pemerintah

untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut dengan pendekatan Pelayanan Kesehatan Peduli

Remaja (PKPR) (Depkes RI, 2008). Program PKPR telah dijalankan puskesmas Mantrijeron

sejak tahun 2012 dengan sasaran dari program ini adalah remaja berusia 10-24 tahun. Program

yang dilakukan diantaranya adalah survey dan penyuluhan mengenai materi yang berkaitan

dengan remaja seperti tentang HIV, NAPZA, kesehatan reproduksi serta kejiwaan di sekolah

maupun di universitas, pembinaan kader di kelurahan, karang taruna, dan remaja masjid.

Puskesmas Mantrijeron juga melayani konseling bagi remaja di unit Psikologi, namun tingkat

99
kunjungan masih rendah karena tingkat kesibukan remaja dan stigma bahwa Puskesmas

hanyalah tempat untuk berobat saja.

4. BATTRA (Pengobatan Tradisional) dan TOGA

Pengobatan tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan dengan cara, obat dan

pengobatnya yang mengacu kepada pengalaman, ketrampilan turun temurun, dan/atau

pendidikan/pelatihan, dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat.

Battra dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu Battra Keterampilan (pijat urut, sunat, dukun bayi, dsb.)

Battra ramuan (Jamu, Gurah, Shinshe, dsb.), Battra pendekatan agama dan Battra supranatural

(tenaga dalam, kebatinan, paranormal, dsb.). Kegiatan BATTRA dan TOGA di Puskesmas

Mantrijeron dikoordinir oleh Titing Yulianti.

Sesuai dengan Permenkes No. 1076/MENKES/SK/VII/2003, Puskesmas dalam hal ini

sebagai instansi pemerintah turut melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pelatihan untuk

pada Pengobat Tradisional (Pobatra). Pelatihan tersebut diselenggarakan sesuai dengan jenis

layanan Pobatra dan kegiatan tersebut diampu oleh dr. Dwiyatmi Prihartini, M.Kes. Pembinaan

dilaksanakan setahun sebanyak dua kali dan mengundang semua Pobatra di wilayah Kecamatan

Mantrijeron. Selain itu, Puskesmas juga memfasilitasi Pobatra dalam hal perizinan untuk

memperolah STPT (Surat Terdaftar Pengobat Tradisional) berupa surat pengantar Puskesmas.

Gambar 27. Kebun TOGA Puskesmas Mantrijeron

100
Puskesmas Mantrijeron juga melakukan penanaman di Kebun Toga pada halaman

samping gedung yang berisi berbagai tanaman yang tergolong dalam Tanaman Obat Keluarga

(TOGA). Penanaman tersebut dimaksudkan sebagai model percontohan dalam penanaman

TOGA di lingkungan sekitar rumah. Kendala yang muncul selama pelaksanaan yakni tingkat

partisipasi Pobatra dalam program pembinaan yang masih kurang maksimal akibat sulitnya

menyesuaikan waktu untuk acara tersebut. Selain itu, hanya sekitar 8 tempat Pobatra dalam skala

besar yang telah memiliki izin, sedangkan untuk skala kecil masih belum tertib dalam mengurus

izin.

5. Lansia

Program terhadap lansia diwujudkan dengan pembentukan Posyandu Lansia yang

dilaksanakan puskesmas Mantrijeron bekerjasama dengan kader lansia di tiap posyandu.

Kegiatan ini dikoordinir oleh Tri Ratih Siniwi, Amd.Keb yang bertugas untuk melaksanakan

pembinaan, monitoring dan evaluasi setiap kegiatan di Posyandu Lansia. Berbagai macam

kegiatan dalam Posyandu Lansia diantaranya adalah penyuluhan, pemeriksaan kesehatan lansia

dan program inovasi oleh kader setiap Posyandu. Program penyuluhan lansia dilaksanakan di

Rumah Sehat Lansia sebanyak 2 kali dalam setahun (bulan Maret dan September) dengan kuota

40 orang setiap kelurahan, selain itu setiap hari Rabu dan Sabtu juga dapat melayani konsultasi

di tempat tersebut. Pemeriksaan kesehatan lansia dilaksanakan dengan mengisi KMS khusus

lansia serta dipantau kesehatannya apabila ada keluhan akan diarahkan untuk melakukan

perawatan ke Poli Lansia. Program inovasi yang dilaksanakan oleh kader diantaranya adalah

senam lansia dan piknik bersama. Pemberian makanan tambahan (PMT) juga diberikan kepada

lansia yang diadakan 3 bulan sekali. Kendala yang dihadapi adalah tingkat partisipasi lansia

101
yang masih kurang di setiap kegiatan, khususnya lansia laki – laki yang lebih sedikit daripada

perempuan. Namun secara umum tingkat keikutsertaan lansia sudah mencapai lebih dari 50%.

6. POSBINDU (Pos Binaan Terpadu)

POSBINDU merupakan kegiatan monitoring dan deteksi dini faktor resiko PTM (Penyakit

Tidak Menular) terintegrasi, misalnya penyakit jantung dan pembuluh darah, diabetes, penyakit

paru obstruktif akut dan kanker serta gangguan akibat kecelakaan dan tindakan kekerasan dalam

rumah tangga yang dikelola oleh masyarakat melalui pembinaan terpadu (Direktorat PPTM

Ditjen P2PL Kemenkes RI, 2013). Posbindu PTM merupakan salah satu bentuk Upaya

Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) dalam upaya pengendalian faktor risiko PTM

dibawah pembinaan Puskesmas dan untuk wilayah Mantrijeron dikoordinir oleh Retno

Katrisnani.

Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan peran serta masyarakat

dalam pencegahan dan deteksi dini faktor risiko PTM. Sasaran dari program ini adalah pasien

sehat yang berusia 15 tahun ke atas, khususnya yang belum pernah melakukan pemeriksaan

kesehatan. Program dari kegiatan POSBINDU diantaranya adalah pemeriksaan kesehatan,

penyuluhan dan konseling PTM serta rujukan apabila terdapat indikasi klinis. Program tersebut

dilaksanakan dengan alur sebagai berikut:

Gambar 28. Alur Kegiatan POSBINDU

102
Hasil pemeriksaan tersebut kemudian direkapitulasi secara keseluruhan sebagai laporan

faktor resiko yang kemudian akan disampaikan dalam forum kader. Forum tersebut akan

membahas tentang sosialisasi, evaluasi sekaligus penjaringan yang bersifat koordinasi untuk

pemecahan masalah. Setelah masalah tersebut terpecahkan maka dilakukan pemerataan

penugasan kader serta koordinasi dengan RW setempat. Kendala yang muncul dalam

pelaksanaan program ini adalah kesadaran masyarakat yang masih rendah, kader kesehatan yang

kurang dan kesibukan warga. Hal tersebut berpengaruh pada kurangnya pengetahuan tentang

Posbindu karrena sosialisasi tingkat RW yang belum optimal.

m. Penanganan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)

Penanggulangan Penyakit Menular adalah upaya kesehatan yang mengutamakan aspek

promotif dan preventif yang ditujukan untuk menurunkan dan menghilangkan angka kesakitan,

kecacatan, dan kematian, membatasi penularan, serta penyebaran penyakit agar tidak meluas

antardaerah maupun antarnegara serta berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa/wabah

(Permenkes No. 82 tahun 2014). Data tahun 2015 menunjukkan bahwa penyakit seperti

Tuberkulosis (TBC), HIV/AIDS, Infeksi Menular Seksual (IMS), Diare, Demam Berdarah

Dengue (DBD), Leptospirosis, Pneumoni, Varicella Zoster, Malaria, dan Tipus merupakan 10

macam penyakit menular terbanyak yang ditemui di kecamatan Mantrijeron. Secara umum,

tindakan pencegahan penyakit menular yang dilakukan di puskesmas Mantrijeron adalah:

1. Sosialisasi PHBS

Beberapa indikator yang digunakan untuk menilai satu keluarga termasuk kategori

PHBS:

a. Air bersih memenuhi syarat (ya/tidak)

b. Cuci tangan dengan sabun (ya/tidak)

103
c. Jamban memenuhi syarat (ya/tidak)

d. PSN (ya/tidak)

2. Pemberdayaan kader Jumantik (Juru Pemantau Jentik), PHBS, Posyandu

3. Penyuluhan kesehatan

Berikut merupakan pelayanan penyakit menular yang diberikan di Puskesmas Mantrijeron:

Tuberculosis (TBC)

Puskesmas Mantrijeron memiliki klinik TBC sejak tahun 1995 dengan prevalensi

Tuberkulosis di Wilayah Puskesmas Mantrijeron pada tahun 2015 sebesar 34,26 per 1.000

penduduk. Puskesmas Mantrijeron juga menjadi Pusat Rujukan Mikroskopis untuk pemeriksaan

sampel TBC dari empat puskesmas satelit, yaitu: Puskesmas Wirobrajan, Kraton, Mergangsan,

dan Gondomanan. Puskesmas satelit akan mengirimkan preparat dari dahak pasien yang suspek

TB paru ke PRM untuk dilakukan pengecatan dan pemeriksaan adanya bakteri Mycobacterum

tuberculosis. Puskesmas satelit antara lain puskesmas Gondomanan (kode: 08), puskesmas

Mergangsan (kode: 09), puskesmas Keraton (kode: 07), puskesmas Wirobrajan (kode: 05).

Puskesmas satelit akan mengirimkan preparat apusan dahak dari pasien dengan suspek TB paru

disertai dengan form TB 05, yaitu form untuk mengirim rujukan ke PRM. Form TB 06

digunakan untuk mencatat daftar pasien yang menjadi suspek penderita tuberculosis. Sedangkan

form TB 04 digunakan untuk mencatat pasien suspek yang sudah diperiksa.

Pada pembuatan preparat digunakan kode sebagai berikut:

05/15/237A Nomor preparat dan waktu pengambilan

Kode UPK

Kode kabupaten/kota (Yogyakarta  01)

Waktu pengambilan

104
A  slide dahak sewaktu pertama

B  slide dahak pagi

C  slide dahak sewaktu kedua

Pasien yang positif terkena TBC dirujuk ke klinik TBC di Puskesmas Mantrijeron yang

selanjutnya dilakukan pengobatan selama kurang lebih 6 bulan dan diberikan dalam 2 tahap.

Tahap yang pertama adalah tahap intensif dimana penderita mendapat obat setiap hari dan

diawasi langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat, sedangkan tahap kedua adalah tahap

lanjutan dimana penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang

lebih lama.

Puskesmas Mantrijeron memberikan ruangan khusus untuk konsultasi bagi penderita TB-

MDR (Multi Drug Resistance) yang diberi nama Pojok DOTS. Klinik tersebut terletak di luar

bangunan gedung utama Puskesmas, hal ini untuk menyiasati agar tidak terjadi penyebaran

penyakit melalui pasien saat di Puskesmas (infeksi nosokomial). Konsep layanan tersebut telah

mengacu strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short Course) anjuran WHO yang telah

terbukti efektif untuk menekan jumlah penderita TB (Kemenkes RI, 2011). Klinik TBC di

Puskesmas Mantrijeron memiliki seorang petugas konseling yang bekerjasama dengan dokter-

dokter dari BP umum untuk melayani konsultasi dan pengobatan TBC. Puskesmas Mantrijeron

juga melakukan pengecekan ke rumah penderita TBC, apakah ada anggota keluarga yang juga

mengalami kondisi serupa serta kebersihan lingkungan rumah untuk menyelidiki penularannya.

HIV/AIDS

Puskesmas mantrijeron menyediakan pelayanan bagi penderita HIV/AIDS, termasuk

pelayanan konsultasi untuk memotivasi penderita HIV, sosialisasi penyakit menular seksual

(PMS) dan konseling medis. Program VCT (Voluntary Counseling and Testing) atau Konseling

105
dan tes sukarela (KTS) atau VCCT (Voluntary and Confidential Counseling and Testing) yaitu

kegiatan konseling yang bersifat sukarela dan rahasia, yang dilakukan sebelum dan sesudah tes

darah untuk HIV. Petugas yang memberikan konseling disebut konselor, sedangkan mereka yang

datang berkunjung dan mendapatkan pelayanan VCT disebut dengan klien. VCT di Puskesmas

Mantrijeron diampu oleh tiga konselor yang sudah terlatih terdiri dari dokter, perawat dan bidan.

VCT di Puskesmas Mantrijeron dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Statis VCT (Klinik VCT tetap)

Statis VCT bersifat terintegrasi dalam suatu sarana kesehatan dengan sarana kesehatan

lainnya, bertempat dan menjadi bagian dari layanan di puskesmas Mantrijeron. Puskesmas

Mantrijeron memiliki kemampuan memenuhi kebutuhan masyarakat akan VCT, layanan

pencegahan, perawatan, dan dukungan terkait dengan HIV/AIDS. Dalam pelayanan VCT,

terdapat beberapa hal yang dilakukan yaitu:

8. Konselor menyiapkan perlengkapan untuk konseling

9. Konselor memanggil klien (dengan menyebut nomor registrasi) dan mempersilahkan

masuk ke ruangan

10. Konselor mempersilahkan klien duduk dengan nyaman di kursi yang telah

disediakan, memberi salam dan memperkenalkan diri

11. Konselor menanyakan latar belakang dan alasannya berkunjung ke pelayanan VCT

12. Konselor memberikan informasi tentang HIV/AIDS, mengklarifikasi tentang fakta

dan mitos HIV/AIDS termasuk tentang IMS dan menawarkan pemeriksaan IMS

secara rutin, khususnya bagi pengguna narkoba suntik (penasun)/Injecting Drug User

(IDU)

106
13. Konselor membantu klien untuk menilai risiko diri klien, mediskusikan prosedur test

HIV/AIDS, waktu untuk mendapatkan hasil dan arti dari hasil tes

14. Konselor mendiskusikan kemungkinan tindak lanjut setelah ada hasil tes, serta

menjelaskan implikasi terinfeksi atau tidak terinfeksi HIV dan memfasilitasi diskusi

tentang cara menyesuaikan diri dengan status HIV.

b. VCT Mobile (Penjangkauan dan keliling)

VCT Mobile yaitu penjaringan pasien HIV ke lokasi-lokasi tertentu. Melalui penjaringan

tersebut, seluruh masyarakat yang ikut akan dilakukan pemeriksaan kesehatan dan

laboratorium. Apabila terdapat masyarakat yang positif maka akan diberikan pelayanan

lebih lanjut dari puskesmas. Pelayanan ini adalah model layanan yang dilakukan oleh

petugas puskesmas Mantrijeron yang bekerjasama dengan LSM dengan langsung

mengunjungi sasaran kelompok masyarakat atau populasi kunci yang memiliki perilaku

berisiko atau berisiko tertular HIV/AIDS, misalnya area terminal dan prostitusi (Pasar

Kembang). Layanan ini diawali dengan survei atau penelitian atas kelompok masyarakat di

wilayah Mantrijeron dan survei tentang layanan kesehatan dan layanan dukungan lainnya.

Kegiatan ini dilaksanakan sebanyak tiga kali dalam setahun oleh petugas konselor dari

Puskesmas Mantrijeron.

Penanganan Infeksi Menular Seksual (IMS)

Penyakit seperti gonorrhea, herpes genitalis, kutil kelamin, sifilis dan HIV/AIDS

merupakan beberapa jenis penyakit infeksi yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual.

Pada tahun 2015, Puskesmas Mantrijeron telah melakukan pemeriksaan IMS dengan hasil

menunjukkan jumlah kunjungan pasien IMS 175; IMS di tes Sifilis 10; IMS ditemukan 133;

Pasien IMS diobati 147; Pasien dirujuk ke VCT 47 orang; Pasien rujukan dari LSM 8 orang.

107
Prosedur penanganan IMS di Puskesmas Mantrijeron antara lain melalui anamnesis

keluhan pasien yang berkaitan dengan IMS, pemeriksaan fisik dan laboratorium, pemberian

obat-obatan, evaluasi/kontrol, dan konseling dengan Voluntary Counseling Test (VCT). Bagi

penderita yang telah mendapatkan diagnosis IMS maka akan langsung diberikan terapi

peengobatan. Upaya promotif yang dilakukan oleh Puskesmas Mantrijeron yaitu melakukan

sosialisasi tentang penyakit menular seksual (PMS) ke usia remaja melalui sekolah-sekolah atau

organisasi karangtaruna.

Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penyakit DBD merupakan penyakit endemis yang selalu terjadi di wilayah Kecamatan

Mantrijeron. Pada tahun 2015, ditemukan sebanyak 74 kasus DBD dengan satu pasien meninggal

dunia di Kelurahan Mantrijeron. Oleh karena itu, kasus DBD di wilayah mantrijeron telah

menjadi prioritas masalah. Kasus DBD dapat diketahui melalui penyelidikan epidemiologi yang

melibatkan surveilans dan programmer DBD untuk mendapatkan informasi penyakit DBD di

lapangan. Apabila terdapat laporan dari warga yang menunjukkan adanya kasus yang cukup

banyak maka puskesmas melakukan survey ke lokasi untuk mengetahui dan melakukan

pencatatan kondisi lingkungan rumah penderita yang terjangkit DBD dan di sekitarnya.

Tindakan pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

1. Sosialisasi kepada masyarakat tentang penyakit demam berdarah melalui penyuluhan dan

pembagian brosur kesehatan.

2. Melakukan motivasi untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam pemberantasan

sarang nyamuk (PSN).

108
3. Program sambang kampung merupakan program yang melibatkan lintas sektoral

(Kapolsek, Camat, dll) untuk mendatangi daerah pemukiman masyarakat di wilayah

kecamatan Mantrijeron terkait kasus DBD.

4. Program Jumantik Mawewe merupakan program yang dicanangkan untuk mengamati

jentik-jentik nyamuk yang ada di rumah warga sendiri-sendiri. Program ini berjalan

dengan sistem community deal masing – masing kelurahan dengan setiap rumah terdapat

1 penanggung jawab.

5. Fogging (opsional)

n. Puskesmas Pembantu

Puskesmas pembantu (Pustu) adalah unit pelayanan kesehatan yang sederhana berfungsi

untuk menunjang dan membantu memperluas jangkauan puskesmas Induk dengan melaksanakan

kegiatan yang dilakukan Puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang leebih kecil serta jenis

dan kompetensi pelayanan yang disesuaikan dengan kemampuan tenaga dan sarana yang

tersedia. Puskesmas Pembantu Mantrijeron saat ini dikoordinir oleh dr. Kus Suminarsih.

Puskesmas Pembantu Mantrijeron terletak di Dukuh RT 66 RW 13, Gedongkiwo,

Mantrijeron. Pelayanan kesehatan di Pustu dilakukan pada hari Senin-Sabtu untuk pemeriksaan

umum, gigi dan laboratorium oleh 4 orang petugas yang terdiri dari 1 orang dokter, 1 orang

perawat, 1 orang tenaga farmasi serta 1 orang karyawan yang bertanggung jawab di bagian

pendaftaran, rekam medis dan kasir. Untuk hari Jum’at dan Sabtu, tenaga kerja di Pustu

berjumlah 6 orang, dengan tambahan 1 orang bidan untuk pelayanan KIA-KB, pemeriksaan ibu

hamil serta 1 petugas untuk konsultasi gizi. Jadwal pelayanan di Pustu dapat dilihat pada Tabel

XIII.

109
Tabel XIII. Jadwal Pelayanan di Puskesmas Pembantu Mantrijeron
Jam Pelayanan
No. Hari Jenis Pelayanan
Pendaftaran Pemeriksaan
1. Senin – Kamis 07.30 – 12.00 07.30 – Pasien Habis Pemeriksaan
Umum, Gigi,
Laboratorium
2. Jumat 07.30 – 10.00 07.30 – Pasien Habis Tambahan:
3. Sabtu 07.30 – 11.00 07.30 – Pasien Habis pelayanan KIA-
KB, pemeriksaan
ibu hamil,
Konsultasi Gizi
Catatan: Jadwal tersebut berlaku sejak Februari 2017

Bangunan Puskesmas Pembantu Dukuh terdiri dari 2 lantai, lantai satu meliputi

pendaftaran, ruang tunggu, BP Umum, farmasi, BP Gigi, laboratorium, kamar mandi/WC, KIA-

KB, Gizi dan gudang. Lantai dua meliputi mushola, dapur, ruang rapat, kamar mandi/WC serta

ruang server. Tarif pelayanan dan obat yang diberikan di Pustu sama dengan yang berlaku di

Puskesmas Induk.

Alur pasien di Puskesmas Pembantu Dukuh hampir sama seperti di Puskesmas Induk,

pasien diterima dibagian pendaftaran lalu pasien yang memiliki jaminan kesehatan (misalnya

Jamkesmas, Jamkesda, Jamkesos, BPJS) menulis di lembar khusus supaya bisa mendapat klaim.

Rekam medis pasien untuk di Pustu Dukuh menggunakan sistem family folder (1 keluarga, 1

map) dengan kode akhiran 00 untuk ayah, 01 untuk ibu dan 02 untuk anak pertama dan

seterusnya yang dicatat secara manual. Jumlah pasien yang datang per hari sekitar 10-30 orang.

Setiap pencatatan yang dilakukan di Pustu (baik BP umum, obat, pendaftaran, dan lain-lain)

direkap per bulan dan dibawa ke Puskesmas Induk. Pencatatan kunjungan dan tindakan pasien

dilakukan melalui komputer yang terintegrasi dengan sistem informasi Puskesmas (SIMPUS)

dan tergabung dengan Puskesmas Induk. Pada kasus tertentu yang membutuhkan rujukan, maka

pasien akan dirujuk ke Puskesmas Induk maupun fasilitas kesehatan lainnya sesuai dengan

110
kepentingan medis pasien. Ketersediaan obat-obatan di unit farmasi tidak selengkap dan

sebanyak di unit farmasi Puskesmas Induk, hanya beberapa obat yang paling sering diresepkan

saja yang disediakan.

Mulai bulan Februari 2017, pelayanan Puskesmas Pembantu difungsikan kembali untuk

turut melayani Pelayanan Gigi, pelayanan KIA-KB, pemeriksaan ibu hamil serta Konsultasi Gizi.

Keterbatasan jumlah tenaga kerja merupakan kendala yang terjadi pada puskesmas pembantu ini,

sehingga beberapa petugas merangkap beberapa tugas sekaligus. Poli BP Gigi juga memiliki

keterbatasan alat serta kursi gigi yang hanya berjumlah 1 buah, sehingga pelayanan pada pasien

menjadi terbatas. Selain itu, peningkatan pelayanan gigi tersebut tidak disertai dengan

penambahan tenaga kerja, sehingga tidak ada yang menetap di Puskesmas Pembantu tetapi

ketika ada pasien yang ingin dirawat maka perawat gigi akan datang menyusul dan perawatan

pasien baru dapat diberikan.

111
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pelayanan di Puskesmas Mantrijeron sudah baik. Hal ini dibuktikan dengan diperolehnya

sertifikat ISO 9008:2008 dan Akreditasi Paripurna serta nilai Indeks Kepuasan Masyarakat

(IKM) yang masuk dalam kategori baik.

2. Pelayanan di Puskesmas Mantrijeron sudah cukup lengkap, meliputi pelayanan BP Umum,

BP gigi, KIA-KB, konsultasi gizi, kesehatan lingkungan dan promosi kesehatan, klinik

psikologi, klinik berhenti merokok, klinik TBC, klinik VCT, program puskesmas

pengembangan, dengan sarana penunjang berupa laboratorium dan farmasi serta Puskesmas

Pembantu.

3. Unggulan dari Puskesmas Mantrijeron adalah sebagai puskesmas bersertifikat ISO di

Yogyakarta, sebagai puskesmas percontohan dalam akreditasi paripurna, Layanan

Kompreheensif Berkesinambungan (LKB) serta sebagai puskesmas rujukan mikroskopis

pemeriksaan sampel TBC dari empat puskesmas satelit.

B. Saran

1. Pelayanan di Puskesmas Mantrijeron secara keseluruhan sudah sangat baik, tetapi perlu

adanya penambahan tenaga kerja mengingat tingginya kunjungan pasien supaya pelayanan

menjadi lebih optimal, khussusnya bagian Rekam Medis, Gizi, Kesehatan Lingkungan.

2. Perlu dipertahankan ketertiban, disiplin tinggi, dan etos kerja yang baik sehingga saling

terjalin kerjasama yang baik antar pegawai di Puskesmas Mantrijeron

3. Perlu adanya penambahan ruang khususnya untuk Ruang Konseling bagi pasien yang

menggunakan layanan LKB

112
4. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan dengan memantau seluruh kegiatan di unit-unit

pelayanan Puskesmas Mantrijeron sehingga diperoleh gambaran mutu pelayanan sebagai

dasar perbaikan

5. Optimalisasi Puskesmas Pembantu untuk menunjang pemerataan pelayanan kesehatan dan

mendorong tingkat kunjungan pasien

6. Waktu tunggu Poli BPG, Gizi dan Laboratorium masih cukup lama sehingga perlu

optimalisasi dalam pelayanan agar tingkat kepuasan passien tetap terjaga

7. Perlunya monitoring dan evaluasi kader yang perlu ditingkatkan agar kader dapat berperan

maksimal untuk menunjang pemeliharaan kesehatan di masyarakat.

113
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI, 2006, Pos Upaya Kesehatan Kerja, Jakarta.


Departemen Kesehatan RI, 2008, Pedoman Perencanaan: Pembentukan dan Pengembangan
Puskesmas Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja di Kabupaten/Kota, Jakarta.
Direktorat PPTM Ditjen P2PL Kemenkes RI, 2013, Apa Itu Posbindu PTM?
(http://www.pptm.depkes.go.id/cms/frontend/?p=newsmore&id=343-apa-itu-posbindu-
ptm) (19/02/17)
Hariandja, M.T.E., 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia: Pengadaan, Pengembangan,
Pengkompensasian, dan Peningkatan Produktivitas Pegawai, Jakarta, Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Herkimer, A.G., 1986, Understanding Hospital Financial Management, Maryland, Aspen
Publication.
Kementerian Kesehatan RI, 2012, Layanan Komprehensif HIV-IMS Berkesinambungan:
Pedoman Penerapan, Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014, Data Dasar Puskesmas: Keadaan Desember
2013, Jakarta.
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat
Kesehatan Masyarakat
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas)
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1076/MENKES/SK/VII/2003 tentang Penyelenggaraan
Pengobatan Tradisional
Suyani ND., Solikhah, 2013, Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) di
Wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten Dompu Provinsi NTB, Kesmas vol 7(1) : 1-54.
Sugiono, A., 2009, Manajemen Keuangan: untuk Praktisi Keuangan, Jakarta, PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia.

114

Anda mungkin juga menyukai