MENINGIOMA
OLEH
PRESEPTOR
2018
DAFTAR ISI
Halaman
Daftar Isi.............................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................3
1.1 Latar Belakang.......................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................4
1.4 Manfaat Penulisan.................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..................................................................5
2.1 Definisi dan klasifikasi..........................................................5
2.2 Epidemiologi..........................................................................6
2.3 Etiologi dan faktor risiko.......................................................7
2.4 Manifestasi klinis...................................................................7
2.5 Pemeriksaan penunjang.........................................................9
2.6 Tatalaksana...........................................................................10
2.7 Prognosis...............................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................12
BAB 3 LAPORAN KASUS.......................................................................14
3.1 Identitas pasien.....................................................................14
3.2 Anamnesis.............................................................................14
3.3 Pemeriksaan fisik..................................................................16
3.4 Laboratorium........................................................................27
3.5 Pemeriksaan penunjang........................................................27
3.6 Diagnosis..............................................................................27
3.7 Tatalaksana...........................................................................27
3.8 Rencana pemeriksaan...........................................................28
BAB 4 DISKUSI........................................................................................29
BAB 5 KESIMPULAN..............................................................................32
2
BAB 1
PENDAHULUAN
intrakranial kedua tersering pada usia dewasa, menempati 20% dari semua
usia, namun lebih sering terjadi pada dekade keenam dan ketujuh. Pada
Tiga kelompok gejala dan tanda yang dihasilkan tumor otak adalah
Gejala yang lebih spesifik juga dapat muncul tergantung pada lokasi
intrakranial.
3
1.3 Tujuan Penulisan
Case report ini ditulis dengan metode studi kepustakaan yang merujuk ke
berbagai literatur
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Meningioma adalah tumor mesenkim berasal dari sel cap arachnoid dari
meninges; 90%-nya bersifat jinak.1 Meningioma muncul pada lipatan dura, paling
sphenoid wings, olfactory groove, dan tuberculum sellae. 2 Sembilan puluh persen
terjadi pada sudut serebellopontine. Secara umum, berikut adalah berbagai jenis
5
Gambar 2.1 Klasifikasi meningioma menurut WHO4
2.2 Epidemiologi
menempati 20% dari semua tumor intrakranial primer. Meningioma dapat terjadi
di semua kelompok usia, namun lebih sering terjadi pada dekade keenam dan
ketujuh. Meningioma grade I WHO lebih sering terjadi pada wanita, sedangkan
meningkat seiring bertambahnya usia pada kedua jenis kelamin. Pada kelompok
usia anak, meningioma jarang terjadi, hanya sekitar 1-4% dari semua tumor
bermetastasis di luar sistem saraf pusat. Beberapa situs umum untuk meningioma
6
2. 3 Etiologi dan Faktor Risiko
pada pasien yang memiliki riwayat radiasi kulit kepala sebelumnya. Hal ini
pada 75% meningioma dan pada wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal
langka seperti neurofibromatosis tipe 2. Mutasi pada gen NF2 adalah abnormalitas
2. 4 Manifestasi Klinis
Ada tiga kelompok gejala dan tanda yang dihasilkan tumor otak:
utama dari peningkatan tekanan intrakranial adalah: nyeri kepala; muntah; edema
kepala, dan cenderung lebih buruk di pagi hari ketika pasien bangun. Nyeri
Sayangnya, seperti banyak hal dalam kedokteran klinis, tidak ada satupun fitur-
fitur ini benar-benar spesifik. Perfusi retina dan diskus optikus dapat menjadi
kritis pada peningkatan tekanan intracerebral dan edema papil. Pasien dapat
7
melaporkan adanya penglihatan yang kabur sementara atau kehilangan
penglihatan. 3
serebrum. Kejang bukan merupakan fitur pada tumor fossa posterior. Epilepsi
umumnya tidak disebabkan oleh tumor, dan kurang dari 50% dari tumor serebral
Kehadiran tumor merusak fungsi bagian dari otak di mana ia berada. Sifat
dari defisit neurologis fokal jelas tergantung pada lokasi lesi. Tumor dekat garis
tengah (midline) dan di fossa posterior dapat menghasilkan fitur yang ditandai
gejala utama tadi menjadi panduan untuk menentukan sifat tumor, dalam hal
Meningioma falx dan parasagittal : nyeri kepala, kejang, frontal lobe syndrome
8
Meningioma fossa posterior :gejala-gejala akibat kompresi saraf-saraf kranialis
(nyeri tajam pada wajah, mati rasa, dan spasme otot-otot wajah, berkurangnya
2. 5 Pemeriksaan Penunjang
tumor adalah isodense atau hyperdense pada gambar CT, tampak sebagai massa
kontras. Massa ini dapat menunjukkan kalsifikasi dan tampak melekat pada
meninges dengan ekor dural (dural tail). Tumor ini juga dapat membuat erosi
Tumor tampak sebagai jaringan isointense pada scan MRI T1-weighted dan
kontras. Terkadang, ada edema otak yang berdekatan, yang dapat menandakan
invasi melalui pia mater. Angiografi konvensional sering digunakan untuk menilai
kelayakandan keamanan embolisasi pra operasi, yang bisa membuat reseksi lebih
9
Gambar 2.1. Hiperostosis pada tulang tengkorak terdekat
2.6 Tatalaksana
Reseksi bedah total adalah tujuan dari pengobatan. Lokasi, ukuran, dan
10
kecil dari 3 cm dan tidak ditemukan pada lokasi yang radiosensitif,seperti saraf
optik. Bentuk atipikal dan ganas dari tumor ini ditandai dengan invasi ke jaringan
otak yang normal, edema peritumoral, dan pola pertumbuhan yang lebih cepat.
2.7 Prognosis
yang sangat lambat. Risiko rekurensi setelah reseksi total dari grade I meningioma
kira-kira 20% pada 10 tahun. Tingkat kekambuhan secara signifikan lebih tinggi
di atypical (WHO grade II) dan anaplastic (WHO kelas III) meningioma, di mana
40% dan 60% kambuh lagi dalam waktu 10 tahun bahkan setelah reseksi total.
Beberapa pasien meninggal karena meningioma grade I dan II. Sebagian besar
kematian terkait meningioma terlihat pada pasien dengan lesi grade III WHO dan
pada pasien dengan lesi tingkat rendah namun ukurannya besar sehingga tidak
bisa direseksi. Usia merupakan faktor prognostik independen yang penting untuk
perawatan bedah untuk meningioma. Namun, saat ini tidak jelas apakah defisit ini
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Testai FD, Wardlaw JM, Hankey GJ, Gorelick PB. Hankey's Clinical
Neurology. 2014
2. Ropper AH. Adams and Victor's principles of neurology. New York: McGraw-
Feb 17;5(9).
6. Fogh SE, Johnson DR, Barker FG, Brastianos PK, Clarke JL, Kaufmann TJ,
34.
Tumor and Skull Base Surgery. Elsevier Health Sciences; 2016 Oct 26.
12
9. Brust JC. Current diagnosis & treatment neurology. McGraw Hill Professional;
2011 Nov 4.
guidelines for the diagnosis and treatment of meningiomas. The Lancet Oncology.
2016;5.
13
BAB 3
LAPORAN KASUS
Nama : Ny. SS
Umur : 30 tahun
Alamat : Padang
3.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Penurunan kesadaran
membuka mata dan menyahut saat dipanggil keluarga, namun sejak 2 hari
ini pasien tidak lagi dapat dibangunkan lagi, tidak menyahut dan membuka
Keluhan disertai dengan kejang 1x, kejang terjadi diawali dengan kaku
pada tangan dan kaki kiri lalu diikuti kelonjotan seluruh tubuh. Kejang
14
berlangsung kurang lebih 2-3 menit. Saat kejang mata melirik ke atas,
mulut berbuih, dan tidak dijumpai lidah tergigit, pasien mengompol. Saat
kejang pasien tidak sadar dan setelah kejang pasien tidak sadar.
Riwayat nyeri kepala yang semakin lama semakin berat sejak kurang lebih
3 bulan yang lalu, awalnya nyeri masih berkurang dengan obat penghilang
nyeri, namun sejak 2 bulan terakhir, nyeri tidak lagi berkurang dengan
Keluhan disertai lemah anggota gerak kiri sejak 2 bulan yang lalu, lemah
sejak 1 bulan ini pasien hanya bisa menggeser kaki dan tangan kiri,
Riwayat kejang kurang lebih 1,5 bulan yang lalu, kejang terjadi 1 kali.
15
Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi dan Kebiasaan
Pasien seorang ibu rumah tangga, dengan aktivitas harian ringan sedang.
Vital Sign
Suhu : 37°C
Status Internus
kornea +/+
-Torak
Paru
16
Inspeksi : simetris kiri=kanan
Perkusi : sonor
Jantung
Perkusi : timpani
Status Neurologikus
brudinski II : (-)
17
C. Pemeriksaan Nervus Kranialis
- N. I (Olfaktorius)
- N. III (Okulomotorius)
Kanan Kiri
Bola mata bulat bulat
Ptosis - -
Gerakan bulbus DEM bergerak
Strabismus - -
Nistagmus - -
Ekso / Endoftalmus - -
Pupil
- Refleks Cahaya + +
- N. IV (Troklearis)
18
Kanan Kiri
Gerakan mata ke bawah DEM bergerak DEM bergerak
Sikap bulbus Sulit dinilai Sulit dinilai
Diplopia Sulit dinilai Sulit dinilai
- N. V (Trigeminus)
Kanan Kiri
Motorik
o Refleks Kornea + +
o Sensibilitas
- Divisi Mandibula
- N. VI (Abdusen)
Kanan Kiri
19
Gerakan mata ke lateral DEM bergerak DEM bergerak
Sikap bulbus Sulit dinilai Sulit dinilai
Diplopia - -
- N. VII (Fasialis)
Kanan Kiri
Raut wajah Plika nasolabialis kiri lebih datar dari
kanan
Sekresi air mata + +
Fissura palpebra Sulit dinilai Sulit dinilai
Menggerakkan dahi Sulit dinilai Sulit dinilai
Menutup mata Sulit dinilai Sulit dinilai
Mencibir / bersiul Sulit dinilai Sulit dinilai
Memperlihatkan gigi Sulit dinilai Sulit dinilai
Sensasi lidah 2/3 Sulit dinilai Sulit dinilai
Hiperakusis - -
Kanan Kiri
Suara berbisik Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Detik arloji Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Rinne test Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Weber test Tidak diperiksa
Scwabach test
- Memanjang
Nistagmus
- Pendular - -
- Vertikal - -
20
- Siklikal - -
Pengaruh posisi kepala - -
- N. IX (Glossofaringeus)
Kanan Kiri
Sensasi lidah 1/3 belakang Sulit dinilai Sulit dinilai
Refleks muntah / Gag reflex + +
- N. X (Vagus)
Kanan Kiri
Arkus faring Sulit dinilai Sulit dinilai
Uvula Sulit dinilai Sulit dinilai
Menelan Sulit dinilai Sulit dinilai
Artikulasi Sulit dinilai Sulit dinilai
Suara Sulit dinilai Sulit dinilai
Nadi sinus reguler sinus regular
- N. XI (Asesorius)
Kanan Kiri
Menoleh ke kanan Sulit dinilai Sulit dinilai
Menoleh ke kiri Sulit dinilai Sulit dinilai
Mengangkat bahu kanan Sulit dinilai Sulit dinilai
Mengangkat bahu kiri Sulit dinilai Sulit dinilai
- N. XII (Hipoglossus)
Kanan Kiri
Kedudukan lidah dalam Sulit dinilai Sulit dinilai
Kedudukan lidah dijulurkan Sulit dinilai Sulit dinilai
Tremor - -
Fasikulasi - -
Atrofi - -
D. Pemeriksaan Koordinasi
21
- Cara berjalan : tidak dilakukan
- Badan
o Respirasi : spontan
o Gerakan spontan :-
o Tremor :-
o Atetosis :-
o Mioklonik :-
o Khorea :-
- Ekstremitas
22
Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Aktif Kurang aktif Kurang
aktif aktif
Kekuatan Lateralisasi ke kiri Lateralisasi ke kiri
Trofi Eutrofi eutrofi eutrofi eutrofi
Tonus Eutonus eutonus eutonus eutonus
F. Pemeriksaan Sensibilitas
Kanan Kiri
Sensibilitas taktil tidak dilakukan tidak dilakukan
Sensibilitas nyeri + +
Sensibilitas termis tidak dilakukan tidak dilakukan
Sensibilitas kortikal
23
Chaddoks - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Klonus paha - -
Klonus kaki - -
H. Fungsi Otonom
- Miksi : baik
- Defekasi : baik
I. Fungsi Luhur
24
3. 4 Laboratorium
Hb : 16,3 gr/dl
Leukosit : 9790/mm3
Trombosit : 235.000/mm3
Hematokrit : 49%
GDS : 132
Na/K/Cl : 145/4,2/112
Ur/cr : 25/0,7
3. 5 Pemeriksaan Penunjang
3. 6 Diagnosis
peningkatan TIK
Diagnosa Sekunder : -
25
3. 8 Penatalaksanaan
1. Umum
O2 6-8 L/menit
2. Khusus
Ranitidin 2 x 50 mg (iv)
26
BAB 4
DISKUSI
Djamil Padang tanggal 18 Mei 2018 dengan keluhan utama penurunan kesadaran.
Penurunan kesadaran terjadi sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit dan terjadi
nyeri kepala yang progresif, dan lemah anggota gerak kiri. Nyeri kepala yang
awalnya dapat hilang dengan obat penghilang nyeri namun lama kelamaan tidak
mempan lagi menandakan adanya nyeri kepala yang progresif. Nyeri kepala yang
progresif serta adanya penurunan kesadaran pada pasien ini dapat disebabkan oleh
Peningkatan dari salah satu komponen intrakranial: otak, cairan serebrospinal, dan
disebabkan oleh adanya space occupying lesion berupa massa tumor atau abses,
neurologis fokal. Pola kejang yang mungkin dapat memberikan indikasi lokasi
lesi. Lemah anggota gerak kiri merupakan defisit neurologis fokal yang juga dapat
membantu menentukan lokasi lesi atau daerah yang mengalami kompresi oleh
lesi, yaitu pada hemisfer yang kontralateral dengan paresis. Tidak ditemukannya
riwayat demam, riwayat infeksi pada sinus, gigi, dan telinga menyingkirkan
27
riwayat trauma juga menyingkirkan kemungkinan terjadinya peningkatan tekanan
otak.
Pupil isokor dengan diameter 4mm/4mm dengan reflek cahaya +/+. Dari
intrakranial. Pada wajah ditemukan plika nasolabialis kiri lebih datar dan pada
bagian kanan.
menunjukkan kesan sinus bradikardi. Rontgen toraks dalam batas normal. Brain
disertai perifocal udem, midline shift ± 1 cm. Udem yang terjadi pada tumor otak
permeabilitas endotel kapiler otak. Protease yang dihasilkan oleh sel-sel tumor
adanya dural tail merupakan karakteristik dari meningioma pada CT. Anjuran
28
Tatalaksana umum pada pasien ini adalah elevasi kepala, pemberian
29
BAB 5
KESIMPULAN
1. Meningioma adalah tumor mesenkim berasal dari sel cap arachnoid dari
meninges; 90%-nya bersifat jinak. Meningioma muncul pada lipatan dura, paling
2. Manifestasi klinik meningioma sesuai dengan gejala dan tanda yang dihasilkan
tumor otak: peningkatan tekanan intrakranial (nyeri kepala; muntah; edema papil;
neurologis fokal. Gejala lainnya dapat berupa gejala yang sesuai dengan lokasi
meningiomanya.
3. Reseksi bedah total adalah tujuan dari pengobatan. Lokasi, ukuran, dan
Tingkat kekambuhan secara signifikan lebih tinggi di atypical (WHO grade II)
dan anaplastic (WHO kelas III) meningioma, di mana 40% dan 60% kambuh lagi
30