Anda di halaman 1dari 30

Case Report Session

MENINGIOMA

OLEH

Putri Amanda 1210312051

PRESEPTOR

Prof. Dr. dr. Darwin Amir, Sp.S (K)

dr. Restu Susanti, Sp.S, M. Biomed

BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

2018
DAFTAR ISI

Halaman

Daftar Isi.............................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................3
1.1 Latar Belakang.......................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................4
1.4 Manfaat Penulisan.................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..................................................................5
2.1 Definisi dan klasifikasi..........................................................5
2.2 Epidemiologi..........................................................................6
2.3 Etiologi dan faktor risiko.......................................................7
2.4 Manifestasi klinis...................................................................7
2.5 Pemeriksaan penunjang.........................................................9
2.6 Tatalaksana...........................................................................10
2.7 Prognosis...............................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................12
BAB 3 LAPORAN KASUS.......................................................................14
3.1 Identitas pasien.....................................................................14
3.2 Anamnesis.............................................................................14
3.3 Pemeriksaan fisik..................................................................16
3.4 Laboratorium........................................................................27
3.5 Pemeriksaan penunjang........................................................27
3.6 Diagnosis..............................................................................27
3.7 Tatalaksana...........................................................................27
3.8 Rencana pemeriksaan...........................................................28
BAB 4 DISKUSI........................................................................................29
BAB 5 KESIMPULAN..............................................................................32

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Meningioma adalah tumor mesenkim berasal dari sel cap arachnoid

dari meninges; 90%-nya bersifat jinak. Meningioma adalah tumor

intrakranial kedua tersering pada usia dewasa, menempati 20% dari semua

tumor intrakranial primer. Meningioma dapat terjadi di semua kelompok

usia, namun lebih sering terjadi pada dekade keenam dan ketujuh. Pada

orang dewasa, wanita lebih sering terkena dibandingkan pria.

Tiga kelompok gejala dan tanda yang dihasilkan tumor otak adalah

peningkatan tekanan intrakranial, kejang dan defisit neurologis fokal.

Gejala yang lebih spesifik juga dapat muncul tergantung pada lokasi

lesinya. Temuan CT-Scan dan MRI spesifik pada meningioma sehingga

penting untuk mengenalinya.

Karena meningioma pada umumnya tergolong jinak, tatalaksana

bedah memberikan prognosis yang cukup baik meskipun tetap terdapat

angka rekurensi pasca reseksi. Pengobatan tambahan lainnya adalah untuk

mengurangi edema pada otak dan pengontrolan terjadinya kejang dengan

pemberian obat antikejang juga dapat diberikan pada pasien-pasien tumor

intrakranial.

1.2 Batasan Masalah

Case report ini membahas mengenai definisi, epidemiologi, etiologi,

manifestasi klinis, diagnosis, tatalaksana dan prognosis meningioma.

3
1.3 Tujuan Penulisan

Menambah pengetahuan tentang definisi, etiologi, manifestasi klinis,

diagnosis, tatalaksana dan prognosis dari meningioma.

1.4 Metode Penulisan

Case report ini ditulis dengan metode studi kepustakaan yang merujuk ke

berbagai literatur

4
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan klasifikasi

Meningioma adalah tumor mesenkim berasal dari sel cap arachnoid dari

meninges; 90%-nya bersifat jinak.1 Meningioma muncul pada lipatan dura, paling

sering dari frontoparietal parasagittal convexities, falx, tentorium cerebelli,

sphenoid wings, olfactory groove, dan tuberculum sellae. 2 Sembilan puluh persen

meningioma bersifat supratentorial, dan sebagian besar meningioma infratentorial

terjadi pada sudut serebellopontine. Secara umum, berikut adalah berbagai jenis

tumor primer sistem saraf berdasarkan sel asalnya.3

Tabel 2.1 Tumor primer sistem saraf pusat3

Sistem saraf pusat Sel asal Tumor


Astrosit Astrositoma
Ependim Ependimoma
Oligodendrosit Oligodendroglioma
Neuroektoderm Medulloblasstoma
Meningen Meningioma
Sel schwann Neurofibroma
Sistem saraf perifer Sel schwann Neurofibroma
Neuroektoderm Sarkoma Ewing

WHO mengembangkan sistem klasifikasi untuk beberapa tumor yang telah

diketahui, termasuk meningioma. Tumor diklasifikasikan melalui tipe sel dan

derajat pada hasil biopsi yang dilihat di bawah mikroskop. Penatalaksanaannya

pun berbeda-beda di tiap derajatnya.1

5
Gambar 2.1 Klasifikasi meningioma menurut WHO4

2.2 Epidemiologi

Meningioma adalah tumor intrakranial kedua tersering pada usia dewasa,

menempati 20% dari semua tumor intrakranial primer. Meningioma dapat terjadi

di semua kelompok usia, namun lebih sering terjadi pada dekade keenam dan

ketujuh. Meningioma grade I WHO lebih sering terjadi pada wanita, sedangkan

meningioma tingkat lebih tinggi memiliki dominasi laki-laki. Risiko meningioma

meningkat seiring bertambahnya usia pada kedua jenis kelamin. Pada kelompok

usia anak, meningioma jarang terjadi, hanya sekitar 1-4% dari semua tumor

intrakranial dan tidak ada predisposisi perempuan. Meningioma kebanyakan

unifocal tetapi mungkin multifokal pada 5-9% kasus. Meningioma jarang

bermetastasis di luar sistem saraf pusat. Beberapa situs umum untuk meningioma

adalah cerebral convexities, falx cerebri, sphenoid ridge, cerebellar convexities

dan tentorium cerebelli.5,6

6
2. 3 Etiologi dan Faktor Risiko

Beberapa penelitian menunjukkan munculnya meningioma intrakranial

pada pasien yang memiliki riwayat radiasi kulit kepala sebelumnya. Hal ini

menunjukkan peran paparan radiasi dalam patogenesis meningioma. Meningioma

yang diinduksi radiasi adalah keganasan sekunder yang paling umum.

Meningioma lebih sering terjadi pada wanita. peningkatan gejala-gejala terkait

meningioma terjadi selama kehamilan. Ekspresi reseptor progesteron meningkat

pada 75% meningioma dan pada wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal

jangka panjang. Insiden meningioma meningkat dalam beberapa penyakit genetik

langka seperti neurofibromatosis tipe 2. Mutasi pada gen NF2 adalah abnormalitas

genetik terkait yang paling umum.5

2. 4 Manifestasi Klinis

Ada tiga kelompok gejala dan tanda yang dihasilkan tumor otak:

peningkatan tekanan intrakranial, kejang dan defisit neurologis fokal. Gambaran

utama dari peningkatan tekanan intrakranial adalah: nyeri kepala; muntah; edema

papil; penurunan kesadaran; tanda-tanda herniasi dan coning. Nyeri kepala

tekanan intrakranial yang meningkat (progresif), mereka dirasakan di seluruh

kepala, dan cenderung lebih buruk di pagi hari ketika pasien bangun. Nyeri

tersebut terkadang membangunkan pasien lebih awal dari waktu bangun

normalnya. Nyeri dapat diperburuk oleh batuk, mengejan dan membungkuk.

Sayangnya, seperti banyak hal dalam kedokteran klinis, tidak ada satupun fitur-

fitur ini benar-benar spesifik. Perfusi retina dan diskus optikus dapat menjadi

kritis pada peningkatan tekanan intracerebral dan edema papil. Pasien dapat

7
melaporkan adanya penglihatan yang kabur sementara atau kehilangan

penglihatan. 3

Kejang fokal, kejang fokal yang berkembang menjadi umum, kejang

tonik-klonik, kejang tonik-klonik, semuanya dapat menunjukkan adanya tumor di

serebrum. Kejang bukan merupakan fitur pada tumor fossa posterior. Epilepsi

umumnya tidak disebabkan oleh tumor, dan kurang dari 50% dari tumor serebral

menghasilkan epilepsi, tetapi terjadinya epilepsi dalam kehidupan dewasa harus

mendorong kemungkinan tumor otak.3

Kehadiran tumor merusak fungsi bagian dari otak di mana ia berada. Sifat

dari defisit neurologis fokal jelas tergantung pada lokasi lesi. Tumor dekat garis

tengah (midline) dan di fossa posterior dapat menghasilkan fitur yang ditandai

tekanan intrakranial sebelum muncul tanda lokal. Durasi dari perkembangan 3

gejala utama tadi menjadi panduan untuk menentukan sifat tumor, dalam hal

keganasan. Namun ini tidak mudah. Perjalanan peyakiti yang kronik

menunjukkan sifat yang jinak atau low-grade malignancy tumor. Progresifitas

yang singkat jelas menyiratkan keganasan.3

Gejala dapat pula spesifik terhadap lokasi tumor :7,8

 Meningioma falx dan parasagittal : nyeri kepala, kejang, frontal lobe syndrome

 Meningioma Convexitas : kejang, sakit kepala, defisit neurologis fokal,

perubahan status mental

 Meningioma Sphenoid : kurangnya sensibilitas wajah, gangguan lapangan

pandang, kebutaan, dan penglihatan ganda.

 Meningioma Olfactorius : kurangnya kepekaan penciuman, masalah visus.

8
 Meningioma fossa posterior :gejala-gejala akibat kompresi saraf-saraf kranialis

(nyeri tajam pada wajah, mati rasa, dan spasme otot-otot wajah, berkurangnya

pendengaran, gangguan menelan), hidrosefalus, hipertensi intrakranial.

 Meningioma suprasellar : pembengkakan diskus optikus, masalah visus

 Spinal meningioma : nyeri punggung, nyeri dada dan lengan

 Meningioma Intraorbital : penurunan visus, penonjolan bola mata

 Meningioma Intraventrikular : perubahan mental, sakit kepala, pusing

2. 5 Pemeriksaan Penunjang

Temuan CT dan MRI sangat spesifik untuk meningioma. Kebanyakan

tumor adalah isodense atau hyperdense pada gambar CT, tampak sebagai massa

berbatas tegas atau lobulated, homogen, dan menyengat setelah pemberian

kontras. Massa ini dapat menunjukkan kalsifikasi dan tampak melekat pada

meninges dengan ekor dural (dural tail). Tumor ini juga dapat membuat erosi

pada tulang terdekat sehingga tampak seperti penonjolan atau hyperostosis.

Tumor tampak sebagai jaringan isointense pada scan MRI T1-weighted dan

tampak terang dan meningkat densitasnya secara homogen dengan penggunaan

kontras. Terkadang, ada edema otak yang berdekatan, yang dapat menandakan

invasi melalui pia mater. Angiografi konvensional sering digunakan untuk menilai

kelayakandan keamanan embolisasi pra operasi, yang bisa membuat reseksi lebih

mudah dan lebih aman.9

9
Gambar 2.1. Hiperostosis pada tulang tengkorak terdekat

Gambar 2.2 Meningioma falx

2.6 Tatalaksana

Reseksi bedah total adalah tujuan dari pengobatan. Lokasi, ukuran, dan

keterlibatan vaskular dan struktur saraf menentukan kesulitan reseksi bedah.

Stereotactic radiosurgery menyediakan sarana terapi alternatif jika tumor lebih

10
kecil dari 3 cm dan tidak ditemukan pada lokasi yang radiosensitif,seperti saraf

optik. Bentuk atipikal dan ganas dari tumor ini ditandai dengan invasi ke jaringan

otak yang normal, edema peritumoral, dan pola pertumbuhan yang lebih cepat.

Rekurensi tumor setelah reseksi terkait dengan tingkat reseksi;adalah 7% dalam 5

tahun sejak reseksi total.9,10

2.7 Prognosis

Kebanyakan meningioma bersifat jinak dan menunjukkan pertumbuhan

yang sangat lambat. Risiko rekurensi setelah reseksi total dari grade I meningioma

kira-kira 20% pada 10 tahun. Tingkat kekambuhan secara signifikan lebih tinggi

di atypical (WHO grade II) dan anaplastic (WHO kelas III) meningioma, di mana

40% dan 60% kambuh lagi dalam waktu 10 tahun bahkan setelah reseksi total.

Beberapa pasien meninggal karena meningioma grade I dan II. Sebagian besar

kematian terkait meningioma terlihat pada pasien dengan lesi grade III WHO dan

pada pasien dengan lesi tingkat rendah namun ukurannya besar sehingga tidak

bisa direseksi. Usia merupakan faktor prognostik independen yang penting untuk

bertahan hidup. Mengenai hasil pasca operasi, literatur menunjukkan

kemungkinan gejala sisa neurokognitif pada pasien yang telah menjalani

perawatan bedah untuk meningioma. Namun, saat ini tidak jelas apakah defisit ini

disebabkan oleh tumor atau diinduksi pembedahan.1,11,12

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Testai FD, Wardlaw JM, Hankey GJ, Gorelick PB. Hankey's Clinical

Neurology. 2014

2. Ropper AH. Adams and Victor's principles of neurology. New York: McGraw-

Hill Medical Pub. Division; 2005.

3. Wilkinson I, Lennox G. Essential neurology. 4 ed. Victoria, Australia:

Blackwell Publishing; 2005.

4. Harter PN, Braun Y, Plate KH. Classification of meningiomas—advances and

controversies. Chinese clinical oncology. 2017 Apr 6;6(1).

5. Mishra H, Mishra R. A Review of Meningioma: The Most Common

Intracranial Benign Tumour in Adults. Paripex-Indian Journal Of Research. 2018

Feb 17;5(9).

6. Fogh SE, Johnson DR, Barker FG, Brastianos PK, Clarke JL, Kaufmann TJ,

Oberndorfer S, Preusser M, Raghunathan A, Santagata S, Theodosopoulos PV.

Case-based review: meningioma. Neuro-oncology practice. 2016 Jun 1;3(2):120-

34.

7. Quinones-Hinojosa A. Video Atlas of Neurosurgery E-Book: Contemporary

Tumor and Skull Base Surgery. Elsevier Health Sciences; 2016 Oct 26.

8. Wu A, Garcia MA, Magill ST, Chen W, Vasudevan HN, Perry A,

Theodosopoulos PV, McDermott MW, Braunstein SE, Raleigh DR. Presenting

symptoms and prognostic factors for symptomatic outcomes following resection

of meningioma. World neurosurgery. 2017 Dec 14.

12
9. Brust JC. Current diagnosis & treatment neurology. McGraw Hill Professional;

2011 Nov 4.

10. Goldbrunner R, Minniti G, Preusser M, Jenkinson MD, Sallabanda K, Houdart

E, von Deimling A, Stavrinou P, Lefranc F, Lund-Johansen M, Moyal EC. EANO

guidelines for the diagnosis and treatment of meningiomas. The Lancet Oncology.

2016 Sep 1;17(9):e383-91.

11. Anvari K, Hosseini S, Rahighi S, Toussi MS, Roshani N, Torabi-Nami M.

Intracranial meningiomas: Prognostic factors and treatment outcome in patients

undergoing postoperative radiation therapy. Advanced biomedical research.

2016;5.

12. Liouta E, Koutsarnakis C, Liakos F, Stranjalis G. Effects of intracranial

meningioma location, size, and surgery on neurocognitive functions: a 3-year

prospective study. Journal of neurosurgery. 2016 Jun;124(6):1578-84.

13
BAB 3

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien

Nama : Ny. SS

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 30 tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Suku Bangsa : Minangkabau

Alamat : Padang

3.2 Anamnesis

Seorang pasien perempuan berumur 30 tahun datang ke IGD RSUP Dr. M.

Djamil Padang tanggal 18 Mei 2018 dengan:

Keluhan Utama

Penurunan kesadaran

Riwayat Penyakit Sekarang:

 Penurunan kesadaran yang semakin berat sejak 2 hari sebelum masuk

rumah sakit. Terjadi berangsur-angsur dimana awalnya pasien masih

membuka mata dan menyahut saat dipanggil keluarga, namun sejak 2 hari

ini pasien tidak lagi dapat dibangunkan lagi, tidak menyahut dan membuka

mata saat dipanggil keluarga.

 Keluhan disertai dengan kejang 1x, kejang terjadi diawali dengan kaku

pada tangan dan kaki kiri lalu diikuti kelonjotan seluruh tubuh. Kejang

14
berlangsung kurang lebih 2-3 menit. Saat kejang mata melirik ke atas,

mulut berbuih, dan tidak dijumpai lidah tergigit, pasien mengompol. Saat

kejang pasien tidak sadar dan setelah kejang pasien tidak sadar.

Riwayat Penyakit Dahulu

 Riwayat nyeri kepala yang semakin lama semakin berat sejak kurang lebih

3 bulan yang lalu, awalnya nyeri masih berkurang dengan obat penghilang

nyeri, namun sejak 2 bulan terakhir, nyeri tidak lagi berkurang dengan

obat penghilang nyeri.

 Keluhan disertai lemah anggota gerak kiri sejak 2 bulan yang lalu, lemah

berangsur-angsur, awalnya masih dapat berjalan dengan menyeret, namun

sejak 1 bulan ini pasien hanya bisa menggeser kaki dan tangan kiri,

sehingga aktivitas dilakukan di tempat tidur. Akibat keluhan ini pasien

dibawa ke RSUD Solok dan telah dilakukan pemeriksaan CT-Scan kepala.

 Riwayat kejang kurang lebih 1,5 bulan yang lalu, kejang terjadi 1 kali.

 Riwayat muntah menyemprot (-)

 Riwayat demam (-)

 Riwayat infeksi sinus, gigi dan telinga (-)

 Riwayat trauma kepala (-)

 Riwayat keganasan pada anggota tubuh lain (-)

Riwayat Penyakit Keluarga

 Tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit seperti ini

15
Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi dan Kebiasaan

 Pasien seorang ibu rumah tangga, dengan aktivitas harian ringan sedang.

Riwayat kontrasepsi tidak diketahui keluarga.

3.3 Pemeriksaan Fisik

Vital Sign

Keadaan umum : Sakit Berat

Kesadaran : sopor E2M5V2

Tekanan darah : 120/90 mmHg

Frekuensi nadi : 80 x/menit

Frekuensi nafas : 18 x / menit

Suhu : 37°C

Status Internus

-Kepala : tidak ditemukan kelainan

-Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

pupil isokor, diameter 4 mm/4mm, reflek cahaya +/+, reflek

kornea +/+

-Telinga : tidak ada kelainan

-Hidung : tidak ada kelainan

-Mulut : tidak ada kelainan

-Leher : Kelenjar getah bening tidak membesar

-Torak

Paru

16
Inspeksi : simetris kiri=kanan

Palpasi : fremitus sulit dinilai

Perkusi : sonor

Auskultasi : vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)

Jantung

Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : Iktus kordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi : Batas jantung dalam batas normal

Auskultasi : Irama teratur, bising tidak ada

-Abdomen : Inspeksi : tidak membesar

Palpasi : hepar dan lien tidak teraba.

Perkusi : timpani

Auskultasi : Bising usus (+) normal

-Corpus vertebralis : tidak ada kelainan

-Genitalia : tidak diperiksa

Status Neurologikus

A. Tanda rangsangan selaput otak :

kaku kuduk : (-) kernig : (-)

laseque : (-) brudzunski I : (-)

brudinski II : (-)

B. Tanda peningkatan TIK

papil edem : (+)

17
C. Pemeriksaan Nervus Kranialis

- N. I (Olfaktorius)

Penciuman Kanan Kiri


Subjektif Sulit dinilai Sulit dinilai
Objektif (dengan bahan) tidak dilakukan tidak dilakukan
- N. II (Optikus)

Penglihatan Kanan Kiri


Tajam penglihatan Sulit dinilai Sulit dinilai
Lapangan pandang Sulit dinilai Sulit dinilai
Melihat warna Sulit dinilai Sulit dinilai
Funduskopi Papil udem Papil udem

- N. III (Okulomotorius)

Kanan Kiri
Bola mata bulat bulat
Ptosis - -
Gerakan bulbus DEM bergerak
Strabismus - -
Nistagmus - -
Ekso / Endoftalmus - -
Pupil

- Bentuk bulat bulat

- Refleks Cahaya + +

- Refleks Akomodasi Sulit dinilai Sulit dinilai

- Refleks Konvergensi Sulit dinilai Sulit dinilai

- N. IV (Troklearis)

18
Kanan Kiri
Gerakan mata ke bawah DEM bergerak DEM bergerak
Sikap bulbus Sulit dinilai Sulit dinilai
Diplopia Sulit dinilai Sulit dinilai

- N. V (Trigeminus)

Kanan Kiri
Motorik

- Membuka mulut Sulit dinilai Sulit dinilai

- Menggerakkan rahang Sulit dinilai Sulit dinilai

- Menggigit Sulit dinilai Sulit dinilai

- Mengunyah Sulit dinilai Sulit dinilai


Sensorik
- Divisi Oftalmika

o Refleks Kornea + +

o Sensibilitas Sulit dinilai Sulit dinilai


- Divisi Maksila

o Refleks Sulit dinilai Sulit dinilai

Masseter Sulit dinilai Sulit dinilai

o Sensibilitas
- Divisi Mandibula

o Sensibilitas Sulit dinilai Sulit dinilai

- N. VI (Abdusen)

Kanan Kiri

19
Gerakan mata ke lateral DEM bergerak DEM bergerak
Sikap bulbus Sulit dinilai Sulit dinilai
Diplopia - -

- N. VII (Fasialis)

Kanan Kiri
Raut wajah Plika nasolabialis kiri lebih datar dari

kanan
Sekresi air mata + +
Fissura palpebra Sulit dinilai Sulit dinilai
Menggerakkan dahi Sulit dinilai Sulit dinilai
Menutup mata Sulit dinilai Sulit dinilai
Mencibir / bersiul Sulit dinilai Sulit dinilai
Memperlihatkan gigi Sulit dinilai Sulit dinilai
Sensasi lidah 2/3 Sulit dinilai Sulit dinilai
Hiperakusis - -

- N. VIII (Vestibulokoklearis) : reflek okuloauditorik (+)

Kanan Kiri
Suara berbisik Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Detik arloji Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Rinne test Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Weber test Tidak diperiksa
Scwabach test

- Memendek Tidak diperiksa Tidak diperiksa

- Memanjang
Nistagmus

- Pendular - -

- Vertikal - -

20
- Siklikal - -
Pengaruh posisi kepala - -
- N. IX (Glossofaringeus)

Kanan Kiri
Sensasi lidah 1/3 belakang Sulit dinilai Sulit dinilai
Refleks muntah / Gag reflex + +
- N. X (Vagus)

Kanan Kiri
Arkus faring Sulit dinilai Sulit dinilai
Uvula Sulit dinilai Sulit dinilai
Menelan Sulit dinilai Sulit dinilai
Artikulasi Sulit dinilai Sulit dinilai
Suara Sulit dinilai Sulit dinilai
Nadi sinus reguler sinus regular

- N. XI (Asesorius)

Kanan Kiri
Menoleh ke kanan Sulit dinilai Sulit dinilai
Menoleh ke kiri Sulit dinilai Sulit dinilai
Mengangkat bahu kanan Sulit dinilai Sulit dinilai
Mengangkat bahu kiri Sulit dinilai Sulit dinilai
- N. XII (Hipoglossus)

Kanan Kiri
Kedudukan lidah dalam Sulit dinilai Sulit dinilai
Kedudukan lidah dijulurkan Sulit dinilai Sulit dinilai
Tremor - -
Fasikulasi - -
Atrofi - -

D. Pemeriksaan Koordinasi

21
- Cara berjalan : tidak dilakukan

- Romberg test : tidak dilakukan

- Ataksia : tidak dilakukan

- Rebound phenomenon : tidak dilakukan

- Test tumit lutut : tidak dilakukan

- Disartria : tidak dilakukan

- Supinasi-pronasi : tidak dilakukan

- Tes jari hidung : tidak dilakukan

- Tes hidung jari : tidak dilakukan

E. Pemeriksaan Fungsi Motorik

- Badan

o Respirasi : spontan

o Duduk : tidak dapat dilakukan

- Berdiri dan berjalan

o Gerakan spontan :-

o Tremor :-

o Atetosis :-

o Mioklonik :-

o Khorea :-

- Ekstremitas

22
Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Aktif Kurang aktif Kurang

aktif aktif
Kekuatan Lateralisasi ke kiri Lateralisasi ke kiri
Trofi Eutrofi eutrofi eutrofi eutrofi
Tonus Eutonus eutonus eutonus eutonus

F. Pemeriksaan Sensibilitas

Kanan Kiri
Sensibilitas taktil tidak dilakukan tidak dilakukan
Sensibilitas nyeri + +
Sensibilitas termis tidak dilakukan tidak dilakukan
Sensibilitas kortikal

- Stereognosis tidak dilakukan tidak dilakukan

- Pengenalan 2 titik tidak dilakukan tidak dilakukan

- Pengenalan rabaan tidak dilakukan tidak dilakukan


G. Sistem Refleks

FISIOLOGIS Kanan Kiri Kanan Kiri


Kornea + + Biseps ++ ++
Berbangkis Triseps ++ ++
Laring APR ++ ++
Masseter KPR ++ ++
Dinding perut Bulbokavernosus
- Atas Cremaster
- Tengah Sfingter
- Bawah
PATOLOGIS
Lengan Tungkai
Hoffman-Tromner - - Babinski - -

23
Chaddoks - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Klonus paha - -
Klonus kaki - -
H. Fungsi Otonom

- Miksi : baik

- Defekasi : baik

- Sekresi keringat : baik

I. Fungsi Luhur

Kesadaran Tanda Dementia


Reaksi bicara Sulit dinilai Refleks glabella -
Fungsi intelek Sulit dinilai Refkleks snout -
Reaksi emosi Sulit dinilai Refleks mengisap -
Refleks memegang -
Refleks palmomental -

24
3. 4 Laboratorium

Hb : 16,3 gr/dl

Leukosit : 9790/mm3

Trombosit : 235.000/mm3

Hematokrit : 49%

GDS : 132

Na/K/Cl : 145/4,2/112

Ur/cr : 25/0,7

3. 5 Pemeriksaan Penunjang

EKG: sinus bradikardi

Rontgen thorax: dalam batas normal

Brain CT-Scan tanpa kontras: lesi isodens di temporoparietalis dextra yang

disertai perifocal udem, midline shift ± 1 cm

3. 6 Diagnosis

Diagnosa Klinik : Penurunan kesadaran (sopor) + hemiparese

sinistra + parese N VII sinistra tipe sentral + epilepsi simptomatis + tanda

peningkatan TIK

Diagnosa Topik : Temporoparietal dextra

Diagnosa Etiologi : Tumor intrakranial sugestif meningioma

Diagnosa Sekunder : -

3. 7 Rencana pemeriksaan: Brain CT scan dengan kontras

25
3. 8 Penatalaksanaan

1. Umum

 Elevasi kepala 30o

 O2 6-8 L/menit

 IVFD asering 12 jam/kolf

 NGT: MC 1700 kkal

 Kateter: balance cairan

2. Khusus

 Dexamethason inj 4 x 10 mg (iv) tapp off

 Ranitidin 2 x 50 mg (iv)

 Fenitoin 3 x 100 mg (iv)

 As. Folat 2 x 5 mg (po)

26
BAB 4

DISKUSI

Seorang pasien perempuan berumur 30 tahun datang ke IGD RSUP Dr. M.

Djamil Padang tanggal 18 Mei 2018 dengan keluhan utama penurunan kesadaran.

Penurunan kesadaran terjadi sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit dan terjadi

secara berangsur-angsur. Dari anamnesis juga ditemukan adanya kejang, riwayat

nyeri kepala yang progresif, dan lemah anggota gerak kiri. Nyeri kepala yang

awalnya dapat hilang dengan obat penghilang nyeri namun lama kelamaan tidak

mempan lagi menandakan adanya nyeri kepala yang progresif. Nyeri kepala yang

progresif serta adanya penurunan kesadaran pada pasien ini dapat disebabkan oleh

peningkatan tekanan intrakranial. Tulang tengkorak adalah struktur yang rigid.

Peningkatan dari salah satu komponen intrakranial: otak, cairan serebrospinal, dan

darah akan menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial. Hal ini bisa

disebabkan oleh adanya space occupying lesion berupa massa tumor atau abses,

perdarahan intrakranial, hidrosefalus, edema otak dan lain-lain.

Poin anamnesis yang menunjukkan kecurigaan adanya space occupying

lesion adalah tanda-tanda peningkatan intrakranial, kejang, dan adanya defisit

neurologis fokal. Pola kejang yang mungkin dapat memberikan indikasi lokasi

lesi. Lemah anggota gerak kiri merupakan defisit neurologis fokal yang juga dapat

membantu menentukan lokasi lesi atau daerah yang mengalami kompresi oleh

lesi, yaitu pada hemisfer yang kontralateral dengan paresis. Tidak ditemukannya

riwayat demam, riwayat infeksi pada sinus, gigi, dan telinga menyingkirkan

kemungkinan peningkatan tekanan intrakranial akibat adanya abses. Tidak adanya

27
riwayat trauma juga menyingkirkan kemungkinan terjadinya peningkatan tekanan

intrakranial akibat perdarahan. Tidak adanya riwayat keganasan di bagian tubuh

lain sebelumnya membantu menyingkirkan kemungkinan lesi metastatik pada

otak.

Dari pemeriksaan fisik neurologis didapatkan GCS 9 dengan E2M5V2.

Pupil isokor dengan diameter 4mm/4mm dengan reflek cahaya +/+. Dari

funduskopi didapatkan kesan papil edem yang menunjang adanya peningkatan

intrakranial. Pada wajah ditemukan plika nasolabialis kiri lebih datar dan pada

pemeriksaan motorik ditemukan lateralisasi ke kiri, menunjukkan lokasi lesi pada

bagian kanan.

Hasil dari pemeriksaan laboratorium dalam batas normal. EKG

menunjukkan kesan sinus bradikardi. Rontgen toraks dalam batas normal. Brain

CT-Scan menunjukkan adanya lesi isodens di temporoparietalis dextra yang

disertai perifocal udem, midline shift ± 1 cm. Udem yang terjadi pada tumor otak

merupakan vasogenic oedema, yaitu edema yang terjadi akibat peningkatan

permeabilitas endotel kapiler otak. Protease yang dihasilkan oleh sel-sel tumor

membantu melonggarkan blood-brain barrier sehingga mempemudah keluarnya

protein dari dalam kapiler darah ke ekstraseluler. Protein ini kemudian

menyebabkan efek osmotik pada white matter di sekitarnya sehingga

menyebabkan edema serebral yang terlokalisasi di sekitar tumor. Lokasi tumor

adanya dural tail merupakan karakteristik dari meningioma pada CT. Anjuran

selanjutnya adalah untuk melakukan CT-Scan dengan kontas, dengan tujuan

melihat penyengatan pada lesi setelah diberikan kontras.

28
Tatalaksana umum pada pasien ini adalah elevasi kepala, pemberian

oksigen, pemasangan NGT dan kateter. Tatalaksana khususnya ialah pemberian

dexamethason untuk mengurangi edem otak dan ranitidin untuk mencegah

terjadinya ulkus akibat pemberian dexametason. Fenitoin diberikan untuk

menangani gejala kejang.

29
BAB 5

KESIMPULAN

1. Meningioma adalah tumor mesenkim berasal dari sel cap arachnoid dari

meninges; 90%-nya bersifat jinak. Meningioma muncul pada lipatan dura, paling

sering dari frontoparietal parasagittal convexities, falx, tentorium cerebelli,

sphenoid wings, olfactory groove, dan tuberculum sellae.

2. Manifestasi klinik meningioma sesuai dengan gejala dan tanda yang dihasilkan

tumor otak: peningkatan tekanan intrakranial (nyeri kepala; muntah; edema papil;

penurunan kesadaran; tanda-tanda herniasi dan coning), kejang dan defisit

neurologis fokal. Gejala lainnya dapat berupa gejala yang sesuai dengan lokasi

meningiomanya.

3. Reseksi bedah total adalah tujuan dari pengobatan. Lokasi, ukuran, dan

keterlibatan vaskular dan struktur saraf menentukan kesulitan reseksi bedah.

Tingkat kekambuhan secara signifikan lebih tinggi di atypical (WHO grade II)

dan anaplastic (WHO kelas III) meningioma, di mana 40% dan 60% kambuh lagi

dalam waktu 10 tahun bahkan setelah reseksi total.

30

Anda mungkin juga menyukai