Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

1. Review Konsep Anatomi Sistem reproduksi


1.1 Anatomi

1.2 Fisiologi
Uterus berbentuk seperti buah avokad atau buah pir yang sedikit gepeng ke
arah depan belakang. Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai
rongga.Dindingnya terdiri atas otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah
7-7,5 cm, lebar di atas 5,25 cm, tebal 2,5 cm, dan tebal dinding 1,25 cm. Letak
uterus dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksio (serviks ke depan
dan membentuk sudut dengan vagina, sedangkan korpus uteri ke depan dan
membentuk sudut dengan serviks uteri).
Uterus rnempunyai tiga fungsi yaitu dalam siklus menstruasi sebagai
peremajaan endometrium, dalam kehamilan sebagai tempat tumbuh dan
berkembang janin, dan dalam persalinan berkontraksi sewaktu melahirkan dan
sesudah melahirkan (Hacker, 2001).
Uterus terdiri atas (1) fundus uteri; (2) korpus uteri; dan (3) serviks
uteri.Fundus uteri adalah bagian uterus proksimal; di situ kedua tuba Falloppii
masuk ke uterus. Korpus uteri adalah bagian uterus yang terbesar.Pada
kehamilan bagian ini mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin
berkembang, Rongga yang terdapat di korpus uteri disebut kavum uteri
(rongga rahim). Serviks uteri terdiri atas (1) pars vaginalis servisis uteri yang
dinamakan porsio; (2) pars supravaginalis servisis uteri yaitu bagian serviks
yang berada di atas vagina.
Saluran yang terdapat dalam serviks disebut kanalis servikalis, berbentuk
seperti saluran lonjong dengan panjang 2,5 cm. Saluran ini dilapisi oleh
kelenjar-kelenjar serviks, berbentuk sel-sel torak bersilia dan berfungsi
sebagai reseptakulum seminis. Pintu saluran serviks sebelah dalam disebut
ostium uteri internum dan pintu di vagina disebut ostium uteri eksternum.
Serviks merupakan bagian uterus dengan fungsi khusus yang terletak di
bawah ismus. Di anterior, batas atas serviks yaitu osintema, terletak kurang
lebih setinggi pantulan peritoneum pada kandung kemih. Berdasarkan
perlekatannya pada vagina, serviks terbagi atas segmen vaginal dan
supravaginal. Permukaan posterior segmen supravaginal tertutup peritoneum.
Di bagian lateral, serviks menempel pada ligamentum kardinal; dan di bagian
anterior, dipisahkan dan kandung kemih yang menutupinya oleh jaringan ikat
longgar. Os ekstema terletak pada ujung bawah segmen vaginal serviks, yaitu
porsio vaginalis (Rasjidi, 2008).
Secara histologik dari dalam ke luar, uterus terdiri atas (1) endometrium di
korpus uteri dan endoserviks di serviks uteri; (2) otot-otot polos; dan (3)
lapisan serosa, yakni peritoneum viserale. Endometrium terdiri atas epitel
kubik, kelenjar-kelenjar dan jaringan dengan banyak pembuluh darah yang
berkeluk-keluk, Endometrium melapisi seluruh kavum uteri dan mempunyai
arti penting dalam siklus haid perempuan dalam masa reproduksi.
Uterus diberi darah oleh arteria Uterina kiri dan kanan yang terdiri atas ramus
asendens dan ramus desendens. Pembuluh darah ini berasal dari arteria Iliaka
Interna (disebut juga arteria Hipogastrika) yang melalui dasar ligamentum
latum masuk ke dalam uterus di daerah serviks kira-kira 1,5 cm di atas forniks
lateralis vagina. Pembuluh darah lain yang memberi pula darah ke uterus
adalah arteria Ovarika kiri dan kanan. Inervasi uterus terutama terdiri atas
sistem saraf simpatetik dan untuk sebagian terdiri atas sistem parasimpatetik
dan serebrospinal.

2. Konsep penyakit Mioma Uteri


2.1 Definisi
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan
ikat yang menumnpang, sehingga dalam kepustakaan dikenal dengan
istilah Fibromioma, leiomioma, atau fibroid (Mansjoer, 2007).
Mioma uteri merupakan tumor jinak otot rahim, disertai jaringan
ikatnya, sehingga dapat dalam bentuk padat karena jaringan ikatnya dominan
dan lunak serta otot rahimnya dominan ( Manuaba, 2007).
Mioma Uteri adalah suatu tumor jinak, berbatas tegas, tidak berkapsul,
yang berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut
fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini
merupakan neoplasma jinak yang paling sering ditemukan pada traktus
genitalia wanita,terutama wanita usai produktif. Walaupun tidak sering,
disfungsi reproduksi yang dikaitkan dengan mioma mencakup infertilitas,
abortus spontan, persalinan prematur, dan malpresentasi (Crum, 2003).

2.2 Etiologi
Menurut Manuaba (2007), faktor-faktor penyebab mioma uteri belum
diketahui, namun ada 2 teori yang menjelaskan faktor penyebab mioma uteri,
yaitu:
a. Teori Stimulasi
Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi dengan alasan :
a) Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa hamil
b) Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum monarche
c) Mioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah menopause
d) Hiperplasia endometrium sering ditemukan bersama dengan mioma
uteri

b. Teori Cellnest atau Genitoblas


Terjadinya mioma uteri tergantung pada sel-sel otot imatur yang
terdapat pada cell nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus
oleh estrogen.
Menurut Muzakir (2008) faktor risiko yang menyebabkan mioma uteri
adalah:
a) Usia penderita
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia reproduksi dan
sekitar 40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun. Mioma uteri jarang
ditemukan sebelum menarke (sebelum mendapatkan haid). Sedangkan
pada wanita menopause mioma uteri ditemukan sebesar 10%.
b) Hormon endogen (Endogenous Hormonal)
Mioma uteri sangat sedikit ditemukan pada spesimen yang diambil dari
hasil histerektomi wanita yang telah menopause, diterangkan bahwa
hormon esterogen endogen pada wanita-wanita menopause pada level
yang rendah/sedikit (Parker, 2007). Otubu et al menemukan bahwa
konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi
dibandingkan jaringan miometrium normal terutama pada fase
proliferasi dari siklus menstruasi (Djuwantono, 2004).
c) Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma
uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma
dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma
uteri. Penderita mioma yang mempunyai riwayat keluarga penderita
mioma mempunyai 2 (dua) kali lipat kekuatan ekspresi dari VEGF- (a
myoma-related growth factor) dibandingkan dengan penderita mioma
yang tidak mempunyai riwayat keluarga penderita mioma uteri (Parker,
2007).
d) Indeks Massa Tubuh (IMT)
Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. Hal ini mungkin
berhubungan dengan konversi hormon androgen menjadi esterogen oleh
enzim aromatease di jaringan lemak (Djuwantono, 2004). Hasilnya
terjadi peningkatan jumlah esterogen tubuh yang mampu meningkatkan
pprevalensi mioma uteri (Parker, 2007).
e) Makanan
Beberapa penelitian menerangkan hubungan antara makanan dengan
prevalensi atau pertumbuhan mioma uteri. Dilaporkan bahwa daging
sapi, daging setengah matang (red meat), dan daging babi menigkatkan
insiden mioma uteri, namun sayuran hijau menurunkan insiden mioma
uteri. Tidak diketahui dengan pasti apakah vitamin, serat atau
phytoestrogen berhubungan dengan mioma uteri (Parker, 2007).
f) Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar
esterogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus
kemungkinan dapat mempercepat terjadinya pembesaran mioma uteri
(Manuaba, 2007).
g) Paritas
Mioma uteri lebih banyak terjadi pada wanita dengan multipara
dibandingkan dengan wanita yang mempunyai riwayat frekuensi
melahirkan 1 (satu) atau 2 (dua) kali.
h) Kebiasaan merokok
Merokok dapat mengurangi insiden mioma uteri. Diterangkan dengan
penurunan bioaviabilitas esterogen dan penurunan konversi androgen
menjadi estrogen dengan penghambatan enzim aromatase oleh nikotin
(Parker, 2007).

2.3 Tanda dan Gejala


Faktor-faktor yang menimbulkan gejala klinis ada 3, yaitu :
a. Besarnya mioma uteri
b. Lokalisasi mioma uteri
c. Perubahan pada mioma uteri.

Gejala-gejala yang timbul tergantung dari lokasi mioma uteri (cervikal,


intramural, submucous), digolongkan sebagai berikut :
a. Perdarahan abnormal
Perdarahan abnormal yaitu menoragia, menometroragia dan metroragia.
Perdarahan sering bersifat hipermenore dan mekanisme perdarahan tidak
diketahui benar. Faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu telah
meluasnya permukaan endometrium dan gangguan dalam kontraktibilitas
miometrium (Manuaba, 2007).
b. Rasa nyeri pada pinggang dan perut bagian bawah, dapat terjadi jika :
a) Mioma menyempitkan kanalis servikalis
b) Mioma submukosum sedang dikeluarkan dari rongga Rahim
c) Adanya penyakit adneks, seperti adneksitis, salpingitis, ooforitis
d) Terjadi degenerasi merah
c. Tanda-tanda penekanan/pendesakan
Terdapat tanda-tanda penekanan tergantung dari besar dan lokasi mioma
uteri. Tekanan bisa terjadi pada traktus urinarius, pada usus, dan pada
pembuluh-pembuluh darah. Akibat tekanan terhadap kandung kencing ialah
distorsi dengan gangguan miksi dan terhadap uretes bisa menyebabkan
hidro uretre.
d. Infertilitas
Infertilitas bisa terajadi jika mioma intramural menutup atau menekan pors
interstisialis tubae.
e. Abortus
Abortus menyebabkan terjadinya gangguan tumbuh kembang janin dalam
rahim melalui plasenta.
f. Gejala sekunder
Gejala sekunder yang muncul ialah anemia karena perdarahan, uremia,
desakan ureter sehingga menimbulkan gangguan fungsi ginjal.

2.4 Patofisiolgis
Ammature muscle cell nest dalam miometrium akan berproliferasi hal
tersebut diakibatkan oleh rangsangan hormon estrogen. ukuran myoma sangat
bervariasi. sangat sering ditemukan pada bagian body uterus (corporeal) tapi
dapat juga terjadi pada servik. Tumot subcutan dapat tumbuh diatas pembuluh
darah endometrium dan menyebabkan perdarahan. Bila tumbuh dengan sangat
besar tumor ini dapat menyebabkan penghambat terhadap uterus dan
menyebabkan perubahan rongga uterus. Pada beberapa keadaan tumor
subcutan berkembang menjadi bertangkai dan menonjol melalui vagina atau
cervik yang dapat menyebabkan terjadi infeksi atau ulserasi. Tumor fibroid
sangat jarang bersifat ganas, infertile mungkin terjadi akibat dari myoma yang
mengobstruksi atau menyebabkan kelainan bentuk uterus atau tuba falofii.
Myoma pada badan uterus dapat menyebabkan aborsi secara spontan, dan hal
ini menyebabkan kecilnya pembukaan cervik yang membuat bayi lahir sulit.

2.5 Patway

2.6 Komplikasi
a. Pertumbuhan Leiomiosarkoma
Yaitu tumor yang tumbuh dari miometrium, dan merupakan 50 70 % dari
semua sarkoma uteri. Ini timbul apabila suatu mioma uteri yang selama
beberapa tahun tidak membesar, tapi tiba-tiba mengalami pembesaran,
apalagi jika hal itu terjadi sesudah menopause.
b. Torsi (putaran tangkai)
Ada kalanya tungkai pada mioma uteri subserosum mengalami putaran.
Kalau proses ini terjadi mendadak, tumor akan mengalami gangguan
sirkulasi akut dengan nekrosis jaringan, dan akan nampak gambaran klinik
dari abdomen akut.
c. Nekrosis dan Infeksi
Pada mioma submukosum, yang menjadi polip, ujung tumor kadang-
kadang dapat melalui kanalis servikalis dan dilahirkan di vagina. Dalam hal
ini ada ada kemungkinan gangguan sirkulasi dengan akibat nekrosis dan
infeksi sekunder.

2.7 Prognosis
Histerektomi dengan menggangkat seluruh mioma adalah kuratif.
Myomectomi yang extensif dan secara significant melibatkan miometrium
atau menembus endometrium, maka diharuskan SC (Sectio caesaria) pada
persalinan berikutnya. Myoma yang kambuh kembali (rekurens) setelah
myomektomi terjadi pada 15-40% pasien dan nya memerlukan tindakan
lebih lanjut.

2.8 Penanganan Medis


Selama kehamilan, terapi awal yang memadai adalah tirah baring,
analgesia dan observasi terhadap mioma. Penatalaksanaan konservatif selalu
lebih disukai apabila janin imatur. Seksio sesarea merupakan indikasi untuk
kelahiran apabila mioma uteri menimbulkan kelainan letak janin, inersia uteri
atau obstruksi mekanik.

3. Rencana asuhan klien dengan penyakit pre eklamsi berat


3.1 Pengkajian
Data subjektif :
- Pasien mengeluh nyeri saat menstruasi.
- Pasien mengatakan ada perdarahan abnormal.
- Pasien merasa penuh pada perut bagian kanan bawah.
- Pasien mengeluh adanya perubahan pola BAK dan BAB.
- Pasien merasa haidnya tidak teratur.
-
Data objektif :
- Ada benjolan pada perut bagian bawah yang padat, kenyal,
permukaan tumor rata serta adanya pergerakan tumor.
- Pemeriksaan ginekologi dengan pemeriksaan bimanual di dapat
tumor menyatu dengan rahim atau mengisi kavum douglas.
Infertilitas atau abortus.

Pemeriksaan penunjang
o USG, untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan
endometriium dan keadaan adnexa dalam rongga pelvis. Mioma juga
dapat dideteksi dengan CT scan ataupun MRI, tetapi kedua pemeriksaan
itu lebih mahal dan tidak memvisualisasi uterus sebaik USG. Untungnya,
leiomiosarkoma sangat jarang karena USG tidak dapat membedakannya
dengan mioma dan konfirmasinya membutuhkan diagnosa jaringan.
o Dalam sebagian besar kasus, mioma mudah dikenali karena pola gemanya
pada beberapa bidang tidak hanya menyerupai tetapi juga bergabung
dengan uterus; lebih lanjut uterus membesar dan berbentuk tak teratur.
o Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga
pelvis serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
o Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma submukosa
disertai dengan infertilitas.
o Laparaskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
o Laboratorium : darah lengkap, urine lengkap, gula darah, tes fungsi hati,
ureum, kreatinin darah.
o Tes kehamilan.

3.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis.
a. Definisi
Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul
secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan
adanya kerusakan (Asosiasi Studi Nyeri Internasional): serangan mendadak
atau pelan intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi
dengan akhir yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan.

b. Batasan Karakteristik
Laporan secara verbal atau non verbal
Fakta dari observasi
Posisi antalgic untuk menghindari nyeri
Gerakan melindungi
Tingkah laku berhati-hati
Muka topeng
Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau,
menyeringai)
Terfokus pada diri sendiri
Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses
berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain
dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang)
Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah,
perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)
Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari
lemah ke kaku)
Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada,
iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)
Perubahan dalam nafsu makan dan minum

c. Faktor yang berhubungan


Agen cidera fisik
Agen cidera biologis

Diagnosa 2 : Cemas b.d krisis situasional


a. Definisi
Menggambarkan kehawatiran dengan keaadan yang dialami
b. Batasan Karakteristik
Perilaku
- Penurunan produktivitas
- Mengekspresikan kekhawatiran akibat perubahan dalam peristiwa
hidup
- Gerakan yang tidak relevan
- Gelisah
- Memandang sekilas
- Insomnia
- Kontak mata buruk
- Resah
- Menyelidik dan tidak waspada
Afektif
- Gelisah
- Kesedihan yang mendalam
- Distress
- Ketakutan
- Perasaan tidak adekuat
- Fokus pada diri sendiri
- Peningkatan kekhawatiran
- Iritabilitas
- Gugup
- Gembira berlebihan
- Nyeri dan peningkatan ketidakberdayaan yang persisten
- Marah
- Menyesal
- Perasaan takut
- Ketidakpastian
- Khawatir
Fisiologis
- Wajah tegang
- Peningkatan keringat
- Peningkatan keteganbgan
- Terguncang
- Gemetar/tremor
- Suara bergetar
Parasimpatis
- Nyeri abdomen
- Penurunan TD, nadi
- Diare
- Pingsan
- Keletihan
- Mual
- Gangguan tidur
- Kesemutan pada ekstremitas
- Sering berkemih
- Simpatis
- Anoreksia
- Mulut kering
- Wajah kemerahan
- Jantung berdebar-debar
- Peningkatan TD, nadi, reflek, pernapasan
- Dilatasi pupil
- Kesulitan bernapas
- Kedutan otot
- Kelemahan
- Kognitif
- Kesadaran terhadap gejala-gejala fisiologis
- Bloking fikiran
- Konfusi
- Penurunan lapang pandang
- Kesulitan untuk berkonsentrasi
- Keterbatasan kemampuan untuk menyelesaikan masalah
- Keterbatasan kemampuan untuk belajar
- Takut terhadap konsekuensi yang tidak spesifik
- Mudah lupa
- Gangguan perhatian
- Melamun
- Kecenderungan untuk menyalahkan ornag lain

c. Faktor yang berhubungan


Terpajan toksin
- Hubungan keluarga/hereditas
- Transmisi dan penularan interpersonal
- Krisis situasi dan maturasi
- Stress
- Penyalahgunaan zat
- Ancaman kematian
- Ancaman atau perubahan pada status peran, fungsi peran, lingkungan,
status kesehatan, status ekonomi, atau pola interaksi
- Ancaman terhadap konsep diri
- Konflik yang tidak disadari tentang nilai dan tujuan hidup yang esensial
- Kebutuhan yang tidak terpenuhi
-
3.3 Perencanaan
Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis
a. Tujuan dan kriteria hasil
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 224 jam diharapkan nyeri
berkurang dan hilang
Kriteria hasil :
Tampak rileks
Mampu tidur, istirahat dengan baik
Skala nyeri berkurang
b. Intervensi keperawatan dan rasional
Intervensi Rasional
Kaji secara komphrehensif tentang Untuk mengetahui tingkat nyeri
nyeri, meliputi: lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-
faktor pencetus

- observasi isyarat-isyarat verbal dan non Mengurangi rasa nyeri


verbal dari ketidaknyamanan, meliputi
ekspresi wajah, pola tidur, nasfu makan,
aktitas dan hubungan sosial.
- Kolaborasi pemberian analgetik sesuai
dengan anjuran. Pemberian analgetik Kolaborasi:
harus memperhatikan hal-hal sebagai Analgetik dapat mengurangi nyeri
berikut : prinsip pemberian obat 6 benar
(benar nama, benar obat, benar dosis,
benar cara, benar waktu pemberian, dan
benar dokumentasi)

- Gunakan komunikiasi terapeutik agar


pasien dapat mengekspresikan nyeri Membina hubungan saling percaya

- Kaji pengalaman masa lalu individu


tentang nyeri Dapat membantu perawat dalam
memberikan intervensi berikutnya

- Evaluasi tentang keefektifan dari Dapat meningkatkan keefektifan


tindakan mengontrol nyeri yang telah edukasi perawat
digunakan

- Berikan dukungan terhadap pasien dan Sebagai motivator


keluarga

- Berikan informasi tentang nyeri, seperti: Dapat mengurangi rasa gelisah


penyebab, berapa lama terjadi, dan
tindakan pencegahan

- Ajarkan penggunaan teknik non- Kemadirian


farmakologi (seperti: relaksasi, guided
imagery, terapi musik, dan distraksi)

- Modifikasi tindakan mengontrol nyeri


berdasarkan respon pasien Agar menghindari kejenuhan

- Anjurkan klien untuk meningkatkan


tidur/istirahat Menjaga kenyamanan

- Anjurkan klien untuk melaporkan


kepada tenaga kesehatan jika tindakan Dapat melakukan intervensi
tidak berhasil atau terjadi keluhan lain selanjutnya

Diagnosa 2 : Cemas b.d krisis situasional


a. Tujuan dan kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu berkurang atau
hilang, kriteria hasilnya ibu tampak tenang, kooperatif, ibu tampak
menerima kondisi yang dialaminya sekarang

b. Intervensi keperawatan dan rasional


Intervensi Rasional
Tenangkan pasien dan kaji tingkat Mengatahui seberpa tingkat
kecemasan pasien kecemasan

- Jelaskan seluruh prosedur tindakan


kepada pasien dan perasaan yang Membina hubungan saling percaya
mungkin muncul pada saat melakukan
tindakan

- Berusaha memahami keadaan pasien Empati

- Berikan informasi tentang diagnosa, Dapat mengurangi gelisah


prognosis dan tindakan dengan
komunikasi yang baik

- Mendampingi pasien untuk mengurangi Sebagai konseling


kecemasan dan meningkatkan
kenyamanan

- Dorong pasien untuk menyampaikan Menggugah apa yang dirasakan


tentang isi perasaannya pasien

- Ciptakan hubungan saling percaya Komunikasi teraupiutik


- Bantu pasien menjelaskan keadaan Sebagai konseling
yang bisa menimbulkan kecemasan
- Bantu pasien untuk mengungkapkan hal
hal yang membuat cemas dan
dengarkan dengan penuh perhatian

- Ajarkan pasien teknik relaksasi Kemadirian

- Anjurkan pasien untuk meningkatkan Pemenuhan spritual


ibadah dan berdoa

- Kolaborasi dengan dokter untuk mengurangi kecemasan pasien


pemberian obat-obatan

4. Daftar Pustaka
Crum MD, Christopher P & Kenneth R. Lee MD. 2003. Tumors of the
Myometrium in Diagnostic Gynecologic and Obstetric Pathology. Boston :
Elsevier Saunders

Djuwantono T. 2004. Terapi GnRH Agonis Sebelum Histerektomi atau


Miomektomi. Farmacia. Vol III NO. 12. Juli 2004. Jakarta

Manuaba IBG. 2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Ginekologi.


Edisi 2. Jakarta : EGC

Parker WH. 2007. Etiology, Symptomatology and Diagnosis of Uterine Myomas.


Volume 87. Department of Obstetrics and gynecology UCLA School of
Medicine. California : American Society for Reproductive Medicine

Banjarmasin, februari 2017


Preseptor akademik Preseptor klinik

(..................................................) (..............................................)

Anda mungkin juga menyukai