(SAP)
Tentang :
“SEKS BEBAS PADA REMAJA”
Disusun Oleh:
NOPRIJOL HUTERNO
(2114201083)
Dosen pembimbing:
Sedangkan menurut Desmita (2005) seks adalah segala cara mengekspresikan dan
melepaskan dorongan seksual yang berasal dari kematangan organ seksual, dan nilai tersebut
tidak sesuai dengan norma karena remaja belum memiliki pengalaman tentang seksual.
Menurut Sarwono (2003) menyatakan,bahwa seks bebas adalah segala tingkah laku
yang didorong oleh hasrat seksual baik lawan jenis maupun sesama jenis,mulai dari tingkat
laku yang dilakukannya seperti sentuhan, berciuman (kissing) berciuman belumsampai
menempelkan alat kelamin tetapi belum bersenggma (necking,dan bercumbuan sampai alat
kelamin yang biasanya dilakukan dengan memegang payudara atau melalui oral seks pada alat
kelamin yaitu dengan saling menggesek-gesekan alat kelamin dengan pasangan namun belum
bersenggama (petting,dan yang sudah bersenggama dengan pasangan namun belum
bersenggama(intercourse),yang dilakukan diluar hubungan pernikahan.
1. Orang tua,Kurangnya bimbingan dan pengawasan orang tua sudah pasti akan
membuat anak menjadi liar, orang tua yang terlalu percaya kepada anak tanpa
mengetahui aktivitas yang dilakukan oleh anak-anaknya merupakan tindakan yang
salah yang berakibat fatal bagi si anak sendiri. Bahkan bukan tidak mungkin
sebenarnya orang tua sendiri yang menjerumuskan anaknya, sebagai contoh misalnya,
orang tua merasa malu kalau anaknya yang sudah SMA ataupun sudah remaja belum
punya pacar, pasti akan ditanya, akhirnya si anak cari pacar, awalnya mungkin biasa
saja, ke tokok buku, atau sesekali ke cafe. Lalu pelan-pelan naik pangkat pegang
tangan, lalu naik pangkat lagi, dan meningkat ke lainnya. Orang tua yang terlalu
otoriter juga tidak baik bagi perkembangan psikologi anak, ketika ia mendapatkan
sekali kebebasan ia lupa segalanya.
2. Lingkungan Teman. Sekuat apapun kita mempertahankan diri kalau lingkungan dan
orang-orang terdekat kita tidak mendukung kita, bukan tidak mungkin kita yang
akhirnya terikut dengan mereka. Contohnya seorang pecandu narkoba awalnya Cuma
ikut-ikutan dengan teman-temannya dan sekedar iseng, begitu juga dengan sex bebas.
3. Uang. Di zaman sekarang ini uang adalah segala-galanya, tolok ukur seseorang ada
pada uang, kehormatan, harga diri semua diukur dengan uang. Makanya orang-orang
yang kebutuhannya tidak terpenuhi mencari penghasilan tambahan dengan cara seperti
itu, dengan iming-iming uang semua menjadi tidak berarti. Apa yang harampun
dihalalkan.
4. Iman yang lemah. Seseorang yang tidak punya iman dihatinya sudah pasti dia tidak
tahan dengan godaan duniawi yang memang berat, sekecil apapun godaan itu apalagi
godaan berat.
Menurut Dr. Boyke Dian Nugraha, seks bebas penyebabnya antara lain maraknya peredaran
gambar dan VCD porno, kurangnya pemahaman akan nilai‐nilai agama, keliru dalam
memaknai cinta, minimnya pengetahuan remaja tentang seksualitas serta belum adanya
pendidikan seks secara reguler‐formal di sekolah‐ sekolah. Itulah sebabnya informasi tentang
Makna Hakiki Cinta dan adanya Kurikulum Kesehatan Reproduksi di sekolah mutlak
diperlukan.Melacak lebih jauh persoalan cinta dan seksualitas di kalangan remaja ini, ada
sejumlah fakta yang mesti diterima dengan lapang dada dan disikapi secara bijak.
1. Banyak remaja memiliki persepsi yang salah tentang cinta. Misalnya, “Cinta itu
memiliki dan harus mau berkorban”. Ketika anugerah cinta singgah di hatinya, ia
tidak rela hubungan cintanya disudahi. Konsekuensinya, ia pun rela melakukan apa
saja yang diinginkan pasangannya, termasuk melakukan perbuatan yang belum layak
mereka lakukan.
2. Tawaran erotisme dan stimulasi seksual yang seronok ‐ vulgar, yang disuguhkan
media massa begitu deras mengalir di ruang publik. Hal tersebut sangat berdampak
buruk pada mentalitas para remaja. Tawaran erotisme dan stimulasi seksual tersebut
akan menimbulkan implikasi psikologis di kalangan remaja yang sedang dalam proses
transisi mencari identitas diri.
3. Cinta dan seksualitas merupakan hal yang sangat menarik perhatian remaja.Hal ini
disebabkan karena pada masa remaja tersebut segala perangkat seksualnya mengalami
perkembangan pesat dan dorongan seksualnya pun menjadi hal yang sangat akrab
dalam kehidupan mereka.
4. Cinta dan seks adalah dorongan alami yang tak dapat dipisahkan dalam perkembangan
setiap manusia yang normal. Dorongan seks tersebut sering menimbulkan masalah
tetapi bukan tidak bisa diatasi. Seks harus dilihat dari konteks kehidupan kita secara
utuh, tidak parsial. Dorongan itu bisa disublimasi menjadi potensi yang positif untuk
berprestasi bila ditangai secara benar.
5. Kini, seks bukan monopoli orang dewasa atau orangtua lagi. Seks juga milik remaja.
Nilai seks yang luhur itu pun sudah sedikit demi sedikit meninggalkan ketabuannya.
Oleh sebab itu, nilai luhur seks itu harus ditanamkan pada remaja. Kalau dulu orang
malu membicarakannya meskipun begitu banyak orang mengalami masalah seks,
malu kalau ketahuan punya pacar, sekarang sebaliknya kalau tidak berani berpacaran
bisa dinilai kuper dan ketinggalan zaman. Remaja, kini cepat dewasa. Malu kalau
sudah duduk di bangku SMP, apalagi SMA belum memiliki pacar.
6. Para remaja kita sekarang ini (khususnya di kota‐kota besar termasuk
Pontianak) telah mengalami pergeseran nilai yang cukup signifikan terhadap seks ini.
Pergaulan bebas, pornografi, pornoaksi, seks bebas (free sex), intercouse, sex
pranikah, dan berbagai aktivitas seksual lainnya bukan lagi sesuatu yang asing bagi
mereka. Mereka begitu permisif dengan hal‐hal tersebut. Di mata mereka, di dalam
seks hanya ada kesenangan. Sementara sisi buram akibat perbuatan mereka hampir
tidak pernah dipikirkan.
7. Banyak remaja yang kurang bahkan tidak mempunyai pemahaman yang memadai
tentang masalah cinta dan seks ini. Banyak diantara mereka yang tidak mengenal
organ tubuhnya sendiri secara baik, sementara tingkat keingintahuan mereka
mengenai masalah seks ini begitu besar. Untuk memenuhi keingintahuan mereka yang
begitu besar tersebut, mereka mencarinya secara sembunyi‐sembunyi. Akibatnya,
tidak sedikit di antara mereka yang terjebak dalam informasi yang salah bahkan
menyesatkan yang dapat membahayakan perkembangan mental mereka. Untuk semua
fakta itulah, informasi yang jelas, lugas dan komprehensif perihal makna hakiki cinta
dan seks dengan segala dampak yang ditimbulkannya mutlak diperlukan.
Menurut Rintyastini (2005: 52) Ada beberapa hal upaya mencegah perilaku seks bebas
yaitu:
a. Memilih teman dalam bergaul yang mempunyai dampak yang baik bagi diri kita
sendiri.
b. Menolak ajakan teman untuk melihat film porno.
c. Menghindari diskusi dengan teman yang berhubungan dengan seks dan berhati- hati
dalam memilih teman.
13. Evaluasi
Jawaban:
1. Seks bebas adalah suatu dorongan hasrat seksual yang dilakukan oleh lawan jenis maupun
sesame jenis yang dilakukan diluar hubungan pernikahan.
i. Kesimpulan
Pergaulan bebas adalah jalinan pertemanan dalam kehidupan bermasyarakat yang bersifat
lepas atau tidak terikat. Menurut Katono, pergaulan bebas merupakan gejala patologis sosial
pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, akibatnya mengmbangkan
perilaku yang menyimpang.
ii. Saran
Setelah mengetahui seks bebas pada remaja, diharapkan kepada remaja agar dapat memilih
teman dalam lingkungan pertemanan,berpendirian kokoh,ingat orang tua,dan mendekatkan
diri dengan agama.
DAFTAR PUSTAKA
Nugraha, Boyke Dian. 2004. Problema Seks & Cinta Remaja. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sarwono. (2003). Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Gravido Persada Warianto, Chaidar.
2011. Pendidikan Seks Remaja.(Online)
http://www.psychologymania.com/2012/06/pengertian-seks-bebas.html
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:7RCDurLDASQJ:eprints.un
g.ac.id/2381/3/2013-1-86201-111409060-bab2-
01082013073539.pdf+&cd=10&hl=id&ct=clnk&gl=id
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:ICGPRHhbYcoJ:staff.uny.ac
.id/sites/default/files/tmp/BAHAYA%2520SEKS%2520BEBAS%2520PADA%2520
REMAJA.pdf+&cd=8&hl=id&ct=clnk&gl=id
Hari / Tanggal :
Kelompok :
Sebelum penyuluhan diberikan, klien dan keluarga klien telah dikontrak sehari sebelum
penyuluhan diberikan.
Peminjaman tempat dan alat sudah dilakukan oleh kelompok 2 hari sebelum kegiatan
dilakukan
Lembar balik telah diselesaikan oleh kelompok 2 hari sebelum penyuluhan diberikan
Anggota kelompok selaku panitia kegiatan melaksanakan tugas dan peran sesuai dengan yang
telah direncanakan.
2. Evaluasi proses
Kegiatan dilaksanakan tidak tepat pada waktu kegiatan yang telah ditetapkan.
70 % responden yang hadir mengetahui dan memahami tanda dan gejal DHF
70 % responden yang hadir mengetahui ciri-ciri nyamuk aedes dan Tindakan yang dilakukan
mengenai DHF