Anda di halaman 1dari 19

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)
Tentang :
“SEKS BEBAS PADA REMAJA”

Disusun Oleh:

NOPRIJOL HUTERNO

(2114201083)

Dosen pembimbing:

Ns. Helmanis Suci,M.kep

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANALIFAH PADANG
TAHUN 2023/2024
Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

1. Topik : Seks Bebas


2. Sub topik : Seks bebas pada remaja
3. Tempat : STIKES ALIFAH PADANG
Lt.1
4. Hari/tanggal : Sabtu/04 Februari 2023
5. Waktu : 10:00 wib sampai selesai
6. Jumlah : 6 orang
7. Sasaran : Remaja
8. Tujuan
 intruksional umum (TIU)
Setelah dilakukan penjelasan, peserta dapat mengerti dan menambah wawasan
mengenai seks bebas dikalangan remaja.
 Tujuan intruksional khusus (TIK)
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan peserta mampu:
1. Menyebutkan pengertian dari seks bebas
2. Menyebutkan faktor penyebab dari seks bebas
3. Menjelaskan dampak dari seks bebas
4. Menjelaskan cara menghindari seks bebas
9. Materi (terlampir)
1. Pengertian seks bebas
2. Faktor penyebab dari seks bebas
3. Dampak dari seks bebas
4. Cara menghindari seks bebas
10. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
11. Media
a. Leaflet
12. Kegiatan Penyuluhan
Jam Langkah- Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Sasaran
Langkah
10:00 Pembukaan 5 1. Membuka kegiatan  Menjawab salam
wib menit dengan  Memperhatikan
mengucapkan  Mendengarkan
salam. pembukaan yang
2. Meperkenalkan akan di sampaikan.
diri.
3. Menjelaskan
tujuan dari
penyuluhan.
4. Menyebutkan
materi yang akan
di sampaikan.
5. Menyampaikan
kontrak waktu.
10:15 Penyajian 22 1. Penyampaian garis  Memperhatikan
wib materi menit besar materi  Mendengarkan
tentang penjelasan.
kebersihan:  Menanyakan hal-
 Menggali hal yang belum
pengetahuan jelas.
peserta tentang  Memperhatikan
seks bebas. jawaban dari
 Menyebutkan penceramah.
pengertian seks  Menjawab
bebas. pertanyaan.
 Menyebutkan
faktor dari seks
bebas.
 Menjelaskan
dampak dari seks
bebas.
 Menjelaskan cara
menghindari seks
bebas.
2. Memberikan
kesempatan
peserta untuk
bertanya.
3. Menjawab
pertanyaan.
4. Evaluasi.
10:37 Penutup 3 1. Menyimpulkan  Mendengarkan dan
wib. menit materi penyuluhan memperhatikan
2. Menyampaikan  Menjawab salam
secara singkat
materi penyuluhan
3. Menutup
penyuluhan dan
memberi salam
MATERI SATUAN ACARA PENYULUHAN

SEKS BEBAS PADA REMAJA

1. Pengertian Seks Bebas

Sedangkan menurut Desmita (2005) seks adalah segala cara mengekspresikan dan
melepaskan dorongan seksual yang berasal dari kematangan organ seksual, dan nilai tersebut
tidak sesuai dengan norma karena remaja belum memiliki pengalaman tentang seksual.

Menurut Sarwono (2003) menyatakan,bahwa seks bebas adalah segala tingkah laku
yang didorong oleh hasrat seksual baik lawan jenis maupun sesama jenis,mulai dari tingkat
laku yang dilakukannya seperti sentuhan, berciuman (kissing) berciuman belumsampai
menempelkan alat kelamin tetapi belum bersenggma (necking,dan bercumbuan sampai alat
kelamin yang biasanya dilakukan dengan memegang payudara atau melalui oral seks pada alat
kelamin yaitu dengan saling menggesek-gesekan alat kelamin dengan pasangan namun belum
bersenggama (petting,dan yang sudah bersenggama dengan pasangan namun belum
bersenggama(intercourse),yang dilakukan diluar hubungan pernikahan.

B. Faktor yang mempengaruhi perilaku seks bebas


1. Tidak adanya pendidikan sex yang benar,tepat dan dilandasi nilai-nilai agama.
2. Lemahnya pengawasan orang tua.
3. Salah dala memilih teman.
4. Industri pornografi.luasnya peredaran materi pornografi membeli pengaruh yang
sangat besar terhadap pembentukan pola perilaku seks remaja.
5. Pengatahuan remaja tentang kesehatan reproduksi.Banyak informasi tentang
kesehatan reproduksi yang tidak akurat,sehingga dapat menimbulkandampak pada
pola perilaku seks yang tidak sehat dan membahagiakan.
6. Pengalaman masa anak-anak.Dari hasil penelitian menunjukan bahwah remaja yang
pada masa anak-anak mengalami pengalaman buruk akan mudah terjebak ke dalam
altivitas seks pada usia yang amat muda dan memiliki kecenderungan untuk
memiliki pasangan seksual yang berganti-ganti.
7. Pembinaan religius. Remaja yang memiliki kehidupan religius yang baik,
lebih mampu berkata ‘tidak’ terhadap godaan seks bebas dibandingkan mereka yang
tidak memperhatikan kehidupan religius.

Menurut Warianto (2011) mengemukakan pendapatnya tentang faktor penyebab remaja


melakukan sex bebas yang dijelaskan sebagia berikut:

1. Orang tua,Kurangnya bimbingan dan pengawasan orang tua sudah pasti akan
membuat anak menjadi liar, orang tua yang terlalu percaya kepada anak tanpa
mengetahui aktivitas yang dilakukan oleh anak-anaknya merupakan tindakan yang
salah yang berakibat fatal bagi si anak sendiri. Bahkan bukan tidak mungkin
sebenarnya orang tua sendiri yang menjerumuskan anaknya, sebagai contoh misalnya,
orang tua merasa malu kalau anaknya yang sudah SMA ataupun sudah remaja belum
punya pacar, pasti akan ditanya, akhirnya si anak cari pacar, awalnya mungkin biasa
saja, ke tokok buku, atau sesekali ke cafe. Lalu pelan-pelan naik pangkat pegang
tangan, lalu naik pangkat lagi, dan meningkat ke lainnya. Orang tua yang terlalu
otoriter juga tidak baik bagi perkembangan psikologi anak, ketika ia mendapatkan
sekali kebebasan ia lupa segalanya.
2. Lingkungan Teman. Sekuat apapun kita mempertahankan diri kalau lingkungan dan
orang-orang terdekat kita tidak mendukung kita, bukan tidak mungkin kita yang
akhirnya terikut dengan mereka. Contohnya seorang pecandu narkoba awalnya Cuma
ikut-ikutan dengan teman-temannya dan sekedar iseng, begitu juga dengan sex bebas.
3. Uang. Di zaman sekarang ini uang adalah segala-galanya, tolok ukur seseorang ada
pada uang, kehormatan, harga diri semua diukur dengan uang. Makanya orang-orang
yang kebutuhannya tidak terpenuhi mencari penghasilan tambahan dengan cara seperti
itu, dengan iming-iming uang semua menjadi tidak berarti. Apa yang harampun
dihalalkan.
4. Iman yang lemah. Seseorang yang tidak punya iman dihatinya sudah pasti dia tidak
tahan dengan godaan duniawi yang memang berat, sekecil apapun godaan itu apalagi
godaan berat.

Menurut Dr. Boyke Dian Nugraha, seks bebas penyebabnya antara lain maraknya peredaran
gambar dan VCD porno, kurangnya pemahaman akan nilai‐nilai agama, keliru dalam
memaknai cinta, minimnya pengetahuan remaja tentang seksualitas serta belum adanya
pendidikan seks secara reguler‐formal di sekolah‐ sekolah. Itulah sebabnya informasi tentang
Makna Hakiki Cinta dan adanya Kurikulum Kesehatan Reproduksi di sekolah mutlak
diperlukan.Melacak lebih jauh persoalan cinta dan seksualitas di kalangan remaja ini, ada
sejumlah fakta yang mesti diterima dengan lapang dada dan disikapi secara bijak.

1. Banyak remaja memiliki persepsi yang salah tentang cinta. Misalnya, “Cinta itu
memiliki dan harus mau berkorban”. Ketika anugerah cinta singgah di hatinya, ia
tidak rela hubungan cintanya disudahi. Konsekuensinya, ia pun rela melakukan apa
saja yang diinginkan pasangannya, termasuk melakukan perbuatan yang belum layak
mereka lakukan.
2. Tawaran erotisme dan stimulasi seksual yang seronok ‐ vulgar, yang disuguhkan
media massa begitu deras mengalir di ruang publik. Hal tersebut sangat berdampak
buruk pada mentalitas para remaja. Tawaran erotisme dan stimulasi seksual tersebut
akan menimbulkan implikasi psikologis di kalangan remaja yang sedang dalam proses
transisi mencari identitas diri.
3. Cinta dan seksualitas merupakan hal yang sangat menarik perhatian remaja.Hal ini
disebabkan karena pada masa remaja tersebut segala perangkat seksualnya mengalami
perkembangan pesat dan dorongan seksualnya pun menjadi hal yang sangat akrab
dalam kehidupan mereka.
4. Cinta dan seks adalah dorongan alami yang tak dapat dipisahkan dalam perkembangan
setiap manusia yang normal. Dorongan seks tersebut sering menimbulkan masalah
tetapi bukan tidak bisa diatasi. Seks harus dilihat dari konteks kehidupan kita secara
utuh, tidak parsial. Dorongan itu bisa disublimasi menjadi potensi yang positif untuk
berprestasi bila ditangai secara benar.
5. Kini, seks bukan monopoli orang dewasa atau orangtua lagi. Seks juga milik remaja.
Nilai seks yang luhur itu pun sudah sedikit demi sedikit meninggalkan ketabuannya.
Oleh sebab itu, nilai luhur seks itu harus ditanamkan pada remaja. Kalau dulu orang
malu membicarakannya meskipun begitu banyak orang mengalami masalah seks,
malu kalau ketahuan punya pacar, sekarang sebaliknya kalau tidak berani berpacaran
bisa dinilai kuper dan ketinggalan zaman. Remaja, kini cepat dewasa. Malu kalau
sudah duduk di bangku SMP, apalagi SMA belum memiliki pacar.
6. Para remaja kita sekarang ini (khususnya di kota‐kota besar termasuk
Pontianak) telah mengalami pergeseran nilai yang cukup signifikan terhadap seks ini.
Pergaulan bebas, pornografi, pornoaksi, seks bebas (free sex), intercouse, sex
pranikah, dan berbagai aktivitas seksual lainnya bukan lagi sesuatu yang asing bagi
mereka. Mereka begitu permisif dengan hal‐hal tersebut. Di mata mereka, di dalam
seks hanya ada kesenangan. Sementara sisi buram akibat perbuatan mereka hampir
tidak pernah dipikirkan.
7. Banyak remaja yang kurang bahkan tidak mempunyai pemahaman yang memadai
tentang masalah cinta dan seks ini. Banyak diantara mereka yang tidak mengenal
organ tubuhnya sendiri secara baik, sementara tingkat keingintahuan mereka
mengenai masalah seks ini begitu besar. Untuk memenuhi keingintahuan mereka yang
begitu besar tersebut, mereka mencarinya secara sembunyi‐sembunyi. Akibatnya,
tidak sedikit di antara mereka yang terjebak dalam informasi yang salah bahkan
menyesatkan yang dapat membahayakan perkembangan mental mereka. Untuk semua
fakta itulah, informasi yang jelas, lugas dan komprehensif perihal makna hakiki cinta
dan seks dengan segala dampak yang ditimbulkannya mutlak diperlukan.

C. Dampak Dari Perilaku Seks Bebas

Tindakan –tindakan perilaku seks bebas sama dengan merendahkan martabat


seseorang dapat dianggap sebagai bentuk kejahatan, disamping itu tindakan –tindakan
tersebut menimbulkan dampak buruk bagi korbannya. Seperti yang dikatakan oleh
Rintyastini (2005:110) Menyatakan bahwa ada beberapa dampak akibat dari perilaku
seks bebas yaitu:
a. Terjadinya KTD (Kehamilan yang Tidak Diinginkan) hingga tindakan aborsi
yang dapat menyebabkan gangguan kesuburan, kanker rahim, cacat
permanen bahkan berujung pada kematian. Hamil di luar pernikahan akan
menimbulkan permasalahan baru, apabila seorang remaja masih kuliah atau
sekolah tentu saja orang tua akan sangat kesal. Remaja pun takut untuk jujur
kepada orang tua dan pasangan, akhirnya diapun memutuskan untuk
melakukan dosa baru yaitu aborsi ataupun bunuh diri.
b. Untuk perempuan dibawah usia 17 tahun yang pernah melakukan hubungan
seks bebas akan beresiko tinggi terkena kanker serviks.
c. Beberapa penyakit yang siap mendatangi seperti, herpes, HIV Aids, Raja
singa, dan penyakit lainnya. Penyakit ini tentu sudah diketahui sangat
membahayakan dan sampai sekarang masih belum ada obatnya.
d. Dampak Psikologis yang sering kali terlupakan ketika melakukan free sex
adalah akan selalu muncul rasa bersalah, marah, sedih, menyesal, malu,
kesepian, tidak punya bantuan, binggung, stress, benci pada diri sendiri,
benci pada orang yang terlibat, takut tidak jelas, insomnia (sulit tidur),
kehilangan percaya diri, gangguan makan, kehilangan konsentrasi, depresi,
berduka, tidak bisa memaafkan diri sendiri, takut akan hukuman Tuhan,
mimpi buruk, merasa hampa, halusinasi, sulit mempertahankan hubungan.

D. Upaya Mencegah Perilaku Seks Bebas

Menurut Rintyastini (2005: 52) Ada beberapa hal upaya mencegah perilaku seks bebas
yaitu:

a. Membuat komitmen serta berusaha keras mematuhi komitmen itu


b. Menghindari tontonan, bacaan, atau situasi dan tempat yang kondusif untuk
menimbulkan fantasi atau ransangan seksual
c. Membatasi pergaulan dan frekuensi pertemuan dengan lawan jenis tanpa ada
aktifitas yang pasti.
d. Banyak melibatkan teman-teman atau sudara dalam berinteraksi.
e. Menemukan kegiatan-kegiatan alternatif yang baru dan positif sehingga
energi terfokus pada pengembangan diri.
f. Memperkuat keimanan dan ketakwaan kepada tuhan yang maha esa dengan
banyak melakukan aktifitas yang dapat menambah pemahaman agama dan
aktif dalam kegiatan kerohanian
Adapun cara mencegah seks bebas pada remaja terhindar dariseks bebas.salah satu cara untuk
mencegah seks bebas pada remaja dari pengamatan peneliti yaitu sebagai berikut:

1) Faktor Keluarga Dalam Mencegah Seks Bebas.


a. keluarga perlu memberikan informasi tentang pendidikan seks sejak dini dengan
baik yang benar.
b. Orang tua memberikan kasih sayang dan perhatian yang lebih pada putra dan
putrinya yang beranjak remaja.
c. Terjalin hubungan yang harmonis atau saling terbuka dari pihak orang tua dan
anak.
d. Pengawasan orang tua terhadap media teknologi dan jejaring sosial yang digunakan
oleh anaknya.
e. Orang tua memberikan bekal agama yang kuat sebagai pelindung masa depanny
kelak.
f. Orang tua memperhatikan bakat dan minat dalam bidang akademik dan non
akademik dan menyibukkan mereka dengan hal- hal yang positif. Misalnya, les
bahasa asing, mengembangkan bakat mereka dalam bidang olahraga, musik
bernyanyi dan lain- lain.
g. Pola asuh orang tua yang baik.

2) Faktor Pergaulan atau Pertemanan Dalam Mencegah Seks Bebas

a. Memilih teman dalam bergaul yang mempunyai dampak yang baik bagi diri kita
sendiri.
b. Menolak ajakan teman untuk melihat film porno.
c. Menghindari diskusi dengan teman yang berhubungan dengan seks dan berhati- hati
dalam memilih teman.

3) Faktor Pacaran Dalam Mencegah Seks Bebas

a. Hindari berduaan di tempat yang sepi.


b. Jangan mudah terjebak rayuan gombal pasangan.
c. Bersikap tegas dengan pasangan.
d. Mempunyai komitmen sejak awal pacaran, bahwa dalam berpacaran tidak
ingin melakukan hubungan seksual.

4) Faktor Agama Dalam Mencegah Seks Bebas

a. Lebih Mendekatkan diri Kepada Allah SWT.


b. Membekali diri dengan pondasi dengan keimanan yang kuat.
c. Sering ikut acara- acara pengajian.

5) Faktor dari Guru dan Konselor Sekolah.

a. Memberikan pengetahuan terhadap siswa mengenai perubahan fisik yang berkaitan


dengan kematangan masalah seksual.
b. Memberikan wawasan terhadap siswa tentang dampak dari pergaulan bebas.
c. Membantu siswa bagaimana cara mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan
dengan perkembangan dan penyesuaian seksual. (peran, tanggung jawab)
d. Membentuk sikap yang tegas terhadap diri siswa, untuk membantu siswa
menghadapi pergaulan bebas.

13. Evaluasi

1. Jelaskan pengertian dari seks bebas

2. Sebutkan faktor penyebab dari seks bebas

3. Jelaskan dampak dari seks bebas

4. Jelaskan cara menghindari seks bebas

Jawaban:

1. Seks bebas adalah suatu dorongan hasrat seksual yang dilakukan oleh lawan jenis maupun
sesame jenis yang dilakukan diluar hubungan pernikahan.

2. Faktor dari seks bebas adalah


 Pacaran yang tidak sehat
- Pegangan tangan
- Ciuman mulai dari kening-pipi-bibir
- Pelukan
- Mulai berani melepas pakaian bagian atas
- Mulai berani meraba-raba bagian yang sensitif
 Media massa
 Gaya hidup
 Takut dibilang bukan anak gaul
 Rasa ingin tahu dan ingin coba-coba

3. Dampak dari seks bebas adalah :

 Kehamilan tidak diinginkan


 Wanita yang melakukan seks bebas di usia kurang dari 17 tahun beresiko tinggi
terkena kanker serviks.
 HIV/AIDS
 Penyakit kelamin (Herpes, klamidia, kutil kelamin, sifilis, gonore, ulkus mole,
trikomoniasis)
 Menurunnya prestasi, susah berkonsentrasi, sulit focus
 Gangguan psikologis

4.Cara menghindari seks bebas

 Saling terbuka dengan orang tua


 Selektif dalam memilih teman
 Hindari berduaan ditempat sepi
 Hati-hati dalam mengikuti perkembangan teknologi
 Jangan mudah terjebak rayuan gombal pasangan
 Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan
 Menolak ajakan te,an untuk menonton film porno atau berbuat asusila
 Perbanyak kegiatan positif
PENUTUP

i. Kesimpulan

Pergaulan bebas adalah jalinan pertemanan dalam kehidupan bermasyarakat yang bersifat
lepas atau tidak terikat. Menurut Katono, pergaulan bebas merupakan gejala patologis sosial
pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, akibatnya mengmbangkan
perilaku yang menyimpang.

ii. Saran

Setelah mengetahui seks bebas pada remaja, diharapkan kepada remaja agar dapat memilih
teman dalam lingkungan pertemanan,berpendirian kokoh,ingat orang tua,dan mendekatkan
diri dengan agama.
DAFTAR PUSTAKA

Desmita, 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nugraha, Boyke Dian. 2004. Problema Seks & Cinta Remaja. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sarwono. (2003). Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Gravido Persada Warianto, Chaidar.
2011. Pendidikan Seks Remaja.(Online)

http://www.psychologymania.com/2012/06/pengertian-seks-bebas.html

http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:7RCDurLDASQJ:eprints.un
g.ac.id/2381/3/2013-1-86201-111409060-bab2-
01082013073539.pdf+&cd=10&hl=id&ct=clnk&gl=id

http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:ICGPRHhbYcoJ:staff.uny.ac
.id/sites/default/files/tmp/BAHAYA%2520SEKS%2520BEBAS%2520PADA%2520
REMAJA.pdf+&cd=8&hl=id&ct=clnk&gl=id

DAFTAR HADIR PENYULUHAN

Hari / Tanggal :

Kelompok :

No Nama Peserta Tanda Tangan Keterangan


Hasil Observasi Penyuluhan
Evaluasi struktur

Sebelum penyuluhan diberikan, klien dan keluarga klien telah dikontrak sehari sebelum
penyuluhan diberikan.

Leaflet telah kelompok selesaikan 2 hari sebelum penyuluhan dilakukan.

Peminjaman tempat dan alat sudah dilakukan oleh kelompok 2 hari sebelum kegiatan
dilakukan

Lembar balik telah diselesaikan oleh kelompok 2 hari sebelum penyuluhan diberikan

80% klien dan keluarga klien menghadiri kegiatan penyuluhan.

Anggota kelompok selaku panitia kegiatan melaksanakan tugas dan peran sesuai dengan yang
telah direncanakan.

2. Evaluasi proses

Kegiatan dilaksanakan tidak tepat pada waktu kegiatan yang telah ditetapkan.

80 % undangan datang tepat waktu

75 % responden terlibat dan aktif (mampu mengemukakan pendapatnya, mampu


mengemukakan pertanyaan dan memahami tentang penyakit DHF) dalam kegiatan
penyuluhan.

80 % responden mengikuti jalannya kegiatan sampai selesai penyuluhan.

Peneliti melaksanakan tugas dan peran yang telah ditetapkan

kegiatan selesai tepat pada waktu yang telah ditetapkan


3. Evaluasi hasil

75 % responden yang hadir mengetahui dan memahami pengertian DHF

70 % responden yang hadir mengetahui dan memahami penyebab DHF

70 % responden yang hadir mengetahui dan memahami tanda dan gejal DHF

70 % responden yang hadir mengetahui ciri-ciri nyamuk aedes dan Tindakan yang dilakukan
mengenai DHF

80 % responden yang hadir mengetahui dan memahami cara pencegahan DHF

Anda mungkin juga menyukai