Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN

KESEHATAN PADA REMAJA

SEKS BEBAS

Disusun oleh :

Amalia Kartika (211030121534)

Aprilianti Zulfi (211030121528)

Az Zahra Mustika (211030121789)

Dini Purnamasari (211030121520)

Muhammad Fadly (211030121530)

Mutiara Diva S (211030121523)

Sakila Lestari (211030121561)

S1 KEPERAWATAN STIKES WIDYA DHARMA HUSADA

Jl. Pajajaran No.1, Pamulang Bar., Kec. Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten 15417
KESEHATAN REMAJA

A. Latar belakang
Remaja (WHO) adalah mereka yang mencakup usia 10-19 tahun dan belum
menikah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, diamana
pada usia ini akan banyak mengalami perubahan baik fisik maupun psikososial.
Remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak-anak hingga masa
awal dewasa. Pada masa ini, remaja sering dihadapkan pada berbagai kesem-patan
dan pilihan, yang semuanya itu dapat menimbulkan permasalahan bagi mereka.
Permasalahan tersebut salah satunya yaitu resiko-resiko kesehatan reproduksi.
Resiko-resiko itu adalah seks bebas, kehamilan yang tidak diinginkan (KTD), aborsi,
penyakit menular seksual (PMS), HIV/AIDS, kekerasan seksual dll.
Seks bebas merupakan hubungan yang dilakukan oleh laki -laki dan
perempuan tanpa adanya ikatan perkawinan. Menurut Desmita (2005) mengemukakan
berbagai bentuk tingkah laku seksual, seperti berkencan intim, bercumbu, sampai
melakukan kontak seksual. Bentuk-bentuk perilaku seks bebas yaitu: Petting adalah
upaya untuk membangkitkan dorongan seksual antara jenis kelamin dengan tanpa
melakukan tindakan intercourse. Oral²genital seks adalah aktivitas menikmati organ
seksual melalui mulut. Tipe hubungan seksual model oral-genital ini merupakan
alternative aktifitas seksual yang dianggap aman oleh remaja masa kini. Sexual
intercourse adalah aktivitas melakukan senggama
Perilaku seks bebas pada remaja adalah cara remaja mengekspresikan dan
melepaskan dorongan seksual, yang berasal dari kematangan organ seksual dan
perubahan hormonal dalam berbagai bentuk tingkah laku seksual, seperti berkencan
intim, bercumbu, sampai melakukan kontak seksual.
SATUAN ACARA PENYULUHAN

1. Topik / Masalah : Seks Bebas


2. Sub Topik : Seks Bebas Pada Remaja
3. Tempat : STIkes Widya Dharma Husada
4. Hari / Tanggal : Senin, 05 juni 2023
5. Waktu : 09:00- 09:30 WIB
6. Jumlah : 20 orang
7. Sasaran : Remaja
8. Tujuan :
a. Instuksional Umum
Setelah dilakukan penjelasan, peserta dapat mengerti dan menambah wawasan
mengenai seks bebas dikalangan remaja.
b. Intruksi Khusus
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan peserta mampu :
1) Menyebutkan pengertian dari seks bebas
2) Menyebutkan faktor penyebab dari seks bebas
3) Menjelaskan dampak dari seks bebas
4) Menjelaskan cara menghindari seks bebas
9. Isi / materi
a. Pengertian seks bebas
b. Faktor penyebab dari seks bebas
c. Dampak dari seks bebas
d. Cara menghindari seks bebas
10. Motode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
11. Media
a. Leaflet
b. Lembar balik
12. Sasaran dan Target
1. Sasaran
Mahasiswa STIKes Widya Dharma Husada

2. Target

Terlaksananya kegiatan penyuluhan atau edukasi terhadap Mahasiswa


STIKes Widya Dharma Husada mengenai seks bebas dan cara menghindari
seks bebas.
13. Kegiatan Penyuluhan
No Kegiatan Penyuluhan Peserta Waktu
1 pembukaan 1. Membuka kegiatan 1. Menjawab salam.
dengan mengucapkan 2. Mendengarkan
salam pembukaan yang
2. Memperkenalkan diri disampaikan 5 menit

3. Menjelaskan tujuan dari moderator


penyuluhan
4. Menyebutkan materi
yang akan diberikan
5. Menyampaikan
6. kontrak waktu
2 kerja 1. Penyampaian garis besar 1. Mendengarkan 22 menit
materi tentang kebersihan dengan penuh
diri : perhatian.
a. Menggali pengetahuan 2. Menanyakan hal –
peserta tentang seks hal yang belum
bebas jelas.
b. Menyebutkan pengertian 3. Memperhatikan
seks bebas jawaban dari
c. Menyebutkan faktor dari penceramah.
seks bebas 4. Menjawab
d. Menjelaskan dampak dari pertanyaan.
seks bebas
e. Menjelaskan cara
menghindari seks bebas
2. Memberi kesempatan
peserta untuk bertanya.
3. Menjawab pertanyaan.
4. Evaluasi
3 penutup 1. Menyimpulkan. 1. Mendengarkan. 3 menit
2. Salam penutup. 2. Menjawab salam

14. Pengorganisasian
a. Penanggung jawab : Muhammad Fadly
b. Humas : Az Zahra Mustika
c. Pembawa acara : Amalia Kartika
d. Sekretaris : Dini Purnamasari
e. Konsumsi : Sakila Lestari
f. Dokumentasi : Aprilianti Zulfi
g. Observasi : Az Zahra Mustika
h. Evaluator : Mutiara Diva Saraswati
MATERI SATUAN ACARA PENYULUHAN

SEKS BEBAS PADA REMAJA

A. Pengertian Seks Bebas


Menurut Sarwono (2003) menyatakan, bahwa seks bebas adalah segala
tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis maupun
sesama jenis, mulai dari tingkah laku yang dilakukannya seperti sentuhan, berciuman
(kissing) berciuman belum sampai menempelkan alat kelamin yang biasanya
dilakukan dengan memegang payudara atau melalui oral seks pada alat kelamin tetapi
belum bersenggama (necking, dan bercumbuan sampai menempelkan alat kelamin
yaitu dengan saling menggesek-gesekan alat kelamin dengan pasangan namun belum
bersenggama (petting, dan yang sudah bersenggama (intercourse), yang dilakukan
diluar hubungan pernikahan.
Sedangkan menurut Desmita (2005) seks bebas adalah segala cara
mengekspresikan dan melepaskan dorongan seksual yang berasal dari kematangan
organ seksual, dan nilai tersebut tidak sesuai dengan norma karena remaja belum
memiliki pengalaman tentang seksual.
Berdasarkan penjabaran definisi di atas maka dapat disimpulkan pengertian
seks bebas adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual terhadap
lawan jenis maupun sesama jenis yang dilakukan di luar hubungan pernikahan mulai
dari necking, petting sampai intercourse dan bertentangan dengan norma-norma
tingkah laku seksual dalam masyarakat yang tidak bisa diterima secara umum.
B. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku seks Bebas
1. Tidak adanya pendidikan sex yang benar, tepat dan dilandasi nilai-nilai agama.
2. Lemahnya pengawasan orang tua.
3. Salah dalam memilih teman
4. Industri pornografi. Luasnya peredaran materi pornografi
memberi pengaruh yang sangat besar terhadap pembentukan pola perilaku
seks remaja.
5. Pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Banyak informasi tentang
kesehatan reproduksi yang tidak akurat, sehingga dapat menimbulkan dampak
pada pola perilaku seks yang tidak sehat dan membahayakan.
6. Pengalaman masa anak‐anak. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa
remaja yang pada masa anak‐anak mengalami pengalaman buruk akan mudah
terjebak ke dalam aktivitas seks pada usia yang amat muda dan memiliki
kencenderungan untuk memiliki pasangan seksual yang berganti‐ganti.
7. Pembinaan religius. Remaja yang memiliki kehidupan religius yang baik,
8. lebih mampu berkata ‘tidak’ terhadap godaan seks bebas dibandingkan mereka
yang tidak memperhatikan kehidupan religius.

Menurut Warianto (2011) mengemukakan pendapatnya tentang faktor penyebab


remaja melakukan sex bebas yang dijelaskan sebagia berikut:

1. Orang tua, Kurangnya bimbingan dan pengawasan orang tua sudah pasti akan
membuat anak menjadi liar, orang tua yang terlalu percaya kepada anak tanpa
mengetahui aktivitas yang dilakukan oleh anak-anaknya merupakan tindakan
yang salah yang berakibat fatal bagi si anak sendiri. Bahkan bukan tidak
mungkin sebenarnya orang tua sendiri yang menjerumuskan anaknya, sebagai
contoh misalnya, orang tua merasa malu kalau anaknya yang sudah SMA
ataupun sudah remaja belum punya pacar, pasti akan ditanya, akhirnya si anak
cari pacar, awalnya mungkin biasa saja, ke tokok buku, atau sesekali ke cafe.
Lalu pelan-pelan naik pangkat pegang tangan, lalu naik pangkat lagi, dan
meningkat ke lainnya. Orang tua yang terlalu otoriter juga tidak baik bagi
perkembangan psikologi anak, ketika ia mendapatkan sekali kebebasan ia lupa
segalanya.
2. Lingkungan Teman. Sekuat apapun kita mempertahankan diri kalau
lingkungan dan orang-orang terdekat kita tidak mendukung kita, bukan tidak
mungkin kita yang akhirnya terikut dengan mereka. Contohnya seorang
pecandu narkoba awalnya Cuma ikut-ikutan dengan teman-temannya dan
sekedar iseng, begitu juga dengan sex bebas.
3. Uang. Di zaman sekarang ini uang adalah segala-galanya, tolok ukur
seseorang ada pada uang, kehormatan, harga diri semua diukur dengan uang.
Makanya orang-orang yang kebutuhannya tidak terpenuhi mencari penghasilan
tambahan dengan cara seperti itu, dengan iming-iming uang semua menjadi
tidak berarti. Apa yang harampun dihalalkan.
4. Iman yang lemah. Seseorang yang tidak punya iman dihatinya sudah pasti dia
tidak tahan dengan godaan duniawi yang memang berat, sekecil apapun
godaan itu apalagi godaan berat.
Menurut Dr. Boyke Dian Nugraha, seks bebas penyebabnya antara lain
maraknya peredaran gambar dan VCD porno, kurangnya pemahaman akan nilai‐
nilai agama, keliru dalam memaknai cinta, minimnya pengetahuan remaja tentang
seksualitas serta belum adanya pendidikan seks secara reguler-formal di sekolah
sekolah. Itulah sebabnya informasi tentang Makna Hakiki Cinta dan adanya
Kurikulum Kesehatan Reproduksi di sekolah mutlak diperlukan. Melacak lebih jauh
persoalan cinta dan seksualitas di kalangan remaja ini, ada sejumlah fakta yang
mesti diterima dengan lapang dada dan disikapi secara bijak.

1. Banyak remaja memiliki persepsi yang salah tentang cinta. Misalnya, “Cinta
itu memiliki dan harus mau berkorban”. Ketika anugerah cinta singgah di
hatinya, ia tidak rela hubungan cintanya disudahi. Konsekuensinya, ia pun rela
melakukan apa saja yang diinginkan pasangannya, termasuk melakukan
perbuatan yang belum layak mereka lakukan.
2. Tawaran erotisme dan stimulasi seksual yang seronok ‐ vulgar, yang
disuguhkan media massa begitu deras mengalir di ruang publik. Hal tersebut
sangat berdampak buruk pada mentalitas para remaja. Tawaran erotisme dan
stimulasi seksual tersebut akan menimbulkan implikasi psikologis di kalangan
remaja yang sedang dalam proses transisi mencari identitas diri.
3. Cinta dan seksualitas merupakan hal yang sangat menarik perhatian remaja.
Hal ini disebabkan karena pada masa remaja tersebut segala perangkat
seksualnya mengalami perkembangan pesat dan dorongan seksualnya pun
menjadi hal yang sangat akrab dalam kehidupan mereka.
4. Cinta dan seks adalah dorongan alami yang tak dapat dipisahkan dalam
perkembangan setiap manusia yang normal. Dorongan seks tersebut sering
menimbulkan masalah tetapi bukan tidak bisa diatasi. Seks harus dilihat dari
konteks kehidupan kita secara utuh, tidak parsial. Dorongan itu bisa
disublimasi menjadi potensi yang positif untuk berprestasi bila ditangai secara
benar.
5. Kini, seks bukan monopoli orang dewasa atau orangtua lagi. Seks juga milik
remaja. Nilai seks yang luhur itu pun sudah sedikit demi sedikit meninggalkan
ketabuannya. Oleh sebab itu, nilai luhur seks itu harus ditanamkan pada
remaja. Kalau dulu orang malu membicarakannya meskipun begitu banyak
orang mengalami masalah seks, malu kalau ketahuan punya pacar, sekarang
sebaliknya kalau tidak berani berpacaran bisa dinilai kuper dan ketinggalan
zaman. Remaja, kini cepat dewasa. Malu kalau sudah duduk di bangku SMP,
apalagi SMA belum memiliki pacar.

Banyak remaja memiliki persepsi yang salah tentang cinta. Misalnya, “Cinta itu
memiliki dan harus mau berkorban”. Ketika anugerah cinta singgah di hatinya, ia
tidak rela hubungan cintanya disudahi. Konsekuensinya, ia pun rela melakukan apa
saja yang diinginkan pasangannya, termasuk melakukan perbuatan yang belum layak
mereka lakukan.

1. Tawaran erotisme dan stimulasi seksual yang seronok ‐ vulgar, yang disuguhkan
media massa begitu deras mengalir di ruang publik. Hal tersebut sangat
berdampak buruk pada mentalitas para remaja. Tawaran erotisme dan stimulasi
seksual tersebut akan menimbulkan implikasi psikologis di kalangan remaja
yang sedang dalam proses transisi mencari identitas diri.
2. Cinta dan seksualitas merupakan hal yang sangat menarik perhatian remaja. Hal
ini disebabkan karena pada masa remaja tersebut segala perangkat seksualnya
mengalami perkembangan pesat dan dorongan seksualnya pun menjadi hal yang
sangat akrab dalam kehidupan mereka.
3. Cinta dan seks adalah dorongan alami yang tak dapat dipisahkan dalam
perkembangan setiap manusia yang normal. Dorongan seks tersebut sering
menimbulkan masalah tetapi bukan tidak bisa diatasi. Seks harus dilihat dari
konteks kehidupan kita secara utuh, tidak parsial. Dorongan itu bisa disublimasi
menjadi potensi yang positif untuk berprestasi bila ditangai secara benar.
4. Kini, seks bukan monopoli orang dewasa atau orangtua lagi. Seks juga milik
remaja. Nilai seks yang luhur itu pun sudah sedikit demi sedikit meninggalkan
ketabuannya. Oleh sebab itu, nilai luhur seks itu harus ditanamkan pada remaja.
Kalau dulu orang malu membicarakannya meskipun begitu banyak orang
mengalami masalah seks, malu kalau ketahuan punya pacar, sekarang
sebaliknya kalau tidak berani berpacaran bisa dinilai kuper dan ketinggalan
zaman. Remaja, kini cepat dewasa. Malu kalau sudah duduk di bangku SMP,
apalagi SMA belum memiliki pacar.
5. Para remaja kita sekarang ini (khususnya di kota‐kota besar termasuk di
Pontianak) telah mengalami pergeseran nilai yang cukup signifikan terhadap
seks ini. Pergaulan bebas, pornografi, pornoaksi, seks bebas (free sex),
intercouse, sex pranikah, dan berbagai aktivitas seksual lainnya bukan lagi
sesuatu yang asing bagi mereka. Mereka begitu permisif dengan hal‐hal
tersebut. Di mata mereka, di dalam seks hanya ada kesenangan. Sementara sisi
buram akibat perbuatan mereka hampir tidak pernah dipikirkan.
6. Banyak remaja yang kurang bahkan tidak mempunyai pemahaman yang
memadai tentang masalah cinta dan seks ini. Banyak diantara mereka yang tidak
mengenal organ tubuhnya sendiri secara baik, sementara tingkat keingintahuan
mereka mengenai masalah seks ini begitu besar. Untuk memenuhi
keingintahuan mereka yang begitu besar tersebut, mereka mencarinya secara
sembunyi‐sembunyi. Akibatnya, tidak sedikit di antara mereka yang terjebak
dalam informasi yang salah bahkan menyesatkan yang dapat membahayakan
perkembangan mental mereka. Untuk semua fakta itulah, informasi yang jelas,
lugas dan komprehensif perihal makna hakiki cinta dan seks dengan segala
dampak yang ditimbulkannya mutlak diperlukan
C. Dampak Dari Perilaku Seks Bebas
Tindakan –tindakan perilaku seks bebas sama dengan merendahkan martabat
seseorang dapat dianggap sebagai bentuk kejahatan, disamping itu tindakan –tindakan
tersebut menimbulkan dampak buruk bagi korbannya. Seperti yang dikatakan oleh
Rintyastini (2005:110) Menyatakan bahwa ada beberapa dampak akibat dari perilaku
seks bebas yaitu:
1. Terjadinya KTD (Kehamilan yang Tidak Diinginkan) hingga tindakan aborsi
yang dapat menyebabkan gangguan kesuburan, kanker rahim, cacat permanen
bahkan berujung pada kematian. Hamil di luar pernikahan akan menimbulkan
permasalahan baru, apabila seorang remaja masih kuliah atau sekolah tentu saja
orang tua akan sangat kesal. Remaja pun takut untuk jujur kepada orang tua dan
pasangan, akhirnya diapun memutuskan untuk melakukan dosa baru yaitu aborsi
ataupun bunuh diri.
2. Untuk perempuan dibawah usia 17 tahun yang pernah melakukan hubungan
seks bebas akan beresiko tinggi terkena kanker serviks.
3. Beberapa penyakit yang siap mendatangi seperti, herpes, HIV Aids, Raja singa,
dan penyakit lainnya. Penyakit ini tentu sudah diketahui sangat membahayakan
dan sampai sekarang masih belum ada obatnya.
4. Dampak Psikologis yang seringkali terlupakan ketika melakukan free sex adalah
akan selalu muncul rasa bersalah, marah, sedih, menyesal, malu, kesepian, tidak
punya bantuan, binggung, stress, benci pada diri sendiri, benci pada orang yang
terlibat, takut tidak jelas, insomnia (sulit tidur), kehilangan percaya diri,
gangguan makan, kehilangan konsentrasi, depresi, berduka, tidak bisa
memaafkan diri sendiri, takut akan hukuman Tuhan, mimpi buruk, merasa
hampa, halusinasi, sulit mempertahankan hubungan.
D. Upaya Mencegah Perilaku Seks Bebas
Menurut Rintyastini (2005: 52) Ada beberapa hal upaya mencegah perilaku seks
bebas yaitu:
1. Membuat komitmen serta berusaha keras mematuhi komitmen itu
2. Menghindari tontonan, bacaan, atau situasi dan tempat yang kondusif untuk
menimbulkan fantasi atau ransangan seksual
3. Membatasi pergaulan dan frekuensi pertemuan dengan lawan jenis tanpa ada
aktifitas yang pasti.
4. Banyak melibatkan teman-teman atau sudara dalam berinteraksi.
5. Menemukan kegiatan-kegiatan alternatif yang baru dan positif sehingga energi
terfokus pada pengembangan diri.
6. Memperkuat keimanan dan ketakwaan kepada tuhan yang maha esa dengan
banyak
7. melakukan aktifitas yang dapat menambah pemahaman agama dan aktif dalam
kegiatan kerohanian

Adapun cara untuk mencegah agar remaja terhindar dari seks bebas. Salah satu cara
untuk mencegah seks bebas pada remaja dari pengamatan peneliti yaitu sebagai
berikut:

1. Faktor Keluarga Dalam Mencegah Seks Bebas.


a. Keluarga perlu memberikan informasi tentang pendidikan seks sejak dini
dengan baik yang benar.
b. Orang tua memberikan kasih sayang dan perhatian yang lebih pada putra dan
putrinya yang beranjak remaja.
c. Terjalin hubungan yang harmonis atau saling terbuka dari pihak orang tua
dan anak.
d. Pengawasan orang tua terhadap media teknologi dan jejaring sosial yang
digunakan oleh anaknya.
e. Orang tua memberikan bekal agama yang kuat sebagai pelindung masa
depanny kelak.
f. Orang tua memperhatikan bakat dan minat dalam bidang akademik dan non
akademik dan menyibukkan mereka dengan hal- hal yang positif. Misalnya,
les bahasa asing, mengembangkan bakat mereka dalam bidang olahraga,
musik bernyanyi dan lain- lain.
g. Pola asuh orang tua yang baik.
2. Faktor Pergaulan atau Pertemanan Dalam Mencegah Seks Bebas
a. Memilih teman dalam bergaul yang mempunyai dampak yang baik bagi diri
kita sendiri.
b. Menolak ajakan teman untuk melihat film porno.
c. Menghindari diskusi dengan teman yang berhubungan dengan seks dan
berhati- hati dalam memilih teman.
3. Faktor Pacaran Dalam Mencegah Seks Bebas
a. Hindari berduaan di tempat yang sepi.
b. Jangan mudah terjebak rayuan gombal pasangan.
c. Bersikap tegas dengan pasangan.
d. Mempunyai komitmen sejak awal pacaran, bahwa dalam berpacaran tidak
ingin melakukan hubungan seksual.
4. Faktor Agama Dalam Mencegah Seks Bebas
a. Lebih Mendekatkan diri Kepada Allah SWT.
b. Membekali diri dengan pondasi dengan keimanan yang kuat.
c. Sering ikut acara- acara pengajian.
5. Faktor dari Guru dan Konselor Sekolah.
a. Memberikan pengetahuan terhadap siswa mengenai perubahan fisik yang
berkaitan dengan kematangan masalah seksual.
b. Memberikan wawasan terhadap siswa tentang dampak dari pergaulan bebas.
c. Membantu siswa bagaimana cara mengurangi ketakutan dan kecemasan
sehubungan dengan perkembangan dan penyesuaian seksual. (peran,
tanggung jawab)
d. Membentuk sikap yang tegas terhadap diri siswa, untuk membantu siswa
menghadapi pergaulan bebas.
E. Evaluasi
1. Jelaskan pengertian dari seks bebas
2. Sebutkan faktor penyebab dari seks bebas
3. Jelaskan dampak dari seks bebas
4. Jelaskan cara menghindari seks bebas
Jawaban :
1. Seks bebas adalah suatu dorongan hasrat seksual yang dilakukan oleh lawan
jenis maupun sesame jenis yang dilakukan diluar hubungan pernikahan.
2. Faktor dari seks bebas adalah
 Pacaran yang tidak sehat
- Pegangan tangan
- Ciuman mulai dari kening-pipi-bibir
- Pelukan
- Mulai berani melepas pakaian bagian atas
- Mulai berani meraba-raba bagian yang sensitif
 Media massa
 Gaya hidup
 Takut dibilang bukan anak gaul
 Rasa ingin tahu dan ingin coba-coba
3. Dampak dari seks bebas adalah :
 Kehamilan tidak diinginkan
 Wanita yang melakukan seks bebas di usia kurang dari 17 tahun beresiko
tinggi terkena kanker serviks.
 HIV/AIDS
 Penyakit kelamin (Herpes, klamidia, kutil kelamin, sifilis, gonore, ulkus
mole, trikomoniasis)
 Menurunnya prestasi, susah berkonsentrasi, sulit focus
4. Cara menghindari seks bebas
 Saling terbuka dengan orang tua
 Selektif dalam memilih teman
 Hindari berduaan ditempat sepi
 Hati-hati dalam mengikuti perkembangan teknologi
 Jangan mudah terjebak rayuan gombal pasangan
 Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan
 Menolak ajakan te,an untuk menonton film porno atau berbuat asusila
 Perbanyak kegiatan positif

Anda mungkin juga menyukai