SEKS BEBAS
Disusun oleh :
Jl. Pajajaran No.1, Pamulang Bar., Kec. Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten 15417
KESEHATAN REMAJA
A. Latar belakang
Remaja (WHO) adalah mereka yang mencakup usia 10-19 tahun dan belum
menikah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, diamana
pada usia ini akan banyak mengalami perubahan baik fisik maupun psikososial.
Remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak-anak hingga masa
awal dewasa. Pada masa ini, remaja sering dihadapkan pada berbagai kesem-patan
dan pilihan, yang semuanya itu dapat menimbulkan permasalahan bagi mereka.
Permasalahan tersebut salah satunya yaitu resiko-resiko kesehatan reproduksi.
Resiko-resiko itu adalah seks bebas, kehamilan yang tidak diinginkan (KTD), aborsi,
penyakit menular seksual (PMS), HIV/AIDS, kekerasan seksual dll.
Seks bebas merupakan hubungan yang dilakukan oleh laki -laki dan
perempuan tanpa adanya ikatan perkawinan. Menurut Desmita (2005) mengemukakan
berbagai bentuk tingkah laku seksual, seperti berkencan intim, bercumbu, sampai
melakukan kontak seksual. Bentuk-bentuk perilaku seks bebas yaitu: Petting adalah
upaya untuk membangkitkan dorongan seksual antara jenis kelamin dengan tanpa
melakukan tindakan intercourse. Oral²genital seks adalah aktivitas menikmati organ
seksual melalui mulut. Tipe hubungan seksual model oral-genital ini merupakan
alternative aktifitas seksual yang dianggap aman oleh remaja masa kini. Sexual
intercourse adalah aktivitas melakukan senggama
Perilaku seks bebas pada remaja adalah cara remaja mengekspresikan dan
melepaskan dorongan seksual, yang berasal dari kematangan organ seksual dan
perubahan hormonal dalam berbagai bentuk tingkah laku seksual, seperti berkencan
intim, bercumbu, sampai melakukan kontak seksual.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
2. Target
14. Pengorganisasian
a. Penanggung jawab : Muhammad Fadly
b. Humas : Az Zahra Mustika
c. Pembawa acara : Amalia Kartika
d. Sekretaris : Dini Purnamasari
e. Konsumsi : Sakila Lestari
f. Dokumentasi : Aprilianti Zulfi
g. Observasi : Az Zahra Mustika
h. Evaluator : Mutiara Diva Saraswati
MATERI SATUAN ACARA PENYULUHAN
1. Orang tua, Kurangnya bimbingan dan pengawasan orang tua sudah pasti akan
membuat anak menjadi liar, orang tua yang terlalu percaya kepada anak tanpa
mengetahui aktivitas yang dilakukan oleh anak-anaknya merupakan tindakan
yang salah yang berakibat fatal bagi si anak sendiri. Bahkan bukan tidak
mungkin sebenarnya orang tua sendiri yang menjerumuskan anaknya, sebagai
contoh misalnya, orang tua merasa malu kalau anaknya yang sudah SMA
ataupun sudah remaja belum punya pacar, pasti akan ditanya, akhirnya si anak
cari pacar, awalnya mungkin biasa saja, ke tokok buku, atau sesekali ke cafe.
Lalu pelan-pelan naik pangkat pegang tangan, lalu naik pangkat lagi, dan
meningkat ke lainnya. Orang tua yang terlalu otoriter juga tidak baik bagi
perkembangan psikologi anak, ketika ia mendapatkan sekali kebebasan ia lupa
segalanya.
2. Lingkungan Teman. Sekuat apapun kita mempertahankan diri kalau
lingkungan dan orang-orang terdekat kita tidak mendukung kita, bukan tidak
mungkin kita yang akhirnya terikut dengan mereka. Contohnya seorang
pecandu narkoba awalnya Cuma ikut-ikutan dengan teman-temannya dan
sekedar iseng, begitu juga dengan sex bebas.
3. Uang. Di zaman sekarang ini uang adalah segala-galanya, tolok ukur
seseorang ada pada uang, kehormatan, harga diri semua diukur dengan uang.
Makanya orang-orang yang kebutuhannya tidak terpenuhi mencari penghasilan
tambahan dengan cara seperti itu, dengan iming-iming uang semua menjadi
tidak berarti. Apa yang harampun dihalalkan.
4. Iman yang lemah. Seseorang yang tidak punya iman dihatinya sudah pasti dia
tidak tahan dengan godaan duniawi yang memang berat, sekecil apapun
godaan itu apalagi godaan berat.
Menurut Dr. Boyke Dian Nugraha, seks bebas penyebabnya antara lain
maraknya peredaran gambar dan VCD porno, kurangnya pemahaman akan nilai‐
nilai agama, keliru dalam memaknai cinta, minimnya pengetahuan remaja tentang
seksualitas serta belum adanya pendidikan seks secara reguler-formal di sekolah
sekolah. Itulah sebabnya informasi tentang Makna Hakiki Cinta dan adanya
Kurikulum Kesehatan Reproduksi di sekolah mutlak diperlukan. Melacak lebih jauh
persoalan cinta dan seksualitas di kalangan remaja ini, ada sejumlah fakta yang
mesti diterima dengan lapang dada dan disikapi secara bijak.
1. Banyak remaja memiliki persepsi yang salah tentang cinta. Misalnya, “Cinta
itu memiliki dan harus mau berkorban”. Ketika anugerah cinta singgah di
hatinya, ia tidak rela hubungan cintanya disudahi. Konsekuensinya, ia pun rela
melakukan apa saja yang diinginkan pasangannya, termasuk melakukan
perbuatan yang belum layak mereka lakukan.
2. Tawaran erotisme dan stimulasi seksual yang seronok ‐ vulgar, yang
disuguhkan media massa begitu deras mengalir di ruang publik. Hal tersebut
sangat berdampak buruk pada mentalitas para remaja. Tawaran erotisme dan
stimulasi seksual tersebut akan menimbulkan implikasi psikologis di kalangan
remaja yang sedang dalam proses transisi mencari identitas diri.
3. Cinta dan seksualitas merupakan hal yang sangat menarik perhatian remaja.
Hal ini disebabkan karena pada masa remaja tersebut segala perangkat
seksualnya mengalami perkembangan pesat dan dorongan seksualnya pun
menjadi hal yang sangat akrab dalam kehidupan mereka.
4. Cinta dan seks adalah dorongan alami yang tak dapat dipisahkan dalam
perkembangan setiap manusia yang normal. Dorongan seks tersebut sering
menimbulkan masalah tetapi bukan tidak bisa diatasi. Seks harus dilihat dari
konteks kehidupan kita secara utuh, tidak parsial. Dorongan itu bisa
disublimasi menjadi potensi yang positif untuk berprestasi bila ditangai secara
benar.
5. Kini, seks bukan monopoli orang dewasa atau orangtua lagi. Seks juga milik
remaja. Nilai seks yang luhur itu pun sudah sedikit demi sedikit meninggalkan
ketabuannya. Oleh sebab itu, nilai luhur seks itu harus ditanamkan pada
remaja. Kalau dulu orang malu membicarakannya meskipun begitu banyak
orang mengalami masalah seks, malu kalau ketahuan punya pacar, sekarang
sebaliknya kalau tidak berani berpacaran bisa dinilai kuper dan ketinggalan
zaman. Remaja, kini cepat dewasa. Malu kalau sudah duduk di bangku SMP,
apalagi SMA belum memiliki pacar.
Banyak remaja memiliki persepsi yang salah tentang cinta. Misalnya, “Cinta itu
memiliki dan harus mau berkorban”. Ketika anugerah cinta singgah di hatinya, ia
tidak rela hubungan cintanya disudahi. Konsekuensinya, ia pun rela melakukan apa
saja yang diinginkan pasangannya, termasuk melakukan perbuatan yang belum layak
mereka lakukan.
1. Tawaran erotisme dan stimulasi seksual yang seronok ‐ vulgar, yang disuguhkan
media massa begitu deras mengalir di ruang publik. Hal tersebut sangat
berdampak buruk pada mentalitas para remaja. Tawaran erotisme dan stimulasi
seksual tersebut akan menimbulkan implikasi psikologis di kalangan remaja
yang sedang dalam proses transisi mencari identitas diri.
2. Cinta dan seksualitas merupakan hal yang sangat menarik perhatian remaja. Hal
ini disebabkan karena pada masa remaja tersebut segala perangkat seksualnya
mengalami perkembangan pesat dan dorongan seksualnya pun menjadi hal yang
sangat akrab dalam kehidupan mereka.
3. Cinta dan seks adalah dorongan alami yang tak dapat dipisahkan dalam
perkembangan setiap manusia yang normal. Dorongan seks tersebut sering
menimbulkan masalah tetapi bukan tidak bisa diatasi. Seks harus dilihat dari
konteks kehidupan kita secara utuh, tidak parsial. Dorongan itu bisa disublimasi
menjadi potensi yang positif untuk berprestasi bila ditangai secara benar.
4. Kini, seks bukan monopoli orang dewasa atau orangtua lagi. Seks juga milik
remaja. Nilai seks yang luhur itu pun sudah sedikit demi sedikit meninggalkan
ketabuannya. Oleh sebab itu, nilai luhur seks itu harus ditanamkan pada remaja.
Kalau dulu orang malu membicarakannya meskipun begitu banyak orang
mengalami masalah seks, malu kalau ketahuan punya pacar, sekarang
sebaliknya kalau tidak berani berpacaran bisa dinilai kuper dan ketinggalan
zaman. Remaja, kini cepat dewasa. Malu kalau sudah duduk di bangku SMP,
apalagi SMA belum memiliki pacar.
5. Para remaja kita sekarang ini (khususnya di kota‐kota besar termasuk di
Pontianak) telah mengalami pergeseran nilai yang cukup signifikan terhadap
seks ini. Pergaulan bebas, pornografi, pornoaksi, seks bebas (free sex),
intercouse, sex pranikah, dan berbagai aktivitas seksual lainnya bukan lagi
sesuatu yang asing bagi mereka. Mereka begitu permisif dengan hal‐hal
tersebut. Di mata mereka, di dalam seks hanya ada kesenangan. Sementara sisi
buram akibat perbuatan mereka hampir tidak pernah dipikirkan.
6. Banyak remaja yang kurang bahkan tidak mempunyai pemahaman yang
memadai tentang masalah cinta dan seks ini. Banyak diantara mereka yang tidak
mengenal organ tubuhnya sendiri secara baik, sementara tingkat keingintahuan
mereka mengenai masalah seks ini begitu besar. Untuk memenuhi
keingintahuan mereka yang begitu besar tersebut, mereka mencarinya secara
sembunyi‐sembunyi. Akibatnya, tidak sedikit di antara mereka yang terjebak
dalam informasi yang salah bahkan menyesatkan yang dapat membahayakan
perkembangan mental mereka. Untuk semua fakta itulah, informasi yang jelas,
lugas dan komprehensif perihal makna hakiki cinta dan seks dengan segala
dampak yang ditimbulkannya mutlak diperlukan
C. Dampak Dari Perilaku Seks Bebas
Tindakan –tindakan perilaku seks bebas sama dengan merendahkan martabat
seseorang dapat dianggap sebagai bentuk kejahatan, disamping itu tindakan –tindakan
tersebut menimbulkan dampak buruk bagi korbannya. Seperti yang dikatakan oleh
Rintyastini (2005:110) Menyatakan bahwa ada beberapa dampak akibat dari perilaku
seks bebas yaitu:
1. Terjadinya KTD (Kehamilan yang Tidak Diinginkan) hingga tindakan aborsi
yang dapat menyebabkan gangguan kesuburan, kanker rahim, cacat permanen
bahkan berujung pada kematian. Hamil di luar pernikahan akan menimbulkan
permasalahan baru, apabila seorang remaja masih kuliah atau sekolah tentu saja
orang tua akan sangat kesal. Remaja pun takut untuk jujur kepada orang tua dan
pasangan, akhirnya diapun memutuskan untuk melakukan dosa baru yaitu aborsi
ataupun bunuh diri.
2. Untuk perempuan dibawah usia 17 tahun yang pernah melakukan hubungan
seks bebas akan beresiko tinggi terkena kanker serviks.
3. Beberapa penyakit yang siap mendatangi seperti, herpes, HIV Aids, Raja singa,
dan penyakit lainnya. Penyakit ini tentu sudah diketahui sangat membahayakan
dan sampai sekarang masih belum ada obatnya.
4. Dampak Psikologis yang seringkali terlupakan ketika melakukan free sex adalah
akan selalu muncul rasa bersalah, marah, sedih, menyesal, malu, kesepian, tidak
punya bantuan, binggung, stress, benci pada diri sendiri, benci pada orang yang
terlibat, takut tidak jelas, insomnia (sulit tidur), kehilangan percaya diri,
gangguan makan, kehilangan konsentrasi, depresi, berduka, tidak bisa
memaafkan diri sendiri, takut akan hukuman Tuhan, mimpi buruk, merasa
hampa, halusinasi, sulit mempertahankan hubungan.
D. Upaya Mencegah Perilaku Seks Bebas
Menurut Rintyastini (2005: 52) Ada beberapa hal upaya mencegah perilaku seks
bebas yaitu:
1. Membuat komitmen serta berusaha keras mematuhi komitmen itu
2. Menghindari tontonan, bacaan, atau situasi dan tempat yang kondusif untuk
menimbulkan fantasi atau ransangan seksual
3. Membatasi pergaulan dan frekuensi pertemuan dengan lawan jenis tanpa ada
aktifitas yang pasti.
4. Banyak melibatkan teman-teman atau sudara dalam berinteraksi.
5. Menemukan kegiatan-kegiatan alternatif yang baru dan positif sehingga energi
terfokus pada pengembangan diri.
6. Memperkuat keimanan dan ketakwaan kepada tuhan yang maha esa dengan
banyak
7. melakukan aktifitas yang dapat menambah pemahaman agama dan aktif dalam
kegiatan kerohanian
Adapun cara untuk mencegah agar remaja terhindar dari seks bebas. Salah satu cara
untuk mencegah seks bebas pada remaja dari pengamatan peneliti yaitu sebagai
berikut: