( SAP)
Sasaran :
Waktu : 30 menit
Tempat :
A. Tujuan Penyuluhan/Kegiatan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan ini, diharapkan dapat mengerti dan memahami tentang
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan dapat menjelaskan kembali tentang bahaya
Sex Bebas.:
B. Materi Penyuluhan
terlampir
C. Metode
Kegiatan
No Tahapan Waktu
Penyuluhan Peserta
1 Pembukaan - Mengucapkan salam - Menjawab salam 5 menit
- Memperkenalkan diri - Mendengarkan
- Menggali pengetahuan
(apersepsi).
2 Penyajian Menjelaskan pengertian - Mendengarkan dan 15 menit
seks bebas.dan faktor memperhatikan
penyebab seks bebas penyuluhan.
Menjelaskan cara cara
pencegahan seks bebas - Menanyakan hal-hal yang
Menjelaskan bahaya seks kurang jelas.
bebas
Memberi pertanyaan pada - Menjawab pertanyaan
peserta secara lisan.
3 Penutup Memberikan evaluasi Menjawab evaluasi 1 10 menit
dengan bertanya tentang penceramah
semua yang sudah
dijelaskan
Mengucapkan salam
penutup
Menjawab salam
1.https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.uin-
suska.ac.id/5907/3/11-BAB
%2520II.pdf&ved=2ahUKEwi41dKHvenvAhXFX3wKHQQ0BLMQFjABegQIAxAG&usg
=AOvVaw2hnrJJQRu5i3qzD4Q2RvEX
2.https://m.fimela.com/parenting/read/3832932/mencegah-perilaku-seks-bebas-di-kalangan-
remaja
G. Evaluasi
Seks bebas atau dalam bahasa populernya disebut extra-marial intercourse atau kinky-sex
merupakan bentuk pembebasan seks yang dipandang tidak wajar (Amiruddin dkk, 1998).
Seks bebas adalah kegiatan yang dilakukan secara berdua pada waktu dan tempat yang
telah disepakati bersama dari dua orang lain jenis yang belum terikat pernikahan. Perilaku
seks bebas adalah aktifitas seksual yang dilakukan di luar perkawinan yang sama dengan
zina, perilaku ini dinilai sebagai perilaku seks yang menjadi masalah sosial bagi masyarakat
dan negara karena dilakukan di luar pernikahan (Wahyuningsih, 2008).
Ulfa (2012) dalam penelitiannya, faktor-faktor yang meyebabkan seseorang berperilaku seks
bebas adalah sebagai berikut:
Pertama, adanya kasih sayang, perhatian dari orangtua dalam hal apa pun serta pengawasan
yang tidak bersifat mengekang. Salah satu faktor terbesar yang mengakibatkan remaja terjerumus
ke dalam perilaku seks bebas adalah kurangnya kasih sayang dan perhatian dari orangtuanya.
Peranan agama dan keluarga sangat penting untuk mengantisipasi perilaku remaja.
Kedua, melakukan pengawasan secara intensif dan selektif terhadap media massa dan
komunikasi. Pada usia remaja, mereka selalu mempunyai keinginan untuk mengetahui, mencoba,
dan mencontoh segala hal. Seperti dari media massa dan elektronik, yang mengakibatkan remaja
sering kali terpicu untuk mengikuti seperti yang ada dalam tayangan tersebut. Karena itu,
diperlukan adanya pengawasan, misalnya dengan mendampingi mereka saat melihat tayangan
itu.
Ketiga, menambah kegiatan yang positif di luar sekolah. Misalnya kegiatan olahraga. Selain
menjaga kesehatan tubuh, kegiatan di luar sekolah seperti olahraga, dapat mengalihkan perhatian
mereka terhadap pikiran tentang seks dan dapat memperkecil kemungkinan untuk melakukan
perilaku seks bebas.
Keempat, perlu dikembangkan model pembinaan remaja yang berhubungan dengan kesehatan
reproduksi. Perlu adanya wadah untuk menampung permasalahn reproduksi remaja yang sesuai
dengan kebutuhan. Informasi yang terarah, baik secara formal dan informal yang meliputi
pendidikan seks, penyakit menular seks dan kegiatan lain juga dapat membantu menekan angka
kejadian perilaku seks bebas di kalangan remaja.
Kelima, perlu adanya sikap tegas dari pemerintah dalam mengambil tindakan terhadap perilaku
seks bebas. Dengan memberikan hukuman yang sesuai bagi pelaku seks bebas, diharapkan ada
efek jera dan mereka tidak akan mengulangi perbuatan itu.
Setiap perbuatan pasti ada balasannya, begitu juga dengan setiap perilaku pasti ada
konsekwensinya, sedangkan konsekwensi yang ditimbulkan dari hubungan seks bebas sangat
jelas terlihat khususnya bagi mahasiswi. Hamil diluar nikah merupakan salah satu produk
dari akibat perbuatan ini. Perilaku seks bebas khususnya bagi mahasiswa yaitu akan
menimbulkan masalah antara lain (Athar, dalam Wahyuningsih, 2008):
a. Memaksa mahasiswa tersebut dikeluarkan dari tempat pendidikan,sementara secara
mental mereka tidak siap untuk dibebani masalah ini.
b. Kemungkinan terjadinya aborsi yang tak bertanggung jawab dan membahayakan,
karena mereka merasa panik, bingung dalam menghadapi resiko kehamilan dan dan
akhirnya mengambil jalan pintas dengan cara aborsi.
c. Pengalaman seksualitas yang terlalu dini sering memberi akibat di masa dewasa.
Seseorang yang sering melakukan hubungan seks pranikah tidak jarang akan
merasakan bahwa hubungan seks bukan merupakan sesuatu yang sakral lagi sehingga
ia tidak akan dapat menikmati lagi hubungan seksual sebagai hubungan yang suci
melainkan akan merasakan hubungan seks hanya sebagai alat untuk memuaskan
nafsunya saja.
d. Hubungan seks yang dilakukan sebelum menikah dan berganti-ganti pasangan sering
kali menimbulkan akibat-akibat yang mengerikan sekali bagi pelakunya, seperti
terjangkitnya berbagai penyakit kelamin dari yang ringan sampai yang berat.