Anda di halaman 1dari 32

PANDUAN PRAKTIS KLINIS

HIPERTENSI
DALAM
KEHAMILAN
PERAWATAN ANTENATAL
 Definisi

“Pemeriksaan antenatal adalah upaya preventif


program pelayanan kesehatan obstetri untuk
optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui
serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama
kehamilan”
 Tujuan :

a. Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas


kesehatan
b. Mengupayakan kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang
dikandungnya
c. Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan
kehamilannya
d. Mengidentifikasi dan menatalaksana kehamilan risiko tinggi
secara umum dan khususnya preeklamsi-eklamsi
e. Memberikan edukasi untuk menjaga kualitas kehamilan
f. Menghindarkan masalah kesehatan yang dapat
membahayakan ibu dan hamil dan bayi yang dikandungnya.
 Pengamatan Dan Pemeriksaan Antenatal :

1. Perubahan fisiologis hormonal pada kehamilan.


2. Uji hormonal kehamilan
3. Perubahan anatomi dan fisiologi pada kehamilan
4. Jadwal kunjungan perawatan antenatal
5. Pemeriksaan rutin dan penelusuran penyulit selama
kehamilan
6. Pemantauan gejala dan tanda bahaya selama kehamilan
7. Pemantauan pada kunjungan berkala perawatan antenatal
8. Edukasi kesehatan bagi ibu hamil
9. Telaah faktor resiko untuk preeklamsi dan pertumbuhan
janin terhambat
PREEKLAMSI
&
PREEKLAMSI BERAT
 Definisi :
“Preeklamsi adalah timbulnya hipertensi
dapat disertai proteinuri akibat kehamilan,
setelah umur kehamilan 20 minggu sampai
berlangsung 3 bulan pasca persalinan”
 Anamnesis :

1. Usia hamil ≥ 20 minggu - 3 bulan pasca salin


2. Hipertensi
3. Tidak ada : kejang, penurunan kesadaran,
penglihatan kabur, nyeri kepala hebat, nyeri
ulu hati
 Pemeriksaan Fisik

1. Preeklamsi :
Diagnosis :
 Hipertensi
-sistolik: 140 - ≤160 mmHg
- diastolik 90- ≤ 110 mmHg)
 Proteinuri (≥300 mg/24 jam,
atau 1+dipstick)
2. Preeklamsi Berat :

 TD Sistolik ≥ 160 mmHg atau diastolik ≥ 110 mmHg.


 Proteinuri ≥ 2 g/24 jam atau ≥ 2 + : kualitatif (dipstick).
 Kreatinin serum > 1,2 mg%, oliguria (< 400 ml/24 jam).
 Trombosit < 100.000/mm³ .
 Angiolisis mikroangiopati (peningkatan kadar LDH).
 Peningkatan kadar enzim hati (SGOT dan SGPT).
 Sakit kepala yang menetap atau gangguan visus dan serebral.
 Nyeri epigastrium yang menetap.
 Pertumbuhan janin terhambat.
 Edema paru disertai sianosis.
 Adanya “HELP Syndrome”
 Diagnosa Banding

a. Hipertensi kronik: hipertensi pada ibu hamil yang sudah


ditemukan sebelum kehamilan atau yang ditemukan pada
umur kehamilan kurang dari 20 minggu dan yang menetap
setelah 12 minggu pasca persalinan
b. Preeklamsi/eklamsi atas dasar hipertensi kronis:
preeklamsi atau eklamsi pada pasien hipertensi kronik
c. Hipertensi gestasional: hipertensi dalam kehamilan
pada wanita yang tekanan darah sebelumnya normal dan
tidak mempunyai gejala hipertensi kronik atau
preeklamsi/eklamsi (tidak disertai proteinuri)
 Pemeriksaan Penunjang

a. Preeklamsi : urin lengkap


b. Preeklamsi Berat :
1. Pemeriksaan Hb, Ht, Lekosit, Trombosit, urin
lengkap.
2. Pemeriksaan elektrolit Na, K, Ca, dan Cl; kadar
glukosa, Urea N, Kreatinin, SGOT, SGPT, analisa
gas darah, asam urat darah.
3. Pemeriksaan KTG.
4. Pemeriksaan foto rontgen thoraks.
5. Pemeriksaan USG.
 Penatalaksanaan

1. Preeklamsi :
2. Preeklamsi Berat : Rawat bersama dengan
Departemen yang terkait (Penyakit Dalam,
Penyakit Saraf, Mata, Anestesi, dll).
A. Medikamentosa
 Infus larutan ringer laktat
 Pemberian obat :
1. MgSO4 : Pemberian melalui intravena secara kontinyu (infus
dengan infusion pump) :
a. Dosis awal :
4 gram MgSO4 (10 cc MgSO4 40%) dilarutkan kedalam 100 cc ringer
laktat, diberikan selama 15-20 menit. (Tetesan ± 50 gtt/menit)
b. Dosis pemeliharaan :
10 gram (25cc MgSO4 40%) dalam 500 cc cairan RL, diberikan
dengan kecepatan 1-2 gram/jam (20-30 tetes per menit)
2. Antihipertensi : diberikan terutama bila tekanan darah
mencapai :
 Sistolik ≥ 160 mmHg
 Diastolik ≥ 110 mmHg
Dapat diberikan : (Gawat Darurat)
 Nifedipin : 10 mg per oral
 Nikardipine : diberikan bila tekanan darah ≥ 180/110
mmHg
B. Penatalaksanaan Konservatif

1. Indikasi : preterm (<34 minggu) tanpa tanda-tanda impending


eklamsi dengan keadaan janin baik
2. Medisinal : Sama perawatan medisinal pengelolaan secara aktif.
3. Obstetrik :
 Selama perawatan konservatif, tindakan observasi dan evaluasi
sama seperti perawatan aktif.
 Bila setelah 2 kali 24 jam tidak ada perbaikan: kegagalan perawat
konservatif, dilakukan terminasi.
 Penyulit : Sindroma HELLP, gagal ginjal, gagal jantung, edema
paru, kelainan pembekuan darah.
 Konsultasi : Disiplin ilmu terkait.
 Perawatan Rumah Sakit.
 Izin Tindakan : Seksio sesarea, ekstraksi forsep, embryotomi.
 Lama Perawatan.
C. Pengelolaan Aktif

Bila didapatkan satu/lebih keadaan dibawah ini :


1. Ibu :
 Kehamilan > 34 minggu
 Adanya gejala impending eklamsi
 Gagal perawatan konservatif
2. Janin :
 Adanya tanda-tanda gawat janin
 Adanya tanda-tanda IUGR
3. Laboratorik :
 Adanya sindrom HELLP
D. Pengelolaan Obstetri
(Cara terminasi kehamilan)

I. Gravida :
1. Dilakukan induksi persalinan
2. SC sesuai indikasi Obstetri
II. Inpartu :
1. Persalinan diikuti dengan grafik Friedman.
2. Memperpendek kala II
3. SC jika kegawatan ibu dan gawat janin.
4. Skor bishop ≤ 6 : SC
5. Anestesia : disesuaikan dengan kemampuan
sarana kesehatan.
EKLAMSI
• Definisi :

“ Eklamsi adalah kelainan akut pada


preeklamsi atau preeklamsi berat, dalam
kehamilan, persalinan atau nifas yang
ditandai dengan timbulnya kejang dengan
atau tanpa penurunan kesadaran (gangguan
sistem saraf pusat) ”
 Diagnosis

“ Penderita preeklamsi disertai kejang”


 Anamnesis :

1. Umur kehamilan > 20 minggu


2. Hipertensi
3. Kejang
4. Penurunan kesadaran
5. Penglihatan kabur
6. Nyeri kepala hebat
7. Nyeri ulu hati
 Pemeriksaan Fisik

1. Kesadaran : somnolen sampai koma


2. Tanda vital : tekanan darah > 140/90 mmHg
3. Proteinuria minimal + 1
4. Penurunan kesadaran tanpa disertai kejang
5. Tetanus (-)
 Diagnosis Banding :

1. Epilepsi
2. Ensefalitis
3. Meningitis
4. Kejang karena kelainan SSP
 Pemeriksaan Penunjang (Bila Sarana &
Prasarana Tersedia) :

1. Pemeriksaan Hb, Ht, Lekosit, Trombosit, urin


lengkap, fungsi hati, fungsi ginjal.
2. Pemeriksaan foto rontgen throaks.
3. Pemeriksaan CT scan bila ada dugaan
perdarahan otak.
4. Punksi lumbal, bila ada indikasi.
5. Pemeriksaan elektrolit Na, K, Ca dan Cl; kadar
glukosa, Urea N, Kreatinin, SGOT, SGPT, analisa
gas darah, asam urat untuk mencari penyebab
kejang yang lain, atas indikasi.
6. Pemeriksaan USG, KTG.
 Terapi :

1. Pengobatan medisinal :
a. Infus larutan ringer laktat
b. Pemberian obat : MgSO4
Cara pemberian MgSO4 sama dengan preeklamsi berat
2. Perawatan pasien dengan serangan kejang :
a. Dirawat di kamar isolasi yang cukup terang.
b. Masukkan sudip lidah/mayo ke dalam mulut pasien.
c. Kepala direndahkan : daerah orofaring dihisap.
d. Fiksasi badan pada tempat tidur harus cukup longgar guna
menghindari faktur.
3. Diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada :
a. edema paru
b. payah jantung kongestif
4. Antihipertensi diberikan sesuai dengan preeklamsi berat
5. Kardiotonika :
 Indikasi pemberian kardiotonika ialah, bila ada tanda-tanda payah
jantung.
 Perawatan dilakukan bersama dengan Bagian Penyakit Jantung
6. Lain-lain :
 Obat-obat antipiretik
 Antibiotika
 Anti nyeri
 Pengobatan Obstetri :

 Sindroma HELLP
“Kumpulan gejala hemolysis, Elevated liver enzym
dan low Platelets yang merupakan gejala utama
dari sindroma ini.”
 Diagnosis laboratorium :

1. Hemolisis :
 adanya sel-sel spherocytes, schistocytes, triangular dan
sel Burr pada apus darah perifer
 kadar bilirubin total > 1,2 mg%
2. Kenaikan kadar enzim hati
 kadar SGOT > 70 IU/L
 kadar LDH > 600 IU/L
3. Trombosit < 100 x 10³/mm³
 Pengelolaan :

1. Atasi hipertensi dengan pemberian obat antihipertensi


2. Cegah terjadinya kejang dengan pemberian MgSO4
3. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
4. Pemberian transfusi trombosit apabila kadar trombosit
< 30.000/mm³ untuk mencegah pendarahan spontan
5. Kortikosteroid digunakan untuk pematangan paru
janin.
1. Dianjurkan persalinan pervaginam
2. Bila SC, trombosit > 50.000 mm³
3. Pervaginam, trombosit > 30.000 mm³
4. Pasang drain intraperitoneal, dianjurkan
untuk mengantisipasi adanya perdarahan
intraabdominal

Anda mungkin juga menyukai