Anda di halaman 1dari 34

Penyakit yang dapat

ditularkan melalui air dan


makanan ( DIARE, TYPHUS
ABDOMINALIS, DISENTRI)
Kelompok 2
M. CECENG LATIF PURNAMA
CEPI WIGENA
ANGGA MAULANA
PENYAKIT dIARE

Diare adalah suatu kondisi dimana


seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan
dapat berupa air saja dan frekuensinya
lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih
) dalam satu hari
ETIOLOGI DIARE
Diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi
atau proses peradangan pada usus yang secara
langsung mempengaruhi sekresi enterosit dan
fungsi absorbsi.
Infeksi diare disebabkan oleh :
1. Infeksi enteral
2. Infeksi bakteri
3. Infeksi virus
4. Infeksi bakteri
5. Infeksi parental
Masa inkubasi diare dan penyebarannya

masa inkubasi diare biasanya Penyebaran kuman yang


16-72 jam tergantung agent menyebabkan diare biasanya
menyebar melalui fecal oral,
yang menyebabkannya
antara lain melalui makanan
misalnya bakteri 16-72 jam, atau minuman yang
virus 4 sampai 48 jam dan tercemar tinja dan/atau
parasit biasanya lebih kontak langsung dengan tinja
panjang 1 sampai 3 minggu penderita
Jenis-jenis diare

1. Diare non inflamasi


2. Diare inflamasi
3. Diare kronik
Gejala penyakit diare dan diagnostik

Gejala umum Gejala spesifik Diagnostik


 Berak cair atau lembek  Vibrio cholera: diare  . Pemeriksaan tinja
dan sering adalah hebat, warna tinja Diperiksa dalam hal
gejala khas diare. seperti cucian beras volume, warna dan
 Muntah, biasanya dan berbau amis. konsistensinya serta
menyertai diare pada  Disentriform: tinja diteliti adanya mukus
gastroenteritis akut. berlendir dan darah
 Demam, dapat berdarah.  . Pemeriksaan darah
mendahului atau tidak Pemeriksaan analis gas
mendahului gejala darah, elektrolit,
diare. ureuum, kreatinin dan
 Gejala dehidrasi, yaitu berat jenis plasma
mata cekung,
ketegangan kulit
menurun, apatis
bahkan gelisah.
Pengobatan diare

Non Farmakologi Farmakologi


 Terapi Rehidrasi oral Selain menggunakan cara pengobatan
Rehidrasi adalah upaya menggantikan cairan nonfarmakologi, pengobatan diare
tubuh yang keluar bersama tinja dengan menggunakan obat-obatan seperti
cairan yang memadai seperti oral atau loperamida, defenoksilat, kaolin, karbon
parental. Cairan rehidrasi yang dipakai oleh adsorben, attapulgite, dioctahedral smectite,
masyarakat biasanya seperti air kelapa, air pemberian zink dan antimikroba sangat
susu ibu, air teh encer, air taji, air perasan diperlukan.
buah dan larutan garam dan gula.

 Oralit
Faktor yang berhubungan dengan
penyakit diare
 Tidak memadainya penyedian air bersih
 Air tercemar oleh tinja
 Kekurangan sarana kebersihan
 Pembuangan tinja yang tidak higienis
 Kebersihan perorangan dan lingkungan yang jelek
 Penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak
semestinya
 
Cara pencegahan

 Selalu menjaga kebersihan diri dan makanan,


 Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan serta setelah buang
air besar ataupun kecil,
 Hindari konsumsi makanan dan meminum air yang tidak masak
hingga matang,
 Menyimpan makanan di lemari pendingin dan tidak terlalu lama
membiarkan makanan tertinggal di bawah paparan sinar
matahari.
 Gunakan jamban ketika akan buang air besar
Gambaran epidemiologi diare
Penyakit typhus abdominalis

Thypus Abdominalis adalah penyakit infeksi akut


yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan
dengan gejala demam lebih dari satu minggu dan
terdapat gangguan kesadaran. Thypus abdominalis
adalah infeksi yang mengenai usus halus, disebarkan
dari kotoran ke mulut melalui makanan dan air
minum yang tercemar dan sering timbul dalam
wabah .
etiologi

Etiologi Typhus Abdominalis adalah bakteri


Salmonella. Bakteri Salmonella adalah bakteri gram
negatif, tidak berkapsul, mempunyai flagella dan
tidak membentuk spora. Bakteri ini dapat hidup
pada pembekuan selama beberapa minggu namun
mati pada pemanasan dengan suhu 54,4°C selama 1
jam dan 60°C selama 15 menit
Masa inkubasi typhus abdominalis dan
penularannya
 Masa inkubasi tergantung pada besarnya jumlah bakteri yang menginfeksi ;
masa inkubasi berlangsung dari 3 hari sampai dengan 1 bulan dengan rata-
rata 8-14 hari. Untuk Gastroenteris yang disebabkan oleh Paratifoid masa
inkubasi berkisar antara 1-10 hari.
 Penularan penyakit Tifus Abdominalis terjadi melalui makanan dan
minuman yang terkontaminasi urin/feces dari penderita tifus akut dan
dari para pembawa kuman/carrier. Penularan penyakit Tifus
Abdominalis terjadi melalui Finger, Files, Fomites, dan Fluids (Empat F) ke
makanan, minuman, buah dan sayuran yang sering dimakan tanpa
dicuci/dimasak.
Gejala typhus abdominalis

 Demam dengan panas yang makin lama makin tinggi, gejala ini biasanya terjadi pada minggu
kedua dan ketiga selam 7-10 hari dan baru turun perlahan-lahan pada minggu keempat.
 Selama demam tinggi penderita biasanya sering mengigau, dan ingatannya menurun atau tidak
dapat berfikir secara jelas.
 Hilangnya nafsu makan, sehingga menyebabkan badan terasa lemas dan berat badan
berkurang.
 Otot terasa nyeri.
 Buang air besar tidak teratur, sembelit dan diare.
 Sakit kepala yang hebat, menggigil dan keluar keringat dingin.
 Mual, muntah-muntah, dan perut terasa sakit.
 Batuk dan perdangan pada cabang tenggorokan.
 Timbul beberapa bercak kecil berwarna merah dadu di daerah dada dan perut.
Tanda typhus abdominalis

Minggu pertama Minggu kedua Minggu ketiga


 Awalnya mirip dengan  Panas tinggi, nadi relatif Jika tidak terjadi komplikasi,
demam atau influenza. lambat panas dan tanda-tanda
 Sakit kepala dan leher.  Mungkin terlihat bercak lainnya akan hilang
 Panas naik sedikit demi merah muda pada badan. perlahan-lahan.
sedikit setiapp hari  Badan
sampai 40 derajat atau menggigil/gemetar.
lebih.  Mengigau atau delirium
 Sering kali nadinya relatif (penderita tidak dapat
lambat dibandingkan berpikir dengan jelas),
tingginya panas. Lemah, berat badan
 Kadang-kadang terdapat menurun, tubuh
muntah, menceret atau kekurangan cairan.
sembelit.
Cara pengobatan typus abdominalis

 Perawatan
Pasien demam typhoid perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi, observasi dan
pengobatan. Pasien harus tirah baring sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang
lebih selama 14 hari.
 Diet
Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein. Bahan makanan tidak
boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang dan tidak menimbulkan gas. Susu 2
gelas sehari, bila kesadaran menurun diberikan makanan cair melalui sonde lambung. Jika
kesadaran dan nafsu makan baik dapat juga diberikan makanan lunak
obat anti mikroba yang sering digunakan untuk typhus :
1. Kloramfenikol
2. Tiamfenikol
3. Ko-trimoksazol (kombinasi dan sulfamitoksasol)
4. Mapicilin dan Amoksisilin
5. Fluorokinolon
Faktor-faktor yang berhungan dengan
penyakit typhus abdominalis
 ketersediaan air bersih
 teknik pencucian piring makan
 Keberadaan Salmonella typhi Pada Alat Makan
 Hygiene Perorangan
Cara pencegahan

 Penyediaan sumber air minum yang baik


 Penyediaan jamban yang sehat
 Sosialisasi budaya merebus air sampai mendidih sebelum diminum.
 Pembersihan lalat lalat dengan menghilangkan tempat berkembangbiakkan
dengan sistem pengumpulan dan pembuangan sampah yang baik.
 Pengawasan kepada para penjual makanan dan minuman.
Gambaran epidemiologi typus abdominalis
Riset kesehatan dasar ( Riskesdas ) 2007 tifoid klinis tersebar di seluruh kelompok umur dan merata pada umur dewasa. Prevalensi tifoid klinis banyak
ditemukan pada kelompok umur sekolah (5-14 tahu) yaitu 1,9%, terendah pada bayi yaitu 0,8%, dan relative tinggi pada wilayah pedesaan dibandingkan
perkotaan. Prevalensi tifoid ditemukan cenderung lebih tinggi pada kelompok umur deengan pendididkan rendah dan tingkat pengeluaran rumah tangga
per kapita rendah
Penyakit disentri

 Disentri basiler atau shigellosis merupakan diare akut yaitu penyakit yang
terjadi pada usus yang disebabkan oleh bakteri genus shigella.
 Secara umum gejala yang terjadi pada disentri basiler adalah diare, adanya
lendir dan darah dalam feses. Adanya darah dalam feses disebabkan karena
invasi bakteri Shigella sp pada dinding usus sehingga menyebabkan kerusakan
pada dinding usus. Selain itu penyakit ini dikarakterisasikan dengan
meningkatnya frekuensi buang air besar, sedikitnya volume feses, feses
lembek, terdapatnya darah dan lendir dalam feses, demam serta rasa nyeri.
Etiologi

 Disentri basiler atau Shigellosis disebabkan oleh bakteri genus Shigella.


Bakteri ini termasuk dalam famili Enterobacteriaceae dan merupakan bakteri
gram negatif yang berbentuk batang (basil). Selain itu bakteri ini bersifat
anaerob fakultatif, yang berarti dapat hidup tanpa atau dengan adanya
oksigen.
 Disentri basiler ditemukan di seluruh dunia. Disentri ini dapat terjadi di
daerah yang populasinya padat tetapi sanitasinya buruk. Penyebarannya
dapat terjadi melalui kontaminasi makanan atau minuman dengan kontak
langsung atau melalui vektor, misalnya lalat.
Masa inkubasi disentri dan
penyebarannya
 Masa inkubasi bervariasi dari 12 jam sampai 7 hari, tapi biasanya 2-4 hari; masa
inkubasi berbanding terbalik dengan beban bakteri. Penyakit ini menular selama orang
yang terinfeksi mengeluarkan organisme tersebut dalam tinja. pengeluaran bakteri
biasanya berhenti dalam waktu 4 minggu dan agent penyakit jarang dapat bertahan
selama berbulan-bulan.
 Shigellosis menyebar dengan cara transmisi fecal-oral. Cara penularan lain meliputi
konsumsi makanan yang terkontaminasi atau air, kontak dengan benda mati yang
terkontaminasi, dan kontak seksual. Vektor seperti lalat dapat menyebarkan penyakit
dengan fisik mengangkut kotoran yang terinfeksi
Gejala dan tanda disentri

 Sakit perut terutama sebelah kiri dan buang air besar encer secara terus-
menerus bercampur lendir dan darah.
 Muntah-muntah
 Sakit kepala
 Bentuk yang berat (fulminating cases) biasanya disebabkan oleh S.
dysentriae dengan gejalanya timbul mendadak dan berat, dan dapat
meninggal bila tidak cepat ditolong
Diagnosis disentri

 Tanda untuk diagnosis disenteri adalah BAB cair, sering dan disertai dengan
darah yang dapat dilihat dengan jelas. Di rumah sakit diharuskan pemeriksaan
feses untuk mengidentifikasi trofozoit amuba dan Giardia. Diagnosis disentri
dilakukan dengan mengambil sampel feses penderita, guna mengetahui
apakah disentri disebabkan oleh bakteri atau amoeba. Pemeriksaan lain akan
dilakukan bila disentri menyebabkan abses hati, diantaranya dengan
mengambil sampel darah atau USG perut, untuk melihat kondisi hati
Pengobatan disentri

Farmakologis
 bila telah terdiagnosis shigelosis pasien diobati dengan antibiotik.
 2. Pemakaian jangka pendek dengan dosis tunggal fluorokuinolon seperti siprofloksasin
atau makrolide azithromisin ternyata berhasil baik untuk pengobatan disentri basiler.
 3. Di negara-negara berkembang di mana terdapat kuman S.dysentriae.
 4. Untuk disentri amuba diberikan antibiotik metronidazole 500mg 3x sehari selama 3-5
hari
Pencegahan disentri

Higiene perorangan Sanitasi lingkungan


 mencuci tangan dengan sabun  pembuangan tinja yang memenuhi
 mengkonsumsi air minum yang telah syarat
di masak mendidih  menggunakan air minum dari air
 tidak memakan sayuran, daging dan yang bersih
ikan yang mentah atau pun yang  menutup dengan baik makanan dan
setengah matang minuman dari kemungkinan
 mencuci sayuran dengan bersih kontaminasi
 mencuci buah-buahan yang akan di
konsumsi
Gambaran epidemiologi disentri
 Kasus disentri juga terjadi di Indonesia, pada tahun 2015 penyakit disentri terjadi pelonjakan 18 kali,
KLB Diare yang tersebar di 11 provinsi, 18 kabupaten/kota, dengan jumlah penderita 1. 213 orang dan
kematian 30 orang (CFR 2,47%). Angka kesakitan nasional hasil Survei Morbiditas Diare tahun 2016 yakni
masih sebesar 214/1.000 penduduk, memperkirakan bahwa jumlah penderita disentri di fasilitas
kesehatan sebanyak 5.097.247 orang, sedangkan jumlah penderita diare yang dilaporkan ditangani di
fasilitas kesehatan sebanyak 4.017.861 orang atau 74,33% dan targetnya sebesar 5.405.235 atau 100% .
 Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas )tahun 2007 menunjukkan prevalens nasional diare (berdasarkan
diagnosis tenaga kesehatan dan keluhan responden) adalah 9%. Ada 14 provinsi yang prevalensinya di
atas prevalens nasional, tertinggi adalah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (18,9%) dan terendah
adalah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (4,2%). Distribusi berdasarkan kelompok umur, prevalens
diare tertinggi terdapat pada Balita sebesar 16,7%. Prevalens diare 13% lebih banyak terdapat di
daerah perdesaan dibandingkan dengan daerah perkotaan. Dalam hal mortalitas, penyebab kematian
karena diare dengan proporsi kematian untuk seluruh kelompok umur sebesar 3,5%, berada dalam
urutan 13 dari 22 penyebab kematian baik penyakit menular atau pun penyakit tidak menular. Jika
dikelompokkan berdasarkan kelompok penyakit menular maka proporsi kematian karena diare adalah
sebesar 13,2% yang berada pada urutan ke 4 dari 10 penyebab kematian. Penyebab kematian karena
diare tertinggi pada kelompok usia 29 hari - 11 bulan (31,4%) dan usia 1-4 tahun (25,2%).4 Selama
tahun 2008 dilaporkan telah terjadi KLB diare pada 15 provinsi dengan jumlah penderita sebanyak
8.443 orang, meninggal 209 orang (Case Fatality Rate/CFR = 2,48%).
Faktor-faktor yang berhungan dengan
penyakit typhus abdominalis
Menurut jurnal Universitas muhammadiyah Pontianak ada 4 kategori faktor yang
menyebabkan penyakit typhus abdominalis yaitu:
1. ketersediaan air bersih
2. teknik pencucian piring makan
3. Keberadaan Salmonella typhi Pada Alat Makan
4. Hygiene Perorangan
SEKIAN DARI
KAMI
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai