Penggunaan istilah diare sebenarnya lebih tepat daripada gastroenteritis karena istilah yang
disebut terakhir ini memberikan kesan seolah-olah penyakit ini hanya disebabkan oleh
infeksi, dan walaupun disebabkan oleh infeksi, lambung jarang mengalami peradangan.
Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan
untuk bayi berumur lebih dari satu bulan dan anak bila frekuensi lebih dari 3 kali.
gejala klinis mula-mula bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat,
nafsu makan berkurang atau tidak ada kemudian timbul diare.
Anamnesis
1. Waktu dan frekuensi diare
Diare pada malam hari sepanjang hari selalu menunjukan penyakit organic.
Perasaan ingin buang air besar yang tidak bisa ditahan merupakan kunci penting
bagi petunjuk kearah penyakit inflamasi. Diare yang timbul akut terus berlanjut
menjadi kronik dengan riwayat berpergian mengingatkan pada diare pada turis
traveler diarea atau sprue tropis. Diare dengan frekuensi 3-4 kali sehari dan terjadi
pagi hari menunjukan sindrom usus iriatif.1
2. Bentuk tinja
Bila terdapat minyak dalam tinja menunjukan insufisiensi pancreas. Tinja pucat
(steatorea) menandakan kelainan di proksimal ileosekal. Diare seperti air biasa
terjadi akibat kelainan pada semua tingkat dari system pencernaan terutama usus
halus. Adanya makanan yang tidak tercerna adaalah manifestasi dari kontak yang
terlalu cepat antara tinja dan dinding usus. Bau asam menunjukan penyerapan
karbohidrat yang tidak sempurna. Harus dibedakan anatara perdarahan yang
disertai diare dengan perdrahan yang menyertai tinja normal. Pada kolitis infeksi
dan kolitis ulserosa perdarahan disertai dengan diare, sedangkan perdarahan yang
menyertai tinja normal terdapar pada keganasan, polip, hemoroid, dan fissura ani.
3. Nyeri abdomen dan keluhan lain yang menyertai diare
Nyeri abdomen ini merupakan kelainan tak khas, karena dapat terjadi pada
kelainan organik maupun non organik. Pada penyakit organik, lokasi rasa sakit
menetap sedangkan pada diare psikogenik nyerinya dapat berubah ubah baik
tempat maupun penyebarannya. Nyeri abdomen yang disebabkan kelainan usus
kecil berlokasi disekitar pusat, dan kolik yang iakibatkan kelaian usus besar,
letaknya suprapubik. Nyeri terus menerus menandakan ulserasi yang berat pada
usus atau adanya komplikasi abses. Demam sering menyertai infeksi atau
keganasan. Mual dan muntah dapat juga menunjukan infeksi.
4. Obat
Banyak macam obat mengakibatkan diare, seperti laksan, antasida, diuretik,
bahkan neomisin. Penghentian obat beberapa hari dapat dicoba untuk membantu
menegakan diagnosis. Bila diare berhenti dengan dihentikannya obat, maka
kemungkinan besar diare disebabkan oleh obat tersebut.
5. Makanan
Diare dan mual yang menyertai minum susu menunjukkan dugaan kuat terhadap
intoleransi lactose dan sindrom usus iriatif. Pada pada pasien dengan riwayat diare
terhadap makanan tertentu biasanya mempunyai riwayat alergi dalam keluarganya
atau manifestasi alergi lain seperti asma.
6. Lain-lain
Anamnesis diare berupa air yang sangat hebat tanpa gejala yang jelas ke arah
infeksi dapat dikarenakan antara lain tumor endokrin penyebab diare yaitu
karsinoma meduler tiroid dan diare hormonal yang lain misalnya fipoma, sindrom
karsinoid atau kecanduan obat-obat pencahar.
Pemeriksaan :
Pemeriksaan fisik :
a) Tanda-tanda vital
Suhu badan mengalami peningkatan, nadi menjadi cepat dan lemah,t ekanan darah
menurun
b) Antropometri
Pemeriksaan antropometri meliputi berat badan, Tinggi badan, Lingkaran kepala,
lingkar lengan, dan lingkar perut. Pada anak dengan diare mengalami penurunan
berat badan
c)
Pencernaan
Ditemukan gejala mual dan muntah, mukosa bibir dan mulut kering, peristaltik usus
meningkat, anoreksia, BAB lebih 3 x dengan konsistensi encer
d)
Integumen
lecet pada sekitar anus, kulit teraba hangat, turgor kulit jelek, mata cekung.
Pemeriksaan laboratorium :
Pemeriksaan Tinja
Pemeriksaan tinja selalu penting,mula-mula di perhatikan apakah bentuknya
cair, setenah padat,atau bercampur darah,lendir.Harus segera di periksa apakah
ada amoeba,cacing/telur,leukosit, dan eritrosit.adanya gelembung lemak
sertai
tes
reduksi
positif
menunjukan
adanya
intoleransi
Dysentri
Sindrom desentri terdiri dari kumpulan gejala diare dengan darah dan lendir dalam feses dan
adanya tenesmus.Diare berdarah dapat disebabkan oleh kelompok penyebab diare,seperti
oleh infeksi virus, bakteri, parasit, Intoleransi laktosa, alergi protein susu sapi. Tetapi
sebagian besar disentri disebabkan oleh infeksi.Penularannya secara fecal oral kontak dan
orang ke orang atau kontak orang dengan alat rumah tangga. penyebab utama disentri adalah
Shigella, Salmonela, compylobacter jejui, Escherichia ( E. Coli) , dan Entamoeba histolytica.
Disentri berat ummunya disebabkan oleh shigellia dysentery, kadang-kadang dapat juga
disebabkan oleh shigella flexneri, salmonella dan enteroinvasl v.e.E.coli ( EIEC).5
Infeksi ini menyebar melalui makanan dan air yang terkontaminasi dan biasanya terjadi pada
daerah dengan sanitasi dan higiene perorangan yang buruk Diare pada disentri umumnya
diawali oleh diare cair, kemudian pada hari kedua atau ketiga baru muncul darah, dengan
maupun tanda lendir, sakit perut yang diikuti munculnya tenesmus panas disertai hilangnya
nafsu makan dan badan terasa lemah.Pada saat tenesmus terjadi, pada kebanyakan penderita
akan mengalami penurunan volume diarenya dan mungkin feses hanya berupa darah dan
lendir. Gejala Infeksi saluran napas akut dapat menyertai disentri. Dissentri dapat
menimbulkan dehidrasi,dari yang ringan sampai dengan dehidrasi berat walaupun
kejadiannya lebih jarang jika dibandingkan dengan diare cair akut, Komplikasi disentri dapat
terjadi lokal di saluran cema maupun sistemik.
Diare persisten
Adalah diare yang mula-mula bersifat akut tapi berlangsung selama 14 hari. Episode ini
dimulai sebagai diare cair atau disentri. Kehilangan berat badan yang nyata sering terjadi.
Volume tinja dalam jumlah banyak sehingga ada resiko dehidrasi. Penyebab : E. coli, Shigella
dan Cryptosporidium. Diare persisten berbeda dengan diare kronik, yakni diare intermitten
(hilang-timbul), atau yang berlangsung lama dengan penyebab non infeksi, seperti penyakit
sensitive terhadap gluten atau gangguan metabolisme yang menurun.
Etiologi :
Etiologi diare dapat dibagi beberapa faktor, yaitu :
1. Faktor infeksi
Infeksi enternal yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak. Infeksi enternal ini meliputi :
Infeksi bakteri (10-20%): vibrio, E.coli, salmonella, shigella,
homonis
Jamur : candida albicans
2. Infeksi parenteral yaitu infitits infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan
seperti otitis mdia akut, tonsilofaringitis, bronkopnemonia, ensefalitis. Keadaan
teruta pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.3
3. Faktor malabsorbsi :
Malabsorbsi Karbohidrat (Gula). Malabsorbsi karbohidrat atau gula
adalah ketidakmampuan untuk mencerna dan menyerap (absorb) gulagula. Malabsorbsi gula-gula yang paling dikenal terjadi dengan
kekurangan lactase (juga dikenal sebagai intoleransi lactose atau susu)
dimana produk-produk susu yang mengandung gula susu, lactose,
Epidemiologi
Setiap tahun diperikirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia dengan 3,3 juta kasus
kematian sebagai akibatnya.4 Diperkirakan angka kejadian di negara berkembang berkisar 3,5
7 episode per anak pertahun dalam 2 tahun pertama kehidupan dan 2 5 episode per anak
per tahun dalam 5 tahun pertama kehidupan. Hasil survei oleh Depkes. diperoleh angka
kesakitan diare tahun 2000 sebesar 301 per 1000 penduduk angka ini meningkat bila
dibanding survei pada tahun 1996 sebesar 280 per 1000 penduduk. Diare masih merupakan
penyebab utama kematian bayi dan balita. Hasil Surkesnas 2001 didapat proporsi kematian
bayi 9,4% dengan peringkat 3 dan proporsi kematian balita 13,2% dengan peringkat 2. Diare
pada anak merupakan penyakit yang mahal yang berhubungan secara langsung atau tidak
terdapat pembiayaan dalam masyarakat. Biaya untuk infeksi rotavirus ditaksir lebih dari 6,3
juta poundsterling setiap tahunya di Inggris dan 352 juta dollar di Amerika Serikat.
Patofisisologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah :
Masuknya jasad renik yang msih hidup kedalam usus halus setelah
Ada beberapa mekanisme patofisiologis yang terjadi, sesuai dengan penyebab diare. Virus
dapat secara langsung merusak villi usus halus sehingga mengurangi luas permukaan usus
halus dan mempengaruhi mekanisme enzimatik yang mengakibatkan terhambatnya
perkembangan normal villi enterocytes dari usus kecil dan perubahan dalam struktur dan
fungsi epitel. Perubahan ini menyebabkan malabsorbsi dan motilitas abnormal dari usus
selama infeksi rotavirus.5
Bakteri mengakibatkan diare melalui beberapa mekanisme yang berbeda. Bakteri non
invasive (vibrio cholera, E.coli patogen) masuk dan dapat melekat pada usus, berkembang
dan kemudian akan mengeluarkan enzim mucinase (mencairkan lapisan lendir), kemudian
bakteri akan masuk ke membran, dan mengeluarkan sub unit A dan B, lalu mengeluarkan
cAMP yang akan merangsang sekresi cairan usus dan menghambat absorpsi tanpa
menimbulkan kerusakan sel epitel. Tekanan usus akan meningkat, dinding usus teregang,
kemudian terjadilah diare.
Bakteri invasive (salmonella spp, shigella sp, E.coli invasive, campylobacter) mengakibatkan
ulserasi mukosa dan pembentukan abses yang diikuti oleh respon inflamasi. Toksin bakteri
dapat mempengaruhi proses selular baik di dalam usus maupun di luar usus. Enterotoksin
Escherichia coli yang tahan panas akan mengaktifkan adenilat siklase, sedangkan toksin yang
tidak tahan panas mengaktifkan guanilat siklase.6
Gejala klinis :
Awalnya anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan
berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja makin cair, mungkin mengandung
lendir, warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu. Anus dan
sekitarnya lecet karena tinja menjadi asam. Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan/atau
sesudah diare. Bila telah banyak kehilangan air dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi.
Berat badan turun. Pada bayi, ubun-ubun besar cekung. Tonus dan turgor kulit berkurang.
Selaput lendir mulut dan bibir kering.3
Tentukan status hidrasi : pasien anak-anak juga bisa datang dalam keadaan kurang cairan,
disertai takikardi dan hipotensi postural, sehingga membutuhkan cairan salin intravena.
Pada umumnya demam merupakan tanda penyakit infeksi, namun bisa juga didapatkan pada
kolitis yang berat. Penanda penyakit kronis (clubbing, koilonikia, leukonikia, ulkus di mulut,
penurunan berat badan) bisa ditemukan pada penyakit inflamasi usus kronis. Bisa ditemukan
nyeri abdomen nonspesifik. Sigmoidoskopi dan biopsi rectal bisa membantu
Derajat Dehidrasi7
Tanpa
Dehidrasi
Keadaan
Umum
Mulut/
Mata
Lidah
Baik, Sadar
Normal
Basah
Kering
-Sedang
Letargik,
Dehidrasi Berat Kesadaran
Gejala
Rasa Haus
Kulit
Sangat
cekung dan
Menurun
kering
Rotavirus
Shigella
Haus
cepat
Tampak
Kembali
Kehausan
lambat
tidak
bisa minum
Salmonella
klinik
Estimasi
def. cairan
Dicubit
Sangat Sulit,
kering
turun
BB
Minum
Dehidrasi
Ringan
<5
50 %
5 10 50100 %
Kembali
sangat
>10
>100 %
lambat
.coli E
entero
entero
coli cholera
Mual
Sering
jarang
sering
sigenik
+
invasif
-
sering
muntah
Panas
Nyeri perut
+
Tenesmus
++
Tenesmus
++
Tenesmus
Kadang
++
Tenesmus
Kolik
kolik
kolik
kolik
Gejala lain
Sering
Pusing
distensi
,dapat
abdomen
kejang
Hipotensi
ada
Pusing
bakterimia
toksemia
sistemik
Sifat tinja
Volume
frekuensi
Sedang
5-10 kali
Sedikit
>10kali
Sedikit
Sering
Banyak
Sering
Sedikit
Sering
Banyak
Terus-menerus
Konsistens
Cair
Lembek
Lembek
Cair
Lembek
Cair
i
Darah
Bau
Warna
Kuning
Sering
Merah
Kadang
Busuk
Hijau
Tdk spesifik
Tdk
+
Merah
Leukosit
Sifat lain
hijau
anoreksia
hijau
+
kejang
+
sepsis
berwarna
Meteorismu
hijau
Infeksi
sistemik
Amis
Seperti
beras
-
Komplikasi :
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai
macam komplikasi seperti :
pada elektrokardiogram).
Hipoglikemi
Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan
Penatalaksanaan :
cucian
Aspek paling penting dari terapi diare adalah untuk menjaga hidrasi yang
adekuat dan keseimbangan elektrolit selama episode akut. Ini dilakukan
dengan rehidrasi oral, dimana harus dilakukan pada semua pasien kecuali yang
tidak dapat minum atau yang terkena diare hebat yang memerlukan hidrasi
intavena yang membahayakan jiwa. Idealnya, cairan rehidrasi oral harus terdiri
dari 3,5 g Natrium klorida, dan 2,5 g Natrium bikarbonat, 1,5 g kalium
klorida, dan 20 g glukosa per liter air. Cairan seperti itu tersedia secara
komersial dalam paket-paket yang mudah disiapkan dengan mencampurkan
dengan air. Jika sediaan secara komersial tidak ada, cairan rehidrasi oral
pengganti dapat dibuat dengan menambahkan sendok teh garam, sendok
teh baking soda, dan 2 4 sendok makan gula per liter air. Dua pisang atau 1
cangkir jus jeruk diberikan untuk mengganti kalium. Pasien harus minum
cairan tersebut sebanyak mungkin sejak mereka merasa haus pertama kalinya.
Jika terapi intra vena diperlukan, cairan normotonik seperti cairan saline
normal atau laktat Ringer harus diberikan dengan suplementasi kalium
sebagaimana panduan kimia darah. Status hidrasi harus dimonitor dengan baik
dengan memperhatikan tanda-tanda vital, pernapasan, dan urin, dan
penyesuaian infus jika diperlukan. Pemberian harus diubah ke cairan rehidrasi
oral sesegera mungkin.
Mengobati kausa Diare
Tidak ada bukti klinis dari anti diare dan anti motilitis dari beberapa uji klinis.Obat anti diare
hanya simtomatis bukan spesifik untuk mengobati kausa, tidak memperbaiki kehilangan air
dan elektrolit serta menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan. Antibiotik yang tidak
diserap usus seperti streptomisin, neomisin, hidroksikuinolon dan sulfonamid dapat
memperberat yang resisten dan menyebabkan malabsorpsi. Sebagian besar kasus diare tidak
memerlukan pengobatan dengan antibiotika oleh karena pada umumnya sembuh sendiri (self
limiting).Antibiotik hanya diperlukan pada sebagian kecil penderita diare misalnya kholera
shigella, karena penyebab terbesar dari diare pada anak adalah virus (Rotavirus). Kecuali
pada bayi berusia di bawah 2 bulan karena potensi terjadinya sepsis oleh karena bakteri
mudah mengadakan translokasi kedalam sirkulasi, atau pada anak/bayi yang menunjukkan
secara klinis gajala yang berat serta berulang atau menunjukkan gejala diare dengan darah
dan lendir yang jelas atau segala sepsis. Anti motilitis seperti difenosilat dan loperamid dapat
Kolera :
Shigella :
Trimetroprim 5-10mg/kg/hari
Sulfametoksasol 25mg/kg/hari Diabgi 2 dosis (5 hari)
Asam Nalidiksat : 55mg/kg/hari dibagi 4 (5 hari)
Amebiasis:
Giardiasis :
untuk
selalu
mencuci
tangan
sebelum
menyentuh
makanan.
penyerta/komplikasi yang terjadi.Jika diarenya segera di tangani sesuai dengan kondisi umum
pasien maka kemungkinan pasien dapat sembuh.Yang paling penting adalah mencegah
terjadinya dehidrasi dan syok karena dapat berakibat fatal.jika terdapat penyakit penyerta
yang memberatkan keadaan pasien maka perlu di lakukan pengobatan terhadap penyakitnya
selain penanganan terhadap diare.10Oleh karna itu perlu di lakukan diagnosa pasti
berdasarkan pemeriksaan penunjang lain yang membantu, sehingga dapat di lakukan
penanganan yang tepat sesuai Penyebab/kausal dari diare yang di alaminya
Kesimpulan :
1.
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali per
hari, disertai dengan perubahan konsitensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa
2.
4.
Daftar pustaka
1. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Ilmu kebidanan. Edisi 3; jilid III.
Jakarta: P.T. Gramedia. 2004. Hal 630-40.
2. Norasid H,Surratmadja S, Asnil PO. Gastroenteritis (Diare ) akut dalam:
Gastroenterologi anak praktis, Ed Suharyono, Aswitha B,EM Halimun : edisi ke2
Jakarta 2005: Balai penerbit FK-UI hal 51-76
3. Hassan R, Alatas H. Ilmu kesehatan anak. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.2000.
hal 283-7
4. Irwanto,Roim A, Sudarmo SM.Diare akut anak dalam ilmu penyakit anak diagnosa
dan penatalaksanaan ,Ed Soegijanto S : edisi ke 1 jakarta 2004 : Salemba Medika hal
73-103
5. Nelson WE, Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM. Nelson textbook of pediatrics.
Edisi 15; Vol. 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2000. Hal 1339-58
6. Juffire M, Sri Supar dkk. Buku ajar Gastroenterologi-Hepatologi. UKK GastroHepatologi IDAI. 2011
7.
Diare pada Anak. [ update 2011 mar 10, citied 2011 mar 20.00 WIB] Available From:
http://www.docstoc.com/docs/36661392/Diare-pada-anak
8. Panduan Pelayanan medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak. RSUP Nasional DR.
Cipto Mangunkusumo. Jakarta. 2007
9. Dwipoerwantoro PG.Pengembangan rehidrasi perenteral pada tatalaksana diare akut
dalam kumpulan makalah Kongres Nasional II BKGAI Juli 2008
10. Hegar B, Kadim M. Tatalaksana diare akut pada anak dalam Majalah kesehatan
Kedokteran indonsia Vol 1 No 06,2006
eses adalah produk limbah pencernaan. Warna feces normalnya disebabkan oleh kehadiran
dari empedu, terutama, bilirubin dalam empedu. Bilirubin dibentuk dari hemoglobin setelah
hemoglobin dilepas dari sel-sel darah merah sewaktu penghancuran mereka, bagian dari proses
yang normal dari penggantian sel-sel darah merah dalam darah. Hemoglobin yang dilepaskan di
modifikasi secara kimia dan dikeluarkan dari tubuh oleh hati. Di dalam hati hemoglobin yang
dirubah secara kimia (disebut bilirubin) dilekatkan pada kimia-kimia lain dan dikeluarkan dari selsel hati kedalam empedu. Tergantung pada konsentrasi dari bilirubin, empedu dapat bervariasi dari
hampir hitam ke kuning muda dalam warnanya. Campuran makanan dengan empedu dari hati dan
enzim pencernaan dari protein yang memungkinkan pankreas, karbohidrat, dan lemak yang
terdapat di dalam makanan akan dipecah untuk membentuk slurry (bubur). Campuran cairan ini
melewati usus kecil di mana nutrisi yang diserap ke dalam aliran darah dan limbah cair dikirim ke
usus besar. Dalam usus besar, air yang diserap dan tinja terbentuk. Tinja yang normal
mengandung bakteri, makanan yang dicerna, selulosa dari bahan tanaman tercerna, dan empedu.
Warna feses yang normal dapat berkisar dari cokelat muda sampai coklat gelap menjadi hijau.
Seringkali warna feses dipengaruhi oleh apa yang telah dimakan, dan mungkin tidak menandakan
penyakit apapun. Namun sebaliknya ada kemungkinan bahwa warna tinja dapat memberikan
petunjuk penting adanya penyakit di dalam tubuh.
Jika kotoran anda berwarna cokelat, hal ini berarti merupakan pertanda bagus bahwa anda
sedang dalam kondisi yang relatif sehat dan tidak mempunyai masalah dalam produksi cairan
empedu atau bilirubin. Sedangkan jika kotoran anda sedikit berbeda dengan warna kotoran pada
umumnya bisa jadi ini adalah tanda anda sedang mengalami masalah kesehatan. Berikut beberapa
warna kotoran manusia dan penyebabnya.
Kotoran berwarna hijau terutama disebabkan karena waktu transit kotoran yang sangat singkat di
usus. Hal ini akan menyebabkan proses pewarnaan kotoran menjadi sangat singkat dan
menghasilkan kotoran dengan warna kehijauan. Dalam kondisi ini, Anda bisa mengalami diare bila
kondisi terus menerus dibiarkan. Selain itu, kotoran berwarna hijau juga bisa jadi merupakan
indikator dari beberapa jenis infeksi bakteri, karena peradangan pada usus juga menyebabkan
waktu transit kotoran menjadi singkat. Kotoran berwarna hijau ini juga bisa jadi diakibatkan karena
gaya hidup anda yang memang seorang vegetarian. Karena zat klorofil yang terkandung dalam
daun tidak dapat tercerna dan akan ikut terbawa bersama kotoran.
2. Kuning
Kotoran berwarna kuning berarti terdapat banyak kandungan lemak dalam tinja anda. Dan hal
ini bukanlah merupakan pertanda yang baik. Cobalah sedikit demi sedikit untuk mengubah pola
makan tinggi lemak anda. Selain itu, kotoran warna kuning juga akan memiliki aroma dan bau yang
sangat kuat, yang akan membuat waktu buang air besar anda menjadi saat-saat yang tidak
nyaman.
3. Merah
Jika anda melihat kotoran anda berwarna merah, ini bisa menjadi pertanda adanya perdarahan
internal pada usus atau daerah sekitar rektum atau anus anda. Namun anda jangan keburu
khawatir, karena kotoran warna merah ini bisa juga diakibatkan hanya karena anda baru saja
konsumsi makanan atau minuman berwarna. Selain itu, walaupun sangat jarang terjadi, hal ini bisa
juga diakibatkan karena kelebihan produksi cairan empedu sehingga menyebabkan diare yang
sangat hebat dan menyebabkan saluran pencernaan anda mengalami pendarahan.
4. Hitam
Warna kotoran yang kehitaman bisa jadi diakibatkan karena pendarahan yang terjadi pada
lambung atau tenggorokan. Walaupun pendarahan biasanya menyebabkan warna kotoran anda
menjadi
merah, namun
pendarahan
pada
organ
lambung
atau
tenggorokan
anda
akan
menghasilkan warna kotoran yang hitam. Hal ini dikarenakan darah akan mengalami proses
oksidasi ketika melewati cairan asam lambung dan menghasilkan warna kehitaman.
Warna kotoran yang kehitaman bisa jadi diakibatkan karena pendarahan yang terjadi pada
lambung atau tenggorokan. Walaupun pendarahan biasanya menyebabkan warna kotoran anda
menjadi
merah, namun
pendarahan
pada
organ
lambung
atau
tenggorokan
anda
akan
menghasilkan warna kotoran yang hitam. Hal ini dikarenakan darah akan mengalami proses
oksidasi ketika melewati cairan asam lambung dan menghasilkan warna kehitaman.
* Bisa jadi bayi terlalu banyak minum susu dan kurang mendapat makanan padat serta
kurang minum air putih.
* Kurang serat/kurang mengonsumsi sayuran atau buah-buahan.
Cara mengatasinya, penyebab pertama bisa diatasi dengan mengurangi asupan susu
formula pada bayi dan menggantikannnya dengan memperbanyak asupan makanan
padat sesuai usianya. Sementara yang kedua, tentu bayi harus lebih banyak diberi
makan buah-buahan, sayuran, dan tak lupa banyak minum air putih. Bila kondisi ini
tidak mengalami perbaikan, amat bijak bila si kecil diperiksakan ke dokter
2.
Bayi usia 5-21 hari tidak buang air besar dalam 24 jam
3.
Tinja bayi berwarna coklat, jarang buang air besar, atau tinja sedikit
Selain mengamati asupan bayi, memantau frekuensi buang air besar dan jumlah tinja
merupakan cara untuk menilai bilamana bayi mendapatkan cukup ASI. Jumlah tinja bayi
seharusnya meningkat setidaknya pada hari kelima dengan frekuensi buang air besar 23 kali setiap hari. Bahkan beberapa bayi buang air besar setiap selesai menyusu dan ini
bukan berarti bayi menderita diare.
Diare adalah kondisi perubahan frekuensi buang air besar secara mendadak dengan
jumlah tinja lebih banyak dan dalam bentuk yang sangat cair. Terus berikan ASI dan
perbanyak asupannya untuk mencegah dehidrasi atau kekurangan cairan pada bayi.
Perhatikan tanda-tanda dehidrasi berikut ini:
Mata kering, bayi menangis tanpa mengeluarkan air mata atau hanya sedikit;
Air seni berwarna gelap, keluar sedikit atau tidak keluar sama sekali;
Ketika kulit dicubit dengan dua jari kulit sulit kembali ke bentuk asal.
Segera hubungi tenaga atau fasilitas kesehatan bila menemukan tanda dehidrasi, diare
yang disertai dengan darah, kejang, nafas cepat dan dangkal, muntah terus-menerus,
panas tinggi di atas 38,5C yang tidak berkurang dalam 2 hari, diare berlangsung lebih
dari 14 hari, atau bayi tampak kesakitan atau kolik. Bayi yang kesakitan akan menangis
kuat sambil menekuk kaki, gelisah serta berkeringat.
Usia 2-6 Bulan
Frekuensi buang air besar setiap bayi berbeda-beda. Secara umum frekuensi buang air
besar bayi akan semakin berkurang seiring pertambahan usianya karena usus telah
berkembang lebih sempurna dan dapat menyerap ASI lebih baik. Memasuki bulan
kedua, beberapa bayi ASIX mendadak mengubah frekuensi buang air besar mereka dari
sering menjadi sekali dalam tiga hari. Bahkan ada bayi yang tidak buang air besar
selama 20 hari atau lebih. Selama bayi sehat dan bentuk tinja wajar maka hal tidak
menjadi masalah. Memang bayi ASIX lebih jarang mengalami sembelit atau konstipasi
karena nutrisi ASI mudah dicerna dan diserap oleh tubuh serta mengandung zat laksatif
yang dapat mengencerkan tinja.
Setelah Bulan Keenam
Setelah bayi mendapat Makanan Pendamping ASI (MPASI) biasanya frekuensi buang
air besar, bentuk dan jumlah tinja akan berubah tergantung dari asupan makanannya.
Jika tinja bayi keras hingga saat buang air besar ia mengalami kesulitan, rasa nyeri, atau
bahkan luka anus yang berdarah, hal ini dinamakan sembelit. Tambahkan cairan, buah,
dan serat ke dalam makanannya. Sembelit yang disebabkan oleh diet makan yang tidak
seimbang akan hilang dengan sendirinya. Segera hubungi tenaga kesehatan apabila
sembelit disertai dengan sakit perut hebat atau muntah.
Sumber:
Pujiarto, Purnamawati S. 2008. Q&A Smart Parents for Healthy Children. Jakarta:
Intisari.
Suririnah. 2009. Buku Pintar Merawat Bayi 0-24 Bulan. Jakarta: Gramedia.