Anda di halaman 1dari 25

Seorang perempuan 28 tahun datang ke PUSKESMAS PONED dengan keluhan mual

muntah hebat terutama pagi hari sejak satu minggu yang lalu,dan mengeluarkan darah
pervaginam sedikit sedikit.Pasien badannya lemah sampai tidak dapat beraktivitas.Pasien
sudah memilki 1 anak hidup berumur 12 bulan,dan tidak memberikan ASI.Pasien memakai
KB metode pil sejak anak berusia 6 bulan,namun minum obat KB tidak disiplin.Sudah 3
tahun ini pasien mengkonsumsi rokok dan alkohol.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah = 90/60 mmHg,denyut nadi
100x/menit,frekuensi napas 24x/menit, suhu tubuh 36,6 C,conjungtiva pucat,mulut kering
dan turgor kulit menrun.fundus uteri terba 1 cm diatas simfisis.Pada pemeriksaan inspekulo
tampak portio livid dan ostium uteri eksternum tertutup serta keluar darah segar.Pada vagina
toucher : uterus terbab sebesar telur angsa,tidak nyeri tekan,sarung tangan lendir darah
(+).Pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb = 6mg.dl.Dokter tersebut menyarankan agar
penderita dirawat inap untuk memperbaiki keadaan umum dan menjalani pemeriksaan
ultrasonografi
1.Darah per vaginam : darah yang keluar melalu vagina
2.Vaginal toucher :pemeriksaan memasukka jari tengah dan telunjuk ke dalam vagina.Tindakan
pembuaan cervix,pnipisan cervix,penurunan bagian terbawah janin,keadaan panggul,kelainan pada
jalan lahir.
3.Pemeriksaan inspekulo : pemeriksaan ginekologi dengan menggunakan spekulum,melihat OUE dan
cervix bagian portio .juga bisa meihat asal dari perdarahan (biasanya yang sudah pernah kortus)
4.Turgor kulit : penurunan kekenyalan kulit biasanya karena dehidrasi.
5.Portio livid : vaginalis servicis (menonjol ke arah vagina) perubahan warna pada portio yang
berubah menjadi biru kehitaman
6.Pil kb : pil untuk mencegah kehamulan mengandung esterogen ,progesteron
7.Poned : yang punya fasilitas kemampuan memadai untuk kegawat daruratan
8. USG : teknik diagnosis menggunakan geloang ultrasonik

Jump 2
1.mengapa keluar darah per vagina?
2.muncu gejala mual muntah
3.hasil pemeriksaan seperti di skenario
4.efek pasien tidak minum pil kb secara disiplin

5.Efek keniasaan pasien merokok dan minum alkohol


6.Korelasi tidak memberi asi dengan gejala
7.Mengapa dokter menyarankan pemeriksaan lab,rawat inap,usg
8.Intrepertasi pemeriksaan usg pada pasien
9.Kelahiran anak sebelumnya dengan gejala
10.Hub usia dengan gejala
Jump 3
1 Anatomi ,fisiologi organ reproduksi pada wanita
2.Perubahan fisiologi pada kehamilan
3.Anamnesis
4.Diagnosis
5.Penatalaksanaan

Jump 4
Anatomi dan fisiologi
Organ reproduksi wanita terdiri Organ reproduksi eksterna dan interna
Organ reproduksi interna wanita terdiri dari Ovarium,Tuba uterina,Uterus,Vagina.
Ovarium
Ovarium (indung telur) berjumlah sepasang, berbentuk oval terletak pada fossa ovarica. Umumnya
setiap ovarium menghasilkan ovum setiap 28 hari. Ovum yang dihasilkan ovarium akan bergerak ke
saluran reproduksi.
Fungsi ovarium yakni menghasilkan ovum (sel telur) serta hormon estrogen dan progesteron.
Tuba Uterina/Oviduk/Tuba fallopi. Bagian pangkal oviduk berbentuk corong yang disebut
infundibulum. Pada infundibulum terdapat jumbai-jumbai (fimbrae). Fimbrae berfungsi menangkap
ovum yang dilepaskan oleh ovarium. Ovum yang ditangkap oleh infundibulum akan masuk ke
oviduk. Oviduk berfungsi untuk menyalurkan ovum dari ovarium menuju uterus.
Uterus
Uterus atau rahim merupakan rongga pertemuan oviduk kanan dan kiri yang berbentuk seperti buah
pir dan bagian bawahnya mengecil yang disebut serviks (leher rahim). Uterus berfungsi sebagai
tempat perkembangan zigot apabila terjadi fertilisasi. Uterus terdiri dari lapisan
endometrium,perimetrium,myometrium. Lapisan endometrium (dinding rahim) tersusun dari sel-sel
epitel dan membatasi uterus. Lapisan endometrium menghasilkan banyak lendir dan pembuluh darah.
Lapisan endometrium akan menebal pada saat ovulasi (pelepasan ovum dari ovarium) dan akan
meluruh pada saat menstruasi.
Vagina
Vagina bermuara pada vulva. Vagina memiliki dinding yang berlipat-lipat dengan bagian terluar
berupa selaput berlendir, bagian tengah berupa lapisan otot dan bagian terdalam berupa jaringan ikat
berserat. Selaput berlendir (membran mukosa) menghasilkan lendir pada saat terjadi rangsangan
seksual. Lendir tersebut dihasilkan oleh kelenjar Bartholin. Jaringan otot dan jaringan ikat berserat
bersifat elastis yang berperan untuk melebarkan uterus saat janin akan dilahirkan dan akan kembali ke
kondisi semula setelah janin dikeluarkan.
Organ reproduksi luar
Organ reproduksi luar pada wanita berupa vulva. Vulva merupakan celah paling luar dari organ
kelamin wanita. Vulva terdiri dari mons pubis. Mons pubis (mons veneris) merupakan daerah atas dan
terluar dari vulva yang banyak menandung jaringan lemak. Pada masa pubertas daerah ini mulai
ditumbuhi oleh rambut. Di bawah mons pubis terdapat lipatan labium mayor yang berjumlah
sepasang. Di dalam labium mayor terdapat lipatan labium minor yang juga berjumlah sepasang.
Labium mayor dan labium minor berfungsi untuk melindungi vagina. Gabungan labium mayor dan

labium minor pada bagian atas labium membentuk tonjolan kecil yang disebut klitoris.
Klitoris merupakan organ erektil yang dapat disamakan dengan penis pada pria. Meskipun klitoris
secara struktural tidak sama persis dengan penis, namun klitoris juga mengandung korpus kavernosa.
Pada klitoris terdapat banyak pembuluh darah dan ujung-ujung saraf perasa.
Pada vulva bermuara dua saluran, yaitu saluran uretra (saluran kencing) dan saluran kelamin (vagina).
Pada daerah dekat saluran ujung vagina terdapat himen atau selaput dara. Himen merupakan selaput
mukosa yang banyak mengandung pembuluh darah.
FISIOLOGI
Hormon hormon reproduksi pada wanita

1. Estrogen
Estrogen dihasilkan oleh ovarium. Ada banyak jenis dari estrogen tapi yang paling penting
untuk reproduksi adalah estradiol. Estrogen berguna untuk pembentukan ciri-ciri
perkembangan seksual pada wanita yaitu pembentukan payudara, lekuk tubuh, rambut
kemaluan,dll. Estrogen juga berguna pada siklus menstruasi dengan membentuk ketebalan
endometrium, menjaga kualitas dan kuantitas cairan cerviks dan vagina sehingga sesuai
untuk penetrasi sperma.
2. Progesteron
Hormon ini diproduksi oleh korpus luteum. Progesterone mempertahankan ketebalan
endometrium sehingga dapat menerima implantasi zygot. Kadar progesterone terus
dipertahankan selama trimester awal kehamilan sampai plasenta dapat membentuk hormon
HCG.
3. Gonadotropin Releasing Hormone
GNRH merupakan hormon yang diproduksi oleh hipotalamus diotak. GNRH akan
merangsang pelepasan FSH (folikl stimulating hormone) di hipofisis. Bila kadar estrogen
tinggi, maka estrogen akan memberikan umpanbalik ke hipotalamus sehingga kadar GNRH
akan menjadi rendah, begitupun sebaliknya.
4. FSH (folikel stimulating hormone) dan LH (luteinizing Hormone)
Kedua hormon ini dinamakan gonadotropoin hormon yang diproduksi oleh hipofisis akibat
rangsangan dari GNRH. FSH akan menyebabkan pematangan dari folikel. Dari folikel yang
matang akan dikeluarkan ovum. Kemudian folikel ini akan menjadi korpus luteum dan
dipertahankan untuk waktu tertentu oleh LH.
5. LH (Luteinizing Hormone) / ICSH (Interstitial Cell Stimulating Hormone)

Diproduksi di sel-sel kromofob hipofisis anterior. Bersama FSH, LH berfungsi memicu


perkembangan folikel (sel-sel teka dan sel-sel granulosa) dan juga mencetuskan terjadinya
ovulasi di pertengahan siklus (LH-surge). Selama fase luteal siklus, LH meningkatkan dan
mempertahankan fungsi korpus luteum pascaovulasi dalam menghasilkan progesteron.
Pelepasannya juga periodik / pulsatif, kadarnya dalam darah bervariasi setiap fase siklus,
waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar 1 jam). Kerja sangat cepat dan singkat.
6. HCG (Human Chorionic Gonadotrophin)
Mulai diproduksi sejak usia kehamilan 3-4 minggu oleh jaringan trofoblas (plasenta).
Kadarnya makin meningkat sampai dengan kehamilan 10-12 minggu (sampai sekitar 100.000
mU/ml), kemudian turun pada trimester kedua (sekitar 1000 mU/ml), kemudian naik kembali
sampai akhir trimester ketiga (sekitar 10.000 mU/ml). Berfungsi meningkatkan dan
mempertahankan fungsi korpus luteum dan produksi hormon-hormon steroid terutama pada
masa-masa kehamilan awal. Mungkin juga memiliki fungsi imunologik. Deteksi HCG pada
darah atau urine dapat dijadikan sebagai tanda kemungkinan adanya kehamilan (tes Galli
Mainini, tes Pack, dsb).
7. LTH (Lactotrophic Hormone) / Prolactin
Diproduksi di hipofisis anterior, memiliki aktifitas memicu / meningkatkan produksi dan
sekresi air susu oleh kelenjar payudara. Di ovarium, prolaktin ikut mempengaruhi
pematangan sel telur dan mempengaruhi fungsi korpus luteum. Pada kehamilan, prolaktin
juga diproduksi oleh plasenta (HPL / Human Placental Lactogen). Fungsi laktogenik /
laktotropik prolaktin tampak terutama pada masa laktasi / pascapersalinan. Prolaktin juga
memiliki efek inhibisi terhadap GnRH hipotalamus, sehingga jika kadarnya berlebihan
(hiperprolaktinemia) dapat terjadi gangguan pematangan follikel, gangguan ovulasi dan
gangguan haid berupa amenorhea.
Oogenesis
Oogenesis merupakan proses pembentukan ovum di dalam ovarium. Di dalam ovarium terdapat
oogonium (oogonia = jamak) atau sel indung telur. Oogonium bersifat diploid dengan 46 kromosom
atau 23 pasang kromosom. Oogonium akan memperbanyak diri dengan cara mitosis membentuk oosit
primer.
Oogenesis telah dimulai saat bayi perempuan masih di dalam kandungan, yaitu pada saat bayi berusia
sekitar 5 bulan dalam kandungan. Pada saat bayi perempuan berumur 6 bulan, oosit primer akan
membelah secara meiosis. Namun, meiosis tahap pertama pada oosit primer ini tidak dilanjutkan
sampai bayi perempuan tumbuh menjadi anak perempuan yang mengalami pubertas. Oosit primer
tersebut berada dalam keadaan istirahat (dorman).
Pada saat bayi perempuan lahir, di dalam setiap ovariumnya mengandung sekitar 1 juta oosit primer.

Ketika mencapai pubertas, anak perempuan hanya memiliki sekitar 200 ribu oosit primer saja.
Sedangkan oosit lainnya mengalami degenerasi selama pertumbuhannya.
Saat memasuki masa pubertas, anak perempuan akan mengalami perubahan hormon yang
menyebabkan oosit primer melanjutkan meiosis tahap pertamanya. Oosit yang mengalami meiosis I
akan menghasilkan dua sel yang tidak sama ukurannya. Sel oosit pertama merupaakn oosit yang
berukuran normal (besar) yang disebut oosit sekunder, sedangkan sel yang berukuran lebih kecil
disebut badan polar pertama (polosit primer).
Selanjutnya , oosit sekunder meneruskan tahap meiosis II (meiosis kedua). Namun pada meiosis II,
oosit sekunder tidak langsung diselesaikan sampai tahap akhir, melainkan berhenti sampai terjadi
ovulasi. Jika tidak terjadi fertilisasi, oosit sekunder akan mengalami degenerasi. Namun jika ada
sperma masuk ke oviduk, meiosis II pada oosit sekunder akan dilanjutkan kembali. Akhirnya, meiosis
II pada oosit sekunder akan menghasilkan satu sel besar yang disebut ootid dan satu sel kecil yang
disebut badan polar kedua (polosit sekunder). Badan polar pertama juga membelah menjadi dua
badan polar kedua. Akhirnya, ada tiga badan polar dan satu ootid yang akan tumbuh menjadi ovum
dari oogenesis setiap satu oogonium.
Oosit dalam oogonium berada di dalam suatu folikel telur. Folikel telur (folikel) merupakan sel
pembungkus penuh cairan yang menglilingi ovum. Folikel berfungsi untuk menyediakan sumber
makanan bagi oosit. Folikel juga mengalami perubahan seiring dengan perubahan oosit primer
menjadi oosit sekunder hingga terjadi ovulasi. Folikel primer muncul pertama kali untuk
menyelubungi oosit primer. Selama tahap meiosis I pada oosit primer, folikel primer berkembang
menjadi folikel sekunder. Pada saat terbentuk oosit sekunder, folikel sekunder berkembang menjadi
folikel tersier. Pada masa ovulasi, folikel tersier berkembang menjadi folikel de Graaf (folikel
matang). Setelah oosit sekunder lepas dari folikel, folikel akan berubah menjadi korpus luteum. Jika

tidak terjaid fertilisasi, korpus luteum akan mengkerut menjadi korpus albikans

Siklus menstruasi
Menstruasi (haid) adalah pendarahan secara periodik dan siklik dari uterus yang disertai pelepasan
endometrium. Menstruasi terjadi jika ovum tidak dibuahi oleh sperma. Siklus menstruasi sekitar 28
hari. Pelepasan ovum yang berupa oosit sekunder dari ovarium disebut ovulasi, yang berkaitan
dengan adanya kerjasama antara hipotalamus dan ovarium. Hasil kerjasama tersebut akan memacu
pengeluaran hormon-hormon yang mempengaruhi mekanisme siklus menstruasi.
Untuk mempermudah penjelasan mengenai siklus menstruasi, patokannya adalah adanya peristiwa
yang sangat penting, yaitu ovulasi. Ovulasi terjadi pada pertengahan siklus ( n) menstruasi. Untuk
periode atau siklus hari pertama menstruasi, ovulasi terjadi pada hari ke-14 terhitung sejak hari
pertama menstruasi. Siklus menstruasi dikelompokkan menjadi empat fase, yaitu fase menstruasi,
fase pra-ovulasi, fase ovulasi, fase pasca-ovulasi.
Fase menstruasi
Fase menstruasi terjadi bila ovum tidak dibuahi oleh sperma, sehingga korpus luteum akan
menghentikan produksi hormon estrogen dan progesteron. Turunnya kadar estrogen dan progesteron
menyebabkan lepasnya ovum dari dinding uterus yang menebal (endometrium). Lepasnya ovum
tersebut menyebabkan endometrium sobek atau meluruh, sehingga dindingnya menjadi tipis.
Peluruhan pada endometrium yang mengandung pembuluh darah menyebabkan terjadinya

pendarahan pada fase menstruasi. Pendarahan ini biasanya berlangsung selama lima hari. Volume
darah yang dikeluarkan rata-rata sekitar 50mL.

Fase pra-ovulasi
Pada fase pra-ovulasi atau akhir siklus menstruasi, hipotalamus mengeluarkan hormon gonadotropin.
Gonadotropin merangsang hipofisis untuk mengeluarkan FSH. Adanya FSH merangsang
pembentukan folikel primer di dalam ovarium yang mengelilingi satu oosit primer. Folikel primer dan
oosit primer akan tumbuh sampai hari ke-14 hingga folikel menjadi matang atau disebut folikel de
Graaf dengan ovum di dalamnya. Selama pertumbuhannya, folikel juga melepaskan hormon estrogen.
Adanya estrogen menyebabkan pembentukan kembali (proliferasi) sel-sel penyusun dinding dalam
uterus dan endometrium. Peningkatan konsentrasi estrogen selama pertumbuhan folikel juga
mempengaruhi serviks untuk mengeluarkan lendir yang bersifta basa. Lendir yang bersifat basa
berguna untuk menetralkan sifat asam pada serviks agar lebih mendukung lingkungan hidup sperma.
Fase ovulasi
Pada saat mendekati fase ovulasi atau mendekati hari ke-14 terjadi perubahan produksi hormon.
Peningkatan kadar estrogen selama fase pra-ovulasi menyebabkan reaksi umpan balik negatif atau
penghambatan terhadap pelepasan FSH lebih lanjut dari hipofisis. Penurunan konsentrasi FSH

menyebabkan hipofisis melepaskan LH. LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel de
Graaf. Pada saat inilah disebut ovulasi, yaitu saat terjadi pelepasan oosit sekunder dari folikel de
Graaf dan siap dibuahi oleh sperma. Umunya ovulasi terjadi pada hari ke-14.
Fase pasca-ovulasi
Pada fase pasca-ovulasi, folikel de Graaf yang ditinggalkan oleh oosit sekunder karena pengaruh LH
dan FSH akan berkerut dan berubah menjadi korpus luteum. Korpus luteum tetap memproduksi
estrogen (namun tidak sebanyak folikel de Graaf memproduksi estrogen) dan hormon lainnya, yaitu
progesteron. Progesteron mendukung kerja estrogen dengan menebalkan dinding dalam uterus atau
endometrium dan menumbuhkan pembuluh-pembuluh darah pada endometrium. Progesteron juga
merangsang sekresi lendir pada vagina dan pertumbuhan kelenjar susu pada payudara. Keseluruhan
fungsi progesteron (juga estrogen) tersebut berguna untuk menyiapkan penanaman (implantasi) zigot
pada uterus bila terjadi pembuahan atau kehamilan.
Proses pasca-ovulasi ini berlangsung dari hari ke-15 sampai hari ke-28. Namun, bila sekitar hari ke26 tidak terjadi pembuahan, korpus luteum akan berubah menjadi korpus albikan. Korpus albikan
memiliki kemampuan produksi estrogen dan progesteron yang rendah, sehingga konsentrasi estrogen
dan progesteron akan menurun. Pada kondisi ini, hipofisis menjadi aktif untuk melepaskan FSH dan
selanjutnya LH, sehingga fase pasca-ovulasi akan tersambung kembali dengan fase menstruasi
berikutnya.
Fertilisasi
Fertilisasi atau pembuahan terjadi saat oosit sekunder yang mengandung ovum dibuahi oleh sperma.
Fertilisasi umumnya terjadi segera setelah oosit sekunder memasuki oviduk. Namun, sebelum sperma
dapat memasuki oosit sekunder, pertama-tama sperma harus menembus berlapis-lapis sel granulosa
yang melekat di sisi luar oosit sekunder yang disebut korona radiata. Kemudian, sperma juga harus
menembus lapisan sesudah korona radiata, yaitu zona pelusida. Zona pelusida merupakan lapisan di
sebelah dalam korona radiata, berupa glikoprotein yang membungkus oosit sekunder.
Sperma dapat menembus oosit sekunder karena baik sperma maupun oosit sekunder saling
mengeluarkan enzim dan atau senyawa tertentu, sehingga terjadi aktivitas yang saling mendukung.
Pada sperma, bagian kromosom mengeluarkan:
hialuronidase
Enzim yang dapat melarutkan senyawa hialuronid pada korona radiata.
akrosin
Protease yang dapat menghancurkan glikoprotein pada zona pelusida.
antifertilizin
Antigen terhadap oosit sekunder sehingga sperma dapat melekat pada oosit sekunder.
Oosit sekunder juga mengeluarkan senyawa tertentu, yaitu fertilizin yang tersusun dari glikoprotein
dengan fungsi :

Mengaktifkan sperma agar bergerak lebih cepat.

Menarik sperma secara kemotaksis positif.

Mengumpulkan sperma di sekeliling oosit sekunder.

Pada saat satu sperma menembus oosit sekunder, sel-sel granulosit di bagian korteks oosit sekunder
mengeluarkan senyawa tertentu yang menyebabkan zona pelusida tidak dapat ditembus oleh sperma
lainnya. Adanya penetrasi sperma juga merangsang penyelesaian meiosis II pada inti oosit sekunder ,
sehingga dari seluruh proses meiosis I sampai penyelesaian meiosis II dihasilkan tiga badan polar dan
satu ovum yang disebut inti oosit sekunder.
Segera setelah sperma memasuki oosit sekunder, inti (nukleus) pada kepala sperma akan membesar.
Sebaliknya, ekor sperma akan berdegenerasi. Kemudian, inti sperma yang mengandung 23 kromosom
(haploid) dengan ovum yang mengandung 23 kromosom (haploid) akan bersatu menghasilkan zigot
dengan 23 pasang kromosom (2n) atau 46 kromosom
. Gangguan haid dan siklusnya khususnya dalam masa reproduksi dapat digolongkan

dalam :
1. Perubahan pada siklus haid
a. Polimenorea
Yaitu siklus haid pendek dari biasanya (kurang dari 21 hari pendarahan).
24
Polimenorea dapat disebabkan oleh gangguan hormonal yang
mengakibatkan gangguan ovulasi, akan menjadi pendeknya masa luteal.
Penyebabnya ialah kongesti ovarium karena peradangan, endometritis, dan
sebagainya.
b. Oligomenorea
Yaitu siklus haid lebih panjang, lebih dari 35 hari. Perdarahan pada
oligomenorea biasanya berkurang. Penyebabnya adalah gangguan hormonal,
ansietas dan stress, penyakit kronis, obat-obatan tertentu, bahaya di tempat
kerja dan lingkungan, status penyakit nutrisi yang buruk, olah raga yang
berat, penurunan berat badan yang signifikan.
c. Amenorea
Merupakan perubahan umum yang terjadi pada beberapa titik dalam
sebagian besar siklus menstruasi wanita dewasa. Sepanjang kehidupan
individu, tidak adanya menstruasi dapat berkaitan dengan kejadian hidup
yang normal seperti kehamilan, menopause, atau penggunaan metode
pengendalian kehamilan. Selain itu, terdapat beberapa keadaan atau kondisi
yang berhubungan dengan amenorea yang abnormal.
Amenorea dibagi menjadi dua bagian besar :
- Amenorea primer di mana seorang wanita tidak pernah mendapatkan
sampai umur 18 tahun. Terutama gangguan poros hipotalamus,
hipofisis, ovarium, dan tidak terbentuknya alat genitalia.
- Amenorea sekunder, pernah beberapa kali mendapat menstruasi sampai
umur 18 tahun dan diikuti oleh kegagalan menstruasi dengan melewati
25
waktu 3 bulan atau lebih. Penyebabnya sebagian besar bersumber dari
penyebab yang mungkin dapat ditegakkan.
Sebab terjadinya amenorea:
a. Fisiologis :
- sebelum menarche
- hamil dan laktasi
- menopause senium

b. Kelainan congenital
c. Didapatkan :
- infeksi genitalia
- tindakan tertentu
- kelainan hormonal
- tumor pada poros hipotalamus-hipofisis atau ovarium
- kelainan dan kekurangan gizi
(Manuaba, 2008).
2. Perubahan jumlah darah haid
- Hipermenorea atau menoragia
Hipermenorea adalah pendarahan haid yang lebih banyak dari normal (lebih
dari 8 hari). Terjadinya pada masa haid yang mana haid itu sendiri teratur atau
tidak. Pendarahan semacam ini sering terjadi dan haidnya biasanya anovoasi
penyebab terjadinya menoragia kemungkinan terdapat mioma uteri, polip
endometrium atau hyperplasia endometrium (penebalan dinding rahim, dan
biasanya terjadi pada ketegangan psikologi (chalik, 1998).
- Hipomenorea
Hipomenorea adalah pendarahan haid yan lebih pendek dari biasa dan/atau
lebih kurang dari biasa penyebabnya kemungkinan gangguan hormonal,
kondisi wanita dengan penyakit tertentu.
3. Gangguan pada siklus dan jumlah darah haid
Pada keadaan ini terdapat gangguan siklus menstruasi, perdarahan terjadi
dengan interval yang tidak teratur, dengan jumlah darah menstruasi bervariasi,
pola menstruasi ini disebut metrorargia.
Fisiologi pada Awal Kehamilan
Oosit berfertilitas di ampula pada tuba fallopi untuk membentuk menjadi
zigot.Proses miosis akan terjadi apabila zigot telah memasuki uterus dengan cara
didorong oleh aksi siliari dan peristalsis dari tuba fallopi.Kerusakan tuba fallopi akan
menyebabkan melemahnya pergerakan zigot dan akan berlaku implantasi di tuba
fallopi atau disebut sebagai kehamilan ektopik.Zigot biasanya memasuki uterus pada
hari keempat, yaitu pada tahap telah terjadinya morula.Morula ini akan berubah
menjadi blastosit dengan cara membangunkan fluid-filled cavity.Lapisan terluarnya
akan menjadi trofoblas, dimana ia akan membentuk plasenta.Dari hari keenam
sehingga hari ke-12 pula, ia akan menempel pada dinding endometrium untuk proses
implantasi.
Dengan cepat trofoblas ini akan menghasilkan hormon human chorionic
gonadotrophin (hCG) yang bisa dideteksi dengan test kehamilan dan akan mencapai
puncak pada minggu ke-12 kehamilan.Kegagalan untuk menghasilkan hCG
ditujukan pada gestational trophoblastic disease.Nutrisi didapatkan melalui kelenjar
sekretori endometrium, dimana ia akan mengubah desidua (kaya dengan glikogen dan

lipid) supaya tidak terpengaruh dengan estrogen dan progesteron yang dihasilkan
oleh korpus leteum.Proses proliferasi trofoblastik pula akan memicu pembentukan
khorionik vili.Sistem vili ini akan berproliferasi (khorion frondosum) pada
permukaan endometrium yang terdapatnya embrio dan akhirnya akan membentuk
area permukaan untuk transfer nutrisi kepada kotiledon yang terdapat pada
plasenta.Morfologi pada plasenta ini akan sempurna pada minggu ke-12.Denyut
jantung akan bermula seawal minggu ke-4 atau ke-5 dan akan dapat didengar pada
pemeriksaan ultrasound seminggu kemudian
Perubahan Fisiologi pada Saat kehamilan
Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh genitalia wanita mengalami
perubahan yang mendasar sehingga dapat menunjang perkembangan dan
pertumbuhan janin dalam rahim. Plasenta dalam perkembangannya
mengeluarkan hormone somatomatropin, estrogen, dan progesteron yang
menyebabkan perubahan pada:
1. Rahim atau uterus
Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan
melindungi

hasil

konsepsi

(janin,

plasenta,amnion)

sampai

persalinan. Uterus mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk


bertambah besar dengan cepat selama kehamilan dan pulih kembali
seperti keadaan semula dalam beberapa minggu setelah persalinan.
Pada perempuan tidak hamil uterus mempunyai berat 70 gram dan
kapasitas 10 ml atau kurang. Selama kehamilan, uterus akan berubah
menjadi suatu organ yang mampu menampung janin, plasenta, dan
cairan amnion rata-rata pada akhir kehamilan volume totalnya
mencapai 5 liter bahkan dapat mencapai 20 liter atau lebih dengan
berat rata-rata 1100 gram (Prawirohardjo, 2008).
2. Vagina (liang senggama)
Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hyperemia terlihat
jelas pada kulit dan otot-otot di perineum dan vulva, sehingga pada
vagina akan terlihat bewarna keunguan yang dikenal dengan tanda
Chadwicks. Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan hilangnya
sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari sel-sel otot polos.
3. Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan

folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat
ditemukan di ovarium. Folikel ini akan berfungsi maksimal selama
6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai
penghasil progesterone dalam jumlah

yang relative minimal

(Prawirohardjo, 2008).
4. Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai
persiapan memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan
payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaru hormone saat
kehamilan, yaitu estrogen, progesterone, dan somatromatropin
(Prawirohardjo, 2008).
5. Sirkulasi darah ibu
Peredaran darah ibu dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Meningkatnya kebutuhan sirkulasi

darah

sehingga dapat

memenuhi kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin


dalam rahim.
b. Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi
retro-plasenter.
c. Pengaruh hormon estrogen dan progesteron semakin meningkat.
Akibat dari faktor tersebut dijumpai beberapa perubahan peredaran
darah, yaitu:
1) Volume darah
Volume darah semakin meningkat di mana jumlah serum darah
lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi
semacam pengenceran darah (hemodilusi), dengan puncaknya

pada hamil 32 minggu. Serum darah (volume darah) bertambah


sebesar 25-30% sedangkan sel darah bertambah sekitar 20%.
Curah jantung akan bertambah sekitar 30%. Bertambahnya
hemodilusi darah mulai tampak sekitar umur hamil 16 minggu,

sehingga pengidap penyakit jantung harus berhati-hati untuk


hamil beberapa kali. Kehamilan selalu memberatkan kerja
jantung sehingga wanita hamil dengan sakit jantung dapat jatuh
dalam

dekompensasio

kordis.

Pada

postpartum

terjadi
hemokonsentrasi dengan puncak hari ketiga sampai kelima.
2) Sel darah
Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk dapat
mengimbangi

pertumbuhan

janin

dalam

rahim,

tetapi
pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan
volume darah sehingga terjadi hemodilusi yang disertai anemia
fisiologis. Sel darah putih meningkat dengan mencapai jumlah
sebesar 10.000/ml. Dengan hemodilusi dan anemia maka laju
endap darah semakin tinggi dan dapat mencapi 4 kali dari angka
normal.
3) Sistem respirasi
Pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem respirasi untuk
dapat memnuhi kebutuhan O2. Disamping itu terjadi desakan
diafragma karena dorongan rahim yang membesar pada umur
hamil 32 minggu. Sebagai kompensasi terjadinya desakan rahim
dan kebutuhan O2 yang meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih
dalam sekitar 20-25% dari biasanya.
4) Sistem pencernaan
Terjadi peningkatan asam lambung karena pengaruh estrogen.
5) Traktus urinarius
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih akan
tertekan

oleh

uterus

yang

mulai

sehingga
menimbulkan sering kemih. Keadaan ini akan hilang dengan
makin tuanya kehamilan bila uterus keluar dari rongga panggul.
Pada akhir kehamilan, jika kepala janin sudah mulai turun ke
pintu panggul, keluhan itu akan timbul kembali.
6) Perubahan pada kulit

membesar

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi


kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga akan mengenai
daerah payudara dan paha. Perubahan ini dikenal dengan nama
striae gravidarum.
7) Metabolisme
Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh mengalami
perubahan yang mendasar, dimana kebutuhan nutrisi makin
tinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan pemberian ASI.
Tanda Kehamilan
Adalah sekumpulan tanda atau gejala yang timbul pada
wanita hamil yang terjadi akibat perubahan fisiologi dan
psikologi pada masa kehamilan.

II. Kategori Tanda Kehamilan


1. Presumsi
Adalah perubahan yang dirasakan ibu / Kemungkinan /
Dugaan hamil.
Tanda- tanda dugaan hamil :
1. Amenorea (terlambat datang bulan)
2. Mual dan Muntah
Biasanya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan
hingga akhir triwulan pertama. Gejala ini sering terjadi
pada pagi hari disebut morning sickness of pregnancy.
Bila terlampau sering, dapat mengakibatkan gangguan
kesehatan disebut dengan Hiperemesis Gravidarum

3. Mengidam.
Pada beberapa wanita ditemukan adanya

(ngidam

makanan) yang mungkin berkaitan dengan persepsi


individu

wanita

tersebut

mengenai

apa

yang

mengurangi rasa mual dan muntah. Kondisi lainnya


adalah Pica (mengidam) yang sering dikaitkan dengan
anemia akibat defisiensi zat besi ataupun adanya suatu
tradisi.
4. Sinkope atau Pingsan
5. Pingmentasi Kulit
Sekitar Pipi (Cloasma Gravidarum)
Keluarnya Melanophore Stimulating Hormone (MSH)
hipofisis anterior menyebabkan pigmentasi pada kulit.
Dinding perut
-

Stria livide dan albican

Linea Ningra dan alba

Sekitar Payudara
-

Hiperpigmentasi areola mamae

Putting susu makin menonjol

Kelenjar montgomery menonjol

Pembuluh darah manifes sekitar payudara

6. Salivasi berlebihan
7. Anoreksia atau tidak ada selera makan.
Biasanya timbul pada TM I, kemudian nafsu makan akan
muncul kembali
8. Epulis (Hipertropi dari papil gusi)
9.

Varices
Karena pengaruh dari estrogen dan progesteron terjadi
penampakan pembuluh darah vena, terutama bagi
mereka yang mempunyai bakat. Penampakan pembuluh

bisa

darah itu terjadi disekitar genetalia eksterna, kaki, betis


dan payudara dan dapat menghilang setelah persalinan.
10. Payudara tegang
Pengaruh estrogen dan progesteron dan somamotropin
menimbulkan

deposit

lemak,

air

dan

garam

pada

payudara. Payudara membesar dan tegang, ujung syaraf


tertekan menyebabkan rasa sakit terutama pada hamil
pertama.
11. Sering Kencing
Uterus yang membesar pada TM I akan menyebabkan
tertekannya kandung kencing. Pada TM II umumnya
keluhan ini hilang oleh karena uterus yang membesar
keluar dari rongga panggul dan pada TM III gejala ini
dapat timbul lagi karena janin mulai masuk ke ruang
panggul dan menekan kembali kandung kencing.
12. Obstipasi
Karena

pengaruh

hormon

progesteron

dapat

menghambat peristaltik usus sehingga menyebabkan


kesulitan untuk BAB.

2. Tanda tidak pasti kehamilan


Tanda tidak pasti kehamilan dapat ditentukan dengan :
1. Pembesaran uterus
2. Pada pemeriksaan dalam dijumpai :
- Tanda Hegar
Pada minggu-minggu pertama istmus uteri mengadakan
hipertropi sehingga lebih panjang dan lebih lunak. Pada
VT jika 2 jari tangan dalam diletakkan pada forniks
posterior dan tangan yang satunya pada dinding perut
depan diatas simpisis, maka istmus uteri sedemikian

lunaknya, seolah-olah corpus uteri tidak berhubungan


dengan serviks.
- Tanda Brackston Hicks
Kontraksi tidak teratur yang tidak menimbulkan rasa nyeri
pada waktu pemeriksaan. Maka kadang-kadang corpus
uteri

yang

lunak

menjadi

lebih

keras.

Hal

tersebut

disebabkan karena timbulnya kontraksi.


- Tanda Piscasek
Uterus membesar kesalah satu jurusan hingga menonjol
jelas kejurusan tersebut. Sehingga pertumbuhan uterus
tidak rata, uterus lebih cepat tumbuh didaerah implantasi
dari blastosit dan daerah insersi plasenta.
- Tanda Goodell
Pelunakkan serviks dikarenakan pembuluh darah dalam
serviks bertambah dan karena timbulnya oedema dari
serviks dan hiperplasia kelenjar-kelenjar serviks. Jaringan
ikat pada serviks banyak mengandung kolagen, akibat
kadar

estrogen

meningkat,

menyebabkan

hipervaskularisasi maka kosistensi serviks menjadi lunak.


- Tanda Chadwicks
Peningkatan

vaskularisasi

yang

menimbulkan

unggu kebiruan pada mukosa vagina, vulva dan serviks


akibat meningkatnya hormon estrogen. Warna portio pun
tampak livide.

3.

Teraba Balotement
Adalah gerakan janin yang belum engaged, teraba pada
minggu ke 16-18. Balotement adalah tehnik mempalpasi
suatu struktur terapung dengan menekan perlahan struktur
tersebut dan merasakan pantulannya. Jari pemeriksa

warna

dalam vagina mendorong dengan lembut kearah atas,


janin terdorong keatas kemudian janin turun kembali dan
jari merasakan benturan lunak.
4.

Pemeriksaan Tes Biologis Kehamilan positif

3.Tanda pasti kehamilan


a.

Teraba bagian-bagian janin dan dapat dikenal bagianbagian janin

b.

Terdengar dan dapat dicatat bunyi jantung janin

c.

Dapat dirasakan gerakan janin (minggu ke 24)

d.

Pada pemeriksaan dengan sinar Rotgen tampak kerangka


janin.(minggu ke 12-24) USG pada minggu ke bisa lihat kantung kehamilan.vetal

HCG minggu ke 12
e.

Dengan alat USG dapat diketahui kantung janin, panjang


janin, dan dapat diperkirakan tuanya kehamilan serta dapat
menilai pertumbuhan janin
III. Pemeriksaan Diagnostik Kehamilan

Pemeriksaan Diagnostik Kehamilan.


-

Riwayat

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan panggul

Uji Lab

Uji kehamilan
-

Urin
Uji semacam ini tersedia dipasaran atau distribusi medis. Uji
tersebut dinyatakan positif jika konsentrasi hCG dalam urin
mencapai 25 mI, biasanya terjadi pada saat tidak menstruasi
atau 12-14 hari setelah konsepsi.
Uji dengan hasil positif mempunyai nilai prediksi terhadap
kehamilan sebanyak 99,5 %. Hasil negatif palsu dapat terjadi

Laktasi
Kelangsungan bayi yang baru lahir bergantung pada persediaan susu dari ibu. Produksi air
susu (laktasi) berasal dari sepasang kelenjar susu (payudara) ibu. Sebelum kehamilan,
payudara hanya terdiri dari jaringan adiposa (jaringan lemak) serta suatu sistem berupa
kelenjar susu dan saluran-saluran kelenjar (duktus kelenjar) yang belum berkembang.
Pada masa kehamilan, pertumbuhan awal kelenjar susu dirancang oleh mammotropin.
Mammotropin merupakan hormon yang dihasilkan dari hipofisis ibu dan plasenta janin.
Selain mammotropin, ada juga sejumlah besar estrogen dan progesteron yang dikeluarkan
oleh plasenta, sehingga sistem saluran-saluran kelenjar payudara tumbuh dan bercabang.
Secara bersamaan kelenjar payudara dan jaringan lemak disekitarnya juga bertambah besar.
Walaupun estrogen dan progesteron penting untuk perkembangan fisik kelenjar payudara
selama kehamilan, pengaruh khusus dari kedua hormon ini adalah untuk mencegah sekresi
dari air susu. Sebaliknya, hormon prolaktin memiliki efek yang berlawanan, yaitu
meningkatkan sekresi air susu. Hormon ini disekresikan oleh kelenjar hipofisis ibu dan
konsentrasinya dalam darah ibu meningkat dari minggu ke-5 kehamilan sampai kelahiran
bayi. Selain itu, plasenta mensekresi sejumlah besar somatomamotropin korion manusia,
yang juga memiliki sifat laktogenik ringan, sehingga menyokong prolaktin dari hipofisis
ibu.
Pengaruh tidak menyusui?
Ada dua refleks yang sangat penting dalam proses laktasi, yaitu
refleks prolaktin dan refleks oksitosin. Kedua refleks ini bersumber dari
perangsangan puting susu akibat isapan bayi.
a. Refleks prolaktin
Dalam puting susu banyak terdapat ujung saraf peraba. Bila ini
dirangsang, maka akan timbul rangsang menuju hipotalamus
selanjutnya ke kelenjar hipofisis anterior, sehingga kelenjar ini
mengeluarkan hormon prolaktin. Hormon inilah yang memegang
peran utama dalam produksi ASI ditingkat alveolus.
Dengan demikian semakin sering rangsangan penyusuan makin
banyak pula produksi ASI. Hormon prolaktin disekresi lebih banyak
pada malam hari dan hormon ini bersifat menekan ovulasi.
b. Refleks oksitosin
Rangsangan yang berasal dari puting susu, tidak hanya diteruskan
sampai kelenjar hipofisis anterior, tetapi juga ke kelenjar hipofisis
posterior. Akibatnya bagian ini mengeluarkan hormon oksitosin.
Hormon ini berfungsi memacu kontraksi otot polos yang ada di
dinding alveolus dan dinding saturan, sehingga ASl dipompa keluar.
Makin sering menyusui, pengosongan alveolus dan saluran makin baik
sehingga kemungkinan terjadinya bendungan susu makin kecil, dan
menyusui akan semakin lancar. Hal-hal yang berefek positif terhadap
refleks oksitosin adalah rasa sayang kepada bayi, mendengar dan
melihat bayi. Sedangkan sebaliknya, rasa cemas, stres, nyeri, ragu
akan menghalangi refleks oksitosin.
Selain efek di atas, oksitosin memacu kontraksi otot rahim
sehingga involusi rahim makin cepat dan makin baik. Tidak jarang ibu
merasa mulas yang sangat pada hari-hari pertama menyusui. Hal ini
adalah mekanisme alamiah yang baik untuk kembalinya rahim ke
bentuk semula.
Suherni, dkk (2009) menyebutkan bahwa ketika bayi mulai
menyusu pada mammae akan menstimulasi terjadinya produksi
prolaktin yang terus menerus secara berkesinambungan. Hisapan bayi
pada mammae ibu dapat merangsang atau memicu pelepasan ASI dari
alveolus mammae melalui duktus ke sinus laktiferus. Secara fisiologis,
hisapan bayi pada mammae ibu merangsang produksi oksitoksin oleh
kelenjar posterior. Oksitoksin memasuki darah dan menyebabkan
kontraksi sel-sel khusus yang mengelilingi alveolus mammae dan
duktus laktiferus. Kontraksi sel-sel khusus ini mendorong ASI keluar
dari alvelolus menuju sinus laktiferus dan disana putting payudara,

ASI di dalam sinus tertekan keluar.


Praktik menyusui merupakan tindakan seorang ibu dalam melaksanakan
apa yang diketahui atau yang disikapinya yaitu memberikan ASI kepada
bayinya sebagai pilihan utama makanan bayi yang memberikan banyak
keuntungan dari kedua belah pihak yaitu ibu dan bayi.

Perdarahan
Perdarahan pada trimester pertama dapat merupakan hal yang fisiologis yaitu tanda
hartman, perdarahan pervaginam akibat nidasi blastosis ke endometrium yang
menyebabkan perlukaan. Perdarahan berlangsung sebentar, sedikit dan tidak
membahayakan kehamilan. Perdarah TM1 dapat merupakan hal patologis yaitu abortus,
kehamilan ektropik, atau mola hidatidosa. Setelah kehamilan 22 minggu, perdarahan
yang terjadi disebut perdarah antepartum, banyak disebabkan plasenta previa dan
solusio placenta

Pada kehamilan normal, perdarahan pada trimester pertama dapat merupakan


hal fisiologis, yaitu tanda Hartman, perdarahan pervaginam akibat proses nidasi
blastosis ke endometrium yang menyebabkan perlukaan. Perdarahan
berlangsung sebentar, sedikit, dan tidak membahayakan kehamilan. Perdarahan
trimester pertama dapat merupakan hal patologis, yaitu abortus, kehamilan
ektopik, atau mola.

DAFTAR PUSTAKA
Mochtar (1998) Sinopsis Obstetri, EGC, Jakarta.Hal 43-46
Wals (2001), Community Based Care During The Childbearing Year,WB Saunders
Company, Piladelphia: p. 89-97

Cunningham,F.G,dkk.2006.ObstetriWilliams.Edisi21BahasaIndonesia.EGC.Jakarta.
Fraser,DianeM.2009.MylesBukuAjarBidan.Edisi14EGC.Jakarta.
Kusmiyati,yuni.2009.PerawatanIbuHamil.Yogyakarta:FitraMaya.
WHO.2003.BukuSakuManajemenKomplikasiKehamilandanPersalinan.Jakarta:EGC.
Manuaba,IdaBagusGde.2007.PengantarKuliahObstetri.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai