Anda di halaman 1dari 4

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB V

PEMBAHASAN

Mahasiswa semester VI Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

(FK UNS) berasal dari berbagai macam daerah di Indonesia, tetapi meskipun dari

berbagai macam daerah hampir semua mahasiswa semester VI merupakan ras

mongoloid, yaitu ras terbanyak di Indonesia. Dan juga mahasiswa merupakan

manusia yang aktivitas sehari-harinya umumnya belajar di kampus. Atas dasar

inilah peneliti mengambil sampel berdasarkan sifat dan karakteristik dari populasi

karena subjek penelitian cukup homogen.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret ( FK UNS) didapatkan data-data penelitian yang telah

disajikan dalam tabel pada BAB IV. Pada penelitian ini didapatkan sampel

sebanyak 40 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kemudian data

tersebut dilakukan pengukuran tinggi badan, panjang telapak tangan, dan panjang

telapak kaki.

Tabel 4.1 dan 4.2 menunjukkan distribusi sampel menurut umur dan jenis

kelamin. Umur dan jenis kelamin pada subjek penelitian terdiri dari minimal umur

19 tahun dan maksimal umur 22 tahun. Sedangkan untuk jumlah sampel sendiri

berjumlah 24 laki-laki dan 16 perempuan. Kedua hal ini sesuai dengan penelitian

bahwa pertumbuhan seseorang akan berhenti seiring dengan penutupan epiphyseal

plate. Pada laki-laki menutup pada umur 18 tahun dan pada perempuan menutup

pada umur 16 tahun (Wibisono, 2014).


commit to user

35
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id

Data-data pada penelitian ini dapat dianalisis dengan uji regresi linier

ganda berdasarkan uji prasyarat sesuai yang disajikan pada BAB IV, yaitu uji

normalitas data, uji homogenitas, uji linearitas, uji multikolinearitas, dan uji

autokorelasi. Uji normalitas data merupakan uji yang digunakan untuk

mengetahui suatu sampel berdistribusi normal atau tidak. Uji homogenitas

merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui variansi data homogen atau

tidak. Uji linearitas digunakan untuk melihat spesifikasi model yang digunakan

adalah liniear atau tidak. Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah

model regresi ditemukan ada korelasi antarvariabel bebas atau tidak. Uji

autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada

korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode tahun ini dengan kesalahan

pengganggu pada periode tahun sebelumnya.

Tabel 4.7 menunjukkan hasil uji normalitas data pada penelitian ini.

Semua variabel memperlihatkan nilai Asymp.Sig. (2 tailed) diatas 0,05 yang

menunjukkan distribusi normal. Dimana data dikatakan berdistribusi normal bila

nilai Asymp.Sig (2 tailed) diatas 0,05.

Gambar 4.2 merupakan grafik scatter plot yang merupakan alat analisis

untuk menilai homogenitas data. Dari gambar terlihat bahwa letak varian data

menyebar (tidak beraturan), hal ini menunjukkan bahwa data pada penelitian ini

mempunyai data yang homogen.

Suatu data dikatakan memiliki spesifikasi model linear bila nilai c hitung

< c tabel. Pada penelitian ini sesuai dengan yang tercantum pada BAB IV

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id

didapatkan nilai c hitung < c tabel yang berarti data pada penelitian ini memiliki

spesifikasi model linear.

Tabel 4.8 menunjukkan hasil uji multikolinearitas data pada penelitian ini.

Uji multikolinearitas diuji salah satunya dengan Uji Klein untuk membandingkan

nilai R2 dengan r2. Didapatkan hasil nilai R > r, yang berarti tidak ada kasus

multikolinearitas pada penelitian ini.

Tabel 4.9 menunjukkan hasil uji autokorelasi dengan menggunakan uji

Run test. Data dikatakan tidak ada autokorelasi baik positif atau negatif bila nilai p

> 0,05. Pada penelitian ini nilai p = 0,631 (p > 0,05) yang berarti data pada

penelitian ini tidak ada autokorelasi

Pada penelitian ini dilakukan 2 kali uji regresi, yaitu regresi parsial dan

regresi berganda. Pada tabel 4.10 menunjukkan hubungan Panjang Telapak

Tangan Kanan (PTTKa), Panjang Telapak Tangan Kiri (PTTKi), Panjang Telapak

Kaki Kanan (PTKKa), dan Panjang Telapak Kaki Kiri (PTKKi) secara parsial

dengan tinggi badan. Berdasarkan penghitungan rumus, penelitian ini dikatakan

signifikan jika jika r hitung > r tabel dan p < 0,05. Secara parsial masing-masing

variabel berhubungan dengan tinggi badan dengan semua nilai bermakna (p =

0,000) dan nilai r hitung >r tabel (PTTKa: 0,971 > 0,3044; PTTKi: 0,968 > 0,3044;

PTKKa: 0,975 > 0,3044; PTKKi: 0,973 > 0,3044).

Tabel 4.11 menunjukkan hubungan semua variabel (PTTKa, PTTKi,

PTKKa, PTKKi) secara bersama dengan tinggi badan. Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan menyatakan bahwa terdapat hubungan panjang telapak

tangan dan panjang telapak kaki terhadap tinggi badan yang dibuktikan secara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id

statistik pada uji regresi ganda yang menunjukkan secara bermakna (p = 0,000)

dan besarnya hubungan 99,90%. Penelitian ini didukung oleh penelitian Kanchan

et al; Ishak et al, (2008) yang menyatakan bahwa panjang telapak tangan dan

panjang telapak kaki juga memberikan korelasi biologis terhadap tinggi badan

seseorang.

Tabel 4.12 menunjukkan nilai-nilai koefisien setiap variabel bebas. Dari

nilai-nilai tersebut didapatkan rumus menentukan tinggi badan berdasarkan setiap

variabel bebasnya, yaitu panjang telapak tangan kanan, panjang telapak tangan

kiri, panjang telapak kaki kanan, dan panjang telapak kaki kiri. Rumus-rumus

yang didapat disajikan dalam BAB IV.

Menurut Wilianto dan Algozi, (2010) rumus panjang telapak tangan dan

panjang telapak kaki berguna untuk memperkirakan tinggi badan seseorang dalam

proses identifikasi forensik, jika hanya ditemukan bagian tubuh tertentu seperti

telapak tangan atau telapak kaki saja, misalnya pada kasus pembunuhan mutilasi.

Sedangkan menurut Sen and Ghosh (2008) dalam antropologi forensik, estimasi

tinggi badan mempunyai peran penting dalam menentukan identitas seseorang.

Estimasi tinggi badan banyak dijadikan sebagai parameter penting antropometri

oleh 'big four' multidisiplin ilmu, seperti ahli antropologi, ahli anatomi, dokter

kandungan dan dokter forensik (Numan et al, 2013).

commit to user

Anda mungkin juga menyukai