& potensial aksi sendiri > Sistem Penghantar Khusus (sel autoritmis).
Sifat sistem penghantar khusus:
1. Otomasi : kemampuan menghasilkan impuls secara spontan
2. Ritmis : keteraturan membangkitkan impuls
3. Daya penerus : kemampuan menghantarkan impuls
4. Peka rangsang : kemampuan berespons thd rangsang
(kiri dan kanan) sel-sel miokardium atrium terdepolarisasi kedua atrium (kiri dan kanan)
berkontraksi.
2. MASA JEDA MEMISAHKAN ATRIUM DARI VENTRIKEL : Gelombang depolarisasi telah
menyelesaikan perjalanannya melalui atrium menemui suatu sawar/ barrier yang disana tdpt AV
node AV node memperlambat konduksi sampai menjadi lambat sekali (istirahat, berlangsung
selama + 1/10 detik). Gunanya supaya atrium menyelesaikan kontraksinya sebelum ventrikel
mulai berkontraksi sehingga memungkinkan atrium mengosongkan seluruh volume darahnya ke
dalam ventrikel sebelum ventrikel berkontraksi.
3. DEPOLARISASI VENTRIKEL : Setelah + 1/10 detik, gelombang pendepolarisasi lepas dari
AV node dg cepat menjalar turun di ventrikel sepanjang berkas his sampai ke serabut purkinje
miokardium ventrikel kiri dan kanan terdepolarisasi ventrikel berkontraksi.
4. REPOLARISASI : Setelah miokardium berdepolarisasi, sel-sel tersebut mengalami periode
refrakter yang singkat dan selama periode ini sel-sel tersebut kebal terhadap rangsangan
berikutnya sel-sel menjalani repolarisasi
Pembentukan potensial aksi pada otot jantung kontraktil hampir sama dengan pada otot rangka.
Pada otot jantung, masa refrakter memanjang untuk mencegah terjadinya kontraksi tetanik.
Potensial aksi yang direkam dalam sebuah serabut otot ventrikel, rata-rata adalah 105 milivolt,
maksudnya potensial intrasel tersebut meningkat dari suatu nilai yang sangat negative, sekitar -85
mV menjadi sedikit positif kira-kira +20 mV, sepanjang tiap denyut jantung.
Setelah terjadi gelombang spike (gelombang naik) yang pertama, membrane tetap dalam keadaan
depolarisasi selama kira-kira 0,2 detik, memperlihatkan suatu pendataran/plato yang diikuti
dengan keadaan repolarisasi yang terjadi dengan tiba-tiba pada bagian akhir dari plato tersebut.
Adanya plato ini dalam potensial aksi menyebabkan kontraksi ventrikel berlangsung sampai 15
kali lebih lama daripada kontraksi otot rangka.
Diwaktu istirahat, potensial aksi membrane sel kontraktil adalah sekitar -85 mV. Sewaktu kanal fast
Sodium Channel terbuka, Na+ masuk ke dalam sel dan menyebabkan terjadinya depolarisasi pada sel
kontraktil sehingga dalam waktu singkat potensial aksi sel kontraktil meningkat mencapai +20 mV. Pada
kondisi demikian, fast sodium channelmenutup dan slow sodium calcium channel terbuka. Hal ini
menyebabkan potensial aksi sel sempat menurun namun diikuti pendataran secara perlahan. Pada saat ini
kalsium masuk ke dalam sel kontraktil dan menyebabkan sel berkontraksi. Setelah sel kontraktil
berkontraksi, maka slow sodium calcium channel menutup dan slow potassium channelterbuka dan
mengakibatkan Kalium keluar dari sel sehingga mengembalikan kondisi potensial aksi sel menjadi negatif.
Pada waktu ini terjadi proses repolarisasi. Kalsium yang digunakan pasca kontraksi akan disimpan di
bagian reticulum sarkoplasmik dan tubulus T pada sel otot jantung untuk digunakan kembali.
Potensial Aksi Sel Otoritmik Otot Jantung
Perbedaan sel otoritmik dengan kontraktil adalah fast sodium channelnya akan selalu inaktif atau
sudah dihambat sehingga tidak dapat terbuka.
Dalam keadaan istirahat, sel serabut nodus mempunyai potensial aksi sekitar -55 mV. Ketika itu,
terjadi kebocoran ion-ion natrium secara alami dari luar ke dalam sel, hal ini disebabkan karena
konsentrasi ion natrium di luar sel lebih tinggi daripada di dalam, sehingga ada kecendrungan bagi
ion-ion Natrium berdifusi ke dalam sel. Hal ini menyebabkan potensial aksi di sel otot jantung
mengalami kenaikan secara perlahan. Diwaktu telah mencapai kondisi ambang batas, yakni sekitar
-40 mV, slow sodium calcium channel terbuka dan menyebabkan potensial sel nodus meningkat
sampai angka sekitar 0 mV. Pada saat ini terjadi peristiwa depolarisasi, prosesnya disebut selfexcitation.
Mengapa bocornya ion natirum dan kalsium tidak menyebabkan serabut nodus sinus tetap dalam
keadaan depolarisasi sepanjang waktu? Jawab : Setelah kira-kira 100 sampai 150 milidetik
kemudian, pottasium channel (kanal kalium) terbuka disertai dengan penutupan slow sodium
calcium channel. Oleh karena itu, masuknya ion kalsium dan natrium yang bermuatan positif akan
terhenti, sementara pada saat yang sama sejumlah besar ion kalium yang bermuatan positif akan
berdifusi keluar dari serabut. Kedua hal tersebut mengurangi potensial intrasel sehingga kembali
ke tingkat istirahat yang negative dan karena itu mengakhiri potensial aksi.
Lebih lanjut, kanal kalium akan tetap terbuka selama seperbeberapa puluh detik, menyebabkan
berlanjutnya pergerakan muatan positif ke luar dari sel untuk sementara waktu, sehingga
terjadi kenegatifan
yang
berlebihan di
dalam
serabut;
keadaan
ini
disebut
Mengapa keadaan hiperpolarisasi tidak berlangsung terus menerus? Alasannya adalah selama
seperbeberapa puluh detik sesudah potensial aksi berakhir, secara bertahap makin lama makin
banyak kanal kalium yang menutup.
Selanjutnya, kebocoran natrium kembali mengulang ritmisitas (keteraturan) pada siklus sel nodus
ini.