Takipneu
Sakit
Sadar
Fase
oral
Aspirasi benda
Bronkit
Nefi Asmara,
perempuan,
8 Bulan
Tiba-tiba
sesak nafas
Bronkiolit
is
Kelainan
Ekspirasi
memanja
ng
Tatalaksa
Pemeriksa
an Fisik
Demam
Muntah
Biru
(+/-)
Bunyi
mengi
(-)
ASI
Pemeriksa
Pemeriksa
an
penunjan
Komplik
asi
Radang
dan
Batukpilek (+)
Kemungkian
infeksi virus
Reaksi
Dermatitis
Prognosi
s
Asidosis
metabolik
Asm
Alergen
Ig
Antibodiantigen
Sel mast dan
sel basofil
Laboratoriu
m
- Foto
Anemi
Produksi mukus
(+)
Histam
in
Rujuka
atau bakteri.
Etiologi
Penyebab terbanyak adalah virus, yaitu rhinovirus, coronavirus, influenza,
RSV (Respiratory Syncytial Virus), parainfluenza dengan masa inkubasi 1
c.
d.
B. Sinusitis
a.
b.
c.
Definisi
Peradangan pada mukosa sinus paranasal
Etiologi
Virus. Penyebab infeksi sekunder biasanya Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenzae
Manifestasi klinis
Gejala ISPA yang menetap atau makin berat dalam waktu kurang dari 30 hari
berupa post nasal discharge, batuk siang hari yang dapat memberat pada
d.
e.
Scan, MRI
Tatalaksana
Sembuh dalam 7 sampai 10 hari jika tanpa komplikasi. Antibiotik jika ada
infeksi sekunder. Pada sinusitis akut, diberikan amoksisilin 40 mg/kgBB/hari,
jika tidak ada perbaikan dalam 48-72 jam, berikan amoksisilin/klavulanar.
Antibiotik sebaiknya selama 10-14 hari. Pada sinusitis kronis, antibiotik
diberikan selama 4-6 minggu. Antihistamin kontra indikasi sinusitis kecuali
jelas adanya etiologi alergi karena dapat mengentalkan sekret sehinggan
menimbulkan penumpukan sekret di sinus dam memperberat sinusitis.
C. Faringitis
a. Definisi
Peradangan pada membran mukosa faring dan struktur lain di sekitarnya.
Jarang terjadi infeksi lokal pada faring atau tonsil saja, jadi pengertian secara
b.
c.
perubahan musim
Etiologi
Penyebab terbanyak adalah Virus seperti Influenza A dan B, Parainfluenza,
Adenovirus, Rhinovirus, jarang virus coxsackie, echovirus, herpes simplex,
dan Epstein-Barr. Sering pada usia 3 tahun. Selain virus juga bisa bakteri,
terbanyak Streptokokus beta hemolitikus grup A (15-20%), Streptococcus
non group A, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Moraxella
catarrhalis, Bacteroides fragilis, Corynebacteria Diphtheriae, Neisseria
gonorrhoeae, Kuman atipikal (klamidia dan mikoplasma). Faringitis berulang
diduga karena reinfeksi oleh kuman yang sama (homolog) atau berbeda
(heterolog). Faktor predisposisi umum eksogen adalah musim, cuaca,
temperatur, polusi, debu, pemakaian AC dan endogen adalah anemia, kurang
zat besi, avitaminosis A, agranulositosis, alergi, hipotiroid, imunodefisiensi,
sarkoidosis, diabetes. Faktor predisposisi lokal bisa berupa bahan iritan,
d.
pernafasan melalui mulut, refluks esofagus, paparan rokok, dan voice abuse.
Manifestasi Klinis
Gambaran klinis bervariasi (ringan, sembuh sendiri sampai menimbulkan
gejala sisa berat seperti meningitis, demam rematik, gromerulonefritis akut.
Manifestasi klinis faringitis karena streptokokus grup
A berupa nyeri
streptokokus.
e.
f.
Diagnosis
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Baku
emasnya adalah pemeriksaan kultur apusan tenggorok.
Tatalaksana
Istirahat cukup, pemberian nutrisi dan cairan yang cukup, pemberian obat
kumur dan obat hisap pada anak yang lebih besar untuk mengurangi nyeri
Tenggorok, pemberian antipiretik, dianjurkan Paracetamol atau Ibuprofen.
Pemberian antibiotik harus berdasarkan gejala klinis dugaan faringitis
streptokokus dan diharapkan didukung hasil Rapid antigen detection test
dan/atau kultur positif dari usap tenggorok. Tujuannya adalah untuk
menangani fase akut dan mencegah gejala sisa. Antibiotik empiris dapat
diberikan pada anak dengan klinis mengarah ke faringitis streptokokus,
tampak toksik dan tidak ada fasilitas pemeriksaan laboratorium.
Golongan penisilin (pilihan untuk faringitis streptokokus)
penisilin V oral 15-30 mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis selama 10 hari atau
Amoksisilin 50mg/kgBB/hari dibagi 2 selama 6 hari.
Bila alergi penisilin dapat diberikan
Eritromisin etil suksinat 40 mg/kgBB/hari atau
Eritromisin estolat 20-40 mg/kgBB/hari dengan pemberian 2,3 atau 4 kali
perhari selama 10 hari.
c.
pada usia 1-2 tahun. Penderita laki-laki lebih banyak daripada perempuan.
Etiologi
Penyebab terbanyak adalah virus, seperti RSV (Respiratoy Syncytial Virus),
adenovirus, rhinovirus, enterovirus, virus parainfluenza, Virus Influenzae A
d.
e.
nafas
Diagnosis
B. Bronkiolitis
a. Definisi
Peradangan pada bronkiolus.
b. Epidemiologi
Terjadi pada usia 2 bulan pertama dan puncak pada usia 3-6 bulan. Banyak
c.
d.
e.
f.
identifikasi penyebab.
Tatalaksana
Hirup udara lembab untuk mengencerkan lendir, hindari asap rokok, istirahat
yang cukup. Dapat sembuh sendiri dalam 3-5 hari. Jika terdapat sesak,
sianosis, lelah, dehidrasi, maka harus di rawat inap. Terapi oksigen, terapi
cairan, nebulisasi dengan bronkodilator, seperti salbutamol. Beri antivirus
seperti Ribavirin.
C. Pneumonia
a. Definisi
Peradangan akut pada parenkim paru meliputi alveolus dan jaringan
b.
c.
balita 15,5% (83 orang perhari) yaitu kedua setelah diare (25,2%)
Faktor risiko
i. Bayi, BBLR, ASI tidak adekuat, tidak mendapat imunisasi, malnutrisi,
defisiensi vit A
ii. Status kesehatan anak
iii. Kepadatan penduduk
iv. Tingginya koloni bakteri patogen di nasofaring
v. Polusi udara (rokok, pabrik, lingkungan)
Spesifik:
i. Kelainan anatomi bawaan mis fistula trakeoesofageal, labiopalatoskizis,
trakeomalacia.
ii. Aspirasi benda asing
iii. Defisiensi imunitas
iv. Penyakit paru mis asma, fibrosis kistik
d. Etiologi
Penyebabnya adalah bakteri Streptococcus
pneumoniae
(50%) dan
g.
h.
i.
D. Tuberkulosis Paru
a. Definisi
Peradangan paru kronik yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
b.
tuberculosis
Epidemiologi
Penyakit tuberkulosis (TB) pada anak walaupun dikatakan merupakan Self
limited disease atau Stable disease sampai saat ini masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat terutama di negara-negara berkembang.
Indonesia merupakan negara dengan proporsi TB tertinggi nomor 3 (tiga)
setelah India (30%) dan Cina (15%) yaitu sebesar 10%. Sedangkan
prevalensi penyakit berkisar antara 1,2 2,5%.
c.
Faktor Risiko
i.
Sosial Ekonomi
o Makanan yang kurang baik dalam kualitas dan kuantitas
mengakibatkan daya tahan tubuh anak turun dan mudah terjadi
infeksi
o Obat yang mahal dan dibutuhkan waktu yang relatif lama.
ii.
iii.
d.
i.
TB Primer
- Komplek Primer
- Komplikasi paru dan alat lain (sistemik)
ii.
TB Post Primer
- Re infeksi endogen (karena daya tahan tubuh turun, kuman yang
indolen aktif kembali)
- Re infeksi eksogen
e.
Etiologi
Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium bovis dengan sifat tahan asam,
pertumbuhan lambat, tahan lama dalam keadaan kering berminggu-minggu,
f.
g.
Manifestasi klinis
Sistemik (non spesifik)
i. Demam > 2 mg
ii. Batuk > 3 mg, sebab lain (-)
iii. Anoreksia, BB tidak naik/ turun/ naik tak sesuai
iv. Pembesaran KGB
v. Diare persisten
Spesifik Organ ( lokal)
i. Meningitis:muntah, sakit kepala, kesadaran menurun, kaku kuduk, kejang.
tuberkuloma
ii. Tulang & sendi: spondilitis, gibbus, gonitis, coxitis
iii. Kulit : skrofuloderma
iv. Mata : konyungtivitis flikten, teberkel koroid
v. Peritonitis TB, TB ginjal
h. Diagnosis
Kendala dalam menegakkan diagnosis karena gejala TB pada anak tidak
khas,
diagnosis
pasti
dengan
menemukan
kuman
Mycobacterium
Indikasi
dengan
faktor
risiko
terpapar
TB
(tuna
(infeksi
HIV,
sindrom
: penyuntikan intrakutan
2. Multiple puncture
Diameter indurasi :
0 - 5 mm : negatif
5 - 9 mm : positif/meragukan
> 10 mm : positif
i.
Tatalaksana
Obat Anti Tuberkulosis :
Isoniazid (INH)
: 5 - 15 mg/Kg BB/hari, max. 300 mg/hari
oral 1 - 2 x / hari
Rifampisin (R)
Pirazinamid (Z)
Streptomisin (S)
Etambutol (E)
Lain-lain
-
Kombinasi dosis tetap(KDT) atau fixed dose combination (FDC) anak dibuat
dengan komposisi :
j.
Komplikasi
Dapat terjadi penyebaran secara limfogen hematogen akan terjadi TB milier,
meningitis TB, bronkogenik, pleuritis, peritonitis, perikarditis, TB tulang dan
sendi.
3. Asma
a.
Definisi
Penyakit saluran nafas kronik yang dapat muncul berupa serangan akut.
Asma adalah mengi berulang dan/atau batuk persisten dengan karakteristik
sebagai berikut : timbul secara episodik, cenderung pada malam/dini hari
(nokturnal), musiman, setelah aktivitas fisik, serta terdapat riwayat asma atau
atopi lain pada pasien dan/atau keluarganya. Kondisi berulang dimana
dicetuskan rangsangan tertentu sehingga saluran nafas menyempit untuk
beberapa waktu sehingga kesulitan bernafas. Serangan akut asma
(Ekaserbasi) merupakan episode perburukan progresif gejala : batuk, sesak
b.
c.
Etiologi
Serangan akut asma dapat terjadi karena gagal tatalaksana jangka panjang
asma kronis atau dirangsang oleh pencetus asma seperti infeksi saluran nafas,
aktivitas fisik, alergen, tungau, iritan asap rokok, polusi udara, perubahan
cuaca, kimia, dll
d.
e.
f.
Patogenesis
Bronkospasme yang disertai hipersekresi mukus dan edema dinding bronkus
serta hiperaktivitas bronkus.
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
Gejala serangan asma berupa batuk berat/ batuk tidak bisa berhenti, dyspnea/
sulit bernafas, wheezing/mengi, Tachypnea/nafas cepat, nyeri dada, sukar
g.
berbicara, sianosis
Diagnosis
Dari manifestasi klinis, klasifikasi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.
h.
Tatalaksana
Asma Kronik menggunakan tatalaksana jangka panjang yaitu menghindari
penyebab dan pencetus, serta obat kontrol seperti steroid inhalasi, LABA,
ALTR dan asma serangan akut menggunakan tatalaksana serangan yaitu
reliever seperti -agonis tunggal (terbutaline, salbutamol). Xanthine,
antikolinergik, kombinasi -agonis dan ipatropium bromida, dengan rute
pemberian inhalasi atau oral.
Tujuan Managemen serangan asma akut :
Mengurangi serangan asma secara cepat
Untuk mengurangi hipoksemia
Mengembalikan fungsi paru secepat mungkin