SKENARIO 1
BLOK PEDIATRI
Disusun oleh:
Kelompok 17
Yuniarida Dwijayanti (G0008124)
Agung Nugroho (G0008144)
Dea Alberta (G0008174)
Dwi Prasetyo (G0008188)
Elsa Rosalina (G0008190)
Nurotus Saniyah (G0008148)
Rakryan N.W (G0008152)
Riani Aqmarina (G0008156)
Yohana Endrasari (G0008186)
Atika Zulfa (G0008202)
Rheza Setiawan (G0008236)
Nama Tutor : Dr Ari Probandari MPH
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyakit pada periatri adalah ilmu yang mempelajari tentang
kesehatan anak. Merupakan penyakit yang umum terjadi pada neonatus, bayi
dan anak baik yang bersifat mekanis ataupun neurologis. Pediatri tercakup
dalam ilmu kesehatan masyarakat. Faktor yang mempengaruhi angka
kejadian lahir dengan normal dan persalinan dengan indikasi tertentu adalah
dengan menentukan faktor-faktor tentang pendidikan ibu yang rendah , status
ekonomi keluarga yang rendah ,paritas > 3 dan jarak kelahiran < 2 tahun
sedangkan variabel frekuensi ANC.
Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga dapat
menurunkan O2 dan mungkin meningkatkan C02 yang menimbulkan akibat
buruk dalam kehidupan lebih lanjut. Asfiksia janin atau neonatus akan terjadi
jika terdapat gangguan perlukaran gas atau pengangkutang O2 dari ibu
kejanin. Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan atau
segera setelah lahir. Hampir sehagian besar asfiksia bayi baru lahir
merupakan kclanjutantan asfiksia janin, karena itu penilaian janin selama
kehamilan dan persalinan. memegang peran penting untuk keselamatan bayi
atau kelangsungan hidup yang sempurna tanpa gejala sisa.
Oleh karena itu, pengetahuan dan pemahaman mengenai ilmu
penyakit anak
beserta gambaran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pertumbuhan dan Perkembangan Janin
Pertumbuhan dan perkembangan janin dapat dibagi dalam lima periode,
yaitu :
1. Periode embrionik
Pada periode ini terjadi pembentukan organ-organ. Pemakaian obat
tertentu dan beberapa penyakit misalnya rubela yang diderita ibu dapat
menyebabkan kelainan kongenital atau abortus.
2. Periode janin dini
Pada periode ini implantasi hasil konsepsi pada dinding uterus telah
sempurna. Organogenesis telah selesai dan mulai terjadi akselerasi
pertumbuhan. Organ-organ tubuh mulai berfungsi walaupun imatur.
Bahaya abortus berkurang.
3. Periode janin akhir
Terdapat pertumbuhan yang cepat dari janin sehingga didapat pertambahan
berat badan maksimal. Dalam periode ini terjadi penyelesaian persiapan
untuk hidup di luar uterus. Bahaya utama yang dihadapi adalah infeksi,
partus prematuritas, dismaturitas, asfiksia, dan kematian janin intrauterin.
4. Periode parturien
Janin telah siap hidup di luar uterus. Bahaya utama adalah hipoksia,
infeksi, dan trauma kelahiran.
5. Periode neonatal
Periode ini dimulai dari bayi baru lahir hingga umur 28 hari. Dibagi
menjadi periode neonatal dini: baru lahir hingga 7 hari post partum dan
periode neonatal lanjut: 8 hari post partum hingga 28 hari post partum.
Dalam periode ini terjadi adaptasi kehidupan intrauterin ke kehidupan
ekstrauterin.
(Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 2007; Meadow dan Newwel,
2002).
B. Fisiologi Fetus
1. Sistem sirkulasi
Jantung manusia mulai berdenyut selama minggu keempat setelah
fertilisasi, berkontraksi dengan kecepatan 65 denyut/menit. Frekuensi
1. Sistem pernapasan
Pengaruh paling nyata dari kelahiran pada bayi adalah hilangnya hubungan
plasenta dengan ibu, yang berarti hilangnya dukungan terhadap
metabolisme. Salah satu penyesuaian segera yang paling penting adalah
mulai bernapas. Biasanya anak akan mulai memiliki pernapasan yang
normal kurang dari 1 menit setelah lahir. Hal tersebut mungkin disebabkan
oleh keadaan asfiksia ringan pada proses kelahiran dan impuls sensorik
karena pendinginan kulit yang tiba-tiba. Tubuh bayi yang tidak bernapas
dengan segera akan menjadi lebih hipoksik dan hiperkapnik, yang
memberikan
stimulus
tambahan
terhadap
pusat
pernapasan
dan
Beberapa
penyebab
pemanjangan
waktu
ikterik
waktu
ikterik
yang
tidak
terkonjugasi
adalah
Apabila rawat gabung tidak dapat dilakukan, air susu ibu diperah dan
diberikan pada bayi dengan cara lain, misalnya dengan sendok, cangkir,
pipet, atau dengan sonde lambung sesuai dengan kemampuan bayi.
(Prawirohardjo, 2008)
ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan
dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 4 bulan pertama. ASI
merupakan makanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi sehingga
dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal (Siregar A., 2004).
Penyusuan secara eksklusif selama 6 bulan ini dapat dicapai bila
seluruh rumah sakit, rumah sakit bersalin, dan tempat-tempat pelayanan
ibu bersalin lainnya telah melaksanakan rawat gabung. Usaha-usaha yang
terus-menerus untuk memasyarakatkan penyusuan dini dan rawat gabung
diharapkan dapat menunjang tercapainya 100% penyusuan eksklusif pada
tahun 2010 untuk bayi Indonesia (Lubis U, 2009).
G. Asfiksia Neonatorum
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat
bernapas secara spontan dan teratur dalam 1 menit setelah lahir. Biasanya
terjadi pada bayi yang dilahirkan dari ibu dengan komplikasi, misalnya DM,
preeklampsia berat, eritroblastosis fetalis, kelahiran kurang bulan, kelahiran
lewat waktu, plasenta previa, gawat janin, serta pemberian anestesi atau
narkotik sebelum kelahiran (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2004).
Pada penelitian yang dilakukan di Inggris, sebagian besar kasus asfiksia
pada bayi disebabkan oleh tingkat sosial ekonomi yang rendah. Keadaan
ekonomi ini berpengaruh pada kemampuan orang tua untuk melakukan
kontrol terhadap kehamilan serta pencukupan gizi untuk kehamilannya.
Selain kondisi sosial ekonomi, terdapat beberapa penyebab lain, diantaranya :
solusio plasenta, kontraksi uterus yang berlebih, dan asfiksia pada ibu
(Thomas dkk., 2003).
Manifestasi klinis
Distress pernapasan (apneu atau megap-megap), detak jantung kurang
dari 100kali/menit, refleks bayi lemah, tonus otot menurun, serta warna kulit
biru atau pucat.
Penatalaksanaan
jalan napas.
Bersihkan jalan napas atas dengan mengisap mulut terlebih dahulu
kemudian hidung, dengan menggunakan bulp syringe, alat pengisap
rangsangan
taktil
yang
lembut
40-60 kali/menit.
Intubasi endotrakea diperlukan jika bayi tidak berespon terhadap VTP
dengan menggunakan balon dan sungkup. Lanjutkan VTP dan bersiap
BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan skenario diatas, Santi, seorang mahasiswi kedokteran,
sedang menjalankan rotasi klinik di bagian pediatri. Ia masuk dalam stase
neonatologi dan menemukan dua kasus bayi baru lahir. Kasus pertama, di ruang
bersalin, ia mendapati seorang bayi laki-laki dengan berat 3,6 kg, panjang 50cm.
Skor APGAR menit pertama 8, menit kelima 9, dan menit kesepuluh 10. Skor ini
digunakan untuk menilai kondisi bayi baru lahir sesaat setelah kelahiran yang
terdiri dari penilaian warna kulit, denyut jantung, respon reflex, tonus otot, dan
pernapasan. Penilaian ini dilakukan pada menit ke-1 untuk memberi kesempatan
bayi memulai perubahan serta pada menit ke-5 dan ke-10 dilakukan untuk
memberi indikasi morbiditas masa mendatang. Pada kasus tersebut, berat badan
dan panjang badan bayi masih dalam batas normal yaitu sekitar 2500-4000 gr dan
panjang badan rata-rata 48 cm. Skor APGAR normal yaitu antara 7-10. Terdapat
kekebalan tubuh bayi karena ASI mengandung imunoglobulin A. Oleh karena itu,
sebaiknya ASI diberikan secara eksklusif selama 6 bulan.
Kasus kedua, Santi diminta membantu di ruang operasi. Di sana ada
seorang ibu 27 tahun dengan umur kehamilan 40 minggu yang sedang menjalani
sectio caesaria yaitu cara melahirkan bayi dengan sayatan pada dinding uterus
melalui dinding depan perut. Sectio caesaria dilakukan berdasarkan indikasi
seperti disproporsi sevalopelvik, gawat janin, eklamsia, hipertensi, plasenta
previa, kelainan his, janin sungsang, hidrosefalus, dan panggul sempit. Pada
kasus tersebut indikasinya yaitu detak jantung janin melemah. Keadaan ini bisa
disebabkan akibat ibu yang mengalami hipoksia, dimana keadaan ini dapat
mengurangi pasokan oksigen pada janinnya. Akibatnya, janin kekurangan
oksigen dan energi. Keadaan ini menyebabkan cadangan glikogen berkurang
sehingga organ-organ vital seperti jantung kekurangan energi. Hal ini
menyebabkan detak jantung janin melemah. Dan saat operasi, ibu tersebut
mendapatkan anestesi general. Tindakan anestesi ini bisa membahayakan
kehidupan fetus karena efek anestesi bisa berpengaruh pada fetus sehingga pusat
pernapasan dan pusat saraf pusat bisa tertekan dan mengakibatkan hipoksia yang
berlangsung lama sehingga terjadi keterlambatan bernafas saat bayi baru lahir.
Pada kasus ini, anastesi general memperberat keadaan bayi. Keterlambatan
pernafasan ini juga bisa disebabkan akibat kompresi tali pusat, trauma saat
persalinan, his yang berlebihan, dan tali pusat yang terputus sebelum waktunya.
Keterlambatan nafas yang tidak tertangani dapat mengakibatkan asfiksia.
Oleh karena itu, segera setelah bayi lahir, Santi mendapati bahwa bayi
tersebut tidak menangis, apneu, dan berwarna kebiruan. Apneu pada bayi
menyebabkan terjadinya hipoksia. Karena adanya hipoksia, menyebabkan Hb
lebih banyak mengikat CO2
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan pada ibu dan bayi
tersebut maka pada bayi yang pertama lahir normal dan dirawat gabung,
sedangkan pada pemeriksaan ibu dan bayi pada pasien yang kedua dengan
ciri-ciri denyut jantung lemah dan dengan indikasi cesio sesarina dan juga
didukung oleh pemberian anastesi general mengakibatkan janin mengalami
asfiksia neonatum berat maka penatalaksanaannya adalah dengan resusitasi
dan dirawat di NICU segera.
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Guyton A.C and Hall J.E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.
Jakarta: EGC
Mansjoer A., Suprohaita, Wardhani I.W., Setiowulan W. 2007. Kapita Selekta
Kedokteran edisi ketiga Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius
Rohsiswatmo R. dan Dharmasetiawani N. 2008. Resusitasi Neonatus. Dalam :
Saifuddin A.B. (ed). Ilmu Kebidanan edisi keempat. Jakarta : PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2007. Perinatalogi dalam Buku
Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 3. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak
FKUI
Meadow R. dan Newwel S. 2002. Lecture Notes Pediatrika edisi 7. Jakarta :
Erlangga.
Chairperson, Adamkin, Batton, Bell. 2006. The Apgar Score. J PEDIATRICS
2006; Volume 117, pp:1444-1447.
Michael O. Ogundele, Jane Halliday, and Patricia Weir. 2010. Implementation of
a prolonged neonatal jaundice protocol supported by electronic software.
Clinical Governance: An International Journal (CGIJ) 2010; Vol. 15 No.
3, pp. 179-190.
Prawirohardjo, S. 2008. Penggunaan Air Susu Ibu dan Rawat Gabung dalam
Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Lubis U, 2009. ASI Eksklusif Menjelang Indonesia Sehat 2010. Medika Jurnal
Kedokteran Indonesia 2009; Edisi No 10 Vol XXXV.
Thomas dkk. 2003. Responding to Variations in Mortality due to Intrapartum
Asphyxia. CGIJ vol 8 nomer 4 pp : 296-299
Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2004. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak.
IDAI 2004.
Siregar, A. 2004. Pemberian Asi Eksklusif dan Faktor yang Mempengaruhinya.
USU digital library Article 2004.