Anda di halaman 1dari 16

*Diare Akut et causa Infeksi Bakteri Enteroinvasif

___________________________________________________________________________

Pendahuluan
Diare didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak berbentuk atau dalam
konsistensi cair dengan frekuensi yang meningkat, umumnya frekuensi > 3 kali/ hari, atau
dengan perkiraan volume tinja > 200 gr/hari. Durasi diare sangat menentukan diagnosis, diare
akut jika durasinya kurang dari 2 minggu, diare persistent jika durasinya antara 2-4 minggu,
dan diare kronis jika durasi lebih dari 4 minggu. Diare merupakan permasalahan yang umum
di seluruh dunia, dengan insiden yang tinggi baik di negara industri maupun di negara
berkembang. Biasanya ringan dan sembuh sendiri, tetapi diantaranya ada yang berkembang
menjadi penyakit yang mengancam nyawa.1
Pada kasus yang penulis dapatkan Tn. H usia 25 tahun datang ke poliklinik umum
dengan keluhan BAB cair 5x sehari sejak 2 hari yang lalu. Selain itu pasien juga mengeluh
BAB nya disertai darah, mual, muntah-muntah, nyeri perut. Sebelumnya dua hari yang lalu
pasien makan dan jajan di pinggiran jalan. Adanya daging yang keluar dari anus saat BAB
disangkal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD=110/80mmHg, S=38 0C, RR=18x/menit,
HR=88x/menit, didapatkan bising usus meningkat namun pemeriksaan lab belum dilakukan.

Anamnesis
Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala klinik tergantung penyebab
penyakit dasarnya. Keluhan diarenya berlangsung kurang dari 15hari. Diare karena penyakit
usus halus biasanya berjumlah banyak, diare air, dan sering berhubungan dengan malabsorpsi
dan dehidrasi sering didapatkan. Diare karena kelainan kolon seringkali berhubungan dengan
tinja berjunlah kecil tetapi sering, bercampur dengan darah dan ada sensasi ingin ke belakang.
Pasien dengan diare akut infektif datang dengan keluhan khas yaitu nausea, muntah, nyeri
abdomen, demam dan tinja yang sering, bisa air malabsorptif, atau berdarah tergantung
bakteri patogen yang spesifik. Secara umum, patogen usus halus tidak invasif, dan patogen
ileokolon lebih mengarah ke invasif. Pasien yang memakan toksin atau pasien yang
1

mengalami infeksi toksigenik secara khas mengalami nausea dan muntah sebagai gejala
prominen bersamaan dengan diare air tetapi jarang mengalami demam. Muntah yang mulai
beberapa jam dari masuknya makanan mengarahkan kita pada keracunan makanan karena
toksin yang dihasilkan. Parasit yang tidak menginvasi mukosa usus, seperti Giardia lamblia
dan Cryptosporidium. Biasanya menyebabkan rasa tidak nyaman diabdomen yang ringan.
Giardiasis mungkin berhubungan dengan steatorea ringan perut bergas dan kembung. 1
Bakteri invasif seperti Campylobacter, Salmonella dan Shigella dan organisme menghasilkan
sitotoksin seperti Clostridium difficile dan EHEC menyebabkan inflamasi usus yang berat.
Organisme Yersinia sering kali menginfeksi ileum terminal dan caecum dan memiliki gejala
nyeri perut kuadran kanan bawah, menyerupai apendisitis akut. Infeksi Campylobacter jejuni
sering bermanifestasi sebagai diare, demam dan kadangkala kelumpuhan anggota badan
(Guillain-Barre syndrome).
Keluhan lumpuh pada infeksi usus ini sering disalahtafsirkan sebagai malpraktek
dokter karena ketidaktahuan masyarakat.Diare air merupakan gejala tipikal dari organisme
yang menginvasi epitel usus dengan inflamasi minimal, seperti virus enterik, atau organisme
yang menempel tetapi tidak menghancurkan epitel, seperti EPEC, protoza dan helminths.
Beberapa organisme seperti Campylobacter, Aeromonas, Shigella, dan Vibrio menghasilkan
enterotoksiin dan juga menginvasi mukosa usus : pasien karena itu menunjukkan gejala diare
air diikuti diare berdarah dalam beberapa jam atau hari.
Dehidrasi dapat timbul jika diare berat dan asupan oral terbatas karena nausea dan
muntah, terutama pada anak kecil dan lanjut usia. Dehidrasi bermanifestasi sebagai rasa haus
yang meningkat, berkurangnya jumlah buang air kecil dengan warna urine gelap, tidak
mampu berkeringat, dan bperubahan ortostatik. Pada keadaan berat, dapat mengarah ke gagal
ginjal akut dan perubahan status jiwa seperti kebingungan dan pusing kepala.

Pada anamnesis, tanyakan sudah berapa lama dan apakah ada darah pada tinjanya,
asupan makanannya selama diare, frekuensi diare, dan kehilangan berat badan untuk melihat
adanya dehidrasi. Juga diusahakan memperoleh informasi mengenai riwayat pajanan terhadap
gejala yang serupa, konsumsi makanan yang terkontaminasi, berada di tempat penitipan anak,

baru bepergian ke daeran endemik diare, adanya hewan peliharaan, dan penggunaan
antimikroba.
Tabel 1: Pertanyaan penting yang dapat ditanyakan mengenai gangguan di seluruh cerna.1

Pertanyaan

Uraian

Nafsu makan

Baik/ buruk. Perubahan yang baru terjadi? Intoleransi makanan spesifik.

Berat badan

Berkurang/ bertambah/ tetap? Berapa banyak dan berapa lama?

Disfalgia

Adanya kesulitan menelan? Disebabkan oleh nyeri atau adanya tahanan?


Jenis makanannya apa? Keadaan yang menyebabkan hambatan? Kapan
terjadinya? Apakah adanya terjadi regurgitasi?

Diet

Termasuk pertanyaan tentang obatan yang dikonsumsi, yang dapat


merangsang lambung.

Nyeriabdominal/ gangguan Keadaan? Penjalaran? Kumpulan? Efek makanan? Efek antacid? Efek
pencernaan/ dyspepsia

gerakan usus?

Muntah

Berapa banyak? Berapa sering? Isi? Ada darah atau materi yang
menyerupai kopi?

Distensi abdomen

Nyeri? Muntah? Gerakan usus berkurang atau tidak ada? Flatus?

Diare

Seberapa sering? Dalam jumlah besar atau sedikit? Darah? Mukus? Pus?
Gejala penyerta? Baru melakukan perjalanan?

Tinja

Diare? Konstipasi? Melena?

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik lebih berguna untuk menentukan keparahan diare dari pada
menemukan penyebabnya. Status volume dapat dicari dengan dengan mencari perubahan
ortostatik tekanan darah dan nadi. Demam dan tanda lain toksisitas perlu dicari dan dicatat.
Pemeriksaan fisik abdomen dengan melihat dan meraba distensi usus, nyeri terlokalisir atau
merata, pembesaran hati atau massa, dan mendengarkan bising usus.
Pada kasus didapatkan hasil pemeriksaan fisik tekanan darah 110/80mmHg normal,
suhu 380C sedikit demam, respiratory rate 18x/menit normal, heart rate 88x/menit.
Pemeriksaan Penunjang
Di sebagian besar laboratorium klinik tersedia sejumlah uji diagnostik untuk enteropatogen
virus, bakteri dan parasit. Contohnya seperti:

Enzyme linked immunosorbent assay (ELISA).


o Dapat mengidentifikasi Rotavirus.
Pembiakan tinja.
o Dapat mengidentifikasi enteropatogen bakteri yang sering dijumpai, misalnya
Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, Plesiomonas dan
Escherichia coli enterohemoragik.
o pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila

diduga terdapat intoleransi gula.


Pemeriksaan mikroskopik tinja.
o Dapat menjumpai Giardia, Cryptosporidium dan juga parasit enterik lainnya,
yang diawetkan dalam formalin atau alkohol polivinil.3
Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah.
o Dengan menggunakan pH atau cadangan alkali.
o Dengan menggunakan pemeriksaan analisa gas darah.
Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin.
o Untuk mengetahui faal ginjal.
Pemeriksaan elektrolit.
o Terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam serum (terutama
pada penderita diare yang disertai kejang).
Pemeriksaan intubasi duodenum.
o Untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit secara kualitatif, terutama
dilakukan pada penderita diare kronik.

Working Diagnosis4
Diare akut akibat infeksi bakteri enteroinvasif
Diare akut akibat infeksi dapat disebabkan oleh bakteri dapat dibagikan menjadi 2 tipe yaitu
diare enterovasif dan enterotoksigenik.
Diare Enterovasif
Ada gejala demam dan tinja berdarah. Penyakit ini berlaku secara invasif, sering
terjadi di kolon, frekuensi BAB sering tapi sedikit sedikit dan sering diawali dengan diare
air. Sulit dibedakan dengan Irritable Bowel Disease (IBD). Pemeriksaan lab menunjukkan
banyak leukosit di tinja dan kultur tinja akan menemukan bakteri seperti Enteroinvasive E.
coli (EIEC), Salmonella, Shigella dan Campylobakter.
Diare Enterotoksigenik
Diare tipe ini adalah non invasif, terdapat mual dan sering berlaku pada diare turis
sebanyak 85%. Mempunyai gejala tanpa demam dan tanpa darah. Contohnya bakteri seperti
V. cholera Eltor dan Enterotoksigenic E. coli (ETEC). Apabila berlaku infeksi bakteri, bakteri
akan menempel pada mukosa usus, lalu menyebabkan kapasitas penyerapan berkurang dan
sekresi cairan akan meningkat. Bakteri akan mengeluarkan toksin menyebabkan absorpsi
natrium berkurang dan sekresi klorida akan meningkat. Tinjanya adalah kolera tinja yaitu
seperti cucian beras dan disertai muntah. Penyebab yang lain seperti bahan toksik pada
makanan (logam berat misalnya preservatif kaleng, nitrit, pestisida, histamin pada ikan).5
Apabila berlaku infeksi bakteri yang enterovasif, bakteri akan menempel pada
mukosa usus dan di sini diare terjadi disebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan
ulserasi. Sifat diarenya berupa sekretorik eksudatif. Cairan diare ini dapat tercampur dengan
lendir dan darah.

Differensial Diagnosis
Amubiasis
5

Amoebiasis merupakan suatu infeksi Entamoeba histolytica pada manusia dapat


terjadi secara akut dan kronik. Kebanyakan individu yang terinfeksi asimtomatik, dan kista
ditemukan pada tinjanya. Gejala yang biasa terjadi adalah diare, muntah, dan demam. Tinja
lembek atau cair disertai dengan lendir dan darah. Pada infeksi akut kadang-kadang
ditemukan kolik abdomen, kembung, tenesmus dan bising usus yang hiperaktif. Manifestasi
klinis dari amubiasis yang paling sering disebabkan oleh invasi lokal pada epitel usus dan
penyebaran ke hati. Selain itu amubiasis juga mencakup dari infeksi amubiasis dari kista yang
asimptomatik sampai kolitis amuba, disentri amuba, ameboma dan penyakit ekstraintestinal.
Infeksi E. histolytica tidak bergejala sama sekali pada 90% penderita, namun memiliki
potensi untuk menjadi invasif sehingga hal tersebut memerlukan perawatan.
Trikuriasis
Trikuriasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi berasal dari jenis cacing
Trichuris trichiura yang biasa berkembang biak dalam lingkungan yang kebersihanya tidak
terjaga seperti di dalam tanah dan lumpur. Proses masuknya ke dalam tubuh manusia adalah
melalui Infeksi yang disebabkan oleh cacing ini setelah penderita menelan makanan yang
sudah terkontaminasi. Ada beberapa gejala yang akan dialami penderita yang diantaranya
adalah nyeri perut dan diare, selain juga akan mengalami gejala lain seperti perdarahan usus,
dan penyakit anemia, atau penurunan berat badan secara drastis.2
Diare akut akibat infeksi virus
Diare yang disebabkan oleh infeksi virus misalnya, Rotavirus, Adenovirus, Norwalk
virus dan Cytomegalovirus (CMV). Biasanya untuk kasus ini, pasien menghasilkan feses cair
seperti air, tidak disertai lendir dan darah. Pasien juga mengalami dehidrasi sedang yang
ditandai dengan demam subfebril, turgor kulit menurun dan dalam keadaan lemas.6
Etiologi
Di Amerika Serikat keluhan diare menempati peringkat ketiga dari daftar keluhan pasien
pada ruang praktek dokter, sementara di beberapa rumah sakit di Indonesia data menunjukkan
diare akut karenainfeksi terdapat peringkat pertama sampai ke empat pasien dewasa yang
datang berobat ke rumah sakit. 1
Di negara maju diperkirakan insiden sekitar 0,5-2 episode/orang/tahun sedangkan di
6

negara berkembang lebih dari itu. Di USA dengan penduduk sekitar 200 juta diperkirakan 99
juta episode diare akut pada dewasa terjadi setiap tahunnya.WHO memperkirakan ada
sekitar 4 miliar kasus diare akut setiap tahun dengan mortalitas 3-4 juta pertahun. Bila angka
itu diterapkan di Indonesia, setiap tahun sekitar 100 juta episode diare pada orang dewasa per
tahun. Dari laporan surveilan terpadu tahun 1989 jumlah kasus diare didapatkan 13,3 % di
Puskesmas, di rumah sakit didapat 0,45% pada penderita rawat inap dan 0,05 % pasien rawat
jalan. Penyebab utama disentri di Indonesia adalah Shigella, Salmonella, Campylobacter
jejuni, Escherichia coli, dan Entamoeba histolytica. Disentri berat umumnya disebabkan
oleh

Shigella dysentery, kadang-kadang dapat juga disebabkan oleh Shigella flexneri,

Salmonella dan Enteroinvasive E.coli ( EIEC).


Epidemiologi
Di Amerika Serikat keluhan diare menempati peringkat ketiga dari daftar keluhan
pasien pada ruang praktek dokter, sementara di beberapa rumah sakit di Indonesia data
menunjukkan diare akut karenainfeksi terdapat peringkat pertama sampai ke empat pasien
dewasa yang datang berobat ke rumah sakit. 1Di negara maju diperkirakan insiden sekitar
0,5-2 episode/orang/tahun sedangkan dinegara berkembang lebih dari itu. Di USA dengan
penduduk sekitar 200 juta diperkirakan 99 juta episode diare akut pada dewasa terjadi setiap
tahunnya.WHO memperkirakan ada sekitar 4 miliar kasus diare akut setiap tahun dengan
mortalitas 3-4 juta pertahun. Bila angka itu diterapkan di Indonesia, setiap tahun sekitar 100
juta episode diare pada orang dewasa per tahun. Dari laporan surveilan terpadu tahun 1989
jumlah kasus diare didapatkan 13,3 % di Puskesmas, di rumah sakit didapat 0,45% pada
penderita rawat inap dan 0,05 % pasien rawat jalan. Penyebab utama disentri di Indonesia
adalah

Shigella, Salmonella, Campylobacter jejuni, Escherichia

coli,

dan Entamoeba

histolytica. Disentri berat umumnya disebabkan oleh Shigella dysentery, kadang-kadang


dapat juga disebabkan oleh Shigella flexneri, Salmonella dan Enteroinvasive E.coli ( EIEC). 7

Patofisologi1
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi, sebagai berikut :

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Diare osmotik (akibat osmolaritas intraluminal yang meninggi)


Diare sekretorik (sekresi cairan dan elektrolit meninggi)
Malabsornsi asam empedu, malabsorbsi lemak
Defek sistem pertukaran anion atau transport elektrolit aktif
Motilitas dan waktu transit usus abnormal
Gangguan permeabilitas usus
Inflamasi dinding usus, disebut diare inflamatorik
Infeksi dinding usus, disebut diare infeksi.

Diare osmotik : diare tipe ini disebabkan meingkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus
halus yang disebabkan oleh obat-obat atau zat kimia yang hiperosmotik (cth, MgSO4,
Mg(OH)2), malabsorbsi umum dan defek dalam absopsi mukosa usus misal pada defisiensi
disakaridase, malabsorpsi glukosa/galaktosa.
Diare sekretorik : diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari
usus, menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis ditemukan diare
dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap berlangsung walaupun
dilakukan puasa makan/minum. Penyebab dari diare ini antara lain karena efek enterotoksin
pada infeksi Vibrio cholerae atau Escherechia coli, penyakit yang menghasilkan hormon
(VIPoma), sekresi ileum (gangguan absorpsi asam empedu), dan efek obat laksatif dioctyl
sodium sulfosuksinat dili).
Malabsorpsi asam empedu, malabsorpsi lemak : diare tipe ini didapatkan pada gangguan
pembentukan atau produksi micelle empedu dan penyakit-penyakit saluran bilier dan hati.
Defek sistem pertukaran anion atau transpor elektrolit aktif : diare tipe ini disebabkan adanya
hambatan mekanisme transport aktif Na+, K+, ATPase di enterosit dan absorpsi Na+ dan air
yang abnormal.
Motilitas dan waktu transit usus abnormal : diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan
iregularitas motilitas usus halus. Penyebab gangguan motilitas antara lain : diabetes melitus,
pasca vagotomi, hipertiroid.
Gangguan permeabilitas usus : diare tipe ini disebabkan adanya kerusakan mukosa usus
karena proses inflamasi, sehingga terjadi produksi mukus yang berlebihan dan eksudasi air
dan elektrolit ke dalam lumen, gangguan absorpsi air-elektrolit. Inflamasi mukosa usus halus
8

dapat disebabkan infeksi (disentri Shigella) atau non infeksi (kolitis ulseratif dan penyakti
Crohn).
Diare infeksi : infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering diare. Dari sudut kelainan
usus, diare oleh bakteri dibagi atas non-invasif (tidak merusak mukosa) dan invasif (merusak
mukosa)/ bakteri non-invasif menyebabkan diare karena toksin yang disekresi oleh bakteri
tersebut, yang disebut diare toksigenik. Contoh diare toksigenik : kolera (Eltor). Enterotoksin
yang di hasilkan kuman Vibrio cholare/eltor merupakan protein yang dapat menempel pada
epitel usus, yang lalu membentuk adenosin monofosfat siklik (AMF siklik) di dinding usus
dan menyebabkan sekresi aktif anion klorida yang diikuti air, ion bikarbonat, air, natrium, ion
kalium) dapat dikompensasi oleh meningginya absorpsi ion natrium (diiringi oleh air, ion
kalium, dan ion bikarbonat, klorida). Kompensasi ini dapat dicapai dengan pemberian larutan
glukosa yang diabsorpsi secara aktif oleh dinding sel usus. Yang berperan pada terjadinya
diare akut terutama karena infeksi yaitu faktor kausal (agent) dan faktor penjamu (host).
Faktor penjamu adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap organisme
yang dapat menimbulkan diare akut, terdiri dari faktor-faktor daya tangkis atau lingkungan
internal saluran cerna misalnya antara lain : keasaman lambung, motilitas usus, imunitas dan
juga lingkugnan mikroflora usus. Faktor kausal yaitu daya penetrasi yang dapat merusak sel
mukosa. Kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan usus halus
serta daya lekat kuman.

Diare karena bakteri/parasit invasif (enterovasif)


Bakteri yang merusak invasif antara lain EIEC, Salmonella, Shigella, Yersinia, C. Perfringens
tipe C. Diare disebabkan oleh kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi. Sifat
diarenya sekretorik eksudatif. Cairan diarenya dapat tercampur lendir dan darah. Walau
demikian infeksi kuman-kuman ini dapat juga bermanifestasi sebagai diare koleriformis.
Kuman salmonella yang sering menyebabkan diare yaitu S.paratyphi B, Stuphimurium,
S.enterriditis, S.cholerasuis. penyebab parasit yang sering yaitu E.histolitika dan G.lambia.
Gejala Klinis
Diare enterovasif : terdapat demam, tinja berdarah.

Invasif, sering di kolon, diare berdarah, sering tetapi sedikit-sedikit, sering diawali

diare air
Sulit dibedakan dengan IBD
Banyak leukosit di tinja (patogen invasif)
Kultur tinja untuk Salmonella, Shigella, Campylobacter

Patogenesis
Patogenesis diare akut:
1. Masuknya pathogen atau agen yang masih hidup ke dalam usus halus setelah berhasil
melewati rintangan asam lambung.
2. Jasad tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus.
3. Oleh jasad pathogen atau agen itu dikeluarkan toksin (toskin diaregenik)
4. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Patogenesis diare disebabkan oleh terjadinya infeksi bakteri dapat dibagikan kepada 2
tipe yaitu bakteri non-invasif (Enterotoksigenik) dan bakteri invasif (Enteroinvasif).
Infeksi bakteri enterotoksigenik misalnya ETEC dan V. Cholerae tidak merusak
mukosa dan hanya mengeluarkan toksin yang mengikat pada mukosa usus halus 15-30 menit
sesudah diproduksi. Enterotoksin ini akan menyebabkan kegiatan berlebihan nikotinamid
adenin dinukleotid pada dinding sel usus sehingga meningkatkan kadar adenosin 3, 5-siklik
monofosfat (siklik AMP) dalam sel dan menyebabkan sekresi aktif anion klorida ke dalam
lumen usus yang diikuti oleh air, ion bikarbonat, kation Natrium dan Kalium. Dalam hal ini
penting diketahui bahwa tidak ditemukan kerusakan pada sel-sel lumen usus. Kelainan
histologi yang mungkin dijumpai seperti deplesi mukus dalam sel goblet, dilatasi kripti dan
kapiler vili serta edema ringan lamina propia merupakan kelainan- kelainan fungsional dan
bukan karena enterotoksin.
Infeksi yang bekerja dengan patogenesis yang sama adalah infeksi Vibriononaglutinable, S. aureus, Clostridia dan Esch. Coli. Vibrio nonaglutinable diperkirakan
menghasilkan suatu enterotoksin yang mirip dengan V. cholerae. E. coli mengeluarkan 2
macam enterotoksin yaitu labile toxin (LT) dan stable toxin (ST).. LT bekerja cepat terhadap
mukosa usus halus tetapi hanya memberikan stimulasi yang terbatas terhadap enzim adenilat
siklase. Tidak semua pasien yang terinfeksi E. coli menderita diare, ia pula dapat
menyebabkan disentri yang mirip dengan deisentri yang disebabkan oleh Shigella.
Patogenesis untuk bakteri enteroinvasif misalnya EIEC, Salmonella, Shigella,
Yersenia, C. perfringens tipe C adalah kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi.
10

Sifat diarenya sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat tercampur dengan lendir dan darah.
Selain mengeluarkan toksin yang bekerja pada usus halus, Shigella juga menyerang usus
besar dan menyebabkan ulserasi yang menyebabkan daya absorbsi usus besar berkurang.
Oleh karena jaringan nekrotik yang memasuki lumen melepas ion K intraselular serta zat-zat
osmotik aktif lainnya menyebabkan air lebih banyak tertahan pula. Biasanya terdapat gejalagejala sistemik yang lainnya. Pada umumnya lesi di usus besar tidak lebih dalam dari lapisan
submukosa dinding usus. Hal ini berbeda dengan Salmonella di mana infeksi Salmonella ,
epital hampir tidak terganggu tetapi ciri-ciri ditemukan di dalam lapisan lamina propia.
Beberapa jenis kuman Salmonella dapat menyebabkan ulserasi dinding usus. Mekanisme
terjadinya diare belum pasti, tetapi yang jelas pada invasi dinding usus akan terjadi gangguan
pertukaran air dan elektrolit. Jenis- jenis kuman Salmonella yang sering merupakan sebab
diare adalah S. parathypi B, S. typhimurium, S. enteriditis, S. choleraesuis.
Gejala Klinis
Gejala klinik yang timbul tergantung dari intensitas dan tipe diare, namun secara umum tanda
dan gejala yang sering terjadi adalah :

Sering buang air besar lebih dari 3 kali dan dengan jumlah 200 250 gr.

Suhu tubuh biasanya meningkat

Nafsu makan menurun

Anorexia.

Vomiting, dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh
lambung yang turut meradang atau akibat keseimbangan asam-basa dan elektrolit.

Feces encer, dapat disertai darah dan atau lendir. Warna tinja makin lama bercampur
dengan kehijau-hijauan dalam beberapa hari karena bercampur dengan empedu.

Terjadi perubahan tingkah laku seperti rewel, iritabel, lemah, pucat, konvulsi,
flasiddity dan merasa nyeri pada saat buang air besar.

Respirasi cepat dan dalam ( pernafasan Kussmaul)

Penurunan tekanan darah sehingga menyebabkan perfusi ginjal menurun dan timbul
anuria dan penyulit yang berupa nekrosis tubulus ginjal akut

Kehilangan cairan/dehidrasi dimana jumlah urine menurun, turgor kulit jelek, kulit
kering, terdapat fontanel dan mata yang cekung serta terjadi penurunan tekanan darah.

Penatalaksanaan
11

JENIS

KEHILANGAN

TANDA DEHIDRASI

CAIRAN
Dehidrasi ringan

2 5% berat badan

Turgor

kurang,

suara

serak,

belum

presyok
Dehidrasi sedang

5 8% berat badan

Tugor buruk, suara serak, presyok/syok,


nadi cepat, napas cepat dan dalam

Dehidrasi berat

8 10% berat badan

Tanda

dehidrasi

sedang

bertambah,

kesedaran menurun, otot kaku, sianosis


Prinsip pengobatan diare adalah untuk menggantikan cairan yang hilang melalui tinja
dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau
karbohidrat lain.Dehidrasi untuk memberikan rehidrasi pada pasien perlu dinilai dulu derajat

Penatalaksanaan
1. Rehidrasi : oral, NGT, IV
2. Diet
a. Tidak puasa
b. Minuman yang tidak mengandung gas
c. Hindari kafein dan alkohol ( menaikkan motilitas )
d. Harus makan makanan yang mudah dicerna
e. Hindari susu sapi karena defisiensi laktase transien sering terjadi pada diare
3. Obat anti diare
a. Anti motilitas : loperamid
b. Pengeras tinja : atapulgite (4x2 tab/hari)
4. Obat antimikroba
Pengobatan empirik tidak dianjurkan pada kasus ringan, virus, atau bakteri
non invasif
Yang terutama pada penatalaksanaan diare adalah rehidrasi, karena pada penderita diare akan
banyak terbuang air dan elektrolit.

12

Untuk pemberian antimotilitas terutama loperamid, dosis diperhatikan, agar tidak sampai
terjadi efek samping dari loperamid yaitu paralisis ileus. Diberikan loperamid kalau diare
tidak bisa berhenti dan hanya pada saat diare saja.
Untuk menangani dari kehilangan cairan, biasanya digunakan metode Daldiyono.
Metode Daldiyono :

skor
x10% xkgBBx1Liter
15
Tabel 1: Skor Dehidrasi

Pemberian cairan terbagi kepada beberapa tahap:

Tahap 1 = rehidrasi inisial (2 jam) sebanyak total kebutuhan cairan.


Tahap 2 = rehidrasi inisial (1 jam) tergantung kepada kehilangan cairan dalam tahap

1.
Tahap 3 = berdasarkan kehilangan cairan melalui tinja berikutnya dan insensible
water loss (IWL).
Apabila pasien dalam keadaan umum baik tidak dehidrasi, asupan cairan
adekuat dengan minuman dan sari buah. Namun, bila pasien kehilangan cairan yang
banyak dan dehidrasi, penatalaksaan agresif diberikan seperti Cairan rehidrasi oral
mengandung

NaCl,

NaHCO3,

KCl

dan

glukosadan

Cairan

parental

mengandung,Larutan Darrow ditambah glukosa, Ringer laktat dan ditambah glukosa


dan Glukosa ditambah NaHCO3 atau NaCl
Jalan pemberian cairan untuk rehidrasi terbagi kepada 3 cara yaitu:

13

Peroral: untuk dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi dan bila anak mau minum

dan kesadarannya baik.


Intragastrik untuk dehidrasi ringan, sedang atau tanpa rehidrasi, tetapi anak tidak

mahu minum atau kesadaran menurun.


Intravena untuk dehidrasi berat.6

Diet

Tidak berpuasa
Tidak meminum minuman yang bergas
Hindari kafein dan alcohol (meningkatkan motilitas peristaltik)
Mengambil makanan yang mudah dicerna
Hindari susu sapi karena defisiensi lactase transien pada pasien

Pengobatan antidiare

JENIS OBAT

CONTOH OBAT

Antimotilitas

Loperamid

Pengeras tinja

Atapulgite (4 x 2 tab/ hari)


Tidak bermanfaat: kaolin, pectin, charcoal,
tabomal

Anti spasmolitik

Papaverine

(tidak diperlukan untuk diare akut)

Opium dan Loperamid

Pengobatan antimikroba

14

Penggunaan obat ini tidak dianjurkan kepada kasus ringan, virus atau bakteri non invasive.
Antibiotika dapat digunakan apabila penyebab infeksinya jelas.

PENYEBAB

TERAPI

Shigelosis

Siprofloksasin

Salmonella paratyphi

Siprofloksasin
Amoksisilin

Campylobacter

Eritromisin

Disentri ameba

Tinidazol

V. cholera

Siprofloksasin
Tetrasiklin

Pencegahan
Karena penularan

diare

menyebar melalui jalur fekalGiardia lamblia

Tinidazol

oral, penularannya dapat dicegah


dengan menjaga higiene pribadi

Strongiloides

Albendazol

yang baik. Ini termasuk sering


mencuci tangan setelah keluar

dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan. Kotoran manusia harus diasingkan dari
daerah pemukiman, dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran manusia. Karena makanan
dan air merupakan penularan yang utama, ini harus diberikan perhatian khusus. Minum air,
air yang digunakan untuk membersihkan makanan, atau air yang digunakan untuk memasak
harus disaring dan diklorinasi. Jika ada kecurigaan tentang keamanan air atau air yang tidak
dimurnikan yang diambil dari danau atau air, harus direbus dahulu beberapa menit sebelum
dikonsumsi. Ketika berenang di danau atau sungai, harus diperingatkan untuk tidak menelan
air.
Semua buah dan sayuran harus dibersihkan menyeluruh dengan air yang bersih (air
rebusan, saringan, atau olahan) sebelum dikonsumsi. Limbah manusia atau hewan yang tidak
diolah tidak dapat digunakan sebagai pupuk pada buah-buahan dan sayuran. Semua daging

15

dan makanan laut harus dimasak. Hanya produk susu yang dipasteurisasi dan jus yang boleh
dikonsumsi.
Prognosis
Prognosis baik apabila ditangani dengan cepat dan tepat.

Penutup
Kesimpulan
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
dengan hasil pasien menderita diare akut et causa enteroinvasif bakteri yang ditandai dengan
feses berdarah juga disertai suhu yang sedikit tinggi.

Daftar Pustaka
1. Isselbacher KJ, Braunwald E, Wilson JD, Martin JB, Fauci AS, Kasper DL,
Harison prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Volum I. Edisi ke 13. Jakarta:
EGC;2004.h.248-55
2. Gleadle J. Anamnesis and physical examination of abdomen. History and
examination at a glance. 10th Ed. Blackwell Science Ltd; 2007.
3. Price, SA ., Wilson, LM. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Vol
1. Ed. 6. Jakarta: EGC; 2006.
4. Chen Y. A., Christopher T. Acute diarrhea. Gastroenterology in Pediatrics. The
Toronto Notes. 27th ed. Canada: Toronto Notes for Medical Students, Inc. Toronto,
Ontario; 2011.
5. Robbins, Cotran, Kumar. Dasar patologi penyakit. Ed ke-5. Jakarta: EGC; 2007.
6. Geo. F. Brooks, Karen C. Carroll, Janet S. Butel, Stephen A. Morse, Timothy A.
Mietzner. Adenovirus, Herpesvirus, Rotavirus. Medical Microbiology. 25 th ed.
Lange: Mc GrawHill; 2007.
7. Marcellus SK, Daldiyono. Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Diare Akut. Ed V. Jakarta:
Interna Publishing: 2009.

16

Anda mungkin juga menyukai