Anda di halaman 1dari 10

PANDUAN PRAKTIK KLINIK

DIARE AKUT

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSUP
SANGLAH
DENPASAR
Ditetapkan oleh:
Tanggal terbit: Direktur Utama

PPK
DIARE AKUT
dr. I Wayan Sudana, M.Kes
NIP 19650409 199509 1 001
No.ICD 10 A09* (infectious gastroenteritis and colitis, unspecified)
R19.7 (diarrhea, unspecified)
Pengertian Diare adalah perubahan frekuensi buang air besar menjadi lebih sering
dari normal atau lebih dari 3 kali per hari; disertai perubahan
konsistensi feses menjadi lebih encer. Diare juga dapat diartikan
sebagai keluarnya feses lebih dari 200 gram per hari, atau kandungan
air pada feses lebih dari 200 mL per hari. Diare akut adalah diare yang
berlangsung kurang dari 14 hari.
Anamnesis 1. Onset, durasi, frekuensi, progresivitas, kualitas diare (konsistensi,
warna, volume feses serta, frekuensi buang air besar
2. Geiala penyerta berupa panas dan gejala enterik (mual/muntah,
nyeri perut/kram, demam, tenesmus, flatulence, fecal urgency)
3. Frekuensi dan jumlah berkemih terakhir
4. Riwayat makanan/minuman yang dikonsumsi 6 -24 iam terakhir
(makanan mentah atau terkontaminasi) adakah keluarga atau orang
disekitarnya dengan gejala serupa,
5. Kebersihan/ kondisi tempat tinggal (termasuk sumber air bersih)
6. Riwayat bepergian (wisatawan atau pendatang baru)
7. Faktor predisposisi (riwayat seksual, riwayat perawatan RS, status
imunokompeten atau imunokompromis, penggunaan antibiotika
dan obat lainnya)
Pemeriksaan 1. Keadaan umum
Fisik 2. Tanda vital (kesadaran, tekanan darah, nadi, respirasi, suhu badan,
assessment nyeri)
3. Status gizi
4. Tanda dehidrasi dan perfusi jaringan (termasuk pengisian kapiler)
5. Tanda anemia
6. Abdomen: kualitas dan lokasi nyeri perut, borborygmi (peningkatan
peristaltic yang terdengar jelas)
7. Perianal eritema dan colok dubur (dianjurkan colok dubur untuk
pasien usia > 50 tahun, dan feses berdarah)
8. Identifikasi penyakit komorbid.
PANDUAN PRAKTIK KLINIK
DIARE AKUT

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSUP
SANGLAH
DENPASAR
Kriteria 1. Anamnesa: buang air besar ≥ 3kali per hari dengan konsistensi cair
Diagnosis atau volume feses >200 gram/ hari atau >200 mL/hari. Disertai
satu dari gejala enteric:
a. Mual/muntah
b. Nyeri perut/kram
c. Tenesmus
d. Flatulence
e. Fecal urgency
2. Pemeriksaan fisik tanda vital( suhu mungkin meningkat akibat
respon inflamasi atau dehidrasi; hipotensi dan takikardi pada
hipovolemik shock; pemeriksaan abdomen (peningkatan peristaltic)
dan evaluasi status hidrasi (sesuai tabel)

Tabel: derajat dehidrasi, gejala dan tanda


Hidrasi 0–5% 5 – 10 % ≥10% dehidrasi
dehidrasi dehidrasi (berat)
(ringan) (sedang)

Keadaan umum Baik Gelisah Lemah (DOC)


Mata Normal Cowong Sangat cowong
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mukosa mulut Lembab Kering Sangat kering
Rasa haus Minum normal Rasa haus Kesulitan minum
Kulit (pengisian <2 detik >2 detik Kulit tidak
kapiler) kembali

3. Laboratorium: bisa disertai peningkatan lekosit, hemokonsentrasi


akibat dehidrasi, hipoalbumin akibat protein loosing enteropathy,
gangguan elektrolit, gangguan asam basa dan kidney injury pada
kasus berat. Analisis fekal menilai pH, warna, konsistensi, lekosit
feses, eritrosit pada feses, parasit/ova.
Diagnosis 1. Gastroenteritis non- infeksi
Banding 2. Infeksi C. difficile
3. Divertikulitis akut
4. Disfungsi system gastrointestinal pada sepsis
5. Pelvic inflammatory disease (PID)
PANDUAN PRAKTIK KLINIK
DIARE AKUT

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSUP
SANGLAH
DENPASAR
Pemeriksaan 1. Darah lengkap: Leukosit: dapat normal atau meningkat;
Penunjang hemokonsentrasi pada dehidrasi.
2. Elektrolit (Hyponatremi, Hypokalemia, Hypokloremia)
3. Analisa gas darah (pada kasus dengan klinis berat atau disertai
nafas kussmaull)
4. Kimia darah: Kreatinin
5. Analisa feses, kultur dan resistensi feses (kultur negatif pada 40%
kasus bacterial diare), immunoassay toksin bakteri (C.
difficile)/antigen virus (rotavirus), antigen protozoa (Giardia, E.
Histolytica)
6. Pencitraan: bila dicurigai komplikasi perforasi atau peritonitis (foto
polos abdomen 3 posisi, USG abdomen)
Konsultasi Bedah digestif (kasus komplikasi peritonitis atau perforasi)

Perawatan Rawat inap pada kasus:


Rumah Sakit 1. Diare dengan dehidrasi sedang – berat
2. Diare dengan renjatan
3. Disertai ko-morbid, pada orang tua atau kondisi immunokompromis
Terapi/tindakan Pendekatan tatalaksana sesuai alur berikut:
(ICD 9 CM)
BAB cair ≥ 3 kali/ 24 jam disertai salah satu dari gejala
enterik (mual/muntah, nyeri perut/kram, tenesmus,
Terapi hidrasi oral: untuk semua kasus berikan cairan
flatulence, fecal urgency)
dan elektrolit rumatan oral
Makanan oral:
Watery diaresup, kaldu, biskuitDiare
asin, disentri
makanan yang
(feses
dimasak matangmakros berdarah)
Sakit Sakit sedang* Suhu Kasus berat*
ringan – berat <37.8 disertai suhu
Hidrasi Tra Non Anali
* ˚C Non
≥37.8˚C Travel
(Non-
adeku vel Travel sa Tra associ
outbreak)
at, ass
An Su
associaSu feses, vel ated
dapat oci
tib hu ted hu kultuAnaliass Terap
*Sakit
diberik ≤
ate
io <3Du ≥3 Du r. i
ocia
ringan:
an 48
d
tik ras 7.8 ras Antib sa
7.8 empir
tanpa ted
lopera ja
a ˚Ci < ˚C i ≥ iotikafeses, ik
pembat m kultu
mid 4 72 72 empi r.
Lakukan pemeriksaan Asitro
asan
mg ter ja ja misin
aktivita kultur padarik
diare > 14
Antib
dosis api m m dosis
s fisik hari iotika
tungga
Sakit lop tingga
l
sedang: er empi
l1
mampu am rik
gram
berakti ide oral
fitas atau
disertai
500
pembat
mg/h
asan
aktivita ari
s selam
Sakit a3
berat: hari
tidak
mampu
beraktiv
itas

Gambar: Alur tatalaksana diare akut (ACG 2016)

PANDUAN PRAKTIK KLINIK


DIARE AKUT

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSUP
SANGLAH
DENPASAR
1. Terapi Suportif
1.1 Rehidrasi cairan dan elektrolit
Per oral: Iarutan garam gula, oralit, Larutan Rehidrasi Oral (LRO)
lntravena: ringer laktat, ringer asetat, normal salin, ringer dekstrosa.
Jumlah kebutuhan cairan disesuaikan dengan status hidrasi
(menggunakan klasifikasi berdasarkan CDC AS 2008) atau dengan
menggunakan skor Daldiyono.
Kebutuhan cairan per hari menggunakan metode ini adalah :
a. Dehidrasi minimal: 103/100 x 30 – 40 ml/kgBB/hari
b. Dehidrasi ringan sedang : 109 /100 x 30 – 40 mL/kgBB/hari
c. Dehidrasi herat :112/100 x30 – 40 mL/kgBB/hari
Evaluasi dan penatalaksanaan dehidrasi berdasarkan CDC AS 2008:
a. Dehidrasi minimal (kekurangan cairan <3% dari kebutuhan
normal/berat badan):
 Kebutuhan cairan = 103/100 x 30 – 40 mL/kgBB/hari ,atau
 Kebutuhan cairan = pengeluaran (feses+IWL[10%BB]) +
30 – 40 mL/kgBB/hari
b. Dehidrasi ringan sedang (kekurangan cairan 3 – 9% dari
kebutuhan normal/berat badan):
 Kebutuhan cairan = 109/100 x 30 – 40 mL/kgBB/hari ,atau
 Kebutuhan cairan = pengeluaran (feses+IWL[10% BB]) +
30 – 40 mL/kgBB/hari
c. Dehidrasi berat (kekurangan cairan >9% dari kebutuhan
normal/berat badan)
 Kebutuhan cairan = 112/100 x 30 – 40 m1/kgBB/hari,atau
 Kebutuhan cairan = pengeluaran [feses+IWL(10%BB)] +
30 – 40 mL/kgBB/hari

1.2. Terapi antibiotika empirik (ACG 2016)


Tabel: Rekomendasi terapi antibiotika empirik pada diare akut

PANDUAN PRAKTIK KLINIK


DIARE AKUT

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSUP
SANGLAH
DENPASAR

Antibiotikaa Dosis Durasi


Levofloksasin 500 mg i.o Dosis tunggalb atau 3 hari
Siprofloksasin 750 mg i.o atau Dosis tunggal
500 mg i.o 3 hari

Ofloksasin 400 mg i.o Dosis tunggalb atau 3 hari


Asitromisinc,d 1000 mg i.o atau Dosis tunggal
500 mg i.o 3 hari

Rifaximine 300 mg i.o setiap 8 jam 3 hari


ETEC, Enterotoxigenic Escherichia coli.
a
Antibiotik bisa dikombinasi dengan loperamide: 4 mg dosis pertama, selanjutnya 2 mg
setiap BAB encer (dosis total < 16 mg dalam 24 jam)
b
Bila gejala tidak membaik dalam 24 jam, lanjutkan antibiotika selama 3 hari
c
Terapi empirik lini pertama pada kasus diare di Asia Tenggara dan India sebagai
antisipasi terapi fluoroquinolone-resistant Campylobacter
d
Terapi pilihan pada disentri atau diare dengan febris
e
Tidak digunakan pada kasus diare yang dicurigai disebabkan oleh Campylobacter,
Salmonella, Shigella, atau diare invasif lain.

1.3 Terapi antibiotika berdasarkan etiologi


1.3.1 Bakteri
a. E.Coli patogen (EPEC), toksigenik (ETEC), hemoragik
(EHEC); Enterobacter aerogenes; Shigella sp:
Kuinolon: siprofloksasin 2 x 500 mg i o, norfloksasin 2 x 400
mg i. o, levofloksasin 1 x 500 mg i.o selama 3 hari
Kotrimoksazol forte 2 x (160 mg + 800 mg) i.o selama 5 hari
b. Salmonella sp:
Kloramfenikol 4 x 500 mg i.o, Tiamfenikol 50 mg/kgBB
(setiap 6 jam) i o selama 10 – 14 hari
Kuinolon: siprofloksasin 2 x 500 mg i.o, norfloksasin 2 x 400
mg i.o, levofloksasin 1 x 500 mg i.o selama 3 – 5 hari
Kotrimoksazol forte 2 x (160 mg + 800 mg) i.o selama 10 –
14 hari

PANDUAN PRAKTIK KLINIK


DIARE AKUT

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSUP
SANGLAH
DENPASAR
c. Vibrio cholera:
Tetrasiklin 4 x 500 mg i.o selama 3 hari
Doksisiklin 4 x 300 mg i.o, dosis tunggal
Kuinolon: siprofloksasin 2 x 500 mg i.o, norfloksasin/
levofloksasin 1x500 mg i.o
d. Clostridium difficile:
Metronidazol 4 x 250-500 mg i.o selama 7 - 14 hari
Vankomisin 4 x 125 mg selama 7-14 hari (Bila resistensi
metronidazole)
Probiotik
e. Yersinia enterocolytica :
Aminoglikosida ; streptomisin (lM) 30 mg/kgBB/hari i.o bid,
selama 10 hari
Kotrimoksazol forte 2 x (160 mg + 800 mg) i.o
Kuinolon: siprofloksasin 2 x 500 mg i.o, norfloksasin 2 x 400
mg i.o, levofloksasin 1 x 500 mg i.o
f. Shigella dysentrae;
Kuinolon: siprofloksasin 2 x 500 mg i.o, norfloksasin 2 x 400
mg i.o, levofloksasin 1 x 500 mg i.o
Cephalosporine generasi ke-3
Aminoglikosida ; streptomisin (lM) 30 mg/kgBB/hari (setiap
12 jam) p.o, selama 10 hari
g. Campylobacter jejunii :
Kuinolon: siprofloksasin 2 x 500 mg i.o, norfloksasin/
levofloksasin 1x500 mg i.o
Makrolid: eritromisin 2x500 mg i.o selama 5 hari
1.3.2 Virus:
Tidak diberikan antivirus, hanya terapi suportif dan
simptomatik

PANDUAN PRAKTIK KLINIK


DIARE AKUT

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSUP
SANGLAH
DENPASAR
1.3.3 Parasit:
Giardia lamblia: metronidazol 4 x 250-500 mg i.o selama 7-14
hari
Cryptosporidium: paromomisin (4g/hari i.o dosis terbagi) plus
azitromisin (500 mg i.o dosis tunggal dilanjutkan 1 x 250 mg
i.o selama 4 hari)
Entamoeba histolytica:
 Metronidazol 4 x 250-500 mg i.o selama 7-14 hari
 Tinidazol 2 g/hari i.o selama 3 hari
 Paromomisin 4 g/hari i.o, dosis terbagi
Isospora belii
 Kotrimoksazol forte 2 x (160 mg + 800 mg) i.o, selama 7 –
10 hari
1.3.4 Jamur (pada pasien dengan HIV/AIDS): Candida sp,
Cryptococcus sp, Coccidiomycosis sp.
Antifungal diberikan intravena, dilanjutkan oral, tergantung
derajat infeksi
 Flukonazol 2 x 50 mg;
 Itrakonazol 2 x 200 mg;
 Vorikonazol 2 x 200 mg;
 Amfoterisin B 1 mg/kgBB/hari;
 Nistatin 4 x 2 mL (oral kandidiasis, step down terapi)
2. Terapi Simptomatik
a. Adsorbent (kaolin, attapulgite, smectite, karbon aktif,
kolestiramin): bekeria dengan cara mengikat dan inaktivasi
toksin bakteri atau zat lain yang menyebabkan diare
b. Probiotik: terdiri dari Lactobacillus sp dan Bifidobacteria sp
atau Saccharomyces boulardii, bila mengalami peningkatan
jumlahnya di saluran cerna akan memiliki efek yang positif
karena berkompetisi dengan bakteri patogen untuk nutrisi dan
reseptor saluran cerna.

PANDUAN PRAKTIK KLINIK


DIARE AKUT

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSUP
SANGLAH
DENPASAR
c. Antimotilitas (loperamid hidroklorida, difenoksilat dengan
atropin, tinktur opium, tinktur opium camphor, paregoric,
kodein): mengurangi frekuensi BAB pada orang dewasa, tetapi
tidak mengurangi volume tinja. Tidak boleh diberikan pada
bayi dan anak-anak dengan diare karena dapat menyebabkan
ileus paralitik berat dan memperpanjang durasi idfeksi karena
menghambat eliminasi organisme penyebab. Pada dosis tinggi
dapat menyebabkan toksik megakolon. Antimotilitas yg
membuat spasme, tidak boleh diberikan pada wanita hamil
(komplikasi abortus).
d. Bismuth subsalisilat: mengurangi volume tinia dan keluhan
subyektif. Diberikan setiap 4 jam, dapat mengurangi volume
tinia pada diare akut sampai 30%.
Obat antidiare: kontraindikasi bila feses berdarah, imunokompromis,
atau pada risiko sepsis

Tempat Sesuai dengan derajat dehidrasi dan komplikasi:


Pelayanan Ruangan biasa, ruangan intermediate, ruangan intensif medis
Penyulit 1. Komplikasi sistemik: hipovolemia, hiponatremia, hipoglikemia,
sepsis, kejang dan ensefalopati, sindroma uremik hemolitik (HUS),
pneumonia, kurang energi protein.
2. Komplikasi saluran cerna: perforasi, toksik megakolon.
Informed Lisan dan tertulis
consent
Tenaga Standar Dokter spesialis penyakit dalam dan dokter spesialis penyakit dalam
konsultan tropik dan infeksi,PPDS tingkat II dan III
Lama 7 hari
Perawatan
Masa Rata-rata 7 hari dan tergantung komplikasi
Pemulihan
Hasil 1. Diare cair akut rata – rata berlangsung 5 – 7 hari
2. Sebagian besar kasus sudah membaik dalam 2 minggu
3. Diare dengan komplikasi serius seperti dehidrasi dan syok
hipovolemik memiliki prognosis baik bila rehidrasi berhasil

PANDUAN PRAKTIK KLINIK


DIARE AKUT

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSUP
SANGLAH
DENPASAR
4. Faktor-faktor yang memiliki prognosis yang lebih buruk,
diantaranya:
a. Diare disertai darah,dehidrasi dan hipovolemia
b. Syok hipovolemik gejala diare berulang
c. Malnutrisi, pasien dengan immunodefisiensi termasuk infeksi
HIV
d. Usia > 65 tahun
e. Diare karena penggunaan antibiotika, infeksi nosokomial atau
wabah diare
f. Diare yang disertai tanda - tanda peritonis

Patologi Tidak diperlukan


Otopsi Tidak diperlukan
Tindak Lanjut Kontrol poliklinik Penyakit Dalam hari ke 5 Keluar Rumah Sakit
Tingkat Eviden Tingkat eviden IA – 2A, derajat rekomendasi A
& Rekomendasi
Indikator Medis Keadaaan umum membaik, keluhan pasien menghilang, perbaikan
dieresis. Perbaikan parameter laboratorium
Edukasi 1. Penyebab penyakit
2. Komplikasi yang mungkin terjadi
3. Tatalaksana di rumah sakit: prosedur diagnostik, tindakan medis,
terapi, komplikasi, prognosis
Kepustakaan 1. Riddle M, DuPont HL, Connor BA. ACG clinical guidelines:
Diagnosis, Treatment, and Prevention of Acute Diarrheal Infections
in Adults. Am J Gastroenterol 2016; 111:602–622
2. World Health Organization. The treatment of diarrhea: A manual
for physicians and other senior health workers. WHO 2005
3. Panduan Praktek Klinis di bidang Penyakit Dalam. PAPDI 2015

Anda mungkin juga menyukai