Anda di halaman 1dari 13

PANDUAN

SKRINING PASIEN
RSU SANTA MARIA CILACAP TAHUN 2019

RSU SANTA MARIA CILACAP


JL. JEND.ACHMAD YANI NO.38
CILACAP

1
BAB I
DEFINISI

Skrining merupakan pengenalan dini secara pro-aktif untuk menemukan adanya


masalah atau faktor risiko. Sehingga skrining bisa dikatakan sebagai usaha untuk
mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang secara klinis belum jelas, dengan menggunakan
tes, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara cepat untuk membedakan
orang yang terlihat sehat, atau benar-benar sehat tapi sesungguhnya menderita kelainan ataupun
gangguan kesehatan. Skrining pada pasien dapat dilaksanakan melalui kriteria triase,
anamnesis (wawancara riwayat penyakit), evaluasi visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik
maupun psikologik, laboratorium klinik, ataupun radiologi diagnostik.
Skrining pasien adalah suatu rangkaian kegiatan melakukan penilaian awal kegawatdaruratan
pada setiap pasien yang datang ke Instalasi Gawat. Dalam hal ini skrining pasien dilakukan
pada awal di triage primer yang juga meliputi cara mendiagnosis serta memilah penderita
berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya yang tersedia.
Kegiatan skrining sangat diperlukan dalam pelayanan gawat darurat karena Instalasi Gawat
Darurat sebagai pusat pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan gawat darurat selama
24 jam berfungsi untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas dari penyakit dengan pengobatan
dini yang sesuai terhadap kasus-kasus kegawatdaruratan. Untuk itu diperlukan langkah-langkah
skrining pasien yang baik sehingga pelayanan kesehatan untuk kasus-kasus gawat dan darurat
dapat diselenggarakan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.
Beberapa istilah yang perlu diperhatikan dalam kegiatan skrining pasien awal di triage primer,
antara lain :

1. Triase.
Pengelompokan pasien berdasarkan atas berat ringannya trauma/penyakit serta
kecepatan penanganan/pemindahannya pasien diterima / dirujuk disesuaikan dengan
kemampuan Rumah Sakit.

2. Prioritas
Penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan pemindahan yang
mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul.

2
3. Survei primer
Deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam jiwa.

4. Survei Sekunder
Melengkapi survei primer dengan mencari perubahan-perubahan anatomi yang akan
berkembang sehingga mungkin akan dapat menjadi semakin parah dan memperberat
perubahan fungsi vital yang ada dan berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak segera
diatasi.

5. Pasien gawat darurat


Pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam
nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapatkan
pertolongan secepatnya.

6. Pasien gawat tidak darurat


Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat (misalnya
kanker stadium lanjut).

7. Pasien darurat tidak gawat


Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba tetapi tidak mengancam nyawa dan
anggota badannya (misalnya luka sayat dangkal).

8. Pasien tidak gawat tidak darurat


Pasien yang tidak memerlukan pertolongan segera (misalnya pasien dengan ulcus
tropicum, TBC kulit, dan sebagainya)

9. Kecelakaan (accident).
Suatu kejadian di mana terjadi interaksi berbagai faktor yang datang secara mendadak,
tidak dikehendaki sehingga dapat menimbulkan cedera fisik, mental, ataupun sosial.
Kecelakaan dapat diklasifikasikan menurut kriteria sebagai berikut :
a) Mekanisme kejadian.
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik, tersengat, terbakar (baik karena efek kimia,
fisik, listrik, atau maupun radiasi).

b) Tempat kejadian.
1) Kecelakaan lalu lintas.
2) Kecelakaan di lingkungan rumah tangga.
3) Kecelakaan di lingkungan pekerjaan.

3
4) Kecelakaan di Sekolah
5) Kecelakaan di tempat-tempat umum lain (misalnya di tempat rekreasi,
perbelanjaan, area olahraga, dan sebagainya).
6) Waktu kejadian.
7) Waktu perjalanan (travelling/transport time).
8) Waktu bekerja, sekolah, bermain, dan sebagainya.
9) Bencana.
10) Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan/atau
manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta
benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta
menimbulkan gangguan terhadap tata kehiduapan masyarakat dan
pembangunan nasional yang memerlukan pertolongan dan bantuan.

4
BAB II
RUANG LINGKUP

1. SKRINING KASUS.
Petugas Instalasi Gawat Darurat harus dapat menyeleksi pasien sesuai dengan kondisi
kegawatdaruratannya sebagai prioritas pertama pelayanan kepada pasien sesuai dengan
ketentuan yang ada untuk pelayanan pasien gawat darurat yang berlaku dan tidak berdasarkan
urutan kedatangan pasien untuk kemudian memilah pasien berdasarkan kebutuhan terapi dan
sumber daya yang tersedia.
Ruang lingkup pelayanan pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat berdasarkan
kondisi kegawatdaruratannya meliputi :
A. Pasien dengan kasus emergency yaitu pasien yang berada dalam kondisi sebagai
berikut:
1. Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau akan menjadi gawat
dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan bisa menjadi cacat) bila tidak
mendapat pertolongan yang tepat secepatnya.
2. Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat.
3. Pasien akibat musibah/kejadian yang tiba-tiba terjadi, tetapi tidak mengancam
nyawa dan anggota badannya.
B. Pasien dengan kasus false emergency, yaitu pasien yang tidak memerlukan pertolongan
segera.
Dalam kegiatan skrining pasien awal di triage primer, perlu dipahami bahwa
kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dari salah
satu sistem atau organ di bawah ini, yaitu :
1. Susunan saraf pusat.
2. Pernafasan.
3. Kardiovaskuler.
4. Hati.
5. Ginjal.
6. Pankreas.

5
Kegagalan dari salah satu sistem atau organ tersebut dapat disebabkan oleh :
1. Trauma/cedera.
2. Infeksi.
3. Keracunan.
4. Degenerasi (failure).
5. Asfiksia.
6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah yang besar (excessive loss of water
and electrolit).
7. Lain-lain.
Pada kasus tertentu di mana penyakit yang diderita tidak termasuk di dalam
daftar tersebut di atas, penentuan kasus gawat atau tidak gawat ditentukan oleh dokter
yang menangani pasien.
Kegagalan sistem susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan, dan
hipoglikemia dapat meyebabkan kematian dalam waktu yang singkat. Sedangkan
kegagalan sistem organ yang lain dapat meyebabkan kematian dalam waktu yang relatif
lebih lama.
Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat
(PPGD) dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh :
1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat
2. Kecepatan meminta pertolongan
3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan :
a) Di tempat kejadian
b) Dalam perjalanan ke rumah sakit
c) Pertolongan selanjutnya secara mantap dirumah sakit

Beberapa kriteria kasus yang tidak dapat ditangani di RSU Santa Maria Cilacap
adalah sebagai berikut :
A. Pasien dengan diagnosis

1. TBC dengan XDR / MDR.

2. Gaduh Gelisah ec Psikiatri.

3. Gagal ginjal on HD.

4. HIV AIDS yang memerlukan ARV atau terapi definitif HIV AIDS.

5. Kanker yang perlu konsultan hematologi dan onkologi medis.

6. Kasus Urologi

7. Kasus Saraf

6
8. Flu burung (kasus dengan hasil Laboratorium penunjang positif).

9. Flu babi (kasus dengan hasil Laboratorium penunjang positif).

10. SARS (kasus dengan hasil Laboratorium penunjang positif).

11. Pasien KLL indikasi bedah syaraf

B. Tidak ada DPJP yang bertugas kecuali pasien menghendaki atau menyetujui dirawat
dokter lain atau asisten DPJP.

C. Tidak tersedia bed, peralatan dan pemeriksaan yang sangat diperlukan oleh pasien
dan tidak dapat ditunda pengadaannya

2. SKRINING PASIEN MASUK RAWAT INAP UNTUK KEBUTUHAN


PELAYANAN PREVENTIF, KURATIF, PALIATIF DAN REHABILITATIF
1. Preventif
a. Upaya preventif adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam mencegah
terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Preventif secara etimologis berasal dari
Bahasa latin pravenire yang artinya datang sebelum atau antisipasi atau mencegah
untuk tidak terjadi sesuatu. Dalam pengertian yang luas preventif diartikan sebagai
upaya secara sengaja dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan, kerusakan,
atau kerugian bagi seseorang atau masyarakat.
b. Tujuan
Pelayanan preventif yang dilakukan di rumah sakit adalah terdiri dari pengobatan
penyakit pada tahap dini untuk membatasi kecacatan dengan cara menghindari
akibat yang timbul dari perkembangan penyakit tersebut.
c. Contoh pelayanan prefentif
1) Pemberian Anti Tetanus Serum pada pasien yang mengalami luka di tubuh
2. Paliatif
a. Pengertian
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup
pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit
yang dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan melalui
identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah-
masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual.
b. Tujuan
Ini merupakan perawatan medis yang dapat membantu meminimalisir penderitaan
serta meningkatkan kualitas hidup pasien yang mengalami penyakit kritis yang
mengancam keberlangsungan hidupnya. Perawatan paliatif memiliki fokus pada

7
peredaman rasa sakit, gejala serta stress akibat penyakit kritis seperti kanker
stadium lanjut.
Perawatan paliatif dapat dilakukan segera setelah jelas bahwa terapi bersifat
paliatif sampai pasien meninggal. Perawatan ini mencakup perawatan holistic bagi
pasien dan keluarganya, serta pemberian informasi terkini sehingga dapat
memutuskan dimana akan meninggal. Perawatan paliatif merupakan kombinasi
unik dukungan dari rumah sakit agar dapat memenuhi kebutuhan individual pasien
dan keluarganya (kehilangan, berduka, nyeri, muntah dsb).
c. Lingkup kegiatan Perawatan Paliatif
1. Penatalaksanaan nyeri
2. Penatalaksanaan keluhan fisik lain
3. Asuhan keperawatan
4. Dukungan psikologis
5. Dukungan social
6. Dukungan kultural spiritual
7. Dukungan persiapan dan selama masa dukacita

3. Kuratif
a. Definisi
Pelayanan kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan dana tau serangkaian kegiatan
pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan
penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit, pengendalian kecacatan agar
kualitas pasien dapat seoptimal mungkin.
b. Tujuan
Pengobatan segera agar dilakukan sebagai penghalang agar gejala tidak
menimbulkan komplikasi yang lebih parah.
1) Pengobatan secepat-cepatnya dan setepat-tepatnya dari setiap jenis penyakit
sehingga tercapai penyembuhan yang sempurna dan segera
2) Pencegahan penularan kepada orang lain, bila penyakitnya menular
3) Mencegah terjadinya kecacatan yang diakibatkan suatu penyakit

4. Rehabilitatif
a. Pengertian
Upaya promosi kesehatan untuk memelihara dan memulihkan kondisi / mencegah
kecacatan. Tindakan ini dilakukan pada seseorang yang proses penyakitnya sudah
berhenti.
b. Tujuan
Untuk memulihkan dan mencegah kecacatan

8
c. Contoh tindakan rehabilitative
1) Terapi psikologis pada pasien pasca kanker Rahim agar kepercayaan dirinya
kembali seperti semula
2) Memeberikan pendidikan pada keluarga agar mau menerima dan memeberikan
pertolongan pada keluarga yang hamil dengan HIV/AIDS
3) Latihan fisik bagi yang mengalami gangguan fisik, seperti : penderita kusta,
patah tulang, dan kelainan bawaan
4) Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita penyakit tertentu, seperti TBC
yaitu dengan latihan nafas dan batuk, penderita stroke dengan fisioterapi.

3. SKRINING WILAYAH.
Skrining bisa dilakukan saat pasien berada di luar Rumah Sakit tempat asal rujukan
pasien, pada saat pasien ditransportasi, dan pada saat pasien tiba di RS (IGD atau IRJ).

4. SKRINING PASIEN DI RAWAT JALAN


Skrining pasien di rawat jalan bertujuan untuk menentukan kebutuhan pasien sesuai dengan
kondisinya serta menentukan prioritas pelayanan di Instalasi Rawat Jalan (apakah perlu
jalur cepat/tidak atau justru membutuhkan pelayanan gawat darurat).
Selain itu skrining pasien di rawat jalan juga sebagai upaya kewaspadaan standar terhadap
pasien yang potensial tinggi menularkan penyakit.

9
BAB III
TATA LAKSANA

A. Skrining pasien di Gawat Darurat


Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Santa Maria Cilacap yang menyelenggarakan
pelayanan gawat darurat selama 24 jam melaksanakan kegiatan skrining pasien yaitu
skrining luar dan skrining dalam.

B. Skrining Luar
Skrining luar bisa dilakukan pada saat pasien berada di tempat asal, di kendaraan.
Skrining luar ditanyakan identitas pasien, diagnose dan keadaan umumnya.
Dokter jaga IGD memutuskan apakah pasien bisa diterima di Rumah Sakit Santa Maria
Cilacap atau tidak.
Kegiatan skrining luar didokumentasikan di buku skrining luar.

C. Skrining Dalam
Skrining dalam dilakukan sebelum pasien masuk IGD dan di ruang triase yang
dilakukan sebagai penilaian awal kegawatdaruratan pada setiap pasien yang datang dengan
prosedur sebagai berikut :
1. Petugas IGD merespon dengan cepat terhadap kedatangan pasien.
2. Skrining awal dilakukan dalam waktu maksimal 5 menit :
a. Petugas IGD melakukan penilaian kesadaran dengan menggunakan kriteria
Glascow Coma Score.
b. Petugas IGD melakukan penilaian jalan nafas pasien (airway), dengan kriteria
sebagai berikut:
1) Jalan nafas bebas (pasien bernafas dengan baik).
2) Adanya suara tambahan.
3) Adanya sumbatan/obstruksi jalan nafas total.
c. Petugas IGD melakukan penilaian pernafasan (breathing) dengan menghitung
frekuensi nafas, jika didapatkan pasien dengan kondisi kegawatan sistem pernafasan
(henti nafas, bradypnea, ataupun tachypnea) maka pasien langsung dibawa ke ruang
resusitasi untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
d. Petugas IGD memasang pulse oximeter untuk pemeriksaan sirkulasi darah
(circulation) jika didapatkan :
1) Heart rate tidak terdengar, cek pulsasi dan segera lakukan tindakan resusitasi
jantung paru sesuai dengan prosedur.
2) Heart rate bradycardia ataupun tachycardia, pasien segera dibawa ke ruang
resusitasi untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
3) SaO2 < 90%, pasien segera dibawa ke ruang resusitasi untuk penatalaksanaan
lebih lanjut.
e. Petugas IGD menanyakan keluhan utama pasien jika terdapat keluhan yang
potensial mengancam nyawa (misalnya : kejang, kelemahan/ kelumpuhan anggota
gerak, nyeri dada, sesak nafas, dan sebagainya) maka pasien segera dibawa ke
ruang resusitasi untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
f. Hasil pemeriksaan skrining pasien awal di triase ditulis di lembar triase IGD.

10
g. Jika pada hasil skrining pasien awal di ruang triase ditemukan pasien dengan
kondisi kegawatan yang potensial dapat mengancam nyawa maka tindakan
pemeriksaan terhadap pasien dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan
secara terintegrasi di ruang resusitasi untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
h. Jika pada hasil skrining pasien awal di ruang triase ditemukan pasien dengan
kondisi tidak ada tanda-tanda kegawatan yang potensial dapat mengancam nyawa
maka tindakan selanjutnya terhadap pasien dilakukan di area kuning atau area hijau,
atau masuk ruang tindakan anak / ruang tindakan bedah terlebih dahulu setelah itu
masuk ruang area kuning atau area hijau dan khusus kasus kebidanan (tidak ada
tanda-tanda kegawatan yang potensial dapat mengancam nyawa) masuk ruang
tindakan kebidanan.
i. Tes diagnostik dilakukan pada:
a. Pasien Febris : Darah Lengkap
b Pasien Nyeri Dada : EKG
.
c. Pasien Kesadaran Menurun : GDS, Darah Lengkap, Ureum dan kreatinin
serum, Asam Urat
d Pasien Kecelakaan/trauma dengan Darah Rutin, Waktu Pembekuan/ Perdarahan,
. jejas di atas clavicula : Golongan Darah, HbsAg, Foto Kepala
AP/Lateral
e. Pasien Kecelakaan/trauma dengan Darah Rutin, Waktu Pembekuan/ Perdarahan,
:
jejas di abdomen Golongan Darah, HbsAg, Foto BNO AP/Lateral
f. Pasien yang akan dilakukan Darah Rutin, Waktu Pembekuan/ Perdarahan,
:
operasi di kamar operasi Golongan Darah, HBsAg

D. Skrining pasien di Rawat Jalan


Skrining pasien di Instalasi Rawat Jalan meliputi skrining pasien yang membutuhkan
pelayanan gawat darurat, skrining pasien yang membutuhkan pelayanan rawat jalan jalur
cepat (fast track) dan skrining untuk kewaspadaan standar pencegahan infeksi.
1. Skrining pasien yang membutuhkan pelayanan gawat darurat
a. Petugas skrining rawat jalan melakukan skrining dengan pengamatan visual saat
pasien datang
b. Jika terdapat pasien yang tampak lemah, kesakitan, sesak napas, pucat,
sianosis/kebiruan, atau keringat dingin atau pasien yang dicurigai kondisi
emergency, maka Petugas skrining rawat jalan menganjurkan agar pasien segera
diantar ke Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Santa Maria Cilacap
c. Petugas skrining rawat jalan melakukan anamnesis singkat lalu mencatat di form
skrining pasien rawat jalan
d. Petugas skrining rawat jalan melakukan hand hygiene setelah melakukan kontak
pasien
2. Skrining pasien yang membutuhkan pelayanan jalur cepat (fast track) di IRJ
a. Petugas skrining rawat jalan melakukan skrining dengan pengamatan visual saat
pasien dating
b. Jika terdapat pasien yang masuk dalam kriteria pasien yang mebutuhkan pelayanan
rawat jalan jalur cepat (fast track) seperti; Difabel menggunakan kursi roda, lansia

11
usia >60 tahun kasus penyakit dalam dan syaraf menggunakan kursi roda, bayi usia
< 2 minggu, anak panas suhu > 38°C, dan pasien menggunakan brankar untuk
semua poli rawat jalan maka petugas skrining rawat jalan memberikan tanda
khusus (fast track) kepada pasien
c. Petugas skrining rawat jalan mengarahkan pasien ke loket pendaftaran loket 3 (jalur
fast track)
3. Skrining pasien untuk kewaspadaan standar pencegahan infeksi
a. Petugas skrining rawat jalan melakukan skrining dengan pengamatan visual saat
pasien dating
b. Jika terdapat pasien yang tampak batuk dan setelah ditanyakan batuknya lebih dari
2 minggu, maka petugas skrining rawat jalan memberikan masker kepada pasien
dan meminta pasien memakainya selama berada di area rumah sakit

12
BAB IV
DOKUMENTASI

Kegiatan skrining pasien awal di triase primer di Instalasi Gawat Darurat RSU Santa
Maria Cilacap didokumentasikan setiap hari di lembar catatan rekam medis IGD yang sudah
ditentukan dan skrining pasien rujukan dari luar rumah sakit didokumentasikan di buku
skrining pasien luar.

Kegiatan skrining pasien di Instalasi Rawat Jalan didokumentasikan pada form skrining
pasien rawat jalan yang ada.

13

Anda mungkin juga menyukai