Anda di halaman 1dari 9

PANDUAN SKRINING PASIEN

RUMAH SAKIT MITRA ANUGRAH LESTARI


Jl. Cibaligo No. 76 Tlp.(022) 6027204 Fax.(022) 6027259
Cimindi - Kota Cimahi
BAB I

DEFINISI

Skrining merupakan pengenalan dini secara pro-aktif untuk menemukan adanya


masalah atau faktor risiko. Sehingga skrining bisa dikatakan sebagai usaha untuk
mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang secara klinis belum jelas, dengan
menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara
cepat untuk membedakan orang yang terlihat sehat, atau benar - benar sehat tapi
sesungguhnya menderita kelainan ataupun gangguan kesehatan. Skrining pada pasien
dapat dilaksanakan melalui kriteria triage, anamnesis (wawancara riwayat penyakit),
evaluasi visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik maupun psikologik, laboratorium
klinik, ataupun radiologi diagnostik.

Skrining pasien adalah suatu rangkaian kegiatan melakukan penilaian awal


kegawat daruratan pada setiap pasien yang datang ke Instalasi gawat darurat. Dalam
hal ini skrining pasien dilakukan pada awal di triage primer yang juga meliputi cara
mendiagnosis serta memilah penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya
yang tersedia.

Kegiatan skrining sangat diperlukan dalam pelayanan gawat darurat karena


Instalasi Gawat Darurat sebagai pusat pelayanan kesehatan yang memberikan
pelayanan gawat darurat selama 24 jam berfungsi untuk mengurangi morbiditas dan
mortalitas dari penyakit dengan pengobatan dini yang sesuai terhadap kasus-kasus
kegawatdaruratan. Untuk itu diperlukan langkah-langkah skrining pasien yang baik
sehingga pelayanan kesehatan untuk kasus-kasus gawat dan darurat dapat
diselenggarakan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.

Beberapa istilah yang perlu diperhatikan dalam kegiatan skrining pasien awal di triage
primer, antara lain :

1. Triage : Pengelompokan pasien berdasarkan atas berat ringannya trauma/


penyakit serta kecepatan penanganan/pemindahannya
2. Prioritas : Penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan
pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul
3. Survei primer : Deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang
mengancam jiwa
4. Survei sekunder : Melengkapi survei primer dengan mencari perubahan-
perubahan anatomi yang akan berkembang sehingga mungkin akan dapat
menjadi semakin parah dan memperberat perubahan fungsi vital yang ada dan
berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak segera diatasi
5. Pasien gawat darurat : Pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan
menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi
cacat) bila tidak mendapatkan pertolongan secepatnya
6. Pasien gawat tidak darurat : Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak
memerlukan tindakan darurat (misalnya kanker stadium lanjut)
7. Pasien darurat tidak gawat : Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba tetapi
tidak mengancam nyawa dan anggota badannya (misalnya luka sayat dangkal)
8. Pasien tidak gawat tidak darurat : Pasien yang tidak memerlukan pertolongan
segera (misalnya pasien dengan ulcus tropicum, TBC kulit, dan sebagainya)
9. Kecelakaan (accident) : Suatu kejadian di mana terjadi interaksi berbagai faktor
yang datang secara mendadak, tidak di kehendaki sehingga dapat menimbulkan
cedera fisik, mental, ataupun sosial. Kecelakaan dapat diklasifikasikan menurut
kriteria sebagai berikut :
a. Mekanisme kejadian : Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik, tersengat,
terbakar (baik karena efek kimia, fisik, listrik, atau maupun radiasi)
b. Tempat kejadian : – Kecelakaan lalu lintas; – Kecelakaan di lingkungan rumah
tangga; – Kecelakaan di lingkungan pekerjaan.- Kecelakaan di sekolah; –
Kecelakaan di tempat-tempat umum lain (misalnya di tempat rekreasi,
perbelanjaan, area olahraga, dan sebagainya)
c. Waktu kejadian : Waktu perjalanan (travelling/transport time); Waktu bekerja,
sekolah, bermain, dan sebagainya
10. Bencana : Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam
dan/atau manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia,
kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana
umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehiduapan masyarakat dan
pembangunan nasional yang memerlukan pertolongan dan bantuan.
BAB II

RUANG LINGKUP

A. SKRINING KASUS

Petugas Unit Gawat Darurat harus dapat menyeleksi pasien sesuai dengan
kondisi kegawatdaruratannya sebagai prioritas pertama pelayanan kepada pasien
sesuai dengan ketentuan yang ada untuk pelayanan pasien gawat darurat yang
berlaku dan tidak berdasarkan urutan kedatangan pasien untuk kemudian memilah
pasien berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya yang tersedia.

Ruang lingkup pelayanan pasien yang datang ke Unit Gawat Darurat


berdasarkan kondisi kegawatdaruratannya meliputi :

1. Pasien dengan kasus emergency, yaitu pasien yang berada dalam kondisi
sebagai berikut :
a. Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau akan
menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan bisa
menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan yang tepat secepatnya
b. Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan
darurat
c. Pasien akibat musibah/kejadian yang tiba-tiba terjadi, tetapi tidak mengancam
nyawa dan anggota badannya
2. Pasien dengan kasus false emergency, yaitu pasien yang tidak memerlukan
pertolongan segera.

Dalam kegiatan skrining pasien awal di triage primer, perlu dipahami


bahwa kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau
kegagalan dari salah satu sistem atau organ di bawah ini, yaitu :

a. Susunan saraf pusat


b. Pernapasan
c. Kardiovaskuler
d. Hati
e. Ginjal
f. Pankreas
Kegagalan dari salah satu sistem atau organ tersebut dapat di sebabkan
oleh :

a. Trauma/cedera
b. Infeksi
c. Keracunan
d. Degenerasi (failure)
e. Asfiksia
f. cairan dan elektrolit dalam jumlah yang besar (excessive loss of water and
electrolit)
g. Lain-lain.
Pada kasus tertentu di mana penyakit yang diderita tidak termasuk di dalam
daftar tersebut di atas, penentuan kasus gawat atau tidak gawat ditentukan oleh
dokter yang menangani pasien.

Kegagalan sistem susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernapasan, dan


hipoglikemia dapat meyebabkan kematian dalam waktu yang singkat. Sedangkan
kegagalan sistem organ yang lain dapat meyebabkan kematian dalam waktu yang
relatif lebih lama.

Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat


(PPGD) dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh :

1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat


2. Kecepatan meminta pertolongan
3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan :
a. Di tempat kejadian
b. Dalam perjalanan ke rumah sakit
c. Pertolongan selanjutnya secara mantap dirumah sakit

Beberapa kriteria kasus yang tidak dapat ditangani di RS adalah sebagai


berikut :

Pasien dengan diagnosis :

1. TBC dengan XDR / MDR


2. Gaduh Gelisah ec Psikiatri
3. Gagal ginjal on HD
4. CVA Hemorraghic peserta BPJS
5. Kasus Orthopedi peserta BPJS
6. HIV AIDS yang memerlukan ARV atau terapi definitif HIV AIDS
7. Kanker yang perlu konsultan hematologi dan onkologi medis
8. Kasus Urologi dengan kepesertaan BPJS
9. Flu burung (kasus dengan hasil Laboratorium penunjang positif)
10. Flu babi (kasus dengan hasil Laboratorium penunjang positif)
11. SARS (kasus dengan hasil Laboratorium penunjang positif)
12. Pasien KLL indikasi bedah syaraf dengan kepesertaan BPJS
13. Tidak ada DPJP yang bertugas kecuali pasien menghendaki atau menyetujui
dirawat dokter lain atau asisten DPJP
14. Tidak tersedia bed, peralatan dan pemeriksaan yang sangat diperlukan oleh
pasien tidak ditunda pengadaannya.

B. SKRINING WILAYAH

Skrining bisa dilakukan saat pasien berada di luar Rumah Sakit tempat asal
rujukan pasien, pada saat pasien ditransportasi, dan pada saat pasien tiba di RS ( UGD
atau IRJ).
BAB III

TATA LAKSANA

Unit Gawat Darurat Rumah Sakit yang menyelenggarakan pelayanan gawat


darurat selama 24 jam melaksanakan kegiatan skrining pasien awal di triage primer
yang dilakukan sebagai penilaian awal kegawatdaruratan pada setiap pasien yang
datang dengan prosedur sebagai berikut :

1. Petugas UGD merespon dengan cepat terhadap kedatangan pasien


2. Skrining awal dilakukan dalam waktu maksimal 3 menit :
a. Petugas UGD melakukan penilaian kesadaran dengan menggunakan proses
triase berbasis bukti untuk memprioritaskan pasien sesuai dengan
kegawatannya, dengan menggunakan metode SPGDT Kemenkes/ATS/PATS
b. Petugas IGD melakukan penilaian jalan napas pasien (airway), dengan kriteria
sebagai berikut :
1) Jalan napas bebas (pasien bernafas dengan baik)
2) Adanya suara tambahan
3) Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas total
c. Petugas UGD melakukan penilaian pernapasan (breathing) dengan menghitung
frekuensi napas, jika di dapatkan pasien dengan kondisi kegawatan sistem
pernapasan (henti napas, bradypnea, ataupun tachypnea) maka pasien langsung
dibawa ke ruang resusitasi untuk penatalaksanaan lebih lanjut
d. Petugas UGD memasang pulse oximeter untuk pemeriksaan sirkulasi darah
(circulation) jika di dapatkan :
1) Heart rate tidak terdengar, cek pulsasi dan segera lakukan tindakan resusitasi
jantung paru sesuai dengan prosedur
2) Heart rate bradycardia ataupun tachycardia, pasien segera dibawa ke ruang
resusitasi untuk penatalaksanaan lebih lanjut
3) SpO2 < 90%, pasien segera dibawa ke ruang resusitasi untuk
penatalaksanaan lebih lanjut
e. Petugas UGD menanyakan keluhan utama pasien jika terdapat keluhan yang
potensial mengancam nyawa (misalnya : kejang, kelemahan/kelumpuhan
anggota gerak, nyeri dada, sesak napas, dan sebagainya) maka pasien segera di
bawa ke ruang resusitasi untuk penatalaksanaan lebih lanjut
f. Hasil pemeriksaan skrining pasien awal di triase primer ditulis di lembar catatan
medis UGD
g. Jika pada hasil skrining pasien awal di triase primer ditemukan pasien dengan
kondisi kegawatan yang potensial dapat mengancam nyawa maka tindakan
pemeriksaan terhadap pasien dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat
dilakukan secara terintegrasi di ruang resusitasi untuk penatalaksanaan lebih
lanjut
h. Jika pada hasil skrining pasien awal di triase primer ditemukan pasien dengan
kondisi tidak ada tanda-tanda kegawatan yang potensial dapat mengancam
nyawa maka tindakan pemeriksaan terhadap pasien dilakukan di tempat periksa /
tempat observasi sesuai dengan kondisi klinisnya (kasus bedah / non-bedah /
obstetri dan ginekologi)
i. Lakukan tes pemeriksaan diagnostik untuk kasus :
1) Flu burung
2) Flu babi
3) SARS

Jika ditemukan pemeriksaan diagnostik laboratorium dengan hasil Positif,


maka pasien di transfer ke RS lain.
BAB IV

DOKUMENTASI

Kegiatan skrining pasien awal di triage primer di Unit Gawat Darurat Rumah
Sakit. Di dokumentasikan setiap hari di lembar catatan medis UGD yang sudah
ditentukan.

Anda mungkin juga menyukai