Anda di halaman 1dari 12

PANDUAN SKRINING PASIEN

SURAT KEPUTUSAN
NOMOR : 445/B/39/02/RSUD.SGY/XII/2023

TENTANG
PEMBERLAKUAN SKRINING PASIEN RSUD SENGAYAM

DIREKTUR RSUD SENGAYAM


Menimbang
a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan
RSUD Sengayam, maka diperlukan penyelenggaraan
skrining pasien yang efektif;
b. Bahwa agar pelaksanaan skrining pasien di RSUD
Sengayam dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya
kebijakan RSUD Sengayam sebagaian dasar bagi
penyelenggaraan skrining pasien di RSUD Sengayam
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam a dan b, perlu ditetapkan dengan
Keputusan RSUD Sengayam
Mengingat
1. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran;
2. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan;
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang
Tenaga Kesehatan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis;

MEMUTUSKAN

Pertama : SURAT KEPUTUSAN RSUD SENGAYAM TENTANG


PEMBERLAKUAN SKRINING PASIEN RSUD
SENGAYAM
Kedua : Pemberlakuan pelaksanaan skrining pasien di RSUD
Sengayam sebagai mana tercantum dalam Lampiran
Keputusan ini
Ketiga : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan skrining pasien
di RSUD Sengayam oleh Direktur Rumah Sakit
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal di tetapkannya, dan
apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam
penetapan ini akan di adakan perbaikan sebagaimana
mestinya

Ditetapkan di Kotabaru
Pada Tanggal 12 Desember 2023
Direktur

dr. Lita Susanti


DAFTAR ISI

BAB I DEFINISI ...................................................................................................1


BAB II RUANG LINGKUP ...................................................................................3
BAB III TATA LAKSANA ......................................................................................6
BAB IV DOKUMENTASI ......................................................................................8
BAB I
DEFINISI

Skrining merupakan pengenalan dini secara pro-aktif untuk menemukan


adanya masalah atau faktor risiko. Sehingga skrining bisa dikatakan sebagai
usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang secara klinis belum
jelas, dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat
digunakan secara cepat untuk membedakan orang yang terlihat sehat, atau
benar- benar sehat tapi sesungguhnya menderita kelainan ataupun gangguan
kesehatan. Skrining pada pasien dapat dilaksanakan melalui kriteria triage,
anamnesis (wawancara riwayat penyakit), evaluasi visual atau pengamatan,
pemeriksaan fisik maupun psikologik, laboratorium klinik, ataupun radiologi
diagnostik.
Skrining pasien adalah suatu rangkaian kegiatan melakukan penilaian
awal kegawatdaruratan pada setiap pasien yang datang ke Unit Gawat. Dalam
hal ini skrining pasien dilakukan pada awal di triage primer yang juga meliputi
cara mendiagnosis serta memilah penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan
sumber daya yang tersedia.
Kegiatan skrining sangat diperlukan dalam pelayanan gawat darurat
karena Unit Gawat Darurat sebagai pusat pelayanan kesehatan yang
memberikan pelayanan gawat darurat selama 24 jam berfungsi untuk
mengurangi morbiditas dan mortalitas dari penyakit dengan pengobatan dini
yang sesuai terhadap kasus-kasus kegawatdaruratan. Untuk itu diperlukan
langkah-langkah skrining pasien yang baik sehingga pelayanan kesehatan untuk
kasus-kasus gawat dan darurat dapat diselenggarakan sesuai dengan prosedur
yang ditetapkan.
Beberapa istilah yang perlu diperhatikan dalam kegiatan skrining pasien awal
di triage primer, antara lain :
1. Triage : Pengelompokan pasien berdasarkan atas berat ringannya
trauma/ penyakit serta kecepatan penanganan/pemindahannya.
2. Prioritas : Penentuanmana yangharus didahulukanmengenai
penanganandan pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang
timbul.
3. Survei primer : Deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang
mengancam jiwa.
4. Survei sekunder : Melengkapi survei primer dengan mencari perubahan-
perubahan anatomi yang akan berkembang sehingga mungkin akan

1
dapat menjadi semakin parah dan memperberat perubahan fungsi vital
yang ada dan berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak segera diatasi.
5. Pasien gawat darurat : Pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau
akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya
(akan menjadi cacat) bila tidak mendapatkan pertolongan secepatnya.
6. Pasien gawat tidak darurat : Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi
tidak memerlukan tindakan darurat (misalnya kanker stadium lanjut).
7. Pasien darurat tidak gawat : Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba
tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya (misalnya luka
sayat dangkal).
8. Pasien tidak gawat tidak darurat : Pasien yang tidak memerlukan
pertolongan segera (misalnya pasien dengan ulcus tropicum, TBC kulit,
dan sebagainya)
9. Kecelakaan (accident) : Suatu kejadian di mana terjadi interaksi berbagai
faktor yang datang secara mendadak, tidak dikehendaki sehingga dapat
menimbulkan cedera fisik, mental, ataupun sosial. Kecelakaan dapat
diklasifikasikan menurut kriteria sebagai berikut :
o Mekanisme kejadian : Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik,
tersengat, terbakar (baik karena efek kimia, fisik, listrik, atau
maupun radiasi).
o Tempat kejadian : – Kecelakaan lalu lintas; – Kecelakaan di
lingkungan rumah tangga; – Kecelakaan di lingkungan pekerjaan.-
Kecelakaan di sekolah; – Kecelakaan di tempat-tempat umum lain
(misalnya di tempat rekreasi, perbelanjaan, area olahraga, dan
sebagainya).
o Waktu kejadian : – Waktu perjalanan (travelling/transport time); –
Waktu bekerja, sekolah, bermain, dan sebagainya.
10. Bencana : Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam
dan/atau manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia,
kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan
prasarana umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehiduapan
masyarakat dan pembangunan nasional yangmemerlukan pertolongan
dan bantuan.

2
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Skrining Kasus
Petugas Unit Gawat Darurat harus dapat menyeleksi pasien sesuai
dengan kondisi kegawatdaruratannya sebagai prioritas pertama pelayanan
kepada pasien sesuai dengan ketentuan yang ada untuk pelayanan pasien
gawat darurat yang berlaku dan tidak berdasarkan urutan kedatangan pasien
untuk kemudian memilah pasien berdasarkan kebutuhan terapi
Ruang lingkup pelayanan pasien yang datang ke Unit Gawat Darurat
berdasarkan kondisi kegawatdaruratannya meliputi :
1. Pasien dengan kasus emergency, yaitu pasien yang berada dalam
kondisi sebagai berikut :
o Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau
akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota
badannya (akan bisa menjadi cacat) bila tidak mendapat
pertolongan yang tepat secepatnya.
o Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan
tindakan darurat.
o Pasien akibat musibah/kejadian yang tiba-tiba terjadi, tetapi tidak
mengancam nyawa dan anggota badannya.
2. Pasien dengan kasus false emergency, yaitu pasien yang tidak
memerlukan pertolongan segera.
Dalam kegiatan skrining pasien awal di triage primer, perlu dipahami
bahwa kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau
kegagalan dari salah satu sistem atau organ di bawah ini, yaitu :
1. Susunan saraf pusat.
2. Pernafasan.
3. Kardiovaskuler.
4. Hati.
5. Ginjal.
6. Pankreas.
Kegagalan dari salah satu sistem atau organ tersebut dapat disebabkan oleh
:
1. Trauma/cedera.
2. Infeksi.
3. Keracunan.
4. Degenerasi (failure).

3
5. Asfiksia.
6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah yang besar (excessive loss
of water and electrolit).
7. Lain-lain.
Pada kasus tertentu di mana penyakit yang diderita tidak termasuk di
dalam daftar tersebut di atas, penentuan kasus gawat atau tidak gawat
ditentukan oleh dokter yang menangani pasien.
Kegagalan sistem susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan,
dan hipoglikemia dapat meyebabkan kematian dalam waktu yang singkat.
Sedangkan kegagalan sistem organ yang lain dapat meyebabkan kematian
dalam waktu yang relatif lebih lama.
Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan Penderita Gawat
Darurat (PPGD) dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh :
1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat
2. Kecepatan meminta pertolongan
3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan :
o a. Di tempat kejadian
o b. Dalam perjalanan ke rumah sakit
o c. Pertolongan selanjutnya secara mantap dirumah sakit
Beberapa kriteria kasus yang tidak dapat ditangani di RS adalah
sebagai berikut :
 Pasien dengan diagnosis :
1. TBC dengan XDR / MDR.
2. Gaduh Gelisah ec Psikiatri.
3. Gagal ginjal on HD.
4. CVA Hemorraghic peserta BPJS.
5. Kasus Orthopedi peserta BPJS.
6. HIV AIDS yang memerlukan ARV atau terapi definitif HIV AIDS.
7. Kanker yang perlu konsultan hematologi dan onkologi medis.
8. Kasus Urologi dengan kepesertaan BPJS.
9. Flu burung (kasus dengan hasil Laboratorium penunjang positif).
10. Flu babi (kasus dengan hasil Laboratorium penunjang positif).
11. SARS (kasus dengan hasil Laboratorium penunjang positif).
12. Pasien KLL indikasi bedah syaraf dengan kepesertaan BPJS.
13. Tidak ada DPJP yang bertugas kecuali pasien menghendaki atau
menyetujui dirawat dokter lain atau asisten DPJP.
14. Tidak tersedia bed, peralatan dan pemeriksaan yang sangat
diperlukan oleh pasien tidak ditunda pengadaannya

4
B. Skrining Wilayah
Skrining bisa dilakukan saat pasien berada di luar Rumah Sakit tempat asal
rujukan pasien, pada saat pasien ditransportasi, dan pada saat pasien tiba di
RS (UGD atau Poliklinik).

5
BAB III
TATA LAKSANA

Unit Gawat Darurat RS yang menyelenggarakan pelayanan gawat darurat


selama 24 jam melaksanakan kegiatan skrining pasien awal di triage primer yang
dilakukan sebagai penilaian awal kegawatdaruratan pada setiap pasien yang
datang dengan prosedur sebagai berikut :
1. Petugas UGD merespon dengan cepat terhadap kedatangan pasien.
2. Skrining awal dilakukan dalam waktu maksimal 3 menit :
a. Petugas UGD melakukan penilaian kesadaran dengan
menggunakan kriteria Glascow Coma Score.
b. Petugas UGD melakukan penilaian jalan nafas pasien (airway),
dengan kriteria sebagai berikut :
 Jalan nafas bebas (pasien bernafas dengan baik).
 Adanya suara tambahan.
 Adanya sumbatan/obstruksi jalan nafas total.
c. Petugas UGD melakukan penilaian pernafasan (breathing)
dengan menghitung frekuensi nafas, jika didapatkan pasien
dengan kondisi kegawatan sistem pernafasan (henti nafas,
bradypnea, ataupun tachypnea) maka pasien langsung dibawa ke
ruang resusitasi untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
d. Petugas UGD memasang pulse oximeter untuk pemeriksaan
sirkulasi darah (circulation) jika didapatkan :
 Heart rate tidak terdengar, cek pulsasi dan segera lakukan
tindakan resusitasi jantung paru sesuai dengan prosedur.
 Heart rate bradycardia ataupun tachycardia, pasien segera
dibawa ke ruang resusitasi untuk penatalaksanaan lebih
lanjut.
 SaO2 < 90%, pasien segera dibawa ke ruang resusitasi
untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
e. Petugas UGD menanyakan keluhan utama pasien jika terdapat
keluhan yang potensial mengancam nyawa (misalnya : kejang,
kelemahan/ kelumpuhan anggota gerak, nyeri dada, sesak nafas,
dan sebagainya) maka pasien segera dibawa ke ruang resusitasi
untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
f. Hasil pemeriksaan skrining pasien awal di triase primer ditulis di
lembar catatan medis UGD.

6
g. Jika pada hasil skrining pasien awal di triase primer ditemukan
pasien dengan kondisi kegawatan yang potensial dapat
mengancam nyawa maka tindakan pemeriksaan terhadap pasien
dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan secara
terintegrasi di ruang resusitasi untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
h. Jika pada hasil skrining pasien awal di triase primer ditemukan
pasien dengan kondisi tidak ada tanda-tanda kegawatan yang
potensial dapat mengancam nyawa maka tindakan pemeriksaan
terhadap pasien dilakukan di tempat periksa / tempat observasi
sesuai dengan kondisi klinisnya (kasus bedah / non-bedah /
obstetri dan ginekologi).
i. Lakukan tes pemeriksaan diagnostik untuk kasus :
 Flu burung.
 Flu babi.
 SARS.
 COVID
 HIV/AIDS
Jika ditemukan pemeriksaan diagnostik laboratorium
dengan hasil Positif, maka pasien ditransfer ke RS lain.

7
BAB IV
DOKUMENTASI

Kegiatan skrining pasien awal di triase primer di Unit Gawat Darurat RS


didokumentasikan setiap hari di lembar catatan medis UGD yang sudah
ditentukan.

Anda mungkin juga menyukai