ASMA BRONKIAL
OLEH
ANNA MARIA FRANSISCA
NIM 113063J116005
1
I. KONSEP TEORI
a. Pengertian
Asma bronkial adalah sindroma yang kompleksdengan berbagai tipe
klinis. Penyakit ini dapat disebabkan oleh faktor genetik ataupun faktor
faktor biokemikal, endokrin, infeksi, otonomik, dan psikologi. Asma adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh keadaan saluran nafas yang sangat peka terhadap
berbagai rangsangan, baik dari dalam maupun luar tubuh. Akibat dari kepekaan
Asma merupakan penyakit obstruksi kronik saluran napas yang bersifat reversibel
ciri klinis yang dominan adalah riwayat episode sesak, terutama pada malam hari
yang sering disertai batuk. Pada pemeriksaan fisik, tanda yang sering ditemukan
b. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe,
yaitu :
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor
pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan
(antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan
2
dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika
ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan
pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau
bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi.
Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya
3. Asma gabungan
c. Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya
1. Faktor predisposisi
Genetik
3
penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah
2. Faktor presipitasi
Alergen
musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini
juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala
asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami
Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja
4
di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas.
aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah
gejala klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam,
pernafasan bekerja dengan keras. Gejala klasik dari asma bronkial ini adalah
sesak nafas, mengi ( whezing ), batuk, dan pada sebagian penderita ada yang
Pada serangan asma yang lebih berat , gejala-gejala yang timbul makin banyak,
takikardi dan pernafasan cepat dangkal . Serangan asma seringkali terjadi pada
malam hari.
e. Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma
tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi
dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan
5
antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast
yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan
tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel
mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat,
bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus
dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas
daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi
sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang
biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali
dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat
kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan
barrel chest.
6
7
f. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium
a) Pemeriksaan sputum
8
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari
cabang bronkus.
Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat
mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
2. Pemeriksaan darah
Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
bertambah.
Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran
9
Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan
pada paru-paru.
g. Penatalaksanaan
asma
Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai
golongan :
a) Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)
Nama obat :
- Orsiprenalin (Alupent)
- Fenoterol (berotec)
- Terbutalin (bricasma)
inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup (Ventolin
10
Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent,
Berotec, brivasma serts Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi
b) Santin (teofilin)
Nama obat :
Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara
bila minum obat ini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang cara
penderita karena sesuatu hal tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah
11
Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan
melebarkan hidung.
Adanya bunyi napas mengi.
Adanya batuk berulang.
4) Sirkulasi
Adanya peningkatan tekanan darah.
Adanya peningkatan frekuensi jantung.
Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/ sianosis.
Kemerahan atau berkeringat.
b. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar
kapiler
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum
3. Intolerasi aktivitas berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai dan
kebutuhan oksigen
c. Intervensi dan rasional
4. Diagnosa 1: Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan
Intervensi Rasional
12
1. Observasi keadaan umum pasien 1. Mengetahui efektivitas perawatan dan
3. Ajarkan pasien latihan nafas dalam dan dada tidak simetris, sering terjadi karena
cairan paru
4. Anjurkan banyak minum air hangat maksimum paru-paru atau jalan nafas lebih
mengeluarkan sekret
13
Diagnosa 2: Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membran alveolar kapiler
Intervensi Rasional
1. Observasi keadaan umum dan vital sign 1. Penurunan keadaan umum dan perubahan
3. Berikan terapi oksigen sesuai indikasi 3. Mempertahankan PaO2 dan eskpansi paru
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat kemampuan pasien dalam 1. Menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien
aktivitas
dan memudahkan pilihan intervensi
2. Jelaskan pentingnya istirahat dan
keseimbangan aktivitas dan istirahat
2. Menurunkan kebutuhan metabolik,
3. Bantu pasien dalam memenuhi
kebutuhannya menghemat energi untuk penyembuhan
oksigen
14
secara mandiri
DAFTAR PUSTAKA
15