Anda di halaman 1dari 20

SKIRING UNTUK KEGANASAN DAN PENYAKIT SISTEMIK

A. Definisi Skrining
Mausner dan Bahn, mengungkapkan bahwa pengertian skrining menurut Commisiaon on
Choronik Illnes (1951)”. Merupakan identifikasi awal terhadap penyakit dan penurunan fungsi
tubuh yang belum Nampak tanda dan gejala dengan berapaa uji, pemeriksaan dan prosedur
lainnya yang dapat digunakan untuk membedakan antara orang yang mempunyai kemungkinan
sakit dengan orang yang tidak sakit. Skrining test bukan merupakan pemeriksaan diagnosis,
sehingga orang yang hasil pemeriksaan skriningnya positif, harus dirujuk untuk pemeriksaan
dan perawatan lebih lanjut.
Pemeriksaan skrining dilakukan pada orang yang nampaknya sehaat dan belum
menunjukkan tanda-tanda penyakit. Hasil pemeriksaan skrining yang menunjukkan nilai
positif akan dilakukan dengan pemeriksaan diagnosis untuk memastikan bahwa kelompok
tersebut benar-benar terinfeksi dan membutuhkan pengobatan. Jika menunjukkan nilai
negative, maka diperlukan adanya pemantauan secara rutin melalui skrining selanjutnya. Pada
pemeriksaan diagnostic yang hasilnya negative, kelompok tidak dinyatakan menderita
penyakit, dan tetap harus mendapatkan pemantauan rutin. Kesimpulan yang dapat diambil
bahwa pemeriksaan skrining dapat digunakan sebagai alternative pencegahan penyakit jika
usaha pencegahan secara primer tidak tercapai secara maksimal.
Dasar skrining bila diagnosis dan pengobatan dapat dilakukan sebelum timbul tanda atau
symptom, maka prognosis keberhasilan akan lebih baik dari pada sudah menjadi tanda atau
symptom. Bila pengobatan pada stadium lanjut: keadaan pasian lebih buruk, pilihan terapi lebih
sulit, biaya akan lebih mahal, prognosis akan lebih buruk. Bila pengobatan paada stadium dini
atau prinvasif: keadan pasien masih baik, pilihan terapi lebih mudaah, biaya lebih murah ,
prognosis akan lebih baik. Dapat dikatakn penyembuhan berhasil sampai 100% (Sehat Total).
B. Kriteria Tesst Skrining
1. Test skrining dapat dilakukan dengan mudah, cepat dengan biaya yang terjangkau.
2. Nilai viliditas, rehabilitasi dan nilai yang cukup tinggi. Pengertian validitas menyangkut
masalah “sensitivitas” dan “spesifitas”dari test. Sensitivitas adalah kemampuan test
yang digunakan untuk menidentifikasi secara tepat orang yang benar-benar sakit, dan
spesifitas kemampuan kemampuan test yang digunakan benar-benar mampu untuk
mengidentifikasi orang yang tidak sakit. Sedangkan rehabilitasi berhubungan dengan
konsistensi dari hasil test, dan hasiil berhubungan dengan kemampuan untuk mengenali
kasus yang awalnya tidak diketahui, kemudian berhasil dideteksi.
3. Test tersebut dapat diterima oleh masyarakat.
4. Tidak membahayakan untuk pemeriksa maupun yang diperiksa.
5. Persyaratan skrining menurut Wilson dan Jungner (1989). a.) masalah kesehatan atau
penyakit, yang di skrining harus meupakan masalah kesehatan yang penting. b) Harus
tersedia pengobatan bagi pasien yang terdiagnosis setelah proses skrining. c) Tersedia
fasilitas diagnose dan pengobatan. d) penyakit yang diskrining harus memiliki fase
latent atau simptomatik dini.
C. Tujuan Program Skrining
1. Untuk pencegahan penularan penyakit.
2. Untuk perlindungan kesehatan masyarakat.
3. Sebagai bagian dari suau survai yang bermanfaat untuk menentukan frekuensi dan
riwayat alamiah penyakit dan massalah kesehatan tertentu.

D. Peran Skrining
1. Berperan dalam proses mengidentifikasi orang-orang yng beresiko terkena penyakit
atau masalah kesehatan tertentu. Penegakan diaknosis pasti ditindak lanjuti di fasilitas
kesehatan.
2. Mengidentifikasi penyakit pada stadium dini, sehingga terapi dapat dimulai secepatnya
dan prognosa penyakit dapat diperbaki.
3. Berperan dalam melindungi kesehatan individu.
4. Pengendalian penyakit inveksi menular proses identifikasi carrie, penyakit
dikomonitas.

E. Contoh Program Skrining


1. Phenylketonuria (PKU) adalah kelainan bawan metabolisme Phenylketonuria yang
diakibatkan kerusakan aktifitas enzim Phenylketonuria – hydroxylase. Penyakit ini
muncul saat usia 3-6 bulan dan ditandai oleh keterlambatan perkembangan bayi,
microceohaly EEG yang abnormal, enzim dan hiperaktifitas. Jika tidak diobati sebulum
3 mingu dapat berakibat Returdasi Mental. Test gangguan pendengaran pada bayi harus
dilakukan sebelum bayi berusiaa 8 bulan .
2. Test papanicolaou-semear untuk skrining ca serviks, untuk mendeteksi dalam. Alasan
test ini adalah karena proporsi dalam cukup tinggi dan akan berkembang mencadi ca
invasi, sebagai ca bertahan cukup lama pada stadium ca insitu sehingga skrining pada
jangka waktu tertentu dapat mendekteksi propersi ca cukup tinggi, penangannan dalam
cukup tinggi tingkat kesembuhnnya.
3. Skrining donor darah untuk mendeteksi HIV.
4. Mammography dan pemeriksaan fisik untuk skrining ca payudara pada anita diatas 50
tahun.
5. Pemeriksaan alpha-fetoprotein untuk skrining kerusakan (defek) syaraf.
6. Skrining penyakit hipertensi pada penduduk berusia 35 tahun ke atas yang dilkukan
oleh Hart J.T th 1984 di Inggris. Hasilnya ditemukan bahwa tekanan darah sistolik 170-
180 mm Hg tanpa disertai gejala atau keluhan.
7. Skrining postinama prostat dilakukan terhadap 811 lansia dengan pemeriksaan digital,
bila dicurigai dilanjutkan dengan biobsi dan pemeriksaan PA. hasilnya 34 dicurigai,
dari biobsi 11 positif karistama prostat.
F. Macam-Macam Skrining Penyakit Sistematik dan Keganasan
1. Skrining Kangker Ovarium
Kngker ovarium. Sering ditemukan pada usia pasca menopause, 80% kasus berusia diatas
50 tahun. Insident tertinggi usia 60-65 tahun.
a.Penyebab Kangker Ovarium.
1) Ovulasi terus-menerus: akibat seringnya trauma pada ovarium pada ovulasi.
2) Benda asing: kontaminasi permukaan ovarium oleh bahan-bahan yang mengalir dari
tub, misalnya darah atau jaringan menstruasi, bedak atau obat-obat sebagainya.
3) Hipergonadotropik- hipogonadisme: gonadotropin meningkat bila ovarium tidak dapat
mengontrol balik hipofisis (gangguan feedback mechanisme). Kegagalan ovarium ini
menyebabkan hipogonadisme. Dapat terjadi misalnya difesiansi oosit secara
kongenitial, infeksi virus, galaktosemia, karena radiasi, atau karena toksin hidrokarbon
polistik akibat rokok.
4) Genetic : perubahan atau gangguan pada gen yang diturunkan.
5) Sindrum family kangker ovarium (Sindrom kangker ovarium herdeter):
a) Kangker ovarium pada usia 30-40 tahun (site-specife familia ovarian syndrome).
b) Sindrum kangker payudara atau ovarium pada usia 20-30 tahun (breast atau
ovarian familian cancer syndrome).
c) Riwayat kangker koloreal pada kelurga pria, dana tau kangker ovarium atau
endometrium atau payudara pada keluarga anita (lynch ll syndrome).
b. Diteksi Dini Kangker Ovarium
1) Dengan memeriksa pelvik, rectovaginal. Jika ada tumor atau massa di daerah pelvis
wanita, pikirkan kemungkinan ganasnya dulu. Kemungkinan masa pelvis adalah
kangker ovarium : - Jika ukuran diameter kurang dari 5cm, keungkinan 3%.- Jika
ukuran diameter antara 5-10cm, kemungkinan 19%.- Jika ukuran diameter lebih dari
10cm, kemungkinan 97%.
2) Pemerikssaan ultrasonografi (transvaginal), Color Doppler Duplex atau Triplex. Tomor
marker: BRCH I, Kromosom 19q21, Ca125, Ca72-4, Ca19-9, AFP. Tumor marker
adalah bahan yang di lepaskan sel tumor ke darah atau cairan tubuh dalam bentuk,
konsentrasi dan jumlah yang berbeda dari normal. Sifat ideal tumor marker: BRCH:
gen precursor terjadinya kangker ovarium atau payudara atau kolorektal atau
endometrium. Bentuk lain yang dicurigai sebagai keadaan prakangker yang terdapat di
permukaan ovarium yang menderita kangker, belum dapat dibuktikan (plaxale).
Sehingga metode skrining pun belum dapat ditemukan. Jika dapat dibuktikan lesi
tersebut mendahului kangker dan kemudian berkembang menjadi invasive, maka hal
itu dapat dijadikan dasar untuk diteksi dini kangker ovarium.
3) Factor prognostic pada diteksi dini (FIGO): stadium dan derajat diferensiasi: a.) Resiko
rendah: stadium 1a, 1b, diferensiasi rendah atau sedang, DNA diploid – 5 years
suroIVAI rate 50-95%. b) Resiko tinggi: stadium 1a,1b, diferensiassi buruk, DNA
aneuploidy - 5 years suruIVAI rate 30-80%. c) Good Prognosis: jenis mucinosum,
serosum, endrometroid. d) Bad prognosis: jenis mixed cell, clear cell.
c. Terapi
1) Operasi : pengangkatan tumor.
2) Kemoterapi: Taxol (tamoxifen), Cis-plaatin.
3) Kombinasi oprasi dengan kemoterapi pasca bedah.
4) Kontroversi karsinoma ovarium stadium awal: ingin mempertahankan fertilitas: a)
dilakukan bedah konservatif bila usia muda, borderline, diferensiasi baik. b) Bila resiko
tinggi, tidak dilakukan bedah konserfatif anjuran laporoskopi minimal 1 kali tiap
taahun.
5) Tujuan pembedahan primer pada setadium lanjut: diagnostic, surgical staging,
maxsimum cytoreductive surgery. Jika ada metastasis hati atau efusi pleura, bukan
kandidat untuk bedah. Sebaiknya kemoterapi adjuvant saja.
6) “Cytorductive surgery” primer : gold standard terapi pada karsinoma ovarium lanjut:
a) residu tumer harus kurang dari 2 cm. b) bila residu tumor masih lebih dari 2 cm,
dilakukan reseksi luas, bila perlu reseksi juga organ-organ sekitarnya (rectum usus). c)
termasuk limfadenektomi pelvis dan paraaorta. d) 5 year survIVAI rate 13-93%.
7) “Interval cytoreductive surgery” pertimbaangan kemoterapi neodjuvan pra bedah, jika
ada metastasis hepar dan kondisi ko-morbid ( penyakit penyertaa lain ). Usia lanjud
bukan kontraindikasi bedah radikal.
8) “Second look laparatomia” menilai keberhasilan terapi sebelumnya. Gold standard
untuk menilai apakah tumor negative ataukah persisten.
9) “Scondary cytoreductive surgary” jika ada residif, dilakukan lagi oprasi. Syarat harus
ada diasease-free interval minimal 12 bulan.
2.Skrining Kangker Payudara
Kangker payudara adalah suatu penyakit dimana terjadi pertumbuhan berlebihan atau
perkembangan tidak terkontrol dari sel-sel jaringan payudara. Penyakit kangker payudara
terbilang umum yang biasa menjangkit kaum wanita, meski demikian priaapun memiliki
kemungkinan mengalami penyakit ini, perbandingan 1 diantara 1000.
a.Penyebab Kangker Payudarah
sampai sat ini belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan kangker ini terjadi,
namun beberapa factor kemungkinannya adalah. Usia, Kangker payudara meningkat pada usia,
remaja ke atas. Genetic, ada 2 jenis gen (BRCH 1 dan BRCH 2) yang sangat mungkin sebagai
resiko. Pemakaian obat-obatan, misalnya seseorang yang menggunakan terapy obat hormone
pengganti (hormone replesment therapy (HRP)). Factor lain yang diduga sebagai penyebab
kangker payudara adalah: tidak menikah, menikah tapi tidak punya anak, melahirkan anak
pertama setelah usia 35 tahun, tidak pernah menyusui anak. Beberapa penelitian
mengungkapkan bahwa penyakit kangker payudara meningkat pada orang yang sering
menghadapi kondisi stress (goncangan jiwa) dan juga pada wanita yang sebelumnya
mengalami menstruasi di bawah usia 11 tahun.
b. Tanda dan Gangguan Penyakit Kangker Payudara
adanya benjolan aneh di sekitar jaringan payudara, satu payudara tampak lebih besar.
Benjolan ini umumnya tidak menimbulkan rasa sakit, mulai ukuran kecil dan kemudian
menjadi besar dan teraba seperti melekat pada kulit. Beberapa kasus terjadi perubahan kulit
payudara di sekitar benjolan atau perubahan pada putingnya. Saat benjolan mulai membesar,
barulah menimbulkan rasa sakit saat ditekan. Putting susu yang mengkerut ke dalam, yang
terjadi berwarna merah muda dan menjadi kecklatan bahkan adanya oedema atau bengkak
sekitar putting, keluar cairan abnormal dari putting susu.
c. Diteksi Dini Kangker Payudara
1) Gambar Mamografi : Penyakit payudara dapat diketahui dengan pasti, dengan cara
pengambilan sempel jaringan sel payu dara yang mengalami pembenjolan (tindakan
beopsi). Dengan cara ini akan diketahui pertumbuhan sel, yang dialami apakah bersifat
tumor jinak atau tumor ganas (kanker).
2) Pemeriksaan mamografi setiap 2-3 tahun sekali pada perempuan diatas usia 35-50
Tahun. Pemeriksaan dasar ini akan memberikan data awal jaringan payudara wanita.
3) Selain memografi, sebenarnya Teknik SADARI cukup membantu.
d. Penanganan dan Pengobatan Kangker Payudara
Penanganan dan pengobatan kangker payudara tergantung dari type dan stadium yang
dialami oleh penderita.
1)Pembedahan kangker payudara yang diketahui sejak dini maka pembedahan adalah tindakan
yang tepat. Dokter akan mengaangkat benjolan serta area kecil sekitarnya yang lalu
menggantikannya dengan jaringan otot lain (lumpectomy).
Secara garis besar ada 3 tindakan pembedahan atau oprasi kangker payudara diantaranya:
a) Radical Mastectomy, yaitu oprasi pengangkatan sebagian dari payudara (lumpectomy).
Oprasi ini selalu diikuti dengan pemberitaan radioterapi. Biasanya lumpectomy
direkomendasikan pada pasien yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya
dipinggir payudara.
b) Total Mastectomy, yaitu oprasi pengangkatan seluruh payudara saja , tetapi bukan
kelenjar diketiak.
c) Modified Rdical Mastectomy, yaitu oprasi pengangkatan seluruh payudara, jaringan
payudara ditulang dada tulang slangka dan tulang iga, serta benjolan disekitar ketiak.
2) Radiotherapy (Penyinaran atau Radiasi), yaitu proses penyinaran pada daerah yang terkena
kangker dengan mnggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel
kangker yang massih tersisa dipayudara setelah oprasi. Tindakan ini memiliki efek yang
kurang baik seperti tubuh lemah, nafsu makan menjadi kurang, warna kulit di sekitar
payudara menjadi warna hitam, serta Hb dan lecosit cenderung menjadi turun sebagai akibat
dari radiasi.
3) Therapy Hormon, hal ini dikenal sebagai “therapy antiestrogen” yang sistim kerjanya
memblock kemampuan hormone ekstrogen yang ada dalam menstimulus perkembangan
kangker pada payudara. Kemoterapi, ini merupakan pemberian obat-obatan anti kangker
dalam bentuk pil cair atau melalui infus yang bertujuan untuk membunuh sel-sel kangker.
Sistim ini diharapkan dapat mencapai pengobatan kangker yang kemungkinan telah
menyebar kebagian tubuh lainnya. Dampak dari khemotherapy adalah pasien mengalami
mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat
kemotherapy.
4) Pengobatan Herceptian, adalah therapy biological yang dikenal efektif melawan HER2-
positive pada wanita yang mengalami kangker payudara stadium II. III dan IV dengan
penyebaran.
e. Pencgahan Kangker Payudara
Bagi anda yang merasakan hal yang tampak berbeda pada payudara, segeralah
memeriksakan ke dokter jangan sampai terlambat. Misalnya ada pembesaran sebelah, adanya
benjolan disekitar payudara, nyeri terus-menerus pada putting susu dan sebagainya seperti pada
kangker tanda dan gejala payudara atas. Tindakan lain yang anda bias lakukan adalah hindari
kegemukan, kurangi makanan lemak, usahakan banyak mengkonsumsi makanan yang
mengandung vitamin A dan C. jangan terlalu banyak makan makanan yang diasinkan dan
diasap. Olah raga secara teratur, dan check-up payudara sejak usia 30 tahun secara teratur.
3.Skrining Kangker Vulva
a. Factor Terjadinya Kangker Vulva
Infeksi HPS atau kulit kelamin (kulit ganitalis) HPV merupakan virus penyebab kulit
kelamin dan ditularkan melalui hubungan seksual. Pernah menderita kangker leher Rahim atau
kangker vagina. Infeksi sifilis, Diabetes, Obesitas dan Tekanan darah tinggi. Usia tiga perempat
penderita kangker vulva berusia di atas 50 tahun dan dua pertiganya di atas usia 70 tahun ketika
kangker pertama kali terdiagnosis. Usia rata-rata penderita kangker invasis adalah 65-70 tahun.
Hubungan seksual pada usia dini. Berganti-ganti pasangan seksual dan merokok, infeksi HIV,
firus ini mengakibatkan kerusakn pada sistim kekebalan tubuh sehingga wanita lebih muda
mengalami inveksi HPV menahun. Golongan social ekonomi rendah, neoplasia interaepitel
vulva (NIV). Liken sklerotus, penyakit ini menyebabkan kulit vulva menjadi tipis dan gatal.
Peradangan vulva menhun, melanoma atau tailalat atioik pada kulit selain vulva.
b. Tanda dan Gejala
kangker vulva mudah terlihat danteraba sebagai benjolan, penebalan atau luka terbuka
disekitar lobang vagina. Kadang terbentuk bercak bersisik atau perubahan warna, jaringan
disekitarnya mengkerut disertai gatal-gatal. Pada akhirnya akan terjadi pendaharan dan akan
keluar cairan yang encer. Gejala lainnya adalah, nyeri ketika berkemih dan nyeri ketika
melakukan hubungan seksual.
c. Diteksi Kangker Vulva
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan bibsi jaringan.
Sehingga (Menentukan sindrum kangker). Staging merupakan suatu proses yang menggunakan
hasil-hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnostic tertentu untuk menentukan ukuran
tumor, keadaan lama tumor, penyebab ke orang sekitarnya dan penyebab ke kelenjar getah
bening atau organ yang jauh.
Dengan mengetahui stadium penyakitnya maka dapat ditentukan rencana pengobatan
yang akan dijalani oleh penderita. Jika hasil biobsi menunjukkan bahwa telah terjadi kangker
vulva, maka dilakukan beberapa pemeriksaan untuk mengetahui penyebab penyebaran kangker
kedaerah lain:
1) Sistoskopi (pemeriksan kandung kemih)
2) Proktoskopi (pemeriksaan reaktum)
3) Pemeriksaan panggul dibawah pengaruh obat bius
4) Rontgen dada
5) CT scan dan MRI
d. Stadium Kangker Vulva Dari Sistem FIGO
1) Stadium 0 (karsinoma in situ, penyakit bowen): kangker hanya ditemukan di permukaan
kulit vulva.
2) Stadium 1: Kangker ditemukan di vulva dana tau perinium (daerah antara rectum dan
vagina). Ukuran kangker sebesar 2cm atau kurang dan belum menyebar ke kelenjar getah
bening.
a) Stadium I A: kangker stadium I yang telah menyusup sampai ke dalam kurang dari
1mm.
b) Stadium I B: kangker stadium I yang teklah menyusup lebih dari 1m.
3) Stadium II kangker ditemukan di vulva dana tau perineum, dengan ukuran lebih besar dari
2cm tetapi belum menyebar ke kelenjar getah bening.
4) Staium III : kangker ditemukan di vulva dan atau perenium serta telah menyebar kejaringan
terdekat (misalnya ureta, vagina, anus) dana tau telah menyebar ke kelenjar getah bening
selangkangan terdekat.
a) Stadium IVA: kangker telah menyebar keluar jaringan terdekat, yaitu ke ureta bagian
atas, kandung kemih reaktum atau tulang punggung, atau telah menyebar kekelanjar
getah bening kiri dan kanan.
b) Stadium IVB : kangker telah menyebar kedalam kelenjar getah bening di dalam
panggul atau pada organ tubuh yang jauh.
e. Pengobatan
Terdapat 3 jenis pengobatan untuk pengidap kangker vulva :
1) Pembedahan
a) Eksisi local luas: dilakukan pengangkatan kangker dan sejumlah jaringan local disekitar
kangker.
b) Eksisi local radikal: dilakukan pengangkatan kangker, mungkin juga disertai
pengangkatan kelenjar getah bening.
c) Bedah laser : menggunakan sinar laser untuk mengangkat sel-sel kangker.
d) Vulvektomi skinning : dilakukan pengangkatan kulit vulva yang mengandung kangker.
e) Vulvektomi simplek: dilakukan pengangkatan seluruh vulva.
f) Vulvektomi parsial: dilakukan pengangkatan sebagian vulva.
g) Vulvektomi radikal: dilakukan pengangkatan seluruh vulva dan kelenjar getah bening
disekitarnya.
h) Eksenterasi panggul: jika kangker telah menyebar keluar dan organ wanit lainnya, maka
dilakukan pengangkatan organ yang terkena (misalnya kolon, reaktum atau kandung
kemih) Bersama dengan pengangkatan leher Rahim, dan vagina. Untuk membuat vulva
atau vagiana buatan setelah pembedaha, dilakukan pencangkokan kulit dari bagian
tubuh lainnya dan bedah plastic.
2) Terapi Penyinaran
Pada terapi penyinaran digunakan sinar X atau sinar berenergi tinggi lainnya untuk
membunuh sel0sel kangker dan memperkecil ukuran tumor. Pada radiasi eksternal digunakan
mesin sebagai media penyinaran. Sedangngkan pada radiasi internal di masukkan kapsul
kedalam tubuh penderita yaitu kapsul plastic yang menggandung radiasi.
3)Kemo Terapi
Pada kemoterapi digunakan obat-obat untuk membunuh sel-sel kangker. Obat tersedia
dalam bentuk tabled dan kapsul atau suntikan (melalui pembuluh darah atau otot). Kemoterapi
merupakn pengobatan sematik yang dapat membunuh sel-sel kangker di seluruh tubuh.
4)Pengobatan Berdasarkan Stadium
Pengobatan kangker vulva tergantung kepada stadium dan jenis penyakit serta usia dan
keadaan umum penderita.
1) Kangker vulva stadium 0: a) Eksisi local atau bedah laser, b) Vulvektomi Skining, dan
c) Salep yang mengandung obat kemoterapi.
2) Kangker vulva stadium I: a) Eksisi local luas, b) Eksisi local radikal ditambah
pengangkatan kelenjar getah bening selangkangan dan paha bagian atas sisi yang sama
dengan kangker, c) Vulvektomi radikal dan pangangkatan kelenjar geth bening pada
salah satu atau kedua sisi tubuh.
3) Kangker Vulva stadium II : Vulvektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah
bening selangkangan kiri dan kanan. Jika sel kangker ditemukan didalam kelenjar getah
bening maka dilakukan setelah pembedahan daerah pinggu. Tetapi penyinaran saja
(pada penderita tertentu).
4) Kangker vulva stadium III : Vulvektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah
bening selangkangan dan kelenja getah bening paha bagian atas kiri dan kanan. Jika
didalam kelenjar getah bening ditemukan sel-sel kangker atau sel-sel kangker
ditemukan di dalam vulva dan tumornya besar tetapi penyinaran pada panggul dan
selangkangan. Terapi radiasi dan kemoterapi diikuti oleh vulvektomi dan pengangkatan
kelenjar getah bening kiri dan kanan. Tetapi penyinaran (pada penderita tertentu)
dengaan atau tanpa kemo terapi.
5) Kangker stadium IV: Vulvektomi radikal dan pengangkatan kolon bagian bawah,
reaktum atau kandung kemih (tergantung kepada lokasi penyebaran kangker)
pengangkatan Rahim, leher Rahim dan vagina (eksenterasi panggul). Vulvektomi
radikal diikuti dengan terapi penyinaran. Tetapi penyinaran diikiuti dengan vulvektomi
radikal. Terapi penyinaran (Pada pendrita tertentu) tanpa kemo terapi dan juga diikuti
pembedaha.
6) Kangker vulva yang berulang (kambuh kembali): Eksis local luas atau dengan tanpa
terapi penyinaran. Vulvektomi radikan dan pengangkatan kolon. Reaktum atau
kandung kemih (tergantung pada lokasi penyebaran kangker) disertai dengan
pengangkatan Rahim, leher Rahim dan vagina (eksenterasi panggul). Terapi penyinaran
ditambah dengan kemoterapi atau tanpa pembedahan. Terapi penyinaran untuk
kekambuhan local atau mengurangi gejala nyeri dan mual atau kelainan fungsi tubuh.
f. Pencegahan
Ada du acara untuk mencegah kangker vulva: menghindari factor resiko yang bias
dikendalikan dan mngobati keadaan prekangker sebelum terjadinya kangker infasif.
Keadaan prekangker bias ditemukan dengan pemeriksaan system reproduksi secara
teratur dan memeriksa setiap ruam, tailalat benjolan, atau kelainan vulva lainnya yang sifatnya
menetap.
Pengobatan NIV bias mencegah sejumlah kasus kangker invasi. Menaloma bias
dicegah dengan mengangkat tai lalat atipik. Setiap wanita hendaknya mewaspadi perubahan
yang terjadi pada kulit vulva dan melakukan pemeriksaan sendiri (dengan bantuan sebuah
cermin) setiap bulan.
4.Skrining Kangker Servik
Kangker servik adalah kangker yang mengenai daerah pinggir Rahim
a.Stadium
1) Invasive dini : IA, IB, IIIA: secara umum masih bias dilakukan tindakan pembedahan
2) Invasi Lanjud: IIB,IIIA,IIIB, IVA, IVB: histerktomi radikalpun tindakan pembedahan.
b. Etiologi
inveksi Human Papiloma Virua (HPV), menyebabkan metaplasi epitel permukaan
servik, berupa proliferasi permukaan epidermal dan mukosa.
c. Faktor resiko kangker servik
1) Prilaku seksual: resiko besar 10x pada wanita dengan mitra seks lebih dari 6 dan
hubungan seks pertama diusia muda (kurang dari 15 tahun) PMS.
2) Riwayat kontrasepsi hormonal: pil KB lebih dari 4 tahun reiko meningkat 1-15x.
3) Multiparitas
4) Merokok: efek karsinogenik zat hidrokarbon aromatic
5) ….
6) ….
7) ….
8) PALING IDEAL: Pap smear: jika abnormal dilanjutkan kolposkopi biopsy.
9) Program pemeriksaan atau skrining yang dilanjutkan untuk kangker servik (WHO): a)
Skrining terhadap wanita setidaknya 1 kali pada usia 30-40 tahun. b) Kalau fasilitas
tersedia lakukan tiap 10 tahun pada wanita usia 35-55 tahun. c) Ideal atau optimal,
lakukan tiap 5 tahun pada wanita usia 35-55 tahun. d) Ideal atau optimal, lakukan tiap
3 tahun pada wanita 25-60 tahu.
10) Terapi
a) Operasi : konisasi terapeotik, histerektomi sederhana atau total atau radikal.
Pertimbangan tergantung usia pasien, rencana punya anak lagi dan sebagainya.
b) Radioterapi.
c) Kemoterapi: tidak perlu, alternative teraktif terakhir saja.
5.Skrining Kangker Endrometrium
Di negara maju semakin meningkat saja di pertengahan abad 20, diduga penyebab
karena: jumlah wanita untuk usia lanjut semakin meningkat, makanan tinggi kalori dan
berlemak, pemakaian esterogen tanpa pemakian progesterone untuk kontrasepsi pada tahun
1969-1970.
Kangker endrometrium adalah jaringan selaput lender rhim yang tumbuh diluar Rahim.
Tumbuhnya jaringan endrometrium adalah jaringan atau selaput lender Rahim kemungkinan
disebabkan oleh darah menstruasi masuk kembali ke tuba folopi dengan membawa jaringan
dari lapisan dinding.sehingga jaringan tersebut menetap dan tumbuh di luar Rahim.
Kemungkinan jaringan endrometrium terbawa keluar Rahim melalui pembulu darah atau
kelenjar getah bening.
Kangker endometrium paling sering terdiagnosis pada usia pasca menopause, dimana
75% kasus terjadi pada wanita usia pasca menopause. Secara epidimiologi terdapat beberapa
factor resiko yang berkaitan dengan kangker endometrium yaitu hormone replacement therapy
terapi Tamoxifen, obesitas, wnita pasca menopose, nulipra atau dengan paritas rendah, dan
keadaan anovulasi. Hal-hal tersebut berkaitan dengan keadaan upopposed estrogen yang
mengakibatkan peningkatan kangker endometrium. Factor-faktor yang mempengaruhi
pemaparan terhadap estrogen atau meningkatkan kadar progesterone, seperti penggunaan
kotrasepsi oral dan merokok, merupakan factor yang bersifat protektif.
Teknik skrining yang dapat digunakan adalah skrining noninvasif, seperti USG dan
Teknik invasi seperti pemeriksaan D&C dan boipsi indometrium yang merupakan Teknik yang
digunakan untuk mengevaluasi jaringan endometrium yang akurat adalah melalui proses
pembedahan.
a.Faktor Resiko
1) Obesitas.
2) Riwayat Menstruasi: Wanita memiliki riwayat menars sebelum usia 12 tahun
mempunyai riwayat 1,6 kali lebih tinggi dari pada wanita yang memiliki riwayat menas
setelah usia 12 tahun. menstruation span merupakan metode numerik untuk
menentukan factor resiko dengan usia saat menarche, usia monopous dari jumlah
paritas. Menstruasion span (MS)= usia menars-(jumlah paritas x 15). Bila MS 39 maka
resiko tekanan kangker endometrium sebanyak 4,2 dibandingkan MS <>20 tahun yang
lalu.
3) Diabetes militus (DM).
4) Hipertensi.
5) Riwayat infertilitas.
6) Pemakaian estrogen.
7) Hiperplastia endrometrium.
b. Tanda Dan Gejala
Selain pendarahan pasca-monopause, kanker endometrial juga harus dipertimbangkan
pada pasien-pasien dengan keluhan sebagai berikut:
1) Wanita pasca-Menopause dengan piopmetra.
2) Wanita pasca-Menopause asimatomatik dengan sel-sel endometrium pada usapan
Papanicolaou, khususnya ditemukan sel atipik.
3) Usia pasca-Menopause dengan pendarahan intensmenstural atau menstruasi yang
banyak.
4) Usia pra-menopause dengan pendarahan eturus abnormal, terutama jika memiliki
riwayat anovulasi.
5) Rasa sakit pada menstruasi.
6) Rasa sakit yang parah dan yang terus menerus pada perut bagian bawah, rasa sakit ini
akan bertambah pada saat berhubungan seks.
7) Sakit punggung pada bagian bawah.
8) Sulit buang air besar atau diare.
9) Keluar darah pada saat buang air kecil dan terasa sakit.
10) Keputihan bercampur darah dan nanah.
11) Terjadi pendarahan abnormal pada Rahim.
c. Skrining Kangker Endrometrium
Berikut ini beberapa pemeriksaan yang dilakukan pada hiperplaasia endometrium:
1) USG: Terutama yang transvaginal. USG: Tabel endrometrium di atas 5mm pada usia
perimenopose.
2) Pap smear. Pap smear adalah metode skrining genetologi, dicetuskan oleh Georgias
Papanicolau, untuk mendeteksi kangker Rahim yang disebabkan oleh human
papillomavirus.
3) Biopsy. Pengambilan sempel endometrium, selanjutnya diperikasa dengan mikroskop
(PA) cara mendapatkan sempel. Aspirasi sitologi dan biopsy hisap (suction biopsy)
menggunakan satu kanul khusus. Alat: novak, serrated novak, kovorkian, explora
(mylex), pipelly (uniman), probet.
4) Dilatasi dan Kuretase (D&C): Untuk metode invasi antara lain adalah diletasi dan
kuretase. Leher Rahim dilebarkan dengan latator kemudian hiperplasianya dikuret.
Hasil kuret lalu di PA-kan.
5) Pembedahan. Pembedahan stadium karsinoma endometrium yang akurat.
6) Pembedahan. Pembedahan stadium karsinoma endometrium yang akurat adalah.
Melalui prosedur pembedahan belum dilakukan meskipun sudah direncanakan.
7) Terapi. Terapi utama kangker endometrium adalah histerektomi total dan
salpingooverektomi bilateral. Pada beberapa kasus diperlakukan pemberian radiasi
adjuvan untuk mencegah reaksi pada tunggal vagina dan penyebaran ke KGB.
Pemelihan manajemen pasca bedah kangker endrometrium stadium awal:
1) Observasi: Pasien stadium IA atau IB, grade 1 atau 2 memiliki prognosis yang baik dan
tidak diperlukan tetapi adjuvant pada kasus ini. Dan bila pasien tidak diberikan terapi
adjuvant diperlukan pemantauan ketat sehingga kejadian rekuraansi pada tunggal
vagina dapat di diagnosis secara awal.
2) Radiasi vagina: Radiasi intrakaviter secara signivikan menurunkan resiko rekurensi
pada tunggal vagina.
3) Radiasi pelvis eksternal: pasien dengan KGB anak sebar, merupakan kandidat untuk
pemberian radiasi paaraaorta. Dan juga sangat rasional dilakukan pada pasien dengan
resiko tinggi, yang tidak menjalani surgical staging tetapi memiliki foto rongen thoraks,
Ca 125 yang normal. Radiasi eksternal memiliki radiasi yang sama dengan radiasi
vagina, sehingga sangatlah tidak beralasan untuk memberikan radiasi vaginal dan
eksternal secara besamaan oleh karena morbilitasnya meningkat secara bermakna.
4) Extended-field radiation: Indikasi pemberian radiasi ini adalah pasien dengan biopsy
KCB paraaorta yang positif atau KGB peivis positif secara makrokopis atau beberapa
KGB pelvis positif.
5) Whole abdominal radiasion: Pasien dengan Metastasis pritonium atau omentum yang
telah direkseksi dapat diberikan radiasi ini. Sedangkan pada kasus dengan residu tumor
yang besar, sebaiknya dipertimbangkan pemberian terapi sistematik.
6) Intraperitoneal Progestin adjuvant: Terapi profilaksis dengan progresteron pada pasien
kangker endometrium mungkin tidak cost effektif kecuali pada pasien dengan resiko
tinggi dan merupakn reseptor positive tumor. Namun masih diperlukan banyak
penelitian.
d. Pencegahan
1) Jauhi rokok.
2) Pencucian vagina.
3) Menaburi talk atau bedak
4) Diet rendah lemak
5) Kekurangan vitamin C
6) Hubungan sex terlalu dini
7) Berganti-ganti pasangan
8) Terlambat menikah
9) Penggunaan estrogen
6.Skrining Mioma Uteri
Myoma uteri adalah, neoplasma jinak yang berasal dari uterus yang disebut juga dengan
leiomyoma uteri atau uterine fibroid. Myoma uteri umumnya terjadi pada usia lebih dai 35
tahun.
a.Etiologi
Walaupun myoma uteri ditemukan terjadi tanpa penyebab yang pasti, namun dari hal
penelitian Miller dan Lipschluzt dikatakan bahwa myoma uteri terjadi tergantung pada sel-sel
otot imatur dan dapat dirangasang terus-menerus oleh hormone estrogen.
b. Lokalisasi Mioma Uteri
1) Mioma interalmural: Apa bila tumor itu dalam pertumbuhannya tetap tinggal dalam
dinding uterus.
2) Mioma subomukosum: mioma yang tumbuh kea rah kovum uteri dan menonjol dalam
kovum itu.
3) Mioma sebestorum: mioma yang tumbuh kea rah luar dan menonjol kea rah permukaan
uterus.
c. Komplikasi
1) Pertumbuhan leimiosarkoma
2) Toris (putaran tingkai)
3) Nekrosis dan infeksi
d. Diteksi Myoma Uteri
1) Pemeriksaan darah lengkap : Hb turun, Albumin turun, Lekosid turun atau meningkat
dan Eritorisit turun.
2) USG: terlihat masa pada daerah uterus
3) Vagina toucher : di dapatkan pendarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi dan
ukurannya.
4) Sitologi: menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut
5) Rontgen : untuk mengetahui kelainnan yang mungkin ada.
6) ECG : Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi. Yang dapat mempengaruhi tindakan
operasi.
e. Penanganan
Indikasi mioma uteri uang diangkat adalah mioma uteri subserosum bertangkai. Pada
mioma uteri yang masih kecil khususnya pada penderita yang mendekati masa menopause
tidak memerlukan pengobatan, cukup dilakukan pemeriksaan pelvic secara rutin secara tiga
bulan, atau enam bolan. Adapun cara penanganan mioma uteri yang perlu diangkat adalah
dengan pengobatan opratif diantaranya yaitu dengan histerektomi dan umumnya dilakukan
histerektomi total abdominal. Tindokan histerektomi total tersebut dikenal dengan nama Tota
Abdominal Histerekyomy and Bilateral Salp Oophorectomy (TAH-BSO). TAH-BSO adalah
suatu tindakan pembedahan untuk mengangkat uterus, servick, kedua tuba falofi dan ovarium
dan melakukan insisi pada dinding perut pada malignanneoplasmatic desease, leymyoma dan
chronic endrometriosis.
7.Skrining Kista
Kista paling sering ditemukan. Bentuknya kistik, berisi cairan kental, dan ada pula yang
berbentuk anggur. Kista juga ada yang berisi udara, cairan, nanah, ataupun bahan-bahan lainya.
Kista termasuk tumor jinak yang terbungkus jaringan. Kumpulan sel-sel tumor itu terpisah
dengan jaringan normal di sekitarnya dan tidak dapat menyebar kebagian tubuh lainnya. Itu
sebabnya tumor jinak relative mudah diangkat dengan jalan pembedahan. Dan tidak
membahayakan kesehatan penderitanya.
1) Gejala : Sebagaian besar wanita tidak menyadari bahwa dirinya menderita kista.
Seandainya menimbulkan gejala keluhan yang paling sering adalah raa nyeri pada perut
bagian bawah dan pinggul. Rasanyeri ini timbul karena pecahnya dinding kista,
pembesaran kista yang terlampau cepat sehingga organ disekitarnya menjadi tegang,
pendarahan yang terjadi di dalam kista dan tingkat kista yang terpelintir.
2) Deteksi Kista : Pemeriksaan USG masih menjadi jalan utama untuk mendeteksi adanya
kista. Selain itu IMR dan CT scan bias dipertimbangkan tetapi tidak sering dilakukan
karena pertimbangan biaya.
3) Pengobatan : Umumnya kista ovarium pada wanita subur menghilang dengan
sendirinya dalam 1 sampai 3 bulan. Meskipun ada diantaranya yang pecah namun tidak
menimbulkan gejala yang berarti. Kista jenis ini termasuk jinak dan tidak memerlukan
penanganan medis. Kista biasanya ditemukan secara tidak sengaja saat dokter
melakukan pemeriksaan USG. Meskipun demikian, pengawasan tetap harus dilakukan
terhadap perkembangan kista sampai dengan beberapa siklus menstruasi. Bila ternyata
tidak terlalu bermakna maka kista dapat diabaikan karena akan mengecil sendiri.
Pemeriksaan USG sangat berperan dalam menentukan langkah penatalaksanaan kista
ovarium. Dengan Usg dapat dilihat besarnya kista, bentuk kista, isi dari kista dan lain
sebagainya. Jika memang kista ovarium tumbuh besar dan menimbulkan keluhan akibat
dari peregangan organ sekitar maka perlu di pertimbangkan untuk melakukan oprasi
pengangkatan kista. Jangan lupa untuk membawa jaringan kista ke laboratorium
patologi anatomi untuk mengetahui kemungkinan kista tersebut berkembang menjadi
kangker.
G. Hubungan Skrining untuk Keganasan Penyakit Dengan Kesehatan Reproduksi
Menurunkan morbinitas dan mortalitas penyakit dalam masyarakat mulai diteksi dini
dan pengobatan pada keadaan belum terdapatsymptom atau gejala. Skrining merupakan upaya
yang meningkatkan kesehatan reproduksi kesehatan wanita sepanjang daur kehidupannya
meliputi sejarah, perkembangan wanita dalam biologis, pisiko social dan social spiritual,
kesehatan reproduksi dalam kesehatan gender, permasalahannya serta indicator status
kesehatan waanita.
H.Peran Bidang Skrining Untuk Kesehatan dan Penyakit Sistemik
1) Memberi motivasi kepada wanita untuk melakukan pentingnya langkah skrining.
2) Membantu dalam mengidentifakassikan orang-orang yang berisiko terkena penyakit
atau masalah kesehatan tertentu. Penegakan diagnosis pasti ditindak di fasilitas
kesehatan.
3) Membantu menidentifikasikan penyakit pada stadium dini, sehinggaterapi dapat
dimulai secepatnya dan pronogsa penyakit dapat diperbaiki.
4) Membantu melindungi kesehatan individu.
5) Membantu dalam pengendalian infeksi penyakit menular prose identifikasi carrier
penyakit di komunitas
6) Memberi penyuluhan dalam pemilihan alat kontrasepsi.
7) Memberikan fasilitas alat skrining kangker serviks dengan metodepapsmear kemudian
membantu dalam pengiriman hasil pemeriksaan ke laboratorium.
I. Pap Smears Test
1. Definisi Pap Smears
Test Pap Smears adalah pemeriksaan sitologi dari serviks dan porsio untuk melihaat
adanya perubahan atau keganasan pada epitel serviks atau porsio sebagai tanda awal keganasan
serviks atau prakanker.
2. Manfaat Pap Smears
Manfaat Pap Smears dapat di jabarkan sebagai berikut ( Manuaba 2015 ) :
a. Diagnosis dini keganasan : Pap Smears berguna dalam mendeteksi dini kangker serviks,
kangker korpus endometrium, keganasan tuba fallopi, dan mungkin keganasan
ovarium.
b. Perawatan ikutan dari keganasan : Pap Smears berguna sebagai perawatan ikutan
setelah oprasi dan setelah mendapat kemoterapi dan radias.
c. Interpretasi hormonal wanita : Pap Smears bertujuan untuk mengikuti menstruasi
dengan ovulasi atau tanpa ovulasi, menentukan maturitas kehamilan, dan menentukan
kemungkinan keguguran pada hamil muda.
d. Menentukan proses peradangan : Pap Smears berguna untuk menentukan proses
peradangan pada berbagai infeksi dan jamur.
3. Yang Mmerlukan Pap Smears
Menurut Evenet (2004) dan beberapa sumber lainya. Yang perlu memerisakan diri
dengan Pap Smears diantaranya adalah :
a. Wanita yang menikah dalam usia kurang dari 20 tahun.
b. Wanita yang berusia 30 tahun atau lebih.
c. Wanita yang telah melahirkan lebih dari 3 kali,
d. Peserta KB yang sudah lebih dari 5 tahun.
e. Wanita yang mengalami pendarahan setiap kali senggama.
f. Wanita dengan keputihan kronis.
g. Wanita yang sudah monopous dan mengeluarkan darah pervaginam.
h. Wanita yang berganti-ganti pasangan seks.
4. Interval Pemerikssaan Pap Smears
Ada beberaapa versi tentang pemeriksaan interval ini ( Ramil, 2001 ).
a. Menurut De British Colombia (Canada) melakukan test setiap tahun kepada wanita
yang termasuk resiko tinggi yaitu melakukan hubungan seks sual sebelum usia 20
tahun, memiliki mitra seks lebih dari dua sepanjang hidupnya.
b. American Cancer Society mengatakan hal yang sama, tetapi untuk kelompok yang tidak
memiliki resiko tinggi cukup 3 tahun saja.
c. Menurut WHO, umur yang merupakan pertimbangan dalam menentukan saat skrining
mulai di negara-negara maju dan berkembang insiden kanger invasive berkembang
meningkat sampai umur 35 tahun dan menetam sampai umur 60 tahun dan sesudah itu
menurun. Atas dasar hal tersebut diatas denga pertimbangan Cost Effective Maka di
sarankan sebagai berikut:
1) Skrining kepada wanita sekali pada wanita berusia 35 sampai 45 tahun.
2) Kalau fasilitas tersedia lakukan setiap 10 thun pada wanita usia 35 sampai 55
tahun.
3) Kalau fasilitas lebih tersedia dilakukan setiap 5 thun sekali pada wanita usia 35
sampai 55 tahun.
4) Ideal atau jadwal yang optimal setiap 3 tahun pada wanita berumur 25 sampai
60 tahun.
d. Depar temen kesehatam menganjurkan bahwa semua wanita yang berusia 20-60 harus
melakukan Pap Smears paling tidak setiap 5 tahun.
5. Syarat Pemeriksaan Pap Smears
a. Sebaiknya dating diluar menstruasi. Lebih baik 2 minggu dari hari pertama menstruasi.
b. Selama 24 jam sebelum pemeriksaan tidak disarankan melakukan pencucian vagina,
dengan memakai bahan bahan anti sevtik pada vagina.
c. Pendrita pasca bersalin, pasca operassi Rahim, paska radiasi sebaiknya dating 6-8
minggu kemudian.
d. Penderita yang mendapatkan pengobatan local seperti vagina spositoria atau uvola
sebainya dihentikan selama seminggu sebelum Pap Smears.
e. Tidak melakukan hubungan seks sual dalam 24 jam sebelum pemeriksaan.
f. Tidak menggunakan tempo.
6.Prosedur pemeriksaan Pap Smears
Menurut soepardiman (2002), Manuaba (2005) dan Rasijidi (2008). Prosedur
memeriksa Pap Smears adalah :
a. Persiapan alat-alat yang digunakan meliputi speculum (cocor bebek), sspatula Ayer,
kaca obyek yang telah diberi lebel atau tanda dan alcohol 90%.
b. Pasien berbaring dengan posisi litotomi.
c. Pasang speculum agar naampak vagiana bagian atas , forniks posterior, servicks uterus,
dan kanalis servikalis.
d. Periksa servikc apakah normal atau tidak.
e. Spatula dengan ujung pendek dimaukkan kedalam endoserviks, di mulai dari arah jam
12 dan diputar 360 derajat searah jarum jam.
f. Sediaan yang telah di oleskan diatas kaca obyek pada sisi yang telah di beri tanda
dengan membentuk sudut 45 derajat satu kali usapan.
g. Celupkan kaca obyek kedalam cairan alkoho 90% selama 10 menit.
h. Kemudian ssediaan dimasukkan kedalam wadah transport dan dikirim ke alih patalogi
anatomi.
7. Interpretasi Hasil Pap Smears
Terdapat banyak system dalam menginterpretaasikan hasil Pap Smears, berikut ini
dijelaskan palifikasi Papanicolaou membagi hasil pemeriksaan 5 kelas (Saviano, 1993),yaitu:
a. Kelas I : Tidak ada sel abnormal.
b. Kelas II : Terdapat gambaran sikologi atipik, namun tidak ada indikasi keganasan.
c. Kelas III : Gambara sitologi yang dicurigai keganasan, diseplasia ringan sampai sedang.
d. Kelas IV : Gambaran sitologi dijumpai dispalasia berat.
e. Kelas V : Keganasan.
J. Inspeksi Visual Asetat (IVA TEST)
1. Pengertian IVA
IVA merupakan pemeriksaan leher Rahim (serviks) dengan cara melihat langsung leher
Rahim setelah memeluas leher Rahim dengan larutan asam asetat 3-5%.
Pemeriksaan IVA adalah pemeriksaan skrining alternative dari pap smear karena sangat
murah, praktis, sangat mudah untuk dilaksanakan dan peralatan lebih sederhana dapat
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan selain doctor genekologi.
2. Tujuan IVA
Untuk mengurangi morbilitas atau mobilitas dari penyakit untuk pengobatan dini dari
kasus-kasus yang ditemukan untuk mengetahui kelainan pada leher Rahim.
3. keuntungan IVA
a. Mudah, praktis dan mampu dilaksanakan.
b. Dapat dilaksanakan seluruh tenaga kesehatan.
c. Alat-alat yang dibutuhkan sederhana.
d. Semua untuk pusat pelayanan sederhana.
e. Kinerja test sam dengan test lainnya.
f. Memberikan hasil negara sehingga dapat diambil keputusan mengenai pelaksanaannya.
4. Jadwal IVA
a. Skrining pada setiap wanita minimal 1x pada usia 35-40 tahun.
b. Kalau fasilitass memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada usia 35-55 tahun.
c. Kaalau fasilitas lebih lakukan tiap 5 thun pada usia 25-60 tahun.
d. Skrining yang dilakukan dalam 10 tahun atau sekali seumur hidup memiliki dampak
yang sangat siknifikan.
e. Di Indonesia anjuran untuk melakukan IVA bila, bila hasil positif adalah 1 tahun, dan
bila hasil negative adalah 5 thun.
5. Syarat Untuk Mengikuti IVA
a. Sudah pernah melakukan hubungn seksual.
b. Tidak sedang dating bulan atau haid.
c. Tidak sedang hamil.
d. 24 jam sebelunya tidak melakukan bubungan seks.
6. Pelaksanaan Skrining IVA
a. Untuk melaksanakan skrining dengan metode IVA dibutuhkan tempat dan alat sebagai
berikut :
1) Rungan tertutup, karena pasien dipriksa dalam keadaan litotomi.
2) Meja atau tempat tidur priksa yang memungkinkan pasian dalam posisi litotoni.
3) Tempat sumber cahaya untuk melihat servik
4) Speculum vagina.
5) Asam asetat.
6) Swab-lidi berkapas.
7) Sarung tangan.
b. Cara kerja IVA
1) Sebelum dilakukan pemeriksaan, pasien akan mendapat penjelasan mengenai prosedur
yang akan dijalankan. Privasi dan kenyamanan sangat penting dalam pemeriksaan ini.
2) Pasien dibaringkan dengan litotomi (berbaring dengan dengkul dan ditrkuk melebar).
3) Vagina akan dilihat dengan visual apakah ada kelainan dengan bantuan pencahayaan
yang cukup.
4) Speklum akan dibasuh dengan air hangat dan dimasukkan kedalam vaginan pasien
secara tertutup lalu di buka untuk melihat leher Rahim.
5) Bila terdapat banyak cairan di leher Rahim dipake kapas steril basah untuk menyerap.
6) Dengan menggunakan pipet atau kapas.
7) Bila leher Rahim berubah wrna menjadi keputih-putihan, kemungkinan positif terdapat
kangker. Asam asetat berfungsi untuk membuat dehidrasi sel sehingga sel kangker yang
padat protein berubah warna menjadi putih.
8) Bila tidak ditemukan gambaran epitel putih pada darah transformasi berarti hasilnya
negative.
c. Katagori IVA.
1) IVA negative : menunjukakan leher Rahim noemal.
2) IVA radang : servik dengan radang atau kelainan jinak lainnya.
3) IVA positif : ditemukan bercak putih. Kelompok ini yang menjadi sasaran skrining
kangker servik dengan metode IVA karena temuan ini mengarah pada dianostik pra-
servikkangker.
4) IVA kangker servik sama dengan pada tahap ini pun, untuk upya penurunan temuan
stadium kangker servik, masih akan bermanfaat bagi penurunan kematian akibat
kangker servik ditemukan masih ada setadium invasive dini.
d. Penatalaksanaan IVA
1) Pemerikaan IVA dilakukan dengan speklum melihat langsung leher Rahim yang telah
dipoles dengan larutan asam asetat 3-5% jika ada perubahan warna atau tidak muncul
plak putih. Sebaiknya leher Rahim berubah warna menjadi merah dan timbul plak putih,
maka dinyatan positif pra kangker.
2) Namun jika masih tahap lesi, pengobatan cukup mudah, dapat di obati dengan metode
kreoterapi atau gas dingin yang menyemprotkan gas CO2 ata N2 ke leher Rahim.
Dengan demikian bias ditangani dan tidak berkembang menjadi kangker stadium
lanjud.
3) Metode krioterapi adalah membekukan servik yang terdapat lesi prakangker pada suhu
yang amat dingin dengangas CO2 sehingga sel-sel pada are tersebut akan terbunuh sel-
sel baru yang sehat.
4) Kalau dari test IVA diidentivikasi adanya gejala prakangker, yang terlijat dari adanya
perubahan dinding leher Rahim dari merah muda menjadi putih, artinya perubahan sel
akibat infeksi tersebut baru terjadi disekitar epitel. Itu bias dimatikan dan dihilangkan
dengan dibakar atau dibekukan. Dengan demikian penyakit itu tidak jadi berkembang
dan merusak organ tubuh yang lain.
K. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)
1. Definisi
SADARI adalah pemeriksaan atau perabaan sendiri untuk menemukan timbulnya
benjolan abnormal pada payudara.
2. Tujun SADARI
Tujuan dilakukan skrining kangker payudara adalah untuk diteksi dini kelainan pada
payudara. SADARI hanya untuk mendekteksi dini adanya ketidak normalan pada payudara,
tidak untuk mencegah kangker payudara.
3. Waktu Pelaksanaan
Pemeriksaan payudara sendiri sebaikanya di lakukan sebulan sekali. Para wanita yang
sedang haid sebaiknya melakukan pemeriksaan pada ke 5 sampai hari ke 10 dari hari pertama
haid, ketika payudara sedang mengendur dan terasa lebih lunak.
Pada wanita normal, Amerikan Cacer Sociey menganjurkan wanita yang berusia di atas
umur 20 tahun untuk melakukan SADARI setiap 3 bulan. SADARI untuk diteksi kangker
payudara pada usia 35-40 tahundengan melakukan memografi. Sedangkan untuk wanita di atas
40 tahun ditambah dengan pemeriksaan payudara dengan dokter ahli.
4. Yang Dianjurkan Melakukan SADARI
a. Wanita yang telah berusia 20 tahun
b. Wanita berusia di atas 40 tahun yang tidak mempunyai anak.
c. Wanita yang memiliki anak pertama usia 35 tahun
d. Wanita yang tidak menikah
e. Wanita yang haid pertama dini (dibawah 10 tahun)
f. Wanita yang monopouse lambat
g. Pernah mengalami trauma pada payudara
h. Wanita di atas 25 tahun yang keluarganya pernah menderita kangker payudara
i. Wanita yang tidak menyusui
j. Pernah oprasi payudara atau kandungan
k. Pernah mendapat obat hormonal yang lama
l. Cenderung kelebihan berat badan.
5. Cara pemeriksaan SADARI
Tindakan
Langkah 1 : melihat payudara
a. Pemeriksaan ini dilakukan di depan cermin
b. Bukalah seluruh pakean dari pinggang ke atas dan berdirilah didepaan cermin yang
besar.
c. Posisi pundak tegap dan tangan dipinggang
d. Perhatikan payudara : Apakah bentuk payudara kanan dan kiri simetris?. Apakah
payudara membesar saat mengeras?. Apakah arah putting tidak lurus kedepan atau
tdk d=sietris?. Apakah putting tertarik ke dalam?. Apakah putting atau kulit ada
yang lecet?. Apakah ada perubahan warna kulit kemerahan?. Apakah kulit payudara
menebal dengan pori-pori melebar?. Apakah permukaan kulit tidak mulus seperti
ada kerutan atau cekungan?.
e. Ulangan semua pengamatan dengan posisi kedua tangan lurus ke atas.
f. Setelah itu ulangi lagi pengamatan dengan posisi kedua tangan di pinggang, dada
dibusungkan, dan siku tertarik kebelakang.
Langkah Ke 2 : Memijat payudara
a. Dengan ibu jari dan jari telunjuk, pijat payudara dengan lembut dari tepi hingga ke
putting.
b. Perhatikan, apakah ada cairan atau darah yang keluar dari putting susu (seharusnya
tidak ada cairan yang keluar kecuali pada wanita yang menyusui)
Langkah 3 : meraba Payudara
a. Periksan payudara dengan cara berbaring
b. Lakukan perabaan payudara satu persatu
c. Untuk memeriksa payudara kanan, letakan bantal atau handuk yang dilipat di bawah
bahu kanan. Lengan kanan di letakkan dibawah kepala
d. Raba payudara dengan mengunakan 3 jari tangan yang saling dirapatkan
e. Rebaan gerakan dilakukan dari tepi payudara hingga keputing susus
f. Geser posis jari kemudian ulangi lagi gerakan memutar dari tepi payudara hingga ke
putting susu
g. Lakukan seterusnya hingga seluruh bagian paayudara diperiksa.
h. Lakukan hal yang sama pada bagian payu dara yang satunya lagi.
i. Sebaiknya rebaan dilakukan dalam 3 macam tekanan : tekanan tangan (untuk meraba
adanya benjolan di permukaan kulit), tekanan sedang (untuk meraba benjolan pada
dasar payudara yang melekat pada tulang iga)
j. Pemeriksaan ini bias dilakukan dengan menggunakan lotion atau minyak sebagai
pelajan agar pemeriksaan semakin lebih sensitive.
k. Setelah itu dilakaukan semua langkah perabaan dalam posisi berdiri. Sebaiknya
dilakukan dalam keadaan mandi dengan sabun.

Anda mungkin juga menyukai